BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini keberadaan media sosial menjadi sangat sentral dalam interaksi manusia sehari-hari. Media sosial merupakan salah satu media interaksi yang sangat digemari saat ini. Tidak ada yang istimewa saat-saat kemunculan media sosial ini, media sosial ini hanya dipergunakan sebagai ajang komunikasi ataupun melepas rindu dengan teman-teman yang terpisah oleh jarak dan waktu. Akan tetapi saat ini media sosial telah menjelma menjadi kekuatan besar yang mengubah pola kehidupan manusia di muka bumi. Dalam keseharian manusia modern, interaksi merupakan kebutuhan yang diperlukan manusia dalam memenuhi kewajibannya sebagai makhluk sosial. Kebutuhan manusia akan informasi baru menjadikan manusia sangat bergantung dengan teknologi komunikasi yang ada. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan manusia ini tidak terlepas dari adanya media sebagai wadah penyampaian informasi. Media sosial memiliki pengertian sebagai struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individu, kelompok atau organisasi yang terhubung dan terjadi interaksi satu sama lain dengan menggunakan perantaraan teknologi informasi. Media sosial menjadi media favorit saat ini dengan jumlah pengguna yang terus bertambah. Pengguna media sosial bersifat sangat terbuka, tidak dibatasi oleh usia dan jenis kelamin, mulai dari level individu, antarpribadi, small group, organisasi, dan masyarakat menjadi pilihan utama dalam proses komnunikasi manusia, termasuk komunikasi politik. Keberadaan media sosial yang booming menyebabkan sebagian media tradisional kehilangan daya pengaruh karena 1 Universitas Sumatera Utara karakteristik keduanya berbeda. Media sosial lebih murah, efektif, dan efisien dalam proses komunikasi politik, sedangkan media tradisional cenderung dikelola sebagai sebuah institusi besar dan dilengkapi dengan struktur organisasi yang mempunyai hierarki serta kewenangan yang sangat jelas. Oleh karenanya, media tradisional, termasuk media massa sebagai media lama yang dalam pengelolaannya membutuhkan modal besar. Pesatnya perkembangan media sosial turut mempengaruhi pola komunikasi yang ada didalam masyarakat saat ini, dimana mudahnya menyebarkan informasi dan mendapatkan informasi menjadikan media sosial tidak hanya sebagai media komunikasi semata melainkan juga sebagai alat pemasaran pelaku bisnis dan juga media kepentingan politik. Bahkan proses politik secara intens dan kontinu memanfaatkannya sebagai media untuk menyosialisasikan, menyampaikan, memengaruhi, dan mengonstruksi opini publik. Dapat dikatakan hampir semua institusi politik dan komunikator politik mempunyai serta menggunakan media sosial. Fenomena tersebut disebabkan jumlah pengguna media sosial setiap tahun bertambah secara signifikan, seiring dengan jaringan internet yang semakin luas dan merata. Bertambahnya jumlah pengguna media sosial merupakan implikasi dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, Salah satunya adalah jaringan telekomunikasi yang semakin menjangkau masyarakat dan ditambah dengan pesatnya perkembangan gadget. Dalam proses memengaruhi, akan timbul banyak pendapat yang muncul, media sosial bisa menjadi tempat berdialog tentang perbedaan pendapat. Media sosial bisa menjadi tempat menampung aspirasi bagi siapa saja yang ingin ikut 2 Universitas Sumatera Utara membangun sistem politik. Pemerintah menjadi mengetahui semua keinginan masyarakat sehingga rakyat merasa senang. Masyarakat juga dapat belajar banyak hal tentang politik. Dengan media sosial masyarakat bisa belajar dan menambah pengetahuan tentang politik. Masyarakat yang mengerti politik akan peduli terhadap lingkungan politiknya. Media sosial dalam dunia politik sangatlah penting karena pemberitaan dan penerimaan informasi dapat dilakukan dengan cepat. Apalagi media sosial digunakan oleh semua kalangan, baik di pedesaan maupun di perkotaan, sehingga fungsi kontrol dapat berjalan dengan baik. Penggunaan media baru dalam kampanye politik yang paling mendapat sorotan adalah kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 2008, di mana Barrack Obama dan tim suksesnya menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan informasi seputar program dan kegiatan kampanye Obama demi menggalang simpati dan dukungan masyarakat Amerika kala itu. Media yang ada di Amerika pada saat itu hanya memiliki kesenjangan dengan para elitis politik Amerika dengan hanya menampilkan berita yang memiliki nilai jual yang tinggi. Mengingat media komunikasi itu memiliki arti yang penting bagi kesuksesan para kandidat, maka bagi para calon kandidat penggunaan media sebagai sarana promosi mereka harus digunakan semaksimal mungkin. Kemenangan Obama dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 2008 merupakan hasil dari kampanye media sosial yang dilakukan oleh Obama. Saat maju sebagai calon presiden, Obama hanya dikenal