(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.)

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
2.1.1 Salam
Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.), daunnya digunakan sebagai
rempah dalam masakan. Daun salam ini memberikan aroma yang khas namun
tidak keras. Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas
menengah dan dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah
tangga. Kulit batang salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan untuk
mewarnai dan mengawetkan jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Pohon
salam tumbuh tersebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indochina,
Semenanjung Malaya, Kalimantan dan Jawa. Di samping itu, salam ditanam di
kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan lain, terutama untuk diambil daunnya
(Agoes, 2010).
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Anak kelas
: Dialypetalae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Spesies
: Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. (Tjitrosoepomo, 1991)
7
2.1.3 Nama Lain
Nama daerah: Maselangan, ubar serai (Sumatera), Manting (Jawa), gowok
(Sunda). Nama asing: Samak, kelat samak, serah (Malaysia), Duo hua pu tao
(Tionghoa), bay leaf (Inggris)
2.1.4 Morfologi Tumbuhan
Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila
diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur
sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5 cm
sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm, panjang tangkai daun 5 mm sampai
12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim
berbunga pohon akan dipenuhi oleh bunga-bunganya. Kelopak bunga berbentuk
cangkir yang lebar, ukuran lebih kurang 1 mm. Mahkota bunga berwarna putih.
Benang sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih kurang 3mm berwarna
kuning lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat dengan garis
tengah 8 mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat
pendek (Ditjen POM, 1980).
2.1.5 Khasiat Tumbuhan
Daun salam memiliki sifat rasa kelat, wangi, adstringen dan memperbaiki
sirkulasi (Hariana, 2011). Khasiat daun salam adalah untuk mengatasi asam urat,
kencing manis, menurunkan kadar kolesterol, melancarkan pembuluh darah,
radang lambung, diare, mabuk alkohol dan gatal-gatal (Agoes, 2010).
8
2.1.6 Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam adalah tanin, flavonoid,
minyak atsiri, sitral, eugenol, seskuiterpen, triterpenoid, fenol, steroid, lakton,
saponin, dan karbohidrat. Selain itu daun salam juga mengandung beberapa
vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, thiamin, riboflavin, niacin, vitamin
B6, vitamin B12, dan folat (Hariana, 2011).
2.2 Sambiloto
Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai,
tanah kosong yang agak lembab, atau di pekarangan. Daerah tumbuh dan
penyebarannya di dataran rendah sampai ketinggian 700 m diatas permukaan laut.
Sambiloto tumbuh berkelompok. Tanaman ini tumbuh di daerah panas di wilayah
Asia dengan iklim tropik dan sub tropik seperti di India, semenanjung Malaya,
dan hampir seluruh pulau di Indonesia (Dalimartha, 1999).
2.2.2 Sistematika Tumbuhan
Divisi
: Spermatophyta
Anak divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Anak kelas
: Sympetalae
Bangsa
: Solanales
Suku
: Acanthaceae
Marga
: Andrographis
Spesies
: Andrographis paniculata (Burm.f) Nees (Backer, 1965).
9
2.2.3 Nama Lain
Nama daerah: papaitan (Sumatera), takilo, bidara,sadilata, sambiloto
(Jawa), sambilata, sadilata, ki oray, ki peurat, ki ular (Sunda) (Hariana, 2006).
Nama asing: chuan xin lian (Cina), kalmegh (India), dan king of bitter (Inggris),
cong - cong (Vietnam) (Prapanza, 2003).
2.2.4 Morfologi Tumbuhan
Terna tumbuh tegak, tinggi 40 cm sampai 90 cm, percabangan banyak
dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut.
Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam, tepi daun rata, panjang
daun 3 cm sampai 5 cm dan lebar 1 cm sampai 2 cm, panjang tangkai daun 5 mm
sampai 25 mm, daun bagian atas bentuknya seperti daun pelindung. Pembungaan
tegak bercabang - cabang, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga
berbibir berbentuk tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih
dengan warna kuning dibagian atasnya ukuran 7 mm sampai 8 mm. Tangkai sari
sempit dan melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Bentuk buah jorong
dengan ujung yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm dan bila tua akan pecah
terbagi menjadi 4 keping (Ditjen POM, 1979).
