Pengaruh Kecerdasan Emosional Perawat Terhadap Pelayanan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kecerdasan Emosional
2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional
Kecerdasan
emosional,
secara
sederhana
dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola
perasaan sendiri dan orang lain. Orang yang pertama kali
mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain akademik
yang dapat mempengaruhi keberhasilan sesorang adalah
Gardner.
Menurut
keragaman
Gardner
kecerdasan
(dalam
terus
Goleman,2007)
berkembang,
Gardner
menyebut kecerdasan lain itu adalah kecerdasan pribadi
yang terdiri dari kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan
intra
pribadi.
Kecerdasan
antar
pribadi
merupakan
kemampuan untuk memahami orang lain, sedangkan
kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif,
tetapi terarah ke dalam diri. Inti kecerdasan pribadi menurut
Gardner merupakan kemampuan untuk membedakan dan
menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen,
motivasi dan hasrat orang lain.
Kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan
pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dan John
Mayer (dalam Dani M, 2006). Mereka menerangkan kualitaskualitas
emosional
yang
penting
seseorang. Salovey menempatkan
bagi
keberhasilan
kecerdasan pribadi
Gardner sebagai dasar tentang kecerdasan emosional yang
diteruskannya dengan memperluas kemampuan ini menjadi
lima faktor utama yaitu kesadaran emosi, pengendalian
emosi, motivasi diri, empati, hubungan sosial (Goleman,
2007).
Dari Uraian Peter Salovey dan John Mayer,
selanjutnya Daniel Goleman mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai kemampuan dalam mengenali perasaanperasaan diri sendiri dan orang lain, dalam memotivasi diri
sendiri dan mengelola emosi diri sendiri dengan baik
maupun dalam melakukan hubungan sosial (Goleman,
2006). Peter Salovey dan John Mayer percaya bahwa
sesungguhnya kecerdasan emosi merupakan kecerdasan
yang bisa diukur dengan handal dan obyektif (Goleman,
2000).
2.1.2 Dimensi kecerdasan emosional
Goleman (2001) mengemukakan lima kecakapan
dasar dalam kecerdasan emosi yang telah dikembangkan
oleh Salovey yaitu:
2.1.2.1 Kesadaran emosi (self awareness)
Kesadaran emosi merupakan kemampuan untuk
mengenali emosi pada waktu emosi itu terjadi. Orang yang
dapat mengenali emosi atau kesadaran diri terhadap emosi,
tidak buta terhadap emosi-emosinya sendiri, termasuk dapat
memberikan label setiap emosi yang dirasakan secara tepat.
Mengenali emosi atau kesadaran diri terhadap emosi ini
merupakan
dasar
kecerdasan
emosi.
Ia
dapat
menggunakannya untuk membuat keputusan bagi diri
sendiri,
memiliki
tolak
ukur
yang
realistis kemudian
mengaitkannya dengan sumber penyebab emosi.
2.1.2.2 Pengendalian emosi (self management)
Merupakan
menangani
kemampuan
emosinya,
mengekspresikan
emosinya
seseorang
dalam
mengendalikan
serta
dengan
baik,
mempunyai
toleransi terhadap frustrasi, mampu menangani ketegangan
jiwa, serta memiliki kepekaan terhadap kata hati untuk
digunakan dalam hubungan interaksi dan tindakan seharihari.
2.1.2.3 Motivasi diri (motivation)
Menata emosi merupakan hal yang sangat erat
kaitannya dengan motivasi diri dan untuk berkreasi. Orang
yang mampu mengendalikan emosi merupakan landasan
keberhasilan dalam segala bidang. Orang yang mempunyai
motivasi diri cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal
apapun
yang
mereka
kerjakan.
Mereka
mampu
menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan
semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih
baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara
efektif,
mampu
bertahan
menghadapi kegagalan dan
frustasi.
2.1.2.4 Empati (empaty)
Empati merupakan kemampuan merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami
perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan saling
percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai
tipe individu. Orang yang empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan
hal-hal yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
Empati
bukanlah
simpati
tetapi
merupakan
kemampuan untuk merefleksikan secara obyektif perasaanperasaan
dari
diungkapkan
seorang
pasien,
yang
dalam
kata-kata.
mungkin
Empati
tidak
adalah
mempersepsikan
dunia
sebagaimana
pasien
mempersepsikannya.
2.1.2.5 Membina
hubungan
Sosial
(Relation
management)
Orang yang mampu melakukan hubungan sosial
merupakan orang yang cerdas emosi. Orang yang cerdas
emosi akan mampu menangani emosi dengan baik ketika
menjalin hubungan dengan orang lain, mereka dapat
menikmati
persahabatan
dengan
tulus.
