BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan atau kecerdasan merupakan determinan perilaku internal.
Pengetahuan merupakan akar dari terbentuknya sikap dan tindakan atau
perilaku. Pengetahuan seseorang yang rendah tentang hipertensi terkait dengan
gejala, penyebab, dan pencegahan. Seseorang atau masyarakat yang memiliki
pengetahuan lebih baik tentang hipertensi akan menghindari faktor yang menjadi
penyebab terjadinya hipertensi dan juga akan bertindak dalam rangka mencegah
terjadinya hipertensi. Seseorang akan menjaga pola hidup dan kebiasaannya
untuk menghindari hipertensi, misalnya dengan tidak merokok, minumminuman beralkohol dan berolahraga secara teratur. Selain itu seseorang juga
menjaga pola makan dan pola hidupnya sehingga tidak akan terjadi obesitas dan
juga tidak mengkonsumsi garam berlebih, di mana obesitas dan konsumsi garam
berlebih merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Dengan pengetahuan
yang rendah maka perilaku tersebut tidak dilakukan sehingga ada kemungkinan
seseorang menderita hipertensi.
Hipertensi yang terjadi pada seseorang dapat disebabkan oleh pengetahuan yang
rendah tentang hipertensi. Sarana dan prasaran pendidikan yang tidak
mendukung akan menghasilkan kualitas yang rendah. Salah satu permasalahan
yang ada ialah filterasi yang masih rendah atau belum cukup kuat terhadap
budaya asing yang masuk. Hipertensi bisa terjadi karena gaya hidup yang
berubah akibat arus informasi dari media massa yang semakin mudah diakses.
Dengan tidak kuatnya daya filterasi seseorang maka gaya hidup sekarang sudah
tercampur dengan gaya hidup yang moderen, misalnya lebih memilih makanan
siap saji yang dapat meningkatkan risiko hipertensi. Selain itu media masa juga
memiliki manfaat untuk mencegah terjadinya hipertensi, informasi tentang
5
6
hipertensi yang disalurkan melalui media massa sangat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan tentang hipertensi. Pengetahuan dan pendidikan juga
berperan dalam hal perekonomian. Pekerjaan juga bisa ditentukan oleh tingkat
pendidikan, seseorang cenderung tidak memeriksakan kesehatannya sejak dini,
mereka menganggap bahwa mereka sehat karena masih bisa melakukan
pekerjaan sehari-hari. Setelah dilakukan pemeriksaan jika telah terasa gejala
yang berat penyakit hipertensi baru diketahui (Fitria, 2013).
2. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik
dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah
yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
7
Semakin banyak aspek positif dari obyek
yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
b. Mass media / informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi
akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan
lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap
hal tersebut.
c. Sosial budaya dan ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
8
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f. Usia.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual,
pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada
penurunan pada usia ini.
Ada dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.Tidak
dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa
IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.
9
Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat
sejalan dengan bertambahnya usia.
3. Tingkat pengetahuan
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu diantaranya:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari dari
yang sebelumnya. Pengetahuan pada tingkat ini adalah mengingat kembali,
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Kata kerja
untuk mengukur seseorang dengan yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mengartikan, menyatakan dan mendefinisikan.
b. Memahami (comprehension)
Kata memahami memiliki arti bahwa sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi secara benar. Seseorang yang sudah memahami
objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah sebagai kemampuan untuk mempergunakan objek pada
situasi atau kondisi sebanarnya (real) aplikasi yang dimaksud adalah aplikasi
sebagai hukum-hukum, rumus, metode, prinsip atau situasi yang lainnya.
d. Analisis(Analysis)
Menganalisis adalah salah satu kemampuan yang untuk menjabarkan objek
ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain, kemampuan anaisis ini dapat dilihat
dengan pengunaan kata kerja seperti dapat mengambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
10
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
4. Indikator pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2010) ada beberapa indikator yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dan dapat
dikelompokan menjadi :
a. Pengetahuan tentang sakitnya dan penyakit yang dialami meliputi: penyebab
penyakitnya, tanda dan gejala dari penyakit, bagaimana cara pengobatannya
dan bagaimana cara pencegahannya.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup yang sehat
meliputi: jenis makanan yang dikonsumsi, manfaat dari makanan bagi
kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahayanya merokok dan
minum alkohol.
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan di mana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh
angka sistolik (bagan atas) dan diastolik (angka bawah). Penyakit darah tinggi
11
juga merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya (Ratna, 2013).
