PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH Ilustrasi: https://www.cermati.com I. Pendahuluan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mempunyai peran penting bagi Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah1. APBD dalam era otonomi daerah disusun dengan pendekatan kinerja. Artinya, suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan2. Anggaran-anggaran yang tertuang dalam APBD merupakan prakiraan dengan asumsi-asumsi, oleh karenanya dalam perjalanannya masih dimungkinkan dilakukannya perubahan melalui APBD Perubahan. Struktur APBD terdiri dari: 1. Pendapatan Daerah 2. Belanja Daerah 3. Pembiayaan Daerah3. Pada pelaksanaannya, tidak jarang terjadi bahwa asumsi-asumsi atau perkiraan pada APBD tidak tepat atau terdapat keadaan yang mengakibatkan perubahan pada APBD. Perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan APBD Perubahan atau APBD tahun berikutnya mengalami surplus atau defisit anggaran. Dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD dapat digunakan untuk pengeluaran pembiayaan Daerah yang ditetapkan dalam Perda tentang APBD. Pengeluaran pembiayaan dapat digunakan untuk pembiayaan: 1. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo; 2. Penyertaan modal daerah; 3. Pembentukan dana cadangan; dan/atau 4. Pengeluaran pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.4 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 1 angka 7 Dr. Nur Basuki Winarno, SH, MH. Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Laksbang Mediatama, 2009, hlm 120 3 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Pasal 20 ayat 1 4 Undang-undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015, Pasal 305 ayat (1) dan (2) 22 1 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat Dalam hal APBD diperkirakan defisit, APBD dapat didanai dari penerimaan pembiayaan Daerah yang ditetapkan dalam Perda tentang APBD. Penerimaan pembiayaan Daerah bersumber dari: 1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya; 2. Pencairan dana cadangan; 3. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan; 4. Pinjaman Daerah; dan 5. Penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.5 Penundaan dan pemangkasan dana perimbangan dari Pemerintah Pusat beberapa tahun belakangan menyebabkan beberapa daerah berpeluang mengalami defisit APBD. Di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), berbagai opsi telah disiapkan untuk siasati defisit anggaran daerah akibat dipangkasnya pundi-pundi keuangan dari pemerintah pusat tersebut. APBD 2017 saja, diperkirakan defisit anggaran yang terjadi mencapai besaran 400 miliar, sementara di tahun 2016 mengalami defisit hingga 300 milyar sebagai dampak penurunan penerimaan dana bagi hasil migas dari pusat .6 Pinjaman daerah dapat juga digunakan untuk pembangunan. Salah satu contoh kasus pembangunan dengan melalui utang daerah untuk Propinsi Sulawesi Tenggara adalah pembangunan rumah sakit provinsi yang baru dengan nama Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Pembangunan RSU Bahtermas menggunakann dana pinjaman atau utang. Sumber dana yang sudah digunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 30 miliar rupiah, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 20 miliar rupiah, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) 160 miliar rupiah, dana Dewan Pusat Investasi Daerah (DPID) 3,8 miliar rupiah sumbangan pihak ketiga PT Antam Pomalaa 16 miliar rupiah dan PT Inco 7 miliar rupiah.7 Sebagai salah satu solusi yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan untuk menutupi defisit APBD dan untuk pembangunan yang tidak tercukupi dananya pada Pemerintah Daerah adalah dengan melakukan Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah Pusat, Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat. II. Permasalahan Permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan hukum ini adalah: 1. Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah untuk mengajukan pinjaman daerah? 2. Bagaimana prosedur pengajuan pinjaman yang harus dilakukan Pemerintah Daerah? 3. Berapa maksimal batas pinjaman yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah? III. Pembahasan 1. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah untuk mengajukan pinjaman daerah Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.8 Sebagai pengaturan lebih lanjut mengenai Pinjaman Daerah sebagai mana disebut dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dikeluarkankan Peraturan 5 Undang-undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015, Pasal 305 ayat (3) dan (4) 6 Beritapenajam.net, “Defisit Anggaran, Pemda lakukan Berbagai Startegi” diakses dari http://beritapenajam.net/defisit-anggaran-pemda-lakukan-berbagai-strategi/ pada tanggal 12 September 2017 7 Trisno Suromembano,” Keuangan Daerah, Pinjaman Daerah, Surat Utang Daerah, Sulawesi Tenggara, diakses dari http://iesptrisno.blogspot.co.id/2016/03/keuangan-daerah-pinjaman-daerah-surat.html pada tanggal 11 September 2017 8 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 1 angka 1 2 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah. Disebutkan bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan pinjaman daerah dalam rangka melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup: a. defisit APBD; b. pengeluaran pembiayaan; dan/atau c. kekurangan arus kas.9 Pinjaman Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 bersumber dari: a. Pemerintah; b. Pemerintah Daerah lain; c. lembaga keuangan bank; d. lembaga keuangan bukan bank; dan e. masyarakat. Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah diberikan melalui Menteri. Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah berasal dari APBN termasuk dana investasi Pemerintah, penerusan Pinjaman Dalam Negeri, dan/atau penerusan Pinjaman Luar Negeri. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi Daerah yang diterbitkan melalui pasar modal.10 Dalam melakukan pinjaman, Pemerintah Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain. Pendapatan Daerah dan/atau barang milik daerah tidak dapat dijadikan jaminan Pinjaman Daerah. Selain itu kegiatan yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah. Pinjaman Daerah dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara pemberi pinjaman dan Pemerintah Daerah sebagai penerima pinjaman yang dituangkan dalam perjanjian pinjaman. Gubernur, bupati, walikota, atau pejabat yang diberi kewenangan oleh gubernur, bupati, walikota menandatangani perjanjian pinjaman bertindak atas nama Pemerintah Daerah. Perjanjian pinjaman berlaku sampai dengan berakhirnya masa perjanjian pinjaman. 11 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 pada Pasal 7 ayat (1) mengatur mengenai batas maksimal kumulatif pinjaman, dimana Menteri menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah secara keseluruhan paling lambat bulan Agustus untuk tahun anggaran berikutnya. Pinjaman Daerah terdiri atas: a. Pinjaman Jangka Pendek; b. Pinjaman Jangka Menengah; dan c. Pinjaman Jangka Panjang. Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun anggaran. Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Pendek yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang berkenaan. Pinjaman Jangka Pendek bersumber dari: a. Pemerintah Daerah lain; b. lembaga keuangan bank; dan c. lembaga keuangan bukan bank. Pinjaman Jangka Pendek digunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.12 Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran. Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Menengah yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam kurun waktu 9 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 10 ayat (1) sampai (5) 11 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 5 dan Pasal 6 12 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 12 10 3 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat yang tidak melebihi sisa masa jabatan gubernur, bupati, atau walikota yang bersangkutan. Pinjaman Jangka Menengah bersumber dari: a. Pemerintah; b. Pemerintah Daerah lain; c. lembaga keuangan bank; dan d. lembaga keuangan bukan bank. Pinjaman Jangka Menengah digunakan untuk membiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan.13 Pinjaman Jangka Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran. Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Panjang yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. Pinjaman Jangka Panjang bersumber dari: a. Pemerintah; b. Pemerintah Daerah lain; c. lembaga keuangan bank; d. lembaga keuangan bukan bank; dan e. masyarakat. Pinjaman Jangka Panjang yang bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang: a. Menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APBD yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana tersebut; b. Menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan terhadap belanja APBD yang seharusnya dikeluarkan apabila kegiatan tersebut tidak dilaksanakan; dan/atau c. Memberikan manfaat ekonomi dan sosial. Pinjaman Jangka Panjang yang bersumber dari masyarakat digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut.14 Untuk dapat melakukan pinjaman daerah terdapat beberapa hal yang harus terlebih dahulu dipenuhi oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah; dan c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman. Selain memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut diatas, dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah. Pinjaman Jangka Menengah dan Pinjaman Jangka Panjang wajib mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 15 Menteri menetapkan nilai rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman. Penetapan nilai rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman paling sedikit 13 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 13 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 14 15 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 15 14 4 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat 2,5 (dua koma lima) dengan memperhatikan perkembangan perekonomian nasional dan kapasitas fiskal daerah. 2. Prosedur pengajuan pinjaman yang harus dilakukan Pemerintah Daerah Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa pinjaman daerah bersumber dari Pemerintah Pusat, Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat. Prosedur dan penilaian atas usulan Pinjaman Daerah diatur masing-masing di dalam Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah dapat diuraikan sebagai berikut: a. 16 17 Pinjaman Daerah yang Bersumber dari Pemerintah Pemberian pinjaman kepada Pemerintah daerah didasarkan atas usulan pinjaman daerah yang diajukan Pemerintah Daerah. Pemberian Pinjaman diberikan oleh Menteri selaku Bendahara Umum Negara. Prosedur Pengajuan dan Penilaian Usulan Pinjaman Daerah untuk pinjaman yang bersumber dari Pemerintah adalah sebagai berikut: 1) Usulan pinjaman daerah diajukan oleh gubernur, bupati, atau walikota kepada Menteri. 