Menyiasati Anomali Iklim, Memantapkan Produksi Padi

advertisement
Menyiasati Anomali Iklim,
Memantapkan Produksi Padi
Merupakan bagian dari peringatan 30 Tahun Badan Litbang Pertanian,
acara pengukuhan Dr. Irsal Las sebagai Ahli Peneliti Utama (Profesor
Riset) pada tanggal 6 Agustus 2004 di Bogor dihadiri oleh Menteri
Pertanian. Dalam orasi ilmiahnya, peneliti agroklimatologi ini
mengungkapkan fenomena anomali iklim dan strategi pemantapan
produksi padi yang merupakan sumber kehidupan
dan kesejahteraan petani.
N
ama Dr. Irsal Las seakan telah
menyatu dengan Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa). Sebagian kalangan di lingkup Badan
Litbang Pertanian mengenal Dr.
Irsal Las sebagai pribadi yang gigih
dan akomodatif. Di Balitpa sendiri,
pria yang pernah menjalani operasi
bypass jantung ini dikenal sebagai
pemimpin yang kolegial. Bagi Dr.
Achmad M. Fagi, mantan Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Dr.
Irsal tidak ubahnya seperti adik
sendiri. “Dibanding saya, Pak Irsal
lebih berhasil memimpin Balitpa”,
ujar Dr. Fagi yang juga pernah memimpin Balitpa dan Puslitbang Tanaman Pangan.
Popularitas Dr. Irsal tentu tidak
dapat dipisahkan dari inovasi teknologi perpadian yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian yang di-
pimpinnya. Apalagi jika dikaitkan
dengan kesuksesan penyelenggaraan Pekan Padi Nasional di Sukamandi, Jawa Barat, pada tahun
2002 dan 2004, yang mendapat
kehormatan dari Presiden RI Megawati Soekarnoputri dan dihadiri
oleh ribuan pengunjung dari berbagai lapisan dan daerah.
Di bawah kepemimpinan Dr.
Irsal Las, sejak tahun 2000 hingga
kini, Balitpa telah tiga kali berturutturut mendapat penghargaan Adhi
Bakti Tani dari Menteri Pertanian.
Pada tanggal 9 September 2004,
Balitpa juga menerima penghargaan Citra Pelayanan Prima Tingkat Nasional dari pemerintah di
Istana Merdeka.
Badan Litbang Pertanian tentu
punya pertimbangan tersendiri memilih Dr. Irsal Las yang akan di-
Dr. Irsal Las memberikan orasi ilmiah Ahli Peneliti Utama (Profesor Riset) pada
tanggal 6 Agustus 2004.
4
kukuhkan sebagai Ahli Peneliti
Utama dalam rangkaian acara peringatan 30 Tahun Badan Litbang
Pertanian yang berlangsung selama
sepekan, 3-8 Agustus 2004, di
Kampus Penelitian Pertanian, Cimanggu, Bogor. Acara pengukuhan
itu sendiri bertempat di Auditorium
Dr. M. Ismunadji, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian pada tanggal 6 Agustus
2004. Sekitar 300 orang hadir dalam acara tersebut, termasuk Menteri Pertanian, Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. Achmad Suryana, dan sejumlah peneliti dan
pejabat di lingkup Badan Litbang
Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan perguruan
tinggi. Beberapa mantan pejabat
tinggi seperti Prof. Dr. Sjarifudin
Baharsjah dan Prof. Dr. Justika S.
Baharsjah turut hadir dalam acara
pengukuhan Ahli Peneliti Utama itu.
Dalam orasi ilmiahnya berjudul
Menyiasati Fenomena Anomali
Iklim bagi Pemantapan Produksi
Padi Nasional pada Era Revolusi
Hijau Lestari, Dr. Irsal Las mengupas
aspek yang berkaitan dengan upaya antisipasi dan penanggulangan
anomali iklim, baik di masa lampau
maupun masa yang akan datang,
dalam kaitannya dengan upaya pemantapan ketahanan pangan. Menurut Dr. Irsal, anomali iklim El-Nino
dan La-Nina merupakan proses global yang dinamis, sulit dikendalikan
dan dimodifikasi, dan berdampak
luas terhadap sistem produksi padi
nasional. Peneliti agroklimatologi ini
mengingatkan bahwa strategi dan
kebijakan yang diambil untuk antisipasi dan penanggulangan anomali
iklim harus bertitik tolak dari upaya
penyesuaian teknologi dan berbagai
aspek usaha tani berdasarkan pemahaman semua pihak terhadap
gejala, karakteristik, dan dampak
dari anomali iklim itu sendiri.