Stroke menurut WorldHealth Organization (WHO) adalah gejala- gejala defisit
fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan
bukan oleh yang lain dari itu. Stroke juga merupakan penyakit serebrovaskular
(pembuluh darah otak) karena kematian jaringan otak (infark serebral)
peyebabnya adalah berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan
adanya penyempitan, sumbatan dan pecahnya pembuluh darah.
2. Etiologi
Mengingat bahwa lebih dari 90% pasien hipertensi termasuk golongan hipertensi
primer, maka secara umum yang disebut hipertensi adalah hipertensi primer.
Meskipun hipertensi golongan primer belum diketahui secara pasti penyebabnya
tetapi ada beberapa faktor yang sering berperan dalam kasus hipertensi yaitu:
a. Faktor Keturunan
Tidak setiap pasien hipertensi didapat dari garis keturunan, tetapi seseorang
memiliki potensi untuk mendapat hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
b. Karakteristik Seseorang
Karakteristik seseorang yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah usia,
jenis kelamin, serta ras. Semakin bertambah usia, kemungkinan terjadi
hipertensi semakin besar. Hipertensi pada laki-laki umumnya lebih tinggi
dibanding perempuan karna pada umumnya pria lebih mudah terserang
hipertensi dibandingkan dengan wanita. Faktor yang sangat berperan dalam
hal ini kemungkinan besar adalah gaya hidup pria yang rata-rata lebih tidak
terkontrol ketimbang wanita misalnya kebiasaan merokok, bergadang, stress
kerja, hingga pola makan tidak teratur.
12
c. Gaya Hidup
Gaya hidup sering merupakan faktor resiko penting bagi timbulnya hipertensi
pada seseorang. Gaya hidup moderen dengan pola makan dan pola hidup
tertentu,
cenderung
mengakibatkan
terjadinya
hipertensi.
Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut: Konsumsi lemak dan garam tinggi,
kegemukan dan makan secara berlebihan, merokok, minum-minuman yang
mengandung alkohol, stres emosional (Ratna, 2013).
3.
Tanda dan Gejala dari Hipertensi
Tanda dan gejala dari hipertensi antara lain : Penglihatan kabur karena kerusakan
retina, mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial, sakit kepala,
jantung berdebar-debar, sulit bernapas setelah berkerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, wajah memerah, telinga berdening (tinnitus), dunia
terasa berputar (vertigo) dan nyeri pada kepala (Ratna, 2013).
4.
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat berakibat fatal jika tidak dikontrol dengan baik atau biasa
disebut komplikasi pada hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang
diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi dalam waktu
lama dan organ-organ yang paling sering rusak antara lain : otak, mata, jantung,
pembuluh darah arteri serta ginjal (Marliani, 2007).
a. Stroke dapat mengakibatkan perdarahan diotak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan yang tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila ateri-ateri yang membuat
otak berdarah sehingga mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri otak yang
mengalami
arterosklerosis
dapat
melemah sehingga menghilangnya
elastisitas sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anuerisma.
13
b. Kerusakan pada otak hipertensi akan menimbulkan kematian, sebagian besar
kasus stroke disebabkan oleh hipertensi. Apabila hipertensi dapat
dikendalikan makan resiko terhadap stroke pun menurun.
c. Kerusakan pada mata hipertensi menimbulkan kerusakan pada pembuluh
darah halus mata. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah halus pada
retina (bagian belakang mata) robek, maka darah merembes ke jaringan
sekitarnya sehingga dapat mengakibatkan kebutaan. Pada kejadian ini dapat
dihindari dengan pengendalian hipertensi secara benar.
d. Padajantung dan pembuluh darah lainnya yaitu terjadinya pengerasan pada
dinding arteri yang terjadi karena terlalu besarnya tekanan aterosklerosis
yaitu pergeseran pada dinding arteri yang terjadi karena terlalu besarnya
tekanan arterosklerosis yaitu penumpukan lemak pada pembuluh darah
akibat melemahnya atau tidak elatisnya pembuluh darah, penyakit seperti ini
terjadi karena adanya plak, hipertropi bilik kiri jantung akibat ototnya yang
bekerja terlalu berat ketika memompakan darah ke aorta, gagal jantung yaitu
suatu keadaan ketika jantung tidak kuat memompa darah keseluruh tubuh.
e. Kerusakan pada ginjal terjadi akibat komplikasi hipertensi yang timbul
karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis akibat dari
tekanan darah yang terlalu tinggi sehingga aliran darah keginjal akan
menurun dan ginjal pun tidak dapat melakukan fungsinya lagi.
