Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan

advertisement
Proposal Penelitian Kelompok
Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Wajib
pada PSAK Adopsi IFRS dan Dampaknya terhadap Stock Return
Oleh
Abdullah Taman, M.Si, Ak
Andian Ari Istiningrum, M.Com
Mahendra Adhi Nugroho, M.Sc
Endra Murti Sagoro, M.Sc
Atik Fajaryani
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
1
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN KELOMPOK
1. Judul Penelitian
: Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Luas Pengungkapan Wajib pada PSAK Adopsi
IFRS dan Dampaknya terhadap Stock Return
2. Ketua Penelitian
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Abdullah Taman, M.Si, Ak
b. Jenis Kelamin
: Laki-laki
c. NIP
: 19630624 199001 1 001
d. Golongan
: Penata, III/c
e. Jabatan Fungsional
: Lektor
f. Fakultas/Jurusan
: Ekonomi/Pendidikan Akuntansi
3. Jumlah Tim Peneliti
: 5 orang
a. Ketua
: 1 orang
b. Anggota
: 4 orang
4. Lokasi Penelitian
: Fakultas Ekonomi, UNY
5. Jangka Waktu Pelaksanaan
: 6 bulan
Yogyakarta, 2 April 2014
Ketua Tim
Abdullah Taman, M.Si, Ak
NIP 19630624 199001 1 001
Mengetahui
Dekan FE UNY
Dr. Sugiharsono, M.Si
NIP 19550328 198303 1 002
Ketua Jurusan Pendidikan Akuntansi
Sukirno, M.Si, Ph.D
NIP 19690414 199403 1 002
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengungkapan Wajib oleh perusahaan terus menjadi isu penting dalam dunia bisnis
selama beberapa periode. Pengungkapan Wajib menjadi faktor penting yang dapat
meminimalisir asimetri informasi antara pemakai utama laporan keuangan, seperti pemegang
saham, kreditor, analis keuangan, dan konsultan keuangan, dengan manajemen perusahaan.
(Cooke, 1989). Para pemakai laporan keuangan menginginkan manajemen perusahaan untuk
memberikan informasi selengkap mungkin sehingga informasi tersebut relevan untuk
dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Pengungkapan Wajib secara signifikan menentukan keefektifan fungsi pasar modal
(Akhtaruddin, 2005). Semakin luas informasi yang disampaikan perusahaan kepada investor,
semakin efektif pula pasar modal. Pengungkapan informasi dipandang sebagai cara bagi
perusahaan untuk memasarkan saham, meningkatkan reputasi, dan meminimalisir biaya
modal (Meek, Roberts, & Gray,1995). Di sisi lain, Pengungkapan Wajib diharapkan dapat
mengangkat citra perusahaan. Pengungkapan Wajib berdasarkan penelitian Popova et al.
(2013) memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam
penelitian tersebut diukur dengan menggunakan Stock Return. Penelitian tersebut oleh karena
itu bisa menjadi pertimbangan bagi investor dalam membuat keputusan investasi mengingat
Stock Return sulit diprediksi oleh investor. Di Indonesia sendiri Stock Return juga sulit
diprediksi. Hal ini dapat dilihat dari Stock Return pada perusahaan manufaktur yang
cenderung tidak stabil selama periode 2008-2009. Stock Return perusahaan manufaktur
mengalami penurunan sebesar 70,63% dan pada tahun berikutnya naik tajam sebesar 55,29%.
Walaupun Pengungkapan Wajib secara teoritis dan empiris telah terbukti
memberikan manfaat bagi perusahaan, masih banyak perusahaan yang memiliki tingkat
3
kepatuhan rendah dalam memberikan informasi wajib kepada pemakai laporan keuangan.
Tingkat kepatuhan perusahaan manufaktur di Indonesia dalam memberikan Pengungkapan
Wajib yang disyaratkan oleh badan regulasi ternyata baru mencapai skor 72% (Utami et al.,
2013). Hasil ini masih di bawah kriteria dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepamlk) yang mensyaratkan agar perusahaan memiliki tingkat kepatuhan
100% dalam memberikan Pengungkapan Wajib yang diminta dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Penelitian lain memberikan hasil tidak jauh berbeda. Menurut
Prawinandi et al. (2013) tingkat kepatuhan perusahaan jasa dalam mengungkapkan informasi
wajib hanya sekitar 69%.
Kasus lain di Indonesia mengenai ketidakpatuhan perusahaan dalam memberikan
Pengungkapan Wajib terjadi pada PT Petromine Energy yang merupakan anak perusahaan
PT Bakrie & Brothers, Tbk. Menurut Prayogi (2003) dalam Prawinandi et al. (2013),
perusahaan tersebut tidak mengungkapkan pendapatan dari jasa penyediaan bahan bakar
kepada AKR Corporindo senilai Rp 1,37 triliun dengan menggunakan beban pokok
pendapatan sebesar Rp 8 triliun. Akibat dari kasus ini, perusahaan mendapatkan sanksi dari
Bapepamlk sebesar Rp 4 miliar.
Pengungkapan Wajib sendiri didefinisikan sebagai aspek dan informasi yang harus
dikomunikasikan perusahaan kepada pihak yang berkepentingan sebagai konsekuensi dari
persyaratan yang diharuskan oleh badan regulasi di suatu negara (Adina & Ion, 2008).
Beberapa penelitian sebelumnya memberikan hasil bahwa karakteristik perusahaan secara
signifikan mempengaruhi luas Pengungkapan Wajib yang disampaikan oleh perusahaan.
Karakteristik perusahaan tersebut meliputi Ukuran Perusahaan (Akhtaruddin, 2005; Ali,
Ahmed & Henry, 2004; Benjamin et al., 1990; Cooke, 1989; Wallace 1987, Wallace &
Naser, 1995), tipe manajemen (Wallace, 1987), Listing Status (Cooke, 1989; Glaum & Street,
2003; Inchausti, 1997; Malone, Fries, & Jones, 1993), tipe industri (Cooke, 1989; Nasser,
4
1998), Leverage (Malone et al., 1993; Latridis, 2008; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005), jumlah
pemegang saham (Malone et al., 1993), Kualitas Auditor (Ahmed & Nicholls, 1994; Glaum
& Street, 2003; Nasser, 1998), likuiditas (Wallace, Naser, & Mora 1994), Profitabilitas (Ali
et al., 2004; Latridis, 1998; Nasser, 1998; Owusu-Ansah, 1998), Umur Perusahaan (OwusuAnsah, 1998), familiar dengan IFRS (Abd-Elsalam & Weetman, 2003), bahasa (Abd-Elsalam
& Weetman, 2003), Pertumbuhan Perusahaan (Latridis, 2008), dan Kepemilikan Asing (Bova
& Pereira, 2012).
Beberapa penelitian mengenai karakteristik perusahaan memberikan hasil yang
berbeda dengan hasil di atas dimana ada beberapa karakteristik perusahaan yang tidak
berpengaruh terhadap luas Pengungkapan Wajib yang disampaikan perusahaan. Karakteristik
perusahaan yang tidak mempengaruhi Pengungkapan Wajib antara lain Ukuran Perusahaan
(Glaum & Street, 2003; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005); Umur Perusahaan (Akhtaruddin,
2005; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005), Profitabilitas ( Akhtaruddin, 2005; Owusu-Ansah &
Yeoh, 2005), Leverage (Ali at al., 2004); Kualitas Auditor (Ali et al., 2004; Owusu-Ansah &
Yeoh, 2005); tipe industri (Akhtaruddin, 2005), Listing Status (Wallace et al., 1994),
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas Pengungkapan
Wajib dan mengetahui manfaat Pengungkapan Wajib terhadap Stock Return. Penelitian kali
ini dilakukan pada perusahaan manufaktur dengan beberapa alasan sebagai berikut: (i)
perusahaan manufaktur memiliki kecenderungan untuk menyampaikan lebih banyak
pengungkapan kepada pemakai laporan keuangan, dan (ii) perusahaan manufaktur memiliki
basis investasi yang luas karena dalam proses operasinya mengandalkan modal dari investor
untuk mendapatkan aset tetap (Utami et al., 2013).
5
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, beberapa
masalah yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Asimetri informasi cenderung merugikan pemegang saham, kreditur, analis keuangan dan
konsultan keuangan.
2. Stock return cenderung tidak stabil sehingga sulit untuk diprediksi oleh investor.
3. Tingkat kepatuhan perusahaan dalam memberikan Pengungkapan Wajib masih di bawah
kriteria yang ditetapkan oleh BapepamLk.
4. Masih muncul research gap pada beberapa penelitan sebelumnya mengenai pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib.
1.3 Batasan Masalah
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi luas Penungkapan Wajib, penelitian ini
dibatasi pada faktor-faktor yang masih terdapat perbedaan hasil penelitian dengan penelitian
sebelumya, yaitu Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kualitas
Auditor, dan Listing Status. Sedangkan untuk dua faktor yang lain yaitu Pertumbuhan
Perusahaan dan Kepemilikan Asing akan diteliti karena masih jarang penelitian mengenai
pengaruh dua faktor tersebut terhadap luas Pengungkapan Wajib.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib?
2. Bagaimana pengaruh Umur Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib?
3. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap luas Pengungkapan Wajib?
4. Bagaimana pengaruh Leverage terhadap luas Pengungkapan Wajib?
6
5. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib?
6. Bagaimana pengaruh Kualitas Auditor terhadap luas Pengungkapan Wajib?
7. Bagaimana pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan Wajib?
8. Bagaimana pengaruh Listing Status terhadap Pengungkapan Wajib?
9. Bagaimana pengaruh luas Pengungkapan Wajib terhadap Stock Return?
1.5 Tujuan Penelitian
Atas dasar rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib.
2. Mengetahui pengaruh Umur Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib.
3. Mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap luas Pengungkapan Wajin.
4. Mengetahui pengaruh Leverage terhadap luas Pengungkapan Wajib.
5. Mengetahui pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib.
6. Mengetahui pengaruh Kualitas Auditor terhadap luas Pengungkapan Wajib.
7. Mengetahui pengaruh Kepemilikan Asing terhadap luas Pengungkapan Wajib.
8. Mengetahui pengaruh Listing Status terhadap luas Pengungkapan Wajib.
9. Mengetahui pengaruh luas Pengungkapan Wajib terhadap Stock Return.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam mengembangkan ilmu dan
wawasan mengenai Pengungkapan Wajib terhadap item-item yang dipersyaratkan
dalam PSAK adopsi IFRS.
7
b. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan empiris bagi penelitian-penelitian sejenis di
kemudian hari.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan agar mengetahui
tingkat kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan informasi wajib yang diminta
dalam PSAK adopsi IFRS.
b. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pemakai laporan keuangan
mengenai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menetapkan tujuan
terhadap perusahaan. Pemakai laporan keuangan dapat mempertimbangkan faktorfaktor tersebut untuk memprediksi kepatuhan perusahaan dalam memberikan
Pengungkapan Wajib.
c. Penelitian ini secara khusus diharapkan memberikan manfaat kepada investor untuk
memprediksi Stock Return dengan mempertimbangkan luas pengungkapan yang
diberikan oleh perusahaan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Pengungkapan Wajib
Pengertian Pengungkapan Wajib
Pengungkapan merupakan sarana yang digunakan oleh manajemen perusahaan
untuk memberi informasi kepada investor. Pengungkapan menurut Owusu-Ansah (1998) dan
Wallace & Naser (1995) adalah komunikasi informasi ekonomi yang dilakukan oleh
perusahaan baik itu informasi keuangan maupun non keuangan, informasi kuantitatif maupun
informasi lain yang mencerminkan posisi dan kinerja perusahaan. Pengungkapan yang
dilakukan perusahaan dapat berupa pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela.
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh organisasi, instansi,
atau lembaga regulasi tertentu, seperti International Accounting Standard Board (IASB),
Financial Accounting Standard Board (FASB), atau Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sedangkan pengungkapan sukarela merupakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan di
luar pengungkapan wajib yang sudah diberikan perusahaan (Popova et al., 2013).
Sehubungan dengan adanya dua jenis pengungkapan yang dapat dilakukan oleh perusahaan,
Akhtaruddin (2005) berpendapat bahwa investor harus berhati-hati ketika menemukan fakta
bahwa pengungkapan wajib perusahaan sudah tidak relevan lagi dan manajemen mulai
memberikan lebih banyak pengungkapan sukarela. Kehatian-hatian ini mutlak diperlukan
karena pengungkapan sukarela seringkali lebih merupakan refleksi dari kepentingan pribadi
manajemen dalam membuat kebijakan.
