Proposal Penelitian Kelompok Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Wajib pada PSAK Adopsi IFRS dan Dampaknya terhadap Stock Return Oleh Abdullah Taman, M.Si, Ak Andian Ari Istiningrum, M.Com Mahendra Adhi Nugroho, M.Sc Endra Murti Sagoro, M.Sc Atik Fajaryani JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 1 LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN KELOMPOK 1. Judul Penelitian : Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Wajib pada PSAK Adopsi IFRS dan Dampaknya terhadap Stock Return 2. Ketua Penelitian a. Nama Lengkap dan Gelar : Abdullah Taman, M.Si, Ak b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP : 19630624 199001 1 001 d. Golongan : Penata, III/c e. Jabatan Fungsional : Lektor f. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Pendidikan Akuntansi 3. Jumlah Tim Peneliti : 5 orang a. Ketua : 1 orang b. Anggota : 4 orang 4. Lokasi Penelitian : Fakultas Ekonomi, UNY 5. Jangka Waktu Pelaksanaan : 6 bulan Yogyakarta, 2 April 2014 Ketua Tim Abdullah Taman, M.Si, Ak NIP 19630624 199001 1 001 Mengetahui Dekan FE UNY Dr. Sugiharsono, M.Si NIP 19550328 198303 1 002 Ketua Jurusan Pendidikan Akuntansi Sukirno, M.Si, Ph.D NIP 19690414 199403 1 002 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengungkapan Wajib oleh perusahaan terus menjadi isu penting dalam dunia bisnis selama beberapa periode. Pengungkapan Wajib menjadi faktor penting yang dapat meminimalisir asimetri informasi antara pemakai utama laporan keuangan, seperti pemegang saham, kreditor, analis keuangan, dan konsultan keuangan, dengan manajemen perusahaan. (Cooke, 1989). Para pemakai laporan keuangan menginginkan manajemen perusahaan untuk memberikan informasi selengkap mungkin sehingga informasi tersebut relevan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Pengungkapan Wajib secara signifikan menentukan keefektifan fungsi pasar modal (Akhtaruddin, 2005). Semakin luas informasi yang disampaikan perusahaan kepada investor, semakin efektif pula pasar modal. Pengungkapan informasi dipandang sebagai cara bagi perusahaan untuk memasarkan saham, meningkatkan reputasi, dan meminimalisir biaya modal (Meek, Roberts, & Gray,1995). Di sisi lain, Pengungkapan Wajib diharapkan dapat mengangkat citra perusahaan. Pengungkapan Wajib berdasarkan penelitian Popova et al. (2013) memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian tersebut diukur dengan menggunakan Stock Return. Penelitian tersebut oleh karena itu bisa menjadi pertimbangan bagi investor dalam membuat keputusan investasi mengingat Stock Return sulit diprediksi oleh investor. Di Indonesia sendiri Stock Return juga sulit diprediksi. Hal ini dapat dilihat dari Stock Return pada perusahaan manufaktur yang cenderung tidak stabil selama periode 2008-2009. Stock Return perusahaan manufaktur mengalami penurunan sebesar 70,63% dan pada tahun berikutnya naik tajam sebesar 55,29%. Walaupun Pengungkapan Wajib secara teoritis dan empiris telah terbukti memberikan manfaat bagi perusahaan, masih banyak perusahaan yang memiliki tingkat 3 kepatuhan rendah dalam memberikan informasi wajib kepada pemakai laporan keuangan. Tingkat kepatuhan perusahaan manufaktur di Indonesia dalam memberikan Pengungkapan Wajib yang disyaratkan oleh badan regulasi ternyata baru mencapai skor 72% (Utami et al., 2013). Hasil ini masih di bawah kriteria dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepamlk) yang mensyaratkan agar perusahaan memiliki tingkat kepatuhan 100% dalam memberikan Pengungkapan Wajib yang diminta dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Penelitian lain memberikan hasil tidak jauh berbeda. Menurut Prawinandi et al. (2013) tingkat kepatuhan perusahaan jasa dalam mengungkapkan informasi wajib hanya sekitar 69%. Kasus lain di Indonesia mengenai ketidakpatuhan perusahaan dalam memberikan Pengungkapan Wajib terjadi pada PT Petromine Energy yang merupakan anak perusahaan PT Bakrie & Brothers, Tbk. Menurut Prayogi (2003) dalam Prawinandi et al. (2013), perusahaan tersebut tidak mengungkapkan pendapatan dari jasa penyediaan bahan bakar kepada AKR Corporindo senilai Rp 1,37 triliun dengan menggunakan beban pokok pendapatan sebesar Rp 8 triliun. Akibat dari kasus ini, perusahaan mendapatkan sanksi dari Bapepamlk sebesar Rp 4 miliar. Pengungkapan Wajib sendiri didefinisikan sebagai aspek dan informasi yang harus dikomunikasikan perusahaan kepada pihak yang berkepentingan sebagai konsekuensi dari persyaratan yang diharuskan oleh badan regulasi di suatu negara (Adina & Ion, 2008). Beberapa penelitian sebelumnya memberikan hasil bahwa karakteristik perusahaan secara signifikan mempengaruhi luas Pengungkapan Wajib yang disampaikan oleh perusahaan. Karakteristik perusahaan tersebut meliputi Ukuran Perusahaan (Akhtaruddin, 2005; Ali, Ahmed & Henry, 2004; Benjamin et al., 1990; Cooke, 1989; Wallace 1987, Wallace & Naser, 1995), tipe manajemen (Wallace, 1987), Listing Status (Cooke, 1989; Glaum & Street, 2003; Inchausti, 1997; Malone, Fries, & Jones, 1993), tipe industri (Cooke, 1989; Nasser, 4 1998), Leverage (Malone et al., 1993; Latridis, 2008; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005), jumlah pemegang saham (Malone et al., 1993), Kualitas Auditor (Ahmed & Nicholls, 1994; Glaum & Street, 2003; Nasser, 1998), likuiditas (Wallace, Naser, & Mora 1994), Profitabilitas (Ali et al., 2004; Latridis, 1998; Nasser, 1998; Owusu-Ansah, 1998), Umur Perusahaan (OwusuAnsah, 1998), familiar dengan IFRS (Abd-Elsalam & Weetman, 2003), bahasa (Abd-Elsalam & Weetman, 2003), Pertumbuhan Perusahaan (Latridis, 2008), dan Kepemilikan Asing (Bova & Pereira, 2012). Beberapa penelitian mengenai karakteristik perusahaan memberikan hasil yang berbeda dengan hasil di atas dimana ada beberapa karakteristik perusahaan yang tidak berpengaruh terhadap luas Pengungkapan Wajib yang disampaikan perusahaan. Karakteristik perusahaan yang tidak mempengaruhi Pengungkapan Wajib antara lain Ukuran Perusahaan (Glaum & Street, 2003; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005); Umur Perusahaan (Akhtaruddin, 2005; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005), Profitabilitas ( Akhtaruddin, 2005; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005), Leverage (Ali at al., 2004); Kualitas Auditor (Ali et al., 2004; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005); tipe industri (Akhtaruddin, 2005), Listing Status (Wallace et al., 1994), Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib dan mengetahui manfaat Pengungkapan Wajib terhadap Stock Return. Penelitian kali ini dilakukan pada perusahaan manufaktur dengan beberapa alasan sebagai berikut: (i) perusahaan manufaktur memiliki kecenderungan untuk menyampaikan lebih banyak pengungkapan kepada pemakai laporan keuangan, dan (ii) perusahaan manufaktur memiliki basis investasi yang luas karena dalam proses operasinya mengandalkan modal dari investor untuk mendapatkan aset tetap (Utami et al., 2013). 5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Asimetri informasi cenderung merugikan pemegang saham, kreditur, analis keuangan dan konsultan keuangan. 2. Stock return cenderung tidak stabil sehingga sulit untuk diprediksi oleh investor. 3. Tingkat kepatuhan perusahaan dalam memberikan Pengungkapan Wajib masih di bawah kriteria yang ditetapkan oleh BapepamLk. 4. Masih muncul research gap pada beberapa penelitan sebelumnya mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib. 1.3 Batasan Masalah Dari beberapa faktor yang mempengaruhi luas Penungkapan Wajib, penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang masih terdapat perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumya, yaitu Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Kualitas Auditor, dan Listing Status. Sedangkan untuk dua faktor yang lain yaitu Pertumbuhan Perusahaan dan Kepemilikan Asing akan diteliti karena masih jarang penelitian mengenai pengaruh dua faktor tersebut terhadap luas Pengungkapan Wajib. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib? 2. Bagaimana pengaruh Umur Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib? 3. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap luas Pengungkapan Wajib? 4. Bagaimana pengaruh Leverage terhadap luas Pengungkapan Wajib? 6 5. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib? 6. Bagaimana pengaruh Kualitas Auditor terhadap luas Pengungkapan Wajib? 7. Bagaimana pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan Wajib? 8. Bagaimana pengaruh Listing Status terhadap Pengungkapan Wajib? 9. Bagaimana pengaruh luas Pengungkapan Wajib terhadap Stock Return? 1.5 Tujuan Penelitian Atas dasar rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib. 2. Mengetahui pengaruh Umur Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib. 3. Mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap luas Pengungkapan Wajin. 4. Mengetahui pengaruh Leverage terhadap luas Pengungkapan Wajib. 5. Mengetahui pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap luas Pengungkapan Wajib. 6. Mengetahui pengaruh Kualitas Auditor terhadap luas Pengungkapan Wajib. 7. Mengetahui pengaruh Kepemilikan Asing terhadap luas Pengungkapan Wajib. 8. Mengetahui pengaruh Listing Status terhadap luas Pengungkapan Wajib. 9. Mengetahui pengaruh luas Pengungkapan Wajib terhadap Stock Return. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam mengembangkan ilmu dan wawasan mengenai Pengungkapan Wajib terhadap item-item yang dipersyaratkan dalam PSAK adopsi IFRS. 7 b. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan empiris bagi penelitian-penelitian sejenis di kemudian hari. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan agar mengetahui tingkat kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan informasi wajib yang diminta dalam PSAK adopsi IFRS. b. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pemakai laporan keuangan mengenai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menetapkan tujuan terhadap perusahaan. Pemakai laporan keuangan dapat mempertimbangkan faktorfaktor tersebut untuk memprediksi kepatuhan perusahaan dalam memberikan Pengungkapan Wajib. c. Penelitian ini secara khusus diharapkan memberikan manfaat kepada investor untuk memprediksi Stock Return dengan mempertimbangkan luas pengungkapan yang diberikan oleh perusahaan. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengungkapan Wajib Pengertian Pengungkapan Wajib Pengungkapan merupakan sarana yang digunakan oleh manajemen perusahaan untuk memberi informasi kepada investor. Pengungkapan menurut Owusu-Ansah (1998) dan Wallace & Naser (1995) adalah komunikasi informasi ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan baik itu informasi keuangan maupun non keuangan, informasi kuantitatif maupun informasi lain yang mencerminkan posisi dan kinerja perusahaan. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan dapat berupa pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh organisasi, instansi, atau lembaga regulasi tertentu, seperti International Accounting Standard Board (IASB), Financial Accounting Standard Board (FASB), atau Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedangkan pengungkapan sukarela merupakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan di luar pengungkapan wajib yang sudah diberikan perusahaan (Popova et al., 2013). Sehubungan dengan adanya dua jenis pengungkapan yang dapat dilakukan oleh perusahaan, Akhtaruddin (2005) berpendapat bahwa investor harus berhati-hati ketika menemukan fakta bahwa pengungkapan wajib perusahaan sudah tidak relevan lagi dan manajemen mulai memberikan lebih banyak pengungkapan sukarela. Kehatian-hatian ini mutlak diperlukan karena pengungkapan sukarela seringkali lebih merupakan refleksi dari kepentingan pribadi manajemen dalam membuat kebijakan. Pengungkapan Wajib menurut Adina dan Ion (2008) merupakan keseluruhan aspek dan informasi yang harus dipublikasikan oleh perusahaan sebagai akibat dari diberlakukannya peraturan hukum, peraturan pasar modal ataupun peraturan standar akuntansi. Sedangkan, Popova et al. (2013) mendefinisikan Pengungkapan Wajib sebagai 9 informasi yang diharuskan oleh badan regulasi untuk disampaikan oleh perusahaan. Pengungkapan Wajib penting untuk dilakukan oleh perusahaan karena pengungkapan wajib merupakan sarana bagi perusahaan untuk memberi jaminan kepada investor bahwa sumber daya telah dialokasikan dengan efektif (Adina dan Ion, 2008). Selain itu, pengungkapan wajib juga bertujuan untuk menghindari adanya asimetri informasi antara perusahaan dengan investor (Adina dan Ion, 2008; Jensen dan Meckeling, 1976). Pengungkapan Wajib muncul sebagai konsekuensi dari munculnya peraturanperaturan dari badan regulasi di suatu negara (Healy & Palepu, 2001; Akhtaruddin, 2005). Manajemen pada dasarnya memiliki keinginan untuk menyembunyikan informasi dari investor (Darrough, 1993). Hal ini sejalan dengan Teori Keagenan yang menyatakan bahwa manajemen akan berusaha untuk memaksimalkan laba untuk kepentingan mereka sendiri. Manajemen sebagai pihak yang melaksanakan operasi harian perusahaan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengejar keuntungan pribadi, seperti bonus dan insentif yang tinggi dima kesemuanya ini akan merugikan investor (Alanezi dan Albuloushi, 2010; Healy & Palepu, 2001). Oleh karena itu, badan regulasi memaksa perusahaan untuk menyampaikan informasi pada tingkat minimal yang disyaratkan oleh badan regulasi dengan tujuan untuk memperkecil kesenjangan informasi antara manajemen dan investor (Healy, Hutton, & Palepu, 1999). Kadangkala, Pengungkapan Wajib yang disampaikan perusahaan tidak mencukupi kebutuhan investor. Pengungkapan sukarela, dalam kondisi seperti ini, bisa diberikan oleh perusahaan untuk menyampaikan informasi terbaik mengenai kondisi dan kinerja perusahaan kepada investor (Graham, Harvey, & Rajgopal, 2005; Healy & Palepu., 2001; Popova et al., 2013). Oleh karena itu, pengungkapan sukarela sebenarnya merupakan penyampaian informasi tambahan yang luasnya tergantung dari kebijakan manajemen, peraturan berlaku, 10 dan tekanan dari pihak luar seperti konsultan, analis keuangan, pasar modal, dan budaya (Popova et al., 2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Wajib Pada dasarnya ada tiga faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Wajib yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu: 1) Karakteristik perusahaan (Akhtaruddin, 2005; Ali et al., 2004; Cooke, 1989; Dahawi, 2009; Glaum & Street, 2003; Gray & Vint, 1995; Healy & Palepu 2001; Lang & Lundholm 1993; Latridis, 2008; Wallace & Naser 1995; Owusu-Ansah & Yeoh, 2005). Karakteristik perusahaan yang seringkali digunakan dalam penelitian sebagai variabel penelitian untuk memprediksi pengaruh terhadap Pengungkapan Wajib antara lain adalah ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, tipe industri, tipe auditor, listing status, dan umur perusahaan. 2) Karakteristik tata kelola perusahaan atau corporate gsovernance (Clemente & Labat, 2005; Ettredge et al., 2010; Haniffa & Cooke, 2005; Huafang & Jianguo, 2007; Ken & Stewart, 2008). Unsur utama dari tata kelola perusahaan adalah dewan komisaris dan komite audit ( Prawinandi et al., 2013). Oleh karena itu, karakteristik tata kelola perusahaan berdasarkan penelitian sebelumnya yang mempengaruhi Pengungkapan Wajib juga didasarkan pada keberadaan kedua badan tersebut, antara lain dewan komisaris, proporsi komisaris independen, latar belakang pendidikan komisaris utama, proporsi komisaris wanita, dan jumlah anggota komite audit. 3) Karakteristik pribadi manajemen perusahaan (Abd-Elsalam & Weeman, 2003; Haniffa & Cooke, 2002). Karakteristik pribadi manajemen perusahaan berdasarkan penelitian sebelumnya yang mempengaruhi Pengungkapan Wajib adalah suku bangsa manajemen dan kualifikasi manajemen. 11 Pengungkapan Wajib dalam IFRS Laporan keuangan yang telah diaudit merupakan salah satu sumber utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi kepada berbagai users (Chau & Gray, 2010; Marston & Shrives, 1991). Pengungkapan dilakukan pada catatan kaki laporan keuangan. Laporan keuangan hendaknya memiliki kualitas tinggi yang akan mempermudah investor untuk memahami dan membandingkan informasi yang ada di dalamnya (Choi, 2005). Untuk mencapai tujuan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memutuskan bahwa Indonesia menerapkan program konvergensi IFRS secara penuh sejak 1 Januari 2012. Proses konvergensi IFRS sendiri telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dan telah menghasilkan beberapa PSAK yang sudah mengadopsi IFRS. Tabel berikut menyajikan PSAK yang sudah diselaraskan dengan IFRS sejak tahun 2008. Tabel 1. PSAK yang Telah Konvergen dengan IAS/IFRS No PSAK Referensi Tanggal Efektif 1 PSAK 13 Properti Investasi IAS 40 1 Januari 2008 2 PSAK 16 Aset Tetap IAS 16 1 Januari 2008 3 PSAK 30 Sewa IAS 17 1 Januari 2008 4 PSAK 14 Persediaan IAS 2 1 Januari 2009 5 PSAK 26 Biaya Pinjaman IAS 23 1 Januari 2010 6 PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan IAS 32 1 Januari 2010 Pengungkapan 7 PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan IAS 39 1 Januari 2010 Pengukuran 8 PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan IAS 1 1 Januari 2011 9 PSAK 2 Laporan Arus Kas IAS 7 1 Januari 2011 12 10 PSAK 3 Laporan Keuangan Interim IAS 34 1 Januari 2011 11 PSAK 4 Laporan Keuangan Konsolidasian dan IAS 27 1 Januari 2011 Laporan Keuangan tersendiri 12 PSAK 5 Segmen Operasi IFRS 8 1 Januari 2011 13 PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak yang IAS 24 1 Januari 2011 Berelasi 14 PSAK 12 Bagian Partisipasi dalam Ventura IAS 31 1 Januari 2011 Bersama 15 PSAK 15 Investasi pada Entitas Asosiaso IAS 28 1 Januari 2011 16 PSAK 19 Aset Tak Berwujud IAS 38 1 Januari 2011 17 PSAK 22 Kombinasi Bisnis IFRS 3 1 Januari 2011 18 PSAK 23 Pendapatan IAS 18 1 Januari 2011 19 PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan IAS 8 1 Januari 2011 Estimasi Akuntansi dan Kesalahan 20 PSAK 48 Penurunan Nilai Aset IAS 36 1 Januari 2011 21 PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontijensi dan IAS 37 1 Januari 2011 Aset Kontijensi 22 PSAK 58 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki IFRS 5 1 Januari 2011 untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan 23 PSAK 8 Peristiwa Setelah Tanggal Neraca IAS 10 1 Januari 2012 24 PSAK 10 Pengaruh Perubahan Nilai Tukar IAS 21 1 Januari 2012 Valuta Asing 25 PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi IAS 11 1 Januari 2012 26 PSAK 46 Akuntansi Pajak Penghasilan IAS 12 1 Januari 2012 13 27 PSAK 24 Imbalan Kerja IAS 19 1 Januari 2012 28 PSAK 18 Akuntansi dan Pelaporan Program IAS 26 1 Januari 2012 Manfaat Purnakarya 29 PSAK 56 Laba per Saham IAS 33 1 Januari 2012 30 PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham IFRS 2 1 Januari 2012 31 PSAK 28 Akuntansi Kerugian IFRS 4 1 Januari 2012 32 PSAK 36 Akuntansi Minyak dan Gas Bumi IFRS 6 1 Januari 2012 Sumber: Simbolon (2011) Pengungkapan Wajib atas PSAK yang telah dikonvergensi ke IAS/IFRS mutlak dilakukan oleh perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketua Bapepam berdasarkan keputusan No. X.K.6 KEP-134/BL/2006 telah memutuskan bahwa perusahaan 100% diharuskan melaksanakan Pengungkapan Wajib sebagaimana yang telah disyaratkan dalam PSAK tersebut. Beberapa penelitian mengenai tingkat kepatuhan dalam mengungkapkan informasi wajib pada perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perusahaan dalam melaksanakan Pengungkapan Wajib masih di bawah kriteria 100%. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2010 memiliki tingkat kepatuhan Pengungkapan Wajib IFRS sebesar 72% (Utami et al., 2012). Dari beberapa PSAK yang digunakan dalam penelitian Utami et al. (2012), diperoleh hasil bahwa tingkat kepatuhan Pengungkapan Wajib paling rendah adalah Pengungkapan Wajib PSAK 30: Sewa (IAS 17) dengan tingkat kepatuhan sebesar 25%. Tingkat kepatuhan yang rendah juga ditemui pada PSAK 13 (IAS 40) tentang properti investasi dengan tingkat kepatuhan sebesar 58%. Oleh karena itu, penelitian kali ini akan memfokuskan pada Pengungkapan Wajib PSAK 30 (IAS 17) dan PSAK 12 (IAS 40) untuk mengetahui apakah telah terjadi peningkatan kepatuhan Pengungkapan Wajib oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Selain itu, penelitian kali ini akan difokuskan pada pengungkapan kategori aset tidak 14 lancar (aset tetap dan aset tidak berwujud) sehingga PSAK yang akan diulas adalah PSAK 16 tentang Aset Tetap (IAS 16), PSAK 19 tentang Aset Tak Berwujud (IAS 38) dan PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset (IAS 36). Pemilihan kategori aset tidak lancar didasarkan pada proporsi aset tidak lancar yang sangat signifikan pada perusahaan manufaktur sehingga dana dari investor lebih banyak dialokasikan pada usaha memperoleh aset tidak lancar. Oleh karena itu, investor sangat berkepentingan untuk mendapatkan informasi mengenai aset tidak lancar pada suatu perusahaan. Ankarath et al. (2010) mengemukakan bahwa IAS 16 mengenai aset tetap mengatur bahwa perusahaan harus memberikan Pengungkapan Wajib yang terdiri atas: 1. Dasar pengukuran untuk penentuan jumlah tercatat kotor. 2. Metode depresiasi. 3. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. 4. Jumlah yang tercatat kotor dan akumulasi depresiasi (keseluruhan dengan akumulasi kerugian karena penurunan nilai) pada awal dan akhir periode. 5. Penambahan 6. Aset yang diklasifikasikan sebagai yang tersedia untuk dijual. 7. Akuisisi melalui kombinasi bisnis. 8. Peningkatan dan penuruan akibat dari revaluasi dan dari rugi karena penurunan nilai dan yang dijurnal balik. 9. Depresiasi 10. Selisih nilai tukar bersih yang diakui menurut IAS 21 mengenai Dampak Perubahan dalam Kurs Mata Uang Asing. 11. Perubahan Lainnya. 12. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas hak kepemilikan. 13. Aset yang dijaminkan sebagai jaminan atas utang. 15 14. Aset dalam konstruksi. 15. Komitmen kontraktual atas akuisisi aset tetap. 