bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Analisis
Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 43)
“Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya, penguraian suatu pokok atau berbagai
bagiannya dan penelahan bagian itu sendiri serta hubungan antar
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman
arti keseluruhan”.
2. Menurut Kamus Akuntansi (2000: 48)
“Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pospos atau ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasanalasan yang memungkinkan tentang perbedaaan yang muncul.
Misalnya seorang pemeriksa (auditor) akan melakukan analisa
perkiraan pengeluaran untuk menentukan apakah pengeluaran
telah dibebankan terhadap pos yang tepat, yang diuji/diverifikasi
dengan dokumen. Contoh lainnya, penilaian kesehatan keuangan
suatu perusahaan dengan melakukan analisa laporan keuangan
sebagai dasar pengambilan keputusan investasi atau kredit”.
Dari definisi-definisi, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah melakukan
penilaian secara kritis terhadap suatu masalah kemudian menguraikan atau
menginterpretasikan hasil penilaian tersebut untuk pengambilan keputusan.
2.2
Economic Value Added (EVA)
2.2.1 Definisi Economic Value Added (EVA)
Economic value added (EVA) adalah indikator internal yang mengukur
kekayaan pemegang saham yang diciptakan atau dimusnahkan perusahaan dalam
jangka waktu tertantu. Economic value dded (EVA) mengukur seberapa efisien
operasi-operasi sebuah perusahaan menggunakan modal untuk menciptakan nilai
tambah.
Nilai
ekonomis
tercipta
hanya
jika
perusahaan
pengembalian (return) yang melebihi biaya modal (cost of capital).
10
menghasilkan
11
Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001:
39), secara singkat “EVA sama dengan NOPAT dikurangi biaya modal.”
Dari penjelasan di atas, maka secara singkat EVA dapat diartikan sebagai
keuntungan operasioanal setelah pajak dikurangi dengan tingkat biaya modal.
Jadi, EVA ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan operasional setelah pajak dan
tingkat biaya modal.
Keuntungan operasional setelah pajak yang didapat oleh perusahaan
menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) dalam perusahaan, sedangkan
tingkat biaya modal bagi perusahaan dapat diartikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam penciptaan nilai (value) bagi perusahaan.
2.2.2 Faktor-faktor Economic Value Added
Untuk meningkatkan nilai EVA ada beberapa faktor yang dapat dilakukan
oleh manajemen yaitu :
1. Memperbaiki laba operasi tanpa menggunakan tambahan modal. Hal ini
dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi baik dalam bidang
produksi maupun administrasi
2. Tambahan modal diinvestasikan pada proyek uang memberikan return
yang lebih besar dari pada biaya perolehnya
3. Likuiditas modal yang tidak tepat atau investasi selanjutnya dibatasi
terhadap kegiatan yang memberikan return dibawah standar perusahaan
(return yang dihasilkan tidak memadai)
2.2.3 Kegunaan Economic Value Added
Beberapa alasan mengapa economic value added (EVA) lebih tepat
digunakan adalah :
1. Konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibandingkan dengan
perusahaan sejenis ataupun membuat suatu analisis kecenderungan dengan
tahun sebelumnya
12
2. Konsep ini menyajikan ukuran yang secara adil mempertimbangkan
harapan-haran kreditur dan pemegang saham.
3. Konsep ini sangat membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan
manajemen secara tepat seperti penetapan tujuan, penganggaran modal,
penilaian kinerja, dan komunikasi dengan karyawan lebih tepatnya. EVA
dapat digunakan sebagai dasar untuk menerapakan sistem manajemen
keuangan yang terintegrasi secara lengkap (G Bannet Stewart, 1991).
2.2.4 Perhitungan Economic Value Added
Sesuai dengan rumus EVA yang telah diungkapkan, maka langkah yang
harus ditempuh dalam menghitung nilai EVA, yaitu:
1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
2. Menghitung total invested capital
3. Menentukan Cost of Capital
4. Menghitung EVA
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing komponen yang diperlukan
dalam perhitungan EVA.
2.2.4.1 Capital
Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001:
39), pengertian dari capital adalah :
“Capital adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari
kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga
(non-interest-bearing liabilities)”.
Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham
seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang,
dan kewajiban jangka panjang lainnya.
