13 BAB II KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kandungan Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan memuat 12 (dua belas) Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP) sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
bagi pemerintah.
2.1.1.1 PSAP No. 01 Penyajian Laporan Keuangan
PSAP No. 01 membahas tentang tujuan laporan keuangan, tanggung jawab
laporan keuangan, komponen-komponen laporan keuangan, identifikasi laporan
keuangan, dan periode pelaporan.
1. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi,
dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya. Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif
dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi
besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan.
14
2. Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan
Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada pada
pimpinan entitas.
3. Komponen-komponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan
terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan
finansial. Komponen laporan keuangan sebagai berikut :
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
c. Neraca
d. Laporan Operasional
e. Laporan Arus Kas
f. Laporan Perubahan Ekuitas
g. Catatan atas Laporan Keuangan
4. Identifikasi Laporan Keuangan
Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara jelas dari informasi
lainnya dalam dokumen terbitan yang sama. Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan hanya berlaku untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi
lain yang disajikan dalam suatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Oleh
karena itu, penting bagi pengguna untuk dapat membedakan informasi yang
disajikan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan dari informasi lain, namun
bukan merupakan subyek yang diatur dalam Pernyataan Standar ini. Setiap
komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas.
15
5. Periode Pelaporan
Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih
pendek dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan informasi berikut :
a. Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,
b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti
arus kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
2.1.1.2 PSAP No. 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP No. 02 membahas tentang tujuan laporan realisasi anggaran dan
struktur laporan realisasi anggaran.
1. Tujuan Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari
suatu
entitas
pelaporan
yang
masing-masing
diperbandingkan
dengan
anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran serta menyediakan
informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran.
16
2. Struktur Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos
sebagai berikut :
a. Pendapatan-LRA
b. Belanja
c. Transfer
d. Surplus/defisit-LRA
e. Penerimaan pembiayaan
f. Pengeluaran pembiayaan
g. Pembiayaan neto
h. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA).
2.1.1.3 PSAP No. 03 Laporan Arus Kas
PSAP No. 03 membahas tentang tujuan laporan arus kas dan klasifikasi
laporan arus kas.
1. Tujuan Laporan Arus Kas
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini
disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Laporan arus
kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan
dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
17
2. Klasifikasi Arus Kas
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan
untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas
pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
hubungan antar aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Laporan
arus kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris. Adapun penjelasan masing-masing aktivitas tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Aktivitas Operasi
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari :
Penerimaan Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
Penerimaan Hibah, Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah
dan Investasi Lainnya, Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan
Luar Biasa, Penerimaan Transfer. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi
terutama digunakan untuk: Pembayaran Pegawai, Pembayaran Barang,
Pembayaran
Bunga,
Pembayaran
Subsidi,
Pembayaran
Hibah,
Pembayaran Bantuan Sosial, Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa,
Pembayaran Transfer.
b. Aktivitas Investasi
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari: Penjualan Aset
Tetap, Penjualan Aset Lainnya, Pencairan Dana Cadangan, Penerimaan
dari Divestasi, Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas. Arus keluar
kas dari aktivitas investasi terdiri dari: Perolehan Aset Tetap, Perolehan
18
Aset Lainnya, Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal
Pemerintah, Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
c. Aktivitas Pendanaan
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain : Penerimaan
utang luar negeri, Penerimaan dari utang obligasi, Penerimaan kembali
pinjaman kepada pemerintah daerah, Penerimaan kembali pinjaman
kepada perusahaan negara. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara
lain : Pembayaran pokok utang luar negeri, Pembayaran pokok utang
obligasi, Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah,
Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.
d. Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan
pendanaan pemerintah. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi
penerimaan PFK dan penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk
dan penerimaan kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan
pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang
persediaan kepada bendahara pengeluaran.
19
2.1.1.4 PSAP No. 04 Catatan Atas Laporan Keuangan
PSAP No. 04 membahas tentang struktur dan isi, penyajian informasi
tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi, penyajian informasi tentang
kebijakan fiskal dan ekonomi makro, penyajian ikhtisar pencapaian target
keuangan. Adapun penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Struktur dan Isi
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
2. Penyajian Informasi tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan informasi yang
merupakan gambaran entitas secara umum. Seperti domisili dan bentuk hukum
suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut berada, penjelasan mengenai
sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya, ketentuan perundang-undangan yang
menjadi landasan kegiatan operasionalnya.
3. Penyajian Informasi Tentang Kebijakan Fiskal dan Ekonomi Makro
Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu pembaca
memahami realisasi dan posisi keuangan entitas pelaporan secara keseluruhan,
termasuk kebijakan fiskal/keuangan dan kondisi ekonomi makro.
20
4. Penyajian Ikhtisar Pencapaian Target Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan perubahan
anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran
yang pertama kali disetujui oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada
dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang
dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca
laporan keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
kejadian-kejadian penting selama tahun pelaporan, seperti: Penggantian
manajemen pemerintahan selama tahun berjalan, Kesalahan manajemen terdahulu
yang telah dikoreksi oleh manajemen baru, Komitmen atau kontinjensi yang tidak
dapat disajikan pada Neraca, Penggabungan atau pemekaran entitas tahun
berjalan.
2.1.1.5 PSAP No. 05 Akuntansi Persediaan
PSAP No.05 Akuntansi Persediaan membahas tentang bagaimana
pengakuan, pengukuran. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Pengakuan
Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal, pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan atau kepenguasaannya
berpindah. Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan dengan
hasil inventarisasi fisik.