2) Usulan penerusan pinjaman dalam negeri merupakan usulan yang sudah tercantum dalam daftar kegiatan prioritas yang dapat dibiayai dari pinjaman dalam negeri. 3) Usulan yang berupa Penerusan Pinjaman Luar Negeri merupakan usulan yang sudah tercantum dalam Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah. 4) Melampirkan paling sedikit dokumen: a) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir; b) APBD tahun berkenaan; c) Perhitungan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman; d) Rencana penarikan pinjaman; dan e) Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. f) Dalam hal usulan berasal dari penerus pinjaman Pinjaman Luar Negeri, Pemerintah Daerah harus juga melampirkan pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Kegiatan yang akan dibiayai dari Pinjaman Daerah harus sesuai dengan dokumen perencanaan daerah. Pemerintah Daerah bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan yang diusulkan kepada Menteri.16 Pengajuan yang telah diajukan kepada Menteri akan dilakukan penilaian dengan memperhatikan: 1) Kapasitas fiskal daerah yang ditetapkan secara berkala oleh Menteri; 2) Kebutuhan riil pinjaman Pemerintah Daerah; 3) Kemampuan membayar kembali; dan 4) Batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah. Dalam melakukan penilaian Menteri berkoordinasi dengan instansi terkait. 17 Usulan yang telah disampaikan Menteri dapat disetujui ataupun ditolak dengan berdasarkan pada penilaian sebagaimana tersebut dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 2011. Apabila disetujui, Menteri menyampaikan ketentuan dan persyaratan perjanjian pinjaman kepada gubernur, bupati, atau walikota. Perjanjian pinjaman ditandatangani oleh Menteri atau pejabat yang diberi kewenangan oleh Menteri dan gubernur, bupati, atau walikota. Perjanjian pinjaman paling sedikit memuat: 1) Jumlah; 2) Peruntukan; 3) Hak dan kewajiban; dan 4) Ketentuan dan persyaratan. Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 18 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 19 5 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat Untuk perjanjian pinjaman yang dananya berasal dari peneruspinjaman Pinjaman Dalam Negeri dituangkan dalam Perjanjian Penerusan Pinjaman Dalam Negeri. Perjanjian pinjaman yang dananya berasal dari peneruspinjaman Pinjaman Luar Negeri dituangkan dalam Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri. Perjanjian pinjaman yang dananya bersumber dari Pemerintah selain yang berasal dari peneruspinjaman Pinjaman Dalam Negeri dan/atau peneruspinjaman Pinjaman Luar Negeri dituangkan dalam Perjanjian Pinjaman Daerah.18 Penandatanganan perjanjian pinjaman dilakukan setelah usulan Pinjaman Daerah disetujui Menteri. Pinjaman yang berasal dari peneruspinjaman Pinjaman Dalam Negeri, Perjanjian Penerusan Pinjaman Dalam Negeri ditandatangani setelah ada Perjanjian Pinjaman sedangkan pinjaman yang berasal dari peneruspinjaman Pinjaman Luar Negeri, Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri ditandatangani setelah ada Perjanjian Pinjaman Luar Negeri. Menteri atau pejabat yang diberi kewenangan oleh Menteri dan/atau gubernur, bupati, atau walikota dapat mengajukan usulan perubahan Perjanjian Penerusan Pinjaman Dalam Negeri, Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri, atau Perjanjian Pinjaman Daerah. Perubahan Perjanjian Penerusan Pinjaman Dalam Negeri, Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri, atau Perjanjian Pinjaman Daerah dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara Menteri atau pejabat yang diberi kewenangan oleh Menteri dan gubernur, bupati, atau walikota.19 Kementerian Keuangan dan Pemerintah Daerah menyampaikan salinan Perjanjian Penerusan Pinjaman Dalam Negeri, Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri, dan Perjanjian Pinjaman Daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan.20 b. Pinjaman Daerah yang Bersumber Dari Pemerintah Daerah Lain, Lembaga Keuangan Bank, Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Pemerintah Daerah dapat melakukan Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank sepanjang memenuhi persyaratan pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. 21 Untuk pinjaman daerah yang bersumber dari Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank, pengajuan dan penilaian usulan pinjaman terbagi menjadi 2, yaitu: 1) Pinjaman Jangka Pendek Pemerintah Daerah mengajukan usulan Pinjaman Jangka Pendek kepada calon pemberi pinjaman. Calon pemberi pinjaman melakukan penilaian atas usulan Pinjaman Jangka Pendek sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta ketentuan dan persyaratan pemberi pinjaman. Pemerintah Daerah memilih ketentuan dan persyaratan pemberi pinjaman yang paling menguntungkan Pemerintah Daerah. Pinjaman Jangka Pendek dituangkan dalam perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh gubernur, bupati, walikota, atau pejabat yang diberi kewenangan oleh gubernur, bupati, atau walikota dan pemberi pinjaman.22 2) Pinjaman Jangka Menengah dan Pinjaman Jangka Panjang Gubernur, bupati atau walikota harus menyampaikan rencana Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapat pertimbangan sebelum mengajukan usulan Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang kepada calon pemberi pinjaman. Selain itu penyampaian rencana 18 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 22 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 25 20 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 26 21 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 33 22 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 34 19 6 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang oleh Bupati atau Walikota tembusannya disampaikan kepada gubernur. Penyampaian rencana paling sedikit melampirkan: a) Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; b) Salinan berita acara pelantikan gubernur, bupati, atau walikota; c) Pernyataan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah; d) Kerangka acuan kegiatan; e) Perhitungan tentang rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman; f) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir; g) Rancangan APBD tahun berkenaan; h) Perbandingan sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; dan i) rencana keuangan pinjaman. 23 Pemerintah Daerah mengajukan usulan Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang kepada calon pemberi pinjaman setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri. Calon pemberi pinjaman melakukan penilaian atas usulan Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan serta ketentuan dan persyaratan pemberi pinjaman. Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang dituangkan dalam perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh gubernur, bupati, atau walikota dan pemberi pinjaman. Salinan perjanjian Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang yang telah ditandatangani disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan, Menteri, dan Menteri Dalam Negeri.24 c. Pinjaman Daerah yang Bersumber Dari Masyarakat Pinjaman Daerah yang bersumber dari Masyarakat diwujudkan dalam penerbitan Obligasi Daerah. Obligasi Daerah adalah Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal.25 Kegiatan yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah. Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan Pelayanan Publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut. Perjanjian pinjaman Obligasi Daerah dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan dan ditandatangani oleh gubernur, bupati, atau walikota dan Wali Amanat sebagai wakil pemegang obligasi/pemberi pinjaman. Setiap perjanjian pinjaman Obligasi Daerah sekurang-kurangnya mencantumkan: 1) Nilai nominal; 2) Tanggal jatuh tempo; 3) Tanggal pembayaran bunga; 4) Tingkat bunga (kupon); 5) Frekuensi pembayaran bunga; 6) Cara perhitungan pembayaran bunga; 23 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 35 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 36 25 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 1 angka 11 24 7 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat 7) Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali Obligasi Daerah sebelum jatuh tempo; dan 8) Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan.26 Rencana penerbitan Obligasi Daerah disampaikan kepada Menteri dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai rencana penerbitan Obligasi Daerah meliputi pembayaran pokok dan bunga yang timbul sebagai akibat penerbitan Obligasi Daerah. Persetujuan diberikan atas nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan pada saat penetapan APBD. Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memberikan persetujuan atas segala biaya yang timbul dari penerbitan Obligasi Daerah. Menteri melakukan penilaian terhadap rencana penerbitan Obligasi Daerah berdasarkan persyaratan pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. Penerbitan Obligasi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.27 3. Batas pinjaman yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Sebagai pelaksanaan Pasal 7 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2011, Pengaturan mengenai kumulatif defisit dan kumulatif pinjaman diatur setiap tahun melalui Peraturan Menteri Keuangan. Untuk Tahun Anggaran 2018 pengaturan mengenai kumulatif pinjaman daerah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 117/Pmk.07/2017 Tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2018. Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2018 ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) Tahun Anggaran 2018. Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud termasuk pinjaman yang digunakan untuk mendanai pengeluaran pembiayaan. Proyeksi PDB adalah proyeksi yang digunakan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018.28 Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi kumulatif Pinjaman Daerah dan kewajiban Pinjaman Daerah kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dan Menteri Dalam Negeri c.q. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah setiap semester dalam tahun anggaran berjalan. Laporan posisi kumulatif Pinjaman Daerah dan kewajiban Pinjaman Daerah disampaikan paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah semester berkenaan berakhir.29 Dalam hal Pemerintah Daerah tidak menyampaikan laporan posisi kumulatif Pinjaman Daerah dan kewajiban Pinjaman Daerah, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dapat menunda penyaluran Dana Perimbangan. Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyalurkan kembali Dana Perimbangan, dalam hal Pemerintah Daerah telah menyampaikan laporan posisi kumulatif Pinjaman Daerah dan kewajiban Pinjaman Daerah.30 Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan pemantauan terhadap Pemerintah Daerah yang menganggarkan penerimaan Pinjaman Daerah untuk 26 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 42 dan Pasal 43 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pasal 44 28 Peraturan Menteri Keuangan No 117/Pmk.07/2017 Tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2018, Pasal 5 29 Peraturan Menteri Keuangan No 117/Pmk.07/2017 Tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2018, Pasal 11 30 Peraturan Menteri Keuangan No 117/Pmk.07/2017 Tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2018, Pasal 12 27 8 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat membiayai Defisit APBD dan/ atau untuk membiayai pengeluaran pembiayaan. Berdasarkan pemantauan, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan evaluasi sebagai bahan penyusunan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD, Batas Maksimal Defisit APBD dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah tahun anggaran berikutnya. IV. Penutup Pinjaman yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana termuat dalam Peraturan Pemerintah No 31 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah untuk dapat mengajukan Pinjaman Daerah sebagai berikut: 1. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; 2. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah; 3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman; 4. Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah; 5. Pinjaman Jangka Menengah dan Pinjaman Jangka Panjang wajib mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 1. 2. Prosedur Pemberian Pinjaman Daerah terbagi menjadi 3, yaitu: Pinjaman Daerah yang Bersumber Dari Pemerintah, prosedurnya sebagai berikut: a. Usulan pinjaman daerah diajukan oleh gubernur, bupati, atau walikota kepada Menteri. b. Usulan penerusan pinjaman dalam negeri merupakan usulan yang sudah tercantum dalam daftar kegiatan prioritas yang dapat dibiayai dari pinjaman dalam negeri. c. Usulan yang berupa Penerusan Pinjaman Luar Negeri merupakan usulan yang sudah tercantum dalam Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah. d. Melampirkan paling sedikit dokumen: 1) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun terakhir; 2) APBD tahun berkenaan; 3) Perhitungan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman; 4) Rencana penarikan pinjaman; dan 5) Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam hal usulan berasal dari penerusan pinjaman Pinjaman Luar Negeri, Pemerintah Daerah harus juga melampirkan pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Pinjaman Daerah yang Bersumber Dari Pemerintah Daerah Lain, Lembaga Keuangan Bank, Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang terbagi menjadi 2, yaitu: a. Pinjaman Jangka Pendek Pemerintah Daerah mengajukan usulan Pinjaman Jangka Pendek kepada calon pemberi pinjaman. Pinjaman Jangka Pendek dituangkan dalam perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh gubernur, bupati, walikota, atau pejabat yang diberi kewenangan oleh gubernur, bupati, atau walikota dan pemberi pinjaman. b. Pinjaman Jangka Menengah dan Pinjaman Jangka Panjang Gubernur, bupati atau walikota harus menyampaikan rencana Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapat pertimbangan sebelum mengajukan usulan Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang 9 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat 3. kepada calon pemberi pinjaman. Selain itu penyampaian rencana Pinjaman Jangka Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang oleh Bupati atau Walikota tembusannya disampaikan kepada gubernur. Pinjaman Daerah yang Bersumber Dari Masyarakat. Perjanjian pinjaman Obligasi Daerah dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan dan ditandatangani oleh gubernur, bupati, atau walikota dan Wali Amanat sebagai wakil pemegang obligasi/pemberi pinjaman. Rencana penerbitan Obligasi Daerah disampaikan kepada Menteri dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Menteri melakukan penilaian terhadap rencana penerbitan Obligasi Daerah berdasarkan persyaratan pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. Penerbitan Obligasi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pengaturan mengenai kumulatif defisit dan kumulatif pinjaman diatur setiap tahun melalui Peraturan Menteri Keuangan. Untuk Tahun Anggaran 2018 pengaturan mengenai kumulatif pinjaman daerah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 117/Pmk.07/2017 Tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2018. 10 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat Daftar Pustaka Peraturan Perundang-undangan Undang-undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah. Peraturan Menteri Keuangan No 117/Pmk.07/2017 Tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2018. Buku dan Internet Dr. Nur Basuki Winarno, SH, MH. Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, Laksbang Mediatama, 2009. http://beritapenajam.net/ http://iesptrisno.blogspot.co.id/ Penulis : Tim UJDIH BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat. Disclaimer : Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi. 11 Tulisan Hukum – Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat