bab ii landasan teori - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kualitas Produk
a. Pengertian Kualitas Produk.
Kualitas produk merupakan penggerak kepuasan pelanggan yang
pertama dan kualitas produk ini adalah dimensi yang global.1 Kualitas
produk merupakan fokus utama dalam perusahaan, kualitas merupakan
salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang
harus memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau paling tidak
sama dengan kualitas produk dari pesaing.
Produk yang ditawarkan haruslah suatu produk yang benar-benar
teruji dengan baik mengenai kualitasnya. Karena bagi konsumen yang
diutamakan adalah kualitas dari produk itu sendiri. Konsumen akan lebih
menyukai dan memilih produk yang mempunyai kebutuhan dan
keinginanya. Pengaruh kualitas produk dan jasa, kepuasan pelanggan, dan
profitabilitas perusahaan adalah tiga hal yang berkaitan erat. Semakin tinggi
pula tingkat kualitas, semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan yang
1
Darmadi Durianto, Brand Equity Ten Strategy Memimpin Pasar, (Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 2004),hal. 38
18
19
dihasilkan, yang mendukung harga yang lebih tinggi dan sering kali biaya
sering rendah.2
Kualitas memiliki dampak langsung pada kinerja produk atau jasa.
Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka perlu suatu
standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk
yang dihasilkan memenhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen
tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan.
Pasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan
menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun
akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan
diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak
akan berfikir untuk melakukan pembelian.
Kualitas produk dalam praktik bisnis apapun sangat diperlukan, oleh
karena itu pebisnis perlu mengenal apa yang dimaksud dengan kualitas yang
dirasakan (perceived quality) oleh konsumen, dalam literatur pemasaran
kualitas didefinisikan : (a) sebagai penilaian pelanggan terhadap superioritas
atau keunggulan menyeluruh dari suatu produk (zeithaml,1988), (b) sampai
tingkat apa produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan, (c) sampai
tingkat apa produk atau jasa bebas dari kekurangan/kegagalan (Andreassen,
1997), (d) keseluruhan ciri dan sifat dari produk atau jasa yang berpengaruh
pada kemampuan memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat
2
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 1.
(Jakarta : Erlangga, 2009),hal. 144
20
(Kano, 1993), (e) keunggulan suatu produk atau pelayanan dilihat dari
fungsinya secara relatif dengan produk lain (Amin Wijaya, 2003).3
Dari pandangan para ahli diatas, ternyata kualitas produk yang
diinginkan konsumen sangat relatif, tetapi bagi pebisnis yang penting
adalah:
1. Perlu mengenal produk yang dibutuhkan dan dinginkan konsumen
sebelum dibuat atau dipasarkan atau diperdagangkan (sebagai distributorperitail)
2. Perlu mengonfirmasikan kesesuaian produk yang dinginkan konsumen
dan,
3. Merincikan karakteristik produk sehingga beda dari produk lain (product
differentiation).
b. Produk-Produk Perbankan Syariah.
Produk
umum
perbankan
syariah
merupakan
penggabungan
berkenaan cara penghimpunan dan penyaluran dana yang dilakukan oleh
Bank Syariah seperti yang telah diuraikan. Produk-produk yang secara
umum diaplikasikan untuk melayani kebutuhan warga masyarakat. Produkproduk dimaksud secara teknis telah mendapat rekomendasi dari para
ulama, atau dalam hal ini telah mendapat persetujuan dari Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSM MUI) yang berwenang
mengawasi berbagai bentuk dan produk perbankan| syariah sampai pada
tingkat operasionalnya. Hasil produk umum perbankan syariah dimaksud,
3
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009), hal. 167
21
yang kemudian dilaporkan kepada Dewan Syariah Nasional Laporan itu
mempertanyakan apakah telah sesuai dengan ketentuan syariah ; atau telah
menyimpang. Sebagaimana telah dipraktikkan di beberapa negara yang
mayoritas berpenduduk muslim.
Dalam sistem perbankan syariah, terdapat beberapa produk yang
dioperasikan
atau
diaplikasikan
dalam
kehidupan
sosial
ekonomi
masyarakat. Namun demikian, terdapat sejumlah produk perbankan syariah
yang diterapkan karena beberapa alasan. Namun, telah diterapkan di
beberapa negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Produk-produk
perbankan syariah yang telah mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah
nasional untuk dijalankan antara lain sebagai berikut.
1. Pendanaan
Produk-produk
pendanaan
bank
syariah
ditujukan
untuk
memobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian
dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi
semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena
Islam secara tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut
penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan
sosial-ekonomi Islam.4
Upaya penghimpunan dana dirancang sedemikian rupa untuk
menarik minat masyarakat untuk menjadi nasabah. Prinsip utama dalam
funding (penghimpun dana) adalah kepercayaan. Artinya kemauan
4
122
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal.
22
masyarakat untuk menaruh dananya pada bank sangat dipengaruhi oleh
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri.5
Jumlah dana yang dapat dihimpun dalam perbankan tidak terbatas.
Namun demikian, perbankan syariah harus mampu mengidentifikasi
berbagai sumber dana dan mengemasnya kedalam produk-produknya
sehingga memiliki nilai jual yang layak. Penghimpunan dana di
perbankan syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip
operasional syariah yang ditetapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.6
Tabel 1.2
Bentuk Produk Pendanaan
Giro
-Wadi‟ah
- Qardh
Tabungan
-Wadi‟ah
- Qardh
- Mudharabah
Deposito/Investasi
-Mudharabah
Obligasi/Sukuk
-Mudharabah
-Ijarah
1) Prinsip Giro Wadi’ah
Giro Wadi‟ah adalah produk pendanaan bank syari‟ah berupa
simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro (current account)
untuk keamanan dan kemudahan pemakainya. Karakteristik giro
wadi’ah ini mirip dengan giro bank konvensional, ketika kepada
nasabah penyimpan diberi garansi untuk dapat menarik dananya
sewaktu-waktu
dengan
menggunakan
berbagai
fasilitas
yang
dsediakan oleh bank, seperti ck, bilyet giro, kartu ATM, atau dengan
5
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitu…,hal. 149
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2006), hal. 107
6
23
menggunakan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
membidahbukukan tanpa biaya.7
Jadi prinsip simpanan wadi’ah merupakan akad penitipan
barang atau uang pada bank syariah, oleh sebab itu, pihak bank
berkewajiban menjaga dan merawat barang tersebut dengan baik serta
mengembalikannya saat penitip (muwadi’) menghendakinya. Prinsip
wadi‟ah dibagi menjadi dua yaitu; wadi’ah amanah dan wadi’ah yad
amanah.
Wadi’ah amanah yaitu penitipan barang atau uang tetapi bank
tidak memiliki hak untuk mendayagunakan titipan tersebut. Atas
pengembangan produk ini, bank dapat mensyaratkan adanya jasa (fee)
kepada penitip (muwadi’), sebagai imbalan atas pengamanan,
pemeliharaan dan administrasinya. Nilai jasa tersebut sangat
tergantung pada jenis barang dan lamanya penitipan. Prinsip wadi‟ah
amanah ini sering berlaku pada bank dengan jenis kotak penyimpanan
(save deposit box).
Sementara itu dalam wadi’ah yad dhomanah merupakan akad
penitipan barang atau uang kepada bank, namun bank memiliki hak
untuk mendayagunakan dana tersebut. Atas akaad ini deposan akan
mendapatkan imbalan berupa bonus, yag tentu saja besarnya sangat
tergantung dengan kebijakan manajemen bank syariah. Prinsip
7
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syaria…, hal. 114
24
wadi’ah yad dhomanah ini sering dipraktikkan untuk dana-dana yang
bersifat sosial, setiap penitip tindak menghendaki adanya imbalan.
2) Prinsip Mudharabah
Prinsip mudharabah merupakan akad kerja sama modal dari
pemilik dana (shahibul maal) dengen pengelola dana atau pengusaha
(mudharib) atas dasar bagi hasil. Dalam pemghimpunan dana, pihak
bank syariah berfungsi sebagai mudharib dan penyimpan sebagai
shahibul maal. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, dan kerugian
ditanggung oleh pemilik dana atau nasabah. Dalam praktiknya,
tabungan mudharabah bisa digunakan secara luas oleh bank syariah.
Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di bank dalam
kurun waktu yang tertentu. Keuntungab dari investasi terhadap dana
nasabah yang dilakukan bank akan dinbagikan antara bank dan
nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
2. Pembiayaan
Beradasarkan UU no 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan
adalah : “penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan
sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil”.8
8
UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pengertian Pembiayaan.
25
Sedangkan menurut PP No. 9 tahun 1995, tentang pelaksanaan
simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah : “Penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamkan dengan itu, berdasarkan
tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan diserati pembayaran sejumlah imbalan”.