16. Kompensasi atas aset yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan. Lebih lanjut Ankarath et al. (2010) menjelaskan bahwa jika metode revaluasi digunakan sebagai dasar penilaian aset tetap, maka Pengungkapan Wajib yang harus dilakukan oleh perusahaan meliputi: 1. Tanggal efektif penilaian. 2. Apakah penilai independen telah dilibatkan. 3. Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam penilaian nilai wajar. 4. Penjelasan mengenai nilai wajar yang diukur secara langsung berdasarkan harga yang dapat diamati dalam suatu pasar aktif, transaksi pasar terakhir yang wajar, atau diestimasi dengan menggunakan teknik lainnya. 5. Untuk setiap kelompok aset tetap yang direvaluasi, jumlah tercatat aset yang telah diakui jika kelompok aset tidak direvaluasi. 6. Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan setiap pembatasan atas distribusi kepada pemegang saham. Pengungkapan Wajib pada IAS 17 mengenai Sewa menurut Ankarath et al. (2010) untuk pihak yang menyewa (lessee) untuk katerogori finance lease meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Nilai tercatat bersih untuk setiap kelas aset pada tanggal pelaporan. 2. Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum dengan nilai sekarangnya. 3. Total pembayaran sewa dianalisis sebagai (i) kurang dari satu tahun, (ii) antara satu tahun dengan lima tahun, (iii) lebih dari lima tahun. 4. Sewa kontijensi atau bersyarat. 16 5. Total pembayaran sewa guna usaha masa datang yang diharapkan untuk diterima atas dasar bagian dari sewa guna usaha yang tidak data dibatalkan. 6. Deskripsi umum mengenai perjanjian sewa yang material dari pihak penyewa. Pengungkapan Wajib dalam IAS 17 kategori Operating Lease bagi lessee meliputi: 1. Total pembayaran sewa minimum di masa depan menurut sewa guna usaha operasi yang tidak dapat dibatalkan untuk setiap hal-hal berikut: (i) kurang dari satu tahun, (ii) antara satu tahun hingga lima tahun, (iii) lebih dari lima tahun. 2. Total pembayaran sewa guna usaha minimum di masa depan yang diharapkan untuk diterima menurut bagian dari sewa guna usaha yang tidak dapat dibatalkan. 3. Pembayaran sewa guna usaha dan sub-sewa guna usaha serta sewa kontijensi yang diakui sebagai beban. 4. Suatu deskripsi umum mengenai perjanjian sewa guna usaha yang signifikan. (Ankarath et al., 2010). Ankarath et al. (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk kategori finance lease pihak lessor maka Pengungkapan Wajib terdiri atas: 1. Rekonsiliasi antara jumlah tercatat kotor dari investasi di dalam sewa guna usaha dengan nilai sekarang dari piutang pembayaran sewa guna usaha minimum masa depan. 2. Investasi kotor di dalam sewa guna usaha dan pembayaran sewa guna usaha minimum masa datang untuk setiap hal berikut: (i) kurang dari satu tahun, (ii) antara satu tahun dan lima tahun, (iii) lebih dari lima tahun. 3. Pendapatan pembiayaan yang belum diterima 4. Nilai residu yang tidak dijamin. 5. Pembayaran sewa guna usaha yang dapat dipulihkan ragu-ragu. 6. Sewa kontijensi yang diakui sebagai pendapatan 7. Suatu deskripsi umum mengenai perjanjian sewa guna usaha yang signifikan 17 Pengungkapan Wajib pada kategori operating lease pihak lessor menurut IAS 17 meliputi: 1. Total pembayaran sewa guna usaha minimum masa depan menurut sewa guna usaha operasi yang tidak dapat dibatalkan untuk setiap hal berikut: (i) kurang dari satu tahun, (ii) antara satu tahun dan lima tahun, (iii) suatu deskripsi mengenai perjanjian sewa guna usaha yang signifikan. 2. Sewa kontijensi yang diakui sebagai pendapatan. 3. Suatu deskripsi mengenai perjanjian sewa guna usaha yang signifikan (Ankarath et al., 2010). Pengungkapan penuh pada IAS 36 mengenai penurunan nilai aset terdiri atas: 1. Kerugian karena penurunan nilai didalam laporan laba rugi dan pos dari laporan laba rugi komprehensif dalam mana kerugian karena penurunan nilai tersebut dimasukkan. 2. Kerugian karena penurunan nilai dijurnalbalik di dalam laporan laba rugi dan pos dari laporan laba rugi komprehensif dalam mana kerugian karena penurunan nilai dilakukan penjurnalbalikan (Ankarath et al., 2010). Secara rinci, jika kerugian karena penurunan nilai individu (penjurnalbalikan) adalah dianggap material maka hal-hal berikut harus diungkapkan oleh perusahaan: 1. Peristiwa dan kondisi yang ditimbulkan dari rugi karena penurunan nilai. 2. Jumlah kerugian yang bersangkutan. 3. Aset individu: sifat dan segmen dimana hal tersebut berkaitan. 4. Unit penghasil kas (CGU): keterangan, jumlah kerugian karena penurunan nilai (penjurnalbalikan) menurut kelompok aset dan segmen. 5. Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali/dipulihkan adalah nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual, maka ungkapkan dasar untuk menentukan nilai wajarnya. 18 6. Apabila nilai wajar dikurang dengan biaya untuk menjual ditentukan dengan proyeksi arus kas yang didiskontokan, maka pengungkapan atas periode salama manajemen memproyeksikan arus kas tersebut, tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk melakukan ekstraplorasi proyeksi arus kas dan tingkat diskonto yang digunakan pada proyeksi arus kas diperlukan (Ankarath et al., 2010). Untuk setiap aset tidak berwujud, Pengungkapan Wajib dalam IAS 38 menurut Ankarath et al. (2010) terdiri atas: 1. Masa manfaat atau tingkat amortisasi jika masa manfaatnya terbatas. 2. Metode amortisasi. 3. Jumlah yang tercatat kotor. 4. Akumulasi amortisasi dan rugi karena penurunan nilai. 5. Barispos di dalam laporan laba rugi dimana amortisasi dimasukkan. 6. Rekonsiliasi jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode memperlihatkan (i) tambahan/kombinasi bisnis secara terpisah, (ii) aset yang dimiliki untuk dijual, (iii) penghentian dan pelepasan lainnya, (iv) revaluasi, (v) penurunan nilai, (vi) kebalikan dari penurunan nilai, (vii) amortisasi, (viii) selisih mata uang asing. 7. Dasar untuk menetapkan bahwa suatu aset tidak berwujud mempunyai masa manfaat tidak terbatas. Beberapa hal terkait dengan properti investasi yang harus diungkapkan perusahaan sebagaimana disyaratkan dalam IAS 40 adalah sebagai berikut: 1. Apakah entitas menerapkan model harga perolehan atau model nilai wajar. 2. Seandainya model nilai wajar yang digunakan, apakah dan menurut kondisi apa suatu kepentingan properti yang dikuasai/dimiliki menurut sewa operasi diklasifikasi dan dicatat sebagai properti investasi. 19 3. Bilamana klasifikasi sulit dilakukan, maka kriteria yang digunakan dalam menentukan properti investasi, pemilik properti yang ditempati dan properti yang dimiliki untuk dilepaskan dalam kegiatan bisnis normal. 4. Metode yang digunakan dan asumsi signifikan yang dibuat dalam menentukan nilai wajar yang meliputi suatu laporan apakah penentuan nilai wajar didukung dengan bukti pasar atau lebih cenderung ke faktor lainnya (di mana entitas harus mengungkapkannya) karena sifat property dan kurangnya data pasar yang dapat diperbandingkan. 5. Sebatas kepada mana nilai wajar didasarkan pada penilaian oleh seorang penilai independen dan berkualifikasi. Apabila tidak ada penilaian yang semacam itu, fakta tersebut harus diungkapkan. 6. Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi antara lain: (i) pendapatan sewa dari properti investasi, (ii) beban operasi langsung yang menghasilkan pendapatan sewa, (iii) beban operasi langsung yang tidak menghasilkan pendapatan sewa, (iv) kumulatif perubahan dalam nilai wajar yang diakui dalam laporan laba rugi atas penjualan properti investasi dari sekelompok aset dimana model harga perolehan digunakan untuk suatu kelompok dimana model nilai wajar digunakan. 7. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi properti investasi atau untuk pengiriman pendapatan dan hasil dari aset yang dilepaskan. 8. Liabilitas kontraktual untuk membeli, membangun, atau mengembangkan properti investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan, atau untuk peningkatan (Ankarath et al., 2010). 20 2.2 Karakteristik Perusahaan Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan bisa dilihat dari logaritma total aset yang dimiliki perusahaan (Alanezi & Albuloushi, 2010; Bova & Pereira, 2012). Perusahaan besar pada laporan keuangannya cenderung untuk menyampaikan lebih banyak informasi kepada investor. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara Ukuran Perusahaan dengan Pengungkapan Wajib yang harus dilakukan perusahaan (Akhtaruddin, 2005; Barako, Hancock, & Izan, 2006; Cooke, 1989; Glaum & Street, 2003). Ahmet dan Nicholls (1994) berpendapat bahwa perusahaan besar memiliki lebih banyak tenaga kerja yang berlatar belakang akuntansi dan keuangan sehingga perusahaan besar bisa menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi termasuk di dalamnya mematuhi Pengungkapan Wajib yang dipersyaratkan dalam standar akuntansi. Sumber daya yang beragam juga memudahkan perusahaan besar untuk mengelola biaya, bersaing dengan kompetitor, dan mendapatkan modal sehingga semua kelebihan ini cenderung akan diungkapkan oleh perusahaan besar dalam laporan keuangannya (Ahmed & Nicholls, 1994; Naser, 1998). Popova et al. (2013) menambahkan bahwa informasi yang berkualitas akan menghasilkan biaya modal yang rendah bagi perusahaan besar untuk mendapatkan modal dari investor. Di sisi lain, analis keuangan seringkali meminta perusahaan besar untuk menyajikan informasi sehingga hal ini akan memudahkan investor dalam membuat keputusan (McKinnon & Dalimunte, 1993). Kepatuhan perusahaan terhadap Pengungkapan Wajib yang diminta dalam standar akuntansi akan memudahkan perusahaan besar untuk menarik investor (Wallace et al., 1994) dan mendapatkan modal dari berbagai sumber (Alanezi & Albuloushi, 2010). Jika dilihat dari perbandingan antara biaya dan manfaat menyediakan informasi secara detil, perusahaan besar berada di posisi yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan kecil (Arcay & Vazquez, 2005). Biaya untuk menyediakan informasi 21 mendetail dan risiko terciptanya competitive disadvantages melalui pengungkapan perusahaan akan lebih rendah bagi perusahaan besar jika dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh perusahaan besar. Dengan adanya Pengungkapan Wajib, perusahaan besar sekaligus juga memanfaatkan informasi tersebut untuk mencukupi kebutuhan internal mereka dalam melakukan investasi pada aset tetap dan proses inovasi (Ball & Foster’s, 1982). Selain itu, manfaat yang diterima dari perusahaan besar yang melakukan Pengungkapan Penuh akan menjadi halangan bagi perusahaan kecil (Depoers, 2000) karena perusahaan besar lebih memiliki posisi menguntungkan di pasar modal (Singhvy & Desai, 1971). Atas dasar hal tersebut, maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib Umur Perusahaan Umur perusahaan merupakan faktor yang sering diperhatikan oleh manajemen perusahaan dalam menentukan seberapa luas Pengungkapan Wajib akan dilakukan (Popova et al., 2013). Umur perusahaan bisa dilihat dari lamanya perusahaan terdaftar di pasar modal (Alanezi & Albuloushi, 2010). Perusahaan yang telah lama berdiri juga memiliki lebih banyak pengalaman dalam menyampaikan informasi melalui laporan keuangan karena perusahaan tersebut sudah memahami informasi apa yang dibutuhkan oleh users. Oleh karena itu, semakin lama perusahaan berdiri, semakin berpengalaman perusahaan dalam memenuhi kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan, dan semakin rendah biaya yang diperlukan untuk memproses dan menghasilkan informasi (Owusu-Ansah, 1998). Menurut Popova et al. (2013) perusahaan dewasa memiliki dua motivasi untuk mengungkapkan informasi selengkap mungkin kepada investor, yaitu: (i) perusahaan dewasa memerlukan investor untuk terus menanamkan modal pada perusahaan , dan (ii) perusahaan dewasa harus menjaga reputasi dan kredibilitas mereka. 