13
Adapun pengertian lain dari capital menurut J.B. Clark yang dikutip oleh
Bambang Riyanto (2001: 18) adalah :
“Capital is the permanent fund of productive goods, the identity of
whose component is forever changing. Capital goods are shifting
component part of this permanent aggregate”
Dalam konsep EVA, nilai capital terdiri atas ekuitas (nilai buku ekuitas
dan cadangan) ditambah utang berbunga (interest bearing debt) yang diambil dari
pasiva neraca (tidak termasuk utang dagang dan biaya terutang; accrued
expanses)
Menurut Bambang Riyanto (2001: 21), berdasarkan risiko yang mungkin
akan ditanggung oleh perusahaan sebagai pemilikan sumber modal yang
dilakukan, terdapat dua sumber modal dalam menentukan kebutuhan dana, yaitu
modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari
perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian,
peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain). Sedangkan
modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur, yang ini merupakan utang
bagi perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya, Bambang Riyanto juga
membagi modal asing berdasarkan lama penggunaannya menjadi modal jangka
panjang dan modal jangka pendek.
2.2.4.2 NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001:
39), pengertian dari NOPAT adalah :
“NOPAT merupakan laba operasi perusahaan, setelah pajak, dan
mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan”.
Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004: 63),
pengertian dari NOPAT adalah:
14
“NOPAT menunjukan laba yang akan diperoleh oleh suatu
perusahaan apabila perusahaan tersebut tidak menggunakan hutang
dan/tidak memiliki non operating assets”.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa laba bersih dari operasi
setelah pajak tetapi sebelum membiayai biaya-biaya dan memasukkan pembukuan
yang bukan tunai atau jumlah laba yang tersedia untuk memberikan pengembalian
tunai kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan.
Biaya non kas yang tidak dikeluarkan dari perhitungan NOPAT adalah
biaya penyusutan atau depresiasi. Maksud dari kata “net” dalam Net Operating
Profit After Tax berarti “net of depreciation”. Depresiasi dikurangi dari
perhitungan NOPAT karena merupakan biaya ekonomis murni. Aset yang telah
terpakai dalam kegiatan operasi harus dimasukkan kembali sebelum para investor
mendapatkan pengembalian dari investasi mereka.
Cara untuk lebih mempermudah dalam menjabarkan hal tersebut adalah
dengan memandang dari sisi perusahaan. Jika sebuah perusahaan menyewa asset,
maka perusahaan tersebut harus membayar sewa yang dihitung berdasarkan
besarnya depresiasi dari asset tersebut yang sebenarnya ditanggung oleh pemilik
dari aset tersebut ditambah dengan bunga.
2.2.4.3 Rate of Return (r)
Menurut Bambang Riyanto (2001: 245), pengertian dari rate of return (r)
adalah :
“Rate of return (r) atau tingkat pendapatan investasi adalah biaya
yang timbul jika perusahaan menggunakan dana yang berasal dari
laba ditahan (retained earing) yang diharapkan diterima oleh para
investor kalau mereka menginvestasikan sendiri atau yang
diharapkan diterima dari saham (expected rate or return on the
stock)”.
Rate or return (r) atau tingkat pengembalian ini dapat dihitung dengan
membagi laba bersih dari operasi setelah pajak (NOPAT) dengan total modal
yang digunakan dalam melakukan kegiatan operasi perusahaan. Rate or return (r)
15
ini mengukur produktivitas dari modal yang digunakan tanpa memperlihatkan
metode pembiayaan dan terbebas dari kesalahn akuntansi yang akan mungkin
timbul dari penggunaan metode pencataan akuntansi accrual, dan kecenderungan
untuk menilai modal terlalu rendah dari yang seharusnya.
Rate of return (r) ini dapat dibandingkan secara langsung dengan total
biaya modal dari perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui apakah telah
tercipta suatu nilai tambah bagi perusahaan yang bersangkutan atau tidak.
Rumus untuk menghitung besarnya rate of return (r) adalah sebagai berikut :
r =
2.2.4.3.1 Equity Equivalents (EE)
Equity Equivalents (EE) atau yang sering disebut juga penyesuaian
akuntansi yang digunakan untuk melakukan perhitungan nilai EVA sebagai
pengukur kinerja untuk menjadikan nilai buku akuntansi mendekati nilai buku
ekonomis.
Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001:
187), untuk memperbaiki praktik pelaporan keuangan standar yang dianggap tidak
memadai, beberapa pengguna dari nilai tambah ekonomis menyesuaikan laba
yang disiapkan dibawah prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP)
dengan harapan penyesuaian yang dilakukan tersebut akan menghasilkan angkaangka EVA yang lebih dapat diandalkan.
Selanjutnya Young O’Byrne juga mengemukakan bahwa tujuan umum
dari penyesuaian ini adalah memperbaiki bisa atau pemutarbalikan yang timbul
baik karena kecenderungan dari manajer untuk mempermainkan angka-angka
akuntansi atau karena kekurangan dalam model GAAP, seperti kegagalan untuk
melaporkan dengan benar investasi dalam modal intelektual.
Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001:
188), penyesuaian akuntansi untuk EVA dirancang terutama untuk :
16
1. Mengubah
bisa dalam GAAP yang
mewajibkan
akuntansi
“upaya
keberhasilan” (successful efforts accountants) dan mengeluarkan biaya
research and development (R&D).
2. Membuat akuntansi pengembalian atas modal suatu wakil lebih baik bagi
tingkat pengembalian ekonomis untuk amortisasi dan penyusutan dengan
metode garis lurus mengakui biaya tunai periode mendatang pada suatu basis
nilai sekarang.
3. Membatasi kemampuan menajemen untuk “mengelola” pendapatan dengan
menghapuskan penumpukan (accrued) untuk piutang ragu-ragu dan jaminan.
4. Menghapuskan beban bukan tunai seperti amortisasi goodwill dan biaya pajak
yang ditangguhkan
5. Membuat EVA sekarang sebagai suatu pengukuran dari nilai pasar dengan
mengkapitalisasi restrukturisasi dan beban khusus lainnya, mengeluarkan
pendapatan dan aktiva non-operasi, serta mengkapitalisasi bagian dari bahan
modal.
Selain sebagai koreksi terhadap neraca, Equity Equivalents juga
menghilangkan cara-cara pandang akuntan yang menyebabkan terjadinya
kesalahan terhadap pengukuran laba ekonomis perusahaan yang sebenarnya.
Penambahan perubahan dalam Equity Equivalents ke laba yang dilaporkan
mengembalikan aliran tunai yang berulang terjadi dan timbunan nilai yang
ditinggalkan oleh akuntan untuk akumulasi ditempat yang lain. Pada tabel berikut
ini akan diperlihatkan daftar Equity Equivalents serta pengaruhnya.
17
Tabel 2.1
Equity Equivalents
Add to Capital
Add to NOPAT
• Differed tax reserve
• Increase in differed tax reserves
• LIFO reserve
• Increase LIFO reserves
• Cumulative Goodwill Amortization
• Goodwill amortization
• Un recorded Goodwill
• Increase
• (net) Capitalized intangibles
in
(net)
capitalized
intangible
• Full-cost reserves
• Increase full cost
• Cumulative unusual gain (loss)
• Unusual gain (loss)Increase in
• Other Reserves, such as:
other reserves
• Bad debt reserves
• Inventory obsolescence reserves
• Warranty reserves
Sumber : Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001: 188)
Berikut adalah penjelasan dari setiap Equity Equivalents (EE) :
1. Differed Tax Reserves
Pajak yang ditangguhkan timbul dari perbedaan waktu antara pendapatan
yang dikenai pajak dan pendapatan buku yang diakui dibawah GAAP. Sumber
terbesar dari pajak yang ditangguhkan dalam kebanyakan perusahaan adalah
penyusutan, tetapi setiap perbedaan sementara dalam pendapatan pajak dan
pendapatan buku dapat memberikan kenaikan kepada pajak yang ditangguhkan.
Dengan menambah kembali peningkatan pajak tertunda ke pendapatan,
NOPAT hanya dikurangi pajak yang sebenarnya dibayar tanpa memperhitungkan
penangguhan pajak akuntansi. Cara ini memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang pendapatan yang diperoleh perusahaan.
2. LIFO Reserves
Metode LIFO menawarkan keuntungan pajak penting di atas pendekatan
lain dalam periode kenaikkan harga, dan juga menghasilkan angka harga pokok
18
penjualan yang lebih mendekati perkiraan penggantian biaya persediaan,
menghasilkan suatu penyeimbangan dari penghasilan dan biaya. Akan tetapi LIFO
memiliki satu kelemahan serius, ketika persediaan meningkat dalam tahun
manapun, suatu “lapisan LIFO” dari harga produk lama tertinggal dibelakang.
Lapisan LIFO lama menciptakan dua masalah untuk EVA, yaitu :
∼ Pertama, persediaan dapat dengan serius dinyatakan kurang dari
sebenarnya, yang pada gilirannya juga menyatakan kurang dari sebenarnya
aktiva bersih dan modal yang diinvestasikan.
∼
Kedua, ketika lapisan LIFO lama dihapuskan, yang terjadi manakala
persediaan menurun dari satu tahun ke tahun berikutnya, baik pendapatan
operasi dan EVA dinyatakan terlalu besar dari sebenarnya. Pernyataan
yang terlalu besar ini disebabkan oleh penyamaan harga pokok produk
lama terhadap penghasilan sekarang.