Pengungkapan Wajib menurut Adina dan Ion (2008) merupakan keseluruhan aspek
dan
informasi
yang
harus
dipublikasikan
oleh
perusahaan
sebagai
akibat
dari
diberlakukannya peraturan hukum, peraturan pasar modal ataupun peraturan standar
akuntansi. Sedangkan, Popova et al. (2013) mendefinisikan Pengungkapan Wajib sebagai
9
informasi yang diharuskan oleh badan regulasi untuk disampaikan oleh perusahaan.
Pengungkapan Wajib penting untuk dilakukan oleh perusahaan karena pengungkapan wajib
merupakan sarana bagi perusahaan untuk memberi jaminan kepada investor bahwa sumber
daya telah dialokasikan dengan efektif (Adina dan Ion, 2008). Selain itu, pengungkapan
wajib juga bertujuan untuk menghindari adanya asimetri informasi antara perusahaan dengan
investor (Adina dan Ion, 2008; Jensen dan Meckeling, 1976).
Pengungkapan Wajib muncul sebagai konsekuensi dari munculnya peraturanperaturan dari badan regulasi di suatu negara (Healy & Palepu, 2001; Akhtaruddin, 2005).
Manajemen pada dasarnya memiliki keinginan untuk menyembunyikan informasi dari
investor (Darrough, 1993). Hal ini sejalan dengan Teori Keagenan yang menyatakan bahwa
manajemen akan berusaha untuk memaksimalkan laba untuk kepentingan mereka sendiri.
Manajemen sebagai pihak yang melaksanakan operasi harian perusahaan memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk mengejar keuntungan pribadi, seperti bonus dan insentif
yang tinggi dima kesemuanya ini akan merugikan investor (Alanezi dan Albuloushi, 2010;
Healy & Palepu, 2001).
Oleh karena itu, badan regulasi memaksa perusahaan untuk
menyampaikan informasi pada tingkat minimal yang disyaratkan oleh badan regulasi dengan
tujuan untuk memperkecil kesenjangan informasi antara manajemen dan investor (Healy,
Hutton, & Palepu, 1999).
Kadangkala, Pengungkapan Wajib yang disampaikan perusahaan tidak mencukupi
kebutuhan investor. Pengungkapan sukarela, dalam kondisi seperti ini, bisa diberikan oleh
perusahaan untuk menyampaikan informasi terbaik mengenai kondisi dan kinerja perusahaan
kepada investor (Graham, Harvey, & Rajgopal, 2005; Healy & Palepu., 2001; Popova et al.,
2013). Oleh karena itu, pengungkapan sukarela sebenarnya merupakan penyampaian
informasi tambahan yang luasnya tergantung dari kebijakan manajemen, peraturan berlaku,
10
dan tekanan dari pihak luar seperti konsultan, analis keuangan, pasar modal, dan budaya
(Popova et al., 2013).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Wajib
Pada dasarnya ada tiga faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Wajib yang
dilakukan oleh perusahaan, yaitu:
1) Karakteristik perusahaan (Akhtaruddin, 2005; Ali et al., 2004; Cooke, 1989; Dahawi,
2009; Glaum & Street, 2003; Gray & Vint, 1995; Healy & Palepu 2001; Lang &
Lundholm 1993; Latridis, 2008; Wallace & Naser 1995; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005).
Karakteristik perusahaan yang seringkali digunakan dalam penelitian sebagai variabel
penelitian untuk memprediksi pengaruh terhadap Pengungkapan Wajib antara lain adalah
ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, tipe industri, tipe auditor, listing status, dan
umur perusahaan.
2) Karakteristik tata kelola perusahaan atau corporate gsovernance (Clemente & Labat,
2005; Ettredge et al., 2010; Haniffa & Cooke, 2005; Huafang & Jianguo, 2007; Ken &
Stewart, 2008). Unsur utama dari tata kelola perusahaan adalah dewan komisaris dan
komite audit ( Prawinandi et al., 2013). Oleh karena itu, karakteristik tata kelola
perusahaan berdasarkan penelitian sebelumnya yang mempengaruhi Pengungkapan Wajib
juga didasarkan pada keberadaan kedua badan tersebut, antara lain dewan komisaris,
proporsi komisaris independen, latar belakang pendidikan komisaris utama, proporsi
komisaris wanita, dan jumlah anggota komite audit.
3) Karakteristik pribadi manajemen perusahaan (Abd-Elsalam & Weeman, 2003; Haniffa &
Cooke, 2002). Karakteristik pribadi manajemen perusahaan berdasarkan penelitian
sebelumnya yang mempengaruhi Pengungkapan Wajib adalah suku bangsa manajemen
dan kualifikasi manajemen.
11
Pengungkapan Wajib dalam IFRS
Laporan keuangan yang telah diaudit merupakan salah satu sumber utama yang
dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi kepada berbagai users
(Chau & Gray, 2010; Marston & Shrives, 1991). Pengungkapan dilakukan pada catatan kaki
laporan keuangan. Laporan keuangan hendaknya memiliki kualitas tinggi yang akan
mempermudah investor untuk memahami dan membandingkan informasi yang ada di
dalamnya (Choi, 2005).
Untuk mencapai tujuan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memutuskan
bahwa Indonesia menerapkan program konvergensi IFRS secara penuh sejak 1 Januari 2012.
Proses konvergensi IFRS sendiri telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dan telah menghasilkan
beberapa PSAK yang sudah mengadopsi IFRS. Tabel berikut menyajikan PSAK yang sudah
diselaraskan dengan IFRS sejak tahun 2008.
Tabel 1. PSAK yang Telah Konvergen dengan IAS/IFRS
No
PSAK
Referensi
Tanggal Efektif
1
PSAK 13 Properti Investasi
IAS 40
1 Januari 2008
2
PSAK 16 Aset Tetap
IAS 16
1 Januari 2008
3
PSAK 30 Sewa
IAS 17
1 Januari 2008
4
PSAK 14 Persediaan
IAS 2
1 Januari 2009
5
PSAK 26 Biaya Pinjaman
IAS 23
1 Januari 2010
6
PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan IAS 32
1 Januari 2010
Pengungkapan
7
PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan IAS 39
1 Januari 2010
Pengukuran
8
PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan
IAS 1
1 Januari 2011
9
PSAK 2 Laporan Arus Kas
IAS 7
1 Januari 2011
12
10
PSAK 3 Laporan Keuangan Interim
IAS 34
1 Januari 2011
11
PSAK 4 Laporan Keuangan Konsolidasian dan IAS 27
1 Januari 2011
Laporan Keuangan tersendiri
12
PSAK 5 Segmen Operasi
IFRS 8
1 Januari 2011
13
PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak yang IAS 24
1 Januari 2011
Berelasi
14
PSAK 12 Bagian Partisipasi dalam Ventura IAS 31
1 Januari 2011
Bersama
15
PSAK 15 Investasi pada Entitas Asosiaso
IAS 28
1 Januari 2011
16
PSAK 19 Aset Tak Berwujud
IAS 38
1 Januari 2011
17
PSAK 22 Kombinasi Bisnis
IFRS 3
1 Januari 2011
18
PSAK 23 Pendapatan
IAS 18
1 Januari 2011
19
PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan IAS 8
1 Januari 2011
Estimasi Akuntansi dan Kesalahan
20
PSAK 48 Penurunan Nilai Aset
IAS 36
1 Januari 2011
21
PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontijensi dan IAS 37
1 Januari 2011
Aset Kontijensi
22
PSAK 58 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki IFRS 5
1 Januari 2011
untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
23
PSAK 8 Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
IAS 10
1 Januari 2012
24
PSAK 10 Pengaruh Perubahan Nilai Tukar IAS 21
1 Januari 2012
Valuta Asing
25
PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi
IAS 11
1 Januari 2012
26
PSAK 46 Akuntansi Pajak Penghasilan
IAS 12
1 Januari 2012
13
27
PSAK 24 Imbalan Kerja
IAS 19
1 Januari 2012
28
PSAK 18 Akuntansi dan Pelaporan Program IAS 26
1 Januari 2012
Manfaat Purnakarya
29
PSAK 56 Laba per Saham
IAS 33
1 Januari 2012
30
PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham
IFRS 2
1 Januari 2012
31
PSAK 28 Akuntansi Kerugian
IFRS 4
1 Januari 2012
32
PSAK 36 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi
IFRS 6
1 Januari 2012
Sumber: Simbolon (2011)
Pengungkapan Wajib atas PSAK yang telah dikonvergensi ke IAS/IFRS mutlak
dilakukan oleh perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketua Bapepam
berdasarkan keputusan No. X.K.6 KEP-134/BL/2006 telah memutuskan bahwa perusahaan
100% diharuskan melaksanakan Pengungkapan Wajib sebagaimana yang telah disyaratkan
dalam
PSAK
tersebut.
Beberapa
penelitian
mengenai
tingkat
kepatuhan
dalam
mengungkapkan informasi wajib pada perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat
kepatuhan perusahaan dalam melaksanakan Pengungkapan Wajib masih di bawah kriteria
100%. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2010 memiliki tingkat
kepatuhan Pengungkapan Wajib IFRS sebesar 72% (Utami et al., 2012). Dari beberapa
PSAK yang digunakan dalam penelitian Utami et al. (2012), diperoleh hasil bahwa tingkat
kepatuhan Pengungkapan Wajib paling rendah adalah Pengungkapan Wajib PSAK 30: Sewa
(IAS 17) dengan tingkat kepatuhan sebesar 25%. Tingkat kepatuhan yang rendah juga
ditemui pada PSAK 13 (IAS 40) tentang properti investasi dengan tingkat kepatuhan sebesar
58%. Oleh karena itu, penelitian kali ini akan memfokuskan pada Pengungkapan Wajib
PSAK 30 (IAS 17) dan PSAK 12 (IAS 40) untuk mengetahui apakah telah terjadi
peningkatan kepatuhan Pengungkapan Wajib oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI. Selain itu, penelitian kali ini akan difokuskan pada pengungkapan kategori aset tidak
14
lancar (aset tetap dan aset tidak berwujud) sehingga PSAK yang akan diulas adalah PSAK 16
tentang Aset Tetap (IAS 16), PSAK 19 tentang Aset Tak Berwujud (IAS 38) dan PSAK 48
tentang Penurunan Nilai Aset (IAS 36). Pemilihan kategori aset tidak lancar didasarkan pada
proporsi aset tidak lancar yang sangat signifikan pada perusahaan manufaktur sehingga dana
dari investor lebih banyak dialokasikan pada usaha memperoleh aset tidak lancar. Oleh
karena itu, investor sangat berkepentingan untuk mendapatkan informasi mengenai aset tidak
lancar pada suatu perusahaan.
Ankarath et al. (2010) mengemukakan bahwa IAS 16 mengenai aset tetap mengatur
bahwa perusahaan harus memberikan Pengungkapan Wajib yang terdiri atas:
1.
Dasar pengukuran untuk penentuan jumlah tercatat kotor.
2.
Metode depresiasi.
3.
Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.
4.
Jumlah yang tercatat kotor dan akumulasi depresiasi (keseluruhan dengan akumulasi
kerugian karena penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.
5.
Penambahan
6.
Aset yang diklasifikasikan sebagai yang tersedia untuk dijual.
7.
Akuisisi melalui kombinasi bisnis.
8.
Peningkatan dan penuruan akibat dari revaluasi dan dari rugi karena penurunan nilai dan
yang dijurnal balik.
9.
Depresiasi
10. Selisih nilai tukar bersih yang diakui menurut IAS 21 mengenai Dampak Perubahan
dalam Kurs Mata Uang Asing.
11. Perubahan Lainnya.
12. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas hak kepemilikan.
13. Aset yang dijaminkan sebagai jaminan atas utang.
15
14. Aset dalam konstruksi.
15. Komitmen kontraktual atas akuisisi aset tetap.
16. Kompensasi atas aset yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan.
Lebih lanjut Ankarath et al. (2010) menjelaskan bahwa jika metode revaluasi
digunakan sebagai dasar penilaian aset tetap, maka Pengungkapan Wajib yang harus
dilakukan oleh perusahaan meliputi:
1.
Tanggal efektif penilaian.
2.
Apakah penilai independen telah dilibatkan.
3.
Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam penilaian nilai wajar.
4.
Penjelasan mengenai nilai wajar yang diukur secara langsung berdasarkan harga yang
dapat diamati dalam suatu pasar aktif, transaksi pasar terakhir yang wajar, atau diestimasi
dengan menggunakan teknik lainnya.
5.
Untuk setiap kelompok aset tetap yang direvaluasi, jumlah tercatat aset yang telah diakui
jika kelompok aset tidak direvaluasi.
6.
Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan setiap pembatasan
atas distribusi kepada pemegang saham.
Pengungkapan Wajib pada IAS 17 mengenai Sewa menurut Ankarath et al. (2010)
untuk pihak yang menyewa (lessee) untuk katerogori finance lease meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1.
Nilai tercatat bersih untuk setiap kelas aset pada tanggal pelaporan.
