Microsoft Word - BAB II

advertisement
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Latar Belakang
2.1.1 Definisi Batubara
Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan
organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk
dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan
kondisi banyak air, biasa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat
penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses
perubahan menjadi batubara.
Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi
tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya
terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun
terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara. Proses
pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu
perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan peat
(peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut
juga sebagai proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit.
Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana proses yang
berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung
pada keadaan pada waktu geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan
Tesis
10
tekanan. Jadi pembentukan batubara berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari
sisa tumbuhan yang mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon,
alterasi,
pengurangan
kandungan
air,
dalam
tahap
awal
pengaruh
dari
mikroorganisme juga memegang peranan yang sangat penting.
2.1.2
Potensi Batubara
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang banyak dipergunakan
untuk pembangkit listrik, dimana konsumsi batubara dunia mengalami kenaikan yang
sangat pesat. Bila pada tahun 1990 total konsumsi batubara dunia baru 3.461 ton,
pada tahun 2007 meningkat menjadi 5.522 ton atau meningkat sebesar 59,5% atau
3,5% per tahun. International Energy Agency (IEA) memperkirakan konsumsi energi
dunia akan tumbuh rata-rata 2,6% per tahun antara periode 2010-2015 dan melambat
menjadi 1,7% pertahun sepanjang tahun 2015-2030. meningkatnya konsumsi
batubara dunia tidak lepas dari meningkat pesannya permintaan energi dunia dimana
batubara merupakan pemasok energi terbesar setelah minyak dengan kontribusi 26%.
World Energy Council memperkirakan cadangan batubara dunia terbukti
mencapai 847.448 juta ton pada akhir tahun 2007 tersebar dilebih dari 50 negara.
Berdasarkan kandungan kalorinya, sebesar 50,8% antrasit (kalori sangat tinggi) dan
bituminus (kalori tinggi), dan 48,2% berupa sub bituminus (kalori sedang) dan lignit
(kalori rendah). Dengan tingkat produksi saat ini menurut IEA, maka batubara dapat
dieksploitasi setidaknya sampai minimal 133 tahun kedepan, jauh lebih lama dengan
minyak dan gas bumi yang masing-masing hanya hanya dapat dieksploitasi sekitar 42
tahun dan 60 tahun kedepan.
Tesis
11
Meskipun tersebar dilebih dari 50 negara, sekitar 76,3% cadangan batubara
terbukti terkonsentrasi di 5 negara yakni Amerika Serikat (28,6%), Rusia (18,5%),
China (13,5%), Australia (9%), dan India (6,7%) seperti terlihat pada gambar 2.1.
Pada tahun 2007 kelima negara memberikan kontribusi sebesar 82% terhadap total
produksi batubara dunia yang sebesar 5.543 juta ton.
Gambar 2.1. Cadangan Terbukti Batubara Dunia
Menurut data World Energy Council pada tahun 2007 Indonesia memiliki
cadangan batubara terbukti sebesar 4,3 miliar ton, dan menurut data Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral cadangan batubara terbukti Indonesia mencapai 5,3
miliar ton, sedangkan untuk cadangan terkira mencapai 13,411 miliar ton.
2.1.3 Konsumsi Batubara Dunia
Sebagai pembangkit listrik, batubara penyumbang terbesar untuk energi
primer yaitu sebesar (41%), dibandingkan dengan energi lainnya seperti gas
Tesis
12
(20,1%), hydro (16%), nuklir (14,8%) dan minyak (5,8%). Disejumlah negara
peran batubara sebagai pembangkit listrik sangat dominan seperti di polandia
(93%), Afirka Selatan (93%), Australia (80%), Cina (78%), dan Indonesia
(71%).
Pasar batubara terbesar adalah Asia yang mengkonsumsi sekitar 54%
dari konsumsi batubara dunia dan impor batubara terbesar adalah dari negaranegara Asia seperti Jepang, Korea, Cina Taipe, India, dan Cina. Jepang adalah
negara pengimpor batubara terbesar di dunia dengan volume impor 182 juta ton
tahun 2007, diikuti oleh Korea, Cina Taipe masing 88 juta ton dan 69 juta ton.