Perusahaan yang menggunakan LIFO biasanya melaporkan suatu
cadangan LIFO dalam catatan untuk laporan keuangan, dimana perbedaan antara
nilai yang dibawa dalam persediaan dan biaya sekarangnya. Cadangan itu
ditambahkan kepada modal yang diinvestasikan, dan kenaikan (penurunan) dari
tahun ke tahun dalam cadangan LIFO ditambahkan kembali kepada (dikurangkan
dari) NOPAT. Jadi dapat disimpulkan bahwa LIFO reserves adalah perbedaan
nilai inventory antara FIFO dan LIFO.
3. Cummulative Goodwill Amortization
Goodwill timbul ketika perusahaan membeli perusahaan lain untuk suatu
harga melebihi nilai pasar yang pantas dari seluruh aktiva yang dapat
diindentifikasi, dikurangi utang. Kebanyakkan penyokong EVA mempercayai
bahwa pendekatan dengan melakukan penghapusan langsung dari goodwill ke
cadangan melewati laporan laba rugi dan melemahkan keterkaitan antara arus kas
bebas operasi dan arus kas bebas pembiayaan yang merupakan landasan dari
analisis nilai pemegang saham.
19
GAAP mewajibkan amortisasi garis lurus dari goodwill selama periode
tidak melebihi 40 tahun dapat dilihat dengan mudah bahwa perlakuan akuntansi
ini dapat mencerminkan kenyataan ekonomis jika kita menghitung EVA
paskaakuisisi. Beberapa praktisi EVA memperdebatkan bahwa amortisasi
goodwill bukan merupakan biaya tunai, dan mereka menyokong menambahkan
amortisasi goodwill kembali kepada modal yang diinvestasikan.
Amortisasi goodwill bukan biaya tunai, tetapi hal yang sama dapat
dikatakan untuk penyusutan dari aktiva berwujud dan amortisasi R&D atau biaya
eksplorasi. Ada tiga permasalahn yang menjadi pokok bagi goodwill, yaitu :
¾ Suatu aktiva pemborosan yang perlu untuk doperoleh kembali melalui
pembebanan amortisasi positif
¾ Tidak merupakan pemborosan, tetapi aktiva tidak meningkat nialainya
yang tidak perlu pembebanan amortisasi sama sekali.
¾ Suatu aktiva yang meningkat nilainya yang perlu untuk diakui dengan
pembebanan amortisasi negatif
Oleh karena goodwill bukan biaya tunai dan bukan tidak dapat dikurangi
pajak, maka ia harus ditambahkan kembali ke laba yang dilaporkan. Kumulatif
amortisasi goodwill harus ditambahkan ke modal agar konsisten.
4. Unrecorded Goodwill
Masalah dalam melakukan pengukuran yang serius dan mungkin akan
terjadi adalah jika goodwill tidak diperhitungkan sama sekali. Dalam kasus seperti
ini, goodwill tidak akan pernah muncul pada neraca, dan karenanya, tidak terdapat
goodwill untuk diamortisasi. Efeknya, khususnya dalam perusahaan yang aktif
dalam pasar pengambilalihan, adalah modal yang diinvestasikan dinyatakan
kurang dari sebenarnya secara dramatis.
Untuk alasan yang sama, akuntansi penyatuan kepentingan seharusnya
dibalikkan. Masalah dengan akuntansi penyatuan kepentingan adalah bahwa hal
itu mengasumsikan perusahaan juga tidak saling membeli lainnya, dan sesuai
dengan itu, tidak aka nada goodwill. Bagi konsep EVA, membeli seluruh akuisisi
20
korporasi seharusnya dilaporkan dengan menggunakan metode pembelian (by
purchase).
Dengan kata lain, goodwill tidak akan muncul jika metode akuisisi yang
ditetapkan adalah polling of interest. Biaya yang dicatat oleh pembeli adalah nilai
buku akuntansi penjual. Dari sudut pandang pemegang saham pembeli
perusahaan, biaya akural akuisisi adalah nilai pasar dari efek yang ditawarkan
untuk menghujudkan perjanjian jual tersebut. Perbedaan nilai buku pasar ini
disebut dengan unrecorded goodwill.
5. Intangibles
Prinsip dasar dari penyesuaian ini adalah untuk mengkapitalisasi setiap
biaya operasi yang tidak dimaksudkan untuk menciptakan pendapatan dalam
periode sekarang tetapi dirancang untuk menciptakan pendapatan di masa
mendatang. Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D) harus
dikapitalisasi ke neraca sebagai Equity Equivalents. Jika R&D dihapuskan, suatu
penyesuaian dibuat dengan menambahkan kembali R&D kepada NOPAT. Biaya
yang dikapitalisasi kemudian dihapuskan bertahap dengan suatu periode
amortisasi sama dengan jumlah dari tahun yang diharapkan untuk mendapatkan
menfaat dari produk atu jasa apapun yang dikembangkan dari R&D.