sebagai seorang senator muda dari Illionis dan memiliki kulit hitam yang telah lama mengalami diskriminasi di Amerika Serikat. Untuk memaksimalkan potensi kampanye media sosialnya, Obama menunjuk Chris Hughes yang merupakan salah satu pendiri 3 Universitas Sumatera Utara facebook untuk menangani kampanye media sosialnya. Kampanye media sosial yang dilakukan Hughes disentralisasikan dalam situs my.barrackobama.com dan melalui situs ini Hughes berhasil menciptakan komunitas digital online beranggotakan lebih dari satu juta orang. Salah satu hasil dari kampanye media sosial Hughes ini tampak dari bagaimana dana yang terkumpul dalam penggalangan dana kampanye Obama mencapai 265 juta dolar, dengan separuhnya berasal dari penyumbang-penyumbang yang memberikan kurang dari 200 dolar. Lebih dari 28 juta dolar sumbangan itu muncul dalam laporan online. Jauh sebelum hadirnya media sosial, penggunaan internet sebagai media kampanye juga telah dilakukan. Sebagai bagian tidak terpisahkan dari lahirnya media sosial, internet telah berperan dalam menentukan pola komunikasi yang ada. Internet diartikan sebagai jaringan dari jaringan komputer yang merupakan dasar dari lahirnya media sosial. Pemanfaatan internet dalam penyelenggaran pemilu di Indonesia juga telah lama dilakukan. Selain media sosial, ada beberapa fitur internet yang juga bisa dijadikan sebagai media kampanye yaitu website dan blog. Pembuatan website dan blog sangat berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan informasi yang dapat diakses oleh semua orang. Sebagai contoh seorang kandidat yang ingin mengenalkan dirinya lebih jauh kepada masyarakat dapat memuat data tentang dirinya dalam blog ataupun website yang tentu diikuti dengan pesan-pesan kampanye yang dapat menarik simpati dari masyarakat. Cara lebih jauh dapat ditempuh dengan membuat petisi online yang tentu berfungsi dengan baik dalam menarik simpati dari masyarakat. Meskipun demikian penggunaan media sosial masih menjadi primadona untuk saat ini. 4 Universitas Sumatera Utara Tidak semua media sosial dapat berfungsi dengan baik dalam mempengaruhi banyak orang. Hal itu tergantung dari banyaknya orang yang mengakses media sosial tersebut. Untuk kategori media sosial yang paling populer, tentu facebook menjadi yang terdepan. Keberadaan facebook sendiri cukup fenomenal saat ini. Facebook menjadi media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak, hal itu menjadi dasar bagaimana media sosial ini menjadi opsi utama dalam setiap kampanye politik. Tak terkecuali dalam setiap penyelenggaraan pilkada di Indonesia. Selain itu pengguna facebook yang menyentuh semua golongan juga memudahkan dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dalam sebuah artikel yang didapatkan dari lembaga pengawas pemilu yang ada di Indonesia didapatkan data bahwa jumlah pengguna media sosial facebook di Indonesia mencapai 6,5 persen dari populasi (41.777.240 dari total penduduk Indonesia sebanyak 241.452.952). Indonesia berada di peringkat tiga dunia setelah Amerika Serikat (24,3 persen) dan jepang (9,3 persen). Dalam pilkada serentak 2015, dari semua Kepala Daerah yang menggunakan menggunakan media sosial sebagai media kampanyenya, 57 persen diantaranya memilih facebook dan 27 persen menggunakan twitter. Hal ini menunjukkan posisi facebook sebagai media utama dalam kampanye media sosial calon Kepala Daerah. (http://www.bawaslu-dki.go.id/13/10/2015/kampanye-pilkada-di-media- sosial, diakses pada tanggal 7 maret 2017 pukul 19.00 Wib) Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) merupakan salah satu bentuk pemilu yang rutin dilaksanakan di Negara Indonesia yang menganut paham demokrasi. Pilkada dimaksudkan untuk memilih kepala daerah yang akan memimpin sebuah 5 Universitas Sumatera Utara daerah. Sistem pemilihan ini tidak berbeda jauh dengan pemilu dimana sebelum pemilihan diadakan para kandidat diperkenankan untuk mengenalkan diri kepada masyarakat dalam tahapan yang disebut dengan kampanye. Kampanye ini ditujukan sebagai ajang para kandidat untuk memenangkan dukungan masyarakat kampanye ini mencakup seluruh tindakan yang dilakukan kandidat dalam rangka menciptakan efek tertentu terhadap masyarakat agar memberikan dukungannya terhadap kandidat tersebut. Salah satu pilkada yang menarik perhatian adalah Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan. sebagai salah satu Kota besar yang ada di Indonesia, Kota Medan tentu dapat kita jadikan salah satu tolak ukur bagaimana pola pemanfaatan Media sosial dalam kampanyenya. Penyelenggaraan Pilkada Kota Medan tahun 2015 diikuti oleh dua pasangan calon yaitu pasangan Dzulmi Eldin – Ahkyar Nasution dan pasangan Ramadhan pohan – Eddie kusuma. Pada tanggal 16 desember 2015, komisi pemilihan umum Wilayah Kota Medan melaksanakan rapat pleno terbuka untuk menetapkan hasil akhir dari perolehan suara masing masing calon dalam pemilihan