BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pemasaran Hijau (Green Marketing) a. Pengertian Pemasaran Hijau American Marketing Association (AMA) dalam Hawkins dan Mothersbaugh (2010) mendefinisikan pemasaran hijau sebagai: 1) Pengembangan produk yang proses produksinya, penggunaannya atau pembuangannya tidak menimbulkan dampak berbahaya bagi lingkungan daripada pemasaran produk versi tradisional. 2) Suatu proses pemasaran produk-produk yang diasumsikan aman terhadap lingkungan. 3) Mengikat pembelian produk kepada organisasi atau acara lingkungan. Boone dan Kurzt (2007) adalah suatu strategi pemasaran yang mempromosikan produk-produk dan metode produksi yang aman lingkungan. Selanjutnya Murthy (2010) pemasaran hijau menggabungkan berbagai kegiatan, termasuk modifikasi produk, perubahan proses produksi dan distribusi, perubahan kemasan, dan modifikasi komunikasi pemasaran. Dalam buku The Green Marketing Manifesto yang ditulis oleh Grant (2007) disebutkan tujuan pemasaran hijau dibagi dalam tiga tahap, 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 yaitu green yang memiliki tujuan kearah komunikasi bahwa merek atau perusahaan memiliki sikap peduli terhadap lingkungan hidup. Kedua adalah greener yang memiliki tujuan komersialisasi dan mengubah gaya konsumen dalam mengonsumsi atau memakai produk perusahaan. Ketiga adalah greenest yang memiliki tujuan untuk mengubah budaya konsumen ke arah yang lebih peduli terhadap sumber daya alam. 2. Perilaku Konsumen a. Pengertian Perilaku Konsumen Schiffman dan Kanuk (2010) perilaku konsumen merupakan proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan serta pengevaluasian suatu produk demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Hawkins, Best, dan Coney dalam Sudaryono (2014) perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses dimana mereka menyeleksi, menggunakan dan membuang produk, layanan, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak dari proses tersebut pada konsumen dan masyarakat. Peter dan Oslo dalam Rangkuti (2006) perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadiankejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Selanjutnya menurut Engel dalam Rangkuti (2006) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini. b. Green Consumer Behavior Green consumer behavior merupakan perilaku konsumen yang dalam setiap tindakan konsumsinya menerapkan wawasan ramah lingkungan. Ada beberapa tindakan yang harus dilakukan konsumen sebagai salah satu wujud perilaku konsumen ramah lingkungan yang sering dikenal dengan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) yaitu: 1) Reduce atau mengurangi menurut Mills (2012) dapat diartikan menggunakan lebih sedikit. Konsumen yang menggunakan lebih sedikit produk yang mencemari lingkungan dan beralih atau lebih mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan merupakan langkah yang sederhana namun, dapat meminimalkan dampak lingkungan. 2) Reuse atau menggunakan menurut Mills (2012) menggunakan kembali dapat diartikan menggunakan produk lagi sesuai dengan kegunaannya. Konsumen yang mengurangi kebutuhan akan produk baru dapat membantu mengurangi sampah atau limbah yang dapat mencemari lingkungan. 3) Recycle atau daur ulang menurut Mills (2012) merupakan proses mengolah sampah menjadi bahan atau produk baru. Hasil daur ulang yang berupa bahan atau produk tersebut dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 menjadi sumber daya yang berharga dan berguna bagi industri manufaktur. 3. Pengetahuan Produk a. Pengertian Produk Kotler dan Keller (2013) produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan dan kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalama, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide. Kotler dalam Kristianto (2011) memberi definisi produk adalah segala sesuatu yang dapat diberikan seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Selanjutnya menurut Stanto dalam Kristianto (2011) definisi produk adalah suatu sifat yang kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya. b. Tingkatan Produk 1) Tingkat dasar adalah manfaat inti (core benefit): layanan atau manfaat yang benar-benar dibeli pelanggan. 2) Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar (basic product). 3) Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan (expected product). Sekelompok atribut yang biasanya diharapakan pembeli ketika membeli produk. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 4) Tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan (augmented product) yang melebihi harapan pelanggan. 5) Tingkat kelima adalah produk potensial (potential product) yang mencakup semua kemungkingan tambahan dan transformasi yang mungkin dialami semua produk atau penawaran dimasa depan. c. Klasifikasi Produk Dulu pemasar mengklasikan produk berdasarkan ketahanan atau durabilitas, keberwujudan, dan kegunaan (konsumen atau industri). Setiap jenis produk mempunyai strategi bauran pemasaran yang sesuai. Ketahanan (durability) dan keberwujudan (tangibility) pemasar menggolongkan produk menjadi tiga kelompok menurut ketahanan dan keberwujudannya yaitu : 1) Barang-barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. 