BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 43) “Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, penguraian suatu pokok atau berbagai bagiannya dan penelahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”. 2. Menurut Kamus Akuntansi (2000: 48) “Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pospos atau ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasanalasan yang memungkinkan tentang perbedaaan yang muncul. Misalnya seorang pemeriksa (auditor) akan melakukan analisa perkiraan pengeluaran untuk menentukan apakah pengeluaran telah dibebankan terhadap pos yang tepat, yang diuji/diverifikasi dengan dokumen. Contoh lainnya, penilaian kesehatan keuangan suatu perusahaan dengan melakukan analisa laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi atau kredit”. Dari definisi-definisi, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah melakukan penilaian secara kritis terhadap suatu masalah kemudian menguraikan atau menginterpretasikan hasil penilaian tersebut untuk pengambilan keputusan. 2.2 Economic Value Added (EVA) 2.2.1 Definisi Economic Value Added (EVA) Economic value added (EVA) adalah indikator internal yang mengukur kekayaan pemegang saham yang diciptakan atau dimusnahkan perusahaan dalam jangka waktu tertantu. Economic value dded (EVA) mengukur seberapa efisien operasi-operasi sebuah perusahaan menggunakan modal untuk menciptakan nilai tambah. Nilai ekonomis tercipta hanya jika perusahaan pengembalian (return) yang melebihi biaya modal (cost of capital). 10 menghasilkan 11 Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001: 39), secara singkat “EVA sama dengan NOPAT dikurangi biaya modal.” Dari penjelasan di atas, maka secara singkat EVA dapat diartikan sebagai keuntungan operasioanal setelah pajak dikurangi dengan tingkat biaya modal. Jadi, EVA ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan operasional setelah pajak dan tingkat biaya modal. Keuntungan operasional setelah pajak yang didapat oleh perusahaan menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) dalam perusahaan, sedangkan tingkat biaya modal bagi perusahaan dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai (value) bagi perusahaan. 2.2.2 Faktor-faktor Economic Value Added Untuk meningkatkan nilai EVA ada beberapa faktor yang dapat dilakukan oleh manajemen yaitu : 1. Memperbaiki laba operasi tanpa menggunakan tambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi baik dalam bidang produksi maupun administrasi 2. Tambahan modal diinvestasikan pada proyek uang memberikan return yang lebih besar dari pada biaya perolehnya 3. Likuiditas modal yang tidak tepat atau investasi selanjutnya dibatasi terhadap kegiatan yang memberikan return dibawah standar perusahaan (return yang dihasilkan tidak memadai) 2.2.3 Kegunaan Economic Value Added Beberapa alasan mengapa economic value added (EVA) lebih tepat digunakan adalah : 1. Konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibandingkan dengan perusahaan sejenis ataupun membuat suatu analisis kecenderungan dengan tahun sebelumnya 12 2. Konsep ini menyajikan ukuran yang secara adil mempertimbangkan harapan-haran kreditur dan pemegang saham. 3. Konsep ini sangat membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan manajemen secara tepat seperti penetapan tujuan, penganggaran modal, penilaian kinerja, dan komunikasi dengan karyawan lebih tepatnya. EVA dapat digunakan sebagai dasar untuk menerapakan sistem manajemen keuangan yang terintegrasi secara lengkap (G Bannet Stewart, 1991). 2.2.4 Perhitungan Economic Value Added Sesuai dengan rumus EVA yang telah diungkapkan, maka langkah yang harus ditempuh dalam menghitung nilai EVA, yaitu: 1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) 2. Menghitung total invested capital 3. Menentukan Cost of Capital 4. Menghitung EVA Berikut ini akan dijelaskan masing-masing komponen yang diperlukan dalam perhitungan EVA. 2.2.4.1 Capital Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001: 39), pengertian dari capital adalah : “Capital adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga (non-interest-bearing liabilities)”. Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang, dan kewajiban jangka panjang lainnya. 