BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan adanya masalah keuangan global, pasar modal
Indonesia juga mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2008.
Pada tahun tersebut pasar modal Indonesia memasuki fase bearish ditandai
dengan pergerakan harga indeks pasar yang mengalami penurunan lebih dari titik
cut off bearish market sebesar 20%, seperti yang tampak pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1
Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan
Sumber : idx 2008
Pada Gambar 1.1 diketahui penurunan paling tajam pada Bursa Efek
Indonesia berada pada bulan oktober dimana indeks mengalami penurunan sampai
dengan -31,4 %, penurunan dimulai pada bulan juni sebesar -3.90 % dan
mencapai puncaknya pada bulan oktober tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Pergerakan harga indeks saham gabungan di Bursa Efek Indonesia
disajikan pada Gambar 1.2 sebagai berikut :
Gambar 1.2
Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan 2001 - 2008
Sumber : idx 2008
Berdasarkan
Gambar 1.2. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
tertinggi mencapai 2,830.263 dan terendah 1,355,405 yang berarti mengalami
penurunan sebesar 52,827%. Dampak dari penurunan tersebut, perdagangan di
BEI pernah disuspend sebagai upaya menekan penurunan yang lebih tajam. Tahun
2008 merupakan tahun penurunan (bear) bagi BEI. Kondisi pasar bearish dalam
terminologi keuangan pasar modal dari Vanguard Group adalah penurunan harga
saham sebesar 20% atau lebih paling tidak selama jangka waktu dua bulan (Teja,
2011).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Salah satu konteks keuangan yang menarik terkait dengan volatilitas pasar
bearish dapat dilihat dari teori perilaku keuangan, dimana investor bertindak
irasional menghadapi kondisi pasar (Wang et. al, 2005). Pergerakan nilai saham
yang cepat akan memicu banyak kepanikan dan membuat investor berperilaku
irasional dalam menentukan portofolio investasi. Kondisi penurunan tajam nilai
harga saham individual maupun harga saham gabungan dalam konteks keuangan
dan pasar modal dikenal dengan kondisi bearish market sebaliknya kondisi
peningkatan dikenal dengan kondisi Bullish (Teja, 2011). Akan tetapi kondisi
perubahan yang diakibatkan oleh kepanikan pasar dan bukan kondisi fundamental
perusahaan membawa pada dampak berbeda dalam investasi yang dilakukan oleh
investor institusional.
Pada kondisi pasar modal sempurna harga saham selalu sama dengan nilai
fundamental perusahaan, perubahan harga saham dipengaruhi oleh efektivitas
kebijakan yang dibuat manajer untuk memaksimalisasi nilai perusahaan, namun
kenyataanya pasar dapat mengarah pada kondisi tidak sempurna (Wang et. al,
2005). Market imperfections akan menciptakan tensi kepada investor, sehingga
tindakan investasi yang dilakukan mengarah pada perubahan sistematis dari
asumsi perilaku investasi rasional. Contohnya pada saat harga saham secara
temporer berada dibawah nilai fundamentalnya akibat kondisi pasar bearish maka
akan terjadi perubahan tingkat toleransi risiko yang mengarah pada investasi
irasional investor yang ditandai dengan penjualan besar-besaran untuk mencegah
kerugian lebih dalam (Derrien, 2010).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Beberapa penelitian tentang perilaku keuangan dan market timing sebagian
ada yang menunjukan bahwa investor institusional akan cenderung mampu
menekan risiko tidak sistematis dari perubahan harga saham yang diindikasikan
dengan rendahnya deviasi return saham (Agrawal dan Nasser, 2012, Derrien,
2010, Burnie dan Ridder, 2009 dan Wang et. al, 2005) dan peningkatan excess
return (Burnie dan Ridder, 2009). Pandangan ini menunjukan bahwa investor
institusional pada umumnya berperilaku didasari pada motivasi kepemilikan
saham dan berorientasi pada pendapatan jangka panjang dan tidak banyak
dipengaruhi oleh sentimen positif dan negatif.
Risiko pasar adalah tingkat ketidakpastian perubahan ukuran nilai saham
akibat reaksi pasar (Schwert, 2011) atau juga dikenal dengan volatilitas harga
pasar saham (Burnie and Ridder, 2009). Pada kondisi yang sangat ekstrim
volatilitas harga saham perusahaan dapat bergerak cepat hingga mencapai
perubahan 20-30 % per bulan.
Permasalahan yang muncul dari beberapa penelitian terdahulu adalah adanya
celah tentang pengaruh variasi besaran kepemilikan investor institusi dalam suatu
perusahaan terhadap toleransi risiko. Disatu sisi investor institusional dengan
porsi kepemilikan besar atau dikenal dengan istilah Blockholder (>25% saham)
cenderung memperhatikan unsystematic risk seperti idiosyncratic volatility,
karena dengan kepemilikan besar maka diversifikasi portofolio investasi menjadi
kecil sehingga investor harus memperhatikan bentuk risiko tersebut sementara
investor institusi dengan kepemilikan kecil memiliki diversifikasi portofolio yang
lebih baik (Agrawal dan Nasser, 2012), sebaliknya penelitian lain menyatakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
investor institusional dengan porsi kepemilikan kecil akan lebih memperhatikan
risiko unsystematic risk, (Burnie and Ridder, 2009).
Indikasi dari penelitian-penelitian terdahulu menunjukan bahwa tipe investor
institusi yang berbeda akan memperhatikan tipe risiko yang berbeda. Untuk itu
penelitian ini akan menutup celah riset tersebut dengan menelaah perbedaan
bentuk investor insitusi antara investor institusi blockholder dan non blockholder
untuk menjelaskan perilaku risiko pada saat terjadi volatilitas saham di kondisi
pasar bear. Berdasarkan teori perilaku keuangan investor institusi dapat dibedakan
dari tingkat keberanian mengambil risiko (risk seekers) yang juga terkait dengan
diversifikasi portofolio yang dimiliki.
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah diketahui karena harga
pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika
pasar
bursa
efek
sudah
tutup,
maka
harga
pasarnya
adalah
harga
penutupannya/closing price. Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik
turunnya suatu saham. Jika harga pasar ini dikalikan dengan jumlah saham yang
diterbitkan/outstanding shares maka akan didapatkan nilai pasar atau nilai
kapitalisasi pasar (market value or market capitalization). Pada umumnya saham
yang mempunyai nilai kapitalisasi besar menjadi incaran para investor untuk
investasi jangka panjang karena menggambarkan potensi pertumbuhan perusahaan
yang bagus serta memiliki resiko yang rendah (Ang, 2010).
Perubahan harga merefleksikan perubahan kepercayaan rata-rata secara
agregat, sebaliknya volume perdagangan saham merupakan jumlah tindakan atau
perdagangan
investor
individual.
Reaksi
harga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
atas
informasi
publik
6
merefleksikan revisi kepercayaan dalam pasar agregat yang merupakan akibat
adanya informasi tersebut. Suatu laporan yang dipublikasikan memiliki
kandungan informasi, maka jumlah lembar saham yang diperdagangkan akan
menjadi lebih besar pada saat earning tersebut diumumkan dari pada sebelumnya
selama tahun tersebut (Beaver, 1968) dan (Christian, 2004).
Berdasarkan pemaparan diatas maka penelitian ini akan menguji pengaruh
bentuk kepemilikan institusional terhadap risiko yang diukur dengan deviasi
return saham. Kepemilikan institusional akan dibedakan menjadi dua kelompok
antara kepemilikan institusional besar (Blockholder) dan kepemilikan institusional
kecil (Nonblockholder), selain itu penelitian ini juga melihat pengaruh kapitalisasi
pasar untuk menentukan jenis risiko dari suatu emiten serta perputaran saham
pada kondisi pasar bearish. Untuk itu penelitian ini mengambil judul: ”Analisis
Kepemilikan blockholder, non blockholder, kapitalisasi pasar dan perputaran
saham Serta Pengaruhnya terhadap Risiko Pasar Saham Industri Manufaktur pada
kondisi Bearish Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008.”
