PEMBAHASAN

advertisement
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk
meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang
berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan. Mengacu pada teori yang telah
diuraikan pada Bab II, penulis akan mencoba meninjau pelaksanaan pajak penghasilan
pada PT.KBI serta mengevaluasi perencanaan pajak yang telah dilaksanakan PT.KBI
agar mendapat gambaran yang lebih jelas tentang keadaan perusahaan, maka berikut ini
penulis akan menyajikan Laporan Keuangan PT.KBI 3 ( tiga ) tahun berturut-turut per
31 Desember 2006,2007,2008 yang terdiri dari Neraca dan Laporan Keuangan.
I
Evaluasi Atas Penerapan Perencanaan Pajak pada Pendapatan dan Beban.
Dalam rangka meminimalkan beban pajak pada masa yang akan datang, maka
PT.KBI menerapkan Pajak-Pajak Penghasilan. Penerapan pajak ini dimaksudkan
agar transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dapat disesuaikan dengan Peraturan
Perpajakan yang berlaku. Sehingga rekonsiliasi yang dilakukan oleh pihak
Manajemen Perusahaan antara akuntansi Komersial dan akuntansi Fiskal dapat
dilakukan sepenuhnya. Lebih lanjut lagi penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan
yang terdapat, yaitu:
a. Penjualan
Penjualan merupakan kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh
penghasilan, yang bergerak di bidang percetakan dan penjualan buku, CD
& kaset yang berfokus pada dunia pendidikan. Penjualan ini dilakukan
PT.KBI di seluruh toko buku Indonesia, seperti Toko buku Gramedia,
Utama, Kharisma dll.
Transaksi atas pendapatan operasional diakui berdasarkan asas akrual baik
atas penjualan tunai maupun kredit. Artinya penghasilan ditetapkan pada
waktu diperoleh, jadi tidak bergantung kapan penghasilan itu diterima.
b. Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan kumpulan akun untuk menampung
kegiatan yang bukan merupakan bagian dari kegiatan usaha perusahaan,
seperti pendapatan bunga bank.
•
Pendapatan Jasa Giro
Pendapatan
jasa
giro
merupakan
akun
untuk
mencatat
pendapatan bunga dari sejumlah dana yang ditempatkan di
perbankan.
Pendapatan
ini
diakui
dan
dicatat
dengan
menggunakan metode akrual.
Pendapatan ini dalam Laporan Keuangan Komersial dimasukkan
secara bruto, sedangkan dalam Laporan Keuangan Fiskal, jumlah
pendapatan ini tidak dimasukkan karena pendapatan bunga dari
dana yang disimpan melalui Bank telah dikenakan pajak
penghasilan yang bersifat final. Untuk pendapatan ini. Sesuai
dengan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak penghasilan
Nomor 17 Tahun 2000 PT.KBI telah melakukan koreksi fiskal
dalam SPT Tahunan Badan.
II
Evaluasi atas Penerapan Perencanaan Pajak Beban.
PT.KBI merupakan Perusahaan yang bergerak di bidang penjualan dan percetakan
buku, CD, Kaset yang memfokuskan diri pada bidang pendidikan Bahasa, maka
dalam pembukuan transaksi beban terdapat harga pokok penjualan, beban
operasional, beban umum lain dan Administrasi, serta beban lain-lain dalam hal ini
adalah biaya bunga pinjaman. Beban-beban tersebut merupakan pengurang bagi
penghasilan bruto.
Penerapan perencanaan pajak PT.KBI atas semua transaksi bebannya adalah dengan
metode akrual & penandingan pendapatan ( matching cost against revenue method ).
Namun karena perlakuan yang berbeda antar akuntansi komersial dengan akuntansi
fiskal sehingga menyebabkan perlu adanya rekonsiliasi atas semua transaksi
bebannya agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 11a ayat (1) Undang-Undang No.17 Tahun 2000
menyatakan beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, yaitu
beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
Beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun pembebanannya
dilakukan melalui penyusutan atau melakukan amortisasi. Beban yang tidak
mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun adalah biaya yang terjadi
selama tahun yang bersangkutan seperti biaya gaji, biaya administrasi, bunga bank
dll. Selama tahun 2006, 2007, 2008 PT.KBI melakukan beberapa koreksi Fiskal
terhadap akun beban yang terdapat dalam Laporan Keuangan Komersialnya. Untuk
lebih jelasnya, maka berikut ini diuraikan mengenai evaluasi penerapan pajak atas
masing-masing akun beban yang terjadi selama 3 ( tiga ) Tahun berturut-turut
dimulai dari tahun 2006, 2007, 2008, yaitu:
A.