13 Adapun pengertian lain dari capital menurut J.B. Clark yang dikutip oleh Bambang Riyanto (2001: 18) adalah : “Capital is the permanent fund of productive goods, the identity of whose component is forever changing. Capital goods are shifting component part of this permanent aggregate” Dalam konsep EVA, nilai capital terdiri atas ekuitas (nilai buku ekuitas dan cadangan) ditambah utang berbunga (interest bearing debt) yang diambil dari pasiva neraca (tidak termasuk utang dagang dan biaya terutang; accrued expanses) Menurut Bambang Riyanto (2001: 21), berdasarkan risiko yang mungkin akan ditanggung oleh perusahaan sebagai pemilikan sumber modal yang dilakukan, terdapat dua sumber modal dalam menentukan kebutuhan dana, yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain). Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur, yang ini merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya, Bambang Riyanto juga membagi modal asing berdasarkan lama penggunaannya menjadi modal jangka panjang dan modal jangka pendek. 2.2.4.2 NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001: 39), pengertian dari NOPAT adalah : “NOPAT merupakan laba operasi perusahaan, setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan”. Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004: 63), pengertian dari NOPAT adalah: 14 “NOPAT menunjukan laba yang akan diperoleh oleh suatu perusahaan apabila perusahaan tersebut tidak menggunakan hutang dan/tidak memiliki non operating assets”. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa laba bersih dari operasi setelah pajak tetapi sebelum membiayai biaya-biaya dan memasukkan pembukuan yang bukan tunai atau jumlah laba yang tersedia untuk memberikan pengembalian tunai kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan. Biaya non kas yang tidak dikeluarkan dari perhitungan NOPAT adalah biaya penyusutan atau depresiasi. Maksud dari kata “net” dalam Net Operating Profit After Tax berarti “net of depreciation”. Depresiasi dikurangi dari perhitungan NOPAT karena merupakan biaya ekonomis murni. Aset yang telah terpakai dalam kegiatan operasi harus dimasukkan kembali sebelum para investor mendapatkan pengembalian dari investasi mereka. Cara untuk lebih mempermudah dalam menjabarkan hal tersebut adalah dengan memandang dari sisi perusahaan. Jika sebuah perusahaan menyewa asset, maka perusahaan tersebut harus membayar sewa yang dihitung berdasarkan besarnya depresiasi dari asset tersebut yang sebenarnya ditanggung oleh pemilik dari aset tersebut ditambah dengan bunga. 2.2.4.3 Rate of Return (r) Menurut Bambang Riyanto (2001: 245), pengertian dari rate of return (r) adalah : “Rate of return (r) atau tingkat pendapatan investasi adalah biaya yang timbul jika perusahaan menggunakan dana yang berasal dari laba ditahan (retained earing) yang diharapkan diterima oleh para investor kalau mereka menginvestasikan sendiri atau yang diharapkan diterima dari saham (expected rate or return on the stock)”. Rate or return (r) atau tingkat pengembalian ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih dari operasi setelah pajak (NOPAT) dengan total modal yang digunakan dalam melakukan kegiatan operasi perusahaan. Rate or return (r) 15 ini mengukur produktivitas dari modal yang digunakan tanpa memperlihatkan metode pembiayaan dan terbebas dari kesalahn akuntansi yang akan mungkin timbul dari penggunaan metode pencataan akuntansi accrual, dan kecenderungan untuk menilai modal terlalu rendah dari yang seharusnya. Rate of return (r) ini dapat dibandingkan secara langsung dengan total biaya modal dari perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui apakah telah tercipta suatu nilai tambah bagi perusahaan yang bersangkutan atau tidak. Rumus untuk menghitung besarnya rate of return (r) adalah sebagai berikut : r = 2.2.4.3.1 Equity Equivalents (EE) Equity Equivalents (EE) atau yang sering disebut juga penyesuaian akuntansi yang digunakan untuk melakukan perhitungan nilai EVA sebagai pengukur kinerja untuk menjadikan nilai buku akuntansi mendekati nilai buku ekonomis. Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001: 187), untuk memperbaiki praktik pelaporan keuangan standar yang dianggap tidak memadai, beberapa pengguna dari nilai tambah ekonomis menyesuaikan laba yang disiapkan dibawah prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) dengan harapan penyesuaian yang dilakukan tersebut akan menghasilkan angkaangka EVA yang lebih dapat diandalkan. Selanjutnya Young O’Byrne juga mengemukakan bahwa tujuan umum dari penyesuaian ini adalah memperbaiki bisa atau pemutarbalikan yang timbul baik karena kecenderungan dari manajer untuk mempermainkan angka-angka akuntansi atau karena kekurangan dalam model GAAP, seperti kegagalan untuk melaporkan dengan benar investasi dalam modal intelektual. Menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001: 188), penyesuaian akuntansi untuk EVA dirancang terutama untuk : 16 1. Mengubah bisa dalam GAAP yang mewajibkan akuntansi “upaya keberhasilan” (successful efforts accountants) dan mengeluarkan biaya research and development (R&D). 