2.2.5 Khasiat Tumbuhan
Khasiat tanaman sambiloto antara lain: antiinflamasi, anti HIV,
antibakteri, antioksidan, antiparasit, antispasmodik, antidiabetes, antikarsinogenik,
antipiretik, hepatoprotektif, nematosida, hipokolesterolemik dan aktivitas lainnya
10
(Niranjan, dkk., 2010). Selain itu, tanaman sambiloto juga berperan sebagai
imunostimulan, antihiperglikemia, kardioprotektif, vasorelaksan, antiplatelet, dan
hipotensif (Ojha, dkk., 2012).
2.2.6 Kandungan Kimia
Kandungan
kimia tanaman
sambiloto
antara lain:
andrografolid,
neoandrografolid, homoandrografolid, 14-deoksi-11,12- didehidroandrografolid,
14-deoksi-11-oksoandrografolid, 14- deoksiandrografolid, andrografin, panikulida
A, B dan C, panikulin, 5- hidroksi-2’,7,8-trimetoksiflavon, 2’,5-dihidroksi-7,8dimetoksiflavon, 4’,7-dimetilterapigenin, dan mono-O-metilwigtin (Sudarsono,
dkk., 1996).
2.3 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Ditjen POM, 1995).
Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (1995) ada beberapa cara, yaitu: cara
dingin dan cara panas.
2.3.1 Cara dingin
a. Maserasi
Istilah maceration berasal dari bahasa Latin macerare, yang artinya
merendam. Maserasi merupakan proses penyarian dengan cara serbuk direndam
11
dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang
mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).
Maserasi dapat dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia yang telah
dipotong-potong atau diserbuksarikan dengan cairan penyari dalam suatu bejana
dan ditutup rapat. Simpan ditempat terlindung dari cahaya langsung selama 5 hari
sambil sering dikocok. Kemudian disaring, diperas dan ampasnya dicuci dengan
cairan penyari. Hasil maserasi (maserat) kemudian dikumpulkan (Voight, 1995).
b. Perkolasi
Perkolasi (percolare = penetesan) dilakukan dalam wadah berbentuk
silindris atau kerucut (perkolator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang
sesuai (Voight, 1995).
Tahap pertama dalam perkolasi adalah persiapan yang dilakukan dengan
pembuatan serbuk (powdering) kemudian dilakukan pembasahan (moistening).
Setelah pembasahan, serbuk simplisia diisikan ke dalam alat perkolator.
Kemudian didiamkan untuk dilakukan maserasi, kemudian dilakukan perkolasi
yang sebenarnya hingga diperoleh hasil (perkolat). Perkolasi diteruskan sampai
menghasilkan volume yang diinginkan, atau sampai zat yang ingin ditarik habis
dari bahan obat, dibuktikan dengan pengujian yang tepat bahwa perkolat tidak
mengandung zat aktif lagi (Ansel, 1989).
12
2.3.2 Cara panas
a. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi kontinyu menggunakan alat yang disebut soklet
(Ditjen POM, 2000). Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah
kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) di bagian dalam alat ekstraksi
yang terbuat dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas tersebut dipasang di
antara labu penyulingan dengan kondensor dan dihubungkan dengan labu melalui
pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai kondensor,
terkondensasi di dalamnya, dan menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan
menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas
dan mengisi tabung sifon. Setelah mencapai tinggi maksimal, secara otomatis
dipindahkan ke dalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi
melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995).
b. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik/kondensor. Metode ini dapat digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan secara langsung (Ditjen POM, 2000).
c. Digesti
Digesti merupakan proses ekstraksi simplisia dengan cara merendam
serbuk simplisia dengan pelarut pada suhu 40 - 50°C sambil dilakukan dalam
13
selang waktu tertentu. Selanjutnya cairan disaring bila perlu diuapkan untuk
memperoleh ekstrak kental (Voight, 1995).
d. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air, bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur (96 98oC) selama waktu tertentu (15 - 20 menit) (Voight, 1995).
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infundasi pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).
2.4 Kolesterol
2.4.1 Definisi Kolesterol
Kolesterol berasal dari bahasa Yunani: chole = empedu dan stereos =
padat adalah steroid alkohol yang menyerupai lemak, berwarna putih mutiara.