21
2. Pengukuran
Persediaan disajikan sebesar Biaya perolehan apabila diperoleh dengan
pembelian, Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri,
Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. Biaya
perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada
perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi
biaya perolehan. Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan: a) Metode
sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang b) Harga pembelian terakhir
apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenis.
2.1.1.6 PSAP No. 06 Akuntansi Investasi
PSAP No. 06 Akuntansi Investasi membahas tentang bagaimana
klasifikasi investasi, pengakuan investasi dan pengukuran investasi. Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1. Klasifikasi Investasi
Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi jangka
pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka
pendek merupakan
kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok
aset nonlancar.
a. Investasi jangka pendek
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek,
antara lain terdiri atas : Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas
bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis (revolving
22
deposits),
Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka
pendek oleh pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat
Bank Indonesia (SBI).
b. Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman
investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen
adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka
panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
Investasi permanen dapat berupa : Penyertaan Modal Pemerintah pada
perusahaan negara/daerah, badan internasional dan badan usaha lainnya
yang bukan milik negara, Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh
pemerintah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh
pemerintah, antara lain dapat berupa : Pembelian obligasi atau surat utang
jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal
jatuh temponya oleh pemerintah, Penanaman modal dalam proyek
pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga, Dana yang
disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat. seperti
bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat,
Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang
dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.
23
2. Pengakuan Investasi
Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi
dan perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi kriteria kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa
potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh
pemerintah, Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara
memadai (reliable). Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau
aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi
investasi memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu
mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau
jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
pada saat pengakuan yang pertama kali.
3. Pengukuran Investasi
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk
nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar dipergunakan sebagai
dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar
yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan
obligasi jangka pendek (efek), dicatat sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan investasi meliputi harga transaksi investasi itu sendiri
ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank, dan biaya lainnya yang timbul
dalam rangka perolehan tersebut. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga
diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar
investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada
24
nilai wajar, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar aset lain yang
diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut. Investasi jangka pendek dalam
bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar
nilai nominal deposito tersebut. Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari
pertukaran aset pemerintah, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah
adalah sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga
perolehannya tidak ada.
2.1.1.7 PSAP No. 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP No. 07 membahas tentang klasifikasi, pengakuan, penilaian,
penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.
1. Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai
berikut : a) Tanah b) Peralatan dan Mesin c) Gedung dan Bangunan d) Jalan,
Irigasi, dan Jaringan e) Aset Tetap Lainnya f) Konstruksi dalam Pengerjaan.
2. Pengakuan Aset Tetap
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh
dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap
harus dipenuhi kriteria sebagai berikut : (a) Berwujud; (b) Mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; (c) Biaya perolehan aset dapat diukur
secara andal; (d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
dan (e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
25
Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mempunyai manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomi masa depan
yang dapat diberikan oleh aset tetap tersebut, baik langsung maupun tidak
langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut dapat berupa
aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Manfaat ekonomi
masa depan akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila entitas tersebut
akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya
tersedia jika manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut.
3. Pengukuran Aset Tetap
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan
pada
nilai
wajar
pada
saat
perolehan.
Pengukuran
dapat
dipertimbangkan andal bila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian
aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang
dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya
dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk
perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses
konstruksi. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa
peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan
aset tetap tersebut.
26
2.1.1.8 PSAP No. 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
PSAP
No.
08
membahas
tentang
pengakuan,
pengukuran
dan
pengungkapan dalam konstruksi dalam pengerjaan.
1. Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan
jika: (a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang
berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh; (b) biaya perolehan tersebut dapat
diukur secara andal; dan (c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
2. Pengukuran Kontruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. Nilai
konstruksi yang dikerjakan secara swakelola : a) Biaya yang berhubungan
langsung dengan kegiatan konstruksi b) Biaya yang dapat diatribusikan pada
kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut c) Biaya
lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi yang bersangkutan.
3. Pengungkapan Kontruksi Dalam Pengerjaan
Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai Konstruksi
Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi: (a) Rincian kontrak konstruksi
dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya
(b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya. (c) Jumlah biaya yang
telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar. (d) Uang muka kerja yang
diberikan. (e) Retensi.
27
2.1.1.9 PSAP No. 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP No. 09 Akuntansi Kewajiban membahas tentang klasifikasi,
pengakuan, pengukuran kewajiban. Untuk penjelasannya sebagai berikut :
1. Klasifikasi Kewajiban
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya,
meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika : (a) Jangka waktu aslinya adalah
untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan. (b) Entitas bermaksud untuk
mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang. (c)
Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali
(refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang
diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
2. Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai
saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai
penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Keberadaan peristiwa masa lalu
(dalam hal ini meliputi transaksi) sangat penting dalam pengakuan kewajiban.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau
dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat
kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari : (a) Transaksi dengan pertukaran
28
(exchange
transactions).
(b)
Transaksi
tanpa
pertukaran
(non-exchange
transactions), sesuai hukum yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan, yang
belum dibayar lunas sampai dengan saat tanggal pelaporan (c) Kejadian yang
berkaitan dengan pemerintah (government-related events). (d) Kejadian yang
diakui pemerintah (government-acknowledged events)
3. Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang
asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Nilai nominal
atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali
transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang
pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran, perubahan
penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain
perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat
kewajiban tersebut. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban
mengikuti karakteristik dari masing-masing pos. Paragraf berikut menguraikan
penerapan nilai nominal untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan
keuangan.