2. Membuat akuntansi pengembalian atas modal suatu wakil lebih baik bagi tingkat pengembalian ekonomis untuk amortisasi dan penyusutan dengan metode garis lurus mengakui biaya tunai periode mendatang pada suatu basis nilai sekarang. 3. Membatasi kemampuan menajemen untuk “mengelola” pendapatan dengan menghapuskan penumpukan (accrued) untuk piutang ragu-ragu dan jaminan. 4. Menghapuskan beban bukan tunai seperti amortisasi goodwill dan biaya pajak yang ditangguhkan 5. Membuat EVA sekarang sebagai suatu pengukuran dari nilai pasar dengan mengkapitalisasi restrukturisasi dan beban khusus lainnya, mengeluarkan pendapatan dan aktiva non-operasi, serta mengkapitalisasi bagian dari bahan modal. Selain sebagai koreksi terhadap neraca, Equity Equivalents juga menghilangkan cara-cara pandang akuntan yang menyebabkan terjadinya kesalahan terhadap pengukuran laba ekonomis perusahaan yang sebenarnya. Penambahan perubahan dalam Equity Equivalents ke laba yang dilaporkan mengembalikan aliran tunai yang berulang terjadi dan timbunan nilai yang ditinggalkan oleh akuntan untuk akumulasi ditempat yang lain. Pada tabel berikut ini akan diperlihatkan daftar Equity Equivalents serta pengaruhnya. 17 Tabel 2.1 Equity Equivalents Add to Capital Add to NOPAT • Differed tax reserve • Increase in differed tax reserves • LIFO reserve • Increase LIFO reserves • Cumulative Goodwill Amortization • Goodwill amortization • Un recorded Goodwill • Increase • (net) Capitalized intangibles in (net) capitalized intangible • Full-cost reserves • Increase full cost • Cumulative unusual gain (loss) • Unusual gain (loss)Increase in • Other Reserves, such as: other reserves • Bad debt reserves • Inventory obsolescence reserves • Warranty reserves Sumber : Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001: 188) Berikut adalah penjelasan dari setiap Equity Equivalents (EE) : 1. Differed Tax Reserves Pajak yang ditangguhkan timbul dari perbedaan waktu antara pendapatan yang dikenai pajak dan pendapatan buku yang diakui dibawah GAAP. Sumber terbesar dari pajak yang ditangguhkan dalam kebanyakan perusahaan adalah penyusutan, tetapi setiap perbedaan sementara dalam pendapatan pajak dan pendapatan buku dapat memberikan kenaikan kepada pajak yang ditangguhkan. Dengan menambah kembali peningkatan pajak tertunda ke pendapatan, NOPAT hanya dikurangi pajak yang sebenarnya dibayar tanpa memperhitungkan penangguhan pajak akuntansi. Cara ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pendapatan yang diperoleh perusahaan. 2. LIFO Reserves Metode LIFO menawarkan keuntungan pajak penting di atas pendekatan lain dalam periode kenaikkan harga, dan juga menghasilkan angka harga pokok 18 penjualan yang lebih mendekati perkiraan penggantian biaya persediaan, menghasilkan suatu penyeimbangan dari penghasilan dan biaya. Akan tetapi LIFO memiliki satu kelemahan serius, ketika persediaan meningkat dalam tahun manapun, suatu “lapisan LIFO” dari harga produk lama tertinggal dibelakang. Lapisan LIFO lama menciptakan dua masalah untuk EVA, yaitu : ∼ Pertama, persediaan dapat dengan serius dinyatakan kurang dari sebenarnya, yang pada gilirannya juga menyatakan kurang dari sebenarnya aktiva bersih dan modal yang diinvestasikan. ∼ Kedua, ketika lapisan LIFO lama dihapuskan, yang terjadi manakala persediaan menurun dari satu tahun ke tahun berikutnya, baik pendapatan operasi dan EVA dinyatakan terlalu besar dari sebenarnya. Pernyataan yang terlalu besar ini disebabkan oleh penyamaan harga pokok produk lama terhadap penghasilan sekarang. Perusahaan yang menggunakan LIFO biasanya melaporkan suatu cadangan LIFO dalam catatan untuk laporan keuangan, dimana perbedaan antara nilai yang dibawa dalam persediaan dan biaya sekarangnya. Cadangan itu ditambahkan kepada modal yang diinvestasikan, dan kenaikan (penurunan) dari tahun ke tahun dalam cadangan LIFO ditambahkan kembali kepada (dikurangkan dari) NOPAT. Jadi dapat disimpulkan bahwa LIFO reserves adalah perbedaan nilai inventory antara FIFO dan LIFO. 3. Cummulative Goodwill Amortization Goodwill timbul ketika perusahaan membeli perusahaan lain untuk suatu harga melebihi nilai pasar yang pantas dari seluruh aktiva yang dapat diindentifikasi, dikurangi utang. Kebanyakkan penyokong EVA mempercayai bahwa pendekatan dengan melakukan penghapusan langsung dari goodwill ke cadangan melewati laporan laba rugi dan melemahkan keterkaitan antara arus kas bebas operasi dan arus kas bebas pembiayaan yang merupakan landasan dari analisis nilai pemegang saham. 