BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Sistem Perekonomian Indonesia Pada umumnya kebijakan dan sistem perekonomian dibanyak negara terutama di Indonesia didasarkan pada pendekatan konvensional ala Milton Friedman yang sama sekali tidak memperhitungkan perlunya pembedaan mekanisme kebijakan moneter berdasarkan sistem moneter atau perekonomian yang berlaku dalam suatu negara, padahal sudah ada pendapat yang menyangsikan pendapat tersebut, yang menyatakan bahwa perlu adanya pembedaan mekanisme kebijakan moneter berdasarkan kondisi atau sistem moneter dan perekonomian suatu negara, misalnya hasil pemikiran dari J. Hicks (1974), Basil J. Moore (1988), J Stiglitz and A.Weiss (1981 dan 1990), Bernanke and Blinder (1998 dan 1993), serta B. Friedman and Kuttner (1993), dsb. Para ahli menerangkan bahwa dalam kenyataannya ada negara yang perekonomiannya didominasi oleh besarnya peranan kredit yang bersumber dari sektor perbankan. Dihipotesiskan oleh mereka bahwa suatu perekonomian yang berbasis pada kredit perbankan, negara tersebut dikatagorikan sebagai negara dengan sistem perekonomian utang (overdraft/credit economy) sedangkan negara yang perekonomiannya berbasis pada uang dan pasar modal, maka negara tersebut dikategorikan sebagai negara dengan sistem perekonomian pasar uang dan Indonesia merupakan negara dengan sistem hutang (Marsuki 2005 : 8). Secara umum beberapa indikator yang menunjukan Indonesia adalah negara yang dikategorikan sebagai negara dengan sistem utang atau kredit, seperti : 9 Pertama, sistem perekonomian yang berbasis utang dipandang sebagai suatu sistem keuangan yang bagi para pelaku ekonomi sumber pembiayaannya lebih didominasi pada pinjaman perbankan (kredit). Hal ini di buktikan dari indikator tingkat intermediasi keuangan, berupa besarnya rasio kredit perbankan terhadap seluruh sumber pembiayaan dimasyarakat dan berbagai sektor ekonomi yang mencapai 90-95% di Indonesia, hal ini juga diperparah dengan perilaku pelaku ekonomi yang kurang baik dalam membiayai kebutuhannya, karena peranan pasar modal masih sangat minim maka pembiayaan usaha dari kredit perbankan lebih besar dibandingakan dari sumber pembiayaan sendiri. Kedua, akibat dari indikator pertama, akan berdampak pada mekanisme penciptaan uang yang bersifat exogen (Exogenous approach) atau credit money approach yang seharusnya pada sistem penciptaan uang bersifat Endogenous Approach, artinya mekanisme penciptaan uang dinegara berbasis utang dimulai dari permintaan kredit oleh masyarakat ke bank umum {(Monetary demand) Md=Ms (Monetary Suplay)} untuk memenuhi kebutuhan asset keuangan yang terbatas. Tetapi, terkadang perbankan masih mengalami kesulitan likuiditas sehingga bank umum mencari sumber pembiayaan dengan meminjam dana pada lembaga keuangan lainnya, pasar uang, dan termasuk pada bank sentral, sehingga akan membuat meningkatnya Monetary Base atau uang inti yang dikuasai bank sentral secara eksogen. Dalam mekanisme penciptaan uang perilaku masyarakat, perbankan dan Bank Sentral itu sendiri sangat berpengaruh. Dalam hal ini, Bank Sentral hanya sebagai pencetak uang, sehingga dari sudut teori moneter konvensional Bank Sentral yang mengontrol Monetary Base (Mb) dan perbankan 10 yang memberikan kebutuhan kredit pada masyarakat Monetary Suplay (Ms). Maka, dalam sistem perekonomian utang termasuk di Indonesia hubungan kausalitas terjadi dari Ms ke Mb, hal ini diperkuat dari nilai nilai multiplier of money (m) yang selalu lebih besar dari 2, sedangkan multiplier of credit (1/m) akan selalu lebih kecil dari 1. Di Indonesia nilai m selalu lebih besar dari 2 (Marsuki 2005 : 9). Ketiga, peranan bank sentral bersifat hirarki yang secara langsung atau tidak langsung akan menjadi adminstratur atau penentu tingkat bunga yang berlaku dalam mempengaruhi pasar uang antar bank pada kebijakan