Rumus molekul C27H45OH, mengkristal dalam bentuk daun (leaflet) atau
lempengan (United States Pharmacopeial Convention, 1985).
Kolesterol mempunyai struktur yang lembut, seperti lilin, terdiri dari
lemak tapi berinti steroid yang dapat dihasilkan oleh tubuh atau berasal dari
makanan yang berasal dari hewan, misalnya kuning telur, daging, hati, dan otak.
Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau berikatan
dengan asam lemak rantai panjang sebagai kolesterol ester. Kolesterol adalah lipid
amfipatik yang merupakan komponen struktural esensial pada membran sel dan
lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol merupakan prekursor semua steroid
lain di dalam tubuh manusia, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam
empedu, dan vitamin D (Murray, dkk., 2006)
14
Struktur kimia kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.1:
Gambar 2.1 Struktur Kimia Kolesterol (Guyton, 2007)
2.4.2 Biosintesis Kolesterol
Selain kolesterol yang diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang
disebut kolesterol eksogen, kolesterol juga disintesis di dalam tubuh yang disebut
kolesterol endogen. Sekitar 1 gram kolesterol disintesis per hari oleh orang
dewasa. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan organ yang
berkontribusi paling besar dalam sintesis kolesterol adalah hati (50%), usus halus
(15%), kulit, korteks adrenal, kelenjar kelamin, dan lain-lain. Enzim yang
berpengaruh pada sintesis kolesterol ditemukan dalam sitosol dan fraksi
mikrosomal di dalam sel. Hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti
mampu membentuk kolesterol (Satyanarayana, 2005).
Biosisntesis kolesterol berlangsung dalam tiga tahap yaitu:
a. Asetil Ko A berkondensasi membentuk mevalonat
b.
Mevalonat diubah menjadi unit isopren, isopren berkondensasi membentuk
skualen
c. Skualen mengalami siklisasi manjadi lanosterol, lanosterol mengalami
serangkaian reaksi membentuk kolesterol (Dawn, dkk., 2000).
15
Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol tersebut dibentuk dari
molekul asetil-Ko A, karena inti sterolnya disintesis dari gugus molekul asam
lemak, kolesterol memilki sifat fisik dan kimia yang mirip dengan zat lipid
lainnya. Selanjutnya inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai samping
untuk membentuk kolesterol dan asam kolat/asam empedu. Asam kolat
merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk di hati. Selain itu juga
dibentuk hormon steroid penting yang disekresikan oleh korteks adrenal, ovarium,
dan testis (Guyton dan Hall, 2007).
Bagan biosintesis kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Asetil Ko A
Asetoasetil Koenzim A
Hidroksi metil glutarat-Koenzim A (HMG-Ko A)
HMG Co A Reduktase
Mevalonat
Mevalonat Piroposfat
Isopentenil Piroposfat
(Unit Isopren)
Geranil Piroposfat
Famesil Piroposfat
Skualen
Siklisasi
Lanosterol
Kolesterol
Gambar 2.2 Biosintesis Kolesterol (Munaf, 2009)
16
2.4.3 Lipoprotein Pembawa Kolesterol
Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida, fofolipid, dan
asam lemak bebas yang tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat
diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu di
modifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air. Zat-zat
lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat
penggunaanya (Silalahi, 2000).
Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida,
fosfolipid, dan apoliprotein. Apoprotein sangat penting karena menstabilkan
struktur lipoprotein. Sejumlah apoprotein berfungsi sebagai ligan dalam interaksi
lipoprotein – reseptor atau sebagai kofaktor dalam proses enzimatik yang
mengatur proses metabolisme lipoprotein. Lipoprotein berbentuk sferik dan
mempunyai inti trigliserida dan kolesterol ester yang sangat tidak larut air,
dikelilingi oleh fosfolipid dan sedikit kolesterol bebas, apolipoprotein ditemukan
pada permukaan lipoprotein (Adam, dkk., 2004). Struktur lipoprotein dapat dilihat
pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Struktur Lipoprotein (Randox Laboratories, 2007)
17
Lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi lemak dan
komposisi apolipoprotein. Dengan menggunakan ultrasentrifugasi, pada manusia
dapat dibedakan lima jenis lipoprotein yaitu kilomikron, very low density
lipoprotein (VLDL), intermediate-density lipoprotein (IDL), low density
lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) (Suyatna, 2007).