2.1.4 Industri Batubara Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, batubara telah memainkan peran yang
cukup
penting
bagi
perekonomian Indonesia.
Sektor
ini
memberikan
sumbangan yang cukup besar bagi devisa negara. Tahun 2008 batubara mampu
menyumbang $320,6 juta untuk devisa. Untuk konsumsi energi nasional
batubara menyerap 71% konsumsi batubara domestik, disamping industri
semen, Industri tekstil dan Industri pulp.
Tren produksi batubara Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Dimana pemasaran produksi batubara ada yang diekspor dan ada
yang digunakan untuk domestik. Pada Gambar 2.2. terlihat tren produksi,
ekspor dan domestik batubara Indonesia tahun 1992-2008. sebagian besar
penjualan batubara
total
Tesis
Indoensia di ekspor, dimana pada tahun 2008 dari
13
Juta Ton
200,000
180,000
160,000
140,000
120,000
Produksi
100,000
Penjualan Ekspor
Penjualan Domestik
80,000
60,000
40,000
20,000
0
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Gambar 2.2. Tren Produksi Penjualan, Ekspor dan Domestik Batubara
Indonesia Tahun 1992 - 2008
total penjualan 188,711 juta ton, di ekspor sebesar 140,354 juta ton, dan
domestik hanya sekitar 48,750 juta ton.
2.2 Teori Permintaan (Demand)
Teori permintaan/demand adalah kemauan dan kemampuan dari konsumen
untuk membeli sejumlah barang tertentu pada harga tertentu dalam waktu tertentu
(the willingness and ability of buyers to purchase different quantities of good at
different prices during a spesific time period1)).
Permintaan adalah kebutuhan masyarakat / individu terhadap suatu jenis
barang tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut:
¾
Tesis
Harga barang itu sendiri
14
¾
Harga barang lain
¾
Pendapatan konsumen
¾
Cita masyarakat / selera
¾
Jumlah penduduk
¾
Musim / iklim
¾
Prediksi masa yang akan datang
2.2.1 Hukum Permintaan (The Law of demand)
Pada hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak
permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang
maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut 1).
P ↑ Qd ↓
P ↓ Qd ↑ cateris paribus
Dimana P = harga/price dan Qd = jumlah permintaan/quantity demanded
Dari hipotesa di atas dapat disimpulkan, bahwa:
1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain yang
dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila
barang tersebut turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang
tersebut.
2.
Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumsn berkurang, sehingga
memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik
harganya.
Tesis
15
2.2.2 Pengaruh Faktor Bukan Harga Terhadap Permintaan
Beberapa faktor bukan harga yang mempengaruhi permintaan, antara lain :
¾ Harga barang lain
Hubungan suatu barang dengan barang lain dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) golongan:
a. Barang pengganti / barang subsidi, yaitu apabila suatu barang dapat
menggantikan fungsi barang lain.
Contoh : Miyak tanah dan gas, minyak tanah dan batubara
Harga barang subsidi dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang
yang digantikannya.
b. Barang pelengkap / Complementer, yaitu apabila suatu barang selalu
digunakan secara bersama.
Contoh : gula dan kopi
c. Barang yang tidak saling berhubungan
Contoh : Batubara dengan sandal komoditi pertanian
¾ Pendapatan Konsumen
Berhubungan pendapatan konsumen akan menimbulkan perubahan
permintaan terhadap berbagai jenis barang.
Jenis barang dapat dibedakan menjadi 2 (Dua) macam, yaitu :
a. Barang normal, yaitu barang yang permintaannya akan meningkat
apabila pendapatan konsumen naik
Tesis
16
b. Barang inferior / barang bermutu rendah, yaitu barang yang diminta
konsumen berpenghasilan rendah, apabila pendapatan konsumen
tersebut naik maka permintaan terhadap barang inferior akan menurun.
