abstrak - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN USIA REMAJA DENGAN
KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU. R.A.
KARTINI JEPARA TAHUN 2015
* Achmad Gani Al-faraby
** Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB. Eko Susilo, S.Kep., Ns., M.Kes.
* Mahasiswa PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
** Dosen PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah salah satu penyebab kematian bayi
terbesar di Indonesia.Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan lahir
bayi yang kurang dari 2500 gram. Salah satu faktor penyebab yang dihubungkan
dengan kejadian BBLR pada penelitian ini adalah persalinan usia remaja dimana
ibu melahirkan di usia <20 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
Hubungan Antara Persalinan Usia Remaja Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) di RSUD R.A. Kartini Jepara Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan
rancangan penelitian menggunakan cohort retrospektif. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di RSUD R.A. Kartini Jepara sebanyak
2.143 ibu dengan jumlah sampel 371 ibu yang diambil dengan tehnik Quota
sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data yang
digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value 0,001 < dari nilai α (0,05)
yakni ada hubungan yang signifikan antara persalinan usia remaja dengan
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Hasil menunjukkan dari 186 ibu
(50,1%) yang melahirkan pada usia remaja sebagian besar melahirkan bayi
dengan BBLR sebanyak 123 ibu (66,1).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disarankan untuk RSUD R.A.
Kartini Jepara dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah untuk dapat
meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil beresiko dan melakukan perancangan
program penyuluhan kesehatan tentang perencanaan usia hamil yang produktif.
Kata kunci
: Persalinan usia remaja, BBLR
Kepustakaan : 31 (2001 – 2015)
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
1
ABSTRACT
Infant Low Birth Weight ( LBW ) is one of the biggest causes of infant
mortality in Indonesia. Low Birth Weight ( LBW ) is the baby's birth weight less than
2500 grams . One factor that is associated with the incidences of low birth weight in this
study is the teenagers giving birth at age less than 20 years old . The aim of this study is
to analyze the correlation between teenagers giving birth and low birth weight (LBW)
incidences in R.A. Kartini Hospital Jepara, Central Java.
This research used observational analytic study with retrospective cohort study
design. The population in this study was all women giving birth in R.A. Kartini hospital
Jepara as many as 2,143 women with the samples of 371 women taken by Quota
sampling technique that met the inclusion and exclusion criteria. Analysis of the data
used univariate and bivariate and statistical test used Chi Square.
The results show p value 0.001 < value α ( 0.05 ) meaning a significant
correlation between teenagers giving birth and Low Birth Weight ( LBW ) incidences .
The results show that of 186 mothers ( 50.1 % ) who give birth in their teen-age, most of
them give birth to a baby with low birth weight as many as 123 mothers ( 66.1 ) .
Based on the results of the research, R.A. Kartini hospital Jepara and Central
Java Provincial Health Office should be able to improve services to pregnant women at
risk and to design the health education program about planning pregnancy at productive
age .
Keywords
Literatures
: Teenagers Giving Birth, LBW
: 31 (2001 - 2015)
LATAR BELAKANG
Angka kematian bayi (AKB)
termasuk
masalah
kesehatan
dengan angka prevalensi yang
cukup tinggi. Tercatat bahwa angka
kematian bayi di dunia dari tahun
1990 sampai 2015 mengalami
penurunan dengan prevalensi pada
tahun 1990 sebanyak 36 kematian
per 1000 kelahiran hidup dan pada
tahun 2015 sebanyak 19 kematian
per 1000 kelahiran hidup (WHO,
2015). Dan di Indonesia tercatat
angka kematian bayi (AKB)
menurut data survey demografi
kesehatan Indonesia pada tahun
2012 sebesar 32 per 1000 kelahiran
hidup yang berarti kurang lebih 440
bayi yang meninggal setiap
harinya. (Kemenkes 2014).
Kematian
bayi
dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Beberapa penyakit yang saat ini
menjadi
penyebab
kematian
terbesar dari bayi diantaranya,
penyakit diare, tetanus, gangguan
perinatal dan radang saluran napas
bagian bawah (Hapsari, 2004).
