TINJAUAN PUSTAKA Distance Learning Pengertian Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan tujuan pendidikan. Pada hakekatnya proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi, maka media pembelajaran juga bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan dalam konteks dan untuk tujuan pendidikan. Proses tersebut terlihat bahwa media pembelajaran memiliki peran penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran (Hardjito, 2004). Catherall (2005) menjelaskan bahwa distance learning merupakan istilah secara luas yang mendeskripsikan beberapa kursus belajar dengan mengurangi waktu kontak antara tutor dan siswa. Distance learning lebih tepat digunakan untuk mendeskripsikan pengajaran kursus melalui bentuk komunikasi jarak jauh. Selama tiga dasawarsa terakhir, istilah sistem pendidikan jarak jauh (distance education) digunakan untuk menjelaskan beragam pendekatan terhadap proses belajar mengajar, seperti belajar di rumah (home sfudy), belajar mandiri (independent study), pendidikan korespodensi (correspodence education), tele-education, open learning, dan belajar di luar sekolah (external sfudy). Menurut Keegan bahwa sistem pendidikan jarak jauh mempunyai dua komponen yaitu sistem belajar jarak jauh (distance learning) dan sistem pengajaran jarak jauh (distance teaching). Sistem belajar jarak jauh memberikan penekanan kepada siswa dan proses belajar (learned-centered); sedangkan pengajaran jarak jauh lebih berfokus pada proses pengajaran, sistem organisasi, dan pengajarnya (teacher and system centered). Dengan demikian pendidikan jarak jauh berfokus pada kedua sisi secara utuh, baik pada siswa dan proses belajarnya maupun pada proses pengajaran, sistem organisasi, dan pengajarnya (Pannen, 1999). Terminologi Learning Suatu organisasi sekarang mempunyai tantangan untuk menyediakan proses belajar bagi setiap orang atau anggota organisasi pada saat yang tepat serta tidak terbatas lokasi di mana orang atau anggota tersebut berada. Salah satu solusi untuk menjawab tantangan ini adalah organisasi mengadakan proses pembelajaran mandiri atau pembelajaran jarak jauh (distance learning). Distance learning akhir-akhir ini mengalami perkembangan sangat pesat, seiring dengan perkembangan dan konvergensi yang terjadi pada teknologi telekomunikasi dan informasi. Berbagai teknologi dan aplikasi tercipta dalam upaya mendukung kegiatan operasional kehidupan manusia maupun organisasi, termasuk kegiatan belajar dan mengajar. Gambaran terminologi learning yang dapat digunakan dalam memfasilitasi kegiatan distance learning maupun e-learning serta mendukung penciptaan kompetensi sumberdaya manusia, dapat diilustrasikan pada Gambar 1 (Simamora, 2002). g Gambar 1. Terminologi Learning Pada saat ini terminologi learning muncul banyak sekali sehubungan dengan distance learning. Namun beberapa terminologi tersebut sebenarnya bermuara pada definisi yang sama. Distance learning merupakan seluruh bentuk pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) jarak jauh, baik berbasis korespodensi (modul tercetak) maupun berbasis teknologi komunikasi. E-Learning memanfaatkan bentuk pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komunikasi secara synchronous dan asynchronous. Online learning memanfaatkan teknologi internetlintranet yang dikenal dengan world wide web (web-based learning). Computer-based learning memanfaatkan komputer sebagai terminal akses ke proses belajar (CBT-Computer based training, CDROM learning). Aplikasi Distance Learning Pada KTT masyarakat informasi atau World Summit on the Information Society (WSIS) Desember 2003, hasil pertemuan telah disusun rencana aksi bagi tiap negara. Wujud rencana aksi bervariasi antara lain sekolah, universitas, perpustakaan, lembaga pemerintah dan rumah sakit yang terhubung dengan ICT. Hal ini harus terwujud satu dekade lagi tepatnya tahun 2015. Bisakah lndonesia memenuhi target WSIS? Kusumastuti (2005) mengatakan bahwa lndonesia tidak lagi bicara bisa atau tidak bisa, "Jika tak berhasil melaksanakan program WSIS, kita akan terisolasi dari perkembangan di lingkungan global". Disini Kusumastuti melihat pentingnya distance learning atau e-learning. Selanjutnya dia menuturkan bahwa membangun masyarakat berbasis pengetahuan merupakan cara strategis untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, sehingga masyarakat perlu ditunjang dengan akses luas terhadap informasi dan pengetahuan. Pada web based distance learning, dosen dan mahasiswa memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitas. Kemampuan