29
2.1.1.10 PSAP No. 10 Koreksi Kesalahan , Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan
Estimasi
Akuntansi
Dan
Operasi
Yang
Tidak
Dilanjutkan
PSAP No. 10 membahas tentang koreksi kesalahan, perubahan kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan.
1. Koreksi Kesalahan
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa
periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan
mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna
anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan penerapan standar dan
kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian.
Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu
atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan
keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi. Dalam mengoreksi suatu kesalahan
akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus
dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih maupun saldo
ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus
diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
2. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan
keuangan dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui
kecenderungan arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena
itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada
setiap periode. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran
30
akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi,
metode, dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi. Suatu
perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan suatu
kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau
standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa
perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam
penyajian laporan keuangan entitas. Perubahan kebijakan akuntansi harus
disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
3. Perubahan Estimasi Akuntansi
Agar memperoleh Laporan Keuangan yang andal, maka estimasi akuntansi
perlu disesuaikan antara lain dengan pola penggunaan, tujuan penggunaan aset
dan kondisi lingkungan entitas yang berubah. Pengaruh atau dampak perubahan
estimasi akuntansi disajikan pada Laporan Operasional pada periode perubahan
dan periode selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan
estimasi masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO tahun perubahan dan
tahun-tahun selanjutnya selama masa manfaat aset tetap tersebut. Pengaruh
perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang akan datang diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Apabila tidak memungkinkan, harus
diungkapkan alasan tidak mengungkapkan pengaruh perubahan itu.
31
4. Operasi Yang Tidak Dilanjutkan
Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas pemerintah dihapuskan oleh
peraturan, maka suatu operasi, kegiatan, program, proyek, atau kantor terkait pada
tugas pokok tersebut dihentikan. Informasi penting dalam operasi yang tidak
dilanjutkan misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,
tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun
berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau
dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian
apabila ada harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
2.1.1.11 PSAP No. 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan
keuangan konsolidasian sebagaimana dimaksud disajikan oleh entitas pelaporan,
kecuali : a) Laporan keuangan konsolidasian arus kas yang hanya disajikan oleh
entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum; b) Laporan keuangan
konsolidasian perubahan saldo anggaran lebih yang hanya disusun dan disajikan
oleh Pemerintah Pusat. Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode
pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan
berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya.
32
2.1.1.12 PSAP No. 12 Laporan Operasional
Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Pengguna laporan
membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi pendapatan-LO dan
beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan. Laporan
Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban,
surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional
dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat halhal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti
kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angkaangka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Dalam Laporan Operasional harus
diidentifikasikan secara jelas, dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap
halaman laporan, informasi berikut: (a) nama entitas pelaporan atau sarana
identifikasi lainnya; (b) cakupan entitas pelaporan; (c) periode yang dicakup; (d)
mata uang pelaporan; dan (e) satuan angka yang digunakan.
33
2.1.2
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kata “penerapan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
menerapkan, melaksanakan, sesuatu yang telah ditetapkan. Berdasarkan
pengertian di atas bila dikaitkan dengan penerapan standar akuntansi
pemerintahan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan standar akuntansi
pemerintahan
merupakan
pelaksanaan
atau
implementasi
12
(duabelas)
Pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP) sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan daerah.
Suatu organisasi pemerintah dapat dikatakan berhasil jika tujuan dari
penerapan standar akuntansi pemerintahan dapat tercapai. Tujuan yang ingin
dicapai adalah pemerintah mampu menyusun dan menyajikan laporan keuangan
daerah yang berkualitas.
2.1.3 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
2.1.3.1 Definisi Akuntansi
Beberapa pengertian tentang akuntansi yang dapat diungkapkan oleh
penulis dalam penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman tentang akuntansi
sebelum lebih jauh membahas mengenai akuntansi keuangan daerah diantaranya
adalah menurut Accounting Principles Board (dalam Abdul Halim 2002 : 32)
bahwa akuntansi diartikan sebagai berikut :
‘Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang fungsinya meyediakan
informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi
yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi dan
membuat pilihan-pilihan nalar diantara berbagai alternatif arah tindakan’.
34
Sedangkan menurut Comitee on Terminology of the Accounting Institute
of Certified Public Accountans (AICPA) (dalam Kusnadi 1999 : 2) akuntansi
didefinisikan sebagai berikut ‘accounting is the art of recording, classifying, and
summarizing in a significant manner and item of money, transaction and events,
which are in part at least of a financial character and interpreating the result of’
Artinya
akuntansi
adalah
keterampilan
(seni)
mencatat,
mengklasifikasikan dan meringkas dengan cara yang tepat (signifikan) dan
dinyatakan setidak-tidaknya dapat diukur dengan uang serta menafsirkan
(menginterpretasikan) segala hasilnya. Adanya kriteria bahwa informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi adalah informasi yang berguna dalam mengambil
keputusan ekonomi. Kedua definisi di atas menunjukkan bahwa pengertian
akuntansi haruslah menghasilkan informasi yang berguna dalam mengambil
keputusan ekonomi.