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
2
Penyebab kematian bayi baru lahir
di Indonesia menurut buku ajar
asuhan kebidanan komperhensif
pada ibu bersalin dan bayi baru
lahir adalah Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) (29 %), asfiksia
(27 %), trauma lahir, tetanus
neonatrum, infeksi lain dan
kelainan kongenital (Damayanti,
ika putri, dkk, 2014).
Angka kejadian BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah) lebih tinggi di
Negara-negara berkembang dari
pada di Negara-negara maju.
Indonesia sebagai Negara yang
berkembang
memiliki
angka
kejadian BBLR yang cukup tinggi
seperti yang tercatat pada tahun
2010 angka kejadian BBLR di
Indonesia sebesar 11,1% yang
mana masih berada diatas angka
rata-rata Thailand sebesar 6,6% dan
Vietnam sebesar 5,3% (UNICEF,
2011).
Prevalensi berat bayi lahir
rendah (BBLR) di jawa tengah
masih terbilang cukiup tinggi.
Jumlah bayi berat lahir rendah
(BBLR) di Jawa Tengah pada tahun
2012 sebanyak 21,573 (3,75%)
meningkat apabila dibandingkan
tahun 2011 yang sebanyak 21,184
(3,73%). Sementara itu bayi BBLR
di Kabupaten Jepara tahun 2012
sebesar 5,04%, Bila dibandingkan
dengan tahun 2011 sebesar 4,49%
angka
tersebut
mengalami
kenaikan, namun semuanya 100%
telah ditangani. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) masih menjadi
masalah di Kabupaten Jepara,
angkanya berkisar antara 3%
sampai 4% sejak tahun 2007
sampai tahun 2011. Namun
demikian semua kasus BBLR
(100%) telah ditangani sehingga
tidak berdampak buruk bagi
pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya (Dinkes, 2012).
Penyebab
kejadian
BBLR
dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu dari faktor ibu, dan faktor
kehamilan (plasenta dan janin).
Faktor-faktor dari ibu dapat berupa
gizi yang kurang saat hamil, umur
kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun, paritas, penyakit yang
diderita ibu seperti hipertensi
jantung dan lain-lain, dan faktor
pekerjaan ibu yang terlalu berat.
Sedangkan faktor-faktor kehamilan
yang
mempengaruhi
kejadian
BBLR antara lain, hamil dengan
Hidramnion,
hamil
ganda,
pendarahan
antepartum,
dan
komplikasi
kehamilan
seperti
eklampsi dan pre-eklampsi, ketuban
pecah dini atau anemia kehamilan
(manuaba, Ida Bagus Gede, 2007).
Resiko terbesar BBLR adalah
pada wanita yang melahirkan pada
usia remaja. (Bobak, 2005). Umur
ibu merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan kejadian bayi
dengan berat lahir rendah, di mana
angka kejadian tertinggi BBLR
adalah pada usia dibawah 20 tahun
dan pada multigravida yang jarak
antara kelahirannya terlalu dekat.
Kejadian terendah adalah pada usia
ibu antara 26-30 tahun (Hasan dkk,
2006 ).
METODE PENELITIAN
Desain
penelitian
ini
menggunakan
Analitik
Observasional dengan pendekatan
Cohort Retrospektif. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh ibu
yang melahirkan di RSU. R.A.
Kartini Jepara tahun 2015 sebanyak
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
3
2.143 ibu, sampel sebanyak 371 ibu
dengan menggunakan tekhnik Quota
Sampling yang memenuhi kriteria
inklusi.
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran
Umur
Ibu
Melahirkan di RSU. R.A.
Kartini Jepara Tahun 2015
Tabel 1 Distribusi frekuensi umur
ibu melahirkan di RSU. R.A.