mahasiswa untuk tetap menjaga konektivitas menentukan bagi kesinambungan suatu sistem pendidikan jarak jauh. Apabila suatu pendidikan jarak jauh berbasis web diumpamakan sebagai suatu community, maka pendidikan tersebut harus dapat memfasilitasi berinteraksinya mahasiswa dan dosen. Kebiasaan dosen berada di depan kelas agak sulit untuk berpindah ke dalam suatu bentuk web, ha1 ini harus melibatkan berbagai komponen di dalamnya. Adanya sistem ini membuat mentalitas dosen dan mahasiswa harus berubah. Perbedaan karakteristik dosen dalam mengajar tidak tampak dalam metode ini. Seperti layaknya sebuah perguruan tinggi, metode ini juga harus mampu memberikan informasi perkuliahan kepada mahasiswa. lnforrnasi harus selalu dapat diakses oleh mahasiswa dan dosen, serta informasi selalu diperbaharui setiap waktu. lnformasi yang sering dibutuhkan berupa silabus kuliah, jadwal kuliah, pengumuman, siapa saja peseria kuliah, materi kuliah dan penilaian atas prestasi mahasiswa. Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut : I)Pusat kegiatan siswa. Suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, di mana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya. 2) lnteraksi dalam grup. Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam grup diberikannya. untuk rnemberikan sedikit ulasan tentang materi yang 3) Sistern adrninistrasi mahasiswa. Mahasiswa dapat melihat berbagai informasi mengenai status rnahasiswa, prestasi dan sebagainya. 4) Pendalaman rnateri dan ujian. Dosen biasanya sering mengadakan kuis singkat, dan rnemberikan tugas untuk tujuan pendalarnan rnateri, serta melakukan test pada akhir rnasa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning. 5) Perpustakaan digital. Pada bagian ini terdapat berbagai informasi kepustakaan yang tidak terbatas pada buku, tetapi juga kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat penunjang belajar dan berbentuk database. 6) Materi online di luar materi kuliah. Bahan bacaan tersedia pada web lainnya agar rnateri dapat menunjang perkuliahan. Dosen dan mahasiswa dapat langsung terlibat dalam mernberikan bahan tersebut untuk publikasi kepada mahasiswa lainnya rnelalui web. Pekerjaan rnewujudkan ide dan keinginan tersebut ke dalarn suatu bentuk realitas, bukanlah suatu pekerjaan yang rnudah. Kita rnelihat negara lain telah lama rnengernbangkan web based disfance learning, dan sudah banyak sekali institusi atau lernbaga yang rnernanfaatkan rnetode tersebut. Selain pekerjaan rnembutuhkan skill dari para engineer, juga berbagai kebijakan dalam bidang pendidikan sangat mernpengaruhi perkembangannya. Kesiapan sarana pendukung (rnisalnya hardware) tidak perlu diragukan lagi keberadaannya. Di Indonesia pengguna internet mempunyai perhatian utama dalam permasalahan bandwith. Tentunya bandwith terbatas dapat mengurangi kenyarnanan khususnya pada nontext based material (Abdurrahrnan, 2004) Aplikasi distance learning berbasis website rnernberikan sarana komunikasi berupa ernail untuk interaksi antara surnber (tutors) dan mahasiswa (students). Sering tutors atau rnanajer kursus berperan sebagai moderator atau rnengontrol sarana aliran komunikasi yang digunakan dalam konteks diskusi. Format Distance Learning Sarana komunikasi utama dalam VLEs (Virtual Learning Environments) adalah : discussion board, E-mail, file exchange, personal portofolio/homepage, file storage, chat, whiteboard, project collaboration, assesment tools, sun/ey tools, dan lain-lain. Banyak software digunakan secara luas untuk mendukung penyarnpaian pernbelajaran, rnisalnya Microsoff Office seperti Powerpoint. Word dan lain-lain. Format file tersebut biasanya harus dicantumkan dalarn web agar bisa diketahui user. Materi pesan agar dapat diakses (search) dengan menggunakan web browser, maka berkas tersebut perlu dilakukan konversi menjadi bentuk HTML (Hiper-text Mark-up Language). Atau penggunaan aplikasi pembuat software harus compatible antara sumberdaya pembelajaran dengan standar internasional seperti Instructional Management System, di mana materi dapat diupload ke dalam sistem pembelajaran. Kehadiran isyarat multimedia pada internet memungkinkan peningkatan manfaat komunikasi dan relasi, sehingga ada gambaran kuat penggunaan internet untuk suara dan visual hingga videoconferencing. Keefektivan video conferencing sekurang-kurangnya dalam setting orientasi tugas, dan hasil telah ditemukan sangat bercampur. Ketika itu videoconferencing memusatkan pada partisipan dan wajahnya bukan material atau obyek tugas. Hal ini muncul penafsiran