HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN USIA REMAJA DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU. R.A. KARTINI JEPARA TAHUN 2015 * Achmad Gani Al-faraby ** Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB. Eko Susilo, S.Kep., Ns., M.Kes. * Mahasiswa PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ** Dosen PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah salah satu penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia.Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan lahir bayi yang kurang dari 2500 gram. Salah satu faktor penyebab yang dihubungkan dengan kejadian BBLR pada penelitian ini adalah persalinan usia remaja dimana ibu melahirkan di usia <20 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Hubungan Antara Persalinan Usia Remaja Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RSUD R.A. Kartini Jepara Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian menggunakan cohort retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di RSUD R.A. Kartini Jepara sebanyak 2.143 ibu dengan jumlah sampel 371 ibu yang diambil dengan tehnik Quota sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value 0,001 < dari nilai α (0,05) yakni ada hubungan yang signifikan antara persalinan usia remaja dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Hasil menunjukkan dari 186 ibu (50,1%) yang melahirkan pada usia remaja sebagian besar melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak 123 ibu (66,1). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disarankan untuk RSUD R.A. Kartini Jepara dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah untuk dapat meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil beresiko dan melakukan perancangan program penyuluhan kesehatan tentang perencanaan usia hamil yang produktif. Kata kunci : Persalinan usia remaja, BBLR Kepustakaan : 31 (2001 – 2015) | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 1 ABSTRACT Infant Low Birth Weight ( LBW ) is one of the biggest causes of infant mortality in Indonesia. Low Birth Weight ( LBW ) is the baby's birth weight less than 2500 grams . One factor that is associated with the incidences of low birth weight in this study is the teenagers giving birth at age less than 20 years old . The aim of this study is to analyze the correlation between teenagers giving birth and low birth weight (LBW) incidences in R.A. Kartini Hospital Jepara, Central Java. This research used observational analytic study with retrospective cohort study design. The population in this study was all women giving birth in R.A. Kartini hospital Jepara as many as 2,143 women with the samples of 371 women taken by Quota sampling technique that met the inclusion and exclusion criteria. Analysis of the data used univariate and bivariate and statistical test used Chi Square. The results show p value 0.001 < value α ( 0.05 ) meaning a significant correlation between teenagers giving birth and Low Birth Weight ( LBW ) incidences . The results show that of 186 mothers ( 50.1 % ) who give birth in their teen-age, most of them give birth to a baby with low birth weight as many as 123 mothers ( 66.1 ) . Based on the results of the research, R.A. Kartini hospital Jepara and Central Java Provincial Health Office should be able to improve services to pregnant women at risk and to design the health education program about planning pregnancy at productive age . Keywords Literatures : Teenagers Giving Birth, LBW : 31 (2001 - 2015) LATAR BELAKANG Angka kematian bayi (AKB) termasuk masalah kesehatan dengan angka prevalensi yang cukup tinggi. Tercatat bahwa angka kematian bayi di dunia dari tahun 1990 sampai 2015 mengalami penurunan dengan prevalensi pada tahun 1990 sebanyak 36 kematian per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 sebanyak 19 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Dan di Indonesia tercatat angka kematian bayi (AKB) menurut data survey demografi kesehatan Indonesia pada tahun 2012 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup yang berarti kurang lebih 440 bayi yang meninggal setiap harinya. (Kemenkes 2014). Kematian bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi diantaranya, penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal dan radang saluran napas bagian bawah (Hapsari, 2004). | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 2 Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia menurut buku ajar asuhan kebidanan komperhensif pada ibu bersalin dan bayi baru lahir adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) (29 %), asfiksia (27 %), trauma lahir, tetanus neonatrum, infeksi lain dan kelainan kongenital (Damayanti, ika putri, dkk, 2014). Angka kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) lebih tinggi di Negara-negara berkembang dari pada di Negara-negara maju. Indonesia sebagai Negara yang berkembang memiliki angka kejadian BBLR yang cukup tinggi seperti yang tercatat pada tahun 2010 angka kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1% yang mana masih berada diatas angka rata-rata Thailand sebesar 6,6% dan Vietnam sebesar 5,3% (UNICEF, 2011). Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) di jawa tengah masih terbilang cukiup tinggi. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 21,573 (3,75%) meningkat apabila dibandingkan tahun 2011 yang sebanyak 21,184 (3,73%). Sementara itu bayi BBLR di Kabupaten Jepara tahun 2012 sebesar 5,04%, Bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 4,49% angka tersebut mengalami kenaikan, namun semuanya 100% telah ditangani. Bayi berat lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah di Kabupaten Jepara, angkanya berkisar antara 3% sampai 4% sejak tahun 2007 sampai tahun 2011. Namun demikian semua kasus BBLR (100%) telah ditangani sehingga tidak berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (Dinkes, 2012). Penyebab kejadian BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari faktor ibu, dan faktor kehamilan (plasenta dan janin). Faktor-faktor dari ibu dapat berupa gizi yang kurang saat hamil, umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, paritas, penyakit yang diderita ibu seperti hipertensi jantung dan lain-lain, dan faktor pekerjaan ibu yang terlalu berat. Sedangkan faktor-faktor kehamilan yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain, hamil dengan Hidramnion, hamil ganda, pendarahan antepartum, dan komplikasi kehamilan seperti eklampsi dan pre-eklampsi, ketuban pecah dini atau anemia kehamilan (manuaba, Ida Bagus Gede, 2007). Resiko terbesar BBLR adalah pada wanita yang melahirkan pada usia remaja. (Bobak, 2005). Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah, di mana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26-30 tahun (Hasan dkk, 2006 ). METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan Analitik Observasional dengan pendekatan Cohort Retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di RSU. R.A. Kartini Jepara tahun 2015 sebanyak | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 3 2.143 ibu, sampel sebanyak 371 ibu dengan menggunakan tekhnik Quota Sampling yang memenuhi kriteria inklusi. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Umur Ibu Melahirkan di RSU. R.A. Kartini Jepara Tahun 2015 Tabel 1 Distribusi frekuensi umur ibu melahirkan di RSU. R.A. Umur ibu melahirkan Frekuensi Persentase (%) < 20 tahun (Remaja) 186 50,1 % >20 tahun 185 49,9 % Total 371 100 % Kartini Jepara tahun 2015 Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa dari 371 ibu yang melahirkan di RSU R.A. Kartini Jepara yang menjadi sampel dalam penelitian ini, didapatkan 186 ibu yang melahirkan di usia remaja dengan persentase (50,1 %). a. Gambaran bayi baru lahir di RSU. R.A. Kartini Jepara tahun 2015 Tabel 2 Distribusi frekuensi bayi baru lahir di RSU. R.A. Kartini Jepara tahun 2015 Bayi Baru Lahir Frekuensi Presentase (%) BBLR 162 43,7 % Tidak BBLR 209 56,3 % Total 371 100 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa bayi baru lahir yang BBLR yang dilahirkan dari ibu yang dijadikan sampel yaitu, sebanyak 162 Bayi dengan persentase (43,7 %). B. Analisis Bivariat Tabel 3 Hubungan Persalinan Usia Remaja Kejadian Berat Bayi Lahir (BBLR) di RSU. R.A. Jepara tahun 2015 antara Dengan Rendah Kartini Bayi Baru Lahir Umur ibu BBLR Tidak BBLR melahirkan f % f % < 20 tahun 123 66,1 63 33,9 (Remaja) >20 tahun 39 21,1 146 78,9 Jumlah 162 209 Nilai p value 0,001 Total F % % 186 100 100 100 185 100 371 100 Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa ibu yang melahirkan pada usia remaja (<20 tahun) sebanyak 186 orang yang dimana sebagian besar dari ibu yang melahirkan pada usia remaja melahirkan bayi dengan Berat bayi lahir rendah (BBLR) sebanyak 123 orang dengan persentase (66,1 %) lebih banyak dari ibu yang melahirkan usia remaja melahirkan bayi tidak dengan BBLR sebanyak 62 orang dengan persentase (33,9 %). Sedangkan ibu yang melahirkan di usia <20 tahun sebanyak 185 orang yang dimana sebagian besar ibu melahirkan Bayi tidak dengan BBLR sebanyak 146 orang dengan persentase (78,9 %) lebih banyak dari ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak 39 orang dengan persentase (21,1 %). Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh p value 0,001 yang dimana menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persalinan usia remaja dengan | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 4 kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) . pada uji chi-square apabila didapatkan hasil p-value < 0,005 berarti ada hubungan yang signifikan. Pada uji statistik dengan menggunakan uji chi-square antara persalinan usia remaja dengan kejadian BBLR didapatkan hasil pvalue 0,001 yang dimana < 0,005 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara persalinan usiaremaja dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). PEMBAHASAN A. Gambaran Persalinan Usia Remaja Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa cukup tingginya kejadian ibu yang melahirkan di usia remaja (<20 tahun) di RSU. R.A. Kartini Jepara. Menurut Departemen Kesehatan RI (2001) kehamilan resiko tinggi dapat timbul pada keadaan empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu dekat). Pada kelompok umur beresiko yaitu < 20 tahun >35 tahun dan kelompok umur tidak beresiko atau resiko ringan yaitu 20 tahun sampai 35 tahun. Pada kehamilan usia muda < 20 tahun membutuhkan asupan gizi lebih banyak untuk keperluan pertambahan ibu sendiri juga janin. Sedangkan kehamilan pada usia >35 tahun akan mengalami problem kesehatan seperti hipertensi. Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Manuaba, IBG. 2010) . Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah maternal age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008). Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran dan komplikasi pada bayi baru lahir (Manuaba, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSU R.A. Kartini Jepara menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia ibu bersalin dengan kejadian Berat Bayi Lahir rendah. Terkait hasil penelitian tersebut sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Thato, Rachukul & Sopajaree (2004) ibu hamil remaja juga memiliki angka kelahiran prematur dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (2931 gr | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 5 dan 3077 gr). Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kehamilan remaja dengan kelahiran prematur dan BBLR. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Anna (2011) mengenai penilaian pengaruh usia ibu terhadap keluaran maternal dan perinatal pada persalinan primigravidabahwa didapatkan hubungan yang bermakana. Disimpulkan bahwa Faktor usia ibu memiliki dampak yang kurang baik untuk kesehatan bayi baru lahir. B. Gambaran Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa cukup tingginya kejadian BBLR yang terjadi di RSU R.A. Kartini jepara. Dimana kejadian BBLR ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari ibu seperti komplikasi kehamilan, umur ibu saat hamil dan melahirkan (<20 tahun atau >35 tahun), status gizi dan asupan gizi ibu saat hamil, jarak gestasi dan paritas yang terlalu dekat, mempunyai riwayat BBLR sebelumnya dan penyakit yang diderita ibu saat hamil. Selain itu faktor faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR adalah faktor dari plasenta seperti hidramnion, plasenta previa, solution plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini (Proverawati dan ismayati, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSU R.A. Kartini Jepara tentang hubungan antara persalinan usia remaja dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah yang menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara umur ibu saat melahirkan fengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Seperti penelitiam terkait yang dilakukan oleh Rahmi (2013) tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSIA Pertiwi Makasar didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara usia kehamilan, jarak kehamilan, kunjungan ANC, terpapar asap rokok, pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR. Kemudian sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh colti satriani (2008) mengenai faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang beresiko terhadap kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) menggunakan desain case control didapatkan hasil bahwa variabel yang paling berisiko terhadap kejadian BBLR adalah umur <20 dan umur >34 tahun, jarak kelahiran < 2 tahun dan kualitas pelayanan antenatal yang kurang