Umur ibu
melahirkan
Frekuensi
Persentase
(%)
< 20 tahun
(Remaja)
186
50,1 %
>20 tahun
185
49,9 %
Total
371
100 %
Kartini Jepara tahun 2015
Berdasarkan Tabel 1 dapat
disimpulkan bahwa dari 371 ibu
yang melahirkan di RSU R.A.
Kartini Jepara yang menjadi sampel
dalam penelitian ini, didapatkan 186
ibu yang melahirkan di usia remaja
dengan persentase (50,1 %).
a. Gambaran bayi baru lahir di
RSU. R.A. Kartini Jepara tahun
2015
Tabel 2 Distribusi frekuensi bayi
baru lahir di RSU. R.A. Kartini
Jepara tahun 2015
Bayi Baru Lahir
Frekuensi
Presentase
(%)
BBLR
162
43,7 %
Tidak BBLR
209
56,3 %
Total
371
100
Berdasarkan Tabel 2 dapat
diketahui bahwa bayi baru lahir
yang BBLR yang dilahirkan dari ibu
yang dijadikan sampel yaitu,
sebanyak
162
Bayi
dengan
persentase (43,7 %).
B. Analisis Bivariat
Tabel 3
Hubungan
Persalinan Usia Remaja
Kejadian Berat Bayi Lahir
(BBLR) di RSU. R.A.
Jepara tahun 2015
antara
Dengan
Rendah
Kartini
Bayi Baru Lahir
Umur ibu
BBLR
Tidak BBLR
melahirkan
f
%
f
%
< 20 tahun 123
66,1 63
33,9
(Remaja)
>20 tahun 39
21,1 146
78,9
Jumlah
162
209
Nilai p value 0,001
Total
F
% %
186 100 100
100
185 100
371
100
Berdasarkan Tabel 3, dapat
diketahui
bahwa
ibu
yang
melahirkan pada usia remaja (<20
tahun) sebanyak 186 orang yang
dimana sebagian besar dari ibu
yang melahirkan pada usia remaja
melahirkan bayi dengan Berat bayi
lahir rendah (BBLR) sebanyak 123
orang dengan persentase (66,1 %)
lebih banyak dari ibu yang
melahirkan usia remaja melahirkan
bayi tidak dengan BBLR sebanyak
62 orang dengan persentase (33,9
%).
Sedangkan
ibu
yang
melahirkan di usia <20 tahun
sebanyak 185 orang yang dimana
sebagian besar ibu melahirkan Bayi
tidak dengan BBLR sebanyak 146
orang dengan persentase (78,9 %)
lebih banyak dari ibu yang
melahirkan bayi dengan BBLR
sebanyak
39
orang
dengan
persentase (21,1 %).
Berdasarkan uji Chi-Square
diperoleh p value 0,001 yang
dimana menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
persalinan usia remaja dengan
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
4
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) . pada uji chi-square
apabila didapatkan hasil p-value <
0,005 berarti ada hubungan yang
signifikan. Pada uji statistik dengan
menggunakan uji chi-square antara
persalinan usia remaja dengan
kejadian BBLR didapatkan hasil pvalue 0,001 yang dimana < 0,005
yang berarti ada hubungan yang
signifikan
antara
persalinan
usiaremaja dengan kejadian Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR).
PEMBAHASAN
A. Gambaran Persalinan Usia Remaja
Berdasarkan
hasil
dari
penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan
bahwa
cukup
tingginya kejadian ibu yang
melahirkan di usia remaja (<20
tahun) di RSU. R.A. Kartini Jepara.
Menurut Departemen Kesehatan RI
(2001) kehamilan resiko tinggi
dapat timbul pada keadaan empat
terlalu (terlalu muda, terlalu tua,
terlalu banyak, terlalu dekat). Pada
kelompok umur beresiko yaitu < 20
tahun >35 tahun dan kelompok
umur tidak beresiko atau resiko
ringan yaitu 20 tahun sampai 35
tahun. Pada kehamilan usia muda <
20 tahun membutuhkan asupan gizi
lebih banyak untuk keperluan
pertambahan ibu sendiri juga janin.