2) Barang tahan lama (durable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dapat digunakan untuk waktu lama. 3) Jasa (services) adalah produk yang tak berwujud, tak terpisahkan, bervariasi, dan dapat musnah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 d. Klasifikasi Barang Konsumen Mengklasifikasikan sejumlah barang yang dibeli konsumen berdasarkan kebiasaan belanja. Barang konsumen terbagi menjadi empat kategori yaitu sebagai berikut: 1) Barang sehari-hari (convenience goods) merupakan barang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi atau sering dibeli, dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usahan yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembelian. Barang sehari-hari dapat dibagi lagi menjadi barang pokok dan barang darurat. Barang kebutuhan pokok atau staples adalah barang yang dibeli konsumen secara teratur. Barang darurat dibeli ketika ada kebutuhan mendesak. 2) Barang belanja (shopping goods) barang yang secara karakteristik dibandingkan oleh konsumen berdasarrkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya. Barang belanja dibagi lagi menjadi barang belanja homogen dan barang belanja heterogen. Barang belanja homogen mempunyai kualitas yang serupa tetapi harganya cukup berbeda sehingga memberikan alasan kuat bagi perbandingan belanja. Barang belanja heterogen mempunyai fitur produk dan jasa yang berbeda yang mungkin lebih penting daripada harga. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 3) Barang khusus (speciality goods) mempunyai karakteristik atau identifikasi merek yang unik dimana ada cukup banyak pembeli yang bersedia melakukan usaha pembelian khusus. 4) Barang yang tak dicari (unsought goods) adalah barang yang tidak dikenal konsumen atau tidak terpikir untuk membeli. e. Klasifikasi barang industri Barang industri dapat diklasifikasikan berdasarkan biaya relatif mereka dan bagaimana mereka memasuki proses produksi. Barang industry terbagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut: 1) Bahan dan suku cadang (materials and parts) adalah barang yang seluruhnya menjadi bagian dari produk produsen. 2) Barang modal (capital item) adalah barang tahan lama yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk jadi. 3) Layanan bisnis dan pasokan (supplies dan business services) adalah barang dan jasa jangka pendek yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk jadi. f. Produk Hijau (Green Produk) Kasali (2009) mendefinisikan, produk hijau (green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Nugrahadi (2002) mengemukakan produk hijau (green product) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang dirancang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsianya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang. Selanjutnya Ottman (2006) mendefinisikan produk hijau (green product) merupakan produk yang biasanya tahan lama, tidak beracun, terbuat dari bahan daur ulang. g. Pengertian Pengetahuan Produk Coulter et al (2005) menyatakan bahwa pengetahuan produk merupakan variabel konseptual yang penting dalam perilaku konsumen dan dipengaruhi oleh pengumpulan informasi. Lin dan Zhen dalam Lin dan Chen (2006) menegaskan bahwa pengetahuan produk bergantung kepada kesadaran konsumen atau pengertian tentang produk, atau kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Zeithaml dalam Lin dan Lin (2007) menyatakan bahwa pengetahuan produk merupakan petunjuk intrinsik yang sangat penting bagi konsumen untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi produk sebelum dilakukannya pembelian. Larkin et al dalam Lin dan Chen (2006) bahwa pengetahuan produk konsumen dipengaruhi pemrosesan informasi. Konsumen pada umumnya akan membuat pilihan setelah mereka memperoleh informasi, meskipun informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan adalah berbeda. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Anderson, et al dalam Lin dan Lin (2007) membedakan konsumen berdasarkan jenis pengetahuan produk yang dimiliki, yaitu ahli (expert) dan pemula atau orang baru (novice). Ahli (expert) tidak perlu mencari informasi tentang banyak produk dan dapat memproses informasi secara efektif serta dapat membedakan berbagai merek dan menentukan kualitasnya. Sedangkan orang baru (novice) menjadikan saran atau masukan dari orang lain tentang pengetahuan produk karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki. h. Jenis Pengetahuan Produk Menurut Peter dan Olson (2013) konsumen memiliki tiga jenis pengetahuan produk. Pengetahuan mengenai atribut atau karakteristik produk, akibat atau keuntungan menggunakan produk dan pencapaian nilai konsumen atas produk. Pemasar harus memahami tiga jenis pengetahuan produk konsumen dalam mengembangkan strategi pemasaran secara efektif. 