19 GAAP mewajibkan amortisasi garis lurus dari goodwill selama periode tidak melebihi 40 tahun dapat dilihat dengan mudah bahwa perlakuan akuntansi ini dapat mencerminkan kenyataan ekonomis jika kita menghitung EVA paskaakuisisi. Beberapa praktisi EVA memperdebatkan bahwa amortisasi goodwill bukan merupakan biaya tunai, dan mereka menyokong menambahkan amortisasi goodwill kembali kepada modal yang diinvestasikan. Amortisasi goodwill bukan biaya tunai, tetapi hal yang sama dapat dikatakan untuk penyusutan dari aktiva berwujud dan amortisasi R&D atau biaya eksplorasi. Ada tiga permasalahn yang menjadi pokok bagi goodwill, yaitu : ¾ Suatu aktiva pemborosan yang perlu untuk doperoleh kembali melalui pembebanan amortisasi positif ¾ Tidak merupakan pemborosan, tetapi aktiva tidak meningkat nialainya yang tidak perlu pembebanan amortisasi sama sekali. ¾ Suatu aktiva yang meningkat nilainya yang perlu untuk diakui dengan pembebanan amortisasi negatif Oleh karena goodwill bukan biaya tunai dan bukan tidak dapat dikurangi pajak, maka ia harus ditambahkan kembali ke laba yang dilaporkan. Kumulatif amortisasi goodwill harus ditambahkan ke modal agar konsisten. 4. Unrecorded Goodwill Masalah dalam melakukan pengukuran yang serius dan mungkin akan terjadi adalah jika goodwill tidak diperhitungkan sama sekali. Dalam kasus seperti ini, goodwill tidak akan pernah muncul pada neraca, dan karenanya, tidak terdapat goodwill untuk diamortisasi. Efeknya, khususnya dalam perusahaan yang aktif dalam pasar pengambilalihan, adalah modal yang diinvestasikan dinyatakan kurang dari sebenarnya secara dramatis. Untuk alasan yang sama, akuntansi penyatuan kepentingan seharusnya dibalikkan. Masalah dengan akuntansi penyatuan kepentingan adalah bahwa hal itu mengasumsikan perusahaan juga tidak saling membeli lainnya, dan sesuai dengan itu, tidak aka nada goodwill. Bagi konsep EVA, membeli seluruh akuisisi 20 korporasi seharusnya dilaporkan dengan menggunakan metode pembelian (by purchase). Dengan kata lain, goodwill tidak akan muncul jika metode akuisisi yang ditetapkan adalah polling of interest. Biaya yang dicatat oleh pembeli adalah nilai buku akuntansi penjual. Dari sudut pandang pemegang saham pembeli perusahaan, biaya akural akuisisi adalah nilai pasar dari efek yang ditawarkan untuk menghujudkan perjanjian jual tersebut. Perbedaan nilai buku pasar ini disebut dengan unrecorded goodwill. 5. Intangibles Prinsip dasar dari penyesuaian ini adalah untuk mengkapitalisasi setiap biaya operasi yang tidak dimaksudkan untuk menciptakan pendapatan dalam periode sekarang tetapi dirancang untuk menciptakan pendapatan di masa mendatang. Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D) harus dikapitalisasi ke neraca sebagai Equity Equivalents. Jika R&D dihapuskan, suatu penyesuaian dibuat dengan menambahkan kembali R&D kepada NOPAT. Biaya yang dikapitalisasi kemudian dihapuskan bertahap dengan suatu periode amortisasi sama dengan jumlah dari tahun yang diharapkan untuk mendapatkan menfaat dari produk atu jasa apapun yang dikembangkan dari R&D. R&D yang tidak diamortisasi ditambahkan ke dalam modal yang di investasikan, dengan demikian menghasilakan suatu perlakuan biaya R&D yang konsisten dengan cara dimana perusahaan melaporkan investasi dalam aktiva berwujud. Seluruh penyesuaian R&D dibuat kotor, tidak bersih, dari pajak karena manfaat pajak penuh diterima pada saat biaya R&D diadakan, bukan ketika diamortisasi. Pengeluaran untuk R&D ini harus dikapitalisasi ke neraca sebagai Equity Equivalents dan diamortisasi ke pendapatan dengan periode antisipasi berhasilnya suatu proyek, serta pengembangan produk baru dan biaya pemasaran untuk merebut market share juga harus dikapitalisasi dan diamortisasi. 