yang tidak menguntungkan. Karena percakapan meliputi kolaborasi tugas fisik, dan isyarat video mengenai obyek maka perhatian orang lebih banyak mendapatkan pengaruh kuat yang diperlihatkan (Walther, Gay & Hancock, 2005). Pada mode distance learning berdasarkan kehadiran isyarat multimedia dapat dibedakan menjadi dua yaitu video conferencing dan internet based. Video conferencing mempunyai komunikasi point-to-point maupun multipoint sehingga komunikan (mahasiswa) dapat langsung berinteraksi dengan tutors melalui layar. Internet based mempunyai komunikasi point-to-point sehingga mahasiswa tidak dapat melihat tutor secara langsung dan pesan berbentuk hypertextuality dan atau multimedia. Kelemahan Distance Learning Di samping beberapa kelebihan-kelebihan distance learning atau e-learning dalam kaitan proses belajar mengajar, namun ha1 tersebut tidak cocok untuk materi pelatihan atau bahan ajar yang menuntut kehadiran seorang guru/mentor. Kehadiran guru umumnya terkait dengan sikap atau perilaku, seperti pengembangan kepribadian, pembangunan motivasi dan lain-lain (Intervisi, 2005). Untuk mengatasi ha1 tersebut, paradigma pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan e-learning merupakan : (1) enrichment (pengayaan) bukan replacement (pengganti). Jumlah pertemuan tatap muka tidak akan terkurangi dengan adanya sistem e-learning. (2) blended learning bukan pure e-learning. Proses pembelajaran merupakan gabungan metode pembelajaran konvensional di depan kelas dengan elearning. Dosen diharapkan dapat memberikan penugasan untuk diskusi secara online dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Penilaian keaktifan mahasiswa secara online juga merupakan salah satu parameter dalam metode student-centered learning (UGM, 2004). Mahasiswa Pengertian Pembelajaran mahasiswa harus memuat dan merujuk pada empat pilar yang dipakai oleh UNESCO, yakni learn to know misalnya belajar teori teknik menulis, learn to do misalnya latihan menulis, learn to be misalnya upaya menjadi penulis yang baik, dan learn live together merupakan keterkaitan dengan masalah lain misalnya tidak menjadi plagiator (IPB, 2005 dan Suparno, 2001). Mahasiswa adalah pengguna jasa layanan perguruan tinggi, sekolah maupun Iembaga diklat; sekaligus mahasiswa juga merupakan masukan (input). Kualitas masukan ini akan mempengaruhi hasil, oleh karenanya dalam proses ada perlakukan-perlakuan khusus untuk menangani kelompok-kelompok mahasiswa yang berbeda-beda. Mahasiswa mempunyai kemampuan awal yang beragam, meskipun mahasiswa telah dijaring melalui ujian masuk perguruan tinggi dan penelusuran bakat dan minat. Secara logika mahasiswa yang mengalami defisit kemampuan awal di dalam proses belajar, maka mahasiswa harus memperoleh perlakuan secara lebih intensif agar kualitas keluaran relatif sama (Suparno, 2001) TOEFL Mahasiswa Kebijakan SEAFAST Center memberikan persyaratan skor TOEFL minimal sebesar 450 kepada mahasiswa untuk operasionalisasi mode distance learning. TOEFL (Test of English as a Foreign Language) merupakan suatu angka standarisasi tentang kemampuan berbahasa lnggris dari seseorang. Hal ini demi kelancaran mahasiswa menangkap atau menyerap materi pesan modul dalam mengikuti aktivitas distance learning. Adapun tes TOEFL ini dapat dilakukan oleh lembaga akademik atau lembaga kursus bahasa lnggris. Aktivitas Mahasiswa Aktivitas mahasiswa berjalan dalam bentuk perkuliahan modul dan belajar mandiri di ruangan SEAFAST Center. Pada awal akses mahasiswa didampingi fasilitator, selanjutnya mahasiswa sudah dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa fasilitator. Perkuliahan modul ditentukan pada hari Senin dalam dua group. berarti seseorang lebih cepat belajar dengan kualitas yang tinggi dengan jalan rnendengarkan. Visual berarti seseorang dapat belajar lebih cakap kalau rnenggunakan alat visual, termasuk seseorang rnencenati objek-objek berupa tulisan dalarn buku atau pada layar monitor komputer. Kinesik berarti sesoorang lebih mudah belajar jika ada unsur gerak. Kombinasi sifat merupakan perpaduan antara kemampuan auditif, visual dan kinesik. Gaya belajar seseorang merupakan sesuatu yang unik bagi dirinya, dan gaya tersebut mungkin sangat berbeda-beda setiap orang. Berkaitan gaya belajar, tindakan atau aktivitas yang dapat membantu mengefektifkan seseorang dalam belajar antara lain : rnembuat konsep rangkuman, membuat pemetaan konsepkonsep penting, rnencatat hal-ha1 yang esensial dan rnernbuat kornentar, membaca secara efektif (skimming, scanning, rnernbaca kesirnpulan, rnembaca untuk pendalarnan, rnernanfaatkan indeks). Belajar adalah pekerjaan yang memerlukan pengerahan penglihatan, pendengaran, latihan, dan pikiran. Oleh karena itu seseorang perlu suasana yang menunjang, seperti tempat yang relatif tenang dan pikiran yang terkonsentrasi. Memotivasi diri sendiri adalah seseorang menumbuhkan motivasi belajar melalui sifat intrinsik maupun ekstrinsik. Sifat intrinsik memang tumbuh di dalam diri orang sejak awal, sedangkan ekstrinsik tumbuh berasal dari luar dirinya seperti orang tua, guru, ataupun tuntutan kebutuhan. b. Belajar Mandiri (SelfLearning) Kegiatan self learning merupakan aktivitas rnahasiswa di SEAFAST Center sesudah lecture of module. Mahasiswa bisa juga mengakses melalui terminal lain misalnya warnet. Menurut Windrati (2004) aktivitas mahasiswa dalam kegiatan belajar secara online meliputi frekuensi, intensitas dan aksesibilitas. Frekuensi adalah tingkat keseringan mahasiswa melakukan akses rnateri dari sumber (tutor) dan atau tingkat keseringan mahasiswa melakukan akses pada surnberdaya yang lain. lntensitas adalah tingkat kedalarnan mahasiswa dalam mernpelajari suatu pengetahuan, dan atau tingkat kedalaman mahasiswa melakukan akses terhadap sumberdaya lain. Aksesibilitas adalah tingkat kernudahan mahasiswa dalarn menggunakan media komputer dalam aplikasi internet. Aksesibilitas terbagi menjadi tiga, yaitu : keterjangkauan media (seperti ketersediaan media, kedekatan dengan media, dan kernarnpuan membayar sewa), keterarnpilan menggunakan media, serta rnernbuka program komputer. peserta belajar sehingga melahirkan mutual understanding di antara peserta belajar itu sendiri, dan permasalahan diharapkan dapat terpecahkan. Namun demikian interaksi pengajar, peserta belajar dan antar peserta belajar dapat tenvujud secara baik manakala adanya : a) keterbukaan (openness or transparancy), yaitu tidak ada penghalang dalam melahirkan interaksi, b) saling memperhatikan (caring), yaitu setiap pihak saling memerlukan informasi, c) ketergantungan satu sama lain (interdependence), yaitu adanya saling ketergantungan antara setiap orang yang terlibat dalam pembelajaran, d) kemandirian satu sama lain (separateness), yaitu setiap orang memiliki kesempatan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan keunikan masingmasing, kreativitas dan individualitasnya, e) saling mernpertemukan kebutuhan (mutual needs meeting) yaitu mempertemukan kebutuhan belajar yang sama di antara peserta belajar. (Abdulhak dan Anwas, 2003) Mahasiswa mempunyai rentang waktu antara pertemuan yang telah dilakukan menjelang pertemuan berikutnya untuk belajar mandiri dan menyelesaikan tugas. Selama rentang waktu tersebut, mahasiswa kemungkinan dipengaruhi faktor lingkungan di sekitarnya maupun peranan terpaan dari sumber-sumber bacaan media lain. Faktor Personal Mahasiswa Pembelajaran adalah suatu aktivitas gabungan yang melibatkan guru, peserta didik dan mata pelajaran dalam suatu interaksi yang dinarnis. lnteraksi ini adalah interaksi aktif antara mentallpsikis dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan terutama sikap yang bersifat permanen (Hardjito, 2004). Belajar merupakan suatu proses yang ditandai adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut berlangsung secara interaksi aktif antara mahasiswa dengan lingkungan belajarnya. Dalam ha1 ini mahasiswa perlu rnenciptakan dan melaksanakan aktivitas belajar dengan baik, yaitu memotivasi dirinya untuk mencapai aktivitas itu. Dengan kata lain mahasiswa harus memiliki motivasi untuk mencapai perolehan belajar. Motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Motivasi (Sadirman, 2000 dalam Sutjipto, 2004) adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang itu rnau dan rela melaksanakan sesuatu. Jika proses pembelajaran diamati secara cermat, mahasiswa akan menghadapi masalah-masalah yang muncul di lapangan. Menurut Suparno (2001), permasalahan tersebut dapat dikelompokkan rnenjadi dua faktor yaitu : (1) Faktor dari dalarn diri mahasiswa. Faktor ini meliputi : kesukaran mencerna materi, gairah belajar, disiplin diri, tidak bisa konsentrasi, ketekunan belajar, konsep diri rendah dan gangguan emosi. (2) Faktor dari luar diri mahasiswa. Faktor ini meliputi : kernampuan sosial ekonomi, strategi pernbelajaran, tugas nonakademik, dukungan orang sekitar, lingkungan fisik, lembaga pendidikan (sarana belajar), kejadian di masyarakat. Sedangkan menurut Rakhmat (2002) dalam model "uses and gratification" menyatakan bahwa anteseden meliputi variabel individual yang terdiri atas data