BEBAN OPERASIONAL
Biaya operasional adalah biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh
barang, menghasilkan barang, melakukan pemasaran dan melakukan
penjualan serta biaya-biaya operasional perusahaan lain. Kelompok beban
operasional yang terdapat dalam PT.KBI diklasifikasikan ke dalam beberapa
akun yaitu:
a. Biaya Promosi/ Pameran
Biaya
promosi/
pameran
adalah
biaya
keseluruhan
dalam
mendapatkan pesanan dari para konsumen selain itu biaya promosi
juga diartikan sebagai biaya iklan dan advertensi. Biaya Promosi/
pameran berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 adalah termasuk biaya untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Oleh karena itu
biaya promosi/ pameran dapat dibiayakan seluruhnya.
b. Transport Pemasaran
Biaya transport pemasaran adalah semua biaya yang berhubungan
dengan transportasi, yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pemasaran untuk mendapatkan pesanan dari para konsumen. Biaya
Transport Pemasaran berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UndangUndang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 adalah termasuk
biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.
Oleh karena itu Transport Pemasaran dapat dibiayakan seluruhnya.
c. Pengiriman Barang
Biaya pengiriman barang adalah biaya yang muncul karena adanya
kegiatan
melakukan
pengiriman
barang
kepada
konsumen
(langganan). Biaya Pengiriman barang berdasarkan Pasal 6 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000
adalah termasuk biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan. Oleh karena itu biaya Pengiriman barang dapat
dibiayakan seluruhnya.
d. Pengepakan
Biaya pengepakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
pengepakan (mengemas) atas barang hasil produksi dan siap
dikirimkan kepada konsumen.
Biaya Pengepakan berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UndangUndang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 adalah termasuk
biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.
Oleh karena itu biaya Pengepakan dapat dibiayakan seluruhnya.
B.
BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI
Beban usaha merupakan kelompok akun untuk mencatat pengeluaranpengeluaran yang terjadi selama satu periode pembukuan dan terkait langsung
dengan kegiatan operasi perusahaan. Metode yang akan digunakan dalam
pengakuan beban adalah metode akrual. Kelompok beban umum dan
administrasi yang terdapat dalam PT.KBI di klasifikasikan ke dalam beberapa
akun yaitu:
a. Beban gaji & upah
Beban gaji merupakan akun untuk mencatat pembayaran gaji/upah
para karyawan di bagian operasional yang terdiri dari gaji pokok dan
beberapa tunjangan seperti bonus, THR, premi asuransi, premi
kecelakaan yang dibayar oleh pemberi kerja. Biaya-biaya tersebut
merupakan penghasilan bagi penerimanya (dalam hal ini karyawan)
dan menjadi obyek pemotongan PPh Pasal 21. Atas pemberian
tunjangan dalam bentuk uang kepada karyawan, maka perusahaan
menggunakan metode Gross up dan memasukkannya sebagai
penghasilan bruto karyawan yang akan dipotong PPh 21. Seluruh
PPh pasal 21 yang terutang telah disetorkan dan dilaporkan ke
kantor pelayanan pajak dalam SPT PPh Pasal 21 tahun 2006.
Dengan menggunakan metode Gross up perusahaan dapat
membiayakan beban PPh Pasal 21 yang dibayarkan dalam bentuk
tunjangan PPh Pasal 21 dan menjadi bagian penghasilan bruto dan
para karyawan. Contoh perhitungan penghematan pajak terhadap
tunjangan PPh Pasal 21 dengan menggunakan metode Gross Up.
Pemberian tunjangan kepada karyawan dapat dibiayakan sepanjang
tidak diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, seperti
pemberian beras. Tetapi khusus pemberian imbalan dalam bentuk
natura dan atau kenikmatan bagi pemberi kerja pada karyawan pada
lokasi kerja yang terpencil seperti tempat tinggal termasuk
perumahan bagi pegawai, pelayanan kesehatan, sarana pendidikan,
sarana pengangkutan, sarana olahraga tidak termasuk golf, power
boating dan pacuan kuda dimana lokasi tersebut sarana yang tidak
tersedia, maka bagi pegawai yang menerima bukan merupakan
penghasilan dan bagi pemberi kerja pengeluaran-pengeluaran
tersebut dapat dibiayakan sesuai dengan KMK No.633/04/1994.