2.
Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum dengan nilai sekarangnya.
3.
Total pembayaran sewa dianalisis sebagai (i) kurang dari satu tahun, (ii) antara satu
tahun dengan lima tahun, (iii) lebih dari lima tahun.
4.
Sewa kontijensi atau bersyarat.
16
5.
Total pembayaran sewa guna usaha masa datang yang diharapkan untuk diterima atas
dasar bagian dari sewa guna usaha yang tidak data dibatalkan.
6.
Deskripsi umum mengenai perjanjian sewa yang material dari pihak penyewa.
Pengungkapan Wajib dalam IAS 17 kategori Operating Lease bagi lessee meliputi:
1.
Total pembayaran sewa minimum di masa depan menurut sewa guna usaha operasi yang
tidak dapat dibatalkan untuk setiap hal-hal berikut: (i) kurang dari satu tahun, (ii) antara
satu tahun hingga lima tahun, (iii) lebih dari lima tahun.
2.
Total pembayaran sewa guna usaha minimum di masa depan yang diharapkan untuk
diterima menurut bagian dari sewa guna usaha yang tidak dapat dibatalkan.
3.
Pembayaran sewa guna usaha dan sub-sewa guna usaha serta sewa kontijensi yang diakui
sebagai beban.
4.
Suatu deskripsi umum mengenai perjanjian sewa guna usaha yang signifikan. (Ankarath
et al., 2010).
Ankarath et al. (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk kategori finance lease
pihak lessor maka Pengungkapan Wajib terdiri atas:
1.
Rekonsiliasi antara jumlah tercatat kotor dari investasi di dalam sewa guna usaha dengan
nilai sekarang dari piutang pembayaran sewa guna usaha minimum masa depan.
2.
Investasi kotor di dalam sewa guna usaha dan pembayaran sewa guna usaha minimum
masa datang untuk setiap hal berikut: (i) kurang dari satu tahun, (ii) antara satu tahun dan
lima tahun, (iii) lebih dari lima tahun.
3.
Pendapatan pembiayaan yang belum diterima
4.
Nilai residu yang tidak dijamin.
5.
Pembayaran sewa guna usaha yang dapat dipulihkan ragu-ragu.
6.
Sewa kontijensi yang diakui sebagai pendapatan
7.
Suatu deskripsi umum mengenai perjanjian sewa guna usaha yang signifikan
17
Pengungkapan Wajib pada kategori operating lease pihak lessor menurut IAS 17
meliputi:
1.
Total pembayaran sewa guna usaha minimum masa depan menurut sewa guna usaha
operasi yang tidak dapat dibatalkan untuk setiap hal berikut: (i) kurang dari satu tahun,
(ii) antara satu tahun dan lima tahun, (iii) suatu deskripsi mengenai perjanjian sewa guna
usaha yang signifikan.
2.
Sewa kontijensi yang diakui sebagai pendapatan.
3.
Suatu deskripsi mengenai perjanjian sewa guna usaha yang signifikan (Ankarath et al.,
2010).
Pengungkapan penuh pada IAS 36 mengenai penurunan nilai aset terdiri atas:
1.
Kerugian karena penurunan nilai didalam laporan laba rugi dan pos dari laporan laba rugi
komprehensif dalam mana kerugian karena penurunan nilai tersebut dimasukkan.
2.
Kerugian karena penurunan nilai dijurnalbalik di dalam laporan laba rugi dan pos dari
laporan laba rugi komprehensif dalam mana kerugian karena penurunan nilai dilakukan
penjurnalbalikan (Ankarath et al., 2010).
Secara rinci, jika kerugian karena penurunan nilai individu (penjurnalbalikan) adalah
dianggap material maka hal-hal berikut harus diungkapkan oleh perusahaan:
1.
Peristiwa dan kondisi yang ditimbulkan dari rugi karena penurunan nilai.
2.
Jumlah kerugian yang bersangkutan.
3.
Aset individu: sifat dan segmen dimana hal tersebut berkaitan.
4.
Unit penghasil kas (CGU): keterangan, jumlah kerugian karena penurunan nilai
(penjurnalbalikan) menurut kelompok aset dan segmen.
5.
Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali/dipulihkan adalah nilai wajar dikurangi
dengan biaya untuk menjual, maka ungkapkan dasar untuk menentukan nilai wajarnya.
18
6.
Apabila nilai wajar dikurang dengan biaya untuk menjual ditentukan dengan proyeksi
arus kas yang didiskontokan, maka pengungkapan atas periode salama manajemen
memproyeksikan arus kas tersebut, tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk
melakukan ekstraplorasi proyeksi arus kas dan tingkat diskonto yang digunakan pada
proyeksi arus kas diperlukan (Ankarath et al., 2010).
Untuk setiap aset tidak berwujud, Pengungkapan Wajib dalam IAS 38 menurut
Ankarath et al. (2010) terdiri atas:
1.
Masa manfaat atau tingkat amortisasi jika masa manfaatnya terbatas.
2.
Metode amortisasi.
3.
Jumlah yang tercatat kotor.
4.
Akumulasi amortisasi dan rugi karena penurunan nilai.
5.
Barispos di dalam laporan laba rugi dimana amortisasi dimasukkan.
6.
Rekonsiliasi jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan (i)
tambahan/kombinasi bisnis secara terpisah, (ii) aset yang dimiliki untuk dijual, (iii)
penghentian dan pelepasan lainnya, (iv) revaluasi, (v) penurunan nilai, (vi) kebalikan dari
penurunan nilai, (vii) amortisasi, (viii) selisih mata uang asing.
7.
Dasar untuk menetapkan bahwa suatu aset tidak berwujud mempunyai masa manfaat
tidak terbatas.
Beberapa hal terkait dengan properti investasi yang harus diungkapkan perusahaan
sebagaimana disyaratkan dalam IAS 40 adalah sebagai berikut:
1.
Apakah entitas menerapkan model harga perolehan atau model nilai wajar.
2.
Seandainya model nilai wajar yang digunakan, apakah dan menurut kondisi apa suatu
kepentingan properti yang dikuasai/dimiliki menurut sewa operasi diklasifikasi dan
dicatat sebagai properti investasi.
19
3.
Bilamana klasifikasi sulit dilakukan, maka kriteria yang digunakan dalam menentukan
properti investasi, pemilik properti yang ditempati dan properti yang dimiliki untuk
dilepaskan dalam kegiatan bisnis normal.
4.
Metode yang digunakan dan asumsi signifikan yang dibuat dalam menentukan nilai
wajar yang meliputi suatu laporan apakah penentuan nilai wajar didukung dengan bukti
pasar atau lebih cenderung ke faktor lainnya (di mana entitas harus mengungkapkannya)
karena sifat property dan kurangnya data pasar yang dapat diperbandingkan.
5.
Sebatas kepada mana nilai wajar didasarkan pada penilaian oleh seorang penilai
independen dan berkualifikasi. Apabila tidak ada penilaian yang semacam itu, fakta
tersebut harus diungkapkan.
6.
Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi antara lain: (i) pendapatan sewa dari properti
investasi, (ii) beban operasi langsung yang menghasilkan pendapatan sewa, (iii) beban
operasi langsung yang tidak menghasilkan pendapatan sewa, (iv) kumulatif perubahan
dalam nilai wajar yang diakui dalam laporan laba rugi atas penjualan properti investasi
dari sekelompok aset dimana model harga perolehan digunakan untuk suatu kelompok
dimana model nilai wajar digunakan.
7.
Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi properti investasi atau untuk pengiriman
pendapatan dan hasil dari aset yang dilepaskan.
8.
Liabilitas kontraktual untuk membeli, membangun, atau mengembangkan properti
investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan, atau untuk peningkatan (Ankarath et al.,
2010).
20
2.2 Karakteristik Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan bisa dilihat dari logaritma total aset yang dimiliki perusahaan
(Alanezi & Albuloushi, 2010; Bova & Pereira, 2012). Perusahaan besar pada laporan
keuangannya cenderung untuk menyampaikan lebih banyak informasi kepada investor.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara Ukuran
Perusahaan dengan Pengungkapan Wajib yang harus dilakukan perusahaan (Akhtaruddin,
2005; Barako, Hancock, & Izan, 2006; Cooke, 1989; Glaum & Street, 2003). Ahmet dan
Nicholls (1994) berpendapat bahwa perusahaan besar memiliki lebih banyak tenaga kerja
yang berlatar belakang akuntansi dan keuangan sehingga perusahaan besar bisa menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas tinggi termasuk di dalamnya mematuhi Pengungkapan
Wajib yang dipersyaratkan dalam standar akuntansi. Sumber daya yang beragam juga
memudahkan perusahaan besar untuk mengelola biaya, bersaing dengan kompetitor, dan
mendapatkan modal sehingga semua kelebihan ini cenderung akan diungkapkan oleh
perusahaan besar dalam laporan keuangannya (Ahmed & Nicholls, 1994; Naser, 1998).
Popova et al. (2013) menambahkan bahwa informasi yang berkualitas akan menghasilkan
biaya modal yang rendah bagi perusahaan besar untuk mendapatkan modal dari investor. Di
sisi lain, analis keuangan seringkali meminta perusahaan besar untuk menyajikan informasi
sehingga hal ini akan memudahkan investor dalam membuat keputusan (McKinnon &
Dalimunte, 1993). Kepatuhan perusahaan terhadap Pengungkapan Wajib yang diminta dalam
standar akuntansi akan memudahkan perusahaan besar untuk menarik investor (Wallace et
al., 1994) dan mendapatkan modal dari berbagai sumber (Alanezi & Albuloushi, 2010).
Jika dilihat dari perbandingan antara biaya dan manfaat menyediakan informasi
secara detil, perusahaan besar berada di posisi yang lebih menguntungkan dibandingkan
dengan perusahaan kecil (Arcay & Vazquez, 2005). Biaya untuk menyediakan informasi
21
mendetail dan risiko terciptanya competitive disadvantages melalui pengungkapan
perusahaan akan lebih rendah bagi perusahaan besar jika dibandingkan dengan manfaat yang
diperoleh perusahaan besar. Dengan adanya Pengungkapan Wajib, perusahaan besar
sekaligus juga memanfaatkan informasi tersebut untuk mencukupi kebutuhan internal mereka
dalam melakukan investasi pada aset tetap dan proses inovasi (Ball & Foster’s, 1982). Selain
itu, manfaat yang diterima dari perusahaan besar yang melakukan Pengungkapan Penuh akan
menjadi halangan bagi perusahaan kecil (Depoers, 2000) karena perusahaan besar lebih
memiliki posisi menguntungkan di pasar modal (Singhvy & Desai, 1971). Atas dasar hal
tersebut, maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
H1
: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib
Umur Perusahaan
Umur perusahaan merupakan faktor yang sering diperhatikan oleh manajemen
perusahaan dalam menentukan seberapa luas Pengungkapan Wajib akan dilakukan (Popova
et al., 2013). Umur perusahaan bisa dilihat dari lamanya perusahaan terdaftar di pasar modal
(Alanezi & Albuloushi, 2010). Perusahaan yang telah lama berdiri juga memiliki lebih
banyak pengalaman dalam menyampaikan informasi melalui laporan keuangan karena
perusahaan tersebut sudah memahami informasi apa yang dibutuhkan oleh users. Oleh karena
itu, semakin lama perusahaan berdiri, semakin berpengalaman perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan, dan semakin rendah biaya yang diperlukan
untuk memproses dan menghasilkan informasi (Owusu-Ansah, 1998). Menurut Popova et al.
(2013) perusahaan dewasa memiliki dua motivasi untuk mengungkapkan informasi selengkap
mungkin kepada investor, yaitu: (i) perusahaan dewasa memerlukan investor untuk terus
menanamkan modal pada perusahaan , dan (ii) perusahaan dewasa harus menjaga reputasi
dan kredibilitas mereka.