diskonto. Dalam sistem perekonomian utang, bank umum secara kuasi otomatis melakukan refinancing ke bank sentral dalam peranannya sebagai tempat peminjaman terakhir bagi perbankan. Penawaran uang dari bank sentral akan disesuaikan dengan permintaan uang dari para perbankan akibat permintaan kredit masyarakat, dalam hal ini bank sentral dapat mengintervensinya melalui tingkat bunga. Pada penawaran kredit melalui sistem refinancing (rediscount policy) menunjukan bahwa penawaran kredit perbankan pada dasarnya tidak terbatas, sehingga yang membatasi jumlah penawaran kredit perbankan sebenarnya adalah permintaan kredit itu sendiri. Tetapi tergantung juga pada nilai elastisitas tingkat bunga terhadap kredit, permintaan yang kurang elastis dikarenakan meningkatnya tingkat bunga intervensi bank sentral, namun hal ini akan mengurangi sedikit saja pada permintaan akan kredit. Dikarena fungsi bank sentral atau Bank Indonesia salah satunya adalah : Bank Indonesia memiliki fungsi untuk menjaga stabilitas moneter 11 antara lain melalui instrumen suku bunga, kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya, Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang, sehingga bank sentral dapat mengintervensi suku bunga pada perbankan. Perbedaan fungsi dan tujuan yang mendasar pada bank sentral dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebenarnya berbagi kewenangan dimana saat masa pengalihan pengawasan Bank dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan memerlukan kordinasi yang baik agar tidak saling mengambil alih tugas, perbedaaan BI dengan OJK adalah BI berperan sebagai pengawas aspek makroprudensial dan OJK berperan sebagai pengawas mikroprudensial. Awal tahun 2014 oleh Agus Martowardojo, Gubernur BI dikantor Presiden, Jakarta menyebutkan pada saat OJK menerima pengalihan pengawasan perbankan dari BI, OJK akan lebih mengawasi aspek mikroprudensialnya, sedangkan umum tetap ada di BI dari segi makroprudensial, namun tidak bisa betul-betul dipisahkan karenanya perlu ada sinergi dimana implementasi pengawasan mikroprudensial dan makroprudensial itu perlu dilakukan dengan baik. Dari sini bisa kita tangkap tugas BI berfokus menjaga stabilitas keuangan contohnya aturan tentang batas suku bunga kredit perbankan, serta aturan giro wajib minimum (GWM), sedangkan tugas OJK lebih kepada pengaturan dan pengawasan individual perbankan atau lembaga keuangan. Contoh yang ditangani 12 oleh OJK yakni kasus tindak pidana perbankan, baik dari sisi nominal, kepengurusan bank, dan kualitas sumber daya manusianya. 2.2. Perbankan Bank merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu, hampir setiap orang pasti mengetahui peranan bank. Banyak pendapat dari para akademisi dan ekonom yang mendefinisikan perbankan, seperti : 1. Bank adalah suatu badan atau lembaga keuangan yang peranannya sangat penting dalam arus kelancaran pembayaran keuangan dan pembangunan ekonomi karena dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat sesuai fungsinya sebagai intermediasi dan sebagai penghubung kebijakan moneter. 2. Bank adalah lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang di berikan perbankan bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada sesuai ketentuan jenis perbankannya (Peraturan Bank Indonesia No.9/7/PBI/2007). 3. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberikan kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga ataupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (UU No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang Perbankan). 