BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sebelum penulis memasuki pembahasan mengenai kompensasi, budaya organisasi dan prestasi kerja pegawai, tentunya tidak terlepas dari pentingnya Manajemen Sumber Daya Manusia dan berbagai pengertian mengenai definisi manajemen yang ditinjau secara umum, sebab manajemen sumber daya manusia sebagai bagian dari manajemen yang merupakan suatu pengkhususan dibidang kepegawaian. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan mengemukakan beberapa definisi manajemen. Menurut Hasibuan didalam bukunya manajemen sumber daya manusia (2005) adalah “Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan,karyawan, dan masyarakat”. Pengertian manajemen dikemukakan oleh Samsudin (2005)“Manajemen sumber daya manusia adalah suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan,pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi atau perusahaan”. Sulistiyani dan Rosidah dalam bukunya (2008) bahwa : “Manajemen sumber daya manusia adalah usaha untuk menggerakkan dan mengelola sumber 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 daya manusia di dalam organisasi agar mampu berpikir dan bertindak sebagaimana yang diinginkan oleh organisasi”. Sedangkan menurut Mutiara S.(2005) “Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisa pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja, guna mencapai tujuan yang di tetapkan”. Berdasarkan uraian tersebut diatas manajemen sumber daya manusia didalam organisasi perusahaaan mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat menentukan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi manajemen sumber daya manusia merupakan manajemen yang menitikberatkan perhatianya kepada faktor produksi manusia dengan segala kegiatanya untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia ( SDM ) merupakan investasi yang memegang peranan penting bagi perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia (SDM) , factor produksi lain tidak dapat dijalankan dengan maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia (SDM) yang cakap, terampil , produktif, kreaif, berwawasan luas kedepan serta mempunyai kemampuan yang terandalkan adalah asset yang termahal dari setap organisasi. Hal ini dikaitkan dengan pelaksanaan fungsi sumber daya mausia (SDM) yang harus diselenggarakan guna mendukung semua komponen kegiatan organisasi atau perusahaan. Sasaran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kontribusi dari karyawan yang ada dalam organisasi. melalui sejumlah kegiatan atau program yang disusun oleh manajer kepegawaian, mulai dari penarikan karyawan sampai mereka diberhentikan dari organisasi, diharapkan sumber daya manusia (SDM) tersebut menyumbangkan waktu dan tenaganya seoptimal mungkin demi pencapaian tujuan organisasi. 2.2. Fungsi MSDM Secara umum, fungsi-fungsi sumber daya manusia menurut Panggabean (2007) : 1. Pengadaan 2. Pengembangan 3. Perencanaan dan pengembangan karir 4. Penilaian Prestasi 5. Kompensasi 6. Keselamatan dan kesehatan kerja 7. Pemutusan hubungan kerja Untuk lebih jelasnya ketujuh fungsi tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengadaan tenaga kerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Fungsi pengadaan tenaga kerja yang dikenal juga sebagai fungsi pendahuluan terdiri atas analisis pekerjaan, perencanaan tenaga kerja, penarikan dan seleksi. 2. Pengembangan Pegawai Pengembangan pegawai dapat dilakukan melalui orientasi, pelatihan dan pendidikan.Pada hakikatnya yang ditujukan untuk menyesuaikan persyaratan atau kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya (sekarang atau pada masa mendatang) dengan kualifikasi yang dimiliki pegawai sekarang. 3. Perencanaan dan pengembangan karir Hal ini terdiri atas pengertian karir, perencanaan karir dan pengembangan karir.Karir dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan kesinambungan, keteraturan, dan arti kehidupan bagi seseorang. Perencanaan karir adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang memilih tujuan karir dan mengenali cara atau jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan karir adalah suatu pendekatan formal yang diambil dan digunakan organisasi untuk menjamin agar orang-orang dengan kecakapan dan pengalaman yang layak tersedia ketika dibutuhkan. 4. Penilaian prestasi kerja Merupakan sebuah proses yang ditujukan untuk memperoleh informasi tentang kinerja pegawai. Informasi ini dapat digunakan sebagai input \ http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 menyimpulkan bahwa kompensasi merupakan bentuk penghargaan atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya baik yang berbentuk finansial maupun barang dan jasa pelayanan agar karyawan merasa dihargai dalam bekerja. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas organisasi. 2.2.1. Jenis-Jenis Kompensasi Demikian hal nya dengan Dessler (2007) mengemukakan bahwa:“Kompensasi pegawai adalah semua bentuk pembayaran atau hadiah yang diberikan kepada pegawai dan muncul dari pekerjaan mereka. Kompensasi pegawai merujuk kepada semua bentuk bayaran atau hadiah bagi pegawai dan berasal dari pekerjaan mereka. Kompensasi pegawai memiliki dua komponen utama: pembayaran langsung (dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi, dan bonus), dan pembayaran tidak langsung (dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan liburan yang dibayar oleh pengusaha). Pada dasarnya terdapat dua cara untuk membuat pembayaran keuangan langsung kepada pegawai: Anda dapat mendasarkan penggajian pada penambahan waktu atau pada kinerja. Pembayaran berdasarkan waktu masih tetap yang paling popular: misalnya, para pekerja kerah biru mendapatkan upah berdasarkan jam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 atau harian, dan pegawai yang lainnya seperti para manajer atau para perancang Web, cenderung untuk diberikan gaji dan dibayar mingguan, bulanan, atau tahunan. Pilihan kedua adalah pembayaran berdasarkan kinerja. Contohnya adalah piecework (pembayaran sesuai hasil kerja); system ini mengaitkan kompensasi dengan jumlah produksi (atau sejumlah “benda”) yang dihasilkan oleh pekerja, dan popular sebagai rencana insentif. Misalnya, anda membagi upah per jam pekerja dengan standar jumlah unit yang harus dihasilkannya dalam satu jam.Lalu untuk tiap unit yang dihasilkan di atas dan melebihi standar ini, pekerja tersebut diberikan insentif. Komisi penjualan adalah contoh lain dari kompensasi yang didasarkan pada kinerja (dalam hal ini, berdasarkan penjualan). Tentu saja, pengusaha sering menyusun rencanarencana penggajian kepada pegawainya berdasarkan dari kombinasi penggajian berdasarkan waktu yang ditambah dengan insentif-insentif. Menurut Hasibuhan(2007) Kompensasi berarti penghargaan atau ganjaran tidak sekedar berbentuk pemberian upah atau gaji sebagai akibat dari pengangkatannya menjadi tenaga kerja sebuah organisasi perusahaan. Penghargaan atau ganjaran sebagai kompensasi dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Kompensasi langsung adalah penghargaan atau ganjaran yang disebut upah atau gaji yang dibayar secara tetap berdasarkan tenggat waktu yang tetap. 2. Kompensasi tidak langsung adalah pemberian bagian keuntungan bagi para pekerja diluar gaji atau upah dapat berupa barang atau uang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 3. Insentif adalah peghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi , sifatnya tidak tetap. Tabel 2.1 KOMPESASI LANGSUNG DAN KOMPENSASI TIDAK LANGSUNG Kompensasi mpensasi Langsung Unsur-unsur finansial langsung Gaji pokok yang adil dan kompetitif. Kompensasi per jam, pecan dan per tahun, dll. Bonus atau premi untuk memenuhi tujuantujuan kinerja individual dan atau team. Komisi penjualan Bagi Hasil Saham perusahaan atau opsi saham Kompensasi mpensasi Tidak Langsung Unsur-unsur Asuransi kelompok finansial tidak RSP Kelompok langsung Alokasi rekening biaya Unsur-unsur Anggaran pelatihan untuk masing-masing pendukung pegawai bagi pengembangan Keanggotaan pada asosiasi professional kompetensi Berlangganan majalah khusus Pembelian dokumentasi khusus Waktu yang tersedia untuk bereksperimen dengan software baru Waktu yang tersedia untuk riset internet Sumber :http://www.isdm.co.idindex.phpArticlesKebijakan-Kompensasi.html http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 2.2.2. Sistem Pemberian Kompensasi Menurut Hasibuan (2009), sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan diantaranya : sistem waktu, sistem hasil (output) dan sistem borongan. Untuk lebih jelasnya sistem kompensasi diuraikan sebagai berikut : a. Sistem Waktu Dalam Sistem Waktu , kompensasi ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Sistem waktu ini diterapkan jika prestasi kerja sulit diukur perunitnya, dan bagi karyawan tetap kompensasinya dibayar atas sistem waktu secara periodic setiap bulannya. Kebaikan sistem waktu ialah administrasi pengupahan mudah dan besarnya kompensasi yang akan dibayarkan tetap. Kelemahan sistem waktu ialah yang malas pun kompensasinya tetap dibayar sebesar perjanjian. b. Sistem hasil (output) Besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter dan kilogram. Dalam sistem hasil (output), besarnya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu mengerjakannya. Kebaikan sistem ini memberikan kesempatan kepada karyawan yang bekerja bersungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas jasa yang lebih besar. Kelemahan sistem hasil ini ialah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 kualiatas barang yang dihasilkan kurang baik dan karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil, sehingga kurang manusiawi. c. Sistem Borongan Suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Dalam sistem borongan ini pekerja biasa mendapat balas jasa besar atau kecil tergantung atas kecermatan kalkulasi mereka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem kompensasi adalah suatu sistem pemberian balas jasa kepada pegawai dengan menentukan berapakah yang layak dan pantas diterima oleh pegawai terhadap jenis dan hasil pekerjaan yang telah dikerjakan oleh pegawai tersebut. Dewasa ini sistem pemberian balas jasa dipandang sebagai salah satu tantangan, yang harus dihadapi oleh manajemen suatu organisasi. Dikatakan sebagai tantangan sebab pemberian balas jasa para pekerja tidak lagi dipandang dengan semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan material, akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya, organisasi cenderung melihatnya sebagai beban yang harus dipikul oleh organisasi dalam rangka upaya penetapan tujuan dan sasarannya. Dalam sistem penetapan balas jasa yang tepat terhadap pegawainya, setiap perusahaan mempunyai cara tersendiri. Disini berarti harus disesuaikan dengan prestasi dan fungsi setiap pegawai. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Pemberian kompensasi balas jasa ini tentu akan berdampak positif terhadap perusahaan. Dengan adanya dampak positif ini tentu akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara lain : a. Akan menaikkan pegawai dengan tingkat keterampilan yang tinggi untuk bekerja pada perusahaan. b. Untuk memberikan rangsangan agar pegawai bekerja dengan maksud mencapai prestasi yang tinggi. c. Untuk mengikat pegawai agar bekerja pada perusahaan. Teori harapan berarti bahwa manajer harus lebih memperlihatkan secara seksama sejumlah faktor ketika berhadapan dengan para pegawai mereka. Faktor-faktor tersebut adalah (Hamdani 2006) : a. Menentukan imbalan yang bernilai bagi setiap pegawai. b. Menentukan prestasi kerja yang diinginkan. c. Menentukan tingkat prestasi kerja yang dicapai. d. Menganalisis faktor yang mungkin berlawan dengan efektivitas imbalan. e. Memastikan bahwa imbalan tersebut memadai. Dalam semangat teori harapan, manajer berunding dengan pegawai mengenai penugasan kerja, tujuan, kebutuhan, pegawai dan peluang pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 2.2.3. Tujuan Pemberian Kompensasi Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2009) tujuan pemberian kompensasi antara lain adalah : 1. Ikatan Kerja Sama Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawannya. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/ majikan wajib membayar kompensasi 2. Kepuasaan Kerja Karyawan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan pemberian kompensasi. 3. Pengadaan Efektif Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan lebih mudah 4. Motivasi Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan lebih mudah memotivasi bawahannya 5. Stabilitas Karyawan Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensinya yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover yang relatif kecil. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 6. Disiplin Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. 2.2.4. Asas Kompensasi Menurut Hasibuan (2009) asas kompensasi harus berdasarkan asas adil dan asas layak serta memperhatikan Undang-Undang Perburuhan yang berlaku. a. Asas Adil Besarnya kompensasi harus sesuai dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, dan jabatan. Kompensasi tanpa menyesuaikan aspek–aspek diatas akan menggagalkan maksud dari kompensasi itu sendiri. b. Asas layak dan wajar Suatu kompensasi harus disesuaikan dengan kelayakannya. Meskipun tolak ukur layak sangat relative, perusahaan dapat mengacu pada batas kewajaran yang sesuai dengan ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah dan aturan lain secara konsisten http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2.3 Definisi Budaya Organisasi Kebiasaan-kebiasaan & tradisi yang umumnya terjadi pada suatu organisasi merupakan cikal bakal dari tumbuhnya budaya organisasi yang dikembangkan oleh pimpinan puncak organisasi. Tumbuhnya budaya organisasi di mulai dari kebiasan-kebiasaan yang dilakukan pimpinan organisasi itu sendiri ,misal contoh kebiasaan buruk seperti tidak disiplin, acuh tak acuh terhadap pegawai, tidak pernah melakukan kontrol terhadap prestasi kerja pegawai, tidak pernah melakukan komunikasi terhadap pegawai dan lainya, bisa berakibat ada kemungkinan pegawai cenderung akan meniru perilaku yang demikian, paling tidak segala perilaku pimpinan akan menjadi cermin bagi pegawai untuk bersikap dan bertindak dalam melaksanakan tugas maupun dalam berinteraksi dengan sesama teman kerja maupun dengan atasan. Pada tingkatan yang lebih dalam dan kurang terlihat, budaya merujuk kepada nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam kelompok dan akan terus akan bertahan sepanjang waktu dan mungkin sampai pada anggaota kelompok itu sudah berubah, Sementara itu pada tingkatan budaya menggambarkan pola atau gaya atau perilaku organisasi sehinga para pegawai baru secara otomatis terdorong untuk mengikuti perilaku temanya . http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Stephen P. Robin (2005) menyatakan bahwa “budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut anggota-anggota organisasi yang merupakan suatu sistemdari makna bersama”. Budaya organisasi telah diketengahkan sebagai nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi, dan cara-cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan memengaruhi cara mereka bertindak. Dalam kebanyakan organisasi, nilainilai dan praktik-praktik yang dianut bersama ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman dan benar-benar sangat memengaruhi bagaimana sebuah organisasi dijalankan. Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010). Menurut Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010), Kultur organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini, ketika dicermati secara lebih saksama adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang secara keseluruhan merupakan hakikat kultur sebuah organisasi: 1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. 2. Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan umtuk mencapai hasil tersebut. 4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam organisasi. 5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasikan pada tim ketimbang pada individu-individu. 6. Keagresifan. Sejauh mana orang bersifat agresif dan kompetitif ketimbang santai. 7. Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya statis quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan. Kotter dan Heskett, terjemahan Tika (2006) menyatakan bahwa “budaya organisasi merupakan nilai yang dianut secara bersama oleh anggota organisasi, cenderung membentuk perilaku kelompok”. Dengan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah “ suatu sistem nilai dan keyakinan bersama yang diambil dari pola kebiasan dan falsafah dasar pendirianya yang kemudian berinteraksi menjadi norma-norma, dimana norma tersebut dipakai sebagai pedoman cara berpikir dan bertindak dalam upayamencapai tujuan bersama.” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 2.3.1 Fungsi Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan nilai dan persepai bersama yang diyakini oleh para pegawai dan merupakan pedoman yang kuat dalam menuntun perilaku dan dapat berfungsi secara efektif karena membantu pegawai dalam menyelesaikan tugas. Menurut Robbins (2004) , fungsi budaya organisasi merupakan pengganti formalisasi dan menentukan tujuan bersama, sebagai alat pengendalian yang memberikan pedoman pada sikap dan tingkah laku. Pengertian formalisasi adalah pada tingkat sejauh mana pekerjaan di dalam organisasi itu distandarisasikan. 2.3.2 Karakteristik Budaya Organisasi Menurut Stephen P. Robbins (2004), untuk menilai kualitas budaya organisasi suatu organisasi dapat dilihat dari sepuluh factor utama yaitu sebagai berikut.. a. Inisiatif individu, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi yang di punyai individu. b. Toleransi terhadap tindakan berisiko, yaitu sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan berani mengambil resiko. c. Arah , yaitu sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi. d. Integrasi, yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 e. Dukungan manajemen, yaitu tingkat sejauh mana para manajer memberikan komunikasi yang jelas , bantuan serta dukungan terhadap bawahan mereka. f. Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai. g. Identitas, yaitu tingkat sejauh mana para anggauta mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesional. h. Sistem imbalan, yaitu tingkat sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas criteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas , pilih kasih, dan sebagainya. i. Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauh mana para pegai didorong untuk mengemukakan konflik kritik secara terbuka. j. Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. 2.4 Pengertian Prestasi Kerja Setiap pemimpin harus mengetahui prestasi kerja bawahannya agar ia dapat mengambil keputusan yang tepat yang menyangkut pegawainya. Pemimpin perlu memahami adanya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja untuk dapat membantu meningkatkan prestasi kerja pegawainya. Faktorfaktor tersebut perlu dikaji mengapa ada pegawai yang rajin sementara disisi lain ada pegawai yang malas dan kurang bersemangat. Pemimpin perlu mengetahui http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 prestasi kerja pegawainya agar ia dapat memperlakukan pegawainya secara adil dalam hal penempatan, promosi, gaji/upah, bonus dan sebagainya. Definisi lain yang dikemukakan Mangkuprawira (2004), mendefenisikan penilaian prestasi kerja sebagai proses yang dilakukan suatu organisasi dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Prestasi kerja adalah hasil upaya seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya serta persepsi terhadap perannya terhadap pekerjaan itu (Sutrisno, 2011). Menurut Siswanto Bejo (2005) prestasi kerja adalah :Hasil kerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang tenaga kerja antara lain dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, kesanggupan tenaga kerja yang bersangkutan. Sedangkan prestasi pegawai menurut Henry Simamora (2004) adalah tingkat hasil kerja pegawai dalam pencapaian persyaratan pekerjaan yang diberikan. Deskripsi dari prestasi menyangkut tiga komponen penting yaitu: 1. Tujuan Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 2. Ukuran Ukuran dibutuhkan untuk mengetahui apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan, untuk itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personal memegang peranan penting. 3. Penilaian Penilaian kinerja regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun indikator prestasi pegawai menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) adalah sebagai berikut : 1. Mampu meningkatkan target pekerjaan 2. Mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu 3. Mampu menciptakan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan 4. Mampu menciptakan kreativitas dalam menyelesaikan pekerjaan 5. Mampu meminimalkan kesalahan pekerjaan Sutrisno (2010) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai tersebut Sutrisno (2010) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada pegawai yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Sutrisno (2010) menyatakan bahwa indikator-indikator prestasi kerja, yaitu : 1. Kualitas kerja (Quality) yaitu taraf kesempurnaan proses kerja atau pemenuhan aktivitas kerja yang ideal dan diharapkan 2. Kuantitas kerja (Quantity) yaitu jumlah yang dihasilkan dalam konteks nilai uang, jumlah unit, atau jumlah penyelesaian suatu siklus aktivitas. 3. Jangka waktu (Timeliness) yaitu tingkat penyesuaian suatu aktivitas yang dikerjakan atau suatu hasil dicapai dengan waktu tersingkat yang diharapkan sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan waktu untuk aktivitas lainnya. 4. Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterim. Prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil pelaksanaan kerja pegawai yang dilakukan secara efisien. Untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu motivasi kerja dan kemampuan kerja, kedua faktor tersebut bersama-sama menentukan prestasi kerja, artinya jika motivasi kerja tinggi tapi kemampuan kerja rendah maka prestasi kerja akan rendah, demikian juga sebaliknya kemampuan kerja tinggi tapi motivasi kerja rendah prestasi kerja juga akan rendah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Menurut Mangkunegara (2009) ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi kerja yaitu: a) Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensial (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). knowledge+skill). Artinya, karyawan knowledge+skill yang memiliki IQ di atas rata- rata (110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari- hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu di tempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job). b) Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan yang menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan untuk mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang karyawan harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi). Artinya, seorang karyawan harus siap mental, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja 2.4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.Prestasi kerja ini mempunyai tiga faktor penting yaitu kemampuan dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan motivasi seorang pekerja semakin tinggi ketiga faktor diatas, maka makin besarlah prestasi kerjapegawai bersangkutan. Menurut Mangkunegara (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah : 1. Faktor Kemampuan. 