Produk-produk pembiayaan bank syariah, khususnya pada bentuk
pertama, ditujukan untuk
menyalurkan investasi
dan simpanan
masyarakat ke sektor riil dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi
bersama (investement financing) yang dilakukan bersama mitra usaha
(kreditor) menggunakan pola bagi hasil (mudharabah dan musyarakah)
dalam bentuk investasi sendiri (trade financing) kepada yang
membutuhkan pembiayaan menggunakan pola jual beli
(murabahah,
salam istishna) dan pola sewa (ijarah ijarah muntahiya bittamlik)
Contoh produk-produk pembiayaan bank syariah dan akad yang
digunakan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Produk Pembiayaan
Prinsip
Modal kerja
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
Salam
Investasi
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
istishna,
Ijarah,
ijarah
Muntahiya
Bittamlik
26
Pengadaan Barang dan investasi, Murabahah, Ijarah Muntahiya Bittamlik,
Aneka Barang
Musyarakah Muntanaqisoh
Perumahan, Properti
Murabahah, Ijarah Muntahiya Bittamlik,
Musyarakah Muntanaqisoh
Proyek
Mudharabah, Musyarakah
Ekspor
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah
Produksi Agribinsis/ sejenis
Salam, Salam pararel
Manufaktur, konstruksi
Istishna, Istishna pararel
Penyertaan
Musyarakah
Surat Berharga
Mudharabah, Qardh
Sewa Beli
Ijarah Muntahiya Bittamlik
Akuisisi Aset
Ijarah Muntahiya Bittamlik
Dari sekian banyak produk pembiayaan bank syariah, tiga produk
pembiayaan utama yang mendominasi portofolio pembiayaan bank
syariah adalah pembiayaan modal kerja, pembiayaan investasi dan,
pembiayaan aneka barang dan property.9
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan pengunaannya yaitu; pembiayaan dengan
prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang, prinsip sewa ditujukan
untuk mendaptakan jasa, prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja
9
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah…., hal. 123
27
sama yang ditujukan guna mendaptkan barang dan jasa, sedangkan akad
pelengkap ditujukan untuk memperlancar masing-masing produk.10
Berikut ini adalah jenis produk pada penyaluran dana:
1) Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
Pembiayaan
berdasarkan
prinsip
jual
beli
merupakan
penyediaan barang modal maupun investasi untuk pemenuhan
kebutuhan modal kerja maupun investasi. Pembiayaan dengan prinsip
jual beli mempunyai jenis-jenis sebagai berikut:
a. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli.
Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa
kemudian menjualnya kembali kepengguna jasa dengan harga
dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan
pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya
angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran = harga
pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh: harga rumah,
500juta, margin bank/keuntungan 100 jt, maka yang dibayar
nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang
disepakati diawal angtara Bank dan Nasabah Bank bertindak
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
keuntungan. Kedua pihak harus sepakat atas harga jual dan jangka
10
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuanga…., hal. 97
28
waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli,
dan tak berubah selama berlakunya akad. Dalam transaksi ini
barang diserahkan setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan
secara tangguh. Pembiayaan yang menggunakan akad jual-beli
antara bank dan nasabah, bank membeli barang yang dibjutuhkan
dan menjualnya kepada nasabah sebesar pokok ditambah dengan
keuntungan margin yang disepakati.11
Dalam transaksi Murabahah, bank membeli barang dari pihak
ketiga dan menjualnya kepada klien dengan keuntungan yang
ditetapkan diawal dan pembayarannya dilakukan secara bertahap.
Dengan cara ini, maka klien dapat membeli barang tanpa dikenakan
bunga pinjaman.
Proses transaksi murabahah secara umum meliputi langkah
berikut ini:
a) Tahap 1 : Klien menyatakan keinginannya untuk melaksanakan
transaksi murabahah dengan bank, dan atas persetujuan bank,
mendatangani “Janji untuk Membeli”
b) Tahap 2 : Bank membeli barang dari penjual
c) Tahap 3 : klien membeli barang secara mencicil kepada bank,
seharga beli ditambah margin bagi bank.
b. Salam
11
Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syari’ah, (Yogyakarta : Universitas Atma
Jaya,2008), hal. 69
29
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual
belikan belum ada. Oleh karena itu barang yang diserahkan secara
tanggu sedangkan pembayarannya secara tunai dimuka.
Ketentuan Umum:
1) Kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan
dengan pasti.
2) Apabila hasil produksi yang diterima cacat tidak sesuai akad
maka nasabah harus bertanggung jawab untuk menggantikan
dana yang diterimanya.
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Oleh karena itu barang yang diserahkan secara tangguh,
sedang pembayaran secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli,
nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip dengan sisitem
ijon, namun dalam salam, kualitas, kuantitas, harga dan waktu
penyerahan barang ditentukan secara pasti.
Dalam praktek, barang yang diserahkan kepada Bank, maka
bank dapat menjual kembali barang tersebut secara tunai atau
cicilan. Harga jual yang ditrtapkan adalah harga beli ditambah
keuntungan. Umumnya transaksi ini ditetapkan dalam pembayaran
barang yang belum ada, seperti pemebelian komoditi pertanian oleh
bank, untuk kemudian dijual secara tunai atau cicilan.
c. Istishna
30
Istishna adalah perjanjian untuk mendapatkan barang atas
nama pihak ketiga dimana barang dibayarkan dimuka kepada
perusahaan manufaktur dan barangnya diproduksi dan diserahkan
belakangan.
Menyerupai salam, namun pembayaran dapat dilakukan oleh
bank dalam beberapa termin pembayaran. Skim istishna dalam
bank syariah, umum dilakukan untuk pembiayaan manufaktur dan
kontruksi. Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti: jenis,
ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual dicantumkan dalam akad
istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
2) Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah akad antara bank dengan nasabah untuk menyewa
suatu barang/objek sewa milik bank dan bank mendapatkan imbalan
jasa atas barang yang disewakan.
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Bila
pada jual beli obyek transaksi adalah barang, maka pada ijarah
obyeknya jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual barang
yang disewakannya kepada nasabah. Harga jual dan harga sewa
disepakati pada awal perjanjian.
Dalam proses ijarah, Bank membeli sebuah asset kemudian
menyewakannya kepada klien dengan pembayaran tetap setiap bulan.
Perjanjian ijarah dapat memasukkan opsi kepada penyewa untuk
31
membeli aset tersebut pada akhir masa penyewaan, meskipun hal ini
tidak selalu dibutuhkan.
Proses transaksi ijarah sebagai berikut:
a. Tahap 1 : Bank dank lien meyepakati syarat-syarat penyewaan.
b. Tahap 2: Bank membeli aset dari penjual
c. Tahap 3: Klien menyewa aset dari bank dengan membayar biaya
sewa setiap bulan.
d. Tahap 4: Klien membeli aset dari bank di akhir periode sewa.
3) Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil dibagi menjadi dua yaitu;
a. Musyarakah
Musyarakah (joint vebture), konsep ini diterapkan pada
model partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan
dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing
pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah konsep ini
ada campur tangan
pengelolaan manajemennya
sedangkan
mudharabah tidak ada campur tangan.
Pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan khusus untuk
modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal
usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
32
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak
yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka
miliki secara bersama-sama.
Ketentuan umum : semua modal distukan untuk dijadikan
modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap
pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pelasana proyek.
b. Mudharabah
Pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan
nasabah ditanggung oleh Bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi
sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Mudharabah adalah perjanjian antara penyedia modal dengan
pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut
rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh
oleh pihak bank, kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan
pengelolaan, kelalaian dan penyimpanan pihak nasabah seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
c. Prinsip-prinsip Analisis Pembiayaan
Di dalam menyalurkan dananya, perbankan syariah memiliki prinsipprinsip
analisis
pembiayaan
yang
dipergunakan
dalam
penilaian
permohonan pembiayaan, yang dikenal dengan unsur 5C, yaitu12 :
1. Character
12
Sunarto Zulfikri, Paduan Praktis Transaksi Perbanakan Syariah,( Jakarta : Zikrul Iklim,
2003), hal. 140
33
Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon debitur dengan
tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa nasabah pengguna dana
akan dapat memenuhi kewajibannya.
2. Capacity
Penilaian secara subyektif tentang kemampuan debitur untuk
melakukan pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan prestasi
debitur di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan.
3. Capital
Penilaian terhadap kemapuan modal yang dimiliki oleh calon
debitur, yang diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui
rasio financial dan penekanan modalnya.
4. Collateral
Collateral adalah jaminan milik calon debitur. Penilaian untuk
menyakinkan jika suatu resiko kegagalan terjadi.
5. Condition of Economy
Kondisi dari perekonomian debitur sekarang khususnya yang
terkait dengan jenis usaha calon debitur. Hal ini dilakukan keadaan
eksternal usaha yang dibiayai mempunyai peranan penting dalam
memperlancar usahanya.
d. Kepatuhan Syariah
Kepatuhan syariah adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh
bank syariah yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Kepatuhan syariah adalah pemenuhan seluruh prinsip-prinsip syariah dalam
34
kegiatan yang dilakukan sebagai wujud dari karakteristik lembaga itu
sendiri, termasuk dalam hal ini bank syariah.13
Dari sudut pandang masyarakat, khususnya pengguna jasa bank
syariah, kepatuhan syariah merupakan inti dari integritas dan kreabilitas
bank syariah. Eksitensi bank syariah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat Islam akan pelaksanaan ajaran Islam menyeluruh (kaffah)
termasuk dalam kegiatan penyaluran dana melalui bank syariah.
Kepercayaan dan keyakinan masyarakat pada lembaga keuangan syariah
didasarkan dan dipertahankan melalui pelaksanaan prinsip hukum Islam
yang diadaptasi dalam aturan operasional instistusi tersebut.
Tanpa adanya kepatuhan terhadap prinsip syariah, masyarakat akan
kehilangan keistimewaan yang mereka cari sehingga akan berpengaruh pada
keputusan mereka untuk memilih ataupun terus melanjutkan pemanfaatan
jasa yang diberikan oleh bank syariah.
e. Penetapan Nisbah
Untuk menentukan tingkat pembagian hasilnya, pihak bank syariah
akan menghitung setiap bulan atau setiap periode tertentu sesuai dengan
periode perhitungan pendapatan usaha. Berapa pun tingkat pendapatan
usaha, itulah yang kemudian didistribusikan kepada para nasabah atau
anggota. Oleh karenanya, nasabah perlu mengetahui tingkat nisbah masingmasing produk. Nisbah merupakan proporsi pembagian hasil.