Ketulusan
memerlukan kesadaran diri dan ungkapan emosional
sehingga pada saat berbicara dengan seseorang, kita dapat
mengungkapkan
perasaan-perasaan
secara
terbuka
termasuk gangguan-gangguan apapun yang merintangi
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan perasaan
secara terbuka.
Dalam melakukan hubungan sosial, hal pertama
yang perlu dilakukan adalah membina rasa saling percaya
satu sama lain. Orang yang memberi kepercayaan pada
orang lain maka dia akan dipercaya orang lain. Apabila
seseorang menunjukkan kepercayaan pada orang lain dan
bersikap jujur, maka orang lain akan lebih terbuka dan
percaya
dengan
kita.
Seseorang
akan
menikmati
pembicaraan apabila dia percaya dengan kita.
2.2
Pelayanan Keperawatan
2.2.1 Pelayanan tenaga perawat
Perawat
adalah
seseorang
yang
telah
lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai
dengan
ketentuan
perundang-undangan
yang
berlaku. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah
sakit yang berperan penting dalam pemberian layanan dan
upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Imbalo, 2007). John Griffith menyatakan bahwa kegiatan
keperawatan
di
rumah
sakit
dapat
dibagi
menjadi
keperawatan klinik dan manajemen keperawatan.
a. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari:
1.
Pelayanan keperawatan personal, yang antara lain
berupa pelayanan keperawatan umum dan atau
spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian
motivasi dan
dukungan
emosi pada
pasien,
pemberian obat, dan lain-lain.
2.
Berkomunikasi
dengan
dokter
dan
petugas
penunjang medik, berkomunikasi dengan pasien
setiap waktu sehingga merupakan petugas yang
seyogyanya paling tahu tentang keadaan pasien.
3.
Menjalin
hubungan
dengan
keluarga
pasien.
Komunikasi yang baik dengan keluarga atau
kerabat
pasien
akan
membantu
proses
penyembuhan pasien itu sendiri.
4.
Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan.
Perawat bertanggung jawab terhadap lingkungan
bangsal perawatan pasien, baik lingkungan fisik,
mikrobiologik, keamanan, dan lain-lain.
5.
Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya
pencegahan penyakit. Program ini diberikan pada
pasien dengan materi spesifik sesuai dengan
penyakit yang di deritanya.
b. Dalam hal manajemen keperawatan di rumah sakit,
tugas yang harus dilakukan adalah:
1.
Penanganan administratif, antara lain dapat berupa
pengurusan masuknya pasien ke rumah sakit,
pengawasan pengisian dokumen catatan medik
dengan
baik,
membuat
penjadwalan
proses
pemeriksaan atau pengobatan pasien, dan lainlain.
2.
Membuat
penggolongan
pasien
sesuai
berat
ringannya penyakit, dan kemudian mengatur kerja
perawatan secara optimal pada setiap pasien
sesuai kebutuhannya masing-masing.
3.
Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik
pelayanan keperawatan secara khusus maupun
pelayanan lain secara umumnya.
4.
Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan,
kegiatan
ini
meliputi
staffing,
schedulling,
assignment dan budgeting (Aditama, 2004).
Pelayanan
keperawatan
profesional
diberikan
dalam bentuk asuhan keperawatan. Menurut konsorsium
kelompok kerja keperawatan, asuhan keperawatan adalah
suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek keperawatan
yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai
tatanan
pelayanan
kesehatan
dengan
menggunakan
metodologi proses keperawatan yang berpedoman pada
standar asuhan keperawatan berdasar pada etik dan etiket
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung
jawab keperawatan (Nursalam, 2001).
2.2.2 Kualitas asuhan keperawatan rawat inap
Asuhan keperawatan menggunakan metode proses
keperawatan.
pemecahan
Proses
masalah
keperawatan
yang
merupakan
dinamis
dalam
proses
usaha
memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum
melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal
dan membantu memenuhi kebutuhan khusus pasien.
Sementara itu, Yura dan Walsh menyatakan bahwa proses
keperawatan adalah suatu tahapan desain indakan yang
ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi
mempertahankan keadaan kesehatan pasien yang optimal,
apabila kondisinya berubah kualitas tindakan keperawatan
ditujukan
untuk
mengembalikan
ke
keadaan
normal
(Nursalam, 2001).
Menurut Gilles (1994), ciri-ciri asuhan keperawatan
yang berkualitas antara lain:
1. memenuhi standar profesi yang ditetapkan
2. sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar, efisien dan efektif
3. aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai
pemberi jasa pelayanan
4. memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
5. memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama,
etika, dan tata nilai masyarakat.
–
2.2.3 Faktor
faktor
yang
mempengaruhi
pelayanan
keperawatan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
seorang perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien yaitu sebagai berikut:
2.2.3.1 Beban kerja
Bekerja
bertujuan
untuk
adalah
suatu
mendapatkan
bentuk
aktifitas
kepuasan.
yang
Aktifitas
ini
melibatkan baik fisik maupun mental (As’ad, 2001). Beban
kerja
merupakan
suatu
kondisi
atau
keadaan
yang
memberatkan pada pencapaian aktifitas untuk melakukan
suatu aktifitas. Beban kerja perawat yang tinggi serta
beragam dengan tuntutan institusi kerja dalam pencapaian
kualitas bermutu, jumlah tenaga yang tidak memadai
berpengaruh besar pada pencapaian mutu dan kualitas
pemberian pelayanan yang diharapkan kepada pasien
(Kusdijanto, 2000).
2.2.3.2 Sikap
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan
perawat ketika menghadapi pasien. Dalam memberikan
asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, katakata yang lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu
berada disamping pasien dan bersikap sebagai media
penberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran,
kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam
pelayanan prima adalah semangat, memakai cara yang
baik, pro-aktif, positif, penuh kesabaran dan tidak mengadaada, dan tepat waktu. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan, sikap tersebut harus dimiliki oleh seorang
perawat karena sikap perawat juga sangat berpengaruh
terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat yang baik dan
ramah dapat menimbulkan rasa simpati pasien terhadap
perawat.
2.2.3.3 Perhatian (attention)
Perhatian
adalah
kepedulian
pasien, baik yang berkaitan dengan
penuh
terhadap
perhatian akan
kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas
saran dan kritik. Perhatian yang diberikan perawat, terutama
ketika pasien sendiri dan merasa menjadi beban bagi orang
lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat proses
penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh pasien terjadi
bukan hanya kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi
karena adanya gangguan pada kejiwaannya. Sikap yang
baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat kepada
pasien, diyakini dapat mempercepat proses penyembuhan
kejiwaannya, sehingga dengan sembuhnya kejiwaan maka
dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.
2.2.3.4 Faktor komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu untuk dapat menyusun
dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang
gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima
(Nursalam, 2000). Komunikasi dalam praktik keperawatan
professional merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan untuk mencapai
hasil
yang
optimal.
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik antara lain
:
a.
Pendidikan
Merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan
mengisi
kehidupannya
yang
dapat
digunakan
untuk
mendapatkan informasi sehingga dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup
(Notoadmojo, 2003). Makin tinggi pendidikan seseorang
makin
mudah
pengetahuan
komunikasi
menerima
yang
informasi
dimiliki
terapeutik
dan
sehingga
secara
makin
baik
menggunakan
efektif
akan
dapat
dilakukannya.
b.
Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan meggunakan
panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu
untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan (Notoadmojo, 2003). Menurut Bloom dan
Kartwalk (1998)
membagi pengetahuan
dalam
enam
tingkatan diantaranya tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
c.
Sikap
Sikap dalam komunikasi akan mempengaruhi
proses komunikasi berjalan efektif atau tidak. Sikap kurang
baik
akan
terhadap
menyebabkan
komunikator.
pendengar
Sikap
yang
kurang
percaya
diharapkan dalam
komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati,
menghargai, rendah diri dan menjadi pendengar yang baik.
Kesemuanya dapat mendukung komunikasi yang terapeutik.
d.
Kondisi psikologi
Pada komunikator akan mudah mempengaruhi dari
isi pembicaraan melalui komunikasi terapeutik. Namun perlu
memperhatikan
menjadikan
kondisi
psikologis
komunikasi
sebagai
yang
baik
terapeutik.
untuk
Kondisi
psikologis seorang pendengar dapat dipengaruhi oleh
rangsangan emosi yang disebabkan oleh pembicaraan itu
sendiri.
Indikator
dalam
melaksanakan
komunikasi
terapeutik (Nursalam, 2003) mendorong pasie n untuk
mengungkapkan
pandangan
dan
perasaannya,
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap
komunikasi
serta
memanggil
pasien
sesuai
dengan
identitasnya.
2.3
Hipotesis
Ada dua hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini yaitu:
H0 : tidak ada pengaruh kecerdasan emosional perawat
terhadap pelayanan kepada pasien di bangsal rawat inap
dewasa.
H1 : ada pengaruh kecerdasan emosional perawat terhadap
pelayanan kepada pasien di bangsal rawat inap dewasa.
Download