2. Biaya ATK
Biaya ini timbul karena penggunaan alat-alat tulis untuk kegiatan
pencatatan dalam perusahaan. Alat-alat tersebut seperti buku,
pulpen, nota, kertas.
Sehingga biaya ini dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan
bruto bagi PT.KBI sesuai Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000.
3. Biaya Pemeliharaan & Perawatan
Biaya perawatan adalah akun untuk mencatat pengeluaran untuk
perbaikan dan pemeliharan mesin, kendaraan dan peralatan kantor
yang rusak. Biaya ini terdiri dari biaya perbaikan kendaraan biaya
penggantian mesin, biaya ganti oli, biaya pemeliharaan gedung masih
banyak yang lainnya. PT.KBI telah membebankan seluruh biaya
perawatan sesuai dengan bukti-bukti yang mendukung secara wajar
sebagai pengurang penghasilan bruto. Oleh karena itu tidak
dilakukan koreksi fiskal.
4. Biaya Materai dan Benda Pos
Biaya materai dan benda pos adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membeli kebutuhan seperti materai tempel, materai kertas, dan
perangko.
Benda-benda pos ini dipergunakan untuk kepentingan surat menyurat
dan pengesahan dokumen sehubungan dengan kegiatan usaha.
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000, Biaya materai dan benda pos ini
dapat dibiayakan sepenuhnya karena merupakan biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
5. Biaya Penyusutan
Biaya Penyusutan terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap yang
dilakukan Perusahaan untuk dapat tetap menjalankan usahanya,
karena dalam peraturan perpajakan biaya pembelian aktiva tetap
untuk kegiatan usaha perusahaan tidak dapat dibiayakan secara
langsung, melainkan melalui penyusutan PT.KBI melakukan
penyusutan terhadap bangunan dengan menggunakan metode garis
lurus sedangkan mesin dan peralatan serta kendaraan dengan metode
saldo menurun. Hal ini sesuai dengan Pasal 11 ayat (6) UndangUndang Pajak Nomor 17 Tahun 2000.
6. Biaya Asuransi
Biaya Asuransi adalah akun untuk mencatat pengeluaran Perusahaan
dalam rangka membayar asuransi kesehatan, dan asuransi kecelakaan
karyawan. PT.KBI telah menghitung biaya asuransi ini sebagai
penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
Oleh karena itu PT.KBI dapat membebankan seluruh biaya asuransi
sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf d Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000, sehingga dapat dikurangkan dari
penghasilan brutonya.
7. Biaya telepon & Listrik
Biaya listrik dan telepon ini digunakan untuk seluruh kegiatan
Perusahaan dan besarnya biaya ini berdasarkan besarnya tagihan
pada Perusahaan, maka berdasarkan KEP-220/PJ.2002 dan Pasal 6
ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun
2000, maka biaya telepon & listrik dapat dibiayakan seluruhnya
untuk dijadikan pengurang penghasilan bruto.
8. Biaya Umum
Biaya Umum adalah akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan
yang bersifat Umum. Pada PT.KBI biaya umum ini adalah berupa
sumbangan. Sumbangan sudah jelas tidak boleh dimasukkan dalam
pengurang penghasilan bruto hal ini berdasarkan Undang-Undang
Pasal 4 ayat (1) huruf g, bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan b tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan bruto,
maka biaya ini harus dikoreksi positif .
9. Biaya Perizinan
Biaya Perizinan adalah biaya yang terjadi sehubungan dengan
pengurusan perizinan kepada Pemerintah terkait selain dari pada
Pajak Daerah setempat. Adapun contoh dari biaya Perizinan tersebut
seperti memperpanjang surat-surat yang sudah expired,misal SIUP
(Surat Ijin Usaha Perdagangan), Domisili,Akte jika terdapat
perubahan,dan Surat-Surat kendaraan lainnya. Sesuai dengan Pasal 6
ayat (1) huruf a Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000
biaya ini termasuk biaya untuk mendapatkan, menagih,dan
memelihara penghasilan,sehingga biaya perizinan dapat dikurangkan
dengan penghasilan bruto.