Sugijanto (1995:193) mengemukakan bahwa “Akuntansi terdiri dari tiga
bidang utama, yaitu akuntansi komersial / perusahaan (comercial accounting),
akuntansi pemerintahan (governmental accounting), dan akuntansi sosial (social
accounting)”. Dalam akuntansi komersial data akuntansi digunakan untuk
memberikan informasi kepada manajemen, pemilik modal, penanam modal,
kreditur, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut.
Dalam akuntansi pemerintahan data akuntansi digunakan untuk memberikan
informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak
eksekutif, legislatif, yudikatif dan masyarakat. Akuntansi sosial merupakan
bidang akuntansi seperti neraca pembayaran negara, rekening arus dana, rekening
35
pendapatan dan produksi nasional serta neraca nasional yang ditetapkan pada
lembaga makro yang melayani perekonomian nasional.
2.1.3.2 Definisi Keuangan Daerah
Keuangan daerah merupakan sumber-sumber keuangan yang ada di daerah
dan publik yang dikelola oleh pemerintah daerah masing-masing. Pada era
sebelum reformasi alat yang digunakan manajemen keuangan daerah adalah tata
usaha daerah, setelah paska reformasi alat pengelolaan yang digunakan adalah
akuntansi yang lebih lengkap dan mampu memenuhi keterbatasan tata usaha
daerah dalam proses anggaran dan penyajian laporan yang lebih informatif kepada
pengguna. Keuangan daerah menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah adalah:
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.
Sedangkan menurut Mamesah (dalam Halim, 2007:23) keuangan daerah
dapat diartikan sebagai:
‘Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala
satuan, baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan
daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara/daerah yang lebih
tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang
berlaku’.
Dari definisi tersebut diatas terdapat dua hal yang perlu dijelaskan yaitu
yang dimaksud dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumber-sumber
penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah, dan lain-lain atau hak untuk menerima sumber-sumber penerimaan lain
36
seperti dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan. Hak tersebut akan meningkatkan kekayaan daerah. Yang dimaksud
dengan semua kewajiban adalah mengeluarkan uang untuk membayar tagihantagihan kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan,
infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban tersebut
akan menurunkan kekayaan daerah. Pengelolaan keuangan daerah adalah seluruh
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah (Halim, 2007 : 24).
Berdasarkan UU 33 tahun 2004 pasal 66 ayat 1, keuangan daerah harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan,
dan manfaat untuk masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada output, dengan
menggunakan konsep nilai uang (value for money) serta prinsip tata pemerintahan
yang baik (good governance).
2.1.3.3 Definisi Akuntansi Keuangan Daerah
Akuntansi pemerintahan di beberapa sumber disebut dengan akuntansi
sektor publik. Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan
pemerintah, BUMN/BUMD, universitas, yayasan, dan organisasi nirlaba lainnya.
Akuntansi yang berkaitan dengan organisasi perusahaan (bisnis) biasanya dikenal
dengan akuntansi sektor privat, sedangkan yang berkaitan dengan organisasi
pemerintahan atau lembaga nonprofit dikenal dengan akuntansi pemerintahan
atau akuntansi sektor publik. Oleh karena pemerintah daerah merupakan satuan
37
organisasi nonprofit, maka akuntansi yang berkaitan dengan pemerintah daerah
yakni akuntansi keuangan daerah termasuk ke dalam akuntansi sektor publik.
Akuntansi keuangan daerah menurut Abdul Halim (2002 : 42),
didefinisikan sebagai berikut :
Proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi
ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah yang dijadikan sebagai
informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan
pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah.
Sedangkan menurut GASB (Government Accounting Standard Board) (
dalam Freeman, 1998: 36) pengertian akuntansi pemerintahan adalah :
‘Government accounting is an integral of the accounting discipline. It is founded
on the basic concept underlying the accounting discipline as the whole and shares
many characteristics with comercial accounting’. Artinya akuntansi pemerintahan
adalah suatu kesatuan dari ilmu akuntansi yang bersandar pada konsep dasar ilmu
akuntansi secara menyeluruh dan memiliki beberapa kesamaan dengan akuntansi
komersial.
2.1.3.4 Definisi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 232 mengatakan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah adalah :
Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhitisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan aplikasi komputer.
Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD Berdasarkan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
38
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa sistem akuntansi pemerintah
daerah sekurang-kurangnya meliputi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
2.1.3.4.1
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
Prosedur Akuntansi Aset Tetap/Barang Milik Daearh; dan
Prosedur Akuntansi Selain Kas
Penyajian Laporan Keuangan
Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 241 mengatakan bahwa prosedur akuntansi penerimaan kas pada
SKPKD adalah :
Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhitisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan aplikasi komputer.
Prosedur akuntansi penerimaan kas dilakukan oleh fungsi akuntansi pada
SKPKD. Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas melakukan
pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas dengan mencantumkan uraian
rekening lawan asal penerimaan kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut
diposting kedalam buku besar rekening berkenaan.
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 241 mengatakan bahwa:
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas
adalah sebagai berikut :
1. Bukti transfer
2. Nota kredit Bank
3. Surat perintah pemindahbukuan
Bukti transaksi tersebut dilengkapi dengan ;
a. Surat tanda setoran (STS)
39
b. Surat ketetapan pajak daerah
c. Surat ketetapan retribusi
d. Laporan penerimaan kas dari bendahara penerimaan
e. Bukti transakasi penerimaan kas lainnya
Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi penerimaan kas
mencakup :
a. Buku jurnal penerimaan kas
b. Buku besar
c. Buku besar pembantu
2.1.3.4.2
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 247 mengatakan bahwa prosedur akuntansi pengeluaran kas adalah :
Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhitisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan aplikasi komputer.
Prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh fungsi akuntansi
pada SKPKD. Berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas melakukan pencatatan
ke dalam jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan
asal pengeluaran kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut diposting
kedalam buku besar rekening berkenaan.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas
adalah sebagai berikut :
1. Surat perintah pencairan dana (SP2D)
2. Nota debet Bank
40
Bukti transaksi dilengkapi dengan :
a. Surat penyediaan dana (SPD)
b. Surat perintah membayar (SPM)
c. Laporan pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran
d. Kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa
Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi penerimaan kas
mencakup : a) Buku jurnal penerimaan kas, b) Buku besar, c) Buku besar
pembantu.
2.1.3.4.3
Prosedur Akuntansi Aset
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 253 mengatakan bahwa prosedur akuntansi aset adalah :
Serangkaian proses pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan,
pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan
klasifikasi dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai atau
digunakan SKPKD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
Prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
Fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi membuat bukti
memorial. Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai
jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal
transaksi dan/atau kejadian. Bukti memorial dicatat ke dalam jurnal umum, dan
secara periodik jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset berupa
bukti memorial dilampiri dengan :
41
1. Berita acara penerimaan barang
2. Surat keputusan penghapusan barang
3. Surat keputusan mutasi barang
4. Berita acara pemusnahan barang
5. Berita acara serah terima barang
6. Berita acara penilaian
7. Berita acara penyelesaian pekerjaan
2.1.3.4.4
Prosedur Akuntansi Selain Kas
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 259 mengatakan bahwa prosedur akuntansi selain kas adalah :
Serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhitisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain
kas yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Prosedur akuntansi selain kas dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada
SKPKD. Fungsi akuntansi pada SKPKD berdasarkan bukti transaksi membuat
bukti memorial. Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai
tanggal transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksi dan/atau
kejadian, dan jumlah rupiah. Bukti memorial dicatat ke dalam jurnal umum, dan
secara periodik jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas
berupa bukti memorial yang dilampiri dengan :
1. Berita acara penerimaan barang
2. Surat keputusan penghapusan barang
42
3. Surat keputusan mutasi barang
4. Berita acara pemusnahan barang
5. Berita acara serah terima barang
6. Berita acara penilaian
7. Berita acara penyelesaian pekerjaan
2.1.3.4.5
Penyajian Laporan Keuangan
Mardiasmo (2004:37) memaparkan bahwa secara garis besar, tujuan umum
penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan
keputusan ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti
pertanggungjawaban dan pengelolaan
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja manajerial dan organisasi
Sedangkan secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh
pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
1. Memberikan
informasi
keuangan
untuk
menentukan
dan
memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya
finansial jangka pendek unit pemerintah.
2. Memberikan
informasi
keuangan
untuk
menentukan
dan
memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan
perubahan-perubahaan yang terjadi di dalamnya.
43
3. Memberikan
informasi
keuangan
untuk
memonitor
kinerja,
kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang
telah disepakati, dan ketentuan lain yang diisyaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional
2.1.4
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Kata “penerapan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
menerapkan, melaksanakan, sesuatu yang telah ditetapkan. Berdasarkan
pengertian di atas bila dikaitkan dengan penerapan sistem akuntansi keuangan
daerah dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan
daerah merupakan pelaksanaan kandungan sistem akuntansi keuangan daerah
yang terdapat dalam Permendagri No. 59 Tahun 2007 sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah mulai dari pencatatan, pengklasifikasian, pengkikhtisaran,
sampai kepada menyusun dan menyajikan laporan keuangan daerah.
Suatu organisasi pemerintah dapat dikatakan berhasil jika tujuan dari
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dapat tercapai. Tujuan yang ingin
dicapai adalah pemerintah mampu menyusun dan menyajikan laporan keuangan
daerah yang berkualitas.
44
2.1.5
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.1.5.1 Definisi dan Konsep Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu daftar finansial suatu entitas ekonomi
yang disusun secara sistematis oleh akuntan pada akhir periode atau catatan yang
memberikan informasi keuangan suatu perusahaan yang telah menjalankan
perusahaan selama satu periode (biasanya satu tahun)
Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan
dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan juga melaporkan
prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama
dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan
peramalan untuk masa depan. (J. Fred Weston & Thomas E. Copeland,
1994:24).
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan umum
pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan khusus
pemakainya. Disamping penyusunan laporan keuangan bertujuan umum, entitas
pelaporan dimungkinkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang disusun
untuk kebutuhan khusus.
Mardiasmo (2002 : 160) mengatakan bahwa lembaga pemerintah dituntut
untuk dapat membuat laporan keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan
formal seperti seperti laporan surplus defisit, laporan realisasi anggaran, laporan
45
arus kas dan neraca serta kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan non
finansial.
Pelaporan keuangan dihasilkan dari proses akuntansi keuangan dan
merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihakpihak eksternal yang menaruh perhatian kepada badan atau organisasi pembuat
laporan serta aktivitas-aktivitasnya.