22
Sebaliknya, Owusu-Ansah (1998) menjelaskan bahwa perusahaan muda seringkali
menemui kendala dalam usahanya memberikan informasi kepada investor. Kendala tersebut
antara lain adalah (i) perusahaan muda kurang memiliki keunggulan kompetitif sehingga
mereka cenderung membatasi pemberian informasi, (ii) biaya untuk mendapatkan, mengolah,
dan menyampaikan informasi menjadi hambatan bagi perusahaan muda untuk menyampaikan
informasi secara lengkap, (iii) perusahaan muda masih belum memiliki track record sehingga
menyulitkan mereka untuk bergantung pada opini publik. Atas dasar hal tersebut, maka
hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2
: Umur Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang penting karena
Profitabilitas menunjukkan karakteristik utama dalam mengukur kesuksesan kinerja
manajemen (Alanezi & Albuloushi, 2010). Profitabilitas bisa diukur dengan menggunakan
return on equity (ROE) yaitu dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas (Bova
& Pereira, 2012). Tingkat Profitabilitas yang tinggi akan memotivasi manajemen untuk
mengungkapan lebih banyak informasi dengan harapan hal ini akan mempertinggi bonus
yang akan mereka terima (Inchausti, 1997). Selain itu, perusahaan dengan profitabilitas yang
tinggi memiliki insentif untuk menunjukkan kepada publik bahwa mereka memiliki kinerja
yang baik sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan modal dari investor. (Foster
dalam (Rusiti dan Kurniawan, 2013)). Oleh karena itu, semakin tinggi profitabilitas
perusahaan, semakin luas pula Pengungkapan Wajib yang diberikan perusahaan. Atas dasar
hal tersebut, hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
H3
: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib
23
Leverage
Leverage menunjukkan seberapa jauh aset perusahaan didanai dengan menggunakan
kewajiban (Popova et al., 2013). Leverage juga bisa menunjukkan proporsi antara kewajiban
dan ekuitas yang digunakan perusahan dalam rangka mendapatkan aset (Alanezi &
Albuloushi, 2010). Leverage memiliki hubungan positif dengan seberapa luas perusahaan
harus mengungkapkan informasi dalam laporan keuangannya (Bruslerie & Gabteni; Karim &
Ahmed, 2005; & Omar & Simon 2011). Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang
tinggi akan menghadapi risiko gagal dalam melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu,
perusahaan tersebut cenderung akan menyampaikan informasi yang lebih lengkap dalam
laporan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya keagenan karena
manajemen bisa memberikan informasi untuk meyakinkan kreditor jangka panjang bahwa
perusahaan mampu untuk melunasi kewajibannya (Ahmed & Courtis, 1999; Omar & Simon,
2011; Wallace et al., 1994). Scipper dalam Setiawan (2001) menyatakan bahwa informasi
wajib diperlukan oleh pemegang obligasi untuk menghilangkan keraguan mereka terhadap
kemungkinan tidak terpenuhinya hak-hak pemengang obligasi. Oleh karena itu, hipotesis
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4
: Leverage berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan diukur dengan menbagi nilai buku saham dengan harga
pasar saham (Bova & Pereira, 2012). Perusahaan yang pertumbuhannya baik akan berusaha
untuk meningkatkan transparansi kinerja mereka dengan mematuhi Pengungkapan Wajib
yang disyaratkan oleh badan regulasi. Hal ini dilakukan karena semakin transparan
perusahaan dalam mengungkapkan informasi maka semakin rendah biaya pendanaan
eksternal (Easley & O’Hara, 2004). Oleh karena itu, hipotesis yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah:
24
H5
: Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib
Kualitas Auditor
Auditor eksternal memiliki peran untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Audit
yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh auditor pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) besar yang termasuk dalam ketegori The Big Four (Barako et al., 2006; Mutawaa,
2010). KAP yang masuk dalam kelompok tersebut antara lain: Deloitte Touche Tohmatsu,
PricewaterhouseCoopers, Ersnt & Young, dan KPMG. KAP tersebut berusaha menjaga nama
baik mereka dengan cara memberikan audit dengan tingkat independensi yang tinggi dan
mempersyaratkan tingkat kepatuhan terhadap standar akuntansi termasuk kepatuhan dalam
memberikan pengungkapan yang lebih ketat (Wulandari & Djuminah, 2013). Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh The Big Four akan memiliki
tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dalam mengungkapkan informasi wajib dibandingkan
dengan perusahaan yang diaudit oleh selain The Big Four (Fathi, 2013; Matoussi &
Chakroun, 2008; & Xiao et al., 2004). Atas dasar hal tersebut maka hipotesis penelitian yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
H6
: Kualitas Auditor berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib
Kepemilikan Asing
Kepemilikan Asing ditandai dengan persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh
investor asing (Bova & Pereira, 2012). Investor asing seringkali menghendaki agar
perusahaan mengungkapkan informasi selengkap mungkin dibandingkan dengan investor
domestik. Kemungkinan investor domestik menghadapi asimetri informasi lebih kecil karena
domisili investor domestik sama dengan manajemen perusahaan. Asimetri informasi yang
terjadi bisa salah satunya disebabkan oleh kendala bahasa (Huafang & Jianguo, 2007). Selain
itu, investor asing di pasar domestik bisa berfungsi sebagai pengawas eksternal sehingga
perusahaan yang memiliki investor asing cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak
25
informasi (Ho & Taylor, 2013). Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki investor asing
seharusnya memiliki tingkat kepatuhan Pengungkapan Wajib yang tinggi (Bova & Pereira,
2012). Dengan demikian, hipotesis yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
H7
: Kepemilikan Asing berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib
Listing Status
Perusahaan yang terdaftar pada bursa efek harus mematuhi peraturan pasar modal
yang ditetapkan oleh badan regulasi. Salah satu peraturan tersebut adalah adanya kewajiban
bagi listed companies untuk mengungkapkan informasi pada tingkatan yang telah ditetapkan.
Perusahaan bisa berpartisipasi hanya pada pasar modal domestik. Akan tetapi, ada juga
perusahaan yang selain tercatat pada pasar modal domestik juga tercatat pada pasar modal
asing. Perusahaan pada kategori kedua menurut studi dari Cooke (1991) dan Khanna et al.
(2004) berkorelasi positif dengan tingkat kepatuhan dalam menyediakan Pengungkapan
Wajib. Perusahaan yang tercatat pada pasar modal domestik dan pasar modal asing akan
menghadapi tekanan yang lebih besar dalam usahanya untuk mengungkapkan informasi.
Akan tetapi, tekanan ini akan meningkatkan efisiensi pasar tempat perusahaan tercatat. Oleh
karena itu, perusahaan yang mengungkapkan informasi kepada pasar modal asing hanya
mengalami sedikit kenaikan biaya marjinal daripada jika perusahaan tersebut hanya bermain
di pasar modal domestik (Meek et al., 1995). Atas dasar teori dan hasil penelitian relavan,
maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
H8
: Listing Status berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib
2.3 Stock Return
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat dari kepatuhan
perusahaan dalam mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh standar akuntansi.
Menurut Samsul (2008) kebijakan pemerintah akan mempengaruhi Stock Return. Salah satu
26
kebijakan yang ditetapkan pemerintah adalah kebijakan agar perusahaan memiliki tingkat
kepatuhan tinggi dalam memberikan Pengungkapan Wajib. Beberapa penelitian sebelumnya
memberikan hasil bahwa luas Pengungkapan Penuh berkorelasi positif dengan Nilai
Perusahaan (Popova et al., 2013). Nilai perusahaan dalam hal ini diukur dengan proksi Stock
Return dan menunjukkan bagaimana harga pasar saham bereaksi terhadap informasi yang
disampaikan oleh perusahaan. Perusahaan yang menyampaikan informasi pada batas minimal
yang disyaratkan oleh badan regulasi akan mampu mengeliminir asimetri informasi dengan
investor. Selain itu, perusahaan yang mengungkapkan informasi mendetail biasanya adalah
perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Pasar akan bereaksi dengan adanya good news
yang disampaikan perusahaan dan hal ini ditandai dengan naiknya harga pasar saham.
Kenaikan harga saham akan meningkatkan Stock Return. Oleh karena itu, hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah
H9 : Luas Pengungkapan Wajib berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Berdasarkan karakteristik masalahnya, penelitian ini merupakan penelitian asosiatif.
Penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2011) adalah penelitian dimana rumusan masalah
yang diambil memiliki sifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini akan terdiri dari dua bagian besar, yaitu (i) mengetahui determinan dari Pengungkapan
Wajib yang dilakukan perusahaan, dan (ii) mengetahui manfaat yang muncul dari
Pengungkapan Wajib yang diberikan perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian bagian
pertama, variabel dependennya adalah Pengungkapan Wajib. Variabel independennya berupa
Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan,
Kualitas Auditor, Kepemilikan Asing dan Listing Status. Selanjutnya pada penelitian bagian
kedua, Pengungkapan Wajib akan menjadi variabel independen dan Stock Return akan
menjadi variabel dependen.
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengungkapan Wajib
Pengungkapan Wajib adalah informasi yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia untuk disampaikan perusahaan kepada investor. Untuk mengukur tingkat
kepatuhan perusahaan dalam memberikan Pengungkapan Wajib digunakan IFRS
Presentation and Disclosure Checklist yang diterbitkan oleh Deloitte. Checklist ini telah
banyak digunakan dalam berbagai penelitian mengenai luas Pengungkapan Wajib,
misalnya Al Mutawaa & Hewaidy (2010); Prawinandi et al. (2013). Utami et al. (2013);
28
Informasi yang wajib diungkapkan berbasis pada PSAK hasil adopsi IFRS, yang terdiri
dari:
Tabel 2 Jumlah Butir dalam Pengungkapan Wajib
Standar
Judul
Jumlah Butir yang
Diungkapkan
PSAK 13 (IAS 40)
Properti Investasi
25
PSAK 16 (IAS 16)
Aset Tetap
28
PSAK 30 (IAS 17)
Sewa
21
PSAK 19 (IAS 38)
Aset Tidak Berwujud
15
PSAK 48 (IAS 36)
Penurunan Nilai Aset
39
Jumlah
128
Sumber: Deloitte
Pendekatan yang digunakan untuk mengukur skor butir yang diungkapkan
perusahaan menggunakan unweighted approach. Pendekatan ini diambil karena penelitian
ini berasumsi bahwa setiap butir yang diungkapkan perusahaan memiliki peranan yang
sama penting bagi rata-rata pemakai laporan keuangan (Akhtaruddin, 2005; Wallace,
1988). Penelitian ini berfokus pada seluruh pemakai laporan keuangan sehingga
unewighted approach layak digunakan. Berdasarkan pendekatan ini, setiap butir yang
diungkapkan perusahaan akan diberi skor atas dasar skor dikotomis. Skor 1 diberikan jika
perusahaan mengungkapkan setiap butir yang disyaratkan pada standard. Sebaliknya, skor
0 diberikan jika pengungkapan butir yang dipersyaratkan tidak dilakukan oleh perusahaan.
Jika butir tersebut tidak diterapkan pada perusahaan maka diberi keterangan NA (Not
Applicable). Unweighted approach merupakan perbandingan antara total butir yang
diungkapkan perusahaan dengan total maksimum butir yang dapat diungkapkan
perusahaan
29
TD =
d
dimana d = 1 jika butir d1 diungkapkan; 0 jika butir d1 tidak diungkapkan; n = jumlah
butir yang diungkapkan.
Kelemahan dari unweighted approach adalah perusahaan akan mendapatkan skor 0
jika suatu butir tidak diungkapkan padahal ada kemungkinan suatu butir tidak
diungkapkan karena butir tersebut memang tidak diterapkan dalam perusahaan. Untuk
mengatasi masalah ini, Owusu-Ansah (1998) menggunakan unweighted approach dengan
indeks relatif. Indeks relatif telah banyak dilakukan pada penelitian-penelitian
sebelumnya, antara lain: Akhtaruddin (2005); Cooke (1989); Inchausti (1997); OwusuAnsah (1998); Wallace & Naser (1995); Wallace et al. (1994). Penggunaan indeks relatif
mengharuskan agar peneliti melakukan investigasi jika terdapat butir yang tidak
diungkapkan apakah perusahaan memang benar tidak mengungkapkannya ataukah butir
tersebut memang tidak diterapkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan indeks relatif
maka jumlah butir yang diungkapkan perusahaan dibagi dengan jumlah maksimal skor
yang dapat dicapai perusahaan (Aljafiri, 2008).
Dimana
=
=
∑
∑
TI
= Total indeks pengungkapan
TD
= Total skor pengungkapan
M
= Skor pengungkapan maksimum setiap perusahaan
d
= Pengungkapan butir i
m
= Jumlah aktual pengungkapan butir yang relavan pada setiap perusahaan
m
= Jumlah butir yang dapat diungkapkan oleh perusahaan
30
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan diukur
dengan logaritma total aset perusahaan (Alanezi & Albuloushi, 2010).
3. Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah lamanya waktu perusahaan beroperasi sejak perusahaan tersebut
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Umur perusahaan diukur dengan menggunakan proksi
berapa tahun perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Alanezi & Albuloushi, 2010;
Haniffa & Cooke, 2002).
4. Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan modal sendiri. (Arifin, 2004). Profitabilitas
diukur dengan menggunakan Return on Equity. Berikut ini adalah formula yang digunakan
untuk mengukur ROE (Arifin, 2004)
5. Leverage
ℎ
=
ℎ
Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aset perusahaan
didanani dengan menggunakan utang atau modal sendiri (Arifin, 2004). Leverage diukur
dengan menggunakan Debt to Equity (DER), dimana menurut Arifin (2004) formulanya
adalah sebagai berikut:
6. Pertumbuhan Perusahaan
=
Pertumbuhan Perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan proksi book to
price per share ration (B/P). Formula yang digunakan untuk menghitung B/P adalah:
31
=
ℎ
ℎ
ℎ
(Bova & Pereira, 2012)
7. Kualitas Auditor
Kualitas Auditor adalah kemampuan auditor untuk mengutamakan independensi dan
menguji kepatuhan perusahaan dalam menyampaikan informasi minimum yang
disyaratkan dalam PSAK. Kualitas auditor diukur dengan dummy variable yaitu skor 1
jika perusahaan diaudit oleh KAP yang masuk kategori the big four dan skor 0 untuk
perusahaan yang diaudit selain oleh KAP yang masuk kategori the big four (Al Mutawaa
& Hewaidy, 2010; Utami et al., 2013; Wulandari & Djuminah, 2013). KAP di Indonesia
yang berafiliasi dengan the big four antara lain
a. KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PricewaterhouseCoopers)
b. KAP Purwantono, Suherman, & Surja (Ernst & Young)
c. KAP Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte Touche Tohmatsu)
d. KAP Siddharta & Widjaja (KPMG)
(Rustiti & Kurniawan, 2013).
8. Kepemilikan Asing
Kepemilikan Asing adalah proporsi saham yang dimiliki oleh investor asing. Kepemilikan
Asing (FOREIGN) diukur dengan formula sebagai berikut:
=
ℎ
ℎ
(Bova & Pereira, 2012)
9. Listing Status
Listing Status dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dummy variable yaitu
skor 1 untuk perusahaan yang listing di pasar modal domestik dan pasar modal asing serta
skor 0 untuk perusahaan yang listing di pasar modal domestik (Arcay & Vazquez, 2005).
32
10. Stock Return
Stock Return adalah tingkat laba dari investasi saham (Gitman & Joehnk, 2008). Stock
Return diukur dengan formula di bawah ini:
dimana
Pt
=
−
+
= Harga investasi sekarang
Pt-1 = Harga investasi periode lalu
Dt
= Dividen kas sekarang
(Jogiyanto, 2010; Popova et al., 2013)
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2013. Pemilihan perusahaan
manufaktur didasarkan pada pendapat dari Utami et al. (2013) yaitu: (i) perusahaan
manufaktur memiliki kecenderungan untuk menyampaikan lebih banyak pengungkapan
kepada pemakai laporan keuangan, dan (ii) perusahaan manufaktur memiliki basis investasi
yang luas karena dalam proses operasinya mengandalkan modal dari investor untuk
mendapatkan aset tetap. Pemilihan periode penelitian mencakup tahun 2012 dan 2013 karena
kedua periode tersebut merupakan tahun-tahun pertama dimana konvergensi penuh IFRS
diterapkan di Indonesia.
Sampel menurut Sugiyono (2011) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ditentukan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
33
1. Perusahaan termasuk dalam kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indoneasia selama tahun 2012-2013.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan selama tahun 2012-2013.
3. Perusahaan membagikan dividen selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2012-2013.
4. Perusahaan mempublikasikan data terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian selama tahun 2012-2013.
3.4 Teknik Analisis Data
Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas,
uji heteroskedastisitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Berikut adalah
penyampaian dari masing-masing uji tersebut.
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara yang digunakan yaitu dengan
analisis grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal. Jika grafik histogram menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika grafik
histogram memberikan pola distribusi yang menceng ke kiri atau ke kanan dan tidak
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Imam Ghozali, 2011).
2.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokesdastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
34
baik adalah homokesdastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas. Ada atau tidaknya
heteroskesdastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
terikat
yaitu
ZPRED
dengan
residualnya
SRESID.
Deteksi
ada
tidaknya
heteroskesdastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Dasar analisis yang
digunakan, yaitu:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskesdastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterosesdastisitas (Iman Ghozali, 2011).
3.
Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah
benar atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Uji Lagrange Multiplier.
Jika nilai c2 hitung > c2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan model linier ditolak
(Iman Ghozali, 2011).
4.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat
dari nilai tolerance dan lawannya serta nilai variance inflation factor (VIF).
Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau nilai VIF ≥ 10 (Imam Ghozali,
2011).
35
5.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t – 1 (Imam Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi bisa
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Dasar yang dipergunakan
untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi menurut Sunyoto (2007) adalah:
a. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2).
b. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan 2 (-2 ≤ DW ≤ 2).
c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas 2 (DW ≥ 2)
Uji Hipotesis: OLS Regresi
Persamaan OLS Regresi di bawah ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 sampai
dengan hipotesis 8.
DISC = α + β1SIZE + β2AGE + β3ROE + β4DER + β5B/P + β6AUDITOR + β7 FOREIGN +
β8 LISTING + ε
dimana
DISC
= Pengungkapan Wajib
SIZE
= Ukuran Perusahaan
AGE
= Umur Perusahaan
ROE
= Return on Equity
DER
= Debt to Equity
B/P
= Book to Price Ratio
AUDITOR = Kualitas Auditor
FOREIGN = Kepemilikan Asing
LISTING
= Listing Status
α
= Konstanta
36
β1 – β8
= Koefisien Regresi
ε
= Standar Kesalahan
Sedangkan persamaan OLS Regresi untuk menguji hipotesis 9 adalah:
RETURN
= α + β1DISC + β2 ROE + β3 DER + β4 M/B + β5 PER + ε
dimana
RETURN
= Stock Return
DISC
= Pengungkapan Wajib
ROE
= Return on Equity
DER
= Debt to Equity
M/B
= Market to Book Ratio
PER
= Price Earning Ration
α
= Konstanta
β1 – β5
= Koefisien Regresi
ε
= Standar Kesalahan
Variabel independen dalam persamaan tersebut adalah Pengungkapan Wajib, sedangkan
return on equity, debt to equity, market to book ratio, dan price earning ratio merupakan
variabel kontrol. Pemilihan variabel kontrol tersebut didasarkan atas studi sebelumnya yang
memberikan hasil bahwa pengumuman laporan keuangan perusahaan akan mempengaruhi
Stock Return (Samsul, 2008).
Pengambilan kesimpulan ditentukan dari kriteria berikut ini:
1.
Jika tingkat sig t < α = 0,05 maka hipotesis penelitian didukung
2.
Jika tingkat sig t > α = 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak
37
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Elsalam, O.H., & Weetman, P. (2003). Introducing international accounting standards
to an emerging capital market: Reletive familiarity and language effect in Egypt. Journal of
International Accounting, Auditing, and Taxation, 12(1), 63-84.
Adina, P., & Ion, P. (2008). Aspect regarding corporate mandatory ad voluntary disclosure.
Annals of the University of Oradea: Economic Science, 3 (1), 1407-1411.
Ahmed, K., & Courtis, J.K. (1999). Associations between corporate characteristics and
disclosure levels in annual reports: A meta-analysis. British Accounting Review, 31(1), 35-61
Ahmed, K., & Nicholls, D. (1994). The impact of non-financial characteristics on mandatory
disclosure compliance in developing countries: The case of Bangladesh. International
Journal of Accounting, 19(3), 62-77.
Akhtaruddin, M. (2005). Corporate mandatory disclosure practices in Bangladesh. The
International Journal of Accounting, 40, 399-422.
Alanezi, F.S., & Albuloushi, S.S. (2010). Does the existence of voluntary audit committees
really affect IFRS-required disclosure? The Kuwait evidence. International Journal of
Disclosure and Governance, 8 (2), 148-173.
Ali, M., Ahmed K., & Henry, D. (2004). Disclosure compliance with national accounting
standard by listed companies in South Asia. Accounting and Business Research, 34(3), 183199.
Aljifri, K. (2008). Annual report disclosure in a developing country: The case of the UAE.
Advances in Accounting, Incorporating Advances in International Accounting, 24, 93-100.
Al-Mutawaa, A., & Hewaidy, A.M. (2010). Disclosure level and compliance with IFRS: An
empirical investigation of Kuwaiti companies. The International Business and Economics
Research Journal, 9(5).
Arcay, M.R.B., & Vazquez, M.F.M. (2005). Corporate characteristics, governance rules and
the extent of voluntary disclosure in Spain. Advances in Accounting, 21, 299-331.
Ball, R., & Foster, G. (1982). Corporate financial reporting: A methodological review of
empirical research. Journal of Accounting Research, 20 (Suppl), 161-234.
Barako, D., Hancock, P., & Izan, H. Factors influencing voluntary corporate disclosure by
Kenyan companies. Corporate Governance: An International Review, 14 (2), 107-125.
Benjamin, T.Y., An-Yeung, P.K., Kwok, M.C.M., & Lau, L.W.C. (1990). Non compliance
with disclosure requirements in financial statement: The case of Hongkong companies. The
International Journal of Accounting, 25, 99-112.
Bova, F., & Pereira, R. (2012). The determinants and consequences of heterogeneous IFRS
compliance levels following mandatory IFRS adoption: evidence from a developing country.
Journal of International Accounting Research, 11 (1), 83-111.
38
Chau, G.K., & Gray, S.J. (2002). Ownership structure and corporate voluntary disclosure in
Hong Kong and Singapore. International Journal of Accounting, 37(2), 247-265.
Chau, G.K., & Gray, S.J. (2010). Family ownership, board independence, and voluntary
disclosure: evidence from Hong Kong. Journal of International Accounting, Auditing, and
Taxation, 19, 93-109.
Choi, F. (2005). International Accounting. New Jersey: Prentice Hall.
Clamente, A.G., & Labat, B.N. (2005). Corporate governance mechanism and voluntary
disclosure: the role of independent directors in the boards of listed Spanish firms.
http://www.ucm.es/centros/cont/descargas/document16048.pdf. 9 Mei 2011
Cooke, T.E. (1989). Disclosure in the corporate annual report of Swedish companies.
Accounting and Business Research, 19 (74), 113-124.
Cooke, T.E. (1989). Voluntary corporate disclosure by Swedish companies. Journal of
International Financial Management and Accounting. 1(2): 171-195.
Cooke, T.E. (1991). An assessment of voluntary disclosure in the annual report of Japanese
corporations. The International Journal of Accounting, 26, 174-189.
Dahawy, K. (2009). Company characteristics and disclosure level: the case of Egypt.
International Research Journal of Finance and Economics, 34, 194-208.
Darrough, M.N. (1993). Disclosure policy and competition: Cournot vs Bertrand. The
Accounting Review, 68(3), 534-561.
Depoers, F. (2000). A cost-benefit study of voluntary disclosure: Some empirical evidence
from French listed companies. The European Accounting Review, 9 (2), 245-263.
Easlay, D., & O’hara, M. (2004). Information and the cost of capital. Journal of Finance, 59,
1553-1583.
Etrredge, M.K., Johnstone, M.S., & Wang, Q. (2010). The effect of company size, corporate
governance quality, and bad news on disclosure compliance. Review of Accounting Studies,
forthcoming, 1-34.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, J.L., & Joehnk, M.D. (2008). Fundamentals of Investing. USA: Pearson Education
Inc.
Glaum, M., & Street, D.L. (2003). Compliance with the disclosure requirements of
Germany’s new market: IAS versus US GAAP. Journal of international Financial
Management and Accounting. 14(1): 64-100.
Graham, J.R., Harvey, C.R., & Rajgopal, S. (2005). The economic implications of corporate
financial reporting. Journal of Accounting and Economics, 40, 3-73.
Gray, S.J., & Vint, H.M. (1995). The impact of culture on accounting disclosures: some
international evidence. Asia Pasific Journal of Accounting, 21, 33-43.
39
Haniffa, R., & Cooke, T. (2002). Culture, corporate governance and disclosure in Malaysian
corporations. Abacus, 38(3), 317-349.
Healy, P.M., & Palepu, K.G. (2001). Information asymmetry, corporate disclosure, and the
capital market: A review of the empirical disclosure literature. Journal of Accounting and
Economics, 31, 405-440.
Healy, P.M., Hutton, A.P., & Palepu, K.G. (1999). Stock performance and intermediation
change surrounding sustained increases in disclosure. Contemporary Accounting Research,
Fall, 485-520.
Ho, P.L., & Taylor, Grantly. (2013). Corporate governance and different types of voluntary
disclosure: Evidence from Malaysian listed companies. www.emeraldinsight.com/01140582.htm
Huafang, X., & Jianguo, Y. (2007). Ownership structure, board composition and corporate
voluntary disclosure: evidence from listed companies in China. Managerial Auditing Journal,
22(6), 604-619
Inchausti, B.G. (1997). The influence of company characteristics and accounting regulations
on information disclosed by Spanish firms. The European Accounting Review. 1(1), 45-68
Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, agency costs,
and ownership structure. Journal of Financial Economics. 3(3), 305-360.