R&D yang tidak diamortisasi ditambahkan ke dalam
modal yang di
investasikan, dengan demikian menghasilakan suatu perlakuan biaya R&D yang
konsisten dengan cara dimana perusahaan melaporkan investasi dalam aktiva
berwujud. Seluruh penyesuaian R&D dibuat kotor, tidak bersih, dari pajak karena
manfaat pajak penuh diterima pada saat biaya R&D diadakan, bukan ketika
diamortisasi. Pengeluaran untuk R&D ini harus dikapitalisasi ke neraca sebagai
Equity Equivalents dan diamortisasi ke pendapatan dengan periode antisipasi
berhasilnya suatu proyek, serta pengembangan produk baru dan biaya pemasaran
untuk merebut market share juga harus dikapitalisasi dan diamortisasi.
21
6. Successful Effort to Full Cost
Akuntansi upaya berhasil (successful efforts accountants) adalah
berdasarkan gagasan bahwa neraca seharusnya hanya memasukkan investasi yang
berhasil. Upaya yang tidak barhasil seharusnya dihapuskan. Logika dari
pendekatan ini adalah bahwa aktiva seharusnya merupakan nilai mendatang bagi
perusahaan. Jika nilai aktiva melemah dengan berarti dan dengan demikian pula
kemampuan perusahaan untuk mengambil manfaat ekonomis darinya, aktiva
tersebut seharusnya dicatat atau, jika tidak bernilai, dihilangkan sepenuhnya dari
neraca.
Hal ini biasanya dianut oleh perusahaan-perusahaan penghasil Sumber
Daya Alam (SDA), yang menyatakan tingkat pengembalian yang lebih tinggi
daripada yang sebenarnya. Seharusnya tingkat pengembalian yang lebih tinggi
daripada sebenarnya. Seharusnya tingkat pengembalian dinyatakan kembali
dengan akuntansi full-cost. Namun, bukan hanya perusahaan penghasil sumber
daya alam saja yang harus berbuat demikian, semua perusahaan yang melakukan
investasi yang berisiko dan kemudian melakukan write-off harus menerapkan
akuntansi full-cost.
7. Other Equity Equivalents and Reserves
Metode penambahan (accrual) dari akuntansi meminta perusahaan untuk
membuat provisi untuk biaya yang diharapkan di masa mendatang sebagai akibat
dari peristiwa atau keputusan yang sudah terjadi. Piutang ragu-ragu, restrurisasi,
dan jaminan adalah diantara jenis yang paling umum yang oleh perusahaan dibuat
provisinya.
Beberapa penyokong EVA memperdebatkan bahwa pengakuan provisi
mengambil laba akuntansi lebih lanjut dari arus kas dan trelebih lagi, provisi
adalah kendaraan popular untuk memanipulasi perilaku pelaporan keuangan
seperti memperhalus pendapatan.
Suatu alasan yang lebih rumit untuk pengakuan biaya jaminan atas basis
kas adalah bahwa cadangan subjektif dan akan dieksploitasi oleh manajer untuk
menyembunyikan hasil kinerja mereka sebenarnya. Manipulasi provisi semacam
22
itu adalah satu dari dua cara yang paling umum bagi manajer untuk memanupulasi
laba.
2.2.4.4 Biaya Modal (cost of capital)
Cost of capital merupakan konsep yang sangat penting dalam
pembelanjaan perusahaan karena konsep ini dimaksudkan untuk dapat
menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan
untuk memperoleh dana dari suatu sumber, setiap perusahaan memerlukan dana,
baik dari modal sendiri maupun modal asing, akan timbul biaya dari penggunaan
dana-dana tersebut.
Biaya modal suatu perusahaan merupakan suatu tingkat keuntungan yang
harus dicapai agar dapat memenuhi tuntutan para investor. Biaya modal suatu
perusahaan bukanlah biaya tunai karena merupakan ongkos kesempatan
(opportunity cost), yaitu total pengembalian yang diharapkan oleh para investor
bagi suatu perusahaan jika dana yang mereka investasikan dalam bentuk saham
maupun obligasi mempunyai tingkat risiko yang sebanding.
Untuk menciptakan suatu nilai bagi perusahaan, maka besarnya biaya
modal tersebut harus dilampaui. Hal tersebut harus dipenuhi karena semakin besar
tingkat risiko suatu perusahan yang ditanggung oleh investor, semakin besar pula
tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor sebelum terciptanya
sebuah nilai bagi perusahaan dan semakin besar pula biaya modal.