13
Habiah Ilhami, Jurnal “Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah Sebagai
Otoritas Pengawas Kepatuhan Syariah Bagi Bank Syariah, Volume 21, No 3, dalam
http://mimbar.hukum.ugm.ac.id/index.php/jmh/article/view/314/169, diakses tanggal 12 juni 2016
35
Begitu pula dalam pembiayaan bagi hasil. Debitur harus melaporkan
pembukuan usahanya, sehingga dapat diketahui nilai bagi hasilnya. 14 Nisbah
ini
akan ditetapkan dalam akad atau perjanjian. Sebelum
akad
ditandatangani, nasabah atau anggota dapat menawar sampai pada tahap
kesepakatan. Kesepakatan tentang nisbah ini selanjutnya tertuang dalam
akad. Atas dasar laporan dari nasabah, manajemen bank syariah akan
membuat perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan nisbah tersebut. Bagi
hasil baru akan dibayar setelah terjadi penjualan, itupun kemungkinannya
dapat saja tidak memberi bagi hasil karena memang usahanya merugi. Dari
mekanisme tersebut, sistem bagi hasil lebih kompetitif. Konsumen tetap
akan mendapatkan harga jual produk dengan harga yang wajar, meskipun
situasinya krisis.
Penerapan dalam Bank Jatim Cabang Syariah Kediri pola bagi
hasilnya yang disimpanan ada dua akad yaitu wadi‟ah dan mudharabah.
Simpanan nasabah yang telah mengendap selama 1 bulan harus dihitung
bagi hasilnya. Dalam perhitungan pembagian keuntungan akad mudharabah
dengan bagi hasil yang sudah disetujui bersama, sedangkan akad wadiah
dengan bonus sesuai kebijakan manajemen. Tata cara perhitungan bagi hasil
simpanan berasal dari pendapatan bank syariah kepada nasabahnya. Untuk
menentukan besarnya bagi hasil untuk tiap-tiap penyimpanan harus
14
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil(BMT)…, hal. 121
36
diketahui unsur-unsurnya terlebih dahulu.Unsur-unsur perhitungan Bagi
hasil simpanan15:
a. Rata-rata saldo simpanan setiap saat
b. Rata-rata saldo bulanan setiap produk simpanan
c. Rata-rata bulanan seluruh simpanan dan modal (termasuk simpanan
pokok khusus, pokok dan wajib serta modal penyertaan.
d. Total pendapatan dan pembiayaan, dan distribusi pendapatan dari setiap
produk simpananan.
e. Pendapatan bagian nasabah dan bank untuk tiap produk simpanan sesuai
dengan nisbahnya.
f. Indek hasil bagian nasabah untuk jenis simpanan
g. Bagi hasil untuk setiap nasabah penyimpanan untuk setiap jenis produk
simpanan.
B. Citra Perusahaan
a. Pengertian Citra Perusahaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian citra
adalah: (1) kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki
produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh
sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas
dalam karya prosa atau puisi.16
15
Modul Pelatihan Calon Pengelola dan Pengelola Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah,
(Tulungagung, : Diklat PINBUK tidak diterbitkan, 2015)
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 216
37
Citra (image) merupakan gambaran yang ada dalam bentuk publik
tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan
menyangkut pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, atau
perilaku individu-individu dalam perusahaan dan lainnya. Pada dasarnya
persepsi akan mempengaruhi sikap publik apakah mendukung, netral atau
memusuhi.
Menurut Soleh Soemirat, menyimpulkan bahwa secara umum citra
diartikan sebagai kesan seseorang individu tentang suatu yang muncul
sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.17 Menurut Bill Canton
dalam Sukatendel (1990) mengatakan bahwa citra adalah kesan, perasaan,
gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja
diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi.18
Menurut Sutrisna, Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek,
yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber waktu.
Sasaran penting dari strategi pemasaran adalah persepsi terhadap merek,
toko atau perusahaan.
Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan,
seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai
citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra
perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir,
17
Soleh Soemirat, Dasar-Dasar Publik Relations, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 114
18
Soeganda Priyatna, Dasar-Dasar Publik Relations, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2015), hal. 111
38
staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan
pelanggan disektor perdagangan
yang mempunyai pandangan terhadap
perusahaan.19
Citra perusahaan diasumsikan berdampak akibat pada pilihan
pelanggan perusahaan ketika atribut pelayanan sulit untuk dievaluasi, maka
citra perusahaan didirikan dan dikembangkan di benak konsumen melalui
komunikasi dan pengalaman. Menurut iman terdapat tiga hal penting dalam
citra, yaitu kesan obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya.
Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri atas sekelompok
oreng di dalamnya. Citra dapat terbentuk dalam memproses informasi yang
tidak menutup kemungkinan terjadinya citra pada obyek dari adanya
penerimaan informasi setiap waktu.20
Citra perusahaan dipercaya memiliki krakteristik yang sama seperti
potret diri dalam mempengaruhi keputusan pembelian, citra produk dapat
merangsang pembelian dari suatu perusahaan. Dalam konteks ini, citra
perusahaan menjadi isu penting bagi keyakinan customer dalam kaitannya
dengan pengenalan dan kesadaran merek, kepuasan konsumen dan perilaku
nasabah. Citra perusahaan dapat menjadi informasi ekstrinsik bagi pembeli
yang ada atau calon pembeli dan mungkin mempengaruhi kesetian para
nasabah, termasuk keinginannya meningkatkan citra positif melalui mulut
ke mulut. Citra perusahaan ditancapkan dalam pikiran pelanggan melalui
19
Soeganda Priyatna, Dasar-Dasar Publik Relations…, hal. 113
Ni Putu Cempaka Dharmadewi Atmaja, Pengaruh Kewajaran Harga, Citra Perusahaan
Terhadap Kepuasan dan loyalitas Pengguna Jasa Penerbangan Domestik Garuda Indonesia,
tahun 2011, dalam http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-129-310036969-tesis.pdf,
diakses tanggal 12 Juni 2016.
20
39
komunikasi pemasaran. Citra perusahaan dipercaya menciptkan hallo effect
terhadap kepuasan nasabah. Jika nasabah puas dengan produk atau jasa yang
diberikan, sikapnya terhadap perusahaan membaik, oleh karena itu citra
perusahaan dipercaya memiliki pengaruh positif terhadap persepsi kualitas,
value, kepuasan dan kesetian.21
Pentingnya Citra perusahaan yang dikemukakan Sutisna sebagai
berikut22 :
a. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra
positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan
mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negative sebaliknya.
b. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan
perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terahadap kesalahan kecil.
Kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negative dapat
memperbesar kesalahan tersebut.
c. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas
pelayanan perusahaan.
Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins et al
diperlihatkan gambar sebagai berikut ;
21
Ali Hasan, Marketing Bank Syariah, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010), hal. 102
Prawitra Teddy Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, ( Bandung :
PT Rosdakarya, 2001).
22
40
Gambar 2.1
Exposure
Attention
Image
Behavior
Comprehensiv
e
Berdasarkan Gambar 2.1 proses terbentuknya citra perusahaan
berlangsung beberapa tahapan. Pertama, obyek mengetahui (melihat atau
mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk citra
perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga,
setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami semua yang ada pada
upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra pada obyek yang kemudian
tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku
obyek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan.
Seperti halnya produk dan merek, citra perusahaan perlu dipopulerkan
di masyarakat, terutama di kalangan segmen sasaran yang bertujuan untuk
membuat segmen sasaran merasa peduli terhadap nama dan keberadaan
perusahaan di masyarakat. Agar upaya mempopulerkan citra berhasil seperti
yang dikehendaki, upaya tersebut hendaknya dilakukan secara bertahap.
Tahap upaya mempopulerkan citra perusahaan, terdiri dari tiga kegiatan
berurutan (Sutojo, 2004: 55), yaitu :
41
a. Pembentukan persepsi segmen sasaran. Langkah pertama upaya
membentuk citra segmen sasaran tentang jati diri perusahaan adalah
menciptakan citra yang akan dipopulerkan. Citra yang ingin dibentuk
harus mencerminkan jati diri yang sebenarnya, tidak lebih tidak kurang.
b. Memelihara persepsi segmen sasaran. Apabila perusahaan berhasil
membentuk persepsi segmen sasaran terhadap jati diri mereka, tugas
perusahaan selanjutnya adalah memelihara persepsi tersebut. Apabila
tidak dipertahankan dengan baik, citra perusahaan di mata masyarakat
dapat menurun, bahkan dilupakan.
c. Merubah persepsi segmen sasaran yang kurang menguntungkan.
Perusahaan yang dikelola secara profesional akan berusaha keras
merubah persepsi segmen sasaran yang tidak menguntungkan. Cara yang
terbaik
untuk
merubah
persepsi
segmen
sasaran
yang
tidak
menguntungkan adalah berbenah diri dari dalam.
b. Elemen Citra Perusahaan
Menurut Shirley Harrison informasi yang lengkap mengenai citra
perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut:23
1) Personality, keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami
publik seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial.
23
Imam Mulyana Dwi Suwandi , Citra Perusahaan Seri Manajemen Pemasaran, dalam
www.e-iman.uni.cc, diakses 13 April 2016.
42
2) Reputation, hal yang dilakukan perusahaan dan diyakini publik
sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain, seperti
kinerja keamanan transaksi sebuah bank.
3) Value, nilai-nilai yang dimiliki perusahaan, dengan kata lain budaya
perusahaan seperti
sikap manajemen
yang peduli
terhadap
pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan
maupun keluhan pelanggan.