¾ Corak distribusi pendapatan
Jika Pemerintah menaikan pajak pada orang kaya, untuk menaikan
pendapatan yang berpenghasilan rendah, maka corak permintaan barang
berubah.
¾ Cita rasa masyarakat / selera
Perubahan cita rasa masyarakat akan merubah permintaan terhadap
suatu barang
¾ Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk akan diakui oleh adanya kesempatan kerja.
Dengan demikian akan merubah daya beli masyarakat, selanjutnya akan
menambah permintaan berbagai barang.
¾ Prediksi masa yang akan datang
Jika konsumen memprediksi akan adanya kenaikan harga suatu barang
dimasa yang akan datang, maka permintaan terhadap barang tersebut
meningkat.
2.3.
Teori Penawaran (Supply)
Penawaran/supply adalah kemauan atau kemampuan dari produsen untuk
memproduksi dan menawarkan barang tertentu pada harga tertentu dalam suat
Tesis
17
periode tertentu (the willingness and ability of sellers to produce and offer to sell
different quantities of a good at different prices during a specific time period 1).
Keinginan para penjual dalam menawarkan barang ada berbagai tingkat harga
ditentukan oleh beberapa faktor penting, yaitu :
¾ Harga barang itu sendiri
¾ Harga-harga barang lain
¾ Biaya produksi
¾ Tujuan perusahaan
¾ Tingkat produksi yang digunakan
2.3.1 Hukum Penawaran (The Law of Supply)
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut ditawarkan pada
penjual. Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa semakin tinggi harga
suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah
barang tersebut yang ditawarkan.
P ↑ Qs ↑
P ↓ Qs ↓ ceteris paribus
Dimana : P = harga/price dan Qs = jumlah penawaran/quantity suppied
2.3.2 Pengaruh bukan harga terhadap penawaran :
Beberapa faktor bukan harga yang mempengaruhi permintaan, yaitu :
¾ Harga barang lain
Tesis
18
Barang subtitusi maupun complementer akan mempengaruhi suatu barang
yang dibutuhkan masyarakat. Jika harga barang import naik masyarakat
cenderung untuk membeli barang buatan dalam negeri. Sehingga
mendorong produsen dalam negeri untuk menambah produksinya, maka
penawaran harga tersebut meningkat.
¾ Biaya produksi
Jika biaya untuk memperoleh faktor produksi tinggi, maka perusahaan akan
rugi, bahkan akan menutup perusahaannya, sehingga barang yang
diproduksinya akan menurun.
¾ Tujuan produksi
Setiap perusahaan mempunyai tujuan memeksimumkan keuntungan,
sehingga perusahaan menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal,
tetapi menggunakan pada tinggkat kapasitas yang memaksimumkan
keuntungan sehingga penawaran akan kecil.
¾ Tingkat teknologi
Kemajuan teknologi akan mengakibatkan:
- Produksi akan bertambah cepat
- Biaya produksi semakin rendah, keuntungan akan bertambah.
Dengan demikian kemajuan teknologi cenderung menaikan penawaran.
Tesis
19
2.4.
Elastisitas
Elastistitas adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan seberapa besar
pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnnya terhadap perubahan permintaan
dan penawaran dari suatu komoditas.
Elastisitas dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan dan elastisitas
penawaran. Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang
menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap
perubahan permintaan suatu komoditas, sedangkan elastisitas penawaran merupakan
suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga
maupun faktor-faktor lainnya terhadap perubahan penawaran komoditas tersebut.
2.4.1.Elastisitas Permintaan
Secara umum penaksiran elastisitas permintaan berguna bagi perusahaan
maupun bagi pemerintah. Adapun manfaat dari penaksiran elastisitas permintaan
adalah :
1. Bagi perusahaan (produsen), elastisitas permintaan dapat menjadi landasan dalam
menyusun kebijakan penjualannya. Bila diketahui sifat responsif permintaan atas
komoditas yang dihasilkan perusahaan, pihak perusahaan dapat menentukan perlu
tidaknya untuk menaikkan harga jual komoditas yang dihasilkannya.