Pengguna
laporan
keuangan
pemerintahan
menurut
International
Federation of Accountans-Public Sector Committee (IFAC-PSC) dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Badan legislatif dan badan-badan lain yang mempunyai kekuasaan
mengatur dan mengawasi.
Badan legislatif merupakan pengguna utama dari laporan keuangan
pemerintah. Laporan keuangan tersebut akan memberikan informasi
yang dapat membantu untuk dapat mengetahui bagaimana pemerintah
mengurus sumber-sumber, ketaatan terhadap ketentuan-ketentuan
perundang-undangan, dan kondisi keuangan maupun kinerja.
2. Rakyat
Rakyat merupakan kelompok terbesar dari pengguna laporan, yang
terdiri dari para pembayar pajak, pemilih, serta kelompok-kelompok
yang mempunyai ketertarikan khusus dan memperoleh pelayanan dan
manfaat dari pemerintah.
3. Investor dan kreditur
Pemerintah harus memberikan informasi-informasi yang berguna
kepada investor dan kreditur pemerintah yang pada akhirnya akan
46
berguna untuk penilaian kemampuan pemerintah dalam membiayai
kegiatan-kegiatan serta memenuhi kewajiban dan komitmennya.
4. Pemerintah lain, badan internasional, dan penyedia sumber lain
Seperti para investor dan kreditur bahwa pemerintah lain, badan
internasional, dan penyedia sumber lain menaruh ketertarikan terhadap
kondisi keuangan pemerintah selain itu mereka juga menaruh perhatian
terhadap rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan.
5. Analisis ekonomi dan keuangan
Para Analisis ekonomi dan keuangan termasuk media-media keuangan
menelaah, menganalisis dan meyebarkan hasil-hasilnya kepada para
pemakai laporan yang lain. Mereka melakukan evaulasi masalahmasalah ekonomi dan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa beban yang
diemban oleh suatu pelaporan sangat bervariasi karena makin banyak informasi
yang dibutuhkan baik oleh para pengambil keputusan maupun rakyat sebagai
pembayar pajak. Kebutuhan akan informasi itu dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan
berbeda seperti ekonomi, sosial, bahkan politik.
2.1.5.2 Tujuan Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah
Mardiasmo (2004 :37) memaparkan bahwa secara garis besar, tujuan
umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah sebagai
berikut:
47
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan
keputusan
ekonomi,
social
dan
politik
serta
sebagai
bukti
pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan (stewardship)
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja manajerial dan organisasi.
Sedangkan secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh
pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
1. Memberikan
informasi
keuangan
untuk
menentukan
dan
memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya
financial jangka pendek unit pemerintah.
2.
Memberikan
informasi
keuangan
untuk
menentukan
dan
memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja,
kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak
yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang diisyaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta
untuk memprediksi pengaruh pemilikkan dan pembelanjaan
sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan operasional.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.
Sedangkan berdasarkan PP. No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah
seharusnya menyajikan informasi bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas
48
dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan
cara :
1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya keuangan.
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi,
transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran
lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus
kas suatu entitas pelaporan.
49
2.1.5.3 Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan keuangan berdasarkan PP. No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan terdiri dari : 1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL) 3) Neraca
4) Laporan Operasional (LO) 5) Laporan Arus Kas (LAK) 6) Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE) 7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,
dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara
langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA,
belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut : (a) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara
Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah
lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah. (b) Belanja adalah semua pengeluaran
oleh
Bendahara
Umum
Negara/Bendahara
Umum
Daerah
yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. (c) Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh
suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil. (d) Pembiayaan (financing) adalah
50
setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan
bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi.
Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali
pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan
modal oleh pemerintah.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang
dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masingmasing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Aset adalah sumber
daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
51
sejarah dan budaya. (b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa
masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah. (c) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
4. Laporan Operasional
Laporan
Operasional
menyajikan
ikhtisar
sumber
daya
ekonomiyang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam
Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pospos luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: (a)
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih. (b) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. (c) Transfer adalah hak
penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil. (d) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau
beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan
merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan
berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
5. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
aktivitas
operasi,
investasi,
pendanaan,
dan
transitoris
yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
52
pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup
dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas,
yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Penerimaan kas
adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah.
(b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
Umum Negara/Daerah.
6. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan
ekuitas
tahun
pelaporan
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya.
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan
juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian
laporan keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan
mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut: (a)
Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi. (b) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan
dan ekonomi makro. (c) Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan
53
selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target. (d) Menyajikan informasi tentang dasar
penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang
dipilih untuk diterapkan atas transaksi transaksi dan kejadian-kejadian
penting lainnya. (e) Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos
yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan. (f) Mengungkapkan
informasi
yang
diharuskan
oleh
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan. (g) Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan.
2.1.6 Kualitas Laporan Keuangan Daerah
Dalam Sofyan Syafri Harahap (2007:123) menyatakan bahwa :
Laporan keuangan dapat dikatakan atau memenuhi laporan keuangan yang
berkualitas apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : 1) Relevance,
informasi yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan dan dapat membantu
pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. 2)
Understability, informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang
penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya. 3)
Verifiability, informasi keuangan yang disajikan harus dapat diperiksa oleh
pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. 4) Neutrality,
laporan akuntansi tidak berpihak kepada kebutuhan pihak tertentu.
