BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada kajian pustaka ini, penulis akan mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Seperti yang telah penulis paparkan pada bab sebelumnya, bahwasanya permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berkenaan dengan kualitas pelayanan, harga, lokasi dan kepuasan pelanggan. Dimulai dari pengertian secara umum sampai pada pengertian yang fokus terhadap teori yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis akan teliti. 1. PENGERTIAN PEMASARAN Pemasaran merupakan strategi yang harus dijalankan oleh perusahaan dalam rangka untuk menawarkan produk kepada konsumen. Dengan sterategi pemasaran yang baik maka konsumen dapat mengenal produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga sasaran dan tujuan perusahaan tercapai. Oleh karena itu, setiap pelaksanaan pemasaran haruslah dijadikan tolok ukur perusahaan dalam kegiatan produksinya, sehingga produk-produk yang dihasilkan berkualitas dan sesuai dengan selera konsumen. 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Selain hal tersebut, yang perlu juga diketahui dalam pemasaran adalah konsep-konsep pokok pemasaran. Karena pemasaran bermula dari kenyataan bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai kebutuhan itulah yang mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi. Menurut asosiasi pemasaran amerika seperti yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2009:5) pemasaran sebagai berikut : “Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberi nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya” Sedangkan menurut Pride dan Ferrel (2010:4): “Pemasaran adalah proses pembuatan, distribusi, penetapan harga, pelayanan, dan menjaga hubungan dengan pelanggan dan stakeholder dalam lingkungan yang dinamis” Kegiatan pemasaran dulunya hanya dikenal dengan kegiatan distribusi dan penjualan saja. Tetapi, sekarang kegiatan itu menjadi lebih luas dari sekedar distribusi dan penjualan, yaitu menyangkut bagaimana cara suatu perusahaan di dalam bidang pemasaran. Karenanya pemasaran mencangkup seluruh kegiatan yang mewujudkan kerja yang baik melalui pasar, yaitu dengan cara mewujudkan kebutuhan dan keinginan manusia (konsumen). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Fakta yang menunjukan bahwa manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan dan dapat memberikan nilai pada produk, tidaklah dapat memberikan definisi tentang pemasaran dengan sempurna. Para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai pemasaran, walaupun pada dasarnya definisi yang diberikan itu mengandung muatan prinsip yang sama. Dari definisi-definisi diatas menjelaskan bahwa pemasaran didefinisikan dengan bahasa yang berbeda-beda. Tetapi bila kita perhatikan definisi-definisi yang diberikan oleh para ahli itu mempunyai prinsip yang sama. Didalam definisi itu terkandung unsur- unsur sebagai berikut : A. Unsur Pemenuh Kebutuhan dan Keinginan B. Unsur Pertukaran C. Unsur Distribusi D. Unsur Efisiensi E. Unsur Pencapai Tujuan Dapat pula dikatakan bahwa pemasaran dimulai sebelum barang-barang itu diproduksi, sehingga keputusan-keputusan didalam pemasaran harus dibuat untuk menentukan jenis produk, penetapan harga, distribusi dan promosinya. Pemasaran sebagai salah satu kegiatan pokok suatu perusahaan untuk dapat bertahan hidup kemudian berkembang serta memperoleh laba, harus pula memperhatikan pelayanan kepada pelanggan atau konsumen. Hal yang perlu disadari juga adalah pemasaran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 bukan semata-mata untuk menjual barang atau jasa. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudahnya juga merupakan kegiatan pemasaran. Pengertian pemasaran mempunyai arti yang lebih luas dari pada yang dapat kita artikan dan terjemahkan, dikatakan demikian karena pemasaran bukan saja meliputi jual beli atau dunia pasar, tetapi pemasaran membahas pula segala persoalan yang ada didalam perusahaan secara sistematis. 2. MANAJEMEN PEMASARAN Menurut Kotler dan Keller (2009) “manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”. Dari definisi diatas kita dapat membedakan definisi sosial dengan definisi manajerial dari pemasaran. Definisi sosial menunjukkan peran yang dimainkan pemasaran di dalam masyarakat; sebagai contoh, seorang pemasar berkata bahwa peran pemasaran adalah untuk “memberikan standar kehidupan yang lebih tinggi”. Maksudnya pemasaran disini adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 3. PENGERTIAN JASA Jasa sering dipandang suatu fenomena yang rumit. Kata jasa (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service), sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian jasa (dalam Lupiyoadi & A. Hamdani, 2008:5) Pengertian jasa dari Kotler (2000:428) adalah sebagai berikut: “Service is any act of performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything, its production may or may or may not be tied to physical product”. Artinya “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik”. Sedangkan menurut Andrian Pane (2001:8): “Jasa merupakan suatu kegiatan yang memilki beberapa unsur ketidakberwujudan (intangibility) yang berhubungan dengannya yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau properti dalam kepemilikannya dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan kondisi mungkin sering terjadi dan produksi jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula tidak berhubungan dengan produk fisik”. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Beberapa definisi yang diuraikan oleh para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa jasa adalah suatu kegiatan yang tidak berwujud, tidak dapat dilihat, dan tidak dapat menghasilkan kepemilikan atas sesuatu, yang menciptakan nilaidan memberikan manfaat oleh konsumen dalam proses pembuatan, penyampaian, dan pengkonsumsian jasa. Jadi, jasa atau pelayanan merupakan kinerja penampilan yang tidak berwujud, tidak menghasilkan kepemilikan akan sesuatu dan lebih dapat dirasakan daripada dimiliki. Menurut (Lupiyoadi & A. Hamdani, 2008:70), unsur bauran pemasaran ada tujuh hal yaitu: 1. Produk Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli mafaat dan nilai dari produk tersebut yang disebut “the affer”. Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen. 2. Harga Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian nilai kepada konsumen dan mempengaruhi cita produk, serta keputusan konsumen dalam membeli, penentuan harga juga berhubungan dengan pendapatan dan turut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 mempengaruhi penawaran atau saluran pemasaran. Akan tetapi hal yang terpenting adalah keputusan dalam penentuan harga harus konsisten dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. 3. Promosi Hal yang perlu diperhatikan dalam promosi adalah pemilihan bauran pemasaran (promotion mix). Bauran promosi terdiri atas: A . Iklan (Advertising) B . Penjualan Perorangan (Personal Selling) C . Promosi Penjualan (Sales Promotion) D . Hubungan Masyarakat (Public Relation) E . Informasi dari Mulut ke Mulut ( Word of Mouth) F . Surat Pemberitahuan Langsung (Direct Mail) 4. Tempat Tempat dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi atau kegiatannya. Dalm hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu: a. Konsumen mendatangkan pemberi jasa (perusahaan); apabila keadaannya seperti ini maka lokasi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis. b. Pemberi jasa mendatangkan konsumen; dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas. c. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung; berarti penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer, dan surat. 5. Orang Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka “orang” yang berfungsi sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam “orang” ini berarti berhubungan dengan seleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia. Untuk mencapai kualitas terbaik maka pegawai harus dilatih untuk menyadari pentingnya pekerjaan mereka, yaitu memberi konsemen kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya. Pentingnya “orang” dalam pemasaran jasa berkaitan erat dengan pemasaran internal. Pemasaran internal adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 iteraksi atau hubungan antara setiap karyawan dan departemen dalam suatu perusahaan yang dalam hal ini dapat diposisikan sebagai konsumen internal dan pemasok internal. Tujuan dari adanya hubungan tersebut adalah untuk mendorong “orang” dalam kinerja memberikan kepuasan kepada konsumen. 6. Proses Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin, di mana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen. Proses ada dua cara: a . Kompleksitas (Complexity), berhubungan dengan langkah-langkah dan tahapan proses b . Keragaman (Divergence), berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkahlangkah atau tahapan proses. 7. Layanan Konsumen Layanan konsumen (costumer service) pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai hasil dari kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen untuk mencapai kepuasan. Layanan konsumen meliputi aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pratransaksi, saat transaksi, dan pasca transaksi. Kegiatan sebelum transaksi (pratransaksi) akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan setelah transaksi, karena itu kegiatan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 pendahulunya harus sebaik mungkin sehinggan konsumen memberikan respon yang positif dan menunjukan loyalitas yang tinggi. Strategi layanan konsumen menurut Christoper Lovelock, (dalam Lupiyoadi & A. Hamdani 2008:76), mencangkup hal-hal sebagai berikut: a. Identifikasi misi jasa b. Penentuan sasaran dari layanan konsumen c. Perumusan strategis layanan konsumen d. Implementasi Produk jasa memiliki karakteristik yang berbedadengan produk barang (fisik), Griffin (dalam Lupiyoadi & A. Hamdani 2008:76) menyebutkan karakteristik jasa sebagai berikut: 1 .Intangibility (tidak berwujud). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, dan dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, dan kenyamanan. 2 .Unstorability (tidak dapat disimpan). Jasa tidak dapat mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. 3 .Costumization (kostumisasi). Jasa sering kali didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 4. KUALITAS PELAYANAN Kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2004). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaian dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2004). Zenithaml (2008) menyatakan bahwa kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh. Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang diterima dengan pelayanan sesungguhnya konsumen harapkan terhadap atributatribut pelayanan suatu perusahaan . Lovelock, Petersson, and Walker (2005) dalam Tjiptono dan Chandra (2005) mengelompokkan proses jasa berdasarkan dua dimensi utama yaitu: penerima jasa dan sifat tindakan jasa. Terdapat empat tipe jasa berdasarkan kriteria tersebut, yaitu: 1. People-Procesing Service Dalam tipe ini, tangible actions ditunjukan pada tubuh manusia, contohnya: jasa transfortasi, tukang pijat, salon kecantikan, dan operasi bedah. Pelanggan harus hadir mendatangi tempat jasa yang disediakan atau sebaliknya penyedia jasa yang harus mendatangi lokasi pelanggan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 2. Possession- Processing Service Tipe ini berkenaan dengan melakukan sesuatu atas produk fisik untuk meningkatkan nilainya bagi pelanggan. Contohnya: reparasi mobil, mengantar pengiriman paket, merawat dan membersihkan kantor. Dalam hal ini, objek kepemilikan membutuhkan pemprosesan jasa harus ada, sementara pelanggan tidak harus hadir secara fisik dalam proses penyampaian jasa. 3. Mental-Stimulus Processing Service Tipe ini berupa intangibles actions yang ditunjukan pada benak atau pikiran orang, misalnya : jasa siaran televise, event olahraga, pentas musik, teater, dan jasa pendidikan. Dalam kasus ini, pelanggan harus hadir secara mental, namun bisa berlokasi di fasilitas jasa spesifik maupun dilokasi jarak jauh yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi. 4. Information-Prossesing Service Tipe ini berupa intangibles actions yang ditunjukan pada intangibles assets dan terdiri dari atas pengumpulan, interpretasi, dan pengiriman data untuk menciptakan nilai tambah. Contohnya: jasa perbankan, jasa konsultasi, jasa akuntansi dan jasa pendidikan. Keterlibatan pelanggan dalam produk jasa semacam ini bisa ditekan hingga minimum, misalnya dengan menggunakan teknologi telekomunikasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Menurut Wyckof (dalam Tjiptono, 