2. Bagi pemerintah dapat digunakan untuk meramalkan kesuksesan dari kebijakan
tertentu yang akan dilaksanakannya.
Secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi elastisitas
permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), Elastisitas permintaan
Tesis
20
terhadap pendapatan (income elasticity of demand) dan Elastisitas permintaan
silang (cross price elasticity of demand).
1. Elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand)
Yaitu mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta
apabila harganya berubah. Atau dapat juga disebut juga ukuran kepekaan
perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas
tersebut dengan asumsi citeris paribus.
a. Permintaan yang Elastis dan Inelastis
Permintaan komoditas memiliki elastisitas yang beragam. Permintaan
komoditas dikatakan elastis jika jumlah komoditas yang diminta peka
terhadap perubahan harga dan dikatakan inelastis (tidak elastis) jika jumlah
komoditas yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga.
Klasifikasi elastisitas suatu komoditas mengikuti kaidah berikut :
¾ Elastisitas nol (tidak elastis sempurna). Dalam hal ini perubahan harga
suatu komoditas tidak akan berubah jumlah komoditas yang diminta
tersebut (kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu tegak)
¾ Elastisitas sempurna. Pada suatu harga tertentu, pasar sanggup membeli
semua komoditas yang ada di pasar, berapa pun banyaknya komoditas
yang dipasarkan oleh para penjual pada harga tersebut semuanya akan
dapat terjual.
¾ Elastisitas uniter. Untuk komoditas dengan elastisitas uniter (nilai mutlak
elastisitas sama dengan 1), perubahan harga komoditas tersebut dalam
suatu persentase tertentu, akan diikuti dengan perubahan jumlah
Tesis
21
komoditas yang diminta tersebut dalam persentease yang sama (pada
umumnya dalam arah yang berlawanan), sehingga nilai mutlak hasil bagi
kedua nilai tersebut adalah satu.
¾ Elastis (nilai mutlak ηp > 1). Jumlah komoditas yang diminta akan
mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase
perubahan harga.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya elastisitas permintaan
suatu komoditas. Beberapa faktor yang terpenting adalah :
¾ Tingkat kemampuan komoditas-komoditas lain untuk menggantikan
komoditas tersebut.
¾ Persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli komoditas
¾ Jangka waktu untuk menganalisi permintaan
2. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand)
Adalah suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi
suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan (income), nilai yang diperoleh
dapat digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk dalam
komoditas mewah, normal, atau inferior.
3. Elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand)
Adalah koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu
komoditas apabila terjadi perubahan harga komoditas lain. Koefisien elastisitas
permintaan silang sering digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan
komplemen atau substitusi diantara komoditas.
Tesis
22
2.4.2.Elastistas Penawaran
Apa yang berlaku untuk permintaan terhadap suatu komoditas dapat pula
berlaku untuk penawarannya. Elastisitas penawaran terhadap harga (price elasticity of
supply) mengukur persentase perubahan jumlah komoditas yang ditawarkan sebagai
reaksi terhadap perubahan harga komoditas tersebut sebesar 1 %. Dengan demikian
elastisitas penawaran terhadap harga dapat digunakan untuk mengukur respon
penawaran sebagai akibat perubahan harga.
1. Penggolongan Kurva Penawaran
Bentuk kurva penawaran mempengaruhi besarnya elastisitas penawaran terhadap
harga. Dalam kaitannya dengan elastisitas penawaran terhadap harga, maka kurva
penawaran dapat digolongkan menjadi :
¾
Elastis Sempurna, bila penjual bersedia menjual semua komoditasnya pada
suatu harga tertentu.
¾
Elastis, bila perubahan harga komoditas menyebabkan perubahan komoditas
yang ditawarkan dalam porsi yang lebih besar dari porsi perubahan harga.
¾
Elastis Uniter, dengan kurva penawaran berupa garis lurus yang bermula
dari titik 0 dan merupakan kasus khusus dimana persentase kenaikan jumlah
yang ditawarkan sama dengan persentase kenaikan harga.