Informasi dimaksudkan untuk pihak umum dan bukan pihak-pihak tertentu
saja. 5) Timelines, laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
Sedangkan dalam PP. No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan menyatakan bahwa :
54
Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP. No. 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah ukuran-ukuran
normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan
prasyarat normatif yang dipelukan agar laporan keuangan pemerintah
daerah dapat memenuhi kualitas yang dikendaki :
1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan
serta menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan
demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi yang relevan adalah :
a. Memiliki manfaat umpan balik (feetback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengkoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (prediktif value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin
yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
55
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan
dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah.
2. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas
dari pengertian
yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik sebagai berikut :
a. Penyajian jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b. Dapat diverifikasi
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda.
c. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
3. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
56
secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi
yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan.
4. Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang
dimaksud.
2.1.7
Hubungan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Dengan
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan mengatakan bahwa Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi
Pemerintahan yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan Pemerintah.
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur
dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum
57
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. Sistem Akuntansi
Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara,
peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis
transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintah. Sedangkan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Oleh karena itu penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah mengacu atau berpedoman pada penerapan standar
akuntansi pemerintahan.
2.1.8
Hubungan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Dengan
Kualitas Laporan Keuangan Daerah
Akuntansi memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar
pelaksanaannya teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari
standar (teknik, prinsip) praktik yang sudah diterima oleh umum karena
kegunaannya dan kelogisannya. Dan standar itu adalah standar akuntansi. Standar
akuntansi mencakup peraturan dan prosedur yang sudah disusun dan disahkan
oleh lembaga resmi. Menurut Sofyan Safri Harahap (2007 : 149) menyatakan
bahwa :
Dalam standar akuntansi dijelaskan tentang pencatatan sumber-sumber
ekonomi, kewajiban dan modal, serta transaksi apa yang harus dicatatat,
bagaimana mencatatnya, dan bagaimana mengungkapkannya dalam
laporan keuangan yang akan disajikan.
58
Standar akuntansi merupakan pedoman dan landasan bagi pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dalam
Pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa, “Standar akuntansi pemerintahan, selanjutnya
disebut SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah”.
Sehingga dengan demikian, hubungan standar akuntansi pemerintahan
terhadap laporan keuangan pemerintah sangat jelas memiliki hubungan
berdasarkan teori di atas. Hal tersebut diperkuat oleh Belkaoui (1985) yang
mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi, “Standar akuntansi
bertujuan untuk menyajikan tentang informasi keuangan menyangkut posisi
keuangan, prestasi, dan kegiatan lembaga”.
Sedangkan hubungan standar akuntansi pemerintahan dengan kualitas
laporan keuangan, tertera dan termuat jelas dalam Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Pengantar,
menyatakan :
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP
merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
Seluruh instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat
mengimplementasikan SAP dengan baik sehingga laporan keuangan pemerintah
dapat memberikan informasi yang lengkap dan andal kepada berbagai pihak
dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan Negara.
59
Dari pernyataan dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan jelas dikatakan bahwa SAP bertujuan untuk dapat menyajikan
laporan atau informasi yang lengkap dan andal yang berarti untuk dapat
menyajikan laporan keuangan yang berkualitas. Hubungan tersebut diperkuat oleh
Belkaoui (1985) yang menyatakan bahwa, “Standar akuntansi bertujuan
menghasilkan informasi keuangan yang diharapkan mempunyai sifat jelas,
konsisten, terpercaya, dan dapat dibandingkan”.
2.1.9
Hubungan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dengan
Kualitas Laporan Keuangan Daerah
Laporan keuangan pemerintah daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD harus disusun atau dihasilkan dari sebuah sistem akuntansi
pemerintah daerah yang handal, yang bisa dikerjakan secara manual ataupun
menggunakan aplikasi komputer.
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 232 mengatakan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah adalah :
Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhitisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD Berdasarkan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa sistem akuntansi pemerintah
daerah sekurang-kurangnya meliputi sebagai berikut :
60
1. Prosedur Akuntansi penerimaan kas
2. Prosedur Akuntansi pengeluaran kas
3. Prosedur Akuntansi Aset Tetap/Barang Milik Daearh; dan
4. Prosedur Akuntansi selain kas
5. Penyajian laporan keuangan
Oleh karena itu penerapan sistem akuntansi keuangan daerah merupakan
pelaksanaan dalam menerapkan seluruh komponen dalam sistem akuntansi
keuangan daerah yang berpedoman pada Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah daerah yang berkualitas. Sedangkan, Mardiasmo
(2004 :35) mengatakan bahwa untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang
relevan, handal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem
akuntansi yang handal. Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan laporan
keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk
pembuatan keputusan. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan laporan
keuangan daerah yang berkalitas diperlukan penerapan sistem akuntansi keuangan
daerah yang baik.
