PENGARUH KINERJA BAURAN PEMASARAN (7P) TERHADAP NILAI PELANGGAN PADA RESTAURANT IKAN BAKAR NIA DI MALANG Oleh Agus Widarko*) dan Hairuddin **) Abstract This study conducted in order to determine whether the marketing mix variables (product, price, place promostion, people, process, and physical Evidence) and partial simulatan influential on customer value at Restauran Nia Malang. And to know of the marketing mix (7P) consisting of (product, price, place promostion, people, process, and physical Evidence), which has a dominant influence on customer value Nia grilled fish restaurant Malang. The samples were selected using purposive sampling technique, ie the sampling technique based on certain criteria. Criteria respondents in this research that consumers or customers Restauran Nia Malang to be used as a data source and As with the sample. Data analysis method used is the method of multiple linear regression analysis. The results of this study concluded that partial variables simultaneously and the marketing mix (product, price, place promostion, people, process, and Physical Evidence) have a significant effect on customer value Restauran Fish Grill Nia Malang. The independent variables were dominant influence on customer value Restauran Fish Grill Nia Malang Physical Evidence is a variable which variables have standardized β coefficient is equal to greatest 0.372. Keywords: marketing mix, product, price, place promostion, people, process, and physical Evidence, customer value. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pengusaha restauran tersebut akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyediakan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya. Dengan memberikan pelayanan yang baik, pelanggang akan merasa puas dan dari rasa puas ini pelanggan akan tetap pada bisnis restaurant yang di gelutinya. Pesatnya persaingan antar restaurant menj di masalah serius yang di hadapi perusahaan dewasa ini, sehingga mendorong restaurant ini melakukan berbagai kiat-kiat pemasaran agar restaurant cepat untuk berkembang dan mudah bersaing dengan restaurant lainnya. Dalam dunia yang modern ini starategi pemasaran di tuntuk sekedar pengembangan produk yang baik, menetapkan harga yang menarik dan menyediakan produk serta mengkomunikasikan kepada para pelanggan. Lebih dari itu restaurant tersebut harus mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen dengan melakukan penelitian terhadap prilaku para konsumen. Selain itu, keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk jasa sangat ditentukan oleh sikap dan prilaku konsumen purna beli, dimana konsumen mengevaluasi apakah barang atau jasa yang dibayarnya bisa memuaskan atau tidak dari produk yang mereka dapatkan. Konsumen pada jaman sekarang adalah konsumen kritis yang sangat berhati-hati dalam membelanjakan uang. Mereka mempertimbangkan banyak faktor untuk memilih 44 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 sebuah poduk atau jasa termasuk jasa pada bisnis restaurant. Oleh sebab itu sangat penting bagi perusahaan jasa restaurant untuk merancang konsep pemasaran yang tepat. Sebab hanya perusahaan yang memiliki wawasan tentang konsumen dan konsep pemasaran yang dapat tetap bertahan hidup. Perusahaan tidak terkecuali yang bergerak pada bisnis jasa restaurant dituntut untuk dapat memberikan nilai lebih, dengan cara memberikan dan memperhatikan apa yang diinginkan para konsumen. Kualitas layanan pada bisnis restaurant menjadi hal yang penting dalam mmpengaruhi nilai pelanggan. Sebagai salah satu bentuk bisnis restauran yang terus dibangun dan dikelola secara modern, dalam usaha menjual barang konsumsi bagi masyarakat. Pada saat sekarang dan masa yang akan datang sejalan dengan perkembangan yang terjadi, tingkat pendidikan masyarakat meningkat, jalan pikiran menjadi lebih modern diikuti dengan kesadaran akan pentingnya kualitas layanan. Oleh karena itu restaurant dituntut untuk mampu menggerakkan, mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai kelompok tenaga profesional, semi profesional dan tenaga non profesional yang ada sehingga dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh kinerja bauran pemasaran yang terdiri dari Produk, Harga, Tempat, Promosi, Orang, Proses, dan Bukti Fisik terhadap nilai pelanggan ? 1.3 Kontribusi Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat member manfaat, yaitu sebagai berikut : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan bagi pihak restaurant untuk membangun nilai pelanggan dalam berbelanja. b. Hasil penelitian akan dapat dipakai sebagai tambahan wacana dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan meminat untuk mengembangkannya. 