¾
Tidak Elastis, bila persentase perubahan harga menimbulkan persentase
perubahan yang lebih kecil kepada jumlah yang ditawarkan.
¾
Tidak Elastis Sempurna, dalam hal ini penjual sama sekali tidak dapat
menambah jumlah penawarannya walaupun harga bertambah tinggi.
Tesis
23
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran
Terdapat dua faktor yang dapat dianggap sebagai faktor yang sangat penting
dalam menentukan elastisitas penawaran. Kedua faktor tersebut adalah sifat dari
perubahan biaya produksi dan jangka waktu analisis.
a. Sifat Perubahan Biaya Produksi
Penawaran suatu komoditas merupakan penawaran yang tidak elastis bila
kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya
tambahan yang sangat tinggi. Pada umumnya hal ini disebabkan karena :
1)
Kapasitas produksi telah mencapai tingkat yang tinggi sehingga untuk
menambah produksi harus dilakukan investasi baru.
2)
Faktor-faktor produksi yang diberlakukan untuk meningkatkan produksi
sangat sulit untuk diperoleh.
Sebaliknya penawaran suatu komoditas merupakan penawaran yang
elastis bila tambahan penawaran dapat dilakukan dengan mengeluakan
biaya tambahan yang rendah.
b. Jangka Waktu Analisis
Dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elaatisitas penawaran dapat
dibedakan tiga jenis jangka waktu :
•
Masa amat singkat
Dalam masa yang amat singkat, para penjual tidak dapat menambah
penawarannya sehingga dengan demikian penawarannya bersifat
tidak elastis sempurna.
Tesis
24
• Jangka Pendek
Dalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak
dapat ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan
produksi dengan menggunakan kapasitas yang tersedia.
• Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, produksi dan jumlah komoditas yang
ditaawarkan dapat dengan mudah ditambah, oleh karenanya
penawaran lebih bersifat elastis.
2.5.
Teori Pembentukan Harga
Teori pembentukan harga merupakan salah satu dasar dalam ilmu ekonomi
khususnya mikroekonomi. Dalam kondisi pasar persaingan sempurna, harga suatu
barang/komoditi merupakan perpotongan antara kurva demand (permintaan) dan
kurva supply (penawaran). Demand adalah kemauan dan kemampuan konsumen
untuk membeli kuantitas barang yang berbeda pada harga yang berbeda selama waktu
tertentu (Arnold, 2008). Hukum yang berlaku pada demand adalah ketika harga
barang naik, maka jumlah permintaan akan barang akan turun, demikian sebaliknya
ceteris paribus. Supply adalah kemauan dan kemampuan produsen untuk
memproduksi dan menawarkan kuantitas barang yang berbeda pada harga berbeda
selama waktu tertentu. Hukum yang berlaku pada supply adalah ketika harga barang
naik, maka jumlah produksi barang akan naik, jika harga turun maka jumlah produksi
Tesis
25
akan barang akan turun ceteris paribus. Teori ini berlaku untuk semua jenis
komoditas, termasuk di dalamnya adalah komoditas batubara.
Pada Gambar 2.3. terlihat bentuk kurva demand-supply. Sumbu tegak
(ordinat) dari grafik menunjukkan harga dari komoditas, sedangkan sumbu mendatar
(absis) menunjukkan volume atau kuantitas dari komoditas yang diperjualbelikan.
S
P = Price / harga
S = Supply / penawaran
D = Demand / permintaan
Q = Quantity / kuantitas
P
D
Q
Gambar 2.3. Kurva Demand-Supply
2.6. Keseimbangan Pasar (Equilibirium)
Adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen sama dengan jumlah barang
yang diminta oleh konsumen pada suatu tingkat harga tertentu, Gambar 2.4. berikut :
S
P = Price / harga
S = Supply / penawaran
D = Demand / permintaan
E = Equiliberium / keseimbangan
Q = Quantity / kuantitas
E
P
D
Q
Gambar 2.4. Keseimbangan Pasar (equilibirium)
Tesis
26
2.7.