Akan halnya antisipasi dan
penanggulangan anomali iklim,
menurut Dr. Irsal harus diawali
dengan membangun keseragaman
persepsi, harmonisasi, koordinasi,
dan komunikasi antarinstansi dalam
penataan ruang, manajemen perencanaan dan operasional, khususnya
penetapan pola dan musim tanam
serta pengelolaan sumber daya air.
Dikatakan bahwa dampak anomali
iklim ditentukan oleh tata ruang,
sistem pengelolaan sumber daya
lahan dan air secara keseluruhan
yang bersinggungan dengan kebijakan dan sistem perundang-undangan. Karena itu, Ahli Peneliti
Utama ini menekankan pentingnya
law enforcement pengelolaan sumber daya lahan dan air untuk dijadikan landasan dalam antisipasi dan
penanggulangan anomali iklim.
Upaya tersebut perlu digandeng
dan disinergikan dengan pendekatan partisipasi masyarakat.
Dr. Irsal menggarisbawahi pentingnya gerakan hemat air, terutama dalam kaitannya dengan
antisipasi dan penanggulangan
dampak anomali iklim. “Sayangnya,
implementasi program gerakan
hemat air hingga saat ini berjalan
lamban dan seakan masih berkesan
konsep atau ide, padahal telah
dideklarasikan 9 tahun lalu dan
bahkan sudah dicanangkan oleh
Presiden RI pada tahun 1996”, ujar
Dr. Irsal yang hingga kini tercatat
sebagai pengurus PERHIMPI Pusat.
Hemat air dalam konteks gerakan hemat air berarti upaya untuk
mengubah perilaku masyarakat dan
pemerintah, baik sebagai produsen
maupun konsumen, ke arah hemat
air, sesuai dengan posisi dan
fungsinya dalam siklus hidrologi
suatu wilayah. Itulah sebabnya ia
mengusulkan perlunya payung
kebijakan dan perundang-undangan
yang mendukung gerakan hemat
air, termasuk mekanisme, sistem
koordinasi, dan operasionalnya.
Lebih lanjut Dr. Irsal mengemukakan bahwa dalam penerapan
strategi antisipasi dan penanggulangan anomali iklim dibutuhkan
“kendaraan” berupa program, baik
dalam alih teknologi dan komunikasi
informasi iklim, maupun dalam
membangun kepedulian dan apresiasi masyarakat, serta upaya penanggulangan dan penyiapan teknologi pendukungnya. Dalam hal ini,
pendekatan, mekanisme, dan kelembagaan program termasuk manajemen gerakan memegang peranan penting.
Akurasi dan kehandalan informasi iklim menurut Dr. Irsal ditentukan oleh teknik dan metodologi
analisis dan prediksi anomali iklim
serta jumlah dan mutu data, sehingga pengamatan dan manajemen data iklim menjadi langkah
awal dalam antisipasi dan penanggulangan dampak anomali iklim.
Karena itu, ia menilai bahwa pengamatan iklim yang didukung oleh
pengembangan sistem jaringan
stasiun meteorologi dan klimatologi
sangat diperlukan.
Dikatakan bahwa salah satu
titik lemah dari pengembangan sistem analisis dan sosialisasi informasi anomali iklim serta antisipasi
dan penanggulangan dampaknya
adalah koordinasi dan komunikasi
antar-stakeholder. Karena itu, “Sistem koordinasi dan forum komunikasi tentang iklim secara fungsional dan struktural harus dibangun
secara lebih mapan dan terorganisir”, ujar peneliti agroklimatologi
ini.
Dr. Irsal pun memaparkan pengalaman Badan Litbang Pertanian
dalam mengantisipasi dan menanggulangi anomali iklim melalui implementasi program alih dan pengembangan teknologi, seperti
SUTPA, SUT/SUP, Pola IP Padi 300,
INBIS, dan P3T, yang semuanya
terkait dengan usaha dan sistem
agribisnis perpadian. Masing-masing program memiliki ciri, model
dan pendekatan, strategi, dan kelembagaan tertentu. "Sayangnya,
kinerja berbagai program tersebut
belum dievaluasi secara ilmiah untuk disempurnakan dalam upaya
menciptakan model dan pendekatan baru dalam alih teknologi, khususnya dalam konteks antisipasi
dan penanggulangan anomali iklim
bagi sistem produksi padi nasional”,
kata Dr. Irsal yang turut merancang
program IP Padi 300 dan P3T.