demografi seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Exposure Media Lain Exposure media lain merupakan suatu media lain yang dipergunakan rnahasiswa selama rnengikuti distance learning. Sumber daya (resource) media lain diharapkan dapat menunjang kegiatan belajar, terutama kegiatan menyelesaikan tugas individu maupun kelompok. Bentuk sumber daya media lain bisa berupa berupa : virtual, elektronik, dan tercetak. Media virtual adalah bentuk sarana sumber daya mahasiswa yang diperoleh dengan akses internet (website), minimal seperti anjuran tutor pada setiap materi. Media elektronik adalah bentuk sarana sumber daya mahasiswa yang diperoleh secara elektronik, seperti : CD-ROM. Media tercetak adalah semua bentuk bahan tercetak seperti buku, jurnal, laporan, dan fotokopi print out hasil down load dari rekan mahasiswa lain. Gangguan (Noise) Konsep gangguan atau kebisingan (noise) menunjukkan setiap macam gangguan dalam bentuk transmisi sinyal-sinyal (telepon), suara gaduh pada ruangan, interferensi ataupun induksi listrik pada kabel jaringan komputer. Ada juga gangguan berupa kompetisi dalam setiap medium, ketika pilihan medium semakin banyak. Sebagai akibatnya, kornunikasi cenderung menjadi terdisorganisasikan dalam waktu yang panjang. Dalam teori informasi, proses disorganisasi yang bertahap disebut sebagai entropi (Gonzales, 1988). Makna dan pesan terkikis oleh waktu atau yang dikenal dengan efek komunikasi. Gangguan akses bermacam-macam asalnya, yaitu : hardware, soffware maupun brainware. Gangguan hardware merupakan gangguan perangkat keras sepelti jaringan komputer, bandwith, listrik, kemampuan komputer (spesifikasi). Gangguan software merupakan gangguan terhadap operasional komputer seperti program komputer, virus kornputer, kepadatan lalu lintas aliran data. Sedangkan gangguan brainware rnerupakan gangguan yang terjadi dalam diri seseorang untuk rnelakukan akses internet. Masalah akses terhadap sumber daya elektronik oleh mahasiswa secara jelas merupakan aspek penting dalam sistem desain atau seleksi informasi. Meskipun interface dari World Wide Web nampak relatif sederhana dan media tidak begitu kompleks, ternyata problem akses surnber daya berbasis web sekarang menjadi tantangan bagi pengguna (mahasiswa). Kondisi permasalahan mengenai ketidakmampuan akses menurut Catherall (2005), antara lain : 4 Tampilan kabur atau sebagian (Blind or partially sighted). Pengguna ini mempunyai masalah mengenai akses media tekstual dan grafik pada web. 4 Penggerak, gerakan atau keterampilan (Motor, mobility or dexterity). Kelompok ini mempunyai kesulitan interaksi dengan fitur web yang lebih kompleks, seperti formulir, box teks atau tombol-tombol. + Kognitif (Cognitif). Kelompok ini termasuk pengguna dalam kesulitan belajar; pengguna mungkin suka singkatan, informasi navigasi lebih ringkas atau alternatif deskripsi penjelas untuk teks yang lebih panjang. + Warna kurang jelas (Colour blindness). Kelompok ini mempunyai kesulitan terhadap tampilan kombinasi warna tertentu (misalnya kontras warna teks dan warna background). Tampilan terdapat banyak bentuk dan tingkatan kekaburan warna. 4 Epilepsi (Epilepsy). Penggunaan objek pencahayaan atau background pada sumberdaya web atau internet mungkin dapat rnemacu serangan epilepsi. + Ketulian/kelemahan pendengaran (Deafnesslhearing impairment). Penggunaan suara, bunyi atau musik dalam suatu konteks digital mungkin memberikan kesulitan untuk pengguna yang tuli. + Membaca dan menulis (Reading and writing). Kondisi pengguna mempengaruhi kemampuan membaca, seperti dyslexia atau dyspraxia, mungkin pengguna mengalami kesulitan dalam interpretasi navigasi berbasis web yang kompleks atau informasi deskripsi yang lain. Gangguan akses ini tidak dilakukan penelitian, akan tetapi kondisi selama pertemuan dalam distance learning berbasis website di SEAFAST Center hanya dijelaskan pengaruhnya. Efektivitas Komunikasi Pengertian Komunikasi Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai "berbagi pengalaman". Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan bahwa mereka telah melakukan komunikasi dalam pengertian berbagi pengalaman. Komunikasi insani menjadi unik karena kemampuan istimewa untuk meciptakan dan menggunakan lambang-lambang, sehingga "manusia dapat berbagi pengalaman secara tidak langsung atau seseorang memahami pengalaman orang lain". Komunikasi menurut Gonzalez (1988) adalah suatu proses yang dalam proses itu beberapa partisipan bertukar tanda-tanda informasi dalam suatu waktu. Tanda-tanda informasi ini dapat bersifat verbal, nonverbal dan paralinguistik. Komunikasi tersebut merupakan suatu transaksi di antara partisipan, di mana setiap orang memberikan kontribusi pada transaksi itu meskipun dalam derajat yang berbeda. Model komunikasi konvergen berlaku pada situasi komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa. Menurut Tubbs (1996) komunikasi terdiri atas komponen : komunikator 1 (pengirim I penerima dan elemen penyaring), pesan, saluran, gangguan, komunikator 2 (penerima 1 pengirim dan elemen penyaring), umpan balik, waktu. Komunikasi adalah proses sistematik di mana individu-individu saling berinteraksi sampai menciptakan simbol-simbol dan menafsirkan makna. Salah satu area yang lebih mengasyikan dari bidang komunikasi modern adalah media dan teknologi baru (Wood, 2004). Potter dalam Baran dan Davis (2003) mengidentifikasi empat dimensi bacaan media, masing-masing operasional saling berkaitan (berangkai). Dengan perkataan lain, mereka berinteraksi dengan pesan media dalam empat arah dan berlaku pada berbagai tingkatan kurang kesadaran dan keterampilan. Dimensi tersebut adalah : 1) Wilayah kognitif (cognitif domain). Wilayah ini merujuk proses mental dan berfikir, 2) Wilayah emosi (emotional domain). Wilayah ini merupakan dimensi perasaan, 3) Wilayah estetika (aesthetic domain). Wilayah ini merujuk kemampuan untuk menikmati, memahami, dan menghargai isi media secara artistik, 4) Wilayah moral (moral domain). Wilayah ini merujuk kemampuan menduga garis dasar nilai pesan. Efektivitas Komunikasi Ada tiga dimensi efek komunikasi massa menurut Gonzalez (1988), yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan atitud (sikap). Sedangkan konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Meskipun dimensi-dimensi efek ini berhubungan satu sama lain, ketiganya juga independen satu sarna lain. Mereka terjadi dalam berbagai sekuen, dan perubahan dalam satu dimensi tidak perlu diikuti oleh perubahan dalam dimensi lainnya. Komunikasi konternporer merupakan perkembangan dari komunikasi massa akibat adanya perkembangan teknologi, atau istilah tersebut dikenal sebagai komunikasi interpersonal bermedia. Baran dan Davis (2003) menyatakan komunikasi bermedia adalah komunikasi antara beberapa atau banyak orang di mana orang-orang tersebut menggunakan teknologi sebagai media. Keefektifan komunikasi (Bertrand, 1978) terhadap media meliputi lima kornponen yaitu : daya tarik (attraction), pemahaman (comprehension), penerimaan (acceptability), keterlibatan (self-involvement) dan keyakinan (persuasion). Empat komponen pertama (daya tarik, pemahaman, penerimaan dan keterlibatan) relatif mudah untuk dilakukan pengukuran. Akan tetapi keyakinan lebih sulit untuk diukur secara langsung. Berkaitan dengan media, SEAFAST Center telah menyediakan media berbasis website untuk aktivitas distance learning bagi mahasiswa. Secara sederhana, efektivitas menunjukkan keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan. Komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dirnaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Goyer (1970) dalam Tubbs dan Moss (1996) mengatakan semakin besar kaitan antara yang dimaksud dengan respons yang diterima, semakin efektif pula komunikasi yang dilakukan. Hal ini dirumuskan seperti berikut : I I I = Makna yanq dttanakap penerlma = Makna yang d~maksudpenglrim Nilai 1 menunjukkan kesempurnaan penyampaian dan penerimaan pesan. Kenyataannya nilai sebesar 1 tersebut tidak pernah dicapai, paling-paling nilai hanya dapat dihampiri saja. Menurut Hardjana (1999) dalam konsep sistem komunikasi nasional (Indonesia) bahwa efektivitas manajemen kehidupan berbangsa sangat tergantung pada pembangunan jaringan komunikasi. Dengan jaringan komunikasi meningkatkan efektivitas komunikasi. Hal ini mengandung dua unsur komunikasi yang paradoksal, yaitu dapat (1) meningkatkan kompetensi komunikasi (communication competence) dan (2) meningkatkan kebutuhan berkomunikasi (communication need), kemauan dan kesiapan untuk berkomunikasi (willingness and readiness to communicate). Efektivitas kerja sistem komunikasi harus dilihat dari sudut pandang sub-kultur dan bidang-bidang kepentingan hidup berbangsa. Efektivitas tersebut dihadapkan permasalahanpermasalahan : 1) Peralatan-peralatan komunikasi, 2) Metode-metode komunikasi. 