Pasar Persaingan Sempurna
Pasar adalah suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitas jual beli
barang-barang dan atau jasa-jasa. Teori pasar persaingan sempurna dibuat atas dua
asumsi penting yang berkenaan dengan prilaku perusahaan individual dan yang
berkenaan dengan industri.
Dalam kaitannya dengan perusahaan, diasumsikan bahwa perusahaan dalam
pasar persaingan sempurna merupakan perusahaan penerima harga pasar (price
taker). Perusahaan yang beroperasi di pasar persaingan sempurna tidak dapat
mempengaruhi pasar melalui tindakan-tindakan yang dilakukanny sendiri, dengan
kata lain perusahaan menerima secara pasif barapapun harga yang berlaku.
2.8.
Teori Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan
tersebut dalam ekonomi dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi
menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian
sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan
sebagai berikut pada Gambar 2.5.
Tesis
27
Input
(Kapital, tenaga kerja,
tanah dan sumber daya
alam, keahlihan)
Fungsi Produksi
(dengan teknologi
tertentu
Output
(barang atau jasa
Gambar 2.5. Proses Produksi
Secara matematika fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = F (K, L, X, E)
Dimana :
Q
= Output
K; L; X; E = Input (kapital (K), tenaga kerja (L), tanah dan sumber daya alam (X),
keahlian (E) )
F
2.9.
= Fungsi
Kebijakan Fiskal Pemerintah
Dalam konsep teori ekonomi makro, kebijakan fiskal merupakan kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan pengaturan kinerja ekonomi melalui mekanisme
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal ini terwujud dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang didalamnya terlihat berapa
pengeluaran pemerintah, darimana pendapatan tersebut, komposisi pendapatan, untuk
apa saja pendapatan yang telah didapat pemerintah, sektor mana yang mendapat
alokasi pengeluaran tertinggi dan mana yang terendah, dan sebagainya.
Tesis
28
Kaitannya dengan sektor pertambangan batubara, pemerintah bersama dengan
DPR telah mengeluarkan kebijakan mengenai Energi Nasional, Pertambangan
Mineral dan Batubara, perpajakan dan lain-lain.
Dalam penerimaan pendapatan negara, khusus penerimaan pendapatan dari
sektor batubara bagi perusahaan pertambangan batubara yang telah mendapat izin
untuk beroperasi dan telah melakukan kegiatan produksi, maka terhadap peruahaanperusahaan tersebut diwajibkan untuk membayar kewajiban-kewajiban keuangan
kepada pemerintah pusat maupun daerah. Pembayaran kewajiban-kewajiban ini
merupakan konsekuensi diberikannya hak-hak dan perizinan untuk melakukan
kegiatan usaha, pelayanan dan fasilitas-fasilitas yang diterima, penguasaan atas
barang tambang dan manfaat yang diterima dari barang tambang tersebut.
Jenis-jenis
kewajiban
keuangan
yang
harus
dibayarkan
perusahaan
pertambangan kepada negara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pajak dan non
pajak. Kewajiban pajak dikelompokkan lagi menjadi pajak langsung dan pajak tidak
langsung.
Pajak Langsung terdiri dari :
Tesis
¾
Pajak Penghasilan Badan (PPh Pasal 22, 23, 25, dan 29)
¾
Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 21/26)
¾
Pajak Penghasilan atas Bunga, Dividen dan Royalti (PPh Pasal 23, 26)
¾
Pajak Bumi dan Bangunan
29
Pajak Tidak Langsung terdiri dari :
¾
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)
¾
Bea Materai
Jenis-jenis kewajiban Non Pajak :
Tesis
¾
Bea Masuk atas Barang-Barang yang diimpor
¾
Iuaran Tetap/Landrent/Deadrent
¾
Iuran Produksi/Royalti
¾
Dana Hasil Produksi Batubara/DHPB (khusus bagi PKP2B)
¾
Bea Balik Nama
¾
Pungutan-pungutan/retribusi Pemerintah Daerah.
Download