9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang 2.1.1 Definisi Batubara Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air, biasa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses perubahan menjadi batubara. Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara. Proses pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut juga sebagai proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit. Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana proses yang berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan Tesis 10 tekanan. Jadi pembentukan batubara berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari sisa tumbuhan yang mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon, alterasi, pengurangan kandungan air, dalam tahap awal pengaruh dari mikroorganisme juga memegang peranan yang sangat penting. 2.1.2 Potensi Batubara Batubara merupakan salah satu sumber energi yang banyak dipergunakan untuk pembangkit listrik, dimana konsumsi batubara dunia mengalami kenaikan yang sangat pesat. Bila pada tahun 1990 total konsumsi batubara dunia baru 3.461 ton, pada tahun 2007 meningkat menjadi 5.522 ton atau meningkat sebesar 59,5% atau 3,5% per tahun. International Energy Agency (IEA) memperkirakan konsumsi energi dunia akan tumbuh rata-rata 2,6% per tahun antara periode 2010-2015 dan melambat menjadi 1,7% pertahun sepanjang tahun 2015-2030. meningkatnya konsumsi batubara dunia tidak lepas dari meningkat pesannya permintaan energi dunia dimana batubara merupakan pemasok energi terbesar setelah minyak dengan kontribusi 26%. World Energy Council memperkirakan cadangan batubara dunia terbukti mencapai 847.448 juta ton pada akhir tahun 2007 tersebar dilebih dari 50 negara. Berdasarkan kandungan kalorinya, sebesar 50,8% antrasit (kalori sangat tinggi) dan bituminus (kalori tinggi), dan 48,2% berupa sub bituminus (kalori sedang) dan lignit (kalori rendah). Dengan tingkat produksi saat ini menurut IEA, maka batubara dapat dieksploitasi setidaknya sampai minimal 133 tahun kedepan, jauh lebih lama dengan minyak dan gas bumi yang masing-masing hanya hanya dapat dieksploitasi sekitar 42 tahun dan 60 tahun kedepan. Tesis 11 Meskipun tersebar dilebih dari 50 negara, sekitar 76,3% cadangan batubara terbukti terkonsentrasi di 5 negara yakni Amerika Serikat (28,6%), Rusia (18,5%), China (13,5%), Australia (9%), dan India (6,7%) seperti terlihat pada gambar 2.1. Pada tahun 2007 kelima negara memberikan kontribusi sebesar 82% terhadap total produksi batubara dunia yang sebesar 5.543 juta ton. Gambar 2.1. Cadangan Terbukti Batubara Dunia Menurut data World Energy Council pada tahun 2007 Indonesia memiliki cadangan batubara terbukti sebesar 4,3 miliar ton, dan menurut data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral cadangan batubara terbukti Indonesia mencapai 5,3 miliar ton, sedangkan untuk cadangan terkira mencapai 13,411 miliar ton. 2.1.3 Konsumsi Batubara Dunia Sebagai pembangkit listrik, batubara penyumbang terbesar untuk energi primer yaitu sebesar (41%), dibandingkan dengan energi lainnya seperti gas Tesis 12 (20,1%), hydro (16%), nuklir (14,8%) dan minyak (5,8%). Disejumlah negara peran batubara sebagai pembangkit listrik sangat dominan seperti di polandia (93%), Afirka Selatan (93%), Australia (80%), Cina (78%), dan Indonesia (71%). Pasar batubara terbesar adalah Asia yang mengkonsumsi sekitar 54% dari konsumsi batubara dunia dan impor batubara terbesar adalah dari negaranegara Asia seperti Jepang, Korea, Cina Taipe, India, dan Cina. Jepang adalah negara pengimpor batubara terbesar di dunia dengan volume impor 182 juta ton tahun 2007, diikuti oleh Korea, Cina Taipe masing 88 juta ton dan 69 juta ton. 2.1.4 Industri Batubara Indonesia Dalam beberapa tahun terakhir, batubara telah memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi devisa negara. Tahun 2008 batubara mampu menyumbang $320,6 juta untuk devisa. Untuk konsumsi energi nasional batubara menyerap 71% konsumsi batubara domestik, disamping industri semen, Industri tekstil dan Industri pulp. Tren produksi batubara Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dimana pemasaran produksi batubara ada yang diekspor dan ada yang digunakan untuk domestik. Pada Gambar 2.2. terlihat tren produksi, ekspor dan domestik batubara Indonesia tahun 