13 Lembaga keuangan yang terbesar adalah perbankan. Kelebihan perbankan yang utama dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya adalah diijinkannya mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk deposito. Sehingga memungkinkan perbankan mendapat dana yang lebih besar untuk kembali berinvestasi termasuk menyalurkan kredit kepada masyarakat yang menjadi sumber pendapatan bagi perbankan. Kredit yang ditawarkan perbankan pada masyarakat dan sektor ekonomi dipengaruhi oleh keberadaan informasi yang beredar dari masing – masing pelaku ekonomi dan perbankan, dan tingkat bunga yang berlaku. 2.2.1 Kinerja Industri Perbankan Indonesia Perbankan sebagai pelaku pasar kredit di Indonesia mengalami peningkatan dan kemunduran, (Kusumastuti 2007 : 5) menyatakan setelah tahun 1988 jumlah bank umum mencapai 208 dengan 7661 jumlah kantor, maka pada 2006, bank umum turun menjadi 130 bank dengan 9110 jumlah kantor Komposisi bank terdiri dari 5 bank persero, 26 bank pembangunan daerah, 35 bank umum swasta nasional devisa, 36 bank umum swasta nondevisa, 17 bank campuran, dan 11 bank asing. Penurunan jumlah bank disebabkan adanya pencabutan ijin usaha dan merger bank. 14 Tabel 2.1 Perkembangan Jumlah dan Kantor Bank umum, Perbankan Syariah dan Bank Asing 2010-2012. Kelompok Bank Bank Persero Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)-Devisa Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)- Non Devisa Jumlah Bank Jumlah Kantor BPD Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Campuran Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Asing Jumlah Bank Jumlah Kantor Jumlah Bank Umum Konvensional Jumlah Bank Umum Syariah Total Jumlah Bank Jumlah Kantor 2010 2011 2012 4 4189 4 4362 4 5363 36 6608 36 7209 36 7647 31 1131 30 1288 30 1447 26 1413 26 1472 26 1712 15 263 14 260 14 263 10 233 111 11 10 206 109 11 10 193 120 11 244 13.837 240 14.797 251 16.625 Sumber : Bank Indonesia (2012), diolah kembali oleh penulis Pada Tabel 2.1 di atas, menerangkan bahwa kineja perbankan dalam segi jumlah dan perkembangannya mengalami kemajuan tiap tahunnya, banyaknya perbankan dan kantornya yang terbentuk pada setiap kelompok bank menunjukan gairah ekonomi dan komitmen perbankan terhadap efektivitas kelancaran arus pembayaran menjadi kebutuhan ditengah-tengah masyarakat. Dari tiga tahun pengamatan, jumlah perbankan relatif stabil walaupun ada penurunan dan peningkatan dalam jumlah perbankan tidak berarti industri perbankan mengalami masalah. Hal ini berkaitan tentang kebijakan dan marger antar perbankan. Tahun 2010 tercatat ada 244 perbankan dengan jumlah kantornya 13.837 hingga tahun 2012 ada 251 perbankan dan 16.625 kantornya. Hal yang paling menonjol dan dapat dilihat dari setiap tahunnya pada Tabel 2.1 tersebut adalah pertumbuhan kantor perbankan. Hal ini terjadi karena kantor cabang perbankan merupakan 15 jembatan penghubung efektivitas produk perbankan kepada nasabah untuk memberikan pelayanan terbaik bagi nasabahnya. 2.3 Teori Kredit 2.3.1 Defenisi Kredit Kata kredit berasal dari bahasa Latin Credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust. Karenanya dasar pemikiran pemberian kredit atau pinjaman oleh suatu perbankan kepada seseorang / lembaga adalah berdasarkan kepercayaan, sehingga pengertian kredit secara universal adalah penyerahan sesuatu yang memiliki nilai ekonomis pada saat waktu penyerahan atas dasar kepercayaan sebagai sesuatu pengganti yang memiliki nilai ekonomis yang sepadan yang diharapkan kemudian hari. Terkandung 5 unsur terpenting dalam kredit, sebagai berikut : 1. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. 2. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikannnya sesuai kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. 3. Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo. 4. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasannya. 