investasi pada sektor industri dasar dan kimia akan tetap menguntungkan sehingga para pelaku pasar modal tidak perlu mengutak-atik portofolio investasi mereka atas sektor ini. Lain halnya dengan sektor properti dan real estate serta sektor keuangan yang memiliki kecenderungan nilai negatif pada rerata abnormal return selama perioda jendela yang kemudian ditanggapi dengan penurunan rerata TVA pasca banjir. Hal ini dapat menggambarkan adanya keraguan para pelaku pasar modal untuk berinvestasi pada kedua sektor ini sampai pada hari kelima setelah banjir. Muncul kecenderungan bagi para pelaku pasar modal untuk melepas atau mempertahankan portofolio saham sektor properti dan real estate serta keuangan selama perioda jendela untuk menghindari adanya kerugian atas penurunan nilai saham mereka selama banjir berlangsung. 5.3. Simpulan Berdasarkan analisis pengujian statistik dari data yang terkumpul dapat diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut. 1. Pada peristiwa Bencana Banjir Jakarta tahun 2007, abnormal return yang signifikan negatif pada saat event date (tanggal 1 Februari 2007) hanya dihasilkan oleh sektor aneka industri. Sementara keenam sektor industri lainnya menghasilkan abnormal return yang negatif namun tidak signifikan dan dua sektor industri lainnya menghasilkan abnormal return yang positif namun tidak signifikan. Karena sebagian besar 276 abnormal return saat event date bernilai negatif maka menandakan bahwa peristiwa banjir Jakarta tahun 2007 mengandung berita buruk (bad news) sehingga direaksi oleh negatif oleh pasar. 2. Hanya ada satu sektor industri yang terbukti mengandung perbedaan rerata abnormal return berupa penurunan rerata AAR pasca banjir yaitu sektor pertambangan. Jika dilihat dari perbedaan antara abnormal return sebelum dengan setelah event date (tanggal 1 Februari 2007), secara statistik tidak terlihat adanya perbedaan dua rerata abnormal return yang signifikan pada 8 sektor industri yang diamati, sehingga dapat disimpulkan bahwa peristiwa bencana banjir Jakarta tahun 2007 tidak sungguh-sungguh memiliki kandungan informasi pada perdagangan pasar modal atau dengan kata lain tidak ada reaksi dari pasar terhadap peristiwa bencana banjir tersebut. 3. Peristiwa bencana banjir Jakarta pada tanggal 1 Februari 2007 sebagian besar tidak terbukti menimbulkan reaksi yang signifikan pada variabel Trading Volume Activity (TVA). Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan yang tidak signifikan antara rerata TVA pada perioda sebelum dengan perioda setelah terjadinya banjir Jakarta tahun 2007 untuk 6 sektor industri yang diamati, yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, keuangan, serta sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Akan tetapi terdapat 2 sektor industri yang mengandung perbedaan rerata TVA yang signifikan antara perioda 277 sebelum dengan setelah banjir, yaitu sektor properti dan real estate serta sektor transportasi dan infrastruktur. Hasil ini konsisten dengan penelitian Hamidi (2008) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata TVA sebelum dengan setelah terjadinya banjir Jakarta tahun 2007. 4. Pada peristiwa Bencana Banjir Jakarta tahun 2013, abnormal return yang signifikan negatif pada saat event date (tanggal 15 Januari 2013) hanya dapat dibuktikan pada sektor aneka industri. Hal ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa banjir Jakarta pada tanggal 15 Januari 2013 sebagian besar tidak mengandung informasi yang material untuk menghasilkan abnormal return yang positif ataupun negatif (no news). 5. Reaksi peningkatan rerata abnormal return pasca terjadinya banjir Jakarta tahun 2013 mendominasi hasil pengujian hipotesis ini. Terdapat 6 sektor industri yang menunjukkan reaksi peningkatan rerata abnormal return pasca terjadinya banjir, yaitu sektor pertambangan, industri dasar dan kimia, barang konsumsi, transportasi dan infrastruktur, keuangan, serta sektor perdagangan, jasa dan investasi. Akan tetapi, berdasarkan pengujian beda rata-rata Paired-Samples T-Test, tidak terlihat adanya perbedaan rerata abnormal return yang signifikan antara perioda sebelum dengan setelah banjir Jakarta tahun 2013 pada kesembilan sektor industri. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa peristiwa bencana banjir Jakarta tahun 2013 tidak sungguh-sungguh memiliki 278 kandungan informasi pada perdagangan pasar modal atau dengan kata lain perbedaan rerata abnormal return selama perioda jendela tidak semata-mata dihasilkan oleh peristiwa banjir Jakarta tahun 2013. 6. Peristiwa bencana banjir Jakarta pada tanggal 15 Januari 2013 sebagian besar tidak terbukti menimbulkan reaksi yang signifikan pada variabel Trading Volume Activity (TVA). Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan yang tidak signifikan antara rerata TVA pada perioda sebelum dengan perioda setelah terjadinya banjir Jakarta tahun 2013 untuk 5 sektor industri yang diamati, yaitu sektor pertanian, pertambangan, aneka industri, transportasi dan infrastruktur, serta sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Akan tetapi terdapat 3 sektor industri yang mengandung perbedaan rerata TVA yang signifikan antara perioda sebelum dengan setelah banjir, yaitu sektor industri dasar dan kimia, barang konsumsi, serta sektor keuangan. 7. Penelitian kali ini menunjukkan bahwa sektor aneka industri, sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor barang konsumsi, sektor properti dan real estate, sektor transportasi dan infrastruktur, serta sektor keuangan merupakan sektor-sektor industri yang cukup reaktif terhadap peristiwa banjir Jakarta baik pada tahun 2007 maupun tahun 2013. Sektor-sektor ini merupakan sektor yang terbilang paling dekat dengan risiko banjir Jakarta entah karena lokasi kantor operasionalnya yang berada dalam kawasan rawan banjir maupun 279 karena menyangkut kebutuhan dasar dan massal bagi sebagian besar penduduk Indonesia, sehingga diharapkan investor tidak salah langkah dalam mengambil keputusan berinvestasi selama banjir Jakarta terjadi di masa mendatang. 8. Sektor-sektor industri yang kurang atau tidak reaktif terhadap peristiwa banjir Jakarta selama perioda jendela adalah sektor pertanian dan sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Hal ini dibuktikan melalui nilai abnormal return dan aktivitas volume perdagangan yang tidak signifikan baik pada peristiwa banjir Jakarta tahun 2007 maupun tahun 2013. 9. Sebagian besar hipotesis alternatif untuk peristiwa banjir Jakarta tahun 2007 dan 2013 tidak dapat diterima terutama yang terkait dengan kandungan abnormal return yang tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa banjir Jakarta kurang besar kejutannya bagi pasar modal Indonesia, sehingga reaksi pasar yang dihasilkan tidak signifikan. Pernyataan ini konsisten dengan pernyataan Hartono (2010) bahwa semakin besar kejutan dari suatu peristiwa, akan semakin besar pula reaksi pasarnya. 10. Hasil dari penelitian ini memberikan implikasi bahwa selama terjadinya banjir hingga pemulihan kondisi pasca banjir, investor ataupun trader diharapkan bijak dalam berinvestasi pada saham-saham sektor industri 280 yang reaktif sehingga menghindari kerugian yang cukup besar akibat fluktuasi harga saham yang tidak menentu. 5.4. Keterbatasan Penelitian Melalui kesimpulan penelitian studi peristiwa reaksi pasar modal terhadap peristiwa banjir Jakarta tahun 2007 dan 2013 yang telah dikemukakan di atas terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang diduga mempengaruhi hasil akhir dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut. 1. Jumlah sampel per sektor industri terbilang sedikit (hanya 4 – 5 nama emiten per sektor industri) sehingga dapat dikatakan belum merepresentasikan reaksi populasi saham perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. 2. Perioda estimasi yang digunakan untuk menunjukkan return saham dari sampel dalam keadaan normal (bebas banjir) dan untuk menghasilkan return ekspektasian pada saat terjadi banjir relatif pendek, yaitu hanya 30 hari (batas minimum asumsi normalitas), sehingga dapat mempengaruhi kualitas perhitungan return ekspektasian. Menurut Hartono (2010) model return ekspektasian akan semakin baik apabila perioda estimasinya semakin panjang karena lebih banyak memperhitungkan risiko-risiko perusahaan yang berubah-ubah. 3. Beta yang digunakan merupakan beta historis pasar yang diperoleh melalui regresi linier sederhana (OLS) dan sama sekali tidak 281