22 Sebaliknya, Owusu-Ansah (1998) menjelaskan bahwa perusahaan muda seringkali menemui kendala dalam usahanya memberikan informasi kepada investor. Kendala tersebut antara lain adalah (i) perusahaan muda kurang memiliki keunggulan kompetitif sehingga mereka cenderung membatasi pemberian informasi, (ii) biaya untuk mendapatkan, mengolah, dan menyampaikan informasi menjadi hambatan bagi perusahaan muda untuk menyampaikan informasi secara lengkap, (iii) perusahaan muda masih belum memiliki track record sehingga menyulitkan mereka untuk bergantung pada opini publik. Atas dasar hal tersebut, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H2 : Umur Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang penting karena Profitabilitas menunjukkan karakteristik utama dalam mengukur kesuksesan kinerja manajemen (Alanezi & Albuloushi, 2010). Profitabilitas bisa diukur dengan menggunakan return on equity (ROE) yaitu dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas (Bova & Pereira, 2012). Tingkat Profitabilitas yang tinggi akan memotivasi manajemen untuk mengungkapan lebih banyak informasi dengan harapan hal ini akan mempertinggi bonus yang akan mereka terima (Inchausti, 1997). Selain itu, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi memiliki insentif untuk menunjukkan kepada publik bahwa mereka memiliki kinerja yang baik sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan modal dari investor. (Foster dalam (Rusiti dan Kurniawan, 2013)). Oleh karena itu, semakin tinggi profitabilitas perusahaan, semakin luas pula Pengungkapan Wajib yang diberikan perusahaan. Atas dasar hal tersebut, hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib 23 Leverage Leverage menunjukkan seberapa jauh aset perusahaan didanai dengan menggunakan kewajiban (Popova et al., 2013). Leverage juga bisa menunjukkan proporsi antara kewajiban dan ekuitas yang digunakan perusahan dalam rangka mendapatkan aset (Alanezi & Albuloushi, 2010). Leverage memiliki hubungan positif dengan seberapa luas perusahaan harus mengungkapkan informasi dalam laporan keuangannya (Bruslerie & Gabteni; Karim & Ahmed, 2005; & Omar & Simon 2011). Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan menghadapi risiko gagal dalam melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu, perusahaan tersebut cenderung akan menyampaikan informasi yang lebih lengkap dalam laporan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya keagenan karena manajemen bisa memberikan informasi untuk meyakinkan kreditor jangka panjang bahwa perusahaan mampu untuk melunasi kewajibannya (Ahmed & Courtis, 1999; Omar & Simon, 2011; Wallace et al., 1994). Scipper dalam Setiawan (2001) menyatakan bahwa informasi wajib diperlukan oleh pemegang obligasi untuk menghilangkan keraguan mereka terhadap kemungkinan tidak terpenuhinya hak-hak pemengang obligasi. Oleh karena itu, hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H4 : Leverage berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan diukur dengan menbagi nilai buku saham dengan harga pasar saham (Bova & Pereira, 2012). Perusahaan yang pertumbuhannya baik akan berusaha untuk meningkatkan transparansi kinerja mereka dengan mematuhi Pengungkapan Wajib yang disyaratkan oleh badan regulasi. Hal ini dilakukan karena semakin transparan perusahaan dalam mengungkapkan informasi maka semakin rendah biaya pendanaan eksternal (Easley & O’Hara, 2004). Oleh karena itu, hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: 24 H5 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib Kualitas Auditor Auditor eksternal memiliki peran untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) besar yang termasuk dalam ketegori The Big Four (Barako et al., 2006; Mutawaa, 2010). KAP yang masuk dalam kelompok tersebut antara lain: Deloitte Touche Tohmatsu, PricewaterhouseCoopers, Ersnt & Young, dan KPMG. KAP tersebut berusaha menjaga nama baik mereka dengan cara memberikan audit dengan tingkat independensi yang tinggi dan mempersyaratkan tingkat kepatuhan terhadap standar akuntansi termasuk kepatuhan dalam memberikan pengungkapan yang lebih ketat (Wulandari & Djuminah, 2013). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh The Big Four akan memiliki tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dalam mengungkapkan informasi wajib dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh selain The Big Four (Fathi, 2013; Matoussi & Chakroun, 2008; & Xiao et al., 2004). Atas dasar hal tersebut maka hipotesis penelitian yang dikembangkan adalah sebagai berikut: H6 : Kualitas Auditor berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib Kepemilikan Asing Kepemilikan Asing ditandai dengan persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh investor asing (Bova & Pereira, 2012). Investor asing seringkali menghendaki agar perusahaan mengungkapkan informasi selengkap mungkin dibandingkan dengan investor domestik. Kemungkinan investor domestik menghadapi asimetri informasi lebih kecil karena domisili investor domestik sama dengan manajemen perusahaan. Asimetri informasi yang terjadi bisa salah satunya disebabkan oleh kendala bahasa (Huafang & Jianguo, 2007). Selain itu, investor asing di pasar domestik bisa berfungsi sebagai pengawas eksternal sehingga perusahaan yang memiliki investor asing cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak 25 informasi (Ho & Taylor, 2013). Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki investor asing seharusnya memiliki tingkat kepatuhan Pengungkapan Wajib yang tinggi (Bova & Pereira, 2012). Dengan demikian, hipotesis yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah: H7 : Kepemilikan Asing berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib Listing Status Perusahaan yang terdaftar pada bursa efek harus mematuhi peraturan pasar modal yang ditetapkan oleh badan regulasi. Salah satu peraturan tersebut adalah adanya kewajiban bagi listed companies untuk mengungkapkan informasi pada tingkatan yang telah ditetapkan. Perusahaan bisa berpartisipasi hanya pada pasar modal domestik. Akan tetapi, ada juga perusahaan yang selain tercatat pada pasar modal domestik juga tercatat pada pasar modal asing. Perusahaan pada kategori kedua menurut studi dari Cooke (1991) dan Khanna et al. (2004) berkorelasi positif dengan tingkat kepatuhan dalam menyediakan Pengungkapan Wajib. Perusahaan yang tercatat pada pasar modal domestik dan pasar modal asing akan menghadapi tekanan yang lebih besar dalam usahanya untuk mengungkapkan informasi. Akan tetapi, tekanan ini akan meningkatkan efisiensi pasar tempat perusahaan tercatat. Oleh karena itu, perusahaan yang mengungkapkan informasi kepada pasar modal asing hanya mengalami sedikit kenaikan biaya marjinal daripada jika perusahaan tersebut hanya bermain di pasar modal domestik (Meek et al., 1995). Atas dasar teori dan hasil penelitian relavan, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: H8 : Listing Status berpengaruh positif terhadap luas Pengungkapan Wajib 2.3 Stock Return Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat dari kepatuhan perusahaan dalam mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh standar akuntansi. Menurut Samsul (2008) kebijakan pemerintah akan mempengaruhi Stock Return. Salah satu 26 kebijakan yang ditetapkan pemerintah adalah kebijakan agar perusahaan memiliki tingkat kepatuhan tinggi dalam memberikan Pengungkapan Wajib. Beberapa penelitian sebelumnya memberikan hasil bahwa luas Pengungkapan Penuh berkorelasi positif dengan Nilai Perusahaan (Popova et al., 2013). Nilai perusahaan dalam hal ini diukur dengan proksi Stock Return dan menunjukkan bagaimana harga pasar saham bereaksi terhadap informasi yang disampaikan oleh perusahaan. Perusahaan yang menyampaikan informasi pada batas minimal yang disyaratkan oleh badan regulasi akan mampu mengeliminir asimetri informasi dengan investor. Selain itu, perusahaan yang mengungkapkan informasi mendetail biasanya adalah perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Pasar akan bereaksi dengan adanya good news yang disampaikan perusahaan dan hal ini ditandai dengan naiknya harga pasar saham. Kenaikan harga saham akan meningkatkan Stock Return. Oleh karena itu, hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah H9 : Luas Pengungkapan Wajib berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan karakteristik masalahnya, penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2011) adalah penelitian dimana rumusan masalah yang diambil memiliki sifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan terdiri dari dua bagian besar, yaitu (i) mengetahui determinan dari Pengungkapan Wajib yang dilakukan perusahaan, dan (ii) mengetahui manfaat yang muncul dari Pengungkapan Wajib yang diberikan perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian bagian pertama, variabel dependennya adalah Pengungkapan Wajib. Variabel independennya berupa Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Asing dan Listing Status. Selanjutnya pada penelitian bagian kedua, Pengungkapan Wajib akan menjadi variabel independen dan Stock Return akan menjadi variabel dependen. 