Jogiyanto. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Karim, A.K.M.W., & Ahmed, J.U. (2005). Determinants of IAS disclosure compliance in
emerging economics: Evidence from exchange-listed companies in Bangladesh. Working
Paper, 21, Victoria University of Wellington.
Kent, P., & Stewart, J. (2008). Corporate governance and disclosure of the transition to
international financial reporting standards. Journal of Accounting & Finance, 48(4), 649-671.
Khanna, T., Palepu, K.G., & Srinivasan, S. (2004). Disclosures practices of foreign
companies interacting with US markets. Journal of Accounting Research, 42 (2), 475-508.
Lang, M.H., & Lundhol, R.J. (1993). Cross-sectional determinants of analysis ratings of
corporate disclosure. Journal of Accounting Research, 31(2), 246-271.
Latridis, G. (2008). Accounting disclosure and firms’ financial attributes: Evidence from the
UK Stock Market. International Review of Analysis, 17, 219-241.
Leuz, C., & Verrecchia, R.E. (2000). The economic consequences of increased disclosure.
Journal of Accounting Research, 38, 91-124.
Malone, D., Fries, C., & Jones, T. (1993). An empirical investigation of the extent of
corporate financial disclosure in the oil and gas industry. Journal of Accounting, Auditing,
and Finance, 8(3), 249-273.
Marston, C.L., & Shrives, P.J. (1991). The use of disclosure indices in accounting research: A
review article. British Accounting Review, 23(23), 195-210.
40
McKinnon, J.L., & Dalimunthe, L. (1993). Voluntary disclosure of segmen information by
Australian diversified companies. Accounting and Finance, 33(1), 33-50.
Meek, G.K., Roberts, C.B., & Gray, S.J. (1995). Factors influencing voluntary annual report
disclosures by US, UK, and continental European multinational corporation. Journal of
International Business Studies. 26(3), 555-572.
Naser, K. (1998). Comprehensiveness of disclosure of non-financial companies listed on the
Amman financial market. International Journal of Commerce and Management. 8(1), 88119.
Nurkhayati, D., & Probohudono, A.N. (2013). Pengaruh corporate governance terhadap
voluntary disclosure (studi pada perusahaan BUMN di Indonesia). Simposium Nasional
Akuntansi XVI.
Omar, B., & Simon, J. (2011). Corporate aggregate disclosure practice in Jordan. Advances in
Accounting, incorporating Advances in International Accounting, 27, 166-186.
Owusu-Ansah, S. (1998). The impact of corporate attributes on the extent of mandatory
disclosure and reporting by listing companies in Zimbabwe. International Journal of
Accounting, 33(5), 605-631.
Owusu-Ansah, S., & Yeoh, J. (2005). The effect of legislation on corporate disclosure
practices. Abacus, 41(1), 92-109.
Prayogi. (2003). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela
laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Thesis.
Universitas Diponegoro.
Prawinandi, W., Suhardjanto, D., & Triatmoko, H. (2012). Peran struktur corporate
governance dalam tingkat kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia.
Rusiti, Ch., & Kurniawan, Y.A. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi luas
pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi XVI.
Samsul, M. (2008). Pasar Modal dan Manajemen Portfolio. Jakarta: Erlangga.
Singhvi, S.S., & Desai, H.B. (1971). An empirical analysis of the quality or corporate
financial disclosure. The Accounting Review, 46(1), 120-138.
Simbolon, H.A. (2011). Perkembangan konvergensi PSAK ke IFRS.
http://akuntansibisnis.wordpress.com/2011/01/06/perkembangan-konvergensi-psak-ke-ifrs/
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, D. (2007). Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat: Ringkasan dan Kasus. Sleman:
Amara Books.
Tsalavoutas, I., & Evans, L. (2010). Comparison of two methods for measuring compliance
with IFRS mandatory disclosure requirements. Journal of Applied Accounting Research, 11
(3), 213-228.
41
Utami, W.D., Suhardjanto, D., & Hartoko, S. (2012). Investigasi dalam konvergensi IFRS di
Indonesia: Tingkat kepatuhan pengungkapan wajib dan kaitannya dengan mekanisme
corporate governance. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.
Wallace, R.S.O. (1987). Disclosure of accounting information in developing countries: A
case study of Nigeria. Unpublished PhD Thesis. University of Exter. UK.
Wallace, R.S.O. (1988). Corporate financial reporting in Nigeria. Accounting and Business
Research, 18(72), 352-362.
Wallace, R.S.O., & Naser, K. (1995). Firm-spesific determinants of comprehensiveness of
mandatory disclosure in the corporate annual reports of firms on the stock exchange of
Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy, 14, 311-368.
Wallace, R.S.O., Naser, K., & Mora, A. (1994). The relationship between the
comprehensiveness of corporate annual reports and firm characteristics in Spain. Accounting
and Business Research, 25(97), 41-53.
Wulandari, R., & Djuminah. (2013). Pengaruh struktur kepemilikan dan jenis KAP terhadap
tingkat kepatuhan pengungkapan wajib risiko keuangan: corporate governance sebagai
variabel moderasi (studi empiris perbankan yang terdaftar di BEI). Simposium Nasional
Akuntansi XVI
Yulianti, I., & Probohudono, A.N. (2013). Studi komparasi praktik IFRS disclosure
compliance di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Australia. Simposium Nasional Akuntansi
XVI.
42
RENCANA BIAYA PENELITIAN
Biaya Operasional
Penyusunan Proposal
Rp
50.000,00
Operasional seminar proposal
Rp
100.000,00
Operasional Pengambilan Data
Rp 4.650.000,00
Penyusunan Laporan
Rp
200.000,00
Operasional seminar hasil
Rp
250.000,00
Total Biaya Operasional
Rp 5.250.000,00
Honorarium
Rp 2.250.000,00
Total Biaya
Rp 7.500.000,00
43
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi:
1. Nama
2. NIP
3. Tempat/Tgl. Lahir
4. JenisKelamin
5. Agama
6. Status
7. Alamat
: Abdullah Taman, SE. MSi. Ak
: 19630624 199001 1 001
: Pemalang, 24 Juni 1963
: Laki-laki
: Islam
: Kawin (mempunyai tiga anak)
: Tapan RT 06 RW 01, No. 30 Purwomartani,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571
Telp.: +62 0274 586168 ext. 835
E-mail: [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan
Tempat Pendidikan
Lulus Tahun
1
SD
SD Kebondalem I Pemalang
1975
2
SMP
SMP Negeri I Pemalang
1979
3
SMA
SMA Negeri I Yogyakarta
1982
4
PendidikanTinggiS1 Jurusan Akuntansi Fak Ekonomi
UGM
S2
1988
Akuntansi Fakultas Ekonomi UGM
C. Riwayat Pelatihan
No
Nama Pelatihan
Penyelenggara,
Tempat
1999
Lama
Pelatihan
Tahun
3 bulan
1994
5 hari
1995
1.
Pelatihan PEKERTI
UNY Yogyakarta
2.
Pelatihan Akuntansi dan
Anggaran PTN
DIKTI, Malang
3.
The Spoken English Course
Charles Sturt
University, Mitchell –
IKIP Yogyakarta,
Yogyakarta
5 minggu
1996
4.
Pelatihan PDETC (Pre
Departure English Training
Program Pascasarjana
IKIP Malang
6 bulan
19951996
44
Course)
5.
PelatihanPenulisanKaryaIlmiah DIKTI, Jakarta
di Jurnal
5 hari
1999
6.
PelatihanKeuangan Negara
DIKTI, Malang
5 hari
2000
7.
PelatihanKeuangan Negara
DIKTI, Bandung
5 hari
2001
8.
Training of Trainer (TOT)
PelatihanTechnopreneurship
DIKTI, Yogyakarta
5 hari
2009
9.
Pelatihandan Workshop
ManajemenPerguruanTinggi
UNY, Yogyakarta
3 hari
2012
D. RiwayatPekerjaan (Pendidikan,Pengajaran, danManajemen)
NO JENIS JABATAN
NAMA JABATAN
PERIODE
1.
JabatanFungsional
Lektor
TMT, 1 Juni
2004
2.
Pangkat&Golongan
Penata / III c
TMT, 1 Juni
2004
3.
JabatanStruktural
Ketua Program StudiAkuntansi,
FISE, UNY
2004 – 2006
4.
StafPengajar di
Mata Kuliah (Jumlah SKS)
UniversitasNegeriYogyakarta
1.
2.
3.
4.
5.
6.
STMIK “AKAKOM”
Yogyakarta
Univ.
TeoriAkuntansi (3 SKS)
Ak. Keu. Menengah (3 SKS)
KeuanganInternasional (3 SKS)
Manajemn Treasury (3 SKS)
AkuntansiPajak (3 SKS)
AkuntansiInternasional (3
SKS)
7. PPL 1 / Micro Teaching (1
SKS)
8. PPL 2 / KKN-PPL (4 SKS)
9. Skripsi / TugasAkhir (6 SKS)
1. Ak. KeuanganDasar (3 SKS)
2. Ak. KeuanganMenengah (3
SKS)
3. Ak. KeuanganLanjutan (3
SKS)
4. ManajemenProjek (2 SKS)
1. Perpajakan (3 SKS)
1991 –
sekarang
1991 – 2004
1993 –1995
45
NO
JENIS JABATAN
NAMA JABATAN
PERIODE
WidyaMataramYogyakarta
AkademiAkuntansiWidyaWiw
aha
Politeknik PPKP
5.
Lain-lain
1. AkuntansiInternasional (3
SKS)
2. Ak. KeuanganLanjutan (3SKS)
1. Ak. KeuanganDasar (3 SKS)
2. Ak. KeuanganMenengah (3
SKS)
3. TeoriAkuntansi (3 SKS)
Staf Kursus Akuntansi IKIP
Yogyakarta
1999 – 2003
KetuaKursusManajemendanAkun
tansi (ABMC) Univ. Negeri
Yogyakarta
1999 – 2001
Anggota Tim
VerifikasiKeuangandanBarang
IKIP Yogyakarta
1999
Staf Ahli Pembantu Rektor II
UNY
2000
PemimpinProjekPeningkatan
UNY (P2T)
2001 – 2004
KetuaInternal Audit pada WSPK
(salahsatupusatpenelitian di
LembagaPenelitian UNY)
2002 – 2003
Anggota Tim Pengembang Unit
Usaha UNY
2005
StafAhliPembantuRektor II UNY
2005 – Feb.
2010
Anggota Tim Badan Hukum
Pendidikan (BHP) UNY
2005
Anggota Tim Monitoring dan
Evaluasi Keuangan UNY
2005 –2009
Koordinator Sistem Akuntansi
Instansi, UNY
2005 – 2009
Anggota Tim Penjamin Mutu
2006
1997 – 2004
1991 – 1998
46
NO
JENIS JABATAN
NAMA JABATAN
PERIODE
UNY
Anggota Pengembangan UNY
dengan IDB-Loan
2006 – 2009
Anggota Tim Penjaminan Mutu
FISE UNY
2007 – 2009
Ketua Tim Badan Layanan Umum 2008
(BLU) UNY
Sekretaris Tim Sistem Akuntansi
dan Internal Audit UNY
2009
Koordinator Bidang Keuangan
Tim Pengembang UNY
2009
Sekretaris Jurusan Pendidikan
Akuntansi
2011 –
sekarang
Anggota Tim Audit Internal,
Kantor Audit Internal (KAI) UNY
2011
Ketua Tim Penyusun Buku
Pedoman Audit Operasional KAI
2011
Anngota Tim Satuan
Pengendalian Instansi Pemerintah
(SPIP), KAI UNY
2012 –
sekarang
E. Kegiatan Penelitian
No Tahun
JudulPenelitian
Sumber
Jumlah
Jumlah
Dana
Dana (Rp)
Anggota
1.
1999
PengaruhInformasiAkuntansiTerh
adapKeputusanInvestasi di Pasar
Modal Indonesia
Swadana
--
1
2.
2004
Pengaruh EVA dan ROA
TerhadapHargaSaham
UNY
1.500.000
1
3.
2004
Asosiasi Budget Partisipatif
Dengan Kinerja
UNY
3.000.000
4
47
No
Tahun
JudulPenelitian
Sumber
Jumlah
Jumlah
Dana
Dana (Rp)
Anggota
4.
2005
ReaksiPasar Modal
UNY
TerhadapPengumumanKenaikanH
arga BBM
2.500.000
1
5.
2005
Strategi Peer Lesson dan
Rehearsal Practice Pairs
DalamPembelajaranBerbasisKom
petensi Mata
KuliahAkuntansiPerpajakanPada
Mahasiswa Program
StudiPendidikanAkuntansi PDU
FIS UNY
UNY
3.000.000
3
6.
2008
Penerapan Desain, Teknik, dan
Finishing Dalam Peningkatan
Mutu Produksi Keramik di
UMKM “Tunas Asri Keramik”
Bantul, Yogyakarta.