Beberapa jenis liporotein berdasarkan komposisi lipid yang menyusunnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 karakteristik lipoprotein plasma
Golongan
lipoprotein
Kilomikron
dan remnant
LDL
Densitas g/ml Kandungan lipid
utama
<1,006
Trigliserida
dankolesterol
dari makanan
<1,006
Trigliserida
endogen
dan hepatik
1,006-1,019
Ester kolesterol
dan trigliserida
endogen
1,019-1,063
Ester kolesterol
HDL
1,063-1,21
Fosfolipid, ester Tidak
kolest erol
Signifikan
Lp (a)
1,05-1,09
Ester kolesterol
VLDL
IDL
Perbandingan Apoprotein
Tg/Kol
utama
10:1
B-48, E, A-1,
A-IV, C-1, C
II, C-III
5:1
B-100,E, C-1,
C-II, C-III
1:1
Tidak
Signifikan
Tidak
Signifikan
Lokasi
sintesis
Usus
Hati
B-100, E, CII, CIII
Hasil
katabolisme
VLDL
B-100
Hasil
katabolisme
VLDL
A-I, A-II, E, Usus, plasma,
C-I, C-II, C- hati
III
B-100, apo (a) Hati
(Mahlei dan Bersot, 2008)
a. Kilomikron/chylomicron
Kilomikron dibentuk di dinding usus dari trigliserida dan kolesterol yang
berasal dari makanan. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari
80% komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester.
Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot
rangka, juga membawa kolesterol dari makanan ke hati. Trigliserida dari
18
kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL), sehingga
diameter lipoprotein ini mengecil disebut kilomikron remnan.
b. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein)
Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15%
kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan
perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase menghasilkan asam
lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan bahan oksidasi di
jantung dan otot skelet. Sebagian VLDL remnant/sisa akan diubah menjadi LDL,
sehingga dapat terjadi peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan
trigliserida.
c. Lipoprotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)
IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolesterol
(20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat
perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat
dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan konversi lebih lanjut.
d. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein)
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia
(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol
50%. Jalur utama katabolisme LDL berlangsung lewat receptor-mediated
endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolesterol dari inti LDL dihidrolisis
menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel membran dan hormon steroid.
Selain lewat proses endositosis, sel juga mendapat kolesterol dari sintesis de novo
19
lewat enzim HMG Co-A reduktase. Produksi enzim ini dan reseptor LDL diatur
lewat transkripsi genetik berdasarkan tinggi rendahnya kadar kolesterol dalam sel
(Suyatna, 2007).
e. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein)
HDL merupakan molekul lipoprotein paling kecil dengan diameter 5-12
nm. HDL dibagi menjadi HDL2 (densitas 1,063 - 1,125 g/ml) dan HDL3 (1,125 1,21 g/ml). HDL mengandung 50% protein, 30% fosfolipid, dan 20% kolesterol.
HDL terikat pada Apo AI, AII, C, dan Apo E. HDL berperan sebagai lipoprotein
protektif yang menurunkan resiko PJK (Mahley dan Bersot, 2008).
f. Apoliprotein
Apoliprotein (apo) adalah komponen protein penting dari pelbagai
lipoprotein, di samping fraksi lipida tersebut di atas. Apo ini berfungsi sebagai
ligand (label, etiket) bagi pengikatan pada reseptor LDL. Ada lima jenis, yakni
apo-A, B, C, D, dan E, dengan subkelasnya. Selain fraksi-fraksi lipida, juga apo-B
dan apo-AI (protein dalam masing-masing VLDL/LDL dan HDL) ternyata
bersifat aterogen kuat dan merupakan indikator risiko pula pada penyakit jantung
pembuluh (Tan dan Rahrdja, 2008).