5. Persetujuan atau perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kredit dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian. 16 Dari sudut pandang ekonomi, kredit atau pinjaman merupakan penundaan pembayaran, yang maksudnya adalah pengembalian atas penerimaan uang atau suatu barang yang tidak dilakukakan bersamaan pada saat menerimanya, akan tetapi pengembaliannya dilakukan pada masa tertentu yang akan datang sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui. Kredit merupakan pembiayaan yang paling efektif dan aman untuk mendapatkan modal atau barang dalam perekonomian. Berdasarkan pandangan hukum perbankan yang diatur dalam pasal 1 ayat 11 UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan pengertian UU Perbankan diatas maka kredit merupakan perjanjian pinjam – meminjam uang antara perbankan dan nasabah dalam jangka waktu tertentu dan pengembalian hutang disertai dengan ibalan berupa bunga pinjaman. Bunga pinjaman merupakan sebuah keharusan dalam pengembalian hutang karena merupakan imbalan jasa bagi para perbankan dan menjadi sebuah keuntungan pendapatan bagi perbankan. 2.3.2 Jenis – jenis Kredit Jenis – jenis kredit atau pinjaman yang diberikan oleh perbankan beragam karena harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pemohon pinjaman, jenis – jenis kredit tersebut antara lain : 17 1. Kredit menurut tujuan penggunaanya : a. Kredit konsumtif Merupakan kredit atau pinjaman yang diberikan kepada nasabah (debitur) untuk keperluan konsumsi, untuk memenuhi tuntutan perkembangan atau kebutuhan hidup. b. Kredit produktif/ investasi Merupakan kredit atau pinjaman yang digunakan untuk keperluan produksi guna memperlancar jalannya produksi. Dengan melalui kredit produktif ini, daya guna uang dan barang akan bertambah karena pinjaman yang diterima digunakan sebagai modal untuk meningkatkan usaha produksi atau investasi. c. Kredit perdagangan Merupakan kredit atau pinjaman yang diberikan kepada supplier dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagang yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut d. Kredit Usaha Tanpa Bunga dan Tanpa Agunan Kredit ini disediakan khusus untuk usaha kecil dan menengah. Kredit semacam ini sangat meringankan bagi pengusaha namun tahapan seleksi pencairannya sangat ketat, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). 18 2. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. c. Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun, biasanya untuk investasi jangka panjang. 3. Dilihat dari macam sistem kredit yang diberikan perbankan kepada nasabahnya: a. Pemberian kredit dengan sistem Flat Pemberian kredit yang ditawarkan perbankan dengan sistem flat (datar) adalah dimana bunga pinjaman yang telah disepakati kedua belah pihak berlaku hingga pelunasan kredit tsb kepada bank. b. Pemberian kredit dengan sistem Slidiing Penawaran kredit dengan sistem ini dilakukan dengan cara menurun, maksudnya adalah pembayaran angsuran kredit yang akan dibayarkan kreditur menurun jumlahnya, karena nilai pembayaran pokok dan bunga yang di tetapkan pada sistem ini selalu menurun setiap pembayarannya. c. Pemberian kredit dengan sistem Floating (mengambang) Penawaran kredit dengan sistem ini jarang terjadi, cara kerja sistem penawaran kredit ini adalah dengan meningkatkan bunga pinjaman setiap 19 pembayarannya dan otomatis juga akan meningkatkan angsuran pokok sehingga kreditur akan membayar lebih besar pada setiap pembayarannya. 2.4 Persaingan Pasar Kredit Di Indonesia saat ini pasar kredit yang pelaku didalamnya adalah para perbankan menjadikan peran perbankan menjadi sangat penting bagi perekonomian Indonesia mengingat Indonesia yang masih berstatus sebagai negara sedang berkembang yang memerlukan modal untuk berinvestasi dan sebagai suatu sistem kelancaran pembayaran. Banyak perbankan di Indonesia yang keberadaannya dapat dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi, terakhir tercatat pada data bank Indonesia, terdapat 239 unit bank umum dan syariah begitu juga jumlah BPR pada akhir tahun 2012 tercatat 1.653 unit dan pada bulan bulan desember 