baik. Berdasarkan penelitian - penelitian diatas tentang kejadian BBLR dapat di simpulkan bahwa faktor faktor dari ibu seperti Usia ibu saat hamil dan melahirkan, jarak kehamilan dan Kunjungan ANC dapat mempengaruhi angka kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 6 C. Hubungan antara Persalinan Usia Remaja dengan Kejadian BBLR di RSU R.A Kartini Jepara Berdasarkan hasil penelitian diatas bahwa ada hubungan yang signifikan antara persalinan usia remaja dengan kejadian Berat bayi Lahir Rendah yang dimana pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur. Ketidakteraturan tersebut dapat berdampak jika terjadi kehamilan yaitu kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi pendarahan, kemudian abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan memperpanjang rentang usia produktif aktif. Hal ini dapat meningkatkan resiko kanker leher rahim di kemudian hari (Kusmiran, 2011). Dan menurut Proverawati dan ismayati, (2010) yang menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi kejadian Berat Bayi Lahir rendah yaitu faktor dari ibu seperti komplikasi kehamilan, umur ibu saat hamil dan melahirkan (<20 tahun atau >35 tahun), status gizi dan asupan gizi ibu saat hamil, jarak gestasi dan paritas yang terlalu dekat, mempunyai riwayat BBLR sebelumnya dan penyakit yang diderita ibu saat hamil. Selain itu faktor faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR adalah faktor dari plasenta seperti hidramnion, plasenta previa, solution plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh feibi (2015) tentang hubungan antara usia ibu bersalin dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado dan hasil yang didapatkan menunjukan ada hubungan antara usia ibu bersalin dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan usia persalinan remaja dengan kejadian BBLR juga terdapat hasil yaitu ibu yang berusia <20 tahun melahirkan bayi yang tidak dengan BBLR sebanyak 63 ibu dengan persentase (33,9 %) dan ibu yang melahirkan pada usia >20 tahun dan melahirkan bayi BBLR sebanyak 39 ibu dengan persentase (21,1 %). Hal ini mungkin bisa disebabkan karena faktor dari ibu seperti, ketidak patuhan ibu dalam melakukan kunjungan ANC, asupan gizi ibu yang kurang dan Indeks masa tubuh (IMT) sebelum atau saat ibu hamil. Seperti yang dijelaskan pada penelitian yang dilakukan oleh Fitrah (2010) mengenai Hubungan Ante Natal Care dengan Berat Bayi Lahir Rendah di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010) didapat kan hasil dengan uji bivariat menemukan variabel yang berpotensi menjadi variabel yang berhubungan dengan berat badan lahir yaitu kunjungan ANC, penjelasan tanda komplikasi saat ANC, dan jarak lahir. Setelah dilakukan uji multivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ANC dengan kejadian BBLR dimana ibu yang melakukan kunjungan ANC > 4 kali mempunyai peluang untuk tidak melahirkan anak BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan ANC < 4 kali. Kemudian menurut | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 7 penelitian yang dilakukan oleh sandra (2011) tentang status gizi ibu hamil dan berat lahir bayi pada kelompok vegetarian didapatkan hasil yang berdasarkan analisis multivariat ditemukan bahwa variabel yang berhubungan dengan berat badan bayi lahiradalah IMT pra hamil, asupan protein, vitamin B12, Fe, dan Zn. Serta menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2012) mengenai Hubungan Faktor Ibu dengan Kejadian BBLR didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara usia,tingkat pendidikan, status pekerjaan, status gizi ibu dan dan paparan asap rokok dengan kejadian BBLR. Menurut beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa usia ibu hamil dan melahirkan mempunyai pengaruh dengan kejadian Berat bayi lahir rendah karna semakin muda umur ibu saat hamil dan melahirkan atau semakin tua umur ibu dapat beresiko kejadian BBLR pada Bayi baru lahir. D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya mendesain untuk memeriksa dan menganalisis 1 variabel bebas yang berpeluang menjadi faktor resiko kejadian BBLR, sedangkan faktor lain yang juga berpeluang menjadi faktor resiko kejadian BBLR seperti asupan dan status gizi ibu saat hamil, kedisiplinan ibu melakukan Ante Natal Care (ANC), dan status pekerjaan ibu yang terlalu berat saat hamil tidak dapat dikendalikan oleh peneliti, sehingga hal ini menyebabkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini tidak bisa menggambarkan keseluruhan faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR. PENUTUP Kesimpulan 1. Ibu yang melahirkan pada usia remaja (<20 tahun) di RSUD R.A. Kartini Jepara sebagian besar melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah sebanyak 123 bayi dengan persentase (66,1%). 