2007:260), kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan (excellence) yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain, terdapat dua factor utama yang mempengaruhikualitas jasa yakni, jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service) (Parasuraman,et al,. dalam Tjiptono 2007). Implikasinya, baik buruknya kualitas jasa tergantung kepada kemampuan penyedian jasa memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Persepsi kualitas yang baik (positif) diperoleh bila kualitas yang dialami (experienced quality) memenuhi harapan pelanggan (expected quality). Bila harapan pelanggan tidak realistis, maka persepsi kualitas total (total perceived quality) akan rendah. Sekalipun kualitas yang dialami memang baik (diukur dengan berbagai ukuran objektif). Pengukuran kualitas jasa dalam servqual didasarkan pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta sigap diantara keduanya dalam dimensi utama kualitas jasa. ( Parasuraman, et al. dalam Tjiptono, 2007:273) mengidentifikasi lima dimensi kualitas jasa yakni: 1. Realibilitas (reability), yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staff untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap. 3. Jaminan (assurance), mencangkup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff bebes dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan. 4. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan. 5. Bukti fisik (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Produk jasa bagaimanapun juga tidak ada yang benar-benar mirip antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, untuk memahami sector ini, ada beberapa cara pengklasifikasian produk jasa ini: Pertama, didasarkan atas tingkat kontak konsumen dengan pemberi jasa sebagai bagian dari system saat jasa tersebut dihasilkan. Kedua, berdasarkan kesamaannya dengan operasi manufaktur (Griffin, dalam lupiyoadi,2008). Berdasarkan tingkat konsumen, jasa dapat dibedakan kedalam kelompok system kontak tinggi (high contact system) dan system kontak rendah (line contact system). Pada kelompok system kontak tinggi, kontak harus menjadi bagian dari system untuk menerima jasa, seperti jasa rumah sakit, transportasi, perhotelan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Sedangkan pada system kontak rendah , konsumen tidak perlu menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa, seperti jasa reperasi mobil dan jasa perbankan. 1 . Jasa yang Dipersepsikan Kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, dalam Tjiptono 2007:273). Setiap pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa,pelangganlah yang menilai tingkat kualitas jasa sebuah perusahaan. Akan tetapi, jasa memiliki karakteristik variability, sehingga kinerja seringkali tidak konsisten. Hal ini menyebabkan pelanggan menggunakan isyarat instrik ( ouput dan penyampaian jasa) dan isyarat ekstrinsik ( unsur-unsur pelengkap jasa) sebagai acuan atau pedoman dalam mengevaluasi kualitas jasa. Konsekuensinya, jasa yang sama bisa dinilai secara berlainan oleh konsumenyang berbeda ( Tjiptono ,2007) 2 . Jasa yang Diharapkan Model servqual menekankan arti penting harapan pelanggan sebelum membeli atau mengkonsumsi suatu jasa sebagai standar atau acuan dalam mengevaluasi kinerja jasa yang bersangkutan. Hasil penelitian (Zeithaml, el al. dalam Tjiptono, 2007: 271) menunjukan bahwa terdapat sepuluh faktor tersebut meliputi: a. Enduring Service Intensifiers, berupa harapan yang disebabkan oleh orang lain dan filosofi pribadi seseorang mengenai suatu jasa. b. Personal Need, kebutuhan pribadi meliputi kebutuhan fisik, sosial, psikologis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 c. Transitory Service Intensifiers, terdiri atas situasi darurat yang membutuhkan jasa tertentu (seperti asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan) dan jasa terakhir yang pernah dikonsumsi pelanggan. d. Perceived Service Alternative, persepsi pelanggan terhadap tingkat keterlibatannya dalam proses penyampaian jasa. e. Self Perceived Service Role, yaitu persepsi pelanggan terhadap tingkat keterlibatannya dalam proses penyampaian jasa. f. Situasional Factors, factor situasional yang berada diluar kendali penyedia jasa. g. Explicit Service Promisess, janji layanan explisit baik berupa iklan, personal selling, perjanjian, maupun komunikasi dengan karyawan penyedia jasa. h. Implicit Service Promisess, janji layanan implisit yang tercermin dari harga dan sarana pendukung jasa. i. Word of Mouth, baik dari teman, keluarga, rekan kerja, pakar, maupun publikasi media massa. j. Past Experience, pengalaman masa lalu. Pelanggan hotel memiliki karakteristik yang sangat spesifik. Pada jasa lain, pelanggan menggunakan jasa tersebut setelah melalui berbagai pertimbangan, diantaranya : adanya kebutuhan, manfaat yang ditawarkan, serta ketersedian dana untuk membayar. Namun pada pengunjung holel secara psikologis dia dating ke hotel dalam keadaan “terpaksa” sehingga ketika memilih hotel sering tergantung pada http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 kondisi penanganan pelayanan yang ingin segera diperoleh. Seringkali pengunjung dalam keadaan yang sangat darurat harus mendapat pelayanan oleh para staf hotel yang sebenarnya bukan menjadi pilihan utama. Bahkan pengunjung mungkin belum menyiapkan dana khusus untuk membayar penyewaan kamar tersebut. Dengan banyaknya hotel saat ini, persaingan untuk mempertahankan pelannggan tidak lagi hanya dipengaruhi oleh faktor kenyamanan dan fasilitas yang ada, tetapi juga kualitas pelayanan yang diberikan kepada para pengunjung. Kepuasan pengunjung sangat ditentukan oleh factor interaksi antara pengunjung dengan sumber daya manusia yang ada di hotel tersebut, mulai dari pengunjung itu datang, mendaftar, mendaftar dan menunggu, mendapatkan kamar, menunggu layanan sarapan dan fasilitas yang ada serta sampai mereka pulang. Semua proses itu akan mempengaruhi persepsi pengunjung terhadap kualitas layanan hotel yang ada. a. MODEL SERVQUAL Model ini berkaitan erat dengan moden kepuasaan pelanggan yang sebagian besar didasarkan pada pendekatan diskonfirmasi ( Olivier, dalam Tjiptono, 2007: 262). Bila kinerja pada suatu atribut (attribute performance) meningkat lebih besar daripada harapan (expectations) atas atribut yang bersangkutan, maka kepuasan (dan kualitas jasa) pun akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Dalam model