Terdapat tiga jalur dalam metabolisme lipoprotein. Ketiga jalur tersebut
antara lain sebagai berikut:
a. Jalur metabolisme eksogen
Trigliserida dan kolesterol dari makanan dalam usus dikemas sebagai
kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfa lalu kedalam darah
20
via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak, trigliserida dalam kilomikron
mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel
endotel. Akan terbentuk asam lemak dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas
akan menembus endotel dan masuk dalam jaringan lemak atau sel otot untuk
dirubah menjadi trigliserida kembali (cadangan) atau dioksidasi (energi)
(Suyatna, 2007).
b. Jalur metabolisme endogen
Trigliserida dan kolesterol di hati akan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai
lipoprotein VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase dan akan berubah menjadi intermediate density lipoprotein
(IDL) yang juga akan mengalami hidrolisis menjadi LDL. LDL adalah lipoprotein
yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian LDL akan dibawa ke hati,
kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk LDL.
Sebagian lainnya akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag
(Adam, 2009).
c. Jalur reverse cholesterol transport
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol mengandung
apolipoprotein A, C dan E disebut HDL nascent. HDL nascent yang berasal dari
usus halus dan hati mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent mengambil
kolesterol bebas yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol
bebas, kolesterol tersebut akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim
21
LCAT. Selanjutnya sebagian kolesterol ester tersebut dibawa oleh HDL yang
akan mengambil dua jalur. Jalur pertama akan ke hati sedangkan jalur kedua
kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL
dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP) untuk dibawa
kembali ke hati (Adam, 2009).
2.4.4 Hiperkolesterolemia
Dalam keadaan normal hati melepaskan kolesterol ke darah sesuai
kebutuhan. Tetapi bila diet mengandung terlampau banyak kolesterol atau
lemak
hewani
jenuh
maka
kadar
kolesterol
darah
akan
meningkat
(Tan dan Rahardja, 2007). Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana
meningkatnya konsentrasi kolesterol dalam darah yang melebihi nilai normal
(Guyton & Hall, 2008).
Kolesterol telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur pembuluh
darah yang mengakibatkan gangguan fungsi endotel yang menyebabkan lesi, plak,
oklusi, dan emboli. Selain itu juga kolesterol diduga bertanggung jawab atas
peningkatan stress oksidatif (Stapleton et al., 2010). Peningkatan kadar kolesterol
tersebut dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia (hyper = tinggi, cholesterol =
kolesterol, dan Yunani: haima = darah) diartikan sebagai kelebihan kolesterol di
dalam
darah
(United
States
Pharmacopeial
Convention,
1985).
Hiperkolesterolemia dicirikan dengan peningkatan kadar low density lipoprotein
22
dan kolesterol total. Gangguan metabolisme ini penyebabnya 5% adalah kasus
familial/keturunan dan 95% tidak diketahui penyebabnya (Adam, 2004)
Hiperkolestrolemia dapat diklasifikasikan menjadi :
a.Hiperkolesterolemia Primer
Hiperkolsterolemia primer adalah gangguan lipid yang terbagi menjadi 2
bagian,
yakni
hiperkolesterol
poligenik
dan
hiperkolesterol
familial.
Hiperkolesterol poligelik disebabkan oleh berkurangnya daya metabolisme
kolesterol, dan meningkatnya penyerapan lemak. Keadaan ini merupakan
penyebab hiperkolesterolemia tersering (>90%). Merupakan interaksi antara
kelainan gen yang multipel, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya serta lebih
mempunyai lebih dari satu dasar metabolik. Hiperkolesterolemia biasanya ringan
atau sedang dan tidak ada xantoma (Suharti, 2006).
Hiperkolesterolemia familial adalah meningkatnya kadar kolesterol yang
sangat
dominan
(banyak)
akibat
ketidakmampuan
reseptor
LDL.
Hiperkolesterolemia ini terjadi akibat kelainan genetis atau mutasi gen pada
tempat kerja reseptor LDL, sehingga menyebabkan pembentukan jumlah LDL
yang tinggi atau berkurangnya kemampuan reseptor LDL. Penderita biasanya
akan mengalami gangguan penyakit jantung koroner (PJK) dengan kadar
kolesterol mencapai 1.000 mg/dl (Suharti, 2006).