21 6. Successful Effort to Full Cost Akuntansi upaya berhasil (successful efforts accountants) adalah berdasarkan gagasan bahwa neraca seharusnya hanya memasukkan investasi yang berhasil. Upaya yang tidak barhasil seharusnya dihapuskan. Logika dari pendekatan ini adalah bahwa aktiva seharusnya merupakan nilai mendatang bagi perusahaan. Jika nilai aktiva melemah dengan berarti dan dengan demikian pula kemampuan perusahaan untuk mengambil manfaat ekonomis darinya, aktiva tersebut seharusnya dicatat atau, jika tidak bernilai, dihilangkan sepenuhnya dari neraca. Hal ini biasanya dianut oleh perusahaan-perusahaan penghasil Sumber Daya Alam (SDA), yang menyatakan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Seharusnya tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada sebenarnya. Seharusnya tingkat pengembalian dinyatakan kembali dengan akuntansi full-cost. Namun, bukan hanya perusahaan penghasil sumber daya alam saja yang harus berbuat demikian, semua perusahaan yang melakukan investasi yang berisiko dan kemudian melakukan write-off harus menerapkan akuntansi full-cost. 7. Other Equity Equivalents and Reserves Metode penambahan (accrual) dari akuntansi meminta perusahaan untuk membuat provisi untuk biaya yang diharapkan di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa atau keputusan yang sudah terjadi. Piutang ragu-ragu, restrurisasi, dan jaminan adalah diantara jenis yang paling umum yang oleh perusahaan dibuat provisinya. Beberapa penyokong EVA memperdebatkan bahwa pengakuan provisi mengambil laba akuntansi lebih lanjut dari arus kas dan trelebih lagi, provisi adalah kendaraan popular untuk memanipulasi perilaku pelaporan keuangan seperti memperhalus pendapatan. Suatu alasan yang lebih rumit untuk pengakuan biaya jaminan atas basis kas adalah bahwa cadangan subjektif dan akan dieksploitasi oleh manajer untuk menyembunyikan hasil kinerja mereka sebenarnya. Manipulasi provisi semacam 22 itu adalah satu dari dua cara yang paling umum bagi manajer untuk memanupulasi laba. 2.2.4.4 Biaya Modal (cost of capital) Cost of capital merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan karena konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber, setiap perusahaan memerlukan dana, baik dari modal sendiri maupun modal asing, akan timbul biaya dari penggunaan dana-dana tersebut. Biaya modal suatu perusahaan merupakan suatu tingkat keuntungan yang harus dicapai agar dapat memenuhi tuntutan para investor. Biaya modal suatu perusahaan bukanlah biaya tunai karena merupakan ongkos kesempatan (opportunity cost), yaitu total pengembalian yang diharapkan oleh para investor bagi suatu perusahaan jika dana yang mereka investasikan dalam bentuk saham maupun obligasi mempunyai tingkat risiko yang sebanding. Untuk menciptakan suatu nilai bagi perusahaan, maka besarnya biaya modal tersebut harus dilampaui. Hal tersebut harus dipenuhi karena semakin besar tingkat risiko suatu perusahan yang ditanggung oleh investor, semakin besar pula tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para investor sebelum terciptanya sebuah nilai bagi perusahaan dan semakin besar pula biaya modal. Pengertian cost of capital menurut Young O’Byrne yang diterjemahkan oleh Lusy Widjaja (2001: 148) adalah sebagai berikut : “Cost of Capital adalah biaya kesempatan yang mencerminkan pengembalian yang diharapkan investor dari investasi lain dengan risiko yang serupa.” Sedangkan pengertian biaya modal menurut Bambang Riyanto (2001: 246) adalah sebagai berikut : “Biaya modal adalah biaya yang sifatnya eksplisit dari suatu sumber dana adalah sama dengan discount rate yang dapat menjadikan nilai sekarang (present value) dari dana neto yang diterima perusahaan 23 dari suatu sumber dana sama dengan nilai sekarang dari semua dana yang harus dibayarkan karena penggunaan dana tersebut beserta pelunasannya. Pembayaran atau out flows itu ialah dalam bentuknya pembayaran bunga, pembayaran utang pokok, atau dividen.” Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya modal mempunyai arti penting yaitu : 1. Untuk memaksimalkan nilai perusahaan, manajemen perusahaan harus dapat meminimumkan biaya modal, manajemen perusahaan terlebih dahulu dapat menghitung biaya modalnya. 2. Untuk dapat menyusun anggaran modal yang tepat, manajer keuangan sangat membutuhkan perhitungan dari biaya modal. 3. Untuk dapat membuat keputusan yang terkait dengan masalah leasing (sewa guna usaha), pendanaan obligasi dan kebijakan modal kerja manajer sangat membutuhkan perhitungan dari biaya modal. 2.3 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasilhasil operasi yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahan yang mana dapat menggambarkan kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Menurut Sofyan Safri Harahap (2004: 105) adalah : “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau juga waktu tertantu.” Sedangkan menurut SAK No.1 (2007: 2) pengertian laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” 24 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut S.S. Harahap (2004: 105) adalah : “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.” Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2002: 2) adalah : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana” Dari definisi-definisi di atas, bahwa dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha. 2.3.2 Karakteristik Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dari laporan keuangan berguna bagi para pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok menurut IAI (2002: 7) yaitu : 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian informasi kompleks yang sebenarnya dimasukkan ke dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. 25 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan (predicting), menegaskan, atau mengoreksi, hasil operasi mereka di masa lalu (confirmatory). Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliability). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan mencatat, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulen atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Selain itu, informasi harus diarahkan pada kebutuhan pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu (netralitas). Dalam hal menghadapi ketidakpastian tersebut harus diakui dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence). Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya (kelengkapan). Kesenjangan untuk tidak mengungkapkan dapat mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan menyesatkan. 4. Dapat diperbandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat mempertimbangkan laporan 26 keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peritiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut.antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. 2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut IAI (2002: 4) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pemakai dalam pengambilan keputusan ini meliputi investor, kreditor, pemasok, pelanggan, pemerintah, karyawan, masyarakat, dan shareholders (para pemegang saham). Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat mengevaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dilakukan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan, sehingga dapat memprediksi kepastian perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan-tujuan tersebut memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam proses pengambilan keputusan ekonomi mereka, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. 27 Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atas pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 2.3.4 Pemakai Laporan Keuangan Pemakai laporan keuangan merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan atau disebut juga Business Stakeholders yaitu meliputi investor sekarang dan investor potensial, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, shareholders, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, karyawan, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. 2.3.5 Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan arus kas, catatan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan keuangan termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari : 1) Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002: 17), masingmasing unsur tersebut dapat disubklasifikasikan sebagai berikut: 1) Aktiva Aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa datang. Aktiva dapat disubklasifikasikan lebih jauh menjadi lima subklasifikasi, yaitu : 28 a) Aktiva lancar Aktiva lancar yaitu aktiva yang manfaat ekonomisnya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (atau siklus operasi normal), misalnya kas, surat berharga, persediaan, piutang, dan persekot biaya. b) Investasi jangka panjang Investasi jangaka panjang yaitu penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap atau untuk menguasai perusahaan lain dan jangka waktunya lebih dari satu tahun, misalnya investasi saham, dan investasi obligasi. c) Aktiva tetap Aktiva tetap yaitu yang memiliki substansi (wujud) fisik, digunakan dalam operasi normal perusahaan (tidak dimaksudkan untuk dijual) dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva ini antara lain tanah, gudang, kendaraan, mesin, serta peralatan. d) Aktiva tidak berwujud Aktiva tidak berwujud yaitu aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya berupa hak atau hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva ini misalnya patent, goodwill, royalty, copyright, trade name, franchise dan license. e) Aktiva lain-lain Aktiva lain-lain yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari empat sub-klasifikasi tersebut, misalnya baban ditangguhkan, piutang kepada direksi, deposito, pinjaman karyawan. 29 2) Kewajiban (hutang) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban dapat disubklasifikasikan lebih lanjut menjadi sub-klasifikasi, yaitu : a) Kewajiban lancar Kewajiban lancar yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang dagang, utang wesel, utang gaji dan upah, utang pajak dan utang biaya atau beban lainnya yang belum dibayar. b) Kewajiban jangka panjang Kewajiban jangka panjang yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam kategori kewajiban ini misalnya utang obligasi, utang hipotik, utang bank atau kredit investasi. c) Kewajban lain-lain Kewajiban lain-lain yaitu kewajiban yang tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu sub-klasifikasi tersebut, misalnya utang kepada para pemegang saham. 3) Ekuitas Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Unsur ekuitas ini dapat disubklasifikasikan lebih jauh menjadi dua subklasifikasi, yaitu : 30 a. Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal saham (termasuk agio saham bila ada) b. Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk deviden (ditahan). 2. Laporan Laba Rugi Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002: 20). Untuk dapat menggambarkan informasi mengenai potensi perusahan dalam menghasilakan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan laba rugi mempunyai dua unsur, yaitu : 1. Penghasilan (Income) Yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan beban (yang menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari kontribusi pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan menjadi : a. Pendapatan (Revenue) Yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksaan aktivitas yang biasa dan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti misalnya penjualan barang dagang, penghasilan jasa (fees), pendapatan bunga, pendapatan deviden, royalties, dan sewa. b. Keuntungan (Gains) Yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang rutin misalnya gain yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar, revaluasi sekuritas, kenaikan jumlah aktiva jangka panjang 31 2. Beban (Expenses) Yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban (yang menyebabkan penurunan ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan menjadi: a. Beban Yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa (yang biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas persediaan, aktiva tetap), yang meliputi misalnya harga pokok penjualan, gaji dan upah, dan penyesuaian. b. kerugian Yang mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang timbul atau tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi, seperti rugi yang terjadi karena bencana kebakaran, banjir atau pelepasan aktiva tidak lancar. Selisih antara total penghasilan dan beban disebut penghasilan bersih. Di dalam laporan laba rugi, keuntungan dan kerugian biasanya disajikan secara terpisah, sehingga akan memberikan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan ekonomi. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Merupakan suatu perubahan laporan atau mutasi laba yang ditahan yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatau periode tertentu. Dalam laporan laba ditahan ditunjukkan laba tidak dibagi awal periode, ditambah laba yang tercantum pada laporan laba rugi dan dikurangi dengan deviden yang diumumkan selama periode tertentu. 32 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas melaporkan arus kas yang masuk dan keluar dalam perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan arus kas ini menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menggunakan kasnya sehingga menghasilkan masukkan kas pula. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian: 1. Arus kas dari aktivitas operasi 2. Arus kas dari aktivitas investasi 3. Arus kas dari aktivitas keuangan 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: 1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting. 2. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. 3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. 