Sedangkan kehamilan pada usia
>35 tahun akan mengalami problem
kesehatan
seperti
hipertensi.
Reproduksi sehat untuk hamil dan
melahirkan adalah usia 20-30
tahun, jika terjadi kehamilan di
bawah atau di atas usia tersebut
maka akan dikatakan beresiko akan
menyebabkan terjadinya kematian
2-4x lebih tinggi dari reproduksi
sehat (Manuaba, IBG. 2010) .
Penyebab kematian maternal
dari faktor reproduksi diantaranya
adalah maternal age/usia ibu.
Dalam kurun reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah
20-30 tahun. Kematian maternal
pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun
ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi
dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20 sampai 29
tahun.
Kematian
maternal
meningkat kembali sesudah usia 30
sampai 35 tahun (Sarwono, 2008).
Wanita hamil kurang dari 20
tahun dapat merugikan kesehatan
ibu maupun pertumbuhan dan
perkembangan janin karena belum
matangnya alat reproduksi untuk
hamil. Penyulit pada kehamilan
remaja (<20 tahun) lebih tinggi
dibandingkan
kurun
waktu
reproduksi sehat antara 20-30
tahun. Keadaan tersebut akan
makin menyulitkan bila ditambah
dengan tekanan (stress) psikologi,
sosial,
ekonomi,
sehingga
memudahkan terjadinya keguguran
dan komplikasi pada bayi baru lahir
(Manuaba, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan di RSU R.A.
Kartini Jepara menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan
antara usia ibu bersalin dengan
kejadian Berat Bayi Lahir rendah.
Terkait hasil penelitian tersebut
sama halnya penelitian yang
dilakukan oleh Thato, Rachukul &
Sopajaree (2004) ibu hamil remaja
juga memiliki angka kelahiran
prematur dan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (2931 gr
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
5
dan 3077 gr). Hasil penelitian ini
menemukan
bahwa
terdapat
hubungan yang bermakna antara
kehamilan remaja dengan kelahiran
prematur dan BBLR. Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh
Anna (2011) mengenai penilaian
pengaruh usia ibu terhadap
keluaran maternal dan perinatal
pada persalinan primigravidabahwa
didapatkan
hubungan
yang
bermakana.
Disimpulkan bahwa Faktor usia
ibu memiliki dampak yang kurang
baik untuk kesehatan bayi baru
lahir.
B. Gambaran Kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah.
Berdasarkan
hasil
dari
penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan hasil bahwa cukup
tingginya kejadian BBLR yang
terjadi di RSU R.A. Kartini jepara.
Dimana kejadian BBLR ini bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor dari ibu seperti
komplikasi kehamilan, umur ibu
saat hamil dan melahirkan (<20
tahun atau >35 tahun), status gizi
dan asupan gizi ibu saat hamil,
jarak gestasi dan paritas yang
terlalu dekat, mempunyai riwayat
BBLR sebelumnya dan penyakit
yang diderita ibu saat hamil. Selain
itu
faktor
faktor
yang
mempengaruhi kejadian BBLR
adalah faktor dari plasenta seperti
hidramnion,
plasenta
previa,
solution plasenta, sindrom tranfusi
bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini (Proverawati
dan ismayati, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di RSU R.A.
Kartini Jepara tentang hubungan
antara persalinan usia remaja
dengan kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah yang menunjukkan bahwa
hubungan yang signifikan antara
umur ibu saat melahirkan fengan
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR). Seperti penelitiam terkait
yang dilakukan oleh Rahmi (2013)
tentang
faktor
faktor
yang
berhubungan dengan kejadian Berat
Bayi Lahir Rendah di RSIA Pertiwi
Makasar didapatkan hasil bahwa
ada
hubungan
antara
usia
kehamilan,
jarak
kehamilan,
kunjungan ANC, terpapar asap
rokok, pendidikan dan pekerjaan
ibu dengan kejadian BBLR.