1) Produk sebagai kumpulan atribut atau karakteristik Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan pada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Pemasar dapat mengubah atribut merek dengan membuat produk lebih menarik lagi. Kosumen dapat memiliki pengetahuan jenis atau tipe atribut produk berbeda, atribut nyata mewakili karakter fisik yang dapat disentuh (nyata) dan atribute abstrak mewakili karakteristik subjektif tidak dapat disentuh. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Karakteristik produk yang dianggap sebagai green product sebagaimana dikemukakan oleh US Federal Trade Commision dalam Hayu (2014) adalah : a) Produk yang menggunakan bahan non toxic b) Produk tidak mengandung bahan yang dapat merusak lingkungan c) Tidak melakukan uji produk yang melibatkan binatang apabila tidak betul-betul diperlukan d) Menggunakan kemasan yang sederhana e) Mudah diproses ulang setelah pemakaian. 2) Produk sebagai kumpulan keuntungan Konsekuensi adalah hasil saat produk dibeli dan digunakan atau dikonsumsi. Konsumen dapat memiliki dua jenis atau tipe konsekuensi produk yaitu: a) Konsekuensi fungsional (functional consequence) adalah hasil nyata akibat penggunaan produk yang dialami konsumen secara langsung. Konsekuensi fungsional juga mencakup sifat fisik dan hasil performa yang dapat dirasakan ketika menggunakan atau mengkonsumsi produk. b) Konsekuensi psikososial (psychosocial consequences) merujuk pada hasil psikologis dan sosial pengguna produk. Konsekuensi psikososial atas penggunaan produk merupakan hasil yang bersifat internal dan personal, seperti http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 hal yang dirasakan ketika menggunakan produk tersebut. Sebagian besar konsekuensi psikososial memiliki kualitas efektif. Misalnya, menggunakan sampo matrik mungkin membuat anda merasa lebih menarik. Konsumen juga mungkin memiliki konsekuensi sosial atas penggunaan produk, seperti teman saya akan menyukai atau menghormati, atau iri kepada saya jika membeli TV layar lebar HD Sony atau Ibu saya akan berpikir bahwa saya termasuk konsumen cerdas jika membeli jaket tersebut ketika di obral. 3) Produk sebagai pemuas nilai Konsumen juga memiliki pengetahuan mengenai nilai simbolis personal produk dan merek. Nilai (value) merupakan tujuan hidup secara luas (saya ingin sukses; saya membutuhkan keamanan). Nilai sering kali melibatkan afeksi emosional dikaitkan dengan tujuan dan kebutuhan tersebut. Mengakui ketika nilai telah terpenuhi atau tujuan hidup pokok telah dicapai adalah sebuah perasaan internal yang tidak dapat diwujudkan dan subjektif (saya merasa aman; saya dihormati oleh orang lain; saya merasa sukses). Ada banyak cara untuk mengelompokan nilai. Satu skema berguna mengidentifikasi dua jenis atau tingkatan nilai yaitu: a) Nilai instrumental yaitu merupakan cara berperilaku yang lebih disukai. Ada beberapa cara berperilaku yang memiliki http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 nilai positif untuk sesorang (memiliki waktu, bertindak secara independen, dan menunjukan kemandirian). b) Nilai terminal adalah keadaan diri yang lebih disukai atau keadaan psikologis lebih luas (gembira, damai, dan sukses). 4. Sikap a. Pengertian Sikap Menurut Kotler dan Amstrong dalam Sudaryono (2014) pada perinsip pemasaran, sikap merupakan evaluasi, perasaan, dan kencenderungan seseorang yang secara konsisten menyukai atau tidak menyukai suatu objek atau gagasan. Menurut Hawkins dalam Ferrinandewi (2008) sikap adalah proses pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi dan kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya. Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Ferrinandewi (2008) sikap adalah respon yang konsisten baik respon positif maupun negatif terhadap suatu objek sebagai hasil dari proses pembelajaran. b. Komponen Sikap Ajzen dalam Suryani (2008) sikap memiliki beberap komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Tiga komponen tersebut akan berputar dan saling mendahului. Artinya untuk setiap konsumen titik awal terbentuknya sikap seperti yang terlihat pada gambar sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Afektif Kognitif Konatif GAMBAR 2.1 : KOMPONEN SIKAP KONSUMEN 1) Komponen kognitif Dalam komponen kognitif terdiri dari keyakinan dan pengetahuan konsumen tentang produk. Keyakinan dan pengetahuan tentang produk yang berbeda antara satu konsumen dengan konsumen yang lain. 2) Komponen afektif Komponen afektif merupakan perasaan atau emaosi kita terhadap objek tertentu. Biasanya diungkapkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka. Umumnya keyakinan konsumen akan suatu produk melekat erat dengan perasaannya. 