5. Upaya mencegah stroke
Tujuan umum pencegahan stroke adalah untuk menurunkan kecacatan dini,
kematian,serta memperpanjang hidup dengan kualitas yang baik. Dari sekian
banyak faktor risiko stroke hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama
penyebab terjadinya. Akan tetapipencegahan stroke tidak hanya fokus pada
penurunan tekanan darah untuk mengontrol kejadian hipertensi. Mencegah lebih
baik dari pada mengobati, karena seringkali justru sudah terlambat karena telah
sempat menimbulkan komplikasi atau bahkan berakibat fatal.
14
Hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah karena ancaman stroke hingga
merenggut nyawa. Hidup bebas tanpa stroke merupakan dambaan bagi semua
orang. tidak heran semua orang selalu berupaya untuk mencegah stroke atau
mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat seperti :
a. Mengurangi Konsumsi Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini
berlaku bagi semua jenis rokok dan untuk semua tipe stroke. Merokok
menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh
(termaksud yang ada di otak), sehingga merokok mendorong terjadinya
pengurangan aliran darah dan menyebabkan darah mudah menggumpal
dalam pembuluh darah dan kecenderungan ini melekat pada lapisan dalam
pembuluh darah dan merokok menurunkan jumlah HDL (High Density
Lipoprotein) atau kolestrol baik.
Berbagai penelitian modern memperlihatkan bahwa risiko terkena stroke
adalah sekitar 20% lebih tinggi bagi wanita perokok daripada bagi pria
perokok, bahkan merokok pasif meningkatkan kemungkinan terkena stroke
hampir sebesar 80%. Semakin lama pasien hipertensi merokok maka
semakin besar risiko untuk mengalami stroke.
Hasil penelitian pada framingham study, insiden stroke 40% lebih tinggi
pada perokok laki-laki dan 60% lebih tinggi pada perokok perempuan
dibandingkan dengan yang bukan perokok. Sebesar 35% penduduk
Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas adalah perokok baik tiap hari
maupun kadang-kadang(Dian, 2011).
b. Mengurangi Konsumsi Alkohol
Alkohol telah diidentifikasi sebagai faktor risiko stroke, Mengonsumsi
minuman beralkohol bisa meningkatkan sintetis katekholamin dalam tubuh,
15
kadar katekholamin dalam jumlah besar bisa memicu kenaikan tekanan
darah. Namun mengkonsumsi alkohol ternyata mempunyai efek merugikan
dan menguntungkan terhadap risiko stroke. Alkohol masuk dalam zat
terlarang penyebab stroke, alkohol dapat merusak jaringan tubuh terutama
hati, menyebabkan trombosis, memicu stress, menyebabkan arteri menjadi
tidak lentur, menganggu ritme sirkadian tubuh terutama menyebabkan
gangguan tidur, meningkatkan kadar gula dan lemak darah. Konsumsi
alkohol sebaiknya cukup dua gelas standar atau kurang per hari, untuk pria
tidak boleh lebih dari 14 gelas per minggu, sedangkan untuk perempuan
kurang dari 9 gelas per minggu.
c. Mengurangi Konsumsi Lemak
Menjaga kadar kolesterol berarti menghambat aterosklerosis dan stroke.
makanlah lemak tidak lebih dari 25 persen kebutuhan kalori. Membatasi
konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol darah tidak tinggi. Kadar
kolestrol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolestrol dalam dinding pembuluh darah, apabila endapan ini semakin
banyak dapat menyumbat pembuluh darah dan menganggu peredaran darah.
Diet rendah kolestrol maksudnya juga sebagai satu unsur yang penting
dibutuhkan oleh tubuh, kolestrol HDL dan LDL harus dalam keadaan
seimbang saat terjadi ketidak seimbangan dapat terjadi pengendapan
kolesterol dalam arteri sehingga membuat pembuluh darah menyempit dan
menghalangi aliran darah dan terjadilah peningkatan tekanan darah semakin
lama
terjadinya
peningkatan
tekanan
darah
tersebut
maka
dapat
meningkatkan terjadinya stroke
d. Diet Rendah Garam
Dimana maksudnya adalah garam natrium memiliki kandungan mineral
antrium (sodium). Bukan hanya garam dapur yang harus dibatasi tetapi
semua bahan makanan yang bersumber natrium. Natrium bersifat mengikat
air sehingga garam tersebut akan mengikat air sehingga air akan terserap
16
masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan meningkatnya volume
darah.
e. Olahraga Secara Teratur
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan
kolestrol pada pembuluh darah nadi. Namun bukan sembarangan olahraga
melainkan olahraga aerobik, berupa latihan yang mengerakan semua sendi
dan otot, misalnya jalan, jongging, bersepeda, berenang. Dan tidak
dianjurkan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, dan lain-lain.