Servqual, kualitas jasa didefinisikan sebagai “penilaian atau sikap global berkenaan dengan superioritas suatu jasa” ( Parasuraman, et al., dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Tjiptono, 2007). Definisi ini didasarkan pada tiga landasan konseptual utama yakni : (1) Kualitas jasa lebih sukar dievaluasi konsumen daripada kualitas barang ; (2) Persepsi terhadap kualitas jasa merupakan hasil dari perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja actual jasa; (3) Evaluasi kualitas tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, namun juga mencangkup evaluasi terhadap proses penyampaian jasa. (Menurut Tjiptono, 2007; 262-270), lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa adalah: 1 . Kesenjangan persepsi manajemen Yaitu adanya perbedaan antara penilaian pelayanan menurut pengguna jasa dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa. Kesenjangan ini Terjadi karena kurangnya penelitian pemasaran, pemanfaatan yang tidak memadai atas temuan penelitian, kurangnya interaksi pihak manajemen dengan pelanggan, komunikasi dari bawah ke atas yang kurang memadai, serta terlalu banyaknya tingkatan manajemen. 2. Kesenjangan spesifikasi kualitas. Yaitu, kesenjangan antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi pengguna jasa. Kesenjangan terjadi antara lain karena tidak memadainya komitmen manajemen terhadap kualitas jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi tugas, dan tidak adanya penyusunan tujuan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 3. Kesenjangan penyampaian jasa. Yaitu, kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Kesenjangan ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor : 1) ambiguitas peran, yaitu sejauh mana karyawan dapat melakukan tugas sesuai dengan harapan manajer tetapi memuaskan pelanggan; (2) konflik peran, yaitu sejauh mana karyawan meyakini bahwa mereka tidak memuaskan semua pihak; (3) kesesuaian karyawan dengan tugas yang harus dikerjakan; (4) kesesuaian teknologi yang digunakan oleh karyawan; (5) system pengendalian dari atasan, yaitu tidak memadainya system penilaian dan system imbalan: (6) control yang diterima, yaitu sejauh mana karyawan merasakan kebebasan atau fleksibilitas untuk menentukan cara pelayanan; (7) kerja tim, yaitu sejauh mana karyawan dan manajemen merumuskan tujuan bersama di dalam memuaskan pelanggan secara bersama-sama dan terpadu. 4. Kesenjangan komunikasi pemasaran. Yaitu, kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Harapan pelanggan mengenai kualitas jasa dipengaruhi oleh pertanyaan yang dibuat oleh perusahaan melalui komunikasi pemasaran. Kesenjangan ini terjadi karena (1) tidak memadainya komunikasi horizontal, dan (2) adanya kesenjangan memberikan janji yang berlebihan. Dalam hal ini komunikasi eksternal telah mendistorsi harapan pelanggan. 5. Kesenjangan dalam pelayanan yang dirasakan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Yaitu perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan yang diharapkan oleh pelanggan. Jika keduanya terbukti sama, maka perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif. Namun bila yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kesenjangan ini akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan. Model ServQual dibangun berdasarkan asumsi bahwa konsumen membandingkan kinerja atribut jasa dengan strandar ideal/sempurna untuk masingmasing atribut tersebut. Bila kinerja atribut melampaui standar, maka persepsi atas kualitas jasa keseluruhan akan meningkat dan sebaliknya. Ringkas kata, model ini menganalisis gap antara dua variabel pokok, yaitu jasa yang diharapkan dan jasa yang dipersepsikan/dirasakan. b. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan Berdasarkan penemuan dari beberapa ahli antara lain Tse dan Wilton (1988) dalam Tjiptono (1999), diperoleh rumusan sebagai berikut : Kepuasan Pelanggan = f (expectations, perceived performance). Dalam persamaan diatas, dapat diketahui bahwa ada dua variabel utama yang menentukan kepuasan pelanggan, yaitu expectations dan perceived performances. Apabila perceived performances melebihi expectations, maka pelanggan akan merasa puas, tetapi apabila sebaliknya pelanggan akan merasa tidak puas. Tse dan Wilton juga menemukan bahwa ada pengaruh langsung dari perceived performances http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 terhadap kepuasan pelanggan. Pengaruh perceived performances tersebut lebih kuat dari pada expectations didalam penentuan kepuasan pelanggan. Penelitian yang dilakukan Dabholkar et. Al (2000) dalam Tjiptono (2005) menyatakan bahwa kualitas jasa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Cronin dan Taylor (1992) dalam Margaretha (2004) menemukan adanya hubungan yang kuat dan positif antara kualitas pelayanan dan kepuasan. Serta penelitian yang dilakukan oleh Selvy Mormasari, Srikandi Kumadji, dan Andriani Kusuma menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh posotif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen dalam judul “ pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, citra perusahaan, dan loyalitas pelanggan (survey pada tamu pelanggan yang menginap di hotel pelangi malang) “. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Kartika aji (2011) menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Dalam penelitian berjudul” Analisis pengruh kualitas pelayanan, harga dan fasilitas terhadap kepuasan konsumen”. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: H1 : Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan pelanggan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 5. Harga a. Definisi Harga Dalam pemasaran pada umumnya berkaitan langsung dengan masalah harga suatu produk. Misalnya harga yang diterapkan terlalu mahal atau terlalu murah untuk produk dengan kualitas tertentu. Jika penetapan harga produk terlalu mahal, tidak sesuai dengan kualitasnya, maka konsumen akan cenderung meninggalkan atau mencari produk sejenis lainnya. Lalu apa yang dimaksud dengan harga itu? Ada beberapa pengertian tentang harga, sebagai berikut : Menurut Michael J. Etzel Pengertian harga menuntut Michael J. Etzel adalah nilai yang disebutkan dalam mata uang (dolar=$) atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar. Di dalam ilmu ekonomi, pengertian harga mempunyai hubungan dengan pengertian nilai dan kegunaan. Nilai adalah ukuran jumlah yang diberikan oleh suatu produk apabila produk itu ditukarkan dengan produk lain. Sedangkan kegunaan adalah atribut dari sebuah item yang memberikan tingkat kepuasan tertentu. Monroe (2003) Mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Swasta (2001) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Mendifinisikan harga sebagai jumlah uang (ditambahkan beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Menurut Kotler & Amstrong(2001) Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut. Perusahaan menetapkan harga dalam berbagai cara. Di dalam perusahaan kecil, harga seringkali ditetapkan oleh manajemen puncak. Di perusahaan-perusahaan besar, penetapan harga biasanya ditangani oleh para manajer devisi atau manajer lini produk. Bahkan dalam perusahaanperusahaan ini, manajemen puncak menyusun tujuan dan kebijakan tentang penetapan harga umum dan seringkali menyetujui harga yang diusulkan oleh manajemen peringkat bawah. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa (Tjiptono, 1999). Perusahaan harus menetapkan harga secara tepat agar dapat sukses dalam memasarkan barang atau jasa. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya ( produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya. Disamping itu, harga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 merupakan bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat (Tjiptono, 1999). Secara umum ada dua faktor yang utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal (Kotler and Amstrong, 1994 dalam Tjiptono, 1999). 1. Faktor internal perusahaan a. Tujuan Pemasaran Perusahaan Faktor utama yang menentukan dalam penetapan harga adalah tujuan pemasaran perusahaan. Tujuan tersbut bisa berupa maksimisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab social, dan lain-lain. b. Strategi Bauran Pemasaran Harga adalah salah satu komponen dari bauran pemasaran. Oleh karena itu, harga perlu dikordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi dan promosi. c. Biaya Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Faktor Eksternal Perusahaan a. Sifat Pasar dan Permintaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna,persaingan monopolistik, oligopoli, atau monopoli. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan. b. Persaingan Menurur Porter (1985), ada 5 kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persainagan industri, yaitu persaingan dalam industri yang bersangkutan, produk subtitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru. 3. Unsur-unsur Lingkungan Eksternal Lainnya Selain faktor-faktor diatas, perusahaan juga perlu mempertimbangkan faktorfaktor ekonomi (inflasi, resesi, atau tingkat bunga), kebijakan dari peraturan pemerintah dan aspek social (kepedulian terhadap lingkungan). Harga memiliki dua peranan utama dalam pengambilan keputusan para pembeli (Tjiptono, 1999), yaitu: 1. Peranan alokasi harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperolehnya manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternative yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam memberi tahu konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hali ini teutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara subjektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang gtinggi mencerminkan kualitas yang baik. Kotler (2001) menyatakan bahwa terdapat enam usaha utama yang dapat diraih suatu perusahaan melalui harga yaitu bertahan hidup, maksimalisasi laba jangka pendek, maksimalisasi pendapatan jangka pendek, unggul dalam pasar, dan unggul dalam mutu produk. Harga berperan penting untuk membentuk persepsi konsumen yaitu, penilaian konsumen tentang besarnya pengorbanan atau jumlah uang yang harus dikeluarkan dengan apa yang di dapat dan diperoleh dari produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Stanton dan Lembang (2010) mengungkapkan bahwa ada empat indikator yang berkaitan dengan variabel harga yaitu: 1. Keterjangkauan harga 2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk 3. Daya saing harga 4. Kesesuaian harga dan manfaat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 b. Penetapan Harga Menurut Redwoldt yang dikutip oleh Drs. Danang Sunyoto, SH, SE, MM tahun 2012 untuk mengetahui lingkungan pasar dimana harga-harga itu akan ditetapkan, manajer perusahaan haruslah merumuskan dengan jelas tujuan-tujuan perusahaannya. Sebagai hasil studi brookings institution dan sebuah artikel jurnal yang menyertainya oleh salah seorang penyelidik utama, telah agak jelas tujuantujuan penetapan harga yang terpenting dalam perusahaan-perusahaan besar, yaitu: Penetapan harga untuk mencapai target return of investment (pengembalian atas investasi). Stabilisasi harga dan margin. Penetapan harga untuk mencapai suatu target market share (pangsa pasar). Penetapan harga untuk memaksimalkan laba. Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi penetapan harga (William . Stanton, 1997) yang dikutip oleh Drs. Danang Sunyoto, SH, SE, MM tahun 2012 yaitu: Memperkirakan permintaan produk (estimate of the product) Memperkirakan berapa besarnya harga yang ditetapkan (the expected price) maksudnya harga yang diharapkan untuk suatu produk adalah harga yang secara sadar atau tidak sadar dinilai konsumen atau pelanggan. Apakah reaksinya itu bersifat elastis atau inverse demand. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Memperkirakan penjualan dengan harga yang berbeda ( estimates of sales at various price) maksudnya manajemen eksekutif harus juga dapat memperkirakan volume penjualan harga yang berbeda, sehingga dapat ditentukan jumlah permintaan, elastisitas permintaan, dan titik impasyang mungkin tercapai. Reaksi pesaing (competitors reaction) Produk yang serupa, produk pengganti, produk yang serupa tapi mencari konsumen yang sama. Bauran pemasaran lainnya ( other parts of the marketing mix) Produk,saluran distribusi, promosi. c. Strategi Penetapan Harga Dengan meningkatnya persaingan, harga-harga tertekan kebawah, dan harga menjadi unsur dominan dalam perpaduan promosi. Jika preferensi merek melemah, dan merek-merek pribadi memasuki pasar, tidak banyak yang dapat dilakukan selain dari menurunkan harga dengan segera untuk mencegah persaingan merek pribadi itu. Untuk memenangkan persaingan, maka pihak produsen menentukan strategi harga yang tepat bagi produknya. Menurut Indriyo Gitosudarmo (1999) yang dikutip oleh Drs. Danang Sunyoto, SH, SE, MM tahun 2012 ada dua strategi penetapan harga yaitu: Strategi harga bagi produk baru. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 Strategi harga bauran produk. Selain strategi penetapan harga di atas, ada juga penetapan harga yang memakai metode lain, yaitu: Metode Biaya Tambahan (cost pricing method) Metode ini menyatakan bahwa penetapan harga satu unit produk sama dengan biaya total unit ditambah dengan margin laba yang diinginkan per unit produknya. Metode Harga Keseimbangan Permintaan dan Suplai Metode ini cocok bagi perusahaan yang tujuan penetapan harganya memaksimalkan laba. Karena untuk mempertimbangkan keadaan permintaan, keadaan pasar, dan keinginan konsumen. Metode Harga Pesaing Metode ini berorientasi pada kekuatan pasar, dimana harga jual dapat sama dengan produk pesaing, bisa lebih murah atau lebih mahal. Metode ini digunakan jika terjadi persaingan yang ketat dan adanya pasar oligopoly. d. Hubungan antara Harga dan Kepuasan pelanggan Harga dilihat dari sudut konsumen, seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, jika manfaat yang dirasakan meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Apabila nilai yang dirasakan pelanggan semakin tinggi, maka akan menciptakan kepuasan pelanggan yang maksimal (Tjiptono, 1999). Dalam penelitian yang dilakukan fariza (2008) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan GSM Indosat di kota Semarang, hasil penilaiannya menyatakan bahwa harga berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Dan penelitian yang dilakukan oleh Erlangga Tahta Kusumanegara (2012) dengan judul” analisis pengaruh harga, keragaman produk, dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dalam melakukan pembelian di baskin robbins ice cream mal ciputra semarang”. Dan hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: H2 : Harga mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan pelanggan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 6. Lokasi Menentukan lokasi tempat untuk setiap bisnis merupakan suatu tugas penting bagi pemasar, karena keputusan yang salah dapat mengakibatkan kegagalan sebelum memulai bisnis. Memilih lokasi usaha merupakan keputusan penting untuk bisnis yang harus membujuk pelanggan untuk datang ke tempat bisnis dalam pemenuhan kebutuhannya. (Mujiroh, 2005:28). Lokasi fasilitas jasa merupakan salah satu faktor krusial yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu jasa, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial peyedia jasa (Tjiptono dan Chandra, 2005). Secara garis besar, ada dua kemungkinan pertimbangan dalam hal lokasi fasilitas jasa. Pertam, pelanggan mendatangi fasilitas jasa dan yang kedua adalah penyedia jasa yang mendatangi pelanggan. Selain itu, penyedia jasa dimungkinkan mengkombinasikan keduanya. Lokasi berpengaruh terhadap dimensi-dimensi strategic, seperti fleksibilitas, competitive positioning, manajemen permintaan, dan focus strategic ( Fitzsimmons, 1994). Fleksibilitas sebuah lokasi merupakan suatu ukuran sejauh mana sebuah jasa mampu beraksi terhadap situasi perekonomian yang berubah. Keputusan pemilihan lokasi berkaitan dengan komitmen jangka panjang terhadap aspek-aspek yang sifatnya capital intensif, karena itu penyedia jasa harus mempertimbangkan, menyeleksi, dan memilih lokasi yang responsive terhadap kemungkinan perubahan ekonomi, demografi, budaya, persaingan, dan peraturan dimasa mendatang. Competitive Positioning adalah metode-metode yang digunakan agar perusahaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 dapat mengembangkan posisi relatifnya dibandingkan dengan para pesaing. Jika perusahaan berhasil memperoleh dan mempertahankan lokasi yang strategis, maka itu dapat menjadi rintangan yang efektif bagi para pesaing untuk mendapatkan akses kepasar (Tjiptono dan Chandra, 2005). Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005), pemilihan lokasi fisik memerlukan pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor tersebut: 1. Akses, yaitu lokasi yang dilalui mudah dijangkau sarana transfortasi umum. 2. Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dengan jarak pandang normal. 3. Lalu lintas, menyangkut dua pertimbangan utama yaitu: (1) Banyak orang yang berlalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impulse buying, yaitu keputusan pembelian yang sering terjadi spontan atau tanpa perencanaan dan, (2) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa menjadi hambatan. 4. Tempat parker yang luas, aman dan nyaman. 5. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di kemudian hari. 6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. 7. Kompetisi, yaitu lokasi pesaing. Dalam menentukan lokasi sebuah usaha, perlu dipertimbangkan apakah jalan atau daerah tersebut terdapat banyak usaha yang sejenis atau tidak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 8. Peraturan pemerintah yang berisi ketentuan untuk mengatur lokasi dari sebuah usaha-usaha tertentu, misalnya bengkel kendaraan bermotor dilarang terlalu berdekatan dengan tempat ibadah. Suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi, kemudahan mencapai menyangkut kemudahan transfortasi umum, kelancaran lalu lintas, dan arahnya tidak membingungkan konsumen. Sejalan dengan semakin menjamurnya bisnis atau usaha yang menawarkan produk dan jasa yang sejenis, perbedaan yang sangat tipis sekalipun pada lokasi dapat berdampak kuat pada pangsa pasar dan kemampuan laba sebuah usaha. Disamping itu, keputusan pemilihan suatu lokasi juga mencerminkan komitmen jangka panjang perusahaan dalam hal keuangan, karena merubah lokasi yang buruk kadang kala sulit dilakukan dan sangat mahal (Nugroho dan Paramita, 2009). a. Hubungan Antara Lokasi dan Kepuasan Pelanggan Peter J Paul (2009), berpendapat bahwa lokasi yang baik menjamin tersediannya akses yang cepat, dapat menarik sejumlah besar konsumen dan cukup kuat untuk mengubah pola berbelanja dan pembelian konsumen. Tjiptono (2004) mengatakan bahwa mood dan respon pelanggan dipengauhi secara signifikan oleh lokasi, desain, dan tata letak fasilitas jasa. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 Ada enam elemen evaluasi kepuasan konsumen menurut Suprapto (2001), yaitu: 1. Produk, yaitu bagaimana konsumen puas terhadap produk tersebut. 