2.2 Kerangka Pemikiran
Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini,
ditandai dengan ditetapkannya paket Undang-Undang bidang keuangan Negara,
yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
61
Dari sisi pengelolaan keuangan daerah, paket undang-undang ini
merupakan awal bagi lahirnya peraturan-peraturan pengelolaan keuangan daerah
yang lebih harmonis dengan pengelolaan keuangan negara secara umum. Hal ini
ditandai dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengeloaan Keuangan Daerah yang diikuti oleh peraturan yang lebih teknis
tentang pengelolaan keuangan Daerah yaitu Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
(yang baru saja disempurnakan dengan terbitnya Permendagri Nomor 59 Tahun
2007) serta Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (yang baru saja disempurnakan dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan). Tujuan dari lahirnya peraturan-peraturan keuangan ini jelas, yaitu
terciptanya tata kelola keuangan negara yang transparan dan akuntabel baik di
tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Peraturan
perundang-undangan
tersebut
menyatakan
bahwa
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, setiap SKPKD
menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut
secara periodik yang meliputi :
1. Laporan realisasi anggara
2. Neraca
3. Catatan atas laporan keuangan
62
4. Laporan arus kas
Oleh karena itu untuk dapat menyusun laporan keuangan pemerintah
daerah diperlukan suatu standar dan sistem yang ditetapkan sebagai suatu
pedoman bagi pemerintah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah daerah. Saat ini Pemerintah Indonesia telah menetapkan standar
akuntansi yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan. Dalam pengantar PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dijelaskan bahwa, “Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan
yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan pemerintah di Indonesia.
Standar Akuntansi Pemerintahan yang termuat dalam PP No. 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan memuat duabelas Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yaitu :
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap
63
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
(Sumber PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan)
Selain standar akuntansi pemerintahan juga diperlukan suatu sistem
akuntansi pemerintah daerah dalam proses penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
tentanng Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mengatakan bahwa Pemerintah
menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah yang mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan Pemerintah. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada
Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada
pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sistem Akuntansi Pemerintahan
pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang
mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Pedoman umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri
Dalam Negeri. Oleh karena itu saat ini pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah yang memuat tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
64
Berdasarkan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 232 mengatakan bahwa sistem akuntansi
pemerintah daerah adalah :
Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhitisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer.
Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD). Berdasarkan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Indra Bastian (2007:120),
sistem akuntansi pemerintah daerah sekurang-kurangnya meliputi sebagai berikut:
1. Prosedur Akuntansi penerimaan kas
2. Prosedur Akuntansi pengeluaran kas
3. Prosedur Akuntansi Aset Tetap/Barang Milik Daearh; dan
4. Prosedur Akuntansi selain kas
5. Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus mampu
menyediakan laporan keuangan yang berkualitas yang diperlukan publik secara
akurat, relevan dan tepat waktu. Dalam pengantar PP No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dijelaskan bahwa, “Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP
merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Sedangkan
Mardiasmo (2004 :35) mengatakan bahwa untuk dapat menghasilkan laporan
keuangan yang relevan, handal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus
65
memiliki sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi yang lemah
menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang
relevan untuk pembuatan keputusan. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan daerah yang berkualitas diperlukan penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah yang baik. Oleh karena itu Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sangat
diperlukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan daerah yang berkualitas.
Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PP. No. 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah ukuranukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat
normatif yang dipelukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat
memenuhi kualitas yang dikendaki :
1. Relevan
2. Andal
3. Dapat Dibandingkan
4. Dapat Dipahami
Adapun kerangka pemikiran dapat digambarkan seperti gambar di bawah
ini :
66
Otonomi Daerah Dan
Reformasi Keuangan Daerah
UU No. 17 Tahun 2003 dan
UU No. 1 Tahun 2004
PP No.71 Tahun 2010 Tentang
SAP dan Permendagri No. 59
Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintahan Daerah : LRA,
Neraca, Catatan Atas Laporan
Keuangan, Laporan Arus Kas
Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP No. 71 Tahun
2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan)
Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (Permendagri
No. 59 Tahun 2007 )
Kualitas Laporan Keuangan
Daerah (PP No. 71 Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Daerah
67
Dari kerangka pemikiran di atas dapat ditarik sebuah paradigma penelitian
secara sederhana, dan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
(X1)
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP Nomor 01 Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 02 Laporan Realisasi Anggaran;
PSAP Nomor 03 Laporan Arus Kas;
PSAP Nomor 04 Catatan atas Laporan Keuangan;
PSAP Nomor 05 Akuntansi Persediaan;
PSAP Nomor 06 Akuntansi Investasi;
PSAP Nomor 07 Akuntansi Aset Tetap;
PSAP Nomor 08 Akuntansi Konstruksi Dalam
Pengerjaan
PSAP Nomor 09 Akuntansi Kewajiban;
PSAP Nomor 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan
Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan
Konsolidasian;
PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
Sumber : PP No. 71Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
PP No.71 Tahun 2010
(X2)
Penerapan Sistem Akuntansi Keungan Daearah
1. Prosedur AkuntansiPenerimaan Kas
2. Prosedur Akuntansi Pegeluaran Kas
3. Prosedur Akuntansi Aset
4. Prosedur Akuntansi Selain Kas
5. Penyajian laporan keuangan
Sumber : Permendagri No. 59 Tahun 2007
Pengantar PP No 71 Tahun 2010
1.
2.
3.
4.
(Y)
Kualitas Laporan
Keuangan Daerah
Relevan
Andal
Dapat
Dibandingkan
Dapat Dipahami
Sumber : PP No.
71Tahun 2010
Tentang Standar
Akuntansi
Pemerintahan
Mardiasmo 2004:35
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Daerah
68
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2006:306) “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah”. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu
dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Berdasarkan teori
dan kerangka pemikiran yang dijelaskan, maka penulis mengemukakan hipotesis
sebagai berikut :
1. Penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif terhadap
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah.
2. Penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan daerah.
3. Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
Download