23
b. Hiperkolesterolemia Sekunder
Hiperkolesterolemia Sekunder terjadi akibat penderita mengidap suatu
penyakit tertentu, seperti diabetes melitus, obesitas, sindroma nefrotik, stress, atau
kurang gerak (olahraga) (Suharti, 2006).
Penggambaran
pembagian
hiperlipoproteinemia
dan
kemungkinan
pemilihan obat dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2 Penyakit, Profil Lipid, dan Obatnya
jenis penyakit
Monogenik
defisiensi lipoprotein
atau kofaktor
disbetalipoproteinemia
tipe III familial
hiperkolesterolemia
familial (heterozigot)
hipertrigliseridemia
familial
peningkatan
lipoprotein
kadar
lipid pilihan
plasma
pertama
(mg/dl)
obat lain-lain
kilomikron,
VLDL
VLDL
remnant,
kilomikron
LDL
T: > 750
K: 500
T: 250-500
K: 250-500
asam
nikotunat
fibrat
(gemfibrozil)
fibrat
T: 100
K: 275-500
T: 250-750
K: 200
statin
dan
resin
asam
nikotinat,
gemfibrozil
asam
nikotinat,
gemfibrozil
asam nikotinat,
resin, probukol
fibrat
probukol, beta
sitosterol,
neomisin
asam nikotinat,
fibrat
VLDL
kilomikron
hiperlipidemia
multipel
VLDL dan T: 250-750
LDL
K: 250-500
multifaktorial
hiperkolesterolemia
poligenik
LDL
T: 100
K: 250-350
resin, statin
hipertrigliseridemia
VLDL
T: > 750
K: 200
gemfibrozil
asam nikotinat
fibrat,
resin,
ezetimibe
(Suyatna, 2007)
Hiperkolesterolemia merupakan penyebab utama meningkatnya risiko
aterosklerosis (Mahley dan Bersot, 2008). Aterosklerosis adalah suatu penyakit
yang terjadi pada arteri yang berukuran besar dan sedang akibat terbentuknya lesi
lemak yang disebut plak$ ateromatosa pada permukaan dalam dinding arteri.
24
Sebaliknya ateriosklerosis adalah istilah umum yang merujuk pada kekakuan dan
penebalan pembuluh darah berukuran apa saja baik kecil, sedang, maupun besar
(Guyton dan Hall, 2007).
Hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko aterosklerosis dan akhirnya
penyakit jantung dan pembuluh darah. Faktor resiko lainnya diabetes, merokok,
hipertensi. Faktor resiko hiperkolesterolemia :
a. Stress juga memegang peranan nyata terutama pada orang dengan struktur
kepribadian tipe A. Menurut penelitian Friedman & Rosenman, orang tipe A
sangat bersemangat berlebihan, tidak sabaran, bekerja keras dan cepat. Mereka
lebih besar resikonya mengidap penyakit jantung dan pembuluh dari pada orang
tipe B yang lebih santai dan tidak tergesa-gesa.
b. LDL tinggi (> 175 mg/dl) adalah faktor resiko terpenting, terlebih pula bila TG
meningkat (> 310 mg/dl). LDL dapat diturunkan dengan penurunan berat badan
dan diet mengurangi lemak jenuh dan kolesterol serta peningkatan asupan lemak
tak jenuih, serat dan protein nabati.
c. HDL rendah (< 35 mg/dl) dapat disebabkan oleh merokok, obesitas dan kurang
gerak badan, juga akibat obat-obat seperti diuretika dan β-blockers, hormon
kelamin dan hormon adrenalin dan kortisol (Tan, 2007).
Komplikasi terpenting dari arteriosklerosis adalah penyakit jantung
koroner, gangguan darah serebral, dan gangguan pembuluh darah perifer. Dapat
juga muncul gangguan serius yang tergantung dari lokasi penyumbatannya
misalnya: angina, infark jantung, dan stroke. Komplikasi aterosklerosis ternyata
25
disebabkan oleh peradangan dinding pembuluh. Penyakit jantung koroner
merupakan penyebab kematian utama di negara maju dan semakin sering
ditemukan di negara Indonesia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penyakit
jantung koroner merupakan penyakit multifaktorial dan pemberian pengobatan
harus dilakukan bersamaan dengan tindakan untuk mengatasi faktor risiko lainnya
(Suyatna, 2007).