Kurang berolahraga mengakibatkan asupan kalori yang masuk ke dalam
tubuh jauh lebih besar ketimbang yang digunakan untuk beraktifitas
sehingga bisa mengakibatkan kegemukan, padahal seperti hal yang telah
disebutkan diatas, kegemukan bisa menaikkan tekanan darah yang berarti
memperbesar resiko tekanan darah tinggi.
f. Mengontrol Tekanan Darah
Dengan melakukan pengontrolan tekanan darah dapat mengurangi 38%
kejadian stroke,penurunan tekanan darah sistolik sebanyak satu hingga tiga
point saja akan menurunkan risiko stroke sebanyak 20% hingga 30%.
Menurut pedoman manajeman hipertensi terbaru, penurunan 5 poin tekanan
darah sistolik berangsur-angsur dapat menurunkan risiko stroke sebesar
14%. Bagi indivudu yang berusia 40-70 tahun, peningkatan 20 mmHg
tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan diastolik akan melipat ganda
risiko penyakit kardiovaskuler (Yenni, 2011).
g.
Minum Air putih
Mulailah hari anda dengan meminum air putih di pagi hari, karena air putih
dapat menjaga peredaran darah anda tetap lancar. Air membantu
mengencerkan darah yang pada gilirannya memperkecil kemungkinan untuk
17
membentuk bekuan darah, telah diketahui bahwa orang yang meminum 5
gelas air atau lebih setiap hari dapat mengurangi risiko stroke sebesar 53 %
jika dibandingkan dengan orang yg minum kurang dari 3 gelas (Dedi,
2012).
h. Mengurangi Stress dan Depresi
Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu
dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang
berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya system biologis, psikologis
dan social dari seseorang. Dimana stress sangat berhubungan dengan
hipertensi, hal ini diduga melalui saraf simpatis yang meningkatkan tekanan
darah intermintent. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan
tingginya tekanan darah yang menetap. Stress mungkin bukan sebagai faktor
risiko langsung pada serangan stroke, akan tetapi stress dapat mengakibatkan
hati memproduksi lebih banyak radikal bebas, menurunkan imunitas tubuh
dan menganggu fungsi hormonal. Stres dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
stress biologis (berupa infeksi oleh bakteri dan virus pada sel-sel tubuh),
stress psikis (mental atau emosional) dan stress fisik (aktivitas yang
berlebihan). Dari ketiga bentuk stress tadi, stres psikis merupakan stres yang
paling banyak dialami oleh manusia baik disadari maupun tidak.
Dalam hubungannya dengan stroke, keadaan stress dapat memproduksi
hormon kortisol dan adrenalin yang berkontribusi pada proses aterosklerosis.
Hal ini disebabkan oleh kedua hormon tadi meningkatkan jumlah trombosit
dan produksi kolestrol. Kortisol dan adrenalin juga dapat merusak sel yang
melapisi arteri, sehingga lebih muda bagi jaringan lemak untuk tertimbun
didalam dinding arteri (Dian,2011).
18
Sedangkan menurut (Ratna, 2013) mengatakan bahwa langkah awal
biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
1) Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai diatas ideal.
2) Merubah
pola
makan
pada
penderita
hipertensi,
mengurangi
pemakaiaan garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan kalium yang cukup) mengurangi makan durian dan
mengurangi alkohol.
3) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial
tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
C. Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi dengan Upaya Mencegah Stroke
pada Penderita
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak karena terhentinya suplay darah ke otak.
Stroke juga merupakan peringkat ke 2 penyebab kematian dengan laju mortalitas
18% - 37%, serangan otak ini merupakan kegawat daruratan medis yang harus
ditangani secara cepat,tepat dan cermat. Serangan stroke dapat menyerang siapa
saja tetapi pada umumnya stroke rentan terjadi pada penderita tekanan darah tinggi.
Stroke merupakan salah satu penyakit Cardiovascular disease (CVD) utama yang
berhubungan erat dengan hipertensi dan hipertensi merupakan faktor yang penting
dapat dikendalikan untuk penyakit stroke karena prevalensi yang tinggi dikalangan
masyarakat dan resiko relatif kuat untuk timbulnya stroke. Hipertensi diperkirakan
berpengaruh pada sekitar 25% hingga 50% kasus stroke.
Stroke berkaitan erat dengan tekanan darah tinggi yang mempengaruhi munculnya
kerusakan dinding pembuluh sehingga dinding pembuluh darah tidak merata.
Akibat zat-zat yang terlarut seperti kolesterol, kalsium dan lain sebagainya akan
mengendap pada dinding pembuluh darah yang dikenal dengan istilah penyempitan
19
pembuluh darah. Bila pembuluh darah mengalami penyempitan yang terlalu lama,
maka akan mengakibatkan suplay darah ke otak berkurang, bahkan terhenti yang
selanjutnya akan menimbulkan stroke.