4) Corporate
Indentity,
adalah
komponen-komponen
yang
mempermudah mengenal publik sasaran perusahaan seperti logo,
warna dan slogan.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra
Citra perusahaan memiliki lima faktor yang mempengaruhinya,
kelima faktor tersebut secara rinci terdiri dari24:
1) Identitas Perusahaan (Corporate Image) merupakan karakteristik
(kepribadian) dan cirri-ciri khusus yang melakat pada perusahaan,
seperti nama, logo, harga yang ditawarkan, level, dan kualitas iklan
yang mudah dipahami oleh konsumen. Komponen identitas
perusahaan ini memiliki peran yang sangat penting sebagai
Positioning perusahaan dalam lingkungan persaingan industri.
2) Reputasi Perusahaan (Corporate Reputation) merupakan jaminan
akan kualitas pelayanan dari perusahaan, yang merupakan bentuk
dan tindakan yang dilakukan perusahaan secara konsisten sepanjang
24
Rfyal Dahlawy Chalil, “Peran Keterlibatan Konsumen Sebagai Variabel Moderasi
Hubungan Antara Kepuasan Pelanggan dan Citra Perusahaan Pada Loyalitas Jasa”,
Tesis tidak diterbitkaan, (Yogyakarta: Universitas Gajah Maja, 2012), hal 24-26.
43
waktu. Reputasi berkaitan dengan jaminan akan pelayanan yang
handal, dan tidak ada kegagalan atau catat ( Zero Defect). Reputasi
perusahaan selalu dijadikan seebagai pertimbangan oleh konsumen
untuk memutuskan menggunakan pelayanan yang sama di waktu
yang akan datang, hal ini dikarenakan reputasi perusahaan
merefleksikan kredibilitas perusahaan yang dapat dipercaya.
3) Pelayanan Yang Ditawarkan (Service Offering) merupakan bentuk
tindakan dari perusahaan yang berusaha untuk memberikan
pelayanan terbaik pada konsumen, seperti menyediakan berbagai
kemudahan-kemudahan
yang
dibutuhkan
konsumen
dalam
melakukan transaksi di perbankan.
4) Lingkungan Fisik (Physical Environment) merupakan kondisi
lingkungan pada saat jasa diproduksi oleh konsumen yang dapat
mendukung kenyamanan konsumen selama menggunakan jasa
perusahaan. Kondisi lingkungan dapat berupa tampilan tata ruang
yang menarik, penampilan karyawan, fasilitas ruangan yang baik,
suasana yang nyaman, dan sebagainya. Lingkungan fisik sangat
mendukung komunikasi yang dilakukan perusahaan terkait dengan
citra yang akan dibentuk.
5) Hubungan Perseorangan (Contact Personnel) merupakan bentuk
interaksi yang dilakukan oleh para karyawan terhadap konsumen.
Kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen sangat
bergantung dari cara penyampaian pelayanan yang dilakukan oleh
44
karyawan.
Pelayanan
kesungguhan
yang
merupakan
baik,
kunci
professional,
utama
dari
dan
kualitas
penuh
yang
disampaikan.
d. Strategi Membangun Citra Bank
Kunci kemampuan laba adalah kesetian pelanggan. Perlu dicatat
bahwa citra perusahaan adalah faktor paling dominan menciptakan kesetian
pelanggan. Indikasi keberhasilan strategi membangun merek ditemukan jika
perusahaan memiliki ketertarikan relatif dalam citranya, yaitu citra
perusahaan berbeda secara signifikan dari perusahaan lain dalam industri
yang sama. dengan demikian, bahwa perusahaan tidak berhasil dalam
strategi membangun citra produk/merek mereka dan industri tersebut tidak
berhasil memberikan layanan yang sesungguhnya, maka perusahaan
kehilangan kunci untuk menarik atau mempertahankan pelanggan.
Cara berikut ini dapat digunakan oleh mitra internal dalam
membangun citra yang diinginkan oleh perbankan.
1. Pemahaman dimulai dari menunjukkan kinerja yang professional dan
terpercaya. Kinerja yang professional akan menghasilkan kepercayaan,
demikian sebaliknya.
2. Lakukan riset tentang citra/reputasi bank secara luas dimata nasabah
maupun non-nasabah tentang bank yang dikelola.
3. Gunakan hasil riset itu sebagai salah satu input untuk merancang dan
kemudian menetapkan citra/reputasi yang dinginkan (the desired image or
reputation)
45
4. Secara konstan memonitor persepsi nasabah atau public lainnya apakah
sudah sesuai apa belum.
5. Pertimbangkan nasihat objektif dari luar-sebab orang tidak pernah bisa
melihat dirinya secara baik-persis, bahkan Rasullullah saw. yang sudah
dijamin oleh Allah pernah meminta pendapat-teguran para sahabat tentang
diri beliau, apalagi kita hanya manusia biasa, yang masih memerlukan
banyak masukan objektif dari orang lain sekitar kita, sama halnya dengan
mitra internal yang ikut mengelola bank-bank syariah sebagai asset
masyarakat Islam yang kita banggakan itu.
6. Mengelola hubungan yang baik dengan semua pihak (nasabah,
shareholder, mitra internal, media massa, dan pihak yang terkait).
7. Bangun komunikasi yang terbuka (open), jujur (honest), terpercaya
(trusty), dan jernih (transparant).25
e.
Strategi Branding
Branding adalah bagian yang sangat mendasar dari kegiatan
pemasaran yang sangat penting untuk dimengerti atau dipahami secara
keseluruhan. Untuk sukses di dalam suatu strategi branding, yang perlu
dilakukan harus memahami kebutuhan serta keinginan dari pelanggan serta
prospek atau calon pelanggan. Merek atau brand kita seharusnya ada di
dalam hati dan pikiran setiap pelanggan, klien serta prospek. Brand
merupakan gabungan antara pengalaman serta persepsi mereka yang mana
bisa kita pengaruhi dan ada juga yang tidak bisa kita pengaruhi.
25
Ali Hasan, Marketing Bank Syaria…, hal. 106
46
Strategi branding, atau brand strategy, jika menurut Schultz dan
Barnes (1999), dapat diartikan manajemen suatu merek dimana terdapat
sebagai kegiatan yang mengatur semua elemen-elemen yang bertujuan
untuk membentuk suatu brand. Sedangkan menurut Gelder (2005) artinya
stretegi merek mendefinisikan apa yang seharusnya dicapai suatu brand
dalam kaitannya dengan sikap dari perilaku konsumen.
Sebuah brand bukan hanya dibangun melalui iklan, namun banyak
faktor yang dapat membangun hubungan brand dan publiknya. Konsumen
dapat mengenal suatu brand melalui iklan, mulut ke mulut, rekomendasi
kerabat, penggunaan pribadi, observasi, maupun berinteraksi langsung
dengan personel perusahaan. Pengenalan kepada konsumen dengan suatu
brand disebut dengan brand contact, yaitu semua pengalaman yang
membawa informasi positif maupun negatif, yang dimiliki konsumen dan
pelanggan terhadap kategori produk, atau pasar yang berhubungan dengan
produk atau jasa pemasar.26
Salah satu cara membangun suatu brand dimata publik, baik publik
eksternal maupun internal, adalah dengan menggunakan metode pemasaran
holistik. Pemasaran holistik menekankan tiga bagian dalam pemasaran
untuk pembangunan merek yaitu personalisasi, integritas, dan internalisasi
atau internal branding.
Melalui branding konsumen mampu menilai kelebihan ataupun
kekurangan suatu merek dibandingkan dengan merek lainnya, konsumen
26
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 1,
(Jakarta :Erlangga, 2009), hal. 270
47
atau pelanggan juga dapat memilih untuk menggunakan produk dari suatu
merek tertentu atau tidak. Semua ini penting untuk menjamin bahwa
konsumen mengenal, mempercayai, dan mencintai brand yang ditawarkan
oleh perusahaan.
f. Viarmedia
Dalam
upaya
pembentukan
citra
suatu
perusahaan,
perlu
memerlukan sebuah alat bantu yang akan digunakan sebagai sarana
mewujudkan strategi-strategi untuk membangun citra. Salah satu alat yang
digunakan oleh perusahaan guna membentuk reputasi dan citra adalah
media massa.27 Menurut Dominick (2007:14) media massa diartikan sebagai
sebuah sarana untuk melakukan komunikasi massa, sedangkan komunikasi
massa diartikan sebgai proses penyampaian informasi kepada masyarakat
luas. Karakteristik media massa yang mampu menjangkau publik yang
sangat luas dalam waktu yang bersamaan, menjadikan media massa sebagai
salah satu pilihan bagi perusahaan dalam upaya membangun komunikasi
dengan publiknya. Kemampuan media massa dalam hal mempengaruhi
opini masyarakat, juga menjadi kelebihan media masa untuk dijadikan
sebagai sarana pembentukan citra.
Salah satu media baru pada saat ini banyak digunakan oleh
perusahaan adalah website. Website atau situs diartikan sebagai keseluruhan
halaman-halaman web yang terdapat dalam sebuah domain yang
mengandung informasi. Hal yang digunakan perusahan untuk menarik
27
Yosal Iriantara dan Yani Surachman, PR WRITING Pendekatan Teoritis dan Praktis, (
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 134
48
banyak konsumen adalah melalui media online. Karena penguna internet
yang begitu banyak sehingga mempermudah masyarakat untuk mengakses
media sosial.
C. Pengertian Nasabah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan nasabah adalah pihak yang
menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah.28 Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang dimaksud dengan
nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan
suatu bank (dalam hal keuangan).29
Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan nasabah adalah “orang
yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (Dalam hal
keuangan), dapat juga diartikan sebagai orang yang menjadi tanggungan
asuransi, perbandingam pertalian.30 Sedangkan Muhammad Djumhana
menyebutkan nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan.31
Definisi nasabah menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diatur
perihal nasabah yang terdiri dari dua pengertian yaitu:
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
30
Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, 2003,
hal. 775
31
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003), hal. 282
29
49
1. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank
dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan.
2. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
Sementara itu Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan mengenal pengertian nasabah sebagaimana dijelaskan
dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UndangUndang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu :
1. Pengertian Nasabah penyimpan, yaitu nasabah yang menempatkan dananya
di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan
nasabah yang bersangkutan.
2. Pengertian Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
D. Keputusan Nasabah
Keputusan nasabah untuk membeli atau tidak suatu produk atau jasa
merupakan saat yang penting bagi kebanyakan lembaga keuangan. Keputusan
ini dapat menandai apakah suatu strategi pemasaran telah cukup bijaksana,
berwawasan luas, dan efektif, atau apakah kurang baik direncanakan atau
keliru menetapkan sasaran. Jadi, para pemasar sangat tertarik dengan
50
pengambilan keputusan nasabah. Keputusan untuk tidak membeli juga
merupakan alternatif.32
Tidak semua situasi pengambilan keputusan
nasabah menerima
(membutuhkan) tingkat pencarian informasi yang sama. Tiga tingkat
pengambilan keputusan yang spesifik yaitu pemacahan masalah yang luas,
pemecahan masalah yang terbatas dan perilaku sebagai respon yang rutin.
Pemecahan masalah yang luas, pada tingkat ini, nasabah membutuhkan
berbagai informasi untuk menetapkan serangkaian kriteria guna menilai
produk-produk tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai setiap prot
duk yang akan dipertimbangkan.
Pemecahan masalah yang terbatas, pada tingkat ini nasabah telah
menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk dan berbagai merk,
tetapi mereka belum sepenuhnya menetapkan pilihan terhadap kelompok
produk tertentu. Pencarian informasi tambahan yang mereka lakukan
merupakan
penyesuaian
sedikit-sedikit,
mereka
harus
mengumpulkan
informasi produk tambahan untuk melihat perbedaan diantara berbagai produk.
Perilaku sebagai respon yang rutin, pada tingkat ini, nasabah sudah
mempunyai pengalaman mengenai ketegori produk dan serangkaian criteria
yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai produk yang sedang
mereka pertimbangkan. Dalam berbagai situasi, mereka mungkin mencari
32
Leon Schiffman, dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen, ( Jakarta : PT Indeks,
2008), hal. 516
51
informasi tambahan, dalam situasi ini lain mereka hanya meninjau kembali
tentang apa yang mereka ketehui.33
Perilaku Konsumen akan menentukan proses pengambilan Keputusan
dalam pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan
penyelesaian masalah yang terdiri dari lima tahap. Adapun lima tahap dalam
proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh
seseorang, yaitu34 :
1. Pengenalan kebutuhan.
Pengenalan kebutuhan atau menganalisis masalah yang dilakukan oleh
konsumen ini ditujukan terutama untuk mengidentifikasi adanya keinginan dan
kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut
sudah diketahui maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan
yang belum segera dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta
kebutuan-kebutuhan lainnya yang perlu segera dipenuhi. Kebutuhan konsumen
mungkin muncul karena penerimaan informasi baru tentang suatu produk,
kondisi ekonomi, periklanan, atau karena kebetulan. Selain itu, gaya hidup
seseorang, kondisi demografis, dan karakteristik pribadi dapat pula
mempengaruhi keputusan pembelian seseorang.
2. Proses informasi konsumen.
Setelah mengenali keinginan dan kebutuhannya, konsumen akan atau
tidak akan mencari informasi lebih banyak. Tahap kedua dalam proses
pengambilan keputusan beli ini menunjukan bahwa konsumen dapat
33
34
Ibid, hal. 487
Basu Swastha, Manajemen Pemasaran, ( Banten:Universitas Terbuka, 2014), hal. 34
52
mempertimbangkan segi manfaat dan pengorbanannya untuk mendaptkan
informasi. Pencarian sumber-sumber informasi oleh konsumen dilakukan
secara selektif. Konsumen memilih informasi yang paling relevan bagi benefit
yang dicari dan sesuai dengan keyakinan dan sikap mereka. Memproses
informasi meliputi aktivitas mencari, memperhatikan, memahami, menyimpan
dalam ingatan, dan mencari tambahan informasi.
3. Evaluasi produk / merk.
Tahap ketiga dalam pengambilan keputusan beli adalah mengevaluasi
berbagai alternatif pembelian. Konsumen akan mengevaluasi karakteristik dari
berbagai produk / merk dan memilih produk / merk yang mungkin paling
memenuhi benefit yang diinginkannya. Konsumen menggunakan informasi
yang disimpan dalam memori dan diperoleh dari sumber luar untuk
mengembangkan sejumlah kriteria. Standar ini akan membantu konsumen
dalam mengevaluasi dan membandingkan berbagai alternatif.
4. Pembelian.
Setelah mengevaluasi berbagai alternatif yang ada, sekarang tiba
saatnya bagi konsumen untuk membuat keputusan apakah membeli atau tidak
diantara alternatif yang ada. Jika dianggap bahwa keputusan yang dibuat
adalah membeli, maka konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan
menyangkut jenis produk, merek, penjual, jumlah produk, waktu pembelian
dan cara pembayaran. Dalam pembelian, beberapa aktivitas lain diperlukan,
seperti pemilihan toko, penentuan kapan akan membeli, dan kemungkinan
53
finansialnya. Setelah ia menemukan tempat yang sesuai, waktu yang tepat, dan
dengan didukung oleh daya beli maka kegiatan pembelian dilakukan.
5. Evaluasi Pasca Beli.
Perilaku konsumen pasca beli dapat mempengaruhi pembelian ulang
dan juga mempengaruhi ucapan-ucaapan pembeli kepada pihak laim tentang
produk yang sudah dipakainya karena sekali konsumen melakukan pembelian
maka evaluasi pasca pembelian akan terjadi. Jika kinerja produk sesuai dengan
harapan konsumen, konsumen akan puas. Jika tidak, kemungkinan pembelian
akan berkurang.35
Keputusan pembelian yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berbeda-beda untuk masingmasing pembeli yang berbeda, disamping produk yang dibeli dan saat
pembeliannya berbeda. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan ke dalam dua
golongan, yaitu:
1) Stimulus atau kekuatan-kekuatan lingkungan, yang mencangkup; budaya,
sub budaya, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, situasi sosial,
nilai-nilai, norma, dan peranan sosial, dan variabel-variabel bauran
pemasaran.
2) Faktor-faktor
individual,
yang
mencangkup
:
persepsi,
motif,
pembelajaran, sikap, dan keyakinan, kepribadian, pengalaman, konsep
diri, dan gaya hidup.
35
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis…,.hal. 228
54
Selain dipengaruhi oleh semua faktor tersebut, keputusan beli yang dibuat
oleh pembeli itu mengalami suatu proses dalam jangka waktu tertentu.
Kekuatan-kekuatan lingkungan dan faktor-faktor individual mempengaruhi
proses keputusan beli yang dimulai dari penentuan kebutuhan atau pengenalan
masalah sampai evaluasi pasca beli.
Gambar 2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Stimulus
Pemasaran:
KekuatanKekuatan
Lingkungan
1. Produk
2. Harga
3. Distribusi
4. Promosi
Stimulus Lain:
Proses
Pengambilan
Keputusan:
1. Ekonomi
2. Teknologi
3. Politik
4. Budaya
Psikologi
Konsumen:
1. Motivasi
2. Citra
Faktorfaktor
Individual
3. Pembelajan
4. Memori
Karakteristik
Konsumen:
1. Budaya
2. Sosial
3. Pribadi
1. Menentukan
Kebutuhan
2. Mencari
Informasi
3. Mengevaluasi
Alternatif
4. Keptusan
Pembelian
5. Pasca
Pembelian
Keputusan
Nasabah
55
E. Preferensi Nasabah
Preferensi berasal dari bahasa Inggris, prefer yang artinya lebih suka atau
melebihkan,
sedangkan
preferencebisa
diartikan
pilihan.
Cahyono
mendefinisikan preferensi nasabah adalah suatu sikap nasabah dalam memilihmilih sebab produk yang yang akan dikonsumsi berdasarkan tingkat keputusan
relatif, sesuai dengan kehendak merek atau stimuli.36
Preferensi nasabah adalah pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang
terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi nasabah
menunjukkaan kesukaan nasabah dari berbagai pilihan produk yang ada.
Samuleson dalam Sudarsono (1991) memperkernalkan pengetahuan
tentang preferensi nasabah yaitu teori proferensi nyata (relived preference).
Setiap nasabah pasti memiliki perferensi. Preferensi ini akan mengarahkan
nasabah dalam pembelian barang-barang kebutuhannya, jadi apa yang
dibelinya merupakan petunjuk atas sususnan preferensi yang nyata baginya.37
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa preferensi
nasabah merupakan kecenderungan untuk memilih kombinasi produk yang
lebih disukainya sesuai dengan keinginan, kepentingan, dan seleranya. Dalam
hal ini, seorang nasabah diasumsikan mampu membedakan setiap produk yang
dihadapinya, serta mampu membuat daftar urutan preferensi (rank preference)
atas seluruh produk tersebut. Teori preferensi ini digunakan untuk menganalisis
36
Cahyono dalam Alfu Baiduri Amro, “Pengaruh Loyalitas Attachment Terhadap Loyalitas
Pelanggan Kartu XL”, (Malang : Universitas Islam Negeri (UIN), 2009), dalam
http://digilib.uinsby.ac.id/10735/5/bab%202.pdf, diakses tanggal 12 Juni 2016 hal 42
37
Aprilia Wahyu Dini, „‟Analisis Preferensi Nasabah Bank Syariah Di Kota
Surakarta”, ( Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2007), dalam https://digilib.uns.ac.id/dokume
n/download/7581/MjAwMTU=/Analisis-preferensi-nasabah-bank-syariah-di-kota-Surakartaabstrak.pdf, diakses tanggal 12 Juni 2016.