10. Biaya Administrasi Bank
Biaya Administrasi bank adalah biaya yang terjadi sehubungan
dengan biaya administrasi perbankan yang dibebankan kepada
Perusahaan, seperti :
ƒ
biaya kliring,
ƒ
biaya transfer,
ƒ
tolakan giro,
ƒ
biaya provisi pinjaman bank.
Biaya Provisi adalah Prosentase tertentu (besarnya antara 0,5 -1%
dari limit kredit) yang harus dibayar oleh calon peminjam dan
dibayar sebelum kredit dicairkan.
Dalam hal ini berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000, maka biaya Administrasi bank di
adalah
termasuk
biaya
untuk
mendapatkan,
menagih,
dan
memelihara penghasilan, sehingga biaya tersebut dapat dibiayakan
sepenuhnya untuk mengurangi penghasilan bruto.
11. Biaya PBB
Biaya Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah biaya yang
dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya keuntungan dan /
atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau
badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat
dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per
wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan..
12. Biaya RTK (Rumah Tangga Kantor)
Biaya Rumah Tangga Kantor adalah akun yang menampung
pengeluaran-pengeluaran untuk kepentingan karyawan tentunya
berhubungan dengan rumah tangga perusahaan seperti gula pasir,
susu, minyak, sabun, keju, beras, cereal, obat-obatan, dimana setiap
harinya pegawai bebas untuk menikmatinya.
Sehingga menurut Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang pajak
Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000 semua biaya Rumah Tangga
Kantor ini dapat dibiayakan.
13. Beban Lain-Lain
Biaya Lain-Lain yaitu biaya yang mendukung dengan kegiatan usaha
perusahaan namun tidak secara langsung, seperti:
a.
Biaya pelatihan karyawan.
Biaya pelatihan karyawan sebenarnya tidak perlu dikoreksi
positif dan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto pada
Laporan Keuangan Komersilnya, dengan syarat PT.KBI harus
melampirkan dan atau menyertakan bukti atau daftar nominatif
pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan, sehingga PT.KBI dapat
membiayakan biaya Pelatihan Karyawan sebagai pengurang
penghasilan bruto. Pelatihan yang diberikan pada karyawan
seperti Seminar-seminar Perpajakan, Pelatihan Accounting,
Marketing, Tekhnisi, IT, dan Pelatihan HRD.
Dengan mengalokasikan biaya Pelatihan, maka SDM yang
dimiliki perusahaan akan semakin membaik dan tentunya
diharapkan membawa keuntungan yang lebih pada pihak
perusahaan secara langsung.
Yang dimaksud dengan daftar nominatif adalah bukti yang
harus ditanda tangani oleh Direksi / Komisaris Perusahaan yang
berkaitan
dengan
pembiayaan
yang
dikeluarkan
oleh
Perusahaan. Adapun yang harus dilengkapi pada pengisian
daftar Nominatif adalah : Tanggal, No.Voucher, Tempat,
Alamat, Jenis, dan Jumlah dana yang dikeluarkan, sedangkan
bagi relasi yang mendapatkan kenikmatan ( Pelatihan ) harus
mengisi Nama, Posisi, Nama Perusahaan, Jenis Usaha, dan
Keterangan.
b.
Klaim Produk rusak
Klaim Produk rusak adalah akun yang terjadi akibat ada klaim
dari Customer, karena adanya hasil produksi yang rusak setelah
sampai di tempat konsumen. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1)
huruf d Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun
2000 yang berbunyi kerugian karena penjualan atau pengalihan
harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang
dimiliki
untuk
mendapatkan,
menagih
dan
memelihara
penghasilan adalah dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
c.
Biaya Entertainment
Biaya adalah biaya yang dikeluarkan guna memasarkan dan
mempublikasikan produk-produk perusahaaan. Berdasarkan SE27/PJ.22/1986 bahwa biaya entertainment merupakan biaya
yang dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto, dengan
syarat dibuat daftar nominatifnya, tetapi karena perusahaan
tidak membuat daftar nominatifnya untuk dilampirkan bersama
SPT Tahunan PPh, maka harus dilakukan koreksi positif.
d.