Kemudian sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan oleh colti
satriani (2008) mengenai faktor
maternal dan kualitas pelayanan
antenatal yang beresiko terhadap
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) menggunakan desain case
control didapatkan hasil bahwa
variabel yang paling berisiko
terhadap kejadian BBLR adalah
umur <20 dan umur >34 tahun,
jarak kelahiran < 2 tahun dan
kualitas pelayanan antenatal yang
kurang baik. Berdasarkan penelitian
- penelitian diatas tentang kejadian
BBLR dapat di simpulkan bahwa
faktor faktor dari ibu seperti Usia
ibu saat hamil dan melahirkan,
jarak kehamilan dan Kunjungan
ANC dapat mempengaruhi angka
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR).
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
6
C. Hubungan antara Persalinan Usia
Remaja dengan Kejadian BBLR di
RSU R.A Kartini Jepara
Berdasarkan hasil penelitian
diatas bahwa ada hubungan yang
signifikan antara persalinan usia
remaja dengan kejadian Berat bayi
Lahir Rendah yang dimana pada
usia 14-19 tahun, sistem hormonal
belum stabil. Hal ini dapat dilihat
dari siklus menstruasi yang belum
teratur. Ketidakteraturan tersebut
dapat berdampak jika terjadi
kehamilan yaitu kehamilan menjadi
tidak
stabil,
mudah
terjadi
pendarahan, kemudian abortus atau
kematian janin. Usia kehamilan
terlalu
dini
dari
persalinan
memperpanjang
rentang
usia
produktif aktif. Hal ini dapat
meningkatkan resiko kanker leher
rahim di kemudian hari (Kusmiran,
2011). Dan menurut Proverawati
dan
ismayati,
(2010)
yang
menjelaskan faktor faktor yang
mempengaruhi kejadian Berat Bayi
Lahir rendah yaitu faktor dari ibu
seperti komplikasi kehamilan, umur
ibu saat hamil dan melahirkan (<20
tahun atau >35 tahun), status gizi
dan asupan gizi ibu saat hamil,
jarak gestasi dan paritas yang
terlalu dekat, mempunyai riwayat
BBLR sebelumnya dan penyakit
yang diderita ibu saat hamil. Selain
itu
faktor
faktor
yang
mempengaruhi kejadian BBLR
adalah faktor dari plasenta seperti
hidramnion,
plasenta
previa,
solution plasenta, sindrom tranfusi
bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini. Sedangkan
menurut penelitian yang dilakukan
oleh feibi (2015) tentang hubungan
antara usia ibu bersalin dengan
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) di Rumah Sakit Pancaran
Kasih GMIM Manado dan hasil
yang didapatkan menunjukan ada
hubungan antara usia ibu bersalin
dengan kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR).
Berdasarkan hasil penelitian
tentang hubungan usia persalinan
remaja dengan kejadian BBLR juga
terdapat hasil yaitu ibu yang
berusia <20 tahun melahirkan bayi
yang tidak dengan BBLR sebanyak
63 ibu dengan persentase (33,9 %)
dan ibu yang melahirkan pada usia
>20 tahun dan melahirkan bayi
BBLR sebanyak 39 ibu dengan
persentase (21,1 %). Hal ini
mungkin bisa disebabkan karena
faktor dari ibu seperti, ketidak
patuhan ibu dalam melakukan
kunjungan ANC, asupan gizi ibu
yang kurang dan Indeks masa tubuh
(IMT) sebelum atau saat ibu hamil.
Seperti yang dijelaskan pada
penelitian yang dilakukan oleh
Fitrah (2010) mengenai Hubungan
Ante Natal Care dengan Berat Bayi
Lahir
Rendah
di
Indonesia
(Analisis Lanjut Data Riskesdas
Tahun 2010) didapat kan hasil
dengan uji bivariat menemukan
variabel yang berpotensi menjadi
variabel yang berhubungan dengan
berat badan lahir yaitu kunjungan
ANC, penjelasan tanda komplikasi
saat ANC, dan jarak lahir. Setelah
dilakukan
uji
multivariat
menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara ANC dengan
kejadian BBLR dimana ibu yang
melakukan kunjungan ANC > 4
kali mempunyai peluang untuk
tidak melahirkan anak BBLR
sebesar 1,8 kali dibandingkan
dengan ibu yang melakukan ANC <
4
kali.