Berdasarkan Penelitian Berlinda 2012 yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan
hipertensi dengan perilaku pencegahan stroke pada penderita hipertensi mengatakan
bahwa sebagian besar pasien hipertensi mempunyai tingkat pengetahuan yang baik
sebanyak 40 %, pengetahuan cukup sebanyak 40%, pengetahuan kurang sebanyak
17%. Sedangkan pada pencegahan stroke bahwa yang mempengaruhi pencegahan
stroke pada pasien hipertensi adalah pengetahuan baik maka semakin baik pula
pengetahuan tingkat pencegahannya.
Tetapi hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa 43% pencegahan stroke yang
pengetahuannya cukup dan 35% yang memiliki pengetahuan kurang tentang
pencegahan stroke pada pasien hipertensi di Panti Werdha Pangesti Lawang
Malang. Penelitian Rasmaliah (2004) yang mayoritas
berpengetahuan buruk
tentang hipertensi, hasil penelitiannya menunjukan bahwa 93 orang (91%
mempunyai pengetahuan dalam kategori buruk dan 9 orang (9%) mempunyai
pengetahuan dalam kategori baik
Menurut penelitian Samuel dkk (2012) bahwa hasil yang didapat kategori tingkat
pengetahuan responden tentang hipertensi yaitu cukup sebanyak 34 responden(
46,6%). Rogers dalam Notoadmojo (2007) menyatakan pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan, dimana seseorang yang mendapat pendidikan
kesehatan maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuaannya.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori Indarti (2011) dan Wahyu (2007), tentang
hipertensi, harus didasari dengan pengetahuan yang baik sehingga baik dalam
upaya mencegah stroke. Asmilawati (2007) mengatakan bahwa terjadinya stroke
20
cenderung dipengaruhi oleh gaya hidup yang diperoleh akibat arus informasi
memalui media masa yang secara mudah dapat diakses.
Berdasarkan penelitian Rosjidi 2009 yang berjudul Hubungan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hipertensi di Indonesia, tingginya
penyakit hipertensi pada masyarakat dengan pendapatan rendah adalah tingginya
kejadian hipertensi dan rendahnya pengetahuan tentang pola makan dan aktivitas.
Penelitian yang dilakukan pada penduduk miskin di daerah Koja, Jakarta Utara.
Penelitian Putri 2013 yang berjudul Hubungan Karakteristik Penduduk dan Tingkat
Pengetahuan terhadap status Hipertensi Warga Kelurahan Penanggungan Malang,
mengatakan bahwahasil status hipertensi ditemukan beda nilai rata-rata skore
pengetahuan yang signifikan yakni p=0.014.
Penelitian yang dilakukan oleh Kristiyawati 2008 yang menganalisis faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian stroke dimana hasilnya menunjukan bahwa
adanya hubungan antara kejadian stroke dengan hipertensi (p= 0,007) dan
hipertensi merupakan faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian
stroke.
Hasil Penelitian Taukhit (2009) tentang tingkat pengatahuan dengan perilaku
pencegahan diperoleh nilai significancy 0,000 yang menunjukan bahwa hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi
adalah bermakna.
Mencegah agar tidak terjadi stroke sebenarnya sangat sederhana tetapi sering
terabaikan. Yang paling penting adalah upaya untuk mencegah stroke pada
penderita hipertensi dengan cara memantau tekanan darah secara rutin kepusat
kesehatan, olahraga ringan secara teratur, menghindari pikiran dari stres dan
menghindari makanan yang mengandung lemak dan garam-garaman. Pengetahuan
seseorang berkaitan dengan upaya yang akan diambil karena dengan pengetahuan
21
tersebut penderita hipertensi dapat memiliki alasan dan landasan untuk menentukan
suatu pilihan (Notoadmojo, 2010).
Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan tentang
hipertensi berhubungan dengan upaya mencegah stroke. Karena jika kurangnya
pengetahuan tentang hipertensi maka akan semakin tinggi angka stroke, tetapi jika
pengetahuannya baik maka untuk terjadinya stroke rendah.
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan Latar belakang dan studi pendahuluan maka kerangka konsep
penelitian ini sebagai berikut:
Skema 2.1
Kerangka Konsep
Variabel Independent
Pengetahuan tentang Hipertensi
Variabel Dependent
Upaya mencegah Stroke
E. Hipotesa
Ha : Ada hubungan pengetahuan tetang hipertensi dengan upaya mencegah
Stroke pada penderita di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014.
Download