2013 hanya tersisa 1.634 unit yang tersebar diseluruh wilayah kepulauan Indonesia. Dalam persaingan pasar kredit di Indonesia, bank dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian : Bank umum konvensional, bank umum syariah, bank asing, bank campuran, bank pemerintah daerah, bank umum swasta devisa dan non devisa, bank persero dan bank perkreditan rakyat. Pasar kredit tidak berwujud dan bukan suatu lembaga yang langsung berinteraksi dengan masyarakat secara nyata, pasar kredit merupakan istilah dari pertemuan banyaknya penawaran akan kredit yang diikuti dengan permintaan akan kredit. Pasar kredit merupakan pasar yang sangat dinamis, interaksi kedua kekuatan tersebut tentunya memerlukan proses waktu yang tidak cepat, karena sangat terkait dengan keberadaan informasi yang berada diantara kedua belah 20 pihak. Ketika informasi yang tersedia bagi para pelaku pasar adalah sempurna maka proses penyesuaian akan berjalan cepat menuju keseimbangan, akan tetapi jika informasi yang terjadi tidak sempurna (asimetris) maka proses penyesuaian akan sangat lambat dan dapat terjadi ketidakseimbangan, ataupun keseimbangan yang terjadi diikuti dengan penjatahan kuantitas kredit (credit rationing equilibrium). Pasar kredit merupakan suatu kegiatan ekonomi yang bertemunya penawaran dan permintaan akan kredit. Permintaan akan kredit diwakili oleh para peminjam (borrowers), sedangkan penawaran akan kredit diwakili oleh pemberi pinjaman (lenders). Peminjam yang direpresentasikan oleh kurva permintaan termasuk peminjam dari sektor rumah tangga yang identik dengan kredit konsumsi, seperti : kartu kredit, kredit mobil, perumahan, bisnis (perusahaan, perdagangan, dan lainnya), dan pemerintah. Dari sisi permintaan akan kredit, umumnya terdiri dari dua komponen: 1. permintaan akan kredit langsung melalui pengisian aplikasi, dan 2. dengan menjual interest-bearing aset keuangan untuk raising money. Sisi pemberi pinjaman direpresentasikan oleh kurva penawaran akan kredit termasuk pemberi pinjaman langsung (bank, perusahaan kartu kredit, dan lainnya) dan penjual aset keuangan seperti obligasi. Penawaran akan kredit terdiri atas tiga komponen, yaitu 1. kredit langsung dari bank, 2. pembeli aset keuangan dari konsumen, dan 3. kredit baru yang diciptakan oleh bank sentral melalui mekanisme pasar terbuka. Pada saat komponen-komponen pada sisi permintaan dan penawaran akan kredit dijelaskan lebih terperinci, maka terdapat beberapa faktor yang 21 mempengaruhinya. Pada sisi permintaan dan penawaran akan kredit dipengaruhi oleh tingkat bunga, defisit anggaran pemerintah, kepercayaan konsumen, tingkat keuntungan perusahaan, variabel demografi, kekayaan dan tingkat pertumbuhan pendapatan, nilai tukar, dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat pula beberapa faktor yang juga berpengaruh pada sisi penawaran akan kredit seperti kredit yang diciptakan oleh perbakan lewat operasi pasar terbuka, tersedianya Capital Adequacy Ratio (CAR) dari dana pihak ketiga yang berasal dari penabung baik sektor rumah tangga maupun bisnis, dan tingkat kehati-hatian perbankan dalam pemberian kredit. Pasar kredit tidak hanya memberikan jenis kredit konsumtif tetapi juga memberikan kredit koperasi, modal kerja, investasi dan lainnya. Pasar kredit yang pelaku di dalamnya merupakan perbankan berlomba-lomba menciptakan inovasi dan kreativitas produk yang dapat menguasai pangsa pasar dan tidak terlepas kaitannya dengan inovasi pada produk kredit. Supaya bank tetap berkembang, kredit harus tetap mengalir lancar, dengan menyalurkan kredit bank bisa meraih pendapatan bunga (interest income). Macam-macam kredit yang umum dipasarkan untuk kredit konsumtif dari bank-bank yang beroperasi di Indonesia antara lain : kredit tanpa agunan (KTA), kredit kepemilikan rumah (KPR), kredit kepemilikan mobil (KPM), kredit multiguna, dan kartu kredit. Persaingan pasar kredit semakin ketat dan menarik dikarenakan banyaknya bank-bank yang berdiri, baik bank yang berbentuk persero, swasta, campuran, daerah dan syariah. Persaingan tidak hanya sampai 22 diantara sesama bank untuk mendapatkan pinjaman karena lembaga non perbankan pun ikut berpartisipasi dalam persaingan pasar kredit. 