Kemudian
menurut
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
7
penelitian yang dilakukan oleh
sandra (2011) tentang status gizi
ibu hamil dan berat lahir bayi pada
kelompok vegetarian didapatkan
hasil yang berdasarkan analisis
multivariat
ditemukan
bahwa
variabel yang berhubungan dengan
berat badan bayi lahiradalah IMT
pra hamil, asupan protein, vitamin
B12, Fe, dan Zn. Serta menurut
penelitian yang dilakukan oleh
Anggraeni
(2012)
mengenai
Hubungan Faktor Ibu dengan
Kejadian BBLR didapatkan hasil
bahwa adanya hubungan yang
signifikan
antara
usia,tingkat
pendidikan, status pekerjaan, status
gizi ibu dan dan paparan asap rokok
dengan kejadian BBLR.
Menurut beberapa penelitian
diatas dapat disimpulkan bahwa
usia ibu hamil dan melahirkan
mempunyai
pengaruh
dengan
kejadian Berat bayi lahir rendah
karna semakin muda umur ibu saat
hamil dan melahirkan atau semakin
tua umur ibu dapat beresiko
kejadian BBLR pada Bayi baru
lahir.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian
ini adalah peneliti hanya mendesain
untuk memeriksa dan menganalisis
1 variabel bebas yang berpeluang
menjadi faktor resiko kejadian
BBLR, sedangkan faktor lain yang
juga berpeluang menjadi faktor
resiko kejadian BBLR seperti
asupan dan status gizi ibu saat
hamil, kedisiplinan ibu melakukan
Ante Natal Care (ANC), dan status
pekerjaan ibu yang terlalu berat
saat hamil tidak dapat dikendalikan
oleh peneliti, sehingga hal ini
menyebabkan hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini tidak bisa
menggambarkan keseluruhan faktor
yang berhubungan dengan kejadian
BBLR.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Ibu yang melahirkan pada usia
remaja (<20 tahun) di RSUD R.A.
Kartini Jepara sebagian besar
melahirkan bayi dengan Berat Bayi
Lahir Rendah sebanyak 123 bayi
dengan persentase (66,1%).
2. Ada hubungan yang signifikan
antara persalinan usia remaja
dengan kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR).
Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan terhadap
ibu hamil terutama dengan ibu
hamil yang beresiko tinggi. Untuk
dapat memberikan penyuluhan
atau pendidikan kesehatan kepada
ibu hamil dengan usia yang
beresiko melahirkan anak dengan
BBLR
tentang
pengertian,
penyebab, tanda dan gejala,
komplikasi,
penatalaksanaan
BBLR dan faktor-faktor resiko
yang menyebabkan BBLR
2. Bagi Dinas Kesehatan
Disarankan
kepada
Dinas
Kesehatan agar merencanakan
program penyuluhan kesehatan
perencanaan usia saat hamil untuk
memberikan pengetahuan kepada
remaja putri dan ibu-ibu akan
resiko melahirkan anak dengan
BBLR berdasarkan usia ibu saat
ibu hamil atau melahirkan.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Dapat melanjutkan penelitian
ini untuk mencari faktor resiko lain
seperti asupan dan status gizi ibu
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
8
saat hamil, kedisiplinan ibu
melakukan Ante Natal Care dan
Status pekerjaan ibu yang terlalu
berat
saat
hamil
dengan
menggunakan desain penelitian
yang berbeda untuk mendapatkan
hasil yang lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi B, dkk, 2005. Etichal Decision
Making In Health Service.
Departeman Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia RS. DR.