IPTEKD
A LIPI
144.000.000
4
7.
2008
AsosiasiAntaraLabadanArusKasT
erhadapHargaSaham:
BuktiEmpirispada Perusahaan
Keuangan di Bursa Efek
Indonesia.
UNY
3.000.000
1
8.
2009
PengendalianRisikoTunnelingpad
aTransaksi Merger
&AkuisisidanMekanisme
Corporate
Governance:BuktiEmpirispadaGr
upBisnis di
DPPM
DIKTI
30.000.000
2
Hibah
Fundame
ntal DIKTI
30.000.000
1
Indonesia danJepang
9.
2013
Adaptasi Aplikasi Game Theory
Dalam Bidang Akuntansi
48
F. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
No
Tahun
JudulKegiatan
Penyelenggara
Jumlah
Dana (Rp)
1.
2005sekarang
Pembina
DinasPendidikanda
OlimpiadeSainsNasional (OSN) nOlah Raga Kota
BidangEkonomiuntuk
Kota danProvinsi
Yogyakarta dan Prov. DIY
2.
2005
PelatihanKewirausahaandanLife
UNY
Skill
DevelopmentBerbasisSistemBagi
MudaMudiKarangTarunaDusunPucang
Anom, Wedomartani, Ngemplak,
Sleman
3.
2007
Pembina
OlimpiadeSainsNasional (OSN)
BidangEkonomiuntukKabupaten
Sleman
DinasPendidikanKa
b. Sleman
4.
2008
Pembina
OlimpiadeSainsNasional (OSN)
BidangEkonomiuntukKabupaten
Purworejo
DinasPendidikanKa
b. Purworejo
5
2008
PelatihanAkuntansiSektorPublikb
agi Guru-Guru Akuntansi se-DIY
(MGMP-Akuntansi DIY)
MGMP Akuntansi
DIY
6.
2009
Pembina
OlimpiadeSainsNasional (OSN)
BidangEkonomiuntuk Kota
Magelang
DinasPendidikanKa
b. Magelang
7.
2010
PelatihanPenyusunanLaporanAru
sKasbagi Guru SMK Negeri
1,Pengasih
KKN PPL
G. Lain-lain
No Tahun
1
1988
Uraian
Register Akuntan Negara NomorD-7316
3.000.000
Penyelenggara
Departemen
49
Keuangan R.I.
2.
2011
Lulus
PendidikandanPelatihanSertifikasiAkuntanPublik
Tingkat PemeriksabagiKeuangan Negara
Pusdiklat BPK RI
(No Sertifikat 581/DPK/KAP/JKT/2011)
3.
2011
PenyajimakalahpadaKonferensiInternasional, The
Asia-Pacific Conference on Educational
Management and Leadership, denganjudul:
Accounting in Asia Pacific Region: Hofstede-Gray
Theory
Universitas
Sultan Idris,
Malaysia
4.
2012
Anggota Chartered Accountant (C.A) dari Ikatan
Akuntan Indonesia
Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI)
Denganinisayamenyatakanbahwainformasi
yang
kualifikasi, danpengalamansayadengansesungguhnya.
sayatulisinimenerangkankeadaan,
Yogyakarta, 27 Maret 2014
Abdullah Taman, SE. MSi. Ak
NIP.19630624 199001 1
50
CURRICULUM VITAE
A. Identitas
1. Nama, Gelar, dan NIP
: Andian Ari Istiningrum, M.Com
NIP 19800902 200501 2 001
2. Tempat & Tanggal lahir
: Yogyakarta & 2 September 1980
3.
: Lektor 300
Jabatan fungsional
4. Pangkat,Gol/Ruang
: Penata Muda Tk 1 / IIIb
5. Mata Kuliah/bidang Ilmu
: Akuntansi Pengantar
6. Jurusan/Fakultas
: Pendidikan Akuntansi/Ekonomi
7. Alamat
: Padokan Lor, Tirtonirmolo, Bantul
8. HP
: 081806491980
9. Email
: [email protected]
B. Riwayat Pendidikan.
No.
Universitas/Institut
Program
Bidang Ilmu
Tahun
lulus
(S1, S2, S3)
1.
Universitas Gadjah Mada
S1
Akuntansi
2004
2.
Universitas Negeri Yogyakarta
S1
Pendidikan Matematika
2006
3.
The University of Queensland
S2
Commerce in
Professional
Accounting
2010
C. Mata kuliah yang diampu.
No
Mata kuliah
Tahun
Strata
1.
Matematika Bisnis
2005 s/d sekarang
S1
2.
Matematika Ekonomi
2005 s/d sekarang
S1
3.
Akuntansi Pengantar 1 dan 2
2006 s/d sekarang
S1 dan D3
4.
Praktikum Akuntansi Pengantar
2006 s/d 2007
D3
5.
Analisis Laporan Keuangan
2006 s/d sekarang
S1
51
6.
Teori Akuntansi
2007 s/d 2008
S1
7.
Studi Kelayakan Bisnis
2007 s/d sekarang
S1 dan D3
8.
Statistik
2006
S1
9.
Akuntansi Manajemen
2008
D3
10
Akuntansi Keuangan Menengah 1 dan 2
2011 s/d 2013
S1
11
Bahasa Inggris
2011 s/d sekarang
S1 dan D3
D. Training, Short Visit, dan sejenisnya
1. Pelatihan Penulisan Proposal PPM Program DPPM untuk Dosen FISE-UNY pada
tanggal 7 Maret 2011 oleh FISE UNY.
2. Pelatihan Introduction To ICT-Based English Language Teaching pada tanggal 1 4 Maret 2011 oleh Higher Learning International.
3. Pelatihan Auditor Kantor Audit Internal UNY pada tangal 9 April 2011 oleh Kantor
Audit Internal UNY.
4. TOT Pendirian Business Center untuk Dosen pada tanggal 1-2 Oktober 2011 oleh
EEC UNY.
5. Pelatihan Peningkatan Layanan Kinerja Dosen dan Pegawai di Lingkungan FIS dan
FE UNY pada tanggal 29 Oktober 2011 oleh FIS dan FE UNY.
6. Pendidikan dan Pelatihan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah bagi pegawai
Instansi Vertikal se-Wilayah DIY pada tanggal 24 – 28 Oktober 2011 oleh BPKP.
7. Pelatihan Dosen Pembimbing Lapangan KKN-PPL pada tanggal 19 April 2011 oleh
LPMP UNY.
8. Pelatihan Peningkatan Kualitas Auditor SPI UNY 2012 Dalam Bidang Pengadaan
Barang dan Jasa pada tanggal 23 Juni 2012 oleh SPI UNY.
E. Karya ilmiah dalam jabatan/pangkat terakhir, yang relevan dengan Bidang Ilmu.
1. Artikel: “ The Importance of Moving to International Financial Reporting
Standards for Indonesian Companies ”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia
Volume IX Nomor 1 Tahun 2011. ISSN 0853 – 9472.
52
2. Artikel : “Implementasi Penilaian Risiko Dalam Menunjang Pencapaian Tujuan
Instansi Pendidikan” , Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Volume IX No. 2
Tahun 2011. ISSN 0853 - 9472
3. Penelitian : “ Analisis Profitabilitas Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Manajemen
Hotel (Studi Kasus UNY-Hotel Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, Volume IX No. 2 Tahun 2011. ISSN 0853 – 9472
4. Artikel : “Experiential Learning in Introducing IFRS at Universities in Indonesia”,
Jurnal Economia, Volume 8 Nomor 1 Tahun 2012.
F. Pengabdian kepada masyarakat dalam jabatan/pangkat terakhir.
1. Evaluator Keefektifan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang pada CV
Artha Yogyakarta, bulan November – Desember 2011.
2. Pelatihan Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap Dalam Pembelajaran
Akuntansi Keuangan Bagi Guru-Guru Akuntansi Keuangan pada SMK Mitra UNY
di DIY.
3. Pelatihan Akuntansi UMKM Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Untuk
Meningkatkan Kinerja Keuangan UMKM
4. Pelatihan Penentuan Harga Pokok Penjualan bagi UMKM
G. Kegiatan seminar ilmiah/ lokakarya/ workshop/ pegelaran/ pameran/
peragaan dalam jabatan/pangkat terakhir, yang relevan dengan Bidang Ilmu.
1. Workshop Audit Command Language pada tanggal 20 – 24 Juni 2011 oleh Badan
Audit Internal Universitas Negeri Semarang.
2. Workshop Pengembangan Kantor Audit Internal UNY pada tanggal 14 Mei 2011
oleh Kantor Audit Internal UNY.
3. Workshop on How to Write Journal Articles in English pada tanggal 26 Juli 2011
oleh Board of Journal Education YSU Research Institute.
4. Lokakarya Penulisan Artikel Ilmiah pada tanggal 10 Oktober 2011 oleh FISE UNY.
5. Seminar Ilmiah Peningkatan Kualitas Lulusan Pendidikan Akuntansi dan
Kontribusinya terhadap Pembangunan Karakter pada tanggal 10 September 2011
oleh FISE UNY.
53
6. Diskusi Ilmiah dan Temu Ilmiah Membangun Jaringan Alumni untuk Membentuk
Lulusan yang Kompeten dan Berkarakter pada tanggal 6 Mei 2012 oleh FE UNY
H. Tugas tambahan yang pernah di pegang:
1. Pemimpin Redaktur Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia periode 2011 –
sekarang
2. Anggota Redaktur Jurnal Nominal periode 2012 - sekarang
3. Bendahara 2 Jurusan Pendidikan Akuntansi FE UNY periode 2012 – sekarang
4. Auditor Ad Hoc Satuan Pengendalian Intern UNY periode 2011 – sekarang
5. Tim penyusun pedoman Sistem Pengendalian Intern Pemerintah untuk UNY –
2011.
6. Tim penyusun pedoman Penulisan Tugas Akhir Skripsi Untuk Mahasiswa Prodi
Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional – 2012
Dengan ini saya menyatakan bahwa informasi di atas sesuai dengan kondisi saya
sesungguhnya.
Yogyakarta, 2 April 2014
Andian Ari Istiningrum, M.Com
NIP 19800902 200501 2 001
54
CURRICULUM VITAE
I.
Nama
IDENTITAS
: Mahendra Adhi Nugroho
NIP
: 198311202008121002
Pangkat / golongan
: Penata muda Tk II / IIIb
Pekerjaan
: Dosen Akuntansi FISE, UNY
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 20 November 1983
Alamat
: Jl. Rajawali II/28 Manukan, Condong Catur, Depok,
Sleman, Yogyakarta. 55283
No telepon
: (0274) 886 025 / 081 328 443 576
E-mail
: [email protected] / [email protected]
Blog
: blog.uny.ac.id/mahendra
II.
Jenjang
PENDIDIKAN FORMAL
Nama sekolah
Jurusan
SD
SD Marsudirini Yogyakarta
-
1996
SLTP
SLTP Negri 6 Yogyakarta
-
1999
SMU
SMU N 11 Yogyakarta
-
2002
S1
Universitas Islam Indonesia
Akuntansi
S2
Universitas Gadjah Mada
Ilmu Akuntansi Konsentrasi 2008
Sistem Informasi
III.
No
1
2006
PELATIHAN, SEMINAR DAN LOKAKARYA
Nama Pelatihan
Tahun
Tempat
Lokakarya Peningkatan Kinerja
Tenaga Akademik
28-29 mei
2011
Tahun lulus
Malang
Penyelenggara
FISE UNY
55
2
Pelatihan Fotografi Jurnalistik
25 Mei
2011
FISE UNY
FISE UNY
3
Pelatihan Penulisan Proposal
PPM Progam DPPM untuk
Dosen FISE-UNY
7 Maret
2011
FISE UNY
FISE UNY
4
Pelatihan Academic Speaking
5
Seminar “Public Finance
Management Reform In
Indonesia And EU Countries:
Achievements And Lessons”
29 April
2010
Hotel Phoenix,
Yogyakarta
Delegasi Uni Eropa
di Indonesia Dan
Pusat Studi Asia
Psifik Universitas
Gadjah Mada
6
Orientasi Pengembangan
Pembimbing Kemahasiswaan
(OPPEK)
23 – 25
Oktober
2009
Kaliurang,
Kemahasiswaan
UNY
IV.
No
Oktober
2010
P3B UNY
P3B UNY
Yogyakarta
HASIL PENELITIAN / KARYA TULIS PUBLIKASI
Tahun
Judul
Publikasi
1
2013
2
2012
Pengaruh Technology Readiness
Terhadap Penerimaan Teknologi
Komputer Pada UMKM Di
Yogyakarta
Correlations of Attitude to Avoid
Sharing Risk and Trust with
Informal Knowledge Sharing
Ket.