56
tingkat kepuasan nasabah, misalnya seseorang ingin mengunakan produk
dengan sumber daya terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai
guna atau utilitas yang diperoleh menjadi optimal.
Pengukuran prefernsi nasabah bermanfaat bagi pimpinan bisnis, yaitu
mengetahui dengen baik bagaimana jalannya atau bekerjanya prosese bisnis,
mengetahui dengan baik bagaimana jalannya atau proses bisnis, mengetahui
dimana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan secara
terus-menerus, terutama untuk hal-hal yang dianggap penting oleh para
pelanggannya, dan menentukan apakah perubahan dilakukan mengarah ke
perbaikan (improvement).38
Hubungan preferensi biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar,
yaitu:
a. Kelengkapan (completeness)
Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang
selalu harus bisa menspesifikasi apakah:
1) A lebih disukai daripada B
2) B lebih disukai deripada A, atau
3) A dan B sama-sama disukai
Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak bingung dalam
menentukan pilihan, setiap orang tahu mana yang baik dan mana yang
buruk, dan dengen demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua
alternatif.
38
Bilson Simanora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, ( Jakarta : Gramedia Pustaka
Umum, 2004), hal.35
57
b. Transitivitas (transitivity)
Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, dan lebih
menyukai B daripada C, maka orang tersebut harus menyukai A daripada C.
dengan demikian seorang tidak bisa mengartikulasikan preferensi yang salin
bertentangan.
c. Kontinuitas (continuity)
Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B ini berarti
segala kondisi dibawah A tersebut disukai daripada kondisi dibawah B.
Diasumsikan tiap orang mengikuti dasar diatas.dengan demikian tiap
orang selalu dapat membantu menyusun ranking semua situasi atau kondisi
mulai dari yang paling disenangi hingga yang paling tidak disukai dari
bermacam barang dan jasa yang tersedia. Seorang yang rasional akan
memilih barang yang paling disenangi. Dengan kata lain, dari sejumlah
alternatif yang ada orang lebih cenderung memilih sesuatu yang dapat
memaksimalkan kepuasannya. Hal ini sejalan dengan konsep “barang yang
lebih diminati menyuguhkan kepuasaan yang lebih besar dari barang yang
kurang diminati”.39
F. Perilaku Nasabah
Perilaku nasabah adalah untuk menerangkan tingkah laku individu
dalam melakukan pemilihan barang yang akan dikonsumsikan. Definisi
perilaku nasabah sendiri menurut Basu Swastha dan T. Hani Handoko
39
Aprilia Wahyu Dini, Skripsi :Analisis Preferensi Nasabah……, hal 36.
58
adalah kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan
dan mempergunakan barang-barang dan jasa, transaksi dalam prosese
pengambilan keputusan dan persaingan satu penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku nasabah
merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau
orgamisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam
mendapatkan, menggunakan barang atau jasa ekonomi yang dapat
dipengaruhi oleh lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku nasabah adalah :
1. Pengaruh Lingkungan, perilaku keputusan mereka dipengaruhi budaya,
kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi.
2. Pengaruh Individual, pengaruh individual antara lain sumber daya
manusia, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan nasabah tentang
karakteristik produk, sikap, dan kepribadian seseorang untuk melakukan
motif dalam melakukan pembelian dari suatu produk.
3. Proses psikologis.
Pilihan pembelian sesseorang juga mempengaruhi oleh faktor-faktor
psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta
kepercayaan dan sikap.
G. Menabung
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan
menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan
59
perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang
tidak diinginkan. 40
Menabung adalah kegiatan mengamankan dana agar dana tidak mengalami
pengurangan jumlah pokok. Didalam menabung, pemilik dana, tidak akan
mengalami kerugian. Namun, jika dana yang dimiliki ditabungkan di bank
maka akan bertambah, minimal akan mendapatkan bonus (jika di syariah
dilakukan dengan akad wadi‟ah). Jadi dalam menabung risiko relatif kecil, atau
bahkan dapat dikatakan tidak berisiko, karena pokok akan kembali kepada
pemilik.41 Dalam al-Qura‟an terdapat ayat yang secara tidak langsung telah
memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih
baik.
1. Al-Qur‟an
         
     
“Dan, hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya
mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh karena itu, hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar.” (an-Nissa : 9)42
40
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani
Press, 2001), hal. 153
41
Muhamad, Manajemen Keuangan Syari’ah Analisis Fiqh dan Keuangan, ( Yogyakarta :
UPP STIM YKPN, 2014), hal. 155
42
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsiranya Jilid 2, ( Jakarta : Widya Cahya,
2011), hal. 121
60
              
             
       
“adakah salah seorang di antara kamu yang ingin mempunyai kebun
kurma dan anggur yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, disana dia
memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya
sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil, kebun itu lalu ditiup
angin keras yang mengandung api, sehingga terbakar. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya”. (alBaqarah: 266)43
Kedua ayat tersebut memerintahkan kita untuk bersiap-siap dan
mengantisipasi masa depan keturunan, baik secara rohani (iman/takwa)
maupun secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya.
Salah satu langkah perencanaan adalah dengan menabung.
2. Al-Hadist
Dalam hadist Nabi saw, banyak disebutkan tentang sikap hemat ini.
Nabi saw.memuji sikap hemat sebagai suatu sikap yang diwariskan oleh
para nabi sebelumnya, seperti yang dikatakan beliau, “sikap yang baik,
penuh kasih saying, dan berlaku hemat adalah sebagian dari dua puluh
empat bagian kenabian.” (HR Tirmidzi)
Dalam hadist lain, nabi saw berkata bahwa, berlaku hemat (ekonomis)
adalah hal yang perlu diperlakukan untuk menjaga kehidupan, “berlaku
hemat adalah setengah dari kehidupan.” (HR Baihaqi)
43
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsiranya Jilid 1, ( Jakarta : Widya Cahya,
2011), hal. 398
61
Nabi saw, bahkan mengajarkan sikap hemat ini sebagai kiat untuk
mengantisipasi kekurangan yang dialami oleh seseorang pada suatu waktu
sabda beliau,´‟ tidak akan kekurangan bagi orang yang berlaku hemat.”
(HR Ahmad)
Sedangkan pengertian tabungan berdasarkan perubahan atas UndangUndang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan (Undang-Undang Republik
Indonesia No.10 Tahun 1998) adalah simpanan yang penarikannya hanya
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tatapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, atau lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Seorang yang ingin menabung di lembaga keuangan syariah dapat memilih
antara akad al-wadiah atau al-mudharabah.
H. Perbankan Syariah
a) Pengertian Perbankan Syariah
Bank Syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank
bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara
keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak
yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia
adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan
pihak lain untuk penyimpangan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha
dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.
Berdasarkan penggabungan kedua kata yang dimaksud di atas, maka
akan didapat dua kata yakni bank syariah. Dimana yanh dimaksud dengan
62
bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan
dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.
Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic Banking atau interest fee
banking, yaiut suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak
menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian
atau ketidakjelasan (gharar). 44
Dalam pengertian laian, bank Islam atau selanjutnya disebut dengan
bank syariah, adalah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut dengan bank
tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang oeprasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi
SAW. Atau dengan kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja membedakan
pengertian bank syariah menjadi dua pengertian, bank Islam dan bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Pertama yang dimaksud dengan
bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah
Islam. Kedua, bank Islam adalah bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits. Sementara bank
44
Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 1
63
yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam
beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam.
b) Dasar Hukum Bank Syariah
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain bank
syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan
pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian,kerinduan
umat Islam yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah menjadi
jawaban dengan lahirnya bank Islam.45
Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui
keberadaannya di negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis
normatif tercatat dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia
diantaranya, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
Undang-Undang No. 10 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan
syariah tumbuh dan berkembang pada umumnya di seluruh Ibukota Provinsi
dan Kabupaten di Indonesia, bahkan beberapa bank konvensional dan
lembaga keuangan lainnya membuka unit usaha syariah (bank syariah,
45
Muhammad ,Manajemen Bank Syariah...., hal.13-14
64
asuransi syariah, pegadaian syariah dan semacamnya). Pengakuan secara
yuridis dimaksud, memberi peluang tumbuh dan berkembangan secara luas
kegiatan usaha perbankan syariah, termasuk memberi kesempatan kepada
bank umum (konvensional) untuk membuka kantor cabang yang khusus
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.46
c) Visi, Misi dan Sasaran Perbankan Syariah
a) Visi Perbankan syariah berbunyi: “Terwujudnya sistem perbankan
syariah yang kompetitif, efisien, dan memenuhi prinsip kehati-hatian
yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan
pembiayaan berbasis bagi hasil (sharm based financing) dan transaksi riil
dalam kerangka keadilan, tolong-menolonl menuju kebaikan guna
mencapai kemaslahatan masyarakat.
b) Misi Perbankan Syariah
Berdasarkan Visi dimaksud, misi yang menjelaskan peran Bank
Indonesia
adalai
mewujudkan
iklim
yang
kondusif
untuk
mengembangkan perbankan syarial yang istiqamah terhadap prinsipprinsip syariah dan mampu berperan dalaJ sektor riil, yang meliputi
sebagai berikut:
(1) Melakukan kajian dan penelitian tentang kondisi, potensi serta
kebutuhal perbankan syariah secara berkesinambungan;
46
Zainuddin, Hukum Perbankan....., hal. 2
65
(2) Mempersiapkan
pengawasan
konsep
berbasis
dan
risiko
melaksanakan
guna
pengaturan
menjamin
dan
kesinambungan
operasional perbanksn syariah yang sesuai dengan karakteristiknya;
(3) Mempersiapkan infrastruktur guna peningkatan efisiensi operasioinal
perbankan syariah;
(4) Mendesain kerangka entry and exit perbankan syariah yang dapl
mendukung stabilitas sistem perbankan.
c) Sasaran Perbankan Syariah
Bank
Indonesia telah
menentukan sasaran
realistis
untuk
mewujudkan visi yang sudah dicanangkan, sehingga sasaran dibuat
dengan mempertimbangkan kondisi faktual, termasuk faktor-faktor yang
berpengaruh dan kecenderungan yang akan membentuk industri di masa
yang akan datang; manfaat dan tantangan yang ada; serta kelebihan dan
kekurangan dari pelaku industri dan stakeholders lainnya.
Sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011
adalah sebagai berikut.
(1) Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan yang
ditandai dengan: (i) tersusunnya norma-norma keuangan syariah
yang seragam (standardisasi); (ii) terwujudnya mekanisme kerja
yang efisien bagi pengawasan prinsip syariah dalam operasional
perbankan, baik instrumen maupun badan terkait; (iii) rendahnya
tingkat keluhan masyarakat dalam hal penerapan prinsip syariah
dalam setiap transaksi.
66
(2) Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan
syariah, yaitu (i) terwujudnya kerangka pengaturan dan pengawasan
berbasis risiko yang sesuai dengan karakteristiknya dan didukung
oleh sumber daya insani yang andal; (ii) diterapkannya konsep
coorporate governance dalam operasi perbankan syariah; (iii)
diterapkannya kebijakan exit dan entry
yang efisien; (iv)
terwujudnya real-time supervision; (v) terwujudnya self regulatory
system.
(3) Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif, dan efisien,
yang ditandai dengan: (i) terciptanya pemain-pemain yang mampu
bersaing secara global; (ii) terwujudnya aliansi strategis yang efektif;
(iii) terwujudnya mekanisme kerja sama dengan lembaga-lembaga
pendukung.
(4) Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi
masyarakat luas, y^ng ditandai dengan: (i) terwujudnya safety net
yang merupakan kesatuan dengan konsep operasional perbankan
yang berhati- hati; (ii) terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang
menginginkan layanan bank syariah di seluruh Indonesia dengan
target pangsa besar 5% dari total aset perbankan nasional; (iii)
terwujudnya fungsi perbankan syariah yang kaffah dan dapat
melayani seluruh segmen masyarakat; (iv) meningkatnya proposal
pola pembiayaan secara bagi hasil.
67
Berdasarkan visi, misi dan sasaran perbankan syariah yang diungkapkan
di atas, mempedomani nilai-nilai dasar ajaran agama Islam yang pada
pelaksanaannya harus melalui penghayatan dan penerapan dalam setiap
kegiatan
operasionalnya.
Sasaran
pengembangan
ditetapkan
setelah
mengakomodasi kondisi aktual dalam industri perbankan syariah dan lembaga
keuangan syariah lainnya dalam upaya pencapaian sasaran.47
I. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Pembahasan mengenai kualitas produk dan citra perusahaan terhadap
keputusan nasabah dalam menabung sudah banyak dilakukan, baik dalam
bentuk jurnal, maupun karya ilmiah lainnya. Upaya untuk melihat posisi
penelitian dalam skripsi ini, menjadi penting untuk di diskripsikan penelitianpenelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini.
1. Judul penelitian: “Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Nasabah
pada Produk Bank Syariah Mandiri Cabang
Tangerang”
Oleh
: Sata Sutrisno
Nim
: 208046100043
Jurusan
: Muamalat / Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Pembimbing
47
Ibid, hal. 8-9
: Dr. Djawahir Hejazziey SH, MA, MH.
68
Tempat penelitian : Bank Syariah Mandiri Cabang Tangerang
Hasil penelitian : menunjukkan bahwa kualitas produk terhadap minat
nasabah yang diberikan BSM cabang Tangerang memiliki pengaruh yang
positif, berdasarkan tabel Anova, diperoeh nilai Sig = 0,000 yang berarti <
criteria signifikan (0,05) dimana persamaan regresinya Y = 53,925 + 0,046X
adalah signifikannya berpola linier dalam arti jika kualitas produk bertambah
satu satuan, maka minat nasabah akan meningkat senilai 4,6%.
Tahun
: 201448
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian ini, persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada
faktor yang dijadikan bahan penelitian yaitu kualitas produk dan sumber data
yang diperoleh adalah dari data primer. Selain itu jenis penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif.
Adapun perbedaanya peneliti menggunakan judul “Pengaruh Kualitas
Produk dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam
Menabung di Bank Jatim Cabang Syariah Kediri”. Selain itu lokasi penelitian
dilakukan pada Bank Jatim Cabang Syariah Kediri.
2. Judul penelitian: Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Nilai Nasabah,
Citra Perusahaan dan Atribut Produk Perbankan Syariah Terhadap
Kepuasan Nasabah
48
Sata Sutrisna, “ Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Nasabah Pada Produk Bank
Syariah Mandiri Cabang Tangerang”, dalam skripsi publikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle123456789/27887, diakses 23 januari
2016.
69
Oleh
: Fitri Sulistia Abidin
Nim
: 10391011
Jurusan
:
Keuangan Islam / Fakultas Syari‟ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta
Pembimbing
: Dr. H. Syafiq M.Hanafi. M.Ag
Tempat penelitian : BPD Syariah Cabang Yogyakarta
Hasil penelitian : menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang
terlihat pada nilai Adjusted R Square sebesar 0,378 yang berarti bahwa
kepuasan nasabah dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu kualitas
layanan, nilai nasabah, citra perusahaan, dan atribut produk islam sebesar
37,8% sedangkan sisanya 62,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian. Berdasarkan uji F secara silmutan berpengaruh positif signifikan
terhadap kepuasan nasabah. Secara parsial kualitas layanan berpengaruh positif
terhadap kepuasan nasabah, citra perusahaan berpengaruh positif terhadap
kepuasan nasabah, dan atribut produk Islam tidak berpengaruh terhadap
kepuasan nasabah. Oleh karena itu, kualitas layanan dan citra perusahaan
mempunyai andil besar dalam menciptakan kepuasan nasabah.
Tahun
49
: 201449
Fitri Sulistia Abidin, Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Nilai Nasabah, Citra
Perusahaan dan Atribut Produk Perbankan Syariah Terhadap Keputusan Nasabah (Studi kasus
Pada BPD DIY Yogyakarta), dalam skripsi publikasi UIN Sunan Kalijaga http://digilib.uinsuka.ac.id/14836/2/10391011_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf, diakses 12 Juni 2016.
70
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian ini, persamaan dengan penelitian terdahilu terletak pada faktor
yang dijadikan bahan penelitian yaitu mengenai tentang citra perusahaan,
selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
bantuan SPSS 16.0 for windows. Validitas data digunakan untuk mengetahui
sah atau validnya penelitian ini dengen membandingkan rhitung dan rtabel.
Sedangkan reabilitas menggunakan rumus Croncbach’s Alpha. Analisis data
menggunakan regresi berganda dengan tingkat keyakinan 5%.
Adapun perbedaannya peneliti mengunakan judul “Pengaruh Kualitas
Produk dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam
Menabung di Bank Jatim Syariah Cabang Kediri”. Lokasi penelitian dilakukan
pada Bank Jatim Cabang Syariah Kediri. selain itu metode yang digunakan
dalam pengambilan sampel adalah simple random sampling.
3. Judul penelitian: Pengaruh Kualitas Layanan, Produk dan Keuntungan
Terhadap Pemilihan Produk Pembiayaan Murabahah.
Oleh
: Sujarwanti
Nim
: 08240029
Jurusan
: Manajemen Dakwah/ Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Pembimbing
: Drs. Rasyid Ridha, M.Si
Tempat penelitian
:
PT. BPR Syari‟ah Mitra Cahaya Indonesia
Yogyakarta
Hasil penelitian : diperoleh angka (R2) sebesar 0,451 hal ini
menunjukkan produk pembiayaan murabahah dipengaruhi oleh kualitas
71
layanan, kualitas produk dan keuntungan dan 54,9% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Dengan perhitungan liner
berganda dengan bantuan SPSS 16.0 dapat disimpulkan bahwa kualitas
pelayanan dengan nilai 0,207 dengan titik signifikan 0,000<0,05, kualitas
produk dengan nilai 0,225 dengan titik signifikan 0,000<0,05 dan keuntungan
dengan nilai 0,276 dengan titik signikan 0,000<0,05 maka mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pemilihan produk pembiayaan
murabahah di BPRS MCI Yogyakarta. Dari hasil uji t, pengaruh masingmasing variabel secara parsial adalah sebagai berikut : variabel kualiatas
pelayanan mempunyai tingkat signifikan 0,001 t hitung 3,510. Variabel
kualitas pelayanan mempunyai tingkat signifikan 0,001, thitung 3,510. Variabel
keuntungan mempunyai tingkat signifkan 0,000 thitung 3,747.
Tahun
: 201250
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian ini, persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada
faktor yang dijadikan bahan penelitian yaitu mengenai tentang kualitas produk
dan jenis penelitian yang digunakan kuantitatif.
Adapun perbedaannya peneliti mengunakan judul “Pengaruh Kualitas
Produk dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam
Menabung di Bank Jatim Syariah Cabang Kediri”. Lokasi penelitian dilakukan
pada Bank Jatim Cabang Syariah Kediri.
50
Sujarwanti, Skripsi: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk dan Keuntungan
Terhadap Pemilihan Produk Pembiayaan Murabahah Di PT. BPR Syariah Mitra Cahaya
Indonesia Yogyakarta, dalam skripsi publikasi UIN Sunan Kalijaga http://digilib.uinsuka.ac.id/7400/1/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf, diakses 12 Juni 2016.