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengungkapan Wajib Pengungkapan Wajib adalah informasi yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk disampaikan perusahaan kepada investor. Untuk mengukur tingkat kepatuhan perusahaan dalam memberikan Pengungkapan Wajib digunakan IFRS Presentation and Disclosure Checklist yang diterbitkan oleh Deloitte. Checklist ini telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian mengenai luas Pengungkapan Wajib, misalnya Al Mutawaa & Hewaidy (2010); Prawinandi et al. (2013). Utami et al. (2013); 28 Informasi yang wajib diungkapkan berbasis pada PSAK hasil adopsi IFRS, yang terdiri dari: Tabel 2 Jumlah Butir dalam Pengungkapan Wajib Standar Judul Jumlah Butir yang Diungkapkan PSAK 13 (IAS 40) Properti Investasi 25 PSAK 16 (IAS 16) Aset Tetap 28 PSAK 30 (IAS 17) Sewa 21 PSAK 19 (IAS 38) Aset Tidak Berwujud 15 PSAK 48 (IAS 36) Penurunan Nilai Aset 39 Jumlah 128 Sumber: Deloitte Pendekatan yang digunakan untuk mengukur skor butir yang diungkapkan perusahaan menggunakan unweighted approach. Pendekatan ini diambil karena penelitian ini berasumsi bahwa setiap butir yang diungkapkan perusahaan memiliki peranan yang sama penting bagi rata-rata pemakai laporan keuangan (Akhtaruddin, 2005; Wallace, 1988). Penelitian ini berfokus pada seluruh pemakai laporan keuangan sehingga unewighted approach layak digunakan. Berdasarkan pendekatan ini, setiap butir yang diungkapkan perusahaan akan diberi skor atas dasar skor dikotomis. Skor 1 diberikan jika perusahaan mengungkapkan setiap butir yang disyaratkan pada standard. Sebaliknya, skor 0 diberikan jika pengungkapan butir yang dipersyaratkan tidak dilakukan oleh perusahaan. Jika butir tersebut tidak diterapkan pada perusahaan maka diberi keterangan NA (Not Applicable). Unweighted approach merupakan perbandingan antara total butir yang diungkapkan perusahaan dengan total maksimum butir yang dapat diungkapkan perusahaan 29 TD = d dimana d = 1 jika butir d1 diungkapkan; 0 jika butir d1 tidak diungkapkan; n = jumlah butir yang diungkapkan. Kelemahan dari unweighted approach adalah perusahaan akan mendapatkan skor 0 jika suatu butir tidak diungkapkan padahal ada kemungkinan suatu butir tidak diungkapkan karena butir tersebut memang tidak diterapkan dalam perusahaan. Untuk mengatasi masalah ini, Owusu-Ansah (1998) menggunakan unweighted approach dengan indeks relatif. Indeks relatif telah banyak dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain: Akhtaruddin (2005); Cooke (1989); Inchausti (1997); OwusuAnsah (1998); Wallace & Naser (1995); Wallace et al. (1994). Penggunaan indeks relatif mengharuskan agar peneliti melakukan investigasi jika terdapat butir yang tidak diungkapkan apakah perusahaan memang benar tidak mengungkapkannya ataukah butir tersebut memang tidak diterapkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan indeks relatif maka jumlah butir yang diungkapkan perusahaan dibagi dengan jumlah maksimal skor yang dapat dicapai perusahaan (Aljafiri, 2008). Dimana = = ∑ ∑ TI = Total indeks pengungkapan TD = Total skor pengungkapan M = Skor pengungkapan maksimum setiap perusahaan d = Pengungkapan butir i m = Jumlah aktual pengungkapan butir yang relavan pada setiap perusahaan m = Jumlah butir yang dapat diungkapkan oleh perusahaan 30 2. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma total aset perusahaan (Alanezi & Albuloushi, 2010). 3. Umur Perusahaan Umur perusahaan adalah lamanya waktu perusahaan beroperasi sejak perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Umur perusahaan diukur dengan menggunakan proksi berapa tahun perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Alanezi & Albuloushi, 2010; Haniffa & Cooke, 2002). 4. Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan modal sendiri. (Arifin, 2004). Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return on Equity. Berikut ini adalah formula yang digunakan untuk mengukur ROE (Arifin, 2004) 5. Leverage ℎ = ℎ Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aset perusahaan didanani dengan menggunakan utang atau modal sendiri (Arifin, 2004). Leverage diukur dengan menggunakan Debt to Equity (DER), dimana menurut Arifin (2004) formulanya adalah sebagai berikut: 6. Pertumbuhan Perusahaan = Pertumbuhan Perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan proksi book to price per share ration (B/P). Formula yang digunakan untuk menghitung B/P adalah: 31 = ℎ ℎ ℎ (Bova & Pereira, 2012) 7. Kualitas Auditor Kualitas Auditor adalah kemampuan auditor untuk mengutamakan independensi dan menguji kepatuhan perusahaan dalam menyampaikan informasi minimum yang disyaratkan dalam PSAK. Kualitas auditor diukur dengan dummy variable yaitu skor 1 jika perusahaan diaudit oleh KAP yang masuk kategori the big four dan skor 0 untuk perusahaan yang diaudit selain oleh KAP yang masuk kategori the big four (Al Mutawaa & Hewaidy, 2010; Utami et al., 2013; Wulandari & Djuminah, 2013). KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan the big four antara lain a. KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PricewaterhouseCoopers) b. KAP Purwantono, Suherman, & Surja (Ernst & Young) c. KAP Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte Touche Tohmatsu) d. KAP Siddharta & Widjaja (KPMG) (Rustiti & Kurniawan, 2013). 8. Kepemilikan Asing Kepemilikan Asing adalah proporsi saham yang dimiliki oleh investor asing. Kepemilikan Asing (FOREIGN) diukur dengan formula sebagai berikut: = ℎ ℎ (Bova & Pereira, 2012) 9. Listing Status Listing Status dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dummy variable yaitu skor 1 untuk perusahaan yang listing di pasar modal domestik dan pasar modal asing serta skor 0 untuk perusahaan yang listing di pasar modal domestik (Arcay & Vazquez, 2005). 32 10. Stock Return Stock Return adalah tingkat laba dari investasi saham (Gitman & Joehnk, 2008). Stock Return diukur dengan formula di bawah ini: dimana Pt = − + = Harga investasi sekarang Pt-1 = Harga investasi periode lalu Dt = Dividen kas sekarang (Jogiyanto, 2010; Popova et al., 2013) 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2013. Pemilihan perusahaan manufaktur didasarkan pada pendapat dari Utami et al. (2013) yaitu: (i) perusahaan manufaktur memiliki kecenderungan untuk menyampaikan lebih banyak pengungkapan kepada pemakai laporan keuangan, dan (ii) perusahaan manufaktur memiliki basis investasi yang luas karena dalam proses operasinya mengandalkan modal dari investor untuk mendapatkan aset tetap. Pemilihan periode penelitian mencakup tahun 2012 dan 2013 karena kedua periode tersebut merupakan tahun-tahun pertama dimana konvergensi penuh IFRS diterapkan di Indonesia. Sampel menurut Sugiyono (2011) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut: 33 1. Perusahaan termasuk dalam kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indoneasia selama tahun 2012-2013. 2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan selama tahun 2012-2013. 3. Perusahaan membagikan dividen selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2012-2013. 4. Perusahaan mempublikasikan data terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian selama tahun 2012-2013. 3.4 Teknik Analisis Data Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Berikut adalah penyampaian dari masing-masing uji tersebut. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara yang digunakan yaitu dengan analisis grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Jika grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika grafik histogram memberikan pola distribusi yang menceng ke kiri atau ke kanan dan tidak normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Imam Ghozali, 2011). 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokesdastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang 34 baik adalah homokesdastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas. Ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Dasar analisis yang digunakan, yaitu: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterosesdastisitas (Iman Ghozali, 2011). 3. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Uji Lagrange Multiplier. Jika nilai c2 hitung > c2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan model linier ditolak (Iman Ghozali, 2011). 4. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta nilai variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau nilai VIF ≥ 10 (Imam Ghozali, 2011). 35 5. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t – 1 (Imam Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi bisa dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Dasar yang dipergunakan untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi menurut Sunyoto (2007) adalah: a. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2). b. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan 2 (-2 ≤ DW ≤ 2). c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas 2 (DW ≥ 2) Uji Hipotesis: OLS Regresi Persamaan OLS Regresi di bawah ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 8. DISC = α + β1SIZE + β2AGE + β3ROE + β4DER + β5B/P + β6AUDITOR + β7 FOREIGN + β8 LISTING + ε dimana DISC = Pengungkapan Wajib SIZE = Ukuran Perusahaan AGE = Umur Perusahaan ROE = Return on Equity DER = Debt to Equity B/P = Book to Price Ratio AUDITOR = Kualitas Auditor FOREIGN = Kepemilikan Asing LISTING = Listing Status α = Konstanta 36 β1 – β8 = Koefisien Regresi ε = Standar Kesalahan Sedangkan persamaan OLS Regresi untuk menguji hipotesis 9 adalah: RETURN = α + β1DISC + β2 ROE + β3 DER + β4 M/B + β5 PER + ε dimana RETURN = Stock Return DISC = Pengungkapan Wajib ROE = Return on Equity DER = Debt to Equity M/B = Market to Book Ratio PER = Price Earning Ration α = Konstanta β1 – β5 = Koefisien Regresi ε = Standar Kesalahan Variabel independen dalam persamaan tersebut adalah Pengungkapan Wajib, sedangkan return on equity, debt to equity, market to book ratio, dan price earning ratio merupakan variabel kontrol. Pemilihan variabel kontrol tersebut didasarkan atas studi sebelumnya yang memberikan hasil bahwa pengumuman laporan keuangan perusahaan akan mempengaruhi Stock Return (Samsul, 2008). Pengambilan kesimpulan ditentukan dari kriteria berikut ini: 1. Jika tingkat sig t < α = 0,05 maka hipotesis penelitian didukung 2. Jika tingkat sig t > α = 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak 37 DAFTAR PUSTAKA Abd. Elsalam, O.H., & Weetman, P. (2003). Introducing international accounting standards to an emerging capital market: Reletive familiarity and language effect in Egypt. Journal of International Accounting, Auditing, and Taxation, 12(1), 63-84. Adina, P., & Ion, P. (2008). Aspect regarding corporate mandatory ad voluntary disclosure. Annals of the University of Oradea: Economic Science, 3 (1), 1407-1411. Ahmed, K., & Courtis, J.K. (1999). Associations between corporate characteristics and disclosure levels in annual reports: A meta-analysis. British Accounting Review, 31(1), 35-61 Ahmed, K., & Nicholls, D. (1994). The impact of non-financial characteristics on mandatory disclosure compliance in developing countries: The case of Bangladesh. International Journal of Accounting, 19(3), 62-77. Akhtaruddin, M. (2005). Corporate mandatory disclosure practices in Bangladesh. The International Journal of Accounting, 40, 399-422. Alanezi, F.S., & Albuloushi, S.S. (2010). Does the existence of voluntary audit committees really affect IFRS-required disclosure? The Kuwait evidence. International Journal of Disclosure and Governance, 8 (2), 148-173. Ali, M., Ahmed K., & Henry, D. (2004). Disclosure compliance with national accounting standard by listed companies in South Asia. Accounting and Business Research, 34(3), 183199. Aljifri, K. (2008). Annual report disclosure in a developing country: The case of the UAE. Advances in Accounting, Incorporating Advances in International Accounting, 24, 93-100. Al-Mutawaa, A., & Hewaidy, A.M. (2010). Disclosure level and compliance with IFRS: An empirical investigation of Kuwaiti companies. The International Business and Economics Research Journal, 9(5). Arcay, M.R.B., & Vazquez, M.F.M. (2005). Corporate characteristics, governance rules and the extent of voluntary disclosure in Spain. Advances in Accounting, 21, 299-331. Ball, R., & Foster, G. (1982). Corporate financial reporting: A methodological review of empirical research. Journal of Accounting Research, 20 (Suppl), 161-234. Barako, D., Hancock, P., & Izan, H. Factors influencing voluntary corporate disclosure by Kenyan companies. Corporate Governance: An International Review, 14 (2), 107-125. Benjamin, T.Y., An-Yeung, P.K., Kwok, M.C.M., & Lau, L.W.C. (1990). Non compliance with disclosure requirements in financial statement: The case of Hongkong companies. The International Journal of Accounting, 25, 99-112. Bova, F., & Pereira, R. (2012). The determinants and consequences of heterogeneous IFRS compliance levels following mandatory IFRS adoption: evidence from a developing country. Journal of International Accounting Research, 11 (1), 83-111. 