walikota dan wakil walikota medan tahun 2015. Adapun hasil dari perolehan tersebut adalah 1. Drs.H.T. Dzulmin Eldin,S. M.Si. dan Ir. Akhyar Nasution, M.Si. dengan jumlah suara 346.406 2. Drs. Ramadhan Pohan, MIS dan Eddie Kusuma, SH, MH dengan jumlah suara 136.608 (http://www.kpud-medankota.go.id/berita-289-kpu-kota-medan-laksanakan-rapatpleno-terbuka-pilkada-2015.html, diakses tanggal 20 april 2016 pukul 19.00) 6 Universitas Sumatera Utara Pada hasil akhir tersebut pasangan Dzulmin Eldin dan Akhyar Nasution berhasil mengungguli pasangan Ramadhan Pohan dan Eddie Kusuma sehingga mengantarkan pasangan tersebut menjadi Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2016-2020. Pemanfaatan media sosial dalam menarik simpati masyarakat Kota Medan tentu dapat menjadi salah satu faktor penentu pemenangan pasangan tersebut. Keberhasilan pasangan Eldin-Akhyar dalam memenangkan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan tidak lepas dari keberhasilan Tim media sosial dalam menarik hati pemilih. Bukan hal yang baru juga jika dalam perjalanan kampanye online di media sosial pasangan Eldin-Akhyar mendapatkan serangan dari lawannya berupa Black-Campaign (Kampanye Hitam). Menarik untuk melihat bagaimana strategi yang dilakukan oleh Pasangan Eldin-Akhyar dalam media sosial untuk merebut hati para pengguna media sosial yang memiliki hak suara dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota medan 2015, agar memberikan dukungannya kepada pasangan Eldin-Akhyar. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan topik yang ingin diangkat oleh peneliti. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. 1. Mengapa Pasangan calon menggunakan Media Sosial Facebook di dalam Pilkada Kota Medan ? 2. Bagaimanakah Media Sosial Facebook dimanfaatkan untuk memenangkan Pilkada Kota Medan 2015 ? 7 Universitas Sumatera Utara 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui mengapa Pasangan calon menggunakan Media Sosial Facebook di dalam Pilkada Kota Medan 2015. 2. Untuk memberikan gambaran Bagaimana Media Sosial Facebook dimanfaatkan untuk memenangkan Pilkada Kota Medan 2015. 1.4 Batasan penelitian Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah : 1. Pasangan calon yang akan diteliti adalah pasangan Dzulmi Eldin – Akhyar Nasution 2. Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada media sosial adalah data yang dimulai dari tanggal 27 agustus 2015 hingga tanggal 5 desember 2015. 3. Adapun akun media sosial yang akan dijadikan bahan penelitian adalah akun facebook @HTDzulmieldin dan fanfage @medanrumahkita. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan teori-teori politik khususnya dalam kajian Sosiologi Politik. 8 Universitas Sumatera Utara b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan kontribusi baik langsung ataupun tidak langsung dalam pengembangan ilmu sosiologi. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk memahami seluk beluk mengenai pemanfaatan Media Sosial Facebook dalam pemenangan Pilkada Kota Medan 2015 yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial. b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga penyelenggara Pilkada, mengenai informasi tentang Pemanfaatan Media Sosial Facebook dalam Pilkada, yang dapat membantu membuat kebijakankebijakan yang berkenaan di dalamnya. 1.6 Defenisi konsep Defenisi konsep dalam penelitian untuk memfokuskan peneliti pada hal- hal yang diteliti, hal ini juga dibutuhkan untuk menentukan batas-batas masalah yang akan diteliti sehingga tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda. Yang menjadi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Media Sosial Media sosial merupakan sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. 9 Universitas Sumatera Utara Media sosial memiliki berbagai bentuk seperti majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, prodcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. (https://id.wikipedia.org/wiki/media_sosial) Dari sekian banyaknya media sosial yang ada peneliti memilih facebook sebagai fokus penelitian dikarenakan media sosial tersebut menempati urutan teratas dalam jumlah pengguna di Indonesia. Facebook juga menjadi pilihan utama para kandidat untuk menarik perhatian dari para pemilihnya. 2. Pilkada Pilkada merupakan singkatan dari pemilihan kepala daerah yang dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah yang dimaksud mencakup gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi, bupati dan wakil bupati untuk kabupaten, serta walikota dan wakil walikota untuk kota. (Joko 2005 : 35) 3. Modal sosial Modal sosial merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sebuah komunitas didalam masyarakat terdiri dari jaringan, norma, dan kepercayaan, yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Modal sosial tersebut dapat berupa Nilai, trust, dan Jaringan. 10 Universitas Sumatera Utara