Berbicara tentang peta zona
agroekologi yang dibuat dan dikembangkan oleh berbagai institusi
di jajaran Badan Litbang Pertanian,
Dr. Irsal merasakan adanya kekurangan yang perlu disempurnakan.
“Ini juga relevan dengan upaya
antisipasi dan penanggulangan
dampak anomali iklim”, katanya
meyakinkan. Menurut Dr Irsal,
untuk mengefektifkan pelaksanaan program penanggulangan
anomali iklim, peta zona agroekologi tersebut seyogianya tidak
hanya dijejali dengan informasi
yang bersifat statis, tetapi perlu
dilengkapi dengan pola dan karakteristik serta elastisitas usaha tani
padi.
Dalam upaya mengantisipasi
dan menanggulangi kekeringan dan
kebanjiran akibat penyimpangan
iklim, ia menyarankan agar peta
zona agroekologi juga memuat berbagai alternatif penyesuaian pola,
waktu tanam, dan teknologi tepat
guna berdasarkan skenario ketersediaan air, sesuai dengan intensitas, durasi, dan bobot anomali
iklim yang dikaitkan dengan karakteristik biofisik sumber daya.
Dr. Irsal kemudian menyinggung
soal Sekolah Lapang Iklim, pilot
project pengelolaan dan pemanfaatan informasi iklim yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan berkerja sarna dengan Institut
Pertanian Bogor, Badan Meteorologi dan Geofisika, dan Asian
Disaster Preparedness Center.
Dalam Sekolah Lapang Iklim, petani
diposisikan sebagai sumber dan
pengolah data, sekaligus penyampai
dan pengguna informasi iklim untuk
perencanaan usaha tani mereka.
Dr. Irsal menilai, “Model Sekolah Lapang lklim sejalan dengan upaya
antisipasi dan penanggulangan
dampak anomali iklim sehingga
perlu dilembagakan”.
Menyinggung tentang program
lumbung desa yang dikembangkan
dewasa ini, Dr. Irsal juga menilai
positif dan relevan dengan upaya
antisipasi dan penanggulangan
dampak anomali iklim. Sebenarnya,
“Itu telah dicontohkan oleh Nabi
Yusuf AS sejak ribuan tahun lalu”,
ujar putra kelahiran Solok, Sumatera Barat, ini seraya mengingatkan bahwa program lumbung desa
masih memerlukan sentuhan rekayasa kelembagaan, partisipasi,
dan pemberdayaan masyarakat.
Boleh jadi, model sentuhan-sentuhan tersebut sudah ada di benaknya.
5
Orasi ilmiah Dr. Irsal Las dalam
prosesi pengukuhan dirinya sebagai
Ahli Peneliti Utama Badan Litbang
Pertanian mendapat aplus dari para
hadirin. Gelak tawa dan tepuk tangan mewarnai acara pengukuhan
yang berlangsung selama lebih dari
dua jam itu. Menteri Pertanian yang
baru pertama kali hadir dalam acara pengukuhan Ahli Peneliti Utama
Badan Litbang Pertanian menghargai pemikiran Dr. Irsal dalam mengatasi permasalahan pertanian nasional, khususnya anomali iklim,
guna memantapkan produksi padi
yang merupakan sumber kehidupan
dan kesejahteraan umumnya pe-
6
tani. “Saya akan hadir untuk orasi
ilmiah serupa,” ujar Menteri Pertanian.
Di akhir orasinya, Dr. Irsal mengenang kembali perjalanan hidupnya, mulai dari menapakkan kaki
di bangku sekolah dasar di daerah
kelahirannya, hingga dikukuhkan
sebagai Ahli Peneliti Utama. Matanya berkaca-kaca di saat menyebut
nama almarhum dan almarhumah
orang tuanya. Kesedihan mereda
ketika beberapa karyawan Badan
Litbang Pertanian mendaulat dirinya memotong kue ulang tahun.
“Hari ini kebetulan hari ulang tahun
saya“ ujar Dr. Irsal seraya melirik
istri dan ketiga putrinya yang turut
mendampingi dirinya dalam acara
orasi ilmiah itu (Hermanto).
Untuk informasi lebih lanjut
hubungi:
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan
Jln. Merdeka No. 147
Bogor 16111
Telepon : (0251) 334089,
311432
Faksimile : (0251) 312755
E-mail
: [email protected]
Download