2. Sales, yaitu pelayanan penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. 3. After sales services, yaitu pelayanan yang diberikan kepada konsumen setelah terjadi transaksi jual-beli. 4. Location, yaitu lokasi penyaluran barang dan jasa yang mempengaruhi kupuasan konsumen. 5. Culture, yaitu budaya atau tradisi konsumen yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen akan nilai suatu produk. 6. Time, yaitu pengaruh waktu terhadap kualitas barang dan jasa Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adytomo (2006) mengenai pengaruh lokasi terhadap kepuasan hotel Grasia Semarang, hasil penelitiannya menyatakan bahwa lokasi berpengaruh positif terhadap kepuaan pelanggan. Dan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Samsul Huda dan Ida Farida (2013) menyatakan bahwa lokasi sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Dalam penelitian yang berjudul “ pengaruh pelayanan, promosi dan lokasi terhadap kepuasan konsumen took joko elektronik dipati”. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 H3 : Lokasi mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. 7. KEPUASAN PELANGGAN Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Berdasarkan definisi tersebut kepuasan merupakan fungsi dari hasil kinerja dan harapan. Jika dibawah harapan, maka pelanggan tidak puas, dan apabila kinerja memenuhi harapan maka pelanggan puas, sedangkan jika kinerja melebihi harapan maka pembelian merasa sangat puas. Adapun pengertian dari kepuasan didefinisikan sebagai berikut : “Satisfaction is a person’s feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in relation to his or her expectations”.(Philip kotler,2000:36) Artinya “kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 (westbrook & Reilly Tjiptono, 2007:349), berpendapat bahwa kepuasaan pelanggan merupakan respons emosional terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (seperti berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan. Respons emosional dipicu oleh proses evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan, keinginan dan hasrat) individual. Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan yang diharapkan (Kotler, dalam Lupiyoadi & A. Hamdani, 2008:192). Dalam era globalisasi ini, perusahaan akan menyadari pentingnya faktor pelanggan. Banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi. Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensitivitas pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya operasi yang diakibatkan reputasi bisnis (Fotnell, dalam Lupiyoadi & A. Hamdani,2008). Dalam buku teks standar marketing Management yang dirilis (Kotler, dalam Tjiptono, 2007:350) dan banyak dijadikan acuan, sang mahaguru pemasaran menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Berbagai studi literature menunjukkan bahwa salah satu definisi yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 banyak diacu dalam literature pemasaran adalah definisi berdasarkan disconfirmation paradigm (Oliver,dalam Tjiptono,2007:350). Berdasarkan paradigm tersebut, kepuasan pelanggan dirumuskan sebagai evaluasi purnabeli, di mana persepsi terhadap kinerja alternative produk/jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak bisa memenuhi harapan, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Dengan demikian, ketidakpuasan dinilai sebagai bipolar oppersite dari kepuasan (Spreng, et al.,dalam Tjiptono,2007:350). Karakteristik pribadi berupa kecenderungan seseorang untuk merasa cemas/gelisah juga berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya disonansi purnabeli. Semakin besar kecenderungan untuk merasa cemas, semakin besar pula kemungkinan terjadinya disonansi. Dalam hal terjadinya disonansi, ada dua kemungkinan reaksi konsumen. Pertama, mengonfirmasi atau menjustifikasi pilihannya. Misalnya, dengan menerima perbedaan-perbedaan hasil (outcome) yang dianggap tidak signifikan. Sedangkan kemungkinan kedua, menyimpulkan bahwa keputusan yang telah dibuat itu tidak bijaksana atau keliru. Sebaliknya, situasi ketidakpastian terjadi setelah konsumen menggunakan produk atau mengalami jasa yang dibeli dan merasakan bahwa kinerja produk ternyata tidak memenuhi harapan. Ketidakpastian bisa menimbulkan sikap negative terhadap merek maupun produsen/penyedia jasanya (bahwa bisa pula distributornya), http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 berkurangnya pembelian ulang, peralihan merek (brand switching), dan berbagai macam perilaku complain (Tjiptono, 2007:352). Strategi upaya dalam meningkatkan program kepuasan pelanggan meliputi kombinasi dari tujuh elemen utama (Tjiptono,2007:354), yakni: 1. Barang dan Jasa berkualitas Perusahaan yang ingin menetapkan program kepuasan pelanggan harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak, standarnya harus menyamai para pesaing utama dalam industry. Untuk itu, berlaku prinsip “quality comes first, satisfaction follo”. Biasanya perusahaan yang tingkat kepuasan pelanggan tinggi menyediakan tingkat layanan pelanggan yang tinggi pula. Seringkali itu merupakan cara mereka menjustifikasi harga yang lebih mahal. 2. Relationship marketing Kunci pokok dalam setiap program loyalitas adalah upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan. Asumsinya adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa dan pelanggan dan membangun bisnis ulangan (repeat business) dan menciptakan loyalitas pelanggan. 3. Program promosi loyalitas Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin relasi antara perusahaan dan pesaing. Biasanya, program ini memberikan semacam “penghargaan” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 (rewards) khusus (seperti bonus diskon, voucher, dan hadiah yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian produk/jasa perusahaan) kepada pelanggan kelas kakap atau pelanggan rutin (heavy users) agar tetap loyal pada produk dari perusahaan bersangkutan. 4. Fokus pada pelanggan terbaik (best customers) Program-program semacam itu berfokus pada 20 persen dari pelanggan yang secara rutin mengonsumsi 80 persen dari penjualan (sesuai dengan prinsip pareto). Namun, pelanggan terbaik bukan sekedar mereka yang termasuk heavy users. Tentu saja mereka berbelanja banyak, namun kriteria lainnya menyangkut pembayaran yang lancer dan tepat waktu, tidak terlalu banyak membutuhkan layanan tambahan (karena mereka telah paham mengenai cara berinteraksi dengan perusahaan), dan relative tidak sensitive terhadap harga (lebih menyukai stabilitas daripada terus-menerus berganti pemasok untuk mendapatkan harga termurah). Inheren di dalam konsep focus pada pelanggan terbaik adalah kesediaan untuk”melepas” bad customers (Bhote & Schnaars) dalam Tjiptono, 2007:335). 