38 Chau, G.K., & Gray, S.J. (2002). Ownership structure and corporate voluntary disclosure in Hong Kong and Singapore. International Journal of Accounting, 37(2), 247-265. Chau, G.K., & Gray, S.J. (2010). Family ownership, board independence, and voluntary disclosure: evidence from Hong Kong. Journal of International Accounting, Auditing, and Taxation, 19, 93-109. Choi, F. (2005). International Accounting. New Jersey: Prentice Hall. Clamente, A.G., & Labat, B.N. (2005). Corporate governance mechanism and voluntary disclosure: the role of independent directors in the boards of listed Spanish firms. http://www.ucm.es/centros/cont/descargas/document16048.pdf. 9 Mei 2011 Cooke, T.E. (1989). Disclosure in the corporate annual report of Swedish companies. Accounting and Business Research, 19 (74), 113-124. Cooke, T.E. (1989). Voluntary corporate disclosure by Swedish companies. Journal of International Financial Management and Accounting. 1(2): 171-195. Cooke, T.E. (1991). An assessment of voluntary disclosure in the annual report of Japanese corporations. The International Journal of Accounting, 26, 174-189. Dahawy, K. (2009). Company characteristics and disclosure level: the case of Egypt. International Research Journal of Finance and Economics, 34, 194-208. Darrough, M.N. (1993). Disclosure policy and competition: Cournot vs Bertrand. The Accounting Review, 68(3), 534-561. Depoers, F. (2000). A cost-benefit study of voluntary disclosure: Some empirical evidence from French listed companies. The European Accounting Review, 9 (2), 245-263. Easlay, D., & O’hara, M. (2004). Information and the cost of capital. Journal of Finance, 59, 1553-1583. Etrredge, M.K., Johnstone, M.S., & Wang, Q. (2010). The effect of company size, corporate governance quality, and bad news on disclosure compliance. Review of Accounting Studies, forthcoming, 1-34. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, J.L., & Joehnk, M.D. (2008). Fundamentals of Investing. USA: Pearson Education Inc. Glaum, M., & Street, D.L. (2003). Compliance with the disclosure requirements of Germany’s new market: IAS versus US GAAP. Journal of international Financial Management and Accounting. 14(1): 64-100. Graham, J.R., Harvey, C.R., & Rajgopal, S. (2005). The economic implications of corporate financial reporting. Journal of Accounting and Economics, 40, 3-73. Gray, S.J., & Vint, H.M. (1995). The impact of culture on accounting disclosures: some international evidence. Asia Pasific Journal of Accounting, 21, 33-43. 39 Haniffa, R., & Cooke, T. (2002). Culture, corporate governance and disclosure in Malaysian corporations. Abacus, 38(3), 317-349. Healy, P.M., & Palepu, K.G. (2001). Information asymmetry, corporate disclosure, and the capital market: A review of the empirical disclosure literature. Journal of Accounting and Economics, 31, 405-440. Healy, P.M., Hutton, A.P., & Palepu, K.G. (1999). Stock performance and intermediation change surrounding sustained increases in disclosure. Contemporary Accounting Research, Fall, 485-520. Ho, P.L., & Taylor, Grantly. (2013). Corporate governance and different types of voluntary disclosure: Evidence from Malaysian listed companies. www.emeraldinsight.com/01140582.htm Huafang, X., & Jianguo, Y. (2007). Ownership structure, board composition and corporate voluntary disclosure: evidence from listed companies in China. Managerial Auditing Journal, 22(6), 604-619 Inchausti, B.G. (1997). The influence of company characteristics and accounting regulations on information disclosed by Spanish firms. The European Accounting Review. 1(1), 45-68 Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, agency costs, and ownership structure. Journal of Financial Economics. 3(3), 305-360. Jogiyanto. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Karim, A.K.M.W., & Ahmed, J.U. (2005). Determinants of IAS disclosure compliance in emerging economics: Evidence from exchange-listed companies in Bangladesh. Working Paper, 21, Victoria University of Wellington. Kent, P., & Stewart, J. (2008). Corporate governance and disclosure of the transition to international financial reporting standards. Journal of Accounting & Finance, 48(4), 649-671. Khanna, T., Palepu, K.G., & Srinivasan, S. (2004). Disclosures practices of foreign companies interacting with US markets. Journal of Accounting Research, 42 (2), 475-508. Lang, M.H., & Lundhol, R.J. (1993). Cross-sectional determinants of analysis ratings of corporate disclosure. Journal of Accounting Research, 31(2), 246-271. Latridis, G. (2008). Accounting disclosure and firms’ financial attributes: Evidence from the UK Stock Market. International Review of Analysis, 17, 219-241. Leuz, C., & Verrecchia, R.E. (2000). The economic consequences of increased disclosure. Journal of Accounting Research, 38, 91-124. Malone, D., Fries, C., & Jones, T. (1993). An empirical investigation of the extent of corporate financial disclosure in the oil and gas industry. Journal of Accounting, Auditing, and Finance, 8(3), 249-273. Marston, C.L., & Shrives, P.J. (1991). The use of disclosure indices in accounting research: A review article. British Accounting Review, 23(23), 195-210. 40 McKinnon, J.L., & Dalimunthe, L. (1993). Voluntary disclosure of segmen information by Australian diversified companies. Accounting and Finance, 33(1), 33-50. Meek, G.K., Roberts, C.B., & Gray, S.J. (1995). Factors influencing voluntary annual report disclosures by US, UK, and continental European multinational corporation. Journal of International Business Studies. 26(3), 555-572. Naser, K. (1998). Comprehensiveness of disclosure of non-financial companies listed on the Amman financial market. International Journal of Commerce and Management. 8(1), 88119. Nurkhayati, D., & Probohudono, A.N. (2013). Pengaruh corporate governance terhadap voluntary disclosure (studi pada perusahaan BUMN di Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XVI. Omar, B., & Simon, J. (2011). Corporate aggregate disclosure practice in Jordan. Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, 27, 166-186. Owusu-Ansah, S. (1998). The impact of corporate attributes on the extent of mandatory disclosure and reporting by listing companies in Zimbabwe. International Journal of Accounting, 33(5), 605-631. Owusu-Ansah, S., & Yeoh, J. (2005). The effect of legislation on corporate disclosure practices. Abacus, 41(1), 92-109. Prayogi. (2003). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Thesis. Universitas Diponegoro. Prawinandi, W., Suhardjanto, D., & Triatmoko, H. (2012). Peran struktur corporate governance dalam tingkat kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Rusiti, Ch., & Kurniawan, Y.A. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Samsul, M. (2008). Pasar Modal dan Manajemen Portfolio. Jakarta: Erlangga. Singhvi, S.S., & Desai, H.B. (1971). An empirical analysis of the quality or corporate financial disclosure. The Accounting Review, 46(1), 120-138. Simbolon, H.A. (2011). Perkembangan konvergensi PSAK ke IFRS. http://akuntansibisnis.wordpress.com/2011/01/06/perkembangan-konvergensi-psak-ke-ifrs/ Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sunyoto, D. (2007). Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat: Ringkasan dan Kasus. Sleman: Amara Books. Tsalavoutas, I., & Evans, L. (2010). Comparison of two methods for measuring compliance with IFRS mandatory disclosure requirements. Journal of Applied Accounting Research, 11 (3), 213-228. 41 Utami, W.D., Suhardjanto, D., & Hartoko, S. (2012). Investigasi dalam konvergensi IFRS di Indonesia: Tingkat kepatuhan pengungkapan wajib dan kaitannya dengan mekanisme corporate governance. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Wallace, R.S.O. (1987). Disclosure of accounting information in developing countries: A case study of Nigeria. Unpublished PhD Thesis. University of Exter. UK. Wallace, R.S.O. (1988). Corporate financial reporting in Nigeria. Accounting and Business Research, 18(72), 352-362. Wallace, R.S.O., & Naser, K. (1995). Firm-spesific determinants of comprehensiveness of mandatory disclosure in the corporate annual reports of firms on the stock exchange of Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy, 14, 311-368. Wallace, R.S.O., Naser, K., & Mora, A. (1994). The relationship between the comprehensiveness of corporate annual reports and firm characteristics in Spain. Accounting and Business Research, 25(97), 41-53. Wulandari, R., & Djuminah. (2013). Pengaruh struktur kepemilikan dan jenis KAP terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan wajib risiko keuangan: corporate governance sebagai variabel moderasi (studi empiris perbankan yang terdaftar di BEI). Simposium Nasional Akuntansi XVI Yulianti, I., & Probohudono, A.N. (2013). Studi komparasi praktik IFRS disclosure compliance di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Australia. Simposium Nasional Akuntansi XVI. 42 RENCANA BIAYA PENELITIAN Biaya Operasional Penyusunan Proposal Rp 50.000,00 Operasional seminar proposal Rp 100.000,00 Operasional Pengambilan Data Rp 4.650.000,00 Penyusunan Laporan Rp 200.000,00 Operasional seminar hasil Rp 250.000,00 Total Biaya Operasional Rp 5.250.000,00 Honorarium Rp 2.250.000,00 Total Biaya Rp 7.500.000,00 43 CURRICULUM VITAE A. Data Pribadi: 1. Nama 2. NIP 3. Tempat/Tgl. Lahir 4. JenisKelamin 5. Agama 6. Status 7. Alamat : Abdullah Taman, SE. MSi. Ak : 19630624 199001 1 001 : Pemalang, 24 Juni 1963 : Laki-laki : Islam : Kawin (mempunyai tiga anak) : Tapan RT 06 RW 01, No. 30 Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571 Telp.: +62 0274 586168 ext. 835 E-mail: [email protected] B. Riwayat Pendidikan No Jenjang Pendidikan Tempat Pendidikan Lulus Tahun 1 SD SD Kebondalem I Pemalang 1975 2 SMP SMP Negeri I Pemalang 1979 3 SMA SMA Negeri I Yogyakarta 1982 4 PendidikanTinggiS1 Jurusan Akuntansi Fak Ekonomi UGM S2 1988 Akuntansi Fakultas Ekonomi UGM C. Riwayat Pelatihan No Nama Pelatihan Penyelenggara, Tempat 1999 Lama Pelatihan Tahun 3 bulan 1994 5 hari 1995 1. Pelatihan PEKERTI UNY Yogyakarta 2. Pelatihan Akuntansi dan Anggaran PTN DIKTI, Malang 3. The Spoken English Course Charles Sturt University, Mitchell – IKIP Yogyakarta, Yogyakarta 5 minggu 1996 4. Pelatihan PDETC (Pre Departure English Training Program Pascasarjana IKIP Malang 6 bulan 19951996 44 Course) 5. PelatihanPenulisanKaryaIlmiah DIKTI, Jakarta di Jurnal 5 hari 1999 6. PelatihanKeuangan Negara DIKTI, Malang 5 hari 2000 7. PelatihanKeuangan Negara DIKTI, Bandung 5 hari 2001 8. Training of Trainer (TOT) PelatihanTechnopreneurship DIKTI, Yogyakarta 5 hari 2009 9. Pelatihandan Workshop ManajemenPerguruanTinggi UNY, Yogyakarta 3 hari 2012 D. RiwayatPekerjaan (Pendidikan,Pengajaran, danManajemen) NO JENIS JABATAN NAMA JABATAN PERIODE 1. JabatanFungsional Lektor TMT, 1 Juni 2004 2. Pangkat&Golongan Penata / III c TMT, 1 Juni 2004 3. JabatanStruktural Ketua Program StudiAkuntansi, FISE, UNY 2004 – 2006 4. StafPengajar di Mata Kuliah (Jumlah SKS) UniversitasNegeriYogyakarta 1. 