35 Pertumbuhan (%) 30 25 20 15 10 5 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan DPK 18,54 19,07 15,81 13,6 12,29 16,04 Pertumbuhan Kredit 22,81 25,52 23,89 21,8 11,65 11,38 Pertumbuhan Laba 26,75 31 23,65 14,95 5,16 4,25 Sumber : OJK, diolah kembali oleh penulis Gambar 2.1 Pertumbuhan DPK, Kredit dan Laba Bank Umun Per Desember 2010 - Maret 2015 Pada grafik 2.1 diatas memperlihatkan kinerja pasar kredit pada bank umum mengalami penurunan pada triwilan 2015 hal ini terjadi karena kondisi ekonomi di Indonesia tidak stabil, nilai tukar rupiah anjlok dan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sehingga gairah ekonomi dalam negeri menjadi lesu, maka akan berdampak pada daya beli masyarakat dan kehati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit. Penyaluran kredit pada kondisi ekonomi yang tidak stabil akan membuat nilai NPL (Non Performing Loan) suatu bank menjadi tinggi karena penyaluran kredit ditengah kondisi ekonomi yang seperti itu akan meningkatkan resiko kredit macet. Hal ini terbukti tahun 2014 pertumbuhan kredit 11,65% meningkatkan resiko kredit macet sebesar 0,39% menjadi 2,16%. Per Maret 2015 pertumbuhan kredit yang hanya sebesar 11,28% menaikan NPL 23 sebesar 0,41% menjadi 2,40% dan jika pertumbuhan kredit tahun ini konstantan di 11% saja atau sama dengan pertumbuhan kredit tahun lalu, maka resiko kredit macetnya bisa naik menjadi diatas 2,61%. Perbankan sebenarnya sudah menetapkan target pangsa pasar yang akan dimasuki terkhusus pada produk kredit, kegunaan perencanaan penetapan target pangsa pasar (segmentasi) adalah untuk memperkecil resiko kegagalan pasar dan memfokuskan pada satu tujuan pencapaian pada suatu pasar yang telah di tetapkan. Dengan kata lain tujuannya adalah untuk memperkecil persaingan, karena persaingan kredit diantara perbankan sangat ketat ketika banyak perbankan yang bekerja di satu pasar yang sama. Kekuatan setiap perbankan juga berbedabeda, baik pada financial, management, maupun sifat atau karakter awal pembentukkn bank tsb. Sehingga tujuan lain dari segmentasi pasar adalah untuk menghidarkan perbankan dari persaingan pasar kredit yang tidak setara pada satu pasar yang sama, karena itu segemtasi dapat menjadi faktor kunci untuk memenangkan persaingan dari sudut pandang yang berbeda dari pesaing (Kartajaya 2004 : 103). 2.4.1 Persaingan Pasar Kredit dan Penerapan API API adalah Arsitektur Perbankan Indonesia yang diperkenalkan pada awal tahun 2004 kepada publik dan terkhusus kepada sektor perbankan bahwa akan di laksanankan kebijakan pengembangan perbankan Indonesia secara professional, kebijakan ini terkait pada pembangunan industri perbankan yang mempunyai struktur yang kuat untuk menjaga stabilitas sektor keuangan dengan cara konsolidasi, dimana dengan cara ini diharapkan dapat memperkuat permodalan 24 antar bank dan marjer yang terus terjadi dimasa mendatang seiring dengan diterapkannya program API ini. Dalam kajiannya tentang persaingan pasar kredit, kebijakan API ini akan membuat pasar kredit semakin terkonsentrasi dengan baik sehingga persaingan perbankan terlebih persaingan pasar kredit lebih terarah dan membuat perbankan menjadi sehat secara financial. Sistem konsolidasi ini mengacu kepada kebijakan kepemilikan tunggal (single presence policy) dengan tujuan panataan kembali struktur kepemilikan perbankan karena kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia dianggap faktor penting dalam mendukung kebijakan API dan efektivitas pengawasan bank (PBI No.8/16/PBI/2006). Kebijakan kepemilikan tunggal sebenarnya merupakan instrumen kebijakan yang semi memaksa dalam rangka mendorong percepatan konsolidasi perbankan sesuai cetak biru (API) menuju 2-3 bank internasional, 3-5 bank nasional, dan 30-50 bank fokus. Semangat kebijakan ini sebenarnya sangat baik. Bukan hanya dimaksudkan untuk mengakselerasi konsolidasi perbankan, namun lebih dari itu, mendorong penegakan prinsip tata kelola persaingan pasar kredit yang baik di industri perbankan (Kusumastuti 2007 : 19). 