3) Komponen konatif Keyakinan dan rasa suka pada suatu produk akan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan sebagai wujud dari keyakinan dan perasaannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 5. Keputusan Pembelian a. Pengertian Pengambalian Keputusan Pembelian Kotler dan Keller (2007) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang memainkan peran penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Schiffman dan Kanuk (2010) setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan berbagai macam produk dan merek pada periode tertentu. Menurut Ujang Suwarman (2010) menjelaskan bahwa perilaku konsumen berusaha memahami bagaimana konsumen mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa. Pengambilan keputusan pembelian merupakan sebuah proses pemilihan option dari dua atau lebih pilihan alternatif. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Terdapat faktor internal yang relevan terhadap proses pengambilan keputusan konsumen: 1) Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. 2) Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 3) Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan suka atau tidak suka seseorang akan suatu hal. 4) Integritas (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Persaan suka akan mendorong seorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut. c. Proses Keputusan Pembelian Para sarjana pemasar telah menyusun “model urutan tahap” proses keputusan pembelian. Para konsumen melewati lima tahap yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu. Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku Masalah Informasi Alternatif Pembelian Pasca Pebelian GAMBAR 2.2 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1) Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 misalnya dorongan memenuhi rasa lapar dan haus yang mencapai ambang batas tertentu. Sedangkan rangsangan eksternal misalnya seseorang yang mengagumi mobil baru tetangganya atau menonton iklan televisi tentang liburan dihawai yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian. 2) Pencarian informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Suber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok yaitu : a) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan. b) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur dan kemasan. c) Sumber publik : media massa dan organisasi konsumen. d) Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk. 3) Evaluasi alternatif Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir. Konsumen akan mempunyai kebutuhan dan akan mencari manfaat tertentu, selanjutnya melihat kepada atribut produk. Adapun asumsi-asumsi tentang evaluasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 dalam diri pembeli hingga menjadi suatu keputusan sebagai berikut : a) Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. b) Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masingmasing. Konsumen memiliki penerkanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. c) Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. d) Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut produk. e) Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi. 4) Keputusan pembelian Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 5) Perilaku pasca pembelian Setelah pembelian konsumen mungkin mengalami ketidak sukaan karena memerhatikan fitur-fitur tertentu yang menggangu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga atas informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu merasa nyaman dengan merek. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakai produk pasca pembelian. a) Kepuasan pasca pembelian Kepuasan pembeli adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk trsebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, konsumen akan kecewa. Jika ternyata sesua harapan, konsume akan puas. Jika melebihi harapan, kosumen akan sangat puas. b) Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidak puasan terhadap produk akan mempengaruhi konsumen selanjutnya. Jika puas, konsumen akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk kembali membeli produk tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 c) Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu pembelian dipengaruhi oleh stimulus (rangsangan). Dengan kata lain, apakah seserorang merasa terlibat atau tidak terhadap produk ditentukan apakah dia merasa penting atau tidak dalam pengambilan keputusan pembelian produk atau jasa. Oleh karena itu, dapat dikatankan bahwa ada konsumen yang mempunyai keterlibatan tinggi dalam pembelian suatu produk atau jasa, da nada juga konsumen yang mempunya keterlibatan rendah atas pembelian produk atau jasa. 6. Penelitian Terdahulu NO 1 PENELITI Juharsah dan Hartini (2014) TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU JUDUL VARIABEL The Role of Attitude sikap, as Relationship etnosentrisme Mediation between , Pengetahuan Products Knowledge produk, minat and Ethnocentrism beli on Purchasing Intention of Buton Special Woven (Study on the City Of Bau-Bau) http://digilib.mercubuana.ac.id/ HASIL Pengetahuan produk terhadap sikap berpengaruh signifikan, pengetahuan produk terhadap minat beli berpengaruh signifikan, etnosentrisme berpengaruh signifikan terhadap sikap, etnosentrisme berpengaruh 28 NO TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU (LANJUTAN) PENELITI JUDUL VARIABEL 2 Arbayu Restu Adi Nugroho (2015). 