2. 3. 4. 5. 6. STMIK “AKAKOM” Yogyakarta Univ. TeoriAkuntansi (3 SKS) Ak. Keu. Menengah (3 SKS) KeuanganInternasional (3 SKS) Manajemn Treasury (3 SKS) AkuntansiPajak (3 SKS) AkuntansiInternasional (3 SKS) 7. PPL 1 / Micro Teaching (1 SKS) 8. PPL 2 / KKN-PPL (4 SKS) 9. Skripsi / TugasAkhir (6 SKS) 1. Ak. KeuanganDasar (3 SKS) 2. Ak. KeuanganMenengah (3 SKS) 3. Ak. KeuanganLanjutan (3 SKS) 4. ManajemenProjek (2 SKS) 1. Perpajakan (3 SKS) 1991 – sekarang 1991 – 2004 1993 –1995 45 NO JENIS JABATAN NAMA JABATAN PERIODE WidyaMataramYogyakarta AkademiAkuntansiWidyaWiw aha Politeknik PPKP 5. Lain-lain 1. AkuntansiInternasional (3 SKS) 2. Ak. KeuanganLanjutan (3SKS) 1. Ak. KeuanganDasar (3 SKS) 2. Ak. KeuanganMenengah (3 SKS) 3. TeoriAkuntansi (3 SKS) Staf Kursus Akuntansi IKIP Yogyakarta 1999 – 2003 KetuaKursusManajemendanAkun tansi (ABMC) Univ. Negeri Yogyakarta 1999 – 2001 Anggota Tim VerifikasiKeuangandanBarang IKIP Yogyakarta 1999 Staf Ahli Pembantu Rektor II UNY 2000 PemimpinProjekPeningkatan UNY (P2T) 2001 – 2004 KetuaInternal Audit pada WSPK (salahsatupusatpenelitian di LembagaPenelitian UNY) 2002 – 2003 Anggota Tim Pengembang Unit Usaha UNY 2005 StafAhliPembantuRektor II UNY 2005 – Feb. 2010 Anggota Tim Badan Hukum Pendidikan (BHP) UNY 2005 Anggota Tim Monitoring dan Evaluasi Keuangan UNY 2005 –2009 Koordinator Sistem Akuntansi Instansi, UNY 2005 – 2009 Anggota Tim Penjamin Mutu 2006 1997 – 2004 1991 – 1998 46 NO JENIS JABATAN NAMA JABATAN PERIODE UNY Anggota Pengembangan UNY dengan IDB-Loan 2006 – 2009 Anggota Tim Penjaminan Mutu FISE UNY 2007 – 2009 Ketua Tim Badan Layanan Umum 2008 (BLU) UNY Sekretaris Tim Sistem Akuntansi dan Internal Audit UNY 2009 Koordinator Bidang Keuangan Tim Pengembang UNY 2009 Sekretaris Jurusan Pendidikan Akuntansi 2011 – sekarang Anggota Tim Audit Internal, Kantor Audit Internal (KAI) UNY 2011 Ketua Tim Penyusun Buku Pedoman Audit Operasional KAI 2011 Anngota Tim Satuan Pengendalian Instansi Pemerintah (SPIP), KAI UNY 2012 – sekarang E. Kegiatan Penelitian No Tahun JudulPenelitian Sumber Jumlah Jumlah Dana Dana (Rp) Anggota 1. 1999 PengaruhInformasiAkuntansiTerh adapKeputusanInvestasi di Pasar Modal Indonesia Swadana -- 1 2. 2004 Pengaruh EVA dan ROA TerhadapHargaSaham UNY 1.500.000 1 3. 2004 Asosiasi Budget Partisipatif Dengan Kinerja UNY 3.000.000 4 47 No Tahun JudulPenelitian Sumber Jumlah Jumlah Dana Dana (Rp) Anggota 4. 2005 ReaksiPasar Modal UNY TerhadapPengumumanKenaikanH arga BBM 2.500.000 1 5. 2005 Strategi Peer Lesson dan Rehearsal Practice Pairs DalamPembelajaranBerbasisKom petensi Mata KuliahAkuntansiPerpajakanPada Mahasiswa Program StudiPendidikanAkuntansi PDU FIS UNY UNY 3.000.000 3 6. 2008 Penerapan Desain, Teknik, dan Finishing Dalam Peningkatan Mutu Produksi Keramik di UMKM “Tunas Asri Keramik” Bantul, Yogyakarta. IPTEKD A LIPI 144.000.000 4 7. 2008 AsosiasiAntaraLabadanArusKasT erhadapHargaSaham: BuktiEmpirispada Perusahaan Keuangan di Bursa Efek Indonesia. UNY 3.000.000 1 8. 2009 PengendalianRisikoTunnelingpad aTransaksi Merger &AkuisisidanMekanisme Corporate Governance:BuktiEmpirispadaGr upBisnis di DPPM DIKTI 30.000.000 2 Hibah Fundame ntal DIKTI 30.000.000 1 Indonesia danJepang 9. 2013 Adaptasi Aplikasi Game Theory Dalam Bidang Akuntansi 48 F. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat No Tahun JudulKegiatan Penyelenggara Jumlah Dana (Rp) 1. 2005sekarang Pembina DinasPendidikanda OlimpiadeSainsNasional (OSN) nOlah Raga Kota BidangEkonomiuntuk Kota danProvinsi Yogyakarta dan Prov. DIY 2. 2005 PelatihanKewirausahaandanLife UNY Skill DevelopmentBerbasisSistemBagi MudaMudiKarangTarunaDusunPucang Anom, Wedomartani, Ngemplak, Sleman 3. 2007 Pembina OlimpiadeSainsNasional (OSN) BidangEkonomiuntukKabupaten Sleman DinasPendidikanKa b. Sleman 4. 2008 Pembina OlimpiadeSainsNasional (OSN) BidangEkonomiuntukKabupaten Purworejo DinasPendidikanKa b. Purworejo 5 2008 PelatihanAkuntansiSektorPublikb agi Guru-Guru Akuntansi se-DIY (MGMP-Akuntansi DIY) MGMP Akuntansi DIY 6. 2009 Pembina OlimpiadeSainsNasional (OSN) BidangEkonomiuntuk Kota Magelang DinasPendidikanKa b. Magelang 7. 2010 PelatihanPenyusunanLaporanAru sKasbagi Guru SMK Negeri 1,Pengasih KKN PPL G. Lain-lain No Tahun 1 1988 Uraian Register Akuntan Negara NomorD-7316 3.000.000 Penyelenggara Departemen 49 Keuangan R.I. 2. 2011 Lulus PendidikandanPelatihanSertifikasiAkuntanPublik Tingkat PemeriksabagiKeuangan Negara Pusdiklat BPK RI (No Sertifikat 581/DPK/KAP/JKT/2011) 3. 2011 PenyajimakalahpadaKonferensiInternasional, The Asia-Pacific Conference on Educational Management and Leadership, denganjudul: Accounting in Asia Pacific Region: Hofstede-Gray Theory Universitas Sultan Idris, Malaysia 4. 2012 Anggota Chartered Accountant (C.A) dari Ikatan Akuntan Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Denganinisayamenyatakanbahwainformasi yang kualifikasi, danpengalamansayadengansesungguhnya. sayatulisinimenerangkankeadaan, Yogyakarta, 27 Maret 2014 Abdullah Taman, SE. MSi. Ak NIP.19630624 199001 1 50 CURRICULUM VITAE A. Identitas 1. Nama, Gelar, dan NIP : Andian Ari Istiningrum, M.Com NIP 19800902 200501 2 001 2. Tempat & Tanggal lahir : Yogyakarta & 2 September 1980 3. : Lektor 300 Jabatan fungsional 4. Pangkat,Gol/Ruang : Penata Muda Tk 1 / IIIb 5. Mata Kuliah/bidang Ilmu : Akuntansi Pengantar 6. Jurusan/Fakultas : Pendidikan Akuntansi/Ekonomi 7. Alamat : Padokan Lor, Tirtonirmolo, Bantul 8. HP : 081806491980 9. Email : [email protected] B. Riwayat Pendidikan. No. Universitas/Institut Program Bidang Ilmu Tahun lulus (S1, S2, S3) 1. Universitas Gadjah Mada S1 Akuntansi 2004 2. Universitas Negeri Yogyakarta S1 Pendidikan Matematika 2006 3. The University of Queensland S2 Commerce in Professional Accounting 2010 C. Mata kuliah yang diampu. No Mata kuliah Tahun Strata 1. Matematika Bisnis 2005 s/d sekarang S1 2. Matematika Ekonomi 2005 s/d sekarang S1 3. Akuntansi Pengantar 1 dan 2 2006 s/d sekarang S1 dan D3 4. Praktikum Akuntansi Pengantar 2006 s/d 2007 D3 5. Analisis Laporan Keuangan 2006 s/d sekarang S1 51 6. Teori Akuntansi 2007 s/d 2008 S1 7. Studi Kelayakan Bisnis 2007 s/d sekarang S1 dan D3 8. Statistik 2006 S1 9. Akuntansi Manajemen 2008 D3 10 Akuntansi Keuangan Menengah 1 dan 2 2011 s/d 2013 S1 11 Bahasa Inggris 2011 s/d sekarang S1 dan D3 D. Training, Short Visit, dan sejenisnya 1. Pelatihan Penulisan Proposal PPM Program DPPM untuk Dosen FISE-UNY pada tanggal 7 Maret 2011 oleh FISE UNY. 2. Pelatihan Introduction To ICT-Based English Language Teaching pada tanggal 1 4 Maret 2011 oleh Higher Learning International. 3. Pelatihan Auditor Kantor Audit Internal UNY pada tangal 9 April 2011 oleh Kantor Audit Internal UNY. 4. TOT Pendirian Business Center untuk Dosen pada tanggal 1-2 Oktober 2011 oleh EEC UNY. 5. Pelatihan Peningkatan Layanan Kinerja Dosen dan Pegawai di Lingkungan FIS dan FE UNY pada tanggal 29 Oktober 2011 oleh FIS dan FE UNY. 6. Pendidikan dan Pelatihan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah bagi pegawai Instansi Vertikal se-Wilayah DIY pada tanggal 24 – 28 Oktober 2011 oleh BPKP. 7. Pelatihan Dosen Pembimbing Lapangan KKN-PPL pada tanggal 19 April 2011 oleh LPMP UNY. 8. Pelatihan Peningkatan Kualitas Auditor SPI UNY 2012 Dalam Bidang Pengadaan Barang dan Jasa pada tanggal 23 Juni 2012 oleh SPI UNY. E. Karya ilmiah dalam jabatan/pangkat terakhir, yang relevan dengan Bidang Ilmu. 1. Artikel: “ The Importance of Moving to International Financial Reporting Standards for Indonesian Companies ”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Volume IX Nomor 1 Tahun 2011. ISSN 0853 – 9472. 52 2. Artikel : “Implementasi Penilaian Risiko Dalam Menunjang Pencapaian Tujuan Instansi Pendidikan” , Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Volume IX No. 2 Tahun 2011. ISSN 0853 - 9472 3. Penelitian : “ Analisis Profitabilitas Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Manajemen Hotel (Studi Kasus UNY-Hotel Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Volume IX No. 2 Tahun 2011. ISSN 0853 – 9472 4. Artikel : “Experiential Learning in Introducing IFRS at Universities in Indonesia”, Jurnal Economia, Volume 8 Nomor 1 Tahun 2012. F. Pengabdian kepada masyarakat dalam jabatan/pangkat terakhir. 1. Evaluator Keefektifan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang pada CV Artha Yogyakarta, bulan November – Desember 2011. 2. Pelatihan Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap Dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan Bagi Guru-Guru Akuntansi Keuangan pada SMK Mitra UNY di DIY. 3. Pelatihan Akuntansi UMKM Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan UMKM 4. Pelatihan Penentuan Harga Pokok Penjualan bagi UMKM G. Kegiatan seminar ilmiah/ lokakarya/ workshop/ pegelaran/ pameran/ peragaan dalam jabatan/pangkat terakhir, yang relevan dengan Bidang Ilmu. 1. Workshop Audit Command Language pada tanggal 20 – 24 Juni 2011 oleh Badan Audit Internal Universitas Negeri Semarang. 2. Workshop Pengembangan Kantor Audit Internal UNY pada tanggal 14 Mei 2011 oleh Kantor Audit Internal UNY. 3. Workshop on How to Write Journal Articles in English pada tanggal 26 Juli 2011 oleh Board of Journal Education YSU Research Institute. 4. Lokakarya Penulisan Artikel Ilmiah pada tanggal 10 Oktober 2011 oleh FISE UNY. 5. Seminar Ilmiah Peningkatan Kualitas Lulusan Pendidikan Akuntansi dan Kontribusinya terhadap Pembangunan Karakter pada tanggal 10 September 2011 oleh FISE UNY. 53 6. Diskusi Ilmiah dan Temu Ilmiah Membangun Jaringan Alumni untuk Membentuk Lulusan yang Kompeten dan Berkarakter pada tanggal 6 Mei 2012 oleh FE UNY H. Tugas tambahan yang pernah di pegang: 1. Pemimpin Redaktur Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia periode 2011 – sekarang 2. Anggota Redaktur Jurnal Nominal periode 2012 - sekarang 3. Bendahara 2 Jurusan Pendidikan Akuntansi FE UNY periode 2012 – sekarang 4. Auditor Ad Hoc Satuan Pengendalian Intern UNY periode 2011 – sekarang 5. Tim penyusun pedoman Sistem Pengendalian Intern Pemerintah untuk UNY – 2011. 