Pengertian cost of capital menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan
oleh Lusy Widjaja (2001: 148) adalah sebagai berikut :
“Cost of Capital adalah biaya kesempatan yang mencerminkan
pengembalian yang diharapkan investor dari investasi lain dengan
risiko yang serupa.”
Sedangkan pengertian biaya modal menurut Bambang Riyanto (2001:
246) adalah sebagai berikut :
“Biaya modal adalah biaya yang sifatnya eksplisit dari suatu sumber
dana adalah sama dengan discount rate yang dapat menjadikan nilai
sekarang (present value) dari dana neto yang diterima perusahaan
23
dari suatu sumber dana sama dengan nilai sekarang dari semua dana
yang harus dibayarkan karena penggunaan dana tersebut beserta
pelunasannya. Pembayaran atau out flows itu ialah dalam bentuknya
pembayaran bunga, pembayaran utang pokok, atau dividen.”
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya modal
mempunyai arti penting yaitu :
1. Untuk memaksimalkan nilai perusahaan, manajemen perusahaan harus
dapat meminimumkan biaya modal, manajemen perusahaan terlebih
dahulu dapat menghitung biaya modalnya.
2. Untuk dapat menyusun anggaran modal yang tepat, manajer keuangan
sangat membutuhkan perhitungan dari biaya modal.
3. Untuk dapat membuat keputusan yang terkait dengan masalah leasing
(sewa guna usaha), pendanaan obligasi dan kebijakan modal kerja manajer
sangat membutuhkan perhitungan dari biaya modal.
2.3
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan
atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasilhasil operasi yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada
hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahan yang mana dapat
menggambarkan kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Sofyan Safri Harahap (2004: 105) adalah :
“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau juga waktu tertantu.”
Sedangkan menurut SAK No.1 (2007: 2) pengertian laporan keuangan adalah:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas,
atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
24
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut S.S. Harahap (2004: 105) adalah :
“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu.”
Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2002: 2) adalah :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas,
atau laporan arus dana”
Dari definisi-definisi di atas, bahwa dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan,
perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang merupakan hasil dari proses
akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha.
2.3.2 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dari
laporan keuangan berguna bagi para pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok menurut IAI (2002: 7) yaitu :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
Untuk maksud ini pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan
untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun
demikian informasi kompleks yang sebenarnya dimasukkan ke dalam
laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan
bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai
tertentu.
25
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan (predicting), menegaskan, atau mengoreksi, hasil operasi
mereka di masa lalu (confirmatory).
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya.
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliability). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan mencatat, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulen atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Selain itu, informasi harus diarahkan pada kebutuhan pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu (netralitas).
Dalam hal menghadapi ketidakpastian
tersebut harus diakui dengan
menggunakan pertimbangan sehat (prudence).
Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya (kelengkapan).
Kesenjangan untuk tidak mengungkapkan dapat mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar dan menyesatkan.
4. Dapat diperbandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat mempertimbangkan laporan
26
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan secara relative. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peritiwa
lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan
tersebut.antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang
berbeda.
2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut IAI (2002: 4) adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Pemakai dalam pengambilan keputusan ini
meliputi investor, kreditor, pemasok, pelanggan, pemerintah, karyawan,
masyarakat, dan shareholders (para pemegang saham).
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan sangat diperlukan untuk dapat mengevaluasi atas kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian
dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya
yang dilakukan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan
dimasa depan, sehingga dapat memprediksi kepastian perusahaan dalam
menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai
kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan-tujuan tersebut memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi mereka, karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.
27
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atas pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
2.3.4 Pemakai Laporan Keuangan
Pemakai laporan keuangan merupakan pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan atau disebut juga Business Stakeholders yaitu meliputi
investor sekarang dan investor potensial, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor
usaha lainnya, shareholders, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya,
karyawan, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
2.3.5 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan arus kas, catatan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian intergral dari laporan keuangan termasuk juga skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari :
1) Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi
mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca
mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan
ekuitas.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002: 17), masingmasing unsur tersebut dapat disubklasifikasikan sebagai berikut:
1) Aktiva
Aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat peristiwa masa lalu dan diharapkan akan
memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa datang.