2.4 Kinerja Perusahaan 2.4.1 Pengertian Kinerja Perusahaan Bagi pihak investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau harus mencari alternatif investasi yang lain. Selain itu, 33 kinerja juga memperlihatkan kepada peranan modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik. 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 570), kinerja adalah: “Sesuatu yang dicapai / prestasi yang diperlihatkan / kemampuan kerja.” 2. Menurut Mangkunegara “Manajemen Sumberdaya Manusia” (2002: 67), kinerja adalah: “Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja/prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi yang diperlihatkan seseorang atau kemampuan kerja seseorang dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya secara kualitas maupun kuantitas. 2.4.2 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja perusahaan Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja dapat dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merasang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsic maupun ekstrinsik. 34 Menurut Mulyadi (2001: 416) ada lima manfaat penilaian kinerja bagi manajemen, yaitu: a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian c. Mengindentifikasi kebutuhan pelatihan dan pembangunan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan menilai kinerja mereka. e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 2.4.3 Alat Penilaian Kinerja Perusahaan Ada beberapa instrument untuk menilai kinerja perusahaan antara lain : 1. EVA 2. Rasio Keuangan Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macammacam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai kondisi financial dan prestasi suatu perusahaan dan akan lebih bermanfaat jika angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. Adapun rasio keuangan yang sering digunakan menurut Agnes Sawir (2005: 8) antara lain : A. Rasio Likuiditas Adalah ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. 35 Ratio likuiditas terdiri dari : a. Current Ratio Current ratio adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 tahun 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang lancar. Current Ratio = b. Quick Ratio Quick ratio adalah rasio untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Quick Ratio = B. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Ratio profitabilitas terdiri dari : a. Return on Equity Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga menunjukan rentabilitas dan efisiensi modal sendiri. Return on Equty = b. Net Profit Margin Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Net Profit Margin = 36 C. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Yang termasuk kedalam ratio ini antara lain : a. Fixed Assets Turnover Rasio ini mengukur penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Fixed Assets Turnover = b. Total Assets Turnover Rasio ini menunujukan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva dalam menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Total Assets Turnover = c. Avarage Collection Period Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Avarage Collection Period = D. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. 37 Debt to Equity Ratio Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajiban. Debt to Equity Ratio = 2.4.4 Kaitan Antara EVA dengan Menilai Kinerja Economic value added merupakan teknik penilaian kinerja yang mengukur perbedaan, dalam pengertian keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal dibandingkan dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang relatif mudah dan banyak digunakan oleh para investor dalam menilai kinerja parusahaan. Penilaian kinerja dengan menggunaka EVA tidak perlu menganalisis dari tahun ke tahun atau membandingkan dengan perusahaan atau industri sejenis, tetapi berdasarkan pada biaya modal yakni risiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasi. Makin tinggi investasi maka tingkat pengembalian yang dituntut investor juga semakin tinggi. Jika rasio keuangan hanya berhenti pada perolehan laba maka EVA akan mengurangi laba dengan biaya modal. Angka EVA berarti mencerminkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari investasi perusahaan (true economic profit) yang dapat mengindikasikan kinerja, tapi secara praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah, karena proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal yang cukup sulit dilakukan dengan cepat, terutama bagi perusahaan yang belum go public. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa economic value added (EVA) merupakan salah satu alat penilaian kinerja perusahaan.