6. Tim penyusun pedoman Penulisan Tugas Akhir Skripsi Untuk Mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi Kelas Internasional – 2012 Dengan ini saya menyatakan bahwa informasi di atas sesuai dengan kondisi saya sesungguhnya. Yogyakarta, 2 April 2014 Andian Ari Istiningrum, M.Com NIP 19800902 200501 2 001 54 CURRICULUM VITAE I. Nama IDENTITAS : Mahendra Adhi Nugroho NIP : 198311202008121002 Pangkat / golongan : Penata muda Tk II / IIIb Pekerjaan : Dosen Akuntansi FISE, UNY Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 20 November 1983 Alamat : Jl. Rajawali II/28 Manukan, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta. 55283 No telepon : (0274) 886 025 / 081 328 443 576 E-mail : [email protected] / [email protected] Blog : blog.uny.ac.id/mahendra II. Jenjang PENDIDIKAN FORMAL Nama sekolah Jurusan SD SD Marsudirini Yogyakarta - 1996 SLTP SLTP Negri 6 Yogyakarta - 1999 SMU SMU N 11 Yogyakarta - 2002 S1 Universitas Islam Indonesia Akuntansi S2 Universitas Gadjah Mada Ilmu Akuntansi Konsentrasi 2008 Sistem Informasi III. No 1 2006 PELATIHAN, SEMINAR DAN LOKAKARYA Nama Pelatihan Tahun Tempat Lokakarya Peningkatan Kinerja Tenaga Akademik 28-29 mei 2011 Tahun lulus Malang Penyelenggara FISE UNY 55 2 Pelatihan Fotografi Jurnalistik 25 Mei 2011 FISE UNY FISE UNY 3 Pelatihan Penulisan Proposal PPM Progam DPPM untuk Dosen FISE-UNY 7 Maret 2011 FISE UNY FISE UNY 4 Pelatihan Academic Speaking 5 Seminar “Public Finance Management Reform In Indonesia And EU Countries: Achievements And Lessons” 29 April 2010 Hotel Phoenix, Yogyakarta Delegasi Uni Eropa di Indonesia Dan Pusat Studi Asia Psifik Universitas Gadjah Mada 6 Orientasi Pengembangan Pembimbing Kemahasiswaan (OPPEK) 23 – 25 Oktober 2009 Kaliurang, Kemahasiswaan UNY IV. No Oktober 2010 P3B UNY P3B UNY Yogyakarta HASIL PENELITIAN / KARYA TULIS PUBLIKASI Tahun Judul Publikasi 1 2013 2 2012 Pengaruh Technology Readiness Terhadap Penerimaan Teknologi Komputer Pada UMKM Di Yogyakarta Correlations of Attitude to Avoid Sharing Risk and Trust with Informal Knowledge Sharing Ket. Penelitian Fakultas (Anggota) International Journal of Economics Business and Management Studies Artikel Ilmiah 3 2012 Konsep Teori dan Tinjauan Kasus Etika Bisnsis PT dirgantara Indonesia Jurnal Economia Volume 8, No. 1 Artikel Ilmiah 4 2011 Audit Lingkungan TI: Prespektif dan Dampak pada Proses Secara Komprehensif Jurnal pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX No 1 Artikel Ilmiah 5 2011 Teknologi Knowledge Management: Peran TI dalam Informasi: Kajian maslah Pendidikan Artikel Ilmiah 56 No Tahun Judul Publikasi Pengelolaan Knowledge dan Ilmu Sosial Ket. 6 2011 Pengaruh Sikap Menghindari Risiko Sharing dan Knowledge Self-Efficacy terhadap Informal Knowledge Sharing pada Mahasiswa FISE UNY -- Penelitian Fakultas (Anggota) 7 2011 Influence of Librarian Service Quality on Academic Library ECatalog Use Journal of Education Volume 4 Number 01, November 2011 8 6-8 Oktober 2010 Does Computer Anxiety Has Effects On Academic Library Electronic Catalogue Success? International Business Artikel Education Journal Ilmiah Vol. 3 Issue Number 1 (2010) 9 2010 Strategi Pemberdayaan Ekonomi Melalui Life Skill Education Sebagai Usaha Pengentasan Kemiskinan Bagi Komunitas Waria Di Kotamadya Yogyakarta -- Penelitian Stratnas (Anggota) 10 2010 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Pelayanan Pegawai Administrasi Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Pegawai Administrasi Terhadap Kepuasan Mahasiswa Di Lingkungan FISE UNY -- Penelitian Fakultas (Anggota) 11 15 Maret, 2010 Mengamankan Akun FB Anda Tajuk DIGITAL harian Kedaulatan Rakyat Artikel Populer 12 Desember, 2009 Model Penerimaan E-Commerce Jurnal pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VII No 2 Jurnal Ilmiah 13 Mei, 2008 Kesuksesan Katalog Elektronik Perpustakaan Akademik: Pengaruh Ketakutan Komputer Pemakai dan Kualitas Pelayanan Pustakawan dengan Kualitas Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11 No 2 (terakreditasi) Jurnal Ilmiah 57 No Tahun Judul Publikasi Ket. Sistem dan Kualitas Informasi Sebagai Variabel Kendali V. No PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Judul Tempat Tahun Dana Ket 1 Pelatihan Kewirausahaan Bagi Santri Pondok Pesantran Darush Shalihat Sebagai Upaya Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan dan Menggali Ide Usaha Baru Pondok Pesantren Darush Shalihat 2012 DIPA FE UNY Anggota 2. Pelatihan Akuntansi UMKM bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Perusahaan Dekaranas DIY 2012 DIPA FE UNY Anggota 3 Pelatihan PowerPoint Untuk Guru SMA Negeri 1 Sewon Bntul 20 Agustus 2011 mandiri Pemateri 4 Penyuluhan Kewirausahaan Dusun Tumbrem Salam Magelang 24 Juli 2011 Mandiri Pemateri 5 Penyuluhan Kewirausahaan Dusun Tegalarung Duhun, magelang 23 Juli 2011 Mandiri Pemateri 6 Seminar Membangun Blog Menggunakan Wordpress.com SMA Piri 1 Yogyakarta 16 Juli 2011 Mandiri Pemateri 7 Pelatiah Audit Internal KOPMA UNY Kopma UNY 24 Juni 2011 Mandiri Pemateri 8 Pelatihan Pengolahan Data Statistik dengan Menggunakan SPSS bagi Mahasiswa Akuntansi untuk Meningkatkan Kualitas Karya Ilmiah Mahasiswa FISE UNY 2010 DIPA FISE UNY Anggota 9 Pelatihan MYOB Accounting SMK 2010 Mandiri Pemateri 58 No Judul Tempat di SMK YPKK 2 Sleman 10 Tahun Dana Ket YPKK 2 Sleman Penyuluhan Kewirausahaan: Semin Motivasi Berwirausaha Sebagai Gunung Jembatan Menuju Perbaikan Kidul 2010 Mandiri Pemateri Ekonomi II. DIKTAT/BUKU YANG DITERBITKAN No 1 III. Judul Modul Pembelajaran: Accounting Information System Tahun 2011 Tempat/Penerbit FE UNY TUGAS TAMBAHAN YANG DIPEGANG 1. Tim Adhoc pencermat dokumen Kantor Audit Internal UNY tahun 2010 - Sekarang 2. Pembimbing Kemahasiswaan Prodi Akuntansi UNY Oktober 2010 – sekarang 3. Rerporter redaksi Website FISE UNY 2011 4. Redaktur Jurnal Economia 2012 - Sekarang 5. Redaktur e-Journal Prodi P. Akuntansi 2012-sekarang 6. Kepala divisi Pelatihan Puskom UNY 2013 – sekarang Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat sesuai dengan keadaan sebenarnya Yogyakarta, 31Maret 2014 Mahendra Adhi Nugroho NIP 198311202008121002 59 CURRICULUM VITAE Data Pribadi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama NIP Jabatan Fungsional Tempat/Tgl. Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Telp/HP Email : Endra Murti Sagoro, M.Sc. : 19850409 201012 1 005 : Asisten Ahli : Bantul, 9 April 1985 : Laki-Laki : Islam : Siyangan Rt01 Triharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta : 085643183614 : [email protected] Latar Belakang Pendidikan Jenjang Nama Lembaga Pendidikan Jurusan Tahun Lulus SD SDN Ngabean - 1997 SMP SMPN 1 Pandak - 2000 SMA SMAN 1 Bantul - 2003 S1 Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Akuntansi Januari 2007 S1 STIE Adhy Niaga Akuntansi November 2007 S2 Universitas Gadjah Mada Akuntansi Oktober 2009 Pengalaman Mengajar Mata Kuliah Prodi Tahun Akuntansi UMKM dan Koperasi Pendidikan Akuntansi 2010 - sekarang Akuntansi UMKM dan Koperasi Akuntansi 2010 - sekarang Akuntansi UMKM dan Koperasi Pendidikan Ekonomi 2012 - sekarang Akuntansi UMKM dan Koperasi Manajemen 2012 - sekarang 60 Akuntansi Keuangan Menengah II Pendidikan Akuntansi 2010 - sekarang Akuntansi Keuangan Menengah II Akuntansi 2010 - sekarang Akuntansi Keuangan Lanjutan I Akuntansi 2010 - sekarang Akuntansi Keuangan Lanjutan Pendidikan Akuntansi 2010 - sekarang Akuntansi Pengantar Pendidikan Akuntansi 2010 - sekarang Bisnis Pengantar Pendidikan Akuntansi 2010 - sekarang Bidang Keahlian - Akuntansi Keuangan - Akuntansi UMKM dan Koperasi - Bisnis dan Kewirausahaan Kegiatan Penelitian No 1. Tahun 2007 Judul Penelitian Pengaruh Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah, Lingkungan Masyarakat, dan Motivasi Siswa terhadap Kesiapan Siswa dalam Penggunaan Internet sebagai Media Pembelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 2 Sleman Tahun Ajaran 2006/2007. Analisis Sistem Akuntansi Piutang pada PT Bank BTPN Yogyakarta. Pengaruh Kecemasan Bahasa, Kecemasan Internet, Efikasi Diri Bahasa, dan Efikasi Diri Internet terhadap Niat Keperilakuan untuk Menggunakan Internet sebagai Investasi dengan Variabel Pemoderasi Toleransi Risiko. Evaluasi Prestasi Belajar Mahasiswa Program Kelanjutan Studi Jurusan Pendidikan Akuntansi Ditinjau dari IPK D3 dan Asal Perguruan Tinggi. 2. 2007 3. 2009 4. 2011 5. 2012 Analisis Tindakan Korupsi Pembelajaran Mata Kuliah Akuntansi pada Mahasiswa FE UNY 6. 2012 Studi Eksplorasi Model Pendidikan Kewirausahaan di SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta 61 7. 2013 Dampak ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dan ASEANIndia Free Trade Area (AIFTA) terhadap Kinerja Keuangan Industri Kreatif di Yogyakarta 8. 2013 Needs Assesment Terhadap Program Pendidikan Calon Guru Akuntansi FE UNY 9. 2013 Pengaruh Technology Readiness Terhadap Penerimaan Teknologi Komputer pada UMKM di Yogyakarta Kegiatan Pengabdian No 1. Tahun 2009 2. 2009 3. 2010 4. 5. 2010 2010 6. 2011 7. 8. 9. 2011 2011 2011 10. 2011 11. 2012 12. 2012 13. 2012 14. 2012 15. 2013 16. 2013 Judul Kegiatan Pelatihan Pembuatan Aplikasi Laporan Keuangan bagi UKM dengan Microsoft Excel Pelatihan Pembuatan Aplikasi Laporan Keuangan bagi UKM dengan Microsoft Excel Seminar Pembelajaran Akuntansi yang Menarik bagi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi. Seminar Akuntansi pada Usaha Kecil Menengah Seminar Pengembangan Usaha bagi Masyarakat untuk Mencapai Kebebasan Finansial bagi Warga Kecamatan Temon Penyuluhan Manajemen Keuangan Keluarga bagi Warga Dusun Sempon Seminar Strategi Belajar Akuntansi bagi Siswa SMKN 1 Yogyakarta Pelatihan Kewirausahaan bagi Siswa SMAN 7 Yogyakarta Pelatihan Strategi Pemulihan Ekonomi Pasca Erupsi Merapi bagi Warga Kelurahan Argomulyo Pelatihan Manajemen Keuangan dan Pembuatan Proposal Usaha untuk Dosen-Dosen Pengampu Mata Kuliah Kewirausahaan UNY Pelatihan Akuntansi UMKM bagi UMKM Dekranas Kota Yogyakarta Penyuluhan Kewirausahaan “Inovasi dan Pemasaran Produk” bagi Warga Bendogede II, Sumbergiri, Ponjong Penyuluhan Kewirausahaan “P-IRT dan Strategi Pengembangan Home Industry” di Kepuh, Dadap Ayu, Semanu Penyuluhan Kewirausahaan dan UMKM bagi Warga Desa Selang Wonosari Pelatihan Pembentukan dan Pengelolaan Keuangan Koperasi bagi Kelompok Usaha (KU) Desa Tirtohargo untuk Peningkatan Kesejahteraan Anggota Pelatihan Penentuan Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan guna Mencapai Keefektifan dan Efisisensi UMKM 62 Buku dan Diktat No 1. 2. 3. Tahun 2009 2010 2013 Judul Buku/Diktat Diktat Akuntansi Keuangan Menengah II Buku Akuntansi UMKM dan Koperasi Buku Ajar Kewirausahaan Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dan apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Yogyakarta, 1 Maret 2014 Peneliti, Endra Murti Sagoro, M.Sc. NIP. 198504092010121005 63 RIWAYAT HIDUP Nama : Atik Fajaryani Tempat, tanggal lahir : Bantul, 13 Juni 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Gandekan RT04 Guwosari Pajangan Bantul D.I. Yogyakarta 55751 Nomor HP : 085643775838 Pendidikan : TK TK Masyitoh Dukuh 1998-1999 SD SD Negeri Tegaldowo Bantul 1999-2005 SMP SMP Negeri 2 Bantul 2005-2008 SMK SMK Negeri 1 Bantul 2008-2011 Perguruan Tinggi Universitas Negeri Yogyakarta 2011-sekarang Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang saya terangkan dalam Riwayat Hidup tersebut menggambarkan kondisi saya yang sesungguhnya. Yogyakarta, 2 April 2014 Atik Fajaryani 64 65