Nilai batas kolesterol dan trigliserida untuk orang dewasa, dapat dilihat
pada Tabel 2.3 di bawah ini:
Tabel 2.3 Nilai Kolesterol dan Trigliserida Untuk Dewasa Menurut National
Cholesterol Program (2001)
kadar plasma
kolesterol total
LDL
HDL
Pria
Wanita
Trigliserida
kadar yang ingin kadar batas hingga kadar
dicapai
tinggi
tinggi
(mg/dl)
(mg/dl)
(mg/dl)
< 200
200-239
> 240
< 130
130-159
> 160
> 40
> 50
< 150
> 60
150-199
> 200
(Suyatna,2007)
2.4.5 Pengobatan Hiperkolesterolemia
Prinsip utama pengobatan hiperkolesterolemia ialah mengatur diet yang
mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma
(Suyatna, 2007). Langkah pengaturan diet selalu dilakukan agar dapat
menghindari perlunya penggunaan obat (Katzung, 2002).
26
Pencegahan untuk penyakit hiperkolesterolemia sebagai berikut :
a. Berhenti merokok.
b. Tidak meminum alkohol.
c. Mengatur pola makan seimbang dan rendah lemak.
d. konsumsi makanan berserat, seperti sayur-sayuran dan buah - buahan.
e. Lakukan olahraga yang memadai sesuai dengan umur. Usahakan untuk
berolahraga setiap hari minimal 30 menit.
f. Menjaga berat badan ideal yang sesuai dengan tinggi badan.
g. Hindari stres (Wiryowidagdo, 2008).
Pada banyak kasus, diet saja tidak akan menurunkan kadar lipid darah.
Karena 75 - 85% kolesterol serum berasal dari endogenous, perubahan diet saja
akan menurunkan kolesterol total sebanyak 10 - 30%. Jika hiperlipidemia tidak
dapat dikendalikan dengan diet (menghindari lemak jenuh dari sumber hewani)
dan olahraga, biasanya diberikan obat-obat antihiperkolesterolemia (Mahley dan
Bersot, 2008).
Hiperkolesterolemia
diketahui
sebagai
faktor
risiko
penyakit
kardiovaskular, karenanya telah mendorong perkembangan obat-obat penurun
kadar kolesterol. Pengobatan hiperkolesterolemia terutama ditujukan bagi pasien
dengan riwayat aterosklerosis prematur dalam keluarga dan dengan adanya faktor
risiko lain seperti diabetes melitus, hipertensi, dan merokok. Pengobatan
hiperkolesterolemia meliputi penyelusuran jenis kelainan lipid pasien lalu
pemberian obat sesuai dengan keadaan fatofisiologi penyakit (Suyatna, 2009).
Obat-obat yang dapat menurunkan lipoprotein plasma:
27
a. Derivat asam fibrat (fibric acid)
Derivat asam fibrat yang masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil,
fenofibrat, bezafibrat, dan klofibrat yang telah digunakan di Amerika Serikat sejak
tahun 1967. Sebagai hipolipidemik obat-obat ini diduga bekerja dengan cara
berikatan dengan reseptor peroxisome proliferator-activated receptors (PPARs),
yang mengatur transkripsi gen. Akibat interaksi obat ini dengan PPAR isotipe α
(PPAR α), maka terjadilah peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis lipoprotein
lipase (LPL) dan penurunan ekspresi Apo C-III. Peningkatan kadar LPL
meningkatkan juga klirens lipoprotein kaya trigliserida. Penurunan produksi Apo
C-III hati akan menurunkan VLDL. HDL meningkat secara moderat karena
peningkatan ekspresi Apo A-I dan Apo A-II. Pada Helsinki Heart Study,
ditemukan gemfibrozil menurunkan kolesterol total 10%, LDL 11%, dan
trigliserida 35% dan meningkatkan HDL 11%. Kejadian kardiovaskular fatal dan
non fatal menurun sebesar 34% (Suyatna, 2009).
b. Damar pengikat asam empedu (bile acid squestrans)
Secara kimiawi damar penukar ion ini adalah polistiren dengan gugusan
NH4 kwaterner, yang tidak diresorpsi oleh usus. Berkhasiat menurunkan LDL dan
kolesterol total, berikatan dengan
asam empedu dalam usus halus menjadi
kompleks yang dikeluarkan melalui tinja. Tanpa asam empedu, kolesterol tidak
diserap lagi. Kadar asam empedu dalam darah menurun dan hati distimulasi untuk
meningkatkan sintesis asam ini dari kolesterol. Efeknya adalah turunnya kadar
LDL rata-rata sebanyak 25% (Tan dan Rahardja, 2007).