3) Modernitas komunikasi, 4) Kemudahan alat, 5) Kesesuaian komunikasi dengan kebutuhan nasional, 6) Kesiapan personil, 7) Penerimaan bagi pemakai. Komunikasi pembelajaran akan terjadi secara efektif apabila keanekaragaman (karakter dan latar belakang) yang dimiliki mahasiswa diperhatikan. Pembelajaran efektif dan berkualitas ditunjukkan oleh ketepatan pemilihan komponen pembelajaran. Secara kolaboratif komponen-komponen tersebut mendukung terjadinya belajar pada diri peserta belajar, memperoleh pengalaman belajar dengan maksimal, dan mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dengan demikian pembelajaran efektif diperlihatkan oleh ketepatan komponen-komponen yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri. Killen (1988) mengungkapkan pada hakekatnya pembelajaran yang berkualitas dan efektif berkaitan dengan pencapaian hasil belajar yang ditetapkan, melalui proses pembelajaran yang dirancang oleh pengembang program (Abdulhak & Anwas, 2003). Menurut Gagne, hasil belajar dapat diamati melalui kinerja mahasiswa. Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kemampuan, yaitu : 1) Keterampilan intelektual. Yaitu suatu kemampuan seseorang menjadi komponen suatu subjek sehingga ia dapat mengklasifikasikan, mengidentifikasi, mendemonstrasikan dan menggeneralisasi suatu gejala; 2) Strategi kognitif. Yaitu kemampuan seseorang untuk bisa mengontrol aktivitas intelektualnya dalam mengatasi masalah yang dihadapi; 3) lnformasi verbal. Yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa lisan maupun tulisan dalam mengungkapkan sesuatu masalah; 4) Keterampilan motorik. Yaitu kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan semua gerak otot secara teratur dan lancar dalam keadaan sadar; 5) Sikap. Yaitu kecenderungan seseorang dalam menerima dan menolak suatu objek sikap (Wadjdi, 2004). Sikap merupakan konsep penting dalam psikologi sosial. Ada orang yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar atau sebagai kesiapan syaraf (neural settings) sebelum memberikan respons. Rakhmat (1996) memberikan kesimpulan beberapa ha1 mengenai sikap, antara lain : * Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. Kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap haruslah diikuti istilah kata "terhadap" atau "pada" objek sikap. r Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekadar rekaman masa lalu. Tetapi sikap juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; sikap menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; sikap mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. Misalnya bila sikap seseorang positif terhadap ilmu, maka orang tersebut akan setuju pada proyek-proyek pengembangan ilmu, berharap agar orang menghargai ilmu, dan menghindari orang-orang yang meremehkan ilmu. Sikap relatif menetap. Misalnya sikap politik . dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. . menyenangkan atau tidak menyenangkan. kelompok cenderung Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya sikap mengandung nilai Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Komponen sikap menurut Ma'rat dalam Hardjito (2004) ada tiga yaitu : 1) komponen kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan (beliefs), ide dan konsep, 2) komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang, dan 3) komponen konasi yang rnerupakan kecenderungan bertingkah laku. Sernentara itu Krech dalam Hardjito (2004) memaparkan bahwa ada ernpat faktor yang rnenentukan pernbentukan sikap seseorang yaitu : I) keinginan, 2) informasi, 3) hubungan dalarn kelornpok, 4) kepribadian seseorang. Jadi sikap ini bisa dibentuk melalui upaya-upaya untuk rnempengaruhi pandangan atau pemahaman kornunikaton terhadap rnanfaat penggunaan media pembelajaran. Pernbentukan sikap dilatarbelakangi oleh persepsi, kesiapan, keyakinan, dan penilaian seseorang terhadap suatu obyek yang berada sepanjang rintangan kontinurn antara titik ekstrern positif dan titik ekstrern negatif. Sikap yang cenderung pada titik positif akan rnelahirkan respons positif, sebaliknya sikap yang cenderung pada titik negatif akan rnelahirkan respons negatif. Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi efektivitas juga dapat dilihat pula dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997 daiam Rivai, 2001). Efektivitas pendidikan dicerminkan dengan tersedianya sejumlah rnasukan, proses dan suasana yang diperlukan dalam proses pendidikan serta produk kegiatan akademik. Produk kegiatan akademik berupa rnahasiswa, kurikulurn, sistem pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, sistem jarninan mutu, suasana akadernik, sistem pengelolaan, lulusan dan mutu program studi (IPB, 2005). Rakhmat (1996) rnenyatakan bahwa komunikasi dinilai efektif apabila pertemuan kornunikasi merupakan ha1 yang menyenangkan bagi kornunikan. Simamora (2002) mengatakan kompetensi yang kornpetitif rnerupakan kornbinasi pengetahuan, keahlian (skill) dan sikap (attitude). Kornbinasi tersebut dapat mengantisipasi berbagai perubahan dan marnpu menciptakan nilai tarnbah bagi organisasi dalam menghadapi berbagai kompetensi yang ada. Begitu juga kompetensi belajar mahasiswa (UGM, 2004) rnerupakan penilaian terhadap : 1) Pengetahuan (Knowledge), seperti penguasaan pengetahuan yang rnencakup seluruh kegiatan perkuliahan, contohnya : Ujian Akhir Semester (UAS). Ujian Tengah Semester (UTS), Kuis, PR, dokumen dan laporan. 