72
4. Judul penelitian: “Pengaruh Citra Perusahaan Terhadap Minat
Konsumen”
Oleh
: Sela Kurnia Sari
Nim
: -
Jurusan
Pembimbing
: : Drs. Endang Sutrisna, M.Si
Tempat penelitian : Penelitian tersebut dilakukan di Aston Karimun
City Hotel
Hasil penelitian : Dengan mengambil populasi dari jumlah penjualan
kamar pada tahun 2012 yaitu berjumlah 28.451 kamar, dengan pengambilan
responden (sampel) dilakukan dengan menggunakan tehnik Accidental
Sampling. Dengan bantuan liner berganda pada SPSS diketahui bahwa hasil uji
koefisien korelasi citra perusahaan terhadap minat konsumen Aston Karimun
City Hotel adalah r = 0,750 yaang artinya hubungan keduanya sangat kuat.
Nilai koefisien determinasi (R2) memiliki nilai sebesar 0,562 yang artinya
pengaruh variabel citra perusahaan terhadap variabel minat konsumen Aston
Karimun City hotel sebesar 56,2 % dan sisanya sebesar 43,8% dipengaruhi
oleh variabel lain. Berdasarkan hasil persamaan regresi sederhana antara citra
perusahaan dan minat konsumen diperoleh persamaan regresinya Y = 18,90 +
0,66X. dalam koefisien regresi variabel minat konsumen menyatakan bahwa
73
setiap penambahan usaha meningkatkan minat konsumen akan meningkatkan
citra perusahaan sebesar 0,66.
Tahun
: 201251
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian ini, persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada
faktor yang dijadikan bahan penelitian yaitu mengenai citra perusahaan. Jenis
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, selain itu data yang diperoleh dari
data primer dengan melakukan penelitian melalui wawancara dan kuisioner di
lapangan.
Adapun perbedannya peneliti menggunakan judul “Pengaruh Kualitas
Produk dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam Menabung
pada Bank Jatim Cabang Syariah Kediri”. Dan lokasi penelitian dilakukan pada
Bank Jatim Syariah Kediri.
5. Judul penelitian: “Pengaruh Lokasi dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Keputusan Nasabah Untuk Menabung di BMT Sumber Mulia
Tuntang”.
Oleh
: Rizqia Ramadhaning Tyas
Nim
: 20109011
Jurusan
:
Perbankan Syariah/ Syariah Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) SALATIGA.
51
Sella Kurnia Sari, Pengaruh Citra Perusahaan Terhadap Minat Konsumen (Evaluasi
Penjualan Jasa Kamar Aston Karimun City hotel), dalam jurnal publikasi
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6143/JURNAL%20SELLA.pdf?seq
uence=2, diakes tanggal 12 Februari 2016.
74
Pembimbing
: Ari Setiawan, SPd, M.M.
Tempat penelitian : BMT Sumber Mulia Tuntang.
Hasil penelitian
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas
pelayanan yang terdiri dari reliability, responsiviness, assurance, empathy,
dan tangibles terhadap keputusan menabung. Hal ini terbukti dari hasil uji
t dengan nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 5% yaitu reliability
(3,480>1,7011), responsiviness (2,121>1,7011), assurance 3,062>1,7011),
empathy (4,760>1,7011), dan tangibles ( 3,290>1,7011). Terdapat
pengaruh yang signifikan lokasi BMT terhadap keputusan nasabah untuk
menabung dibuktikan dengan hasil uji t yaitu t hitung > t tabel
(3,480>1,7011), dengan tariff signifikansi 5%. Variabel empathy
merupakan variabel yang memberikan pengaruh dominan terhadap
keputusan nasabah untuk menabung. Hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi (0,000) lebih signifikan dibanding variabel lainnya. Kemudian
dilanjutkan dengan variabel reliability dengan signifikansi (0,001),
variabel lokasi (0,002), variabel tangibles (0,003), assurance (0,005) dan
variabel responsiviness dengan nilai signifikansi (0,043). Hal ini berarti
kesediann karyawan dan pengelola BMT Sumber Mulia untuk lebih peduli
dengan memberikan pemahaman dan perhatian nasabah menyebabkan
nasabah mau untuk menabung. 52
52
Rizqia Ramadhaning Tyas, Pengaruh Lokasi dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Keputusan Nasabah Untuk Menabung di BMT Sumber Mulia Tuntang, dalam Skripsi
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/904586e614e51e05.pdf, diakses tanggal 16 Mei
2016.
75
Tahun
: 2012
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian ini, persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada
faktor yang dijadikan bahan penelitian yaitu keputusan nasabah dalam
menabung. Selain itu penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda, dimana
sebelumnya dilakukan uji validitas dan reabilitas.
Adapun perbedaan peneliti menggunakan judul “Pengaruh Kualitas
Produk dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam Menabung
di Bank Jatim Cabang Syariah Kediri”. dan lokasi penelitian dilakukan pada
Bank Jatim Cabang Syariah Kediri.
6. Judul penelitian: “Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Sebagai
Variabel Intervening Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli
Sepeda Motor Honda”.
Oleh
: Dedi Nurdianto dan Tri Yuniati
Jurusan
: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Surabaya
Tempat penelitian : Kampus STIESIA Surabaya
Hasil penelitian
: Hasil pengujian simultan menunjukkan variabel
produk dan citra secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa naik
turunnya keputusan konsumen dalam membali sepeda motor Honda
ditentukan oleh kualitas produk citra merek produk tersebut. Tingkat
76
koefisien
korelasi
yang
dihasilkan
sebesar
70,3%
yang
mengidentifikasi bahwa korelasi atau hubungan antara variabel
kualitas produk dan citra secara bersama-sama terhadap keputusan
pembelian memiliki hubungan yang erat.
Tahun
: 201353
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian ini, persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada
faktor yang dijadikan bahan penelitian yaitu Kualitas Produk dan Citra
Perusahaan. Tehnik analisis yang menggunakan kuantitatif.
Adapun perbedaan peneliti menggunakan judul “Pengaruh Kualitas
Produk dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam Menabung
di Bank Jatim Cabang Syariah Kediri”. dan lokasi penelitian dilakukan pada
Bank Jatim Cabang Syariah Kediri.
7. Judul penelitian: “Analisis Faktor Strategi Pemasaran Produk
Pembiayaan Terhadap Keputusan Nasabah Memilih BMT Sahara
Tulungagung”.
Oleh
: Uki Pebruarini
Nim
: 3223113086
Jurusan
: Perbankan Syariah/ Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung
53
Dedi Nurdianto dan Tri Yuniati, Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Sebagai
Variabel Intervening Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Sepeda Motor Honda
(Studi Pada Mahasiswa STIESIA), dalam Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol.2 No. 10 2013,
http://ejournal.stiesia.ac.id/index.php/jirm/article/view/392/383, diakses tanggal 17 Maret 2016.
77
Pembimbing
: Nur Aziz Muslim, M.HI
Tempat penelitian : BMT Sahara Tulungagung.
Hasil penelitian
: Menunjukkan bahwa hasil penelitian dari indeks
jawaban responden menunjukkan bahwa variabel produk mempunyai nilai
0,144 mempunyai pengaruh yang positif namun tidak berpengaruh secara
signifikan
terhadap
Tulungagung.
Hasil
keputusan
nasabah
penelitian
dari
memilih
indeks
BMT
jawaban
Sahara
responden
menunjukkan bahwa variabel produk harga berpengaruh negative dan
tidak signifikan terhadap keputusan nasabah. Hal ini bisa dibuktikan
dengan nilai koefisien regresi produk -0,040. Hasil penelitian dari indeks
jawaban responden menunjukkan bahwa variabel tempat mempunyai nilai
0,290 yang merupakan skor tinggi dan mempunyai pengaruh yang paling
besar yakni pada hasil nilai signifikansi tempat 0,008. Hasil penelitian
indeks jawaban responden menunjukkan bahwa variabel promosi yang
mempunyai nilai 0,291, mempunyai pengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih BMT Sahara
Tulungagung. Secara bersama-sama produk, harga, tempat dan promosi
berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan nasabah dalam memilih
BMT Sahara Tulungagung.
Tahun
54
: 201554
Uki Pebruarini “Analisis Faktor Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Terhadap
Keputusan Nasabah Memilih BMT Sahara Tulungagung”, dalam skripsi IAIN Tulungagung 2015
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2273/, diakses tanggal 14 Mei 2016.
78
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian ini, persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada
faktor yang dijadikan bahan penelitian yaitu Produk Pembiayaan dan
Keputusan Nasabah. Dan metode penelitian yang menggunakan kuantitatif.
Adapun perbedaan peneliti menggunakan judul “Pengaruh Kualitas
Produk dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah Dalam Menabung
di Bank Jatim Cabang Syariah Kediri”. dan lokasi penelitian dilakukan pada
Bank Jatim Cabang Syariah Kediri.
Temuan-temuan penelitian ini menjadi perbandingan khusus oleh penulis
yang digunakan sebagai wacana dan rujukan, dengan harapan pada penulisan
skripsi ini bisa terjaga keautentikannya dan tidak menyamai karya-karya ilmiah
orang lain, ataupun plagiat pada penulisannya.
79
H. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kajian-kajian penelitian terdahulu dan kajian teoritis
mengenai hubungan variabel dependen (kualitas produk, dan citra perusahaan)
dengan variabel independen (keputusan nasabah dalam menabung di BMT
Pahlawan) diatas, maka dapat dikembangkan kerangka konseptual berikut ini:
rX1X3
Produk Pendanaan
(X1)
Produk Pembiayaan
(X2)
Citra Perusahaan (X3))
E
b1YX1
b2YX2
Keputusan Nasabah (Y)
b3YX3
Download