1.2. Identifikasi, Perumusan, dan Batasan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah yang
disampaikan adalah :
1. Penurunan IHSG yang cukup signifikan pada tahun 2008. Hal tersebut
ditunjukkan oleh IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) tertinggi
mencapai 2,830.263 dan terendah 1,355,405 yang berarti mengalami
penurunan sebesar 52,827%. Berdasar pada IDX statistik diberikan data
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
berkaitan dengan kerugian maksimum selama tahun 2008 (31,42% dalam
satu bulan; 20,78% dalam satu minggu; 10,38% dalam satu hari).
2. Pergerakan nilai saham yang cepat akan memicu banyak kepanikan dan
membuat investor berperilaku irasional dalam menentukan portofolio
investasi.
3. Indikasi dari penelitian-penelitian terdahulu menunjukan bahwa tipe
investor institusi yang berbeda akan memperhatikan tipe risiko yang
berbeda.
4. Pada umumnya saham yang mempunyai nilai kapitalisasi besar menjadi
incaran
para
investor
untuk
investasi
jangka
panjang
karena
menggambarkan potensi pertumbuhan perusahaan yang bagus serta
memiliki resiko yang rendah.
5. Suatu laporan yang dipublikasikan memiliki kandungan informasi, maka
jumlah lembar saham yang diperdagangkan akan menjadi lebih besar pada
saat earning tersebut diumumkan dari pada sebelumnya selama tahun
tersebut
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
disampaikan adalah:
1. Apakah kepemilikan saham institusi blockholder, berpengaruh signifikan
terhadap risiko pasar saham dimasa bearish market?
2. Apakah kepemilikan saham institusi nonblockholder, berpengaruh
signifikan terhadap risiko pasar saham dimasa bearish market?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
3. Apakah kapitalisasi pasar, berpengaruh signifikan terhadap risiko pasar
saham dimasa bearish market?
4. Apakah perputaran saham (turnover), berpengaruh signifikan terhadap
risiko pasar saham dimasa bearish market?
1.2.3. Batasan Masalah
Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah penelitian ini hanya
memprediksi pengaruh blockholder, non blockholder, kapitalisasi pasar, dan
perputaran saham (turnover) terhadap kondisi risiko pasar saham dengan
jumlah sampel yang kecil dari satu jenis industri sehingga kurang mampu
memberikan generalisasi hasil penelitian terhadap seluruh sektor perusahaan.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Adapun maksud yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menguji dan membuktikan pengaruh kepemilikan saham blockholder,
kepemilikan saham nonblockholder, kapitalisasi pasar dan perputaran saham
(turnover) terhadap risiko pasar saham industri manufaktur dimasa bearish
market.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bentuk kepemilikan saham
institusi blockholder terhadap risiko yang diukur dengan deviasi return
saham;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bentuk kepemilikan saham
institusi nonblockholder terhadap risiko yang diukur dengan deviasi
return saham;
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kapitalisasi pasar terhadap risiko
pasar saham;
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perputaran saham (turnover)
terhadap risiko pasar saham.
1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
1.4.1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan
sumbangan pemikiran tentang perilaku return saham pada saat pasar
mengalami keadaan bearish.
1.4.2. Kegunaan Penelitian
1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dan sumber informasi yang berguna bagi investor
dalam mengambil keputusan investasi, khususnya yang terkait dengan
keputusan menjual dan membeli saham pada kondisi bearish. Selain itu
penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menetapkan
kebijakan pasar modal pada saat kondisi bearish.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang berguna sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download