25 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang menganalisis mengenai persaingan pasar kredit perbankan, antara lain : Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu N Peneliti O 1 Nicola . Cetorelli, (2013). Judul Surviving credit market competition Variabel Credit Reform, Reform x Founding time, Employment, Industry Share 26 Metode Penelitian Hazard Functions Hasil Penelitian 1. Ada mekanisme hubungan antara pertumbuhan industri dengan keuangan karena fluktuasi pendapatan, ekspansi dan pertumbuhan ekonomi pempengaruhi aktivitas produksi perusahaan. 2. Kebijakan konsolidasi dan mergerterhadap perbankan dalam penelitian ini akan membuat perubahan modal keuangan yang tersedia untuk sektor real dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya. karena kondisi keuangan di beberapa populasi perusahaan non keuangan memerlukan biaya Sri Yani 2 Kusum. astuti, (2007). 3 Tri . Mulyanig -sih, Anne Daly, (2011) Derajat Persaingan Industri Perbankan Indonesia Setelah Krisis Ekonomi di Indonesia, 1. Variable terikat :Beban bunga dan pendapatan bunga. 2. Variable bebas: Tingkat bunga simpanan dan upah, pendapatan asset-aset, pengeluaran personal/ jumlah pekerja, total kewajiban. 3. Variabel control : Net Performing Loans 4. Variabel dummy : Individual bank Competitive Conditions in Banking Industry: An Empirical Analysis Of The Consolidati on,Competi tion and Pendapatan Panzar Bunga, &Rose Pengeluaran bunga dari deposito, tingkat upah, tingkat modal, pendapatan non bunga, 27 Bresnahan ’s conjectural variation model yang lebih untuk menciptakan inovasi yang produktif. 1.Mendorong persaingan akan menciptakan efisiensi biaya di industri perbankan. 2. Tejadi penurunan tingkat persaingan perbankan pada saat krisis dan setelahnya (1997-2000) yang di tunjukan oleh meningkatnya indeks lerner, akan tetapi tidak bisa juga diartikan sebagai penurunan pada priode setelah krisis, sebab industri perbankan sedang dalam masa konsolidasi dan berada dalam pengawasan ketat Pemerintah dan Bank Indonesia dan juga masih tingginya angka kredit yang bermasalah. 1.Bank besar bekerja di pasar paling kurang kompetitif sedangkan bank kecil dan menengah bekerja di pasar yang paling kompetitif. 2. Bank yang 4 Desi . Arisani, (2009). Concentrati on in The Indonesia Banking Industry Between 2001 and 2009. resiko modal, resiko pinjaman, rasio deposito interbank terhadap total deposito, rasio demand deposito terhadap total deposito dan pembiayaan jangka pendek Analisis Faktor Penawaran Kredit Pada Bank Umum di Indonesia. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequecy Ratio), NPL (Non Performing Loan),ROA (Return On Asset). 28 Metode Regresi Linear Berganda. terkonsentrasi memberikan kontribusi pada lingkungan kerja yang kurang kompetitif. Ini mungkin merupakan alasan mengapa bank-bank besar di Indonesia bekerja di pasar yang kurang kompetitif dibandingkan bankbank kecil. Bank-bank besar memiliki kekuatan monopoli yang memungkinkan mereka untuk berperilaku monopolis atau oligopolis. 1. Variable DPK merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat kredit. 