3 Rima Berlian Pradesta (2014) HASIL signifikan terhadap minat beli, dan pengetahuan produk berpengaruh signifikan terhadap minat beli melalui sikap Analisis Pengaruh Pengetahuan Pegetahuan Product Knowledge, produk, sikap, produk Sikap Pada Produk minat beli berpengaruh Terhadap Minat Beli secara Produk Zandilac signifikan (Studi Kasus pada terhadap Mahasiswa Fakultas sikap pada Ekonomi dan Bisnis produk, sikap Universitas pada produk Muhammadiyah berpengaruh Surakarta) (Doctoral signifikan dissertation, terhadap Universitas minat beli, Muhammadiyah dan Surakarta). pengetahuan produk berpengaruh signifikan terhadap minat beli Pengaruh Etnosentrisme Etnosentrism Etnosentrisme, , citra merek, e Brand Image Dan pengetahuan mempengaru Product Knowledge produk, hi keputusan Terhadap Keputusan keputusan pembelian, Pembelian Produk pembelian citra merek Pakaian Jadi Impor tidak mempengaru hi keputusan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 NO TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU (LANJUTAN) PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL pembelian, pengetahuan produk mempengaru hi keputusan pembelian 4 Khosrozadeh Shirin dan Heidarzadeh Hanzaee Kambiz (2011) The Effect of the Country-of-Origin Image, Product Knowledge and Product Involvement on Consumer Purchase Decisions Citra negara asal, pengetahuan produk dan keterlibatan produk 5 Kurniawan Setyanto, Azis Fathoni,SE.,MM dan Maria M Minarsih (2015 ) Pengaruh Perilaku Konsumen Dalam Mengambil Keputusan Memilih Jasa Angkutan Umum Bus Damri Di Kota Semarang Persepsi, motivasi, pembelajaran , sikap dan keputusan komsumen Sumber : Berbagai jurnal http://digilib.mercubuana.ac.id/ Citra negara asal, pengetahuan produk, dan ketelibatan produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian Persepsi, motivasi, pembelajaran dan sikap bepengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen memilih bus 30 7. Hubungan Antara Variabel a. Pengaruh Pengetahuan Produk Terhadap Sikap Lin dan Zhen dalam Lin dan Chen (2006) menegaskan bahwa pengetahuan produk bergantung kepada kesadaran konsumen atau pengertian tentang produk, atau kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut Hal ini didiukung oleh penelitian Arbayu Restu Adi Nugroho (2015) yang menyatakan bahwa pengetahuan produk berpengaruh secara signifikan terhadap sikap pada produk. Hal ini menyatakan bahwa semakin besar pengetahuan produk seseorang maka sikapnya terhadap produk akan semakin positif. Selanjutnya hasil penelitian Juharsah dan Hartini (2014) menyatakan bahwa pengetahuan produk terhadap sikap berpengaruh signifikan. H1: pengetahuan produk berpengaruh signifikan terhadap sikap b. Pengaruh Pengetahuan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Menurut Zeithaml dalam Lin & Lin (2007) menyatakan bahwa pengetahuan produk merupakan petunjuk intrinsik yang sangat penting bagi konsumen untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi produk sebelum dilakukannya pembelian. Larkin et al dalam Lin & Chen (2006) bahwa pengetahuan produk konsumen dipengaruhi pemrosesan informasi. Konsumen pada umumnya akan membuat pilihan setelah mereka memperoleh informasi, meskipun informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan adalah berbeda. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Hal ini didukung oleh penelitian Rima Berlian Pradesta (2014) menyatakan bahwa variabel pengetahuan produk mempengaruhi keputusan pembelian. Konsumen dengan pengetahuan produk yang tinggi akan cenderung mengandalkan isyarat intrinsik bukan stereotip untuk membuat penilaian terhadap kualitas produk karena mereka menyadari pentingnya informasi produk. Selanjutnya hasil penelitian Khosrozadeh Shirin dan Heidarzadeh Hanzaee Kambiz (2011) menyatakan bahwa pengetahuan produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian. H2 : pengetahuan produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian c. Pengaruh Sikap Terhadap Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2012) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi faktor-faktor psikologis yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran serta kepercayaan dan sikap. Hal ini didukung oleh penelitian Kurniawan Setyanto, Azis Fathoni, SE., MM, dan Maria M Minarsih (2015) menyatakan bahwa variabel sikap mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Hal ini menunjukan bahwa semakin positif sikap akan membuat keputusan pembelian terhadap produk semakin besar. H3: sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 B. Rerangka Konseptual Dari hubungan antaran variabel dan hipotesis yang telah dipaparkan maka, dapat digambarkan model rerangka konseptual penelitian pada Gambar 2.3 berikut: H1 Sikap Pengetahuan H3 produk Keputusan H2 pembelian GAMBAR 2.3 MODEL RERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN http://digilib.mercubuana.ac.id/