2. Faktor Motivasi. Kedua faktor yang mempengaruhi prestasi kerja tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor kemampuan, meliputi kerja sama, keterampilan dan kreativitas, pengalaman dalam bekerja, tingkat ketelitian dan komunikasi. 2. Faktor Motivasi, meliputi kedisiplinan, pendidikan, dan semangat kerja dan kepribadian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 2.4.2 Hubungan Kompensasi dengan Prestasi Kerja Pegawai Simamora (2004) mengatakan bahwa kompensasi dalam bentuk finansial adalah penting bagi pegawai, sebab dengan kompensasi ini mereka dapat memenuhi kebutuhannya secara langsung, terutama kebutuhan fisiologisnya. Namun demikian, tentunya pegawai juga berharap agar kompensasi yang diterimanya sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan dalam bentuk non finansial juga sangat penting bagi pegawai terutama untuk pengembangan karir mereka.Secara sederhana kompensasi merupakan sesuatu yang diterima pegawai untuk balas jasa kerja mereka. 2.4.3 Hubungan Budaya Organisasi dengan Prestasi Kerja Pegawai Mengenai keterkaitan antara budaya perusahaaan dengan prestasi kerja disampaikan oleh Prabu Mangkunegara sebagai berikut ; “Budaya perusahaan yang disosialisasikan dengan komunikasi yang baik dapat menentukan kekuatan menyeluruh perusahaan, kinerja dan daya saing dalam jangka panjang” (2005) Walaupun para ahli menyatakan secara eksplesit bahwa budaya organisasi akan membawa pengaruh terhadap prestasi kerja pegawai, namun kata kinerja, daya saing, dan produktivitas cukup kiranya untuk mencerminkan bahwa pada dasarnya baik buruknya budaya organisasi juga akan membentuk prestasi kerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 2.5 Penelitian Terdahulu TABEL 2.2 PENELTIAN,JUDULl,VARIABEL DAN HASIL No 1 2 3 Peneliti Judul VERONIKA SELVIATI ( 2013) Jurnal PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DISIPLIN KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BIDANG PENDAPATAN, BIDANG ANGGARAN DAN PERBENDAHARAA N DPPKAD KOTA TANJUNGPINANG Agustin Heryanti (2005) Jurnal Pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya terhadap kinerja pegawai (studi kasus PT. SSE-Van der Host Indonesia) Yuningsih (2010) Jurnal PENGARUH PERUBAHAN ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAAN KERJA DAN KINERJA DOSEN PADA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG Variabel • • • • • • • • • • • • Hasil Gaya Kepemim pinan Motivasi Disiplin Kompens asi Kinerja Tidak terdapat pengaruh baik secara parsial maupun simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Kinerja pegawai Bidang Pendapatan, Bidang Anggaran dan Perbendaharaan DPPKAD Kota Tanjungpinang tidak dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan, motivasi, disiplin kerja dan juga kompensasi. Gaya Kepimpin an Budaya Kinerja Adanya pengaruh positif dan signifikan dari gaya kepemimpinan dan budaya organisasi balk secara parsial maupun simultan dengan kinerja pegawai dan hasil penelitian menunjukkan hubungan antara yang positif anta budaya organisasi dengan kinerja pegawai Perubaha n Organisas i Budaya organisasi Kepuasan Kerja Kinerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa untuk meningkatkan kinerja pegawai sebaiknya pada profesional sumberdaya manusia di lingkungan FEB Unila lebih meningkatkan pada variabel-variabel perubahan organisasi dan kepuasan kerja pegawai. 32 2.6 Rerangka Pikir Kompensasi H1 Prestasi Kerja H2 Budaya Organisasi GAMBAR 2.1 KOMPENSASI DAN BUDAYA ORGANISASI 2.7 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang masih bersifat sementara dan masih harus di uji kebenaranya, (Iqbal Hasan, 2006). Pengujian secara hipotesis bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan dari masalah pokok yang telah disebutkan sebelumnya, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1: Kompensasi berpengaruh positif terhadap prestasi kerja pegawai di BPK RI di Jakarta H2: Bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap prestasi kerja pegawai BPK RI di Jakarta. http://digilib.mercubuana.ac.id/