28
Salah satu contoh obat dari golongan ini yang pertama adalah kolesteramin
(Questran), diperkenalkan tahun 1959. Obat ini adalah suatu resin yang berikatan
dengan dengan asam empedu di dalam usus halus dan efektif untuk melawan
hiperlipidemia tipe II. Sementara kolestipol (Colestid) adalah suatu resin
antilipemik baru yang serupa dengan kolesteramin. Kedua obat ini efektif dalam
menurunkan kadar kolesterol (Mahley dan Bersot, 2008).
c. Penghambat HMG CoA reduktase
Disebut juga golongan statin, yang saat ini merupakan obat hipolipidemik
yang paling efektif. Obat ini efektif untuk menurunkan kolesterol, sedangkan pada
dosis tinggi statin juga dapat menurunkan trigliserida yang disebabkan oleh
peningkatan VLDL (Suyatna, 2009). Efek dari statin adalah peningkatan kuosien
HDL : kolesterol total, dan LDL diturunkan 30 - 50%. Khasiat atorvastatin dan
rosuvastatin yang mempunyai masa paruh yang panjang (14 - 19 jam) lebih kuat
daripada simvastatin, pravastatin, dan fluvastatin yang masa paruhnya pendek (2 3 jam). Disamping blokade sintesis kolesterol, statin juga meningkatkan jumlah
reseptor LDL (Tan dan Rahardja, 2007).
Mekanisme kerja statin berdasarkan penghambatan enzim HMG CoA
reduktase yang berperan penting di dalam hati untuk mengubah HMG CoA
(hidroxymetilglutaril coenzim A) menjadi asam mevalonat yang merupakan
prekursor kolesterol sehingga sintesisnya diturunkan. Akibat penurunan sintesis
kolesterol ini, maka sterol regulatory element binding protein (SREBP) yang
terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu diangkut ke nukleus. Faktor-
29
faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL, sehingga
terjadi sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran
sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain
LDL, VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL meningkat (Suyatna, 2007).
d. Derivat asam nikotinat (nicotinic acid)
Asam nikotinat menghambat hidrolisis trigliserida oleh hormone-sensitive
lipase, sehingga mengurangi transport asam lemak bebas ke hati dan mengurangi
sintesis trigiserida, ini akan menyebabkan berkurangnya produksi VLDL sehingga
kadar LDL menurun. Asam nikotinat merupakan hipolipidemik yang paling
efektif meningkatkan HDL (30 - 40%). Dapat menurunkan trigliserida sebaik
fibrat (35 - 45%) dan menurunkan LDL (20 - 30%) (Suyatna, 2007).
e. Obat-obat lainnya
Obat-obat antihiperkolesterolemia lainnya adalah: ezetimibe, neomisin
sulfat, dekstrotirosin, bawang putih, minyak ikan, bekatul, beta sitosterol, dan
inhibitor ACAT. Penghambat absorbsi
kolesterol intestinal (ezetimibe),
mekanisme kerja menghambat absorbsi kolesterol dalam usus. Obat ini efektif
menurunkan LDL dan kolesterol total, walaupun asupan makanan tidak
mengandung
kolesterol
karena
menghambat
reabsorbsi
kolesterol
yang
diekskresikan dari empedu. Neomisin sulfat yang diberikan per oral dapat
menurunkan kadar kolesterol dengan cara mirip resin yaitu membentuk kompleks
yang tidak larut dalam asam empedu. Dekstrotirosin menurunkan kadar lipid
darah diduga karena efek tiromimetik (kemampuan menurunkan kadar lipid yang
lebih besar daripada peningkatan kecepatan metabolismenya) (Suyatna, 2007).
30
Download