2. Ada hubungan yang signifikan antara persalinan usia remaja dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Saran 1. Bagi Rumah Sakit Rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil terutama dengan ibu hamil yang beresiko tinggi. Untuk dapat memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada ibu hamil dengan usia yang beresiko melahirkan anak dengan BBLR tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan BBLR dan faktor-faktor resiko yang menyebabkan BBLR 2. Bagi Dinas Kesehatan Disarankan kepada Dinas Kesehatan agar merencanakan program penyuluhan kesehatan perencanaan usia saat hamil untuk memberikan pengetahuan kepada remaja putri dan ibu-ibu akan resiko melahirkan anak dengan BBLR berdasarkan usia ibu saat ibu hamil atau melahirkan. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Dapat melanjutkan penelitian ini untuk mencari faktor resiko lain seperti asupan dan status gizi ibu | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 8 saat hamil, kedisiplinan ibu melakukan Ante Natal Care dan Status pekerjaan ibu yang terlalu berat saat hamil dengan menggunakan desain penelitian yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif. DAFTAR PUSTAKA Affandi B, dkk, 2005. Etichal Decision Making In Health Service. Departeman Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. DR. Cipto Mangun Kusumo. Jakarta. Almira Rantung, Feibi. 2014. Hubungan usia ibu bersalin dengan kejadian Berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Volume 3. 4 Februari 2016. Bobak, L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Correia, Cecy. 2011. Comprehensive Nursing Manual. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher. Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komperhensif Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish. Dinkes RI. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah: Dinkes. Donna L. Wong...[et.al]. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara Yudha....[et al.]. Edisi 6. Jakarta : EGC Indah kusumaningrum, Anggraeni. 2012. Hubungan Faktor Ibu dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. 5 februari 2016 Jacob, Annamma. 2012. Midwifery & Gynecological Nursing.Ed.3. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher. Kemenkes RI. (2010). Pedoman audit Maternal – Perinatal di tingkat kabupaten/kota. Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes RI. (2011). Riskesdas 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembambangan kesehatan Kemenkes RI. Kosim, M., Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Latifah, Lutfatul, Anggraeni, Mekar Dwi. 2009. Hubungan Kehamilan Pada Usia Remaja Dengan Kejadian Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah dan Asfiksia. Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 9 Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Manuaba, dkk. (2010). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Edisi 2. Jakarta:EGC Murthi, Bhisma. 2003. Prinsip dan metode riset epidemiologi. Edisi kedua. Yogyakarta: UGM Press Maryanti, D., Septikasari M. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika. Murthy, Padmini, Smith, Clyde Lanford. 2010. Women’s Global Health And Human Rights. Canada: Jones and Bartlett Publisher. Noorkasiani, Heryati, Ismail Rita. 2009. Sosiologi keperawatan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Proverawati, Atikah & Ismawati, Cahyo. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika. Sistiarani, Colti. 2008. Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Beresiko Terhadap Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). 4 Februari 2016 Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Rhineka Cipta. Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sumarah. 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC Triana, Ani, dkk. 2015. Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Deepublish. Widi Prianita, Anna. 2011. Pengaruh FaktorUsia Ibu Terhadap Keluaran Maternal dan Perinatal pada Persalinan Primigravida di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang Periode Tahun 2010. 4 januari 2016 Rahmi. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSIA Pertiwi Makasar. 4 Februari 2016 Saifudin, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. | STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,2016 10