Aktiva dapat disubklasifikasikan lebih jauh menjadi lima subklasifikasi, yaitu :
28
a)
Aktiva lancar
Aktiva lancar yaitu aktiva yang manfaat ekonomisnya
diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau
kurang (atau siklus operasi normal), misalnya kas, surat
berharga, persediaan, piutang, dan persekot biaya.
b)
Investasi jangka panjang
Investasi jangaka panjang yaitu penanaman modal yang
biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
penghasilan tetap atau untuk menguasai perusahaan lain dan
jangka waktunya lebih dari satu tahun, misalnya investasi
saham, dan investasi obligasi.
c)
Aktiva tetap
Aktiva tetap yaitu yang memiliki substansi (wujud) fisik,
digunakan
dalam
operasi
normal
perusahaan
(tidak
dimaksudkan untuk dijual) dan memberikan manfaat
ekonomi lebih dari satu tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva ini antara lain tanah, gudang, kendaraan,
mesin, serta peralatan.
d)
Aktiva tidak berwujud
Aktiva tidak berwujud yaitu aktiva yang tidak mempunyai
substansi fisik dan biasanya berupa hak atau hak istimewa
yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan untuk
jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva ini misalnya patent, goodwill, royalty,
copyright, trade name, franchise dan license.
e)
Aktiva lain-lain
Aktiva lain-lain yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan ke
dalam salah satu dari empat sub-klasifikasi tersebut, misalnya
baban ditangguhkan, piutang kepada direksi, deposito,
pinjaman karyawan.
29
2) Kewajiban (hutang)
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul
dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung
manfaat
ekonomi.
Kewajiban
dapat
disubklasifikasikan lebih lanjut menjadi sub-klasifikasi, yaitu :
a)
Kewajiban lancar
Kewajiban lancar yaitu kewajiban yang penyelesaiannya
diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka
waktu satu tahun atau kurang. Termasuk dalam kategori
kewajiban ini misalnya utang dagang, utang wesel, utang gaji
dan upah, utang pajak dan utang biaya atau beban lainnya
yang belum dibayar.
b)
Kewajiban jangka panjang
Kewajiban
jangka
panjang
yaitu
kewajiban
yang
penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar
dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat
ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang
obligasi, utang hipotik, utang bank atau kredit investasi.
c)
Kewajban lain-lain
Kewajiban lain-lain yaitu kewajiban yang tidak dapat
dikategorikan ke dalam salah satu sub-klasifikasi tersebut,
misalnya utang kepada para pemegang saham.
3) Ekuitas
Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang
merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Unsur
ekuitas ini dapat disubklasifikasikan lebih jauh menjadi dua subklasifikasi, yaitu :
30
a. Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya
modal saham (termasuk agio saham bila ada)
b. Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak
dibagikan kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk
deviden (ditahan).
2. Laporan Laba Rugi
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002: 20). Untuk dapat
menggambarkan informasi mengenai potensi perusahan dalam
menghasilakan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan laba rugi
mempunyai dua unsur, yaitu :
1. Penghasilan (Income)
Yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk
pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan beban (yang
menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari kontribusi
pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan menjadi :
a. Pendapatan (Revenue)
Yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksaan aktivitas
yang biasa dan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda,
seperti misalnya penjualan barang dagang, penghasilan jasa
(fees), pendapatan bunga, pendapatan deviden, royalties, dan
sewa.
b. Keuntungan (Gains)
Yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan
mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang rutin misalnya gain yang timbul
dalam pengalihan aktiva lancar, revaluasi sekuritas, kenaikan
jumlah aktiva jangka panjang
31
2. Beban (Expenses)
Yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk
arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban (yang menyebabkan
penurunan ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada
pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan menjadi:
a. Beban
Yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang
biasa
(yang
biasanya
berbentuk
arus
keluar
atau
berkurangnya aktiva seperti kas persediaan, aktiva tetap),
yang meliputi misalnya harga pokok penjualan, gaji dan
upah, dan penyesuaian.
b. kerugian
Yang mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban
yang timbul atau tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang
jarang terjadi, seperti rugi yang terjadi karena bencana
kebakaran, banjir atau pelepasan aktiva tidak lancar.
Selisih antara total penghasilan dan beban disebut penghasilan
bersih. Di dalam laporan laba rugi, keuntungan dan kerugian biasanya
disajikan secara terpisah, sehingga akan memberikan informasi yang
lebih baik dalam pengambilan keputusan ekonomi.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Merupakan suatu perubahan laporan atau mutasi laba yang ditahan
yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatau periode
tertentu.
Dalam laporan laba ditahan ditunjukkan laba tidak dibagi awal
periode, ditambah laba yang tercantum pada laporan laba rugi dan
dikurangi dengan deviden yang diumumkan selama periode tertentu.
32
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas melaporkan arus kas yang masuk dan keluar dalam
perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan arus kas ini
menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menggunakan kasnya sehingga menghasilkan
masukkan kas pula.
Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian:
1. Arus kas dari aktivitas operasi
2. Arus kas dari aktivitas investasi
3. Arus kas dari aktivitas keuangan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap
pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
dan transaksi yang penting.
2. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
2.4
Kinerja Perusahaan
2.4.1 Pengertian Kinerja Perusahaan
Bagi pihak investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat
digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka
di perusahaan tersebut atau harus mencari alternatif investasi yang lain. Selain itu,
33
kinerja juga memperlihatkan kepada peranan modal maupun pelanggan atau
masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik.
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 570), kinerja adalah:
“Sesuatu yang dicapai / prestasi yang diperlihatkan / kemampuan
kerja.”
2. Menurut Mangkunegara “Manajemen Sumberdaya Manusia” (2002:
67), kinerja adalah:
“Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance (prestasi kerja/prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh
seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.”
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi
yang diperlihatkan seseorang atau kemampuan kerja seseorang
dalam
melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya secara kualitas maupun
kuantitas.
2.4.2 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja perusahaan
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan dalam anggaran.
Penilaian kinerja dapat dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk merasang dan menegakkan perilaku yang semestinya
diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan,
baik yang bersifat intrinsic maupun ekstrinsik.
34
Menurut Mulyadi (2001: 416) ada lima manfaat penilaian kinerja bagi
manajemen, yaitu:
a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian
c. Mengindentifikasi kebutuhan pelatihan dan pembangunan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
menilai kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.4.3 Alat Penilaian Kinerja Perusahaan
Ada beberapa instrument untuk menilai kinerja perusahaan antara lain :
1. EVA
2. Rasio Keuangan
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis
keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering
dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan
yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macammacam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai
kondisi financial dan prestasi suatu perusahaan dan akan lebih bermanfaat
jika angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang
digunakan sebagai standar.
Adapun rasio keuangan yang sering digunakan menurut Agnes Sawir
(2005: 8) antara lain :
A. Rasio Likuiditas
Adalah ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
35
Ratio likuiditas terdiri dari :
a. Current Ratio
Current ratio adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada
waktunya. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1
tahun 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang
lancar.
Current Ratio =
b. Quick Ratio
Quick ratio adalah rasio untuk mengetahui kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Quick Ratio =
B. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas
Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Ratio profitabilitas terdiri dari :
a. Return on Equity
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola
modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan
dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga menunjukan rentabilitas
dan efisiensi modal sendiri.
Return on Equty =
b. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Net Profit Margin =
36
C. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian,
dan kegiatan lainnya. Yang termasuk kedalam ratio ini antara lain :
a. Fixed Assets Turnover
Rasio ini mengukur penggunaan dana yang tertanam pada harta
tetap, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah
penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap.
Fixed Assets Turnover =
b. Total Assets Turnover
Rasio ini menunujukan perputaran total aktiva diukur dari volume
penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva
dalam menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin
baik.
Total Assets Turnover =
c. Avarage Collection Period
Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata
jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya
perusahaan
harus
menunggu
pembayaran
setelah
melakukan
penjualan.
Avarage Collection Period =
D. Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu
dilikuidasi.
37
Debt to Equity Ratio
Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri
perusahan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajiban.
Debt to Equity Ratio =
2.4.4 Kaitan Antara EVA dengan Menilai Kinerja
Economic value added merupakan teknik penilaian kinerja yang mengukur
perbedaan, dalam pengertian keuangan, antara pengembalian atas modal
perusahaan dan biaya modal dibandingkan dengan menggunakan analisis rasio
keuangan yang relatif mudah dan banyak digunakan oleh para investor dalam
menilai kinerja parusahaan.
Penilaian kinerja dengan menggunaka EVA tidak perlu menganalisis dari
tahun ke tahun atau membandingkan dengan perusahaan atau industri sejenis,
tetapi berdasarkan pada biaya modal yakni risiko yang dihadapi perusahaan dalam
melakukan investasi. Makin tinggi investasi maka tingkat pengembalian yang
dituntut investor juga semakin tinggi. Jika rasio keuangan hanya berhenti pada
perolehan laba maka EVA akan mengurangi laba dengan biaya modal. Angka
EVA berarti mencerminkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari investasi
perusahaan (true economic profit) yang dapat mengindikasikan kinerja, tapi secara
praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah, karena proses
perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal yang cukup sulit
dilakukan dengan cepat, terutama bagi perusahaan yang belum go public.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa economic value added
(EVA) merupakan salah satu alat penilaian kinerja perusahaan.
Download