Cipto Mangun Kusumo. Jakarta.
Almira
Rantung,
Feibi.
2014.
Hubungan usia ibu bersalin
dengan kejadian Berat bayi lahir
rendah di Rumah Sakit Pancaran
Kasih GMIM Manado. Volume 3.
4 Februari 2016.
Bobak,
L.
2004.
Keperawatan
Maternitas. Jakarta: EGC
Correia, Cecy. 2011. Comprehensive
Nursing Manual. New Delhi:
Jaypee
Brothers
Medical
Publisher.
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014. Buku
Ajar
Asuhan
Kebidanan
Komperhensif Pada Ibu Bersalin
Dan
Bayi
Baru
Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.
Dinkes RI. 2012. Buku Profil
Kesehatan
Provinsi
Jawa
Tengah. Jawa Tengah: Dinkes.
Donna L. Wong...[et.al]. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik
Wong. Alih bahasa : Agus
Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y.
Kuncoro. Editor edisi bahasa
Indonesia
:
Egi
Komara
Yudha....[et al.]. Edisi 6. Jakarta :
EGC
Indah kusumaningrum, Anggraeni.
2012. Hubungan Faktor Ibu
dengan Kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah
Kerja Puskesmas Gemawang
Kecamatan
Gemawang
Kabupaten Temanggung Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2012. 5
februari 2016
Jacob, Annamma. 2012. Midwifery &
Gynecological
Nursing.Ed.3.
New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher.
Kemenkes RI. (2010). Pedoman audit
Maternal – Perinatal di tingkat
kabupaten/kota.
Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2011). Riskesdas 2010.
Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembambangan
kesehatan
Kemenkes RI.
Kosim, M., Sholeh. 2008. Buku Ajar
Neonatologi. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia
Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi
Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika.
Latifah, Lutfatul, Anggraeni, Mekar
Dwi. 2009. Hubungan Kehamilan
Pada Usia Remaja Dengan
Kejadian Prematuritas, Berat
Bayi Lahir Rendah dan Asfiksia.
Program Pasca Sarjana Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Jendral
Soedirman. Purwokerto
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
9
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007.
Pengantar
Kuliah
Obstetri.
Jakarta: EGC.
Manuaba, dkk. (2010). Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan KB
untuk pendidikan bidan. Edisi 2.
Jakarta:EGC
Murthi, Bhisma. 2003. Prinsip dan
metode riset epidemiologi. Edisi
kedua. Yogyakarta: UGM Press
Maryanti, D., Septikasari M. 2009.
Buku Ajar Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Murthy, Padmini, Smith, Clyde
Lanford. 2010. Women’s Global
Health And Human Rights.
Canada: Jones and Bartlett
Publisher.
Noorkasiani, Heryati, Ismail Rita.
2009. Sosiologi keperawatan. Jakarta:
EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Proverawati, Atikah & Ismawati,
Cahyo. 2010. BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sistiarani,
Colti.
2008.
Faktor
Maternal dan Kualitas Pelayanan
Antenatal
yang
Beresiko
Terhadap Kejadian Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR). 4 Februari
2016
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta: Rhineka Cipta.
Sugiyono. 2007. Statistik untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sumarah. 2008. Perawatan Ibu
Bersalin. Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta :
Penerbit Fitramaya
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan
Komunitas. Jakarta: EGC
Triana, Ani, dkk. 2015. Buku Ajar
Kebidanan
Kegawatdaruratan
Maternal
dan
Neonatal.
Yogyakarta: Deepublish.
Widi Prianita, Anna. 2011. Pengaruh
FaktorUsia
Ibu
Terhadap
Keluaran Maternal dan Perinatal
pada Persalinan Primigravida di
Rumah Sakit Dr. Kariadi
Semarang Periode Tahun 2010. 4
januari 2016
Rahmi. 2013. Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Berat Bayi Lahir Rendah di RSIA
Pertiwi Makasar. 4 Februari 2016
Saifudin, dkk. 2002. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
| STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016
10
Download