2) Kecakapan (Skiil), seperti penguasaan alat bantu pembelajaran baik software, hardware. 3) Sikap (Attitude), seperti penguasaan soft skill, antara lain : keaktifan dan partisipasi dalarn diskusi, kernampuan bekerjasama dalarn tirn, kehadiran perkuliahan. Proses belajar tradisional dalam ruangan kelas pada saat ini mulai kehilangan nilai bagi organisasi yang bersifat desentralisasi dan global. SEAFAST Cenier IPB lnstitut Pertanian Bogor (IPB) dalam meningkatkan kinerja yang efektif telah menggabungkan tiga pusat studi pangan (Pangan dan Gizi, Kebijakan Pangan dan Gizi, Kajian Pangan Tradisonal) menjadi satu pusat. Gabungan pusat studi pangan bekerjasama dengan Institute of Food Science & Engineering Texas A&M University USA membentuk SEAFAST (South East Asian Food and Agriculture Science and Technology) Center. Pusat Pengembangan llmu dan Teknologi Pertanian dan Pangan Asia Tenggara memfokuskan kegiatan pada "upaya peningkatan mutu, gizi, dan keamanan pangan melalui ilmu serta teknologi yang menjadi concernnya". Kegiatan SEAFAST dalam program jangka pendek salah satu diantaranya berupa pendidikan internasional jarak jauh (IPB, 2005). Misi SEAFAST membantu menciptakan program utama dalam mendukung pelayanan untuk memfasilitasi pertumbuhan pergerakan pasar pertanian dengan kontribusi nilai tambah yang tinggi serta meningkatkan daya saing (kompetisi) pertanian Indonesia. Institute of Food Science & Engineering di Texas A&M University baru-baru ini telah menerima suatu dana USDA-Foreign Agricultural Service 416(b), di mana akan membantu pengembangan SEAFAST Center di Bogor, Indonesia. Program 416(b) secara khusus membiayai berbagai komoditas yang menjual pada pasar bebas dengan membawa program bantuan di negara berkembang. Texas A&M University merupakan universitas pertama yang telah menerima program 416(b). Berbagai maksud yang lain, SEAFAST bertujuan untuk menyediakan suatu penelitian pangan baru dan pusat pengolahan, pelatihan pendalaman mahasiswa dan suatu program berkaitan pengetahuan pangan. Hal utama dari aktivitas SEAFAST adalah meningkatkan mutu, gizi dan keamanan pangan melalui ilmu dan teknologi. Fokus aktivitas SEAFAST Center adalah Penelitian dan pengembangan (R & D), Pengembangan kebijakan dan alih teknologi, khususnya meliputi : Peningkatan gizi (Nutrition Improvement), Mutu dan keamanan pangan (Food Quality and Safety), Pengembangan produk baru (New product development), Pengemasan dan pelabelan (Packaging and labeling), Pengawasan produk untuk imporlekspor (Product inspections for imporVexport), Penanganan pascapanen dan cold-chain (Post-harvest and coldchain development), Pelayanan kebijakan dan peraturan (Policies and regulatory services). Program SEAFAST Center dikelompokkan menjadi dua yaitu 1) Program jangka pendek : Pendidikan jarak jauh (Distance education), Program makanan (Feeding program) untuk mahasiswa IPB dan ibu hamil (IPB student dan Pregnant woman), Laboratorium remodelling (Laboratory remodelling), Pelatihan fakultas (Faculty training); dan 2) Program jangka panjang : Peningkatan gizi (Nutrition improvement), Peningkatan keamanan dan mutu pangan (Food safefy and quality improvement), Peningkatan kecukupan panganlkeselamatan pangan (Food adequacy/Food security improvement), Peningkatan kompetitif hasil pangan (Food product competitiveness improvement) dan Alih teknologi I Komersialisasi (Technology transfer / Commercialization). Hal tersebut dapat dilihat pada Website SEAFAST Center IPB (2005). Rencana implementasi distance learning berbasis website menggunakan dua format yaitu internet based sebanyak delapan modul dan video conferencing sebanyak tiga modul. Akan tetapi adanya gangguan teknis terutama pengaturan waktu Texas dan Indonesia, maka pelaksanaan distance education berhenti pada modul sembilan tanpa video conferencing. Total keseluruhan materi kursus adalah 11 modul mengenai Fundamentals of Food Safety (Lampiran 2).