1992-2008. sebagian besar penjualan batubara total Tesis Indoensia di ekspor, dimana pada tahun 2008 dari 13 Juta Ton 200,000 180,000 160,000 140,000 120,000 Produksi 100,000 Penjualan Ekspor Penjualan Domestik 80,000 60,000 40,000 20,000 0 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Gambar 2.2. Tren Produksi Penjualan, Ekspor dan Domestik Batubara Indonesia Tahun 1992 - 2008 total penjualan 188,711 juta ton, di ekspor sebesar 140,354 juta ton, dan domestik hanya sekitar 48,750 juta ton. 2.2 Teori Permintaan (Demand) Teori permintaan/demand adalah kemauan dan kemampuan dari konsumen untuk membeli sejumlah barang tertentu pada harga tertentu dalam waktu tertentu (the willingness and ability of buyers to purchase different quantities of good at different prices during a spesific time period1)). Permintaan adalah kebutuhan masyarakat / individu terhadap suatu jenis barang tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut: ¾ Tesis Harga barang itu sendiri 14 ¾ Harga barang lain ¾ Pendapatan konsumen ¾ Cita masyarakat / selera ¾ Jumlah penduduk ¾ Musim / iklim ¾ Prediksi masa yang akan datang 2.2.1 Hukum Permintaan (The Law of demand) Pada hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut 1). P ↑ Qd ↓ P ↓ Qd ↑ cateris paribus Dimana P = harga/price dan Qd = jumlah permintaan/quantity demanded Dari hipotesa di atas dapat disimpulkan, bahwa: 1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila barang tersebut turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang tersebut. 2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumsn berkurang, sehingga memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik harganya. Tesis 15 2.2.2 Pengaruh Faktor Bukan Harga Terhadap Permintaan Beberapa faktor bukan harga yang mempengaruhi permintaan, antara lain : ¾ Harga barang lain Hubungan suatu barang dengan barang lain dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan: a. Barang pengganti / barang subsidi, yaitu apabila suatu barang dapat menggantikan fungsi barang lain. Contoh : Miyak tanah dan gas, minyak tanah dan batubara Harga barang subsidi dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang yang digantikannya. b. Barang pelengkap / Complementer, yaitu apabila suatu barang selalu digunakan secara bersama. Contoh : gula dan kopi c. Barang yang tidak saling berhubungan Contoh : Batubara dengan sandal komoditi pertanian ¾ Pendapatan Konsumen Berhubungan pendapatan konsumen akan menimbulkan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang. Jenis barang dapat dibedakan menjadi 2 (Dua) macam, yaitu : a. Barang normal, yaitu barang yang permintaannya akan meningkat apabila pendapatan konsumen naik Tesis 16 b. Barang inferior / barang bermutu rendah, yaitu barang yang diminta konsumen berpenghasilan rendah, apabila pendapatan konsumen tersebut naik maka permintaan terhadap barang inferior akan menurun. ¾ Corak distribusi pendapatan Jika Pemerintah menaikan pajak pada orang kaya, untuk menaikan pendapatan yang berpenghasilan rendah, maka corak permintaan barang berubah. ¾ Cita rasa masyarakat / selera Perubahan cita rasa masyarakat akan merubah permintaan terhadap suatu barang ¾ Jumlah Penduduk Pertambahan penduduk akan diakui oleh adanya kesempatan kerja. Dengan demikian akan merubah daya beli masyarakat, selanjutnya akan menambah permintaan berbagai barang. ¾ Prediksi masa yang akan datang Jika konsumen memprediksi akan adanya kenaikan harga suatu barang dimasa yang akan datang, maka permintaan terhadap barang tersebut meningkat. 2.3. Teori Penawaran (Supply) Penawaran/supply adalah kemauan atau kemampuan dari produsen untuk memproduksi dan menawarkan barang tertentu pada harga tertentu dalam suat Tesis 17 periode tertentu (the willingness and ability of sellers to produce and offer to sell different quantities of a good at different prices during a specific time period 1). Keinginan para penjual dalam menawarkan barang ada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor penting, yaitu : ¾ Harga barang itu sendiri ¾ Harga-harga barang lain ¾ Biaya produksi ¾ Tujuan perusahaan ¾ Tingkat produksi yang digunakan 2.3.1 Hukum Penawaran (The Law of Supply) Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut ditawarkan pada penjual. Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. P ↑ Qs ↑ P ↓ Qs ↓ ceteris paribus Dimana : P = harga/price dan Qs = jumlah penawaran/quantity suppied 2.3.2 Pengaruh bukan harga terhadap penawaran : Beberapa faktor bukan harga yang mempengaruhi permintaan, yaitu : ¾ Harga barang lain Tesis 18 Barang subtitusi maupun complementer akan mempengaruhi suatu barang yang dibutuhkan masyarakat. Jika harga barang import naik masyarakat cenderung untuk membeli barang buatan dalam negeri. Sehingga mendorong produsen dalam negeri untuk menambah produksinya, maka penawaran harga tersebut meningkat. ¾ Biaya produksi Jika biaya untuk memperoleh faktor produksi tinggi, maka perusahaan akan rugi, bahkan akan menutup perusahaannya, sehingga barang yang diproduksinya akan menurun. ¾ Tujuan produksi Setiap perusahaan mempunyai tujuan memeksimumkan keuntungan, sehingga perusahaan menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal, tetapi menggunakan pada tinggkat kapasitas yang memaksimumkan keuntungan sehingga penawaran akan kecil. ¾ Tingkat teknologi Kemajuan teknologi akan mengakibatkan: - Produksi akan bertambah cepat - Biaya produksi semakin rendah, keuntungan akan bertambah. Dengan demikian kemajuan teknologi cenderung menaikan penawaran. Tesis 19 2.4. Elastisitas Elastistitas adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan seberapa besar pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnnya terhadap perubahan permintaan dan penawaran dari suatu komoditas. Elastisitas dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran. Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas, sedangkan elastisitas penawaran merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga maupun faktor-faktor lainnya terhadap perubahan penawaran komoditas tersebut. 2.4.1.Elastisitas Permintaan Secara umum penaksiran elastisitas permintaan berguna bagi perusahaan maupun bagi pemerintah. Adapun manfaat dari penaksiran elastisitas permintaan adalah : 1. Bagi perusahaan (produsen), elastisitas permintaan dapat menjadi landasan dalam menyusun kebijakan penjualannya. Bila diketahui sifat responsif permintaan atas komoditas yang dihasilkan perusahaan, pihak perusahaan dapat menentukan perlu tidaknya untuk menaikkan harga jual komoditas yang dihasilkannya. 2. Bagi pemerintah dapat digunakan untuk meramalkan kesuksesan dari kebijakan tertentu yang akan dilaksanakannya. Secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), Elastisitas permintaan Tesis 20 terhadap pendapatan (income elasticity of demand) dan Elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand). 1. Elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand) Yaitu mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Atau dapat juga disebut juga ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi citeris paribus. a. Permintaan yang Elastis dan Inelastis Permintaan komoditas memiliki elastisitas yang beragam. Permintaan komoditas dikatakan elastis jika jumlah komoditas yang diminta peka terhadap perubahan harga dan dikatakan inelastis (tidak elastis) jika jumlah komoditas yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga. Klasifikasi elastisitas suatu komoditas mengikuti kaidah berikut : ¾ Elastisitas nol (tidak elastis sempurna). Dalam hal ini perubahan harga suatu komoditas tidak akan berubah jumlah komoditas yang diminta tersebut (kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu tegak) ¾ Elastisitas sempurna. Pada suatu harga tertentu, pasar sanggup membeli semua komoditas yang ada di pasar, berapa pun banyaknya komoditas yang dipasarkan oleh para penjual pada harga tersebut semuanya akan dapat terjual. ¾ Elastisitas uniter. Untuk komoditas dengan elastisitas uniter (nilai mutlak elastisitas sama dengan 1), perubahan harga komoditas tersebut dalam suatu persentase tertentu, akan diikuti dengan perubahan jumlah Tesis 21 komoditas yang diminta tersebut dalam persentease yang sama (pada umumnya dalam arah yang berlawanan), sehingga nilai mutlak hasil bagi kedua nilai tersebut adalah satu. ¾ Elastis (nilai mutlak ηp > 1). Jumlah komoditas yang diminta akan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya elastisitas permintaan suatu komoditas. Beberapa faktor yang terpenting adalah : ¾ Tingkat kemampuan komoditas-komoditas lain untuk menggantikan komoditas tersebut. ¾ Persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli komoditas ¾ Jangka waktu untuk menganalisi permintaan 2. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand) Adalah suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan (income), nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk dalam komoditas mewah, normal, atau inferior. 3. Elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand) Adalah koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu komoditas apabila terjadi perubahan harga komoditas lain. Koefisien elastisitas permintaan silang sering digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan komplemen atau substitusi diantara komoditas. Tesis 22 2.4.2.Elastistas Penawaran Apa yang berlaku untuk permintaan terhadap suatu komoditas dapat pula berlaku untuk penawarannya. Elastisitas penawaran terhadap harga (price elasticity of supply) mengukur persentase perubahan jumlah komoditas yang ditawarkan sebagai reaksi terhadap perubahan harga komoditas tersebut sebesar 1 %. Dengan demikian elastisitas penawaran terhadap harga dapat digunakan untuk mengukur respon penawaran sebagai akibat perubahan harga. 1. Penggolongan Kurva Penawaran Bentuk kurva penawaran mempengaruhi besarnya elastisitas penawaran terhadap harga. Dalam kaitannya dengan elastisitas penawaran terhadap harga, maka kurva penawaran dapat digolongkan menjadi : ¾ Elastis Sempurna, bila penjual bersedia menjual semua komoditasnya pada suatu harga tertentu. ¾ Elastis, bila perubahan harga komoditas menyebabkan perubahan komoditas yang ditawarkan dalam porsi yang lebih besar dari porsi perubahan harga. ¾ Elastis Uniter, dengan kurva penawaran berupa garis lurus yang bermula dari titik 0 dan merupakan kasus khusus dimana persentase kenaikan jumlah yang ditawarkan sama dengan persentase kenaikan harga. ¾ Tidak Elastis, bila persentase perubahan harga menimbulkan persentase perubahan yang lebih kecil kepada jumlah yang ditawarkan. ¾ Tidak Elastis Sempurna, dalam hal ini penjual sama sekali tidak dapat menambah jumlah penawarannya walaupun harga bertambah tinggi. Tesis 23 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran Terdapat dua faktor yang dapat dianggap sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan elastisitas penawaran. Kedua faktor tersebut adalah sifat dari perubahan biaya produksi dan jangka waktu analisis. a. Sifat Perubahan Biaya Produksi Penawaran suatu komoditas merupakan penawaran yang tidak elastis bila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya tambahan yang sangat tinggi. Pada umumnya hal ini disebabkan karena : 1) Kapasitas produksi telah mencapai tingkat yang tinggi sehingga untuk menambah produksi harus dilakukan investasi baru. 2) Faktor-faktor produksi yang diberlakukan untuk meningkatkan produksi sangat sulit untuk diperoleh. Sebaliknya penawaran suatu komoditas merupakan penawaran yang elastis bila tambahan penawaran dapat dilakukan dengan mengeluakan biaya tambahan yang rendah. b. Jangka Waktu Analisis Dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elaatisitas penawaran dapat dibedakan tiga jenis jangka waktu : • Masa amat singkat Dalam masa yang amat singkat, para penjual tidak dapat menambah penawarannya sehingga dengan demikian penawarannya bersifat tidak elastis sempurna. Tesis 24 • Jangka Pendek Dalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan menggunakan kapasitas yang tersedia. • Jangka Panjang Dalam jangka panjang, produksi dan jumlah komoditas yang ditaawarkan dapat dengan mudah ditambah, oleh karenanya penawaran lebih bersifat elastis. 2.5. Teori Pembentukan Harga Teori pembentukan harga merupakan salah satu dasar dalam ilmu ekonomi khususnya mikroekonomi. Dalam kondisi pasar persaingan sempurna, harga suatu barang/komoditi merupakan perpotongan antara kurva demand (permintaan) dan kurva supply (penawaran). Demand adalah kemauan dan kemampuan konsumen untuk membeli kuantitas barang yang berbeda pada harga yang berbeda selama waktu tertentu (Arnold, 2008). Hukum yang berlaku pada demand adalah ketika harga barang naik, maka jumlah permintaan akan barang akan turun, demikian sebaliknya ceteris paribus. Supply adalah kemauan dan kemampuan produsen untuk memproduksi dan menawarkan kuantitas barang yang berbeda pada harga berbeda selama waktu tertentu. Hukum yang berlaku pada supply adalah ketika harga barang naik, maka jumlah produksi barang akan naik, jika