2. Dari uji F selama masa observasi varibel DPK, CAR, NPL dan ROA berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit yang disalurkan bank umum. 1. Surviving credit market competition (Cetorelli, 2013). Penelitian ini mengkaji tentang peranan kondisi kredit di pasar kredit untuk keberlangsungan hidup dari perusahaan nonkeuangan. Dari pendekatan yang dilakukan dengan moetode Hazard Functions didapat bahwa kebijakan konsolidasi dan merger terhadap perbankan dalam penelitian ini akan membuat perubahan modal keuangan yang tersedia untuk sektor real dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya. karena kondisi keuangan di beberapa populasi perusahaan non keuangan memerlukan biaya yang lebih untuk menciptakan inovasi yang produktif. 2. Derajat Persaingan Industri Perbankan Indonesia Setelah Krisis Ekonomi di Indonesia (Kusumastuti, 2007). Penelitian ini menganalisis tentang tingkat persaingan yang terjadi pada industri perbankan setelah krisis ekonomi terjadi di Indonesia untuk mengetahui seberapa besar dampak krisis ekonomi mempengaruhi struktur industri perbankan 1997 – 1998, dengan menggunakan metode Bresnahan’s conjectural variation model, ditemukan bahwa mendorong persaingan akan menciptakan efisiensi di industri perbankan. Tetapi diperoleh indeks lerner yang mengukur mark-up harga di atas biaya marjinal, yang artinya naiknya presepsi resiko kredit tercermin dalam perubahan komposisi kredit akan meningkatkan Indeks Lerner yang berarti menurunnya tingkat persaingan. Dalam kondisi terjadi perubahan dilingkungan persaingan industri perbankan dan berbagai peraturan kehatian-hatian, Indeks Lerner menunjukkan kenaikan hanya di masa-masa awal setelah krisis, tetapi setelahnya relatif tidak berubah. 29 3. Competitive Conditions in Banking Industry: An Empirical Analysis Of The Consolidation, Competition and Concentration in The Indonesia Banking Industry Between 2001 and 2009 (Mulyaningsih, Daly, 2011). Penelitian ini menganalisis tentang kondisi persaingan dan konsentrasi industri perbankan Indonesia terhadap kebijakan konsolidasi perbankan, dengan menggunakan metode Panzar-Rose. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa, struktur pasar perbankan Indonesia cukup rentan dan pasar perbankan menjadi kurang terkonsentrasi selama pelaksanaan kebijakan konsolidasi. Temuan berikutnya dalam penelitian ini adalah selama pelaksanaan kebijakan konsolidasi industri perbankan bekerja pada bentuk pasar persaingan monopolistis. Akhir studi ini menunjukkan bahwa bank dengan pasar yang terkonsentrasi memberikan kontribusi pada lingkungan kerja perbankan yang kurang kompetitif. Ini mungkin merupakan alasan mengapa bank-bank besar di Indonesia bekerja di pasar yang kurang kompetitif dibandingkan bank-bank kecil. Bank-bank besar memiliki kekuatan monopoli yang memungkinkan mereka untuk berperilaku monopolis atau oligopolis. 4. Analisis Faktor Penawaran Kredit Pada Bank Umum di Indonesia (Arisandi, 2009). Penilitian ini mengkaji tentang faktor – faktor penawaran kredit pada umum tahun 2005 sampai 2007 dengan jumlah bank umum 10 bank dan penelitian ini menggunakan metode regresi liniear berganda. Hasilnya menunjukan bahwa selama masa observasi varibel DPK, CAR, NPL dan ROA berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit yang disalurkan bank umum 30 danvariable DPK merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat kredit. 2.6 Kerangka Konseptual Fokus pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana persaingan pasar kredit berdampak pada pinjaman di Indonesia. Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Penelitian Persaingan Pasar Kredit Jumlah Bank Suku Bunga Pinjaman Pinjaman/ Jumlah Kredit NPL (Non Performing Loan ) Di Indonesia Pertumbuhan Ekonomi 31 2.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan literatur, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah : Tingkat persaingan pasar kredit (jumlah perbankan, suku bunga pinjaman, NPL, dan pertumbuhan ekonomi) berpengaruh positif terhadap pinjaman di Indonesia 32