Penelitian
Fakultas
(Anggota)
International Journal
of Economics
Business and
Management Studies
Artikel
Ilmiah
3
2012
Konsep Teori dan Tinjauan Kasus
Etika Bisnsis PT dirgantara
Indonesia
Jurnal Economia
Volume 8, No. 1
Artikel
Ilmiah
4
2011
Audit Lingkungan TI: Prespektif
dan Dampak pada Proses Secara
Komprehensif
Jurnal pendidikan
Akuntansi Indonesia,
Vol. IX No 1
Artikel
Ilmiah
5
2011
Teknologi Knowledge
Management: Peran TI dalam
Informasi: Kajian
maslah Pendidikan
Artikel
Ilmiah
56
No
Tahun
Judul
Publikasi
Pengelolaan Knowledge
dan Ilmu Sosial
Ket.
6
2011
Pengaruh Sikap Menghindari
Risiko Sharing dan Knowledge
Self-Efficacy terhadap Informal
Knowledge Sharing pada
Mahasiswa FISE UNY
--
Penelitian
Fakultas
(Anggota)
7
2011
Influence of Librarian Service
Quality on Academic Library ECatalog Use
Journal of Education
Volume 4 Number
01, November 2011
8
6-8
Oktober
2010
Does Computer Anxiety Has
Effects On Academic Library
Electronic Catalogue Success?
International Business Artikel
Education Journal
Ilmiah
Vol. 3 Issue Number
1 (2010)
9
2010
Strategi Pemberdayaan Ekonomi
Melalui Life Skill Education
Sebagai Usaha Pengentasan
Kemiskinan Bagi Komunitas
Waria Di Kotamadya Yogyakarta
--
Penelitian
Stratnas
(Anggota)
10
2010
Pengaruh Pemanfaatan Teknologi
Informasi Terhadap Kualitas
Pelayanan Pegawai Administrasi
Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan
Pegawai Administrasi Terhadap
Kepuasan Mahasiswa Di
Lingkungan FISE UNY
--
Penelitian
Fakultas
(Anggota)
11
15 Maret,
2010
Mengamankan Akun FB Anda
Tajuk DIGITAL
harian Kedaulatan
Rakyat
Artikel
Populer
12
Desember,
2009
Model Penerimaan E-Commerce
Jurnal pendidikan
Akuntansi Indonesia,
Vol. VII No 2
Jurnal
Ilmiah
13
Mei, 2008
Kesuksesan Katalog Elektronik
Perpustakaan Akademik:
Pengaruh Ketakutan Komputer
Pemakai dan Kualitas Pelayanan
Pustakawan dengan Kualitas
Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia,
Vol. 11 No 2
(terakreditasi)
Jurnal
Ilmiah
57
No
Tahun
Judul
Publikasi
Ket.
Sistem dan Kualitas Informasi
Sebagai Variabel Kendali
V.
No
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
Judul
Tempat
Tahun
Dana
Ket
1
Pelatihan Kewirausahaan Bagi
Santri Pondok Pesantran
Darush Shalihat Sebagai Upaya
Menumbuhkan Jiwa
Kewirausahaan dan Menggali
Ide Usaha Baru
Pondok
Pesantren
Darush
Shalihat
2012
DIPA FE
UNY
Anggota
2.
Pelatihan Akuntansi UMKM
bagi Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) untuk
Meningkatkan Kinerja
Keuangan Perusahaan
Dekaranas
DIY
2012
DIPA FE
UNY
Anggota
3
Pelatihan PowerPoint Untuk
Guru
SMA
Negeri 1
Sewon
Bntul
20
Agustus
2011
mandiri
Pemateri
4
Penyuluhan Kewirausahaan
Dusun Tumbrem
Salam
Magelang
24 Juli
2011
Mandiri
Pemateri
5
Penyuluhan Kewirausahaan
Dusun Tegalarung
Duhun,
magelang
23 Juli
2011
Mandiri
Pemateri
6
Seminar Membangun Blog
Menggunakan Wordpress.com
SMA Piri 1
Yogyakarta
16 Juli
2011
Mandiri
Pemateri
7
Pelatiah Audit Internal
KOPMA UNY
Kopma
UNY
24 Juni
2011
Mandiri
Pemateri
8
Pelatihan Pengolahan Data
Statistik dengan Menggunakan
SPSS bagi Mahasiswa
Akuntansi untuk Meningkatkan
Kualitas Karya Ilmiah
Mahasiswa
FISE UNY
2010
DIPA FISE
UNY
Anggota
9
Pelatihan MYOB Accounting
SMK
2010
Mandiri
Pemateri
58
No
Judul
Tempat
di SMK YPKK 2 Sleman
10
Tahun
Dana
Ket
YPKK 2
Sleman
Penyuluhan Kewirausahaan:
Semin
Motivasi Berwirausaha Sebagai Gunung
Jembatan Menuju Perbaikan
Kidul
2010
Mandiri
Pemateri
Ekonomi
II.
DIKTAT/BUKU YANG DITERBITKAN
No
1
III.
Judul
Modul Pembelajaran: Accounting
Information System
Tahun
2011
Tempat/Penerbit
FE UNY
TUGAS TAMBAHAN YANG DIPEGANG
1. Tim Adhoc pencermat dokumen Kantor Audit Internal UNY tahun 2010 - Sekarang
2. Pembimbing Kemahasiswaan Prodi Akuntansi UNY Oktober 2010 – sekarang
3. Rerporter redaksi Website FISE UNY 2011
4. Redaktur Jurnal Economia 2012 - Sekarang
5. Redaktur e-Journal Prodi P. Akuntansi 2012-sekarang
6. Kepala divisi Pelatihan Puskom UNY 2013 – sekarang
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat sesuai dengan keadaan sebenarnya
Yogyakarta, 31Maret 2014
Mahendra Adhi Nugroho
NIP 198311202008121002
59
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama
NIP
Jabatan Fungsional
Tempat/Tgl. Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Telp/HP
Email
: Endra Murti Sagoro, M.Sc.
: 19850409 201012 1 005
: Asisten Ahli
: Bantul, 9 April 1985
: Laki-Laki
: Islam
: Siyangan Rt01 Triharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta
: 085643183614
: [email protected]
Latar Belakang Pendidikan
Jenjang
Nama Lembaga Pendidikan
Jurusan
Tahun Lulus
SD
SDN Ngabean
-
1997
SMP
SMPN 1 Pandak
-
2000
SMA
SMAN 1 Bantul
-
2003
S1
Universitas Negeri Yogyakarta
Pendidikan Akuntansi
Januari 2007
S1
STIE Adhy Niaga
Akuntansi
November
2007
S2
Universitas Gadjah Mada
Akuntansi
Oktober 2009
Pengalaman Mengajar
Mata Kuliah
Prodi
Tahun
Akuntansi UMKM dan Koperasi
Pendidikan Akuntansi
2010 - sekarang
Akuntansi UMKM dan Koperasi
Akuntansi
2010 - sekarang
Akuntansi UMKM dan Koperasi
Pendidikan Ekonomi
2012 - sekarang
Akuntansi UMKM dan Koperasi
Manajemen
2012 - sekarang
60
Akuntansi Keuangan Menengah II
Pendidikan Akuntansi
2010 - sekarang
Akuntansi Keuangan Menengah II
Akuntansi
2010 - sekarang
Akuntansi Keuangan Lanjutan I
Akuntansi
2010 - sekarang
Akuntansi Keuangan Lanjutan
Pendidikan Akuntansi
2010 - sekarang
Akuntansi Pengantar
Pendidikan Akuntansi
2010 - sekarang
Bisnis Pengantar
Pendidikan Akuntansi
2010 - sekarang
Bidang Keahlian
- Akuntansi Keuangan
- Akuntansi UMKM dan Koperasi
- Bisnis dan Kewirausahaan
Kegiatan Penelitian
No
1.
Tahun
2007
Judul Penelitian
Pengaruh Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah,
Lingkungan Masyarakat, dan Motivasi Siswa terhadap Kesiapan
Siswa dalam Penggunaan Internet sebagai Media Pembelajaran
Akuntansi pada Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi
SMK YPKK 2 Sleman Tahun Ajaran 2006/2007.
Analisis Sistem Akuntansi Piutang pada PT Bank BTPN
Yogyakarta.
Pengaruh Kecemasan Bahasa, Kecemasan Internet, Efikasi Diri
Bahasa, dan Efikasi Diri Internet terhadap Niat Keperilakuan
untuk Menggunakan Internet sebagai Investasi dengan Variabel
Pemoderasi Toleransi Risiko.
Evaluasi Prestasi Belajar Mahasiswa Program Kelanjutan Studi
Jurusan Pendidikan Akuntansi Ditinjau dari IPK D3 dan Asal
Perguruan Tinggi.
2.
2007
3.
2009
4.
2011
5.
2012
Analisis Tindakan Korupsi Pembelajaran Mata Kuliah Akuntansi
pada Mahasiswa FE UNY
6.
2012
Studi Eksplorasi Model Pendidikan Kewirausahaan di SMK di
Daerah Istimewa Yogyakarta
61
7.
2013
Dampak ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dan ASEANIndia Free Trade Area (AIFTA) terhadap Kinerja Keuangan
Industri Kreatif di Yogyakarta
8.
2013
Needs Assesment Terhadap Program Pendidikan Calon Guru
Akuntansi FE UNY
9.
2013
Pengaruh Technology Readiness Terhadap Penerimaan
Teknologi Komputer pada UMKM di Yogyakarta
Kegiatan Pengabdian
No
1.
Tahun
2009
2.
2009
3.
2010
4.
5.
2010
2010
6.
2011
7.
8.
9.
2011
2011
2011
10.
2011
11.
2012
12.
2012
13.
2012
14.
2012
15.
2013
16.
2013
Judul Kegiatan
Pelatihan Pembuatan Aplikasi Laporan Keuangan bagi UKM dengan
Microsoft Excel
Pelatihan Pembuatan Aplikasi Laporan Keuangan bagi UKM dengan
Microsoft Excel
Seminar Pembelajaran Akuntansi yang Menarik bagi Mahasiswa
Pendidikan Akuntansi.
Seminar Akuntansi pada Usaha Kecil Menengah
Seminar Pengembangan Usaha bagi Masyarakat untuk Mencapai
Kebebasan Finansial bagi Warga Kecamatan Temon
Penyuluhan Manajemen Keuangan Keluarga bagi Warga Dusun
Sempon
Seminar Strategi Belajar Akuntansi bagi Siswa SMKN 1 Yogyakarta
Pelatihan Kewirausahaan bagi Siswa SMAN 7 Yogyakarta
Pelatihan Strategi Pemulihan Ekonomi Pasca Erupsi Merapi bagi
Warga Kelurahan Argomulyo
Pelatihan Manajemen Keuangan dan Pembuatan Proposal Usaha
untuk Dosen-Dosen Pengampu Mata Kuliah Kewirausahaan UNY
Pelatihan Akuntansi UMKM bagi UMKM Dekranas Kota
Yogyakarta
Penyuluhan Kewirausahaan “Inovasi dan Pemasaran Produk” bagi
Warga Bendogede II, Sumbergiri, Ponjong
Penyuluhan Kewirausahaan “P-IRT dan Strategi Pengembangan
Home Industry” di Kepuh, Dadap Ayu, Semanu
Penyuluhan Kewirausahaan dan UMKM bagi Warga Desa Selang
Wonosari
Pelatihan Pembentukan dan Pengelolaan Keuangan Koperasi bagi
Kelompok Usaha (KU) Desa Tirtohargo untuk Peningkatan
Kesejahteraan Anggota
Pelatihan Penentuan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok
Penjualan guna Mencapai Keefektifan dan Efisisensi UMKM
62
Buku dan Diktat
No
1.
2.
3.
Tahun
2009
2010
2013
Judul Buku/Diktat
Diktat Akuntansi Keuangan Menengah II
Buku Akuntansi UMKM dan Koperasi
Buku Ajar Kewirausahaan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Dan apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Yogyakarta, 1 Maret 2014
Peneliti,
Endra Murti Sagoro, M.Sc.
NIP. 198504092010121005
63
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Atik Fajaryani
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 13 Juni 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Gandekan RT04 Guwosari Pajangan Bantul D.I. Yogyakarta 55751
Nomor HP
: 085643775838
Pendidikan
:
TK
TK Masyitoh Dukuh
1998-1999
SD
SD Negeri Tegaldowo Bantul
1999-2005
SMP
SMP Negeri 2 Bantul
2005-2008
SMK
SMK Negeri 1 Bantul
2008-2011
Perguruan Tinggi
Universitas Negeri Yogyakarta
2011-sekarang
Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang saya terangkan dalam Riwayat Hidup tersebut
menggambarkan kondisi saya yang sesungguhnya.
Yogyakarta, 2 April 2014
Atik Fajaryani
64
65
Download