harga turun maka jumlah produksi Tesis 25 akan barang akan turun ceteris paribus. Teori ini berlaku untuk semua jenis komoditas, termasuk di dalamnya adalah komoditas batubara. Pada Gambar 2.3. terlihat bentuk kurva demand-supply. Sumbu tegak (ordinat) dari grafik menunjukkan harga dari komoditas, sedangkan sumbu mendatar (absis) menunjukkan volume atau kuantitas dari komoditas yang diperjualbelikan. S P = Price / harga S = Supply / penawaran D = Demand / permintaan Q = Quantity / kuantitas P D Q Gambar 2.3. Kurva Demand-Supply 2.6. Keseimbangan Pasar (Equilibirium) Adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen sama dengan jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada suatu tingkat harga tertentu, Gambar 2.4. berikut : S P = Price / harga S = Supply / penawaran D = Demand / permintaan E = Equiliberium / keseimbangan Q = Quantity / kuantitas E P D Q Gambar 2.4. Keseimbangan Pasar (equilibirium) Tesis 26 2.7. Pasar Persaingan Sempurna Pasar adalah suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitas jual beli barang-barang dan atau jasa-jasa. Teori pasar persaingan sempurna dibuat atas dua asumsi penting yang berkenaan dengan prilaku perusahaan individual dan yang berkenaan dengan industri. Dalam kaitannya dengan perusahaan, diasumsikan bahwa perusahaan dalam pasar persaingan sempurna merupakan perusahaan penerima harga pasar (price taker). Perusahaan yang beroperasi di pasar persaingan sempurna tidak dapat mempengaruhi pasar melalui tindakan-tindakan yang dilakukanny sendiri, dengan kata lain perusahaan menerima secara pasif barapapun harga yang berlaku. 2.8. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan sebagai berikut pada Gambar 2.5. Tesis 27 Input (Kapital, tenaga kerja, tanah dan sumber daya alam, keahlihan) Fungsi Produksi (dengan teknologi tertentu Output (barang atau jasa Gambar 2.5. Proses Produksi Secara matematika fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Q = F (K, L, X, E) Dimana : Q = Output K; L; X; E = Input (kapital (K), tenaga kerja (L), tanah dan sumber daya alam (X), keahlian (E) ) F 2.9. = Fungsi Kebijakan Fiskal Pemerintah Dalam konsep teori ekonomi makro, kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengaturan kinerja ekonomi melalui mekanisme penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal ini terwujud dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang didalamnya terlihat berapa pengeluaran pemerintah, darimana pendapatan tersebut, komposisi pendapatan, untuk apa saja pendapatan yang telah didapat pemerintah, sektor mana yang mendapat alokasi pengeluaran tertinggi dan mana yang terendah, dan sebagainya. Tesis 28 Kaitannya dengan sektor pertambangan batubara, pemerintah bersama dengan DPR telah mengeluarkan kebijakan mengenai Energi Nasional, Pertambangan Mineral dan Batubara, perpajakan dan lain-lain. Dalam penerimaan pendapatan negara, khusus penerimaan pendapatan dari sektor batubara bagi perusahaan pertambangan batubara yang telah mendapat izin untuk beroperasi dan telah melakukan kegiatan produksi, maka terhadap peruahaanperusahaan tersebut diwajibkan untuk membayar kewajiban-kewajiban keuangan kepada pemerintah pusat maupun daerah. Pembayaran kewajiban-kewajiban ini merupakan konsekuensi diberikannya hak-hak dan perizinan untuk melakukan kegiatan usaha, pelayanan dan fasilitas-fasilitas yang diterima, penguasaan atas barang tambang dan manfaat yang diterima dari barang tambang tersebut. Jenis-jenis kewajiban keuangan yang harus dibayarkan perusahaan pertambangan kepada negara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pajak dan non pajak. Kewajiban pajak dikelompokkan lagi menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak Langsung terdiri dari : Tesis ¾ Pajak Penghasilan Badan (PPh Pasal 22, 23, 25, dan 29) ¾ Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 21/26) ¾ Pajak Penghasilan atas Bunga, Dividen dan Royalti (PPh Pasal 23, 26) ¾ Pajak Bumi dan Bangunan 29 Pajak Tidak Langsung terdiri dari : ¾ Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ¾ Bea Materai Jenis-jenis kewajiban Non Pajak : Tesis ¾ Bea Masuk atas Barang-Barang yang diimpor ¾ Iuaran Tetap/Landrent/Deadrent ¾ Iuran Produksi/Royalti ¾ Dana Hasil Produksi Batubara/DHPB (khusus bagi PKP2B) ¾ Bea Balik Nama ¾ Pungutan-pungutan/retribusi Pemerintah Daerah.