Sumbangan
Sumbangan adalah Donasi yang diberikan perusahaan kepada
pihak lain diluar perusahaan. Sumbangan ini merupakan sebagai
salah satu program CSR (Corporate Social Responsibility)
perusahaan. Sumbangan ini diberikan perusahaan kepada rumah
ibadah (Gereja) untuk membantu proses pembangunannya.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a.1 Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000, yang tidak termasuk objek
pajak adalah bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang
berhak. Oleh karena itu sumbangan yang diberikan oleh
perusahaan kepada Gereja tidak dapat dibiayakan dan tidak
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
e.
Biaya Lain-Lainnya
Biaya Lain-Lainnya adalah biaya selain dari 4 (empat) biaya
lain-lain diatas yang mendukung dengan kegiatan usaha
perusahaan namun tidak secara langsung, antara lain:
ƒ
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya
ini
adalah
biaya
yang
dikeluarkan
oleh
Perusahaan, yang diberikan kepada karyawannya yang
melakukan perjalanan dinas keluar kantor baik dalam
kota maupun luar kota. Biaya perjalanan dinas ini dapat
dibebankan dengan syarat mempunyai bukti atau daftar
nominatif yang jelas sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986.
Tetapi
karena
perusahaan
tidak
membuat
daftar
nominatifnya untuk dilampirkan bersama SPT Tahunan
PPh, maka harus dilakukan koreksi positif.
ƒ
Biaya Representasi Direksi
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan guna
memasarkan
dan
mempublikasikan
produk-produk
perusahaaan, kegiatan ini yang melakukan adalah pihak
direksi sehingga namanya adalah biaya representasi
direksi.
Berdasarkan
SE-27/PJ.22/1986
bahwa
biaya
representasi merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dengan penghasilan bruto, dengan syarat dibuat daftar
nominatifnya, tetapi karena perusahaan tidak membuat
daftar nominatifnya untuk dilampirkan bersama SPT
Tahunan PPh, maka harus dilakukan koreksi positif.
ƒ
Iuran keanggotaan Perusahaan
Perusahaan merupakan anggota dari IKAPI (Ikatan
Penerbit Indonesia), karena itu perusahaan wajib
membayar iuran keanggotaan yang dikenakan setiap
tahun.
III.
REKONSILIASI FISKAL
Rekonsiliasi fiskal pada hakikatnya adalah merupakan proses untuk mendapatkan
angka laba fiskal Rekonsiliasi fiskal pada hakikatnya adalah merupakan proses untuk
mendapatkan angka laba fiskal atau laba kena pajak dengan melakukan penyesuaianpenyesuaian terhadap laba komersial atau laporan rugi laba. Proses rekonsiliasi fiskal ini
umumnya dilakukan oleh Wajib Pajak yang berbentuk perusahaan.
Sebagai bahan baku dalam proses rekonsiliasi fiskal ini adalah laporan rugi laba
komersial yang biasanya disusun berdasarkan standar akuntansi. Perusahaan-perusahaan
besar biasanya memiliki laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik.
Dua unsur utama dalam perhitungan rugi laba adalah penghasilan dan biaya.
Penghasilan bisa berupa penghasilan usaha maupun penghasilan dari luar usaha. Begitu
pula biaya, ada biaya-biaya untuk melakukan usaha ada juga biaya-biaya di luar usaha.
Dalam konteks Pajak Penghasilan, unsur dalam penghitungan laba fiskal juga terdiri dari
penghasilan dan biaya, baik penghasilan dan biaya usaha maupun penghasilan dan biaya
di luar usaha.
Namun demikian, tidak semua penghasilan dalam rugi laga komersial merupakan
objek pajak dalam penghitungan Pajak Penghasilan. Begitu pula, tidak semua biaya
dalam rugi laba komersial dapat dikurangkan dalam rangka menghitung Pajak
Penghasilan. Perbedaan-perbedaan seperti ini disebabkan karena Pajak Penghasilan
tunduk kepada ketentuan dalam Undang-undang Pajak Penghasilan. Nah, karena
perbedaan seperti inilah maka perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian.
Beberapa penyebab utama perbedaan laba komersial dan laba fiskal yang banyak ditemui
di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Adanya penghasilan yang bukan objek pajak menurut fiskal (non taxable income),
2. Adanya penghasilan yang dikenakan PPh Final sehingga tidak perlu lagi dihitung
dalam SPT Tahunan,
3. Adanya biaya-biaya yang menurut ketentuan fiskal tidak boleh dikurangkan (non
deductible expenses), dan
4. Adanya perbedaan waktu pengakuan biaya seperti biaya penyusutan dan
amortisasi.
Download