5. Sistem penanganan complain secara efektif Penanganan complain terkait erat dengan kualitas produk. Perusahaan harus memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya sejak awal. Baru setelah itu, jika ada masalah, perusahaan harus segera berusaha memperbaikinya lewat system penanganan komplain. Jadi, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 jaminan kualitas harus mendahului penanganan complain. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan pelanggan mengalami berbagai macam masalah, setidaknya berkaitan dengan konsumsi beberapa jenis produk, waktu penyimpanan, atau layanan pelanggan. Sistem penanganan complain yang efektif membutuhkan beberapa aspek (Tjiptono,2007), seperti (1) permohonan maaf kepada pelanggan atas ketidaknyamanan yang mereka alami; (2) empati terhadap pelanggan yang marah; (3) kecepatan dalam penanganan keluhan; (4) kewajaran atau keadilan dalam memecahkan masalah/keluhan; dan (5) kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi perusahaan (via telepon bebas pulsa, surat, e-mail, fax, maupun tatp muka langsung) dalam rangka menyampaikan komentar, kritik, saran, pertanyaan, atau komplain. 6. Unconditional guarantess Unconditional guarantess dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program kepuasan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan mereka terima. Garansi ini bermanfaat dalam mengurangi resiko pembelian oleh pelanggan, memberikan sinyal mengenai kualitas produk, dan secara tegas menyatakan bahwa perusahaan bertanggung jawab atas produk/jasa yang diberikannya. 7. Program pay-for-performance http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Program kepuasan pelanggan tidak bisa terlaksana tanpa adanya dukungan sumber daya manusia organisasi. Sebagai ujung tombak perusahaan yang berinteraksi langsung dengan para pelanggan dan berkewajiban memuaskan mereka, karyawan juga harus dipuaskan pula dengan total quality reward yang mengaitkan system penilaian kinerja dan kompensasi dengan kontribusi setiap karyawan dalam penyempurnaan kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan. Faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen : Dalam menentukan kepuasan konsumen ada lima faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan (Lupiyoadi, 2001) antara lain : a. Kulitas Produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. b. Kualitas Pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. c. Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasaan yang diperoleh bukan karena kualita dari produk tetapi sosial atau self esteem yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu. d. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relative murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 e. Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. 8. PENELITIAN TERDAHULU Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel yang diteliti Alat Hasil Analisis 1 Selvy Pengaruh Kualitas Independen: Kualitas Analisis Hasil penelitian Normasri,Srikandi Pelayanan Terhadap pelayanan. deskriftif membuktikan bahwa Kumadji, dan Kepuasan Pelanggan, Dependen: Kepuasan dan Andriani Citra Perusahaan dan pelanggan, Citra Analisis Kusumawati Loyalitas Konsumen Perusahaan, Loyalitas Jalur konsumen terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel kualitas pelayanan terhadap variabel kepuasan pelanggan. 2 Ahmad Samsul Pengaruh Pelayanan, Independen: Analisis Hasil penelitian Huda, Ida Farida Promosi dan Lokasi Pelayanan, Promosi, Regresi membuktikan bahwa (2013) terhadap Kepuasan Loaksi Berganda terdapat pengaruh Konsumen Toko Joko Dependen: Kepuasan positif dan signifikan Elektronik di Pati Konsumen antara variabel lokasi terhadap variabel http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 kepuasan konsumen. 3 Erlangga Tahta Analis Pengaruh Independen: harga, Analisis Hasil penelitian Kusumanegara Harga, Keragaman keragaman produk, data membuktikan bahwa (2012) Produk, dan Kualitas kualitas pelayanan. kuantitatif terdapat pengaruh Pelayanan terhadap Dependen: dan positif dan signifikan Kepuasan Konsumen Kepuasan Konsumen kualitatf. antara variabel Harga dalam melakukan terhadap variabel pembelian di Baskin kepuasan konsumen. Robbins ice cream Mal Ciputra Semarang. 4 Adytomo (2006) Pengaruh lokasi Independen:lokasi Analisi Hasil penelitian terhadap kepuasan Dependen: kepuasan Regresi membuktikan bahwa hotel Grasia Semarang pelanggan Berganda terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel lokasi terhadap variabel kepuasan konsumen. 5 Wahyu Kartika Analisis pengaruh Independen: Kualitas Metode Aji (2011) kualitas pelayanan, Pelayanan, Harga dan Purposive Sampling Variable kualitas pelayanan, harga, dan harga, dan fasilitas Fasilitas. fasilitas mempunyai terhadap kepuasan Dependen: Kepuasan pengaruh yang positif pelanggan Pelanggan dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 B. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, maka pengembangan kerangka pikir dapat dilihat seperti dibawah ini: H4 Kualitas Pelayanan (X1) H1 Harga (X2) Kepuasan Pelanggan H2 H3 Lokasi (X3) http://digilib.mercubuana.ac.id/ (Y) 57 C. HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara mengenai perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi dan akan terjadi. Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diuji adalah yang berkaitan dengan ada (tidaknya) pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. Adapun perumusan hipotesis atau pengujian yang dilakukan disini adalah sebagai berikut: Hipotesis 1 (H1) : Kualitas Pelayanan berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pelanggan Hotel Aston Cengkareng. Hipotesis 2 (H2) : Harga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pelanggan Hotel Aston Cengkareng. Hipotesis 3 (H3) : Lokasi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pelanggan Hotel Aston Cengkareng. Hipotesis 4 (H4) : Kualitas Pelayanan, Harga, dan Lokasi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pelanggan Hotel Aston Cengkareng. http://digilib.mercubuana.ac.id/