BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang strategis. Dilihat dari posisinya, negara Indonesia terletak antara dua samudera dan dua benua yang membuat Indonesia menjadi negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Selain itu, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan luas lautan tiga per empat dari luas daratan. Hal tersebut membuat negara ini berpotensi untuk menghasilkan produk laut dalam jumlah yang besar. Menurut Departemen Perikanan dan kelautan (2009) Potensi lestari sumber daya ikan di Indonesia mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatannya baru 4,1 juta ton/tahun. Jika pemanfaatan ikan meningkat hingga mencapai 6,4 juta ton per tahun, maka harus diimbangi dengan peningkatan baik dalam hal teknologi penanganan maupun pengolahan pasca panen. Mengingat ikan termasuk dalam komoditi yang mudah busuk karena kandungan protein dan air yang cukup tinggi. Menurut Irawan (1995) ikan hanya dapat bertahan 5-8 jam di udara terbuka sebelum mulai mengeluarkan bau busuk dan makin cepat membusuk bila tidak segera mendapat penanganan khusus sebagai tindakan pencegahan. Di daerah pesisir pengolahan ikan dilakukan oleh industri rumah tangga sehingga tingkat produksi relatif kurang rendah dan kualitasnya kurang optimal.Hal ini tentu saja merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi nilai produk yang dihasilkan. Selain itu, menurut Kuncoro (2003) terdapat enam masalah mendasar yang dihadapi pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM)yaitu kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan jaringan usaha kerja sama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran), iklim usaha yang kurang kondusif, pembinaan yang kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian 1 2 masyarakat terhadap usaha kecil.Namun dibalik kekurangannya, UKM memiliki peranan yang penting yaitu terkait penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu penghasil pengolahan ikan skala industri rumah tangga terdapat di Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cirebon struktur perekonomianya di dominasi oleh sektor pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Letak Kabupaten Cirebon yang strategis dan berdekatan dengan pantai menjadikan sektor perikanan sebagai sumber devisa bagi Kabupaten Cirebon.Kegiatan perikanan yang ada meliputi perikanan darat (kolam danwaduk), perikanan tambak, perikanan laut, dan ikan olahan. Produk olahan perikanan merupakan sub sektor perikanan yang mampu menghasilkan nilaiproduksi terbesar diantara perikanan lainnya, dengan nilai produksi sebesar 518,032 milyar rupiah (BPS Cirebon 2011) Salah satu produk pengolahan ikan yang terkenal di Kabupaten Cirebon yaitu Terasi. Usaha pengolahan terasi merupakan usaha yang sudah dilakukan turun-temurun di Kabupaten Cirebon.Terasi yang dihasilkan di Kabupaten Cirebon memiliki rasa yang khas bila dibandingkan dengan terasi dari daerah lain. Desa Mundu Pesisir adalah daerah yang terletak di Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon dan merupakan salah satu wilayah yang menghasilkan produk olahan ikan yaitu terasi. Industri pengolahan terasi di Desa Mundu Pesisirini sudah dilakukan turun-temurun dan terletak dekat dengan pantai sehingga mempermudah para pengolah mendapatkan bahan baku. Pemasaran Desa Mundu Pesisir melayani beberapa kota besar seperti Kota Cirebon, Bandung, Jakarta, Bogor, Subang dan Sukabumi. Kegiatan usaha pengolahan terasi tidak lepas dari beberapa masalah, diantaranya, bahan baku terasi udang yang bersifat musiman serta persaingan antara industri pengolahan terasi. Semakin banyaknya industri pengolahan terasi semakin sulit pula memperebutkan potensi pasar yang ada. Untuk mengatasi 3 permasalahan yang ada maka industri pengolahan terasi harus memiliki strategi pengembangan usaha yang tepat agar dapat memaksimalkan potensi usaha serta mengatasi persaingan antara industri pengolahan terasi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah yang didapat yaitu bagaimana kelayakandan pengembangan usaha pengolahan terasiyang ada di Desa Mundu Pesisir. 1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dan arah pengembangan usaha pengolahan terasi di Desa Mundu Pesisir. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi kepada pelaku usaha pengolahan terasi untuk memecahkan permasalahan yang ada sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan. 1.5 Kerangka Pemikiran Industri hasil perikanan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah pada ikan. Nilai tambah adalah nilai yang didapat dari kegiatan mengubah input perikanan menjadi produk perikanan atau dari kegiatan mengolah hasil perikanan menjadi produk akhir. Terasi merupakan salah satu produk olahan perikanan berupa hasil fermentasi yang menggunakan bahan baku udang rebon. Harga udang rebon dipasaran yaitu Rp 4.000/kg sedangkan setelah diolah menjadi terasi mencapai Rp 40.000/kg ke atas tergantung dari kualitas dan stok yang ada dipasaran. Produk olahan udang rebon berupa terasi dapat menghasilkan perubahan nilai ekonomi. Perubahan nilai ekonomi akan dianalisis dengan melihat hasil pendapatan serta kelayakan dengan menggunakan Benefit Cost Ratio yang bertujuan untuk mengetahui pendapatan relatif dalam satu tahun terhadap biaya serta menggunakan Break Event Point untuk mengetahui titik Impas. 4 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) digunakan untuk mengetahui arah perkembangan pengolahan terasi pada penelitian ini yang terdiri dari analisis lingkungan internal serta analisis lingkungan eksternal. IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) atau Analisis Lingkungan Internal meliputi sumberdaya manusia, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen sedangkan EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary) atau Analisis Lingkungan Eksternal meliputi lingkungan makro yaitu politik,sosial ekonomi dan teknologi dan lingkungan mikro yaitu pesaing, pelanggan dan ketersediaan bahan baku. Setelah IFAS dan EFAS selanjutnya dilakukan evaluasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation). Nilai yang dihasilkan dari matriks IFE dan matriks EFE digunakan ke dalam matriks strategi untuk melihat strategi mana yang tepat untuk diterapkan pada usaha pengolahan terasi. Tahap selanjutnya adalah pemaknaan strategi SWOT sehingga menghasilkan alternatif strategi pengembangan usaha terasi di Kabupaten Cirebon. Secara umum kerangka pemikiran ini dapat di gambarkan pada Gambar 1. 5 Gambar 1. Skema Pendekatan Masalah 6