2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Bauran Pemasaran Lupiyoadi (2001), Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Sedangkan Kotler (1999) mendifinisikan bauran pemasaran sebagai suatu campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Terdapat banyak unsur yang merupakan variabel-variabel bauran pemasaran. Mc Carthy (1981) mempopulerkan sebuah klasifikasi bauran pemasaran, khususnya barang, yang terdiri atas empat variabel (biasa disebut dengan 4P), yaitu product (produk), price (harga), place (tempat) dan promotion (promosi). Sedangkan untuk jasa pada umumnya dan khususnya jasa ekowisata, keempat faktor variabel tersebut dirasa kurang mencukupi. Sehingga para ahli pemasaran menambahkan tiga faktor variabel lagi (Lupiyoadi,2001; Paine, 2001), yaitu people (orang), process (proses), dan customer service (pelayanan pelanggan). Unsur-unsur bauran pemasaran ini dapat dijelaskansebagai berikut: a. Product (produk). Untuk tidak menimbulkan kerancuan, terlebih dahulu akan diberikan definisi dari produk, barang, dan jasa. Payne (2001) mendifinisikan produk adalah konsep keseluruhan atas objek atau proses yang memberikan nilai bagi para pelanggan; barang dan jasa merupakan sub kategori yang menjelaskan dua jenis produk. Dengan demikian, istilah “produk”kadangkala dipakai dalam pengertian JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 45 yang luas untuk mengartikan barang (manufaktur) dan jasa.Pada dasarnya konsumen tidak membeli barang atau jasa mereka sebenarnya membeli manfaat spesifik dan nilai dari penawaran total (Payne, 2001). Sehingga arti dari produk di sini adalah merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen (Lupiyoadi, 2001). Produk adalah keseluruhan konsep tentang obyek atau proses yang memberikan nilai kepada konsumen (Kotler,2003: 310). Produk dapat dikategorikan menjadi dua yaitu barang dan jasa, tetapi konsumen menginginkan manfaat yang spesifik dan nilai dari keseluruhan produk yang ditawarkan. Manfaat yang diproleh konsumen berasal dari membeli barang atau jasa. Produk jasa merupakan kumpulan yang kompleks dari kepuasa-kepuasan nilai. Nilai ditetapkan oleh pembeli sehubungan dengan manfaat yang mereka terima. b. Price (harga). Istilah harga dalam bisnis jasa bisa ditemui dengan berbagai sebutan. Universitas atau perguruan tinggi menggunakan istilah SPP (Sumbangan Pembiayaan Pendidikan) atau tuition, konsultan profesionalmenggunakan istilah fee, bank memberikan istilah servicecharge, jalan tol menerapkan istilah tarif, pialang menggunakan istilah komisi, apartemen menggunakan istilah sewa, asuransi menggunakan istilah premi. Payne (2001) menuliskan bahwa tingkat penetapan harga ini sangat penting bila permintaan untuk jasa bersifat elastis. Harga juga memainkan peranan yang penting dalammengkomunikasikan kualitas dari jasa tersebut. Dengan ketiadaan petunjuk-petunjuk yang bersifat nyata, konsumen mengasosiasikan harga yang tinggi dengan tingkat kinerja suatu produk jasa yang tinggi pula (Lupiyoadi,2001). Dalam jasa, keputusan tentang penetapan harga adalah penting karena selain sifatnya yang elastis juga karena karakteristiknya yang berbeda. Harga memainkan peranan penting dalam bauran pemasaran jasa karena harga berhubungan dengan pendapatan suatu bisnis, sedangkan elemen-elemen dlam bauran pemasaran menimbulkan biaya (Kotler, 2003;470). Harga mengindikasikan ssejumlah sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memproleh produk hasil perusahaan. Keputusan tentang harga harus sesuai sengan nilai yang dirasakan oleh konsumen dan keputusan tentang harga tersebut berperan dalam membentuk imege mengenai jasa. Harga juga memberikan persepsi pembeli terhadap jasa yang ditawarkan. Penetapan harga tertentu untuk jasa memberikan tanda kepada konsumen terhadap kualitas jasa yang diterima. c. Place (lokasi dan saluran distribusi). Dalam pemasaranjasa, place merupakan gabungan antara lokasidan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal iniadalah bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen sasaran. Untuk restauran, place hanya terdiri atas saluran distribusi karena lokasi suatu daerah telah tertentu. Dalam saluran penyampaian jasa kepada konsumen (saluran distribusi), ada tiga partisipan yang berperan, yaitu service provider (penyedia jasa itu sendir) intermediaries (perantara), dan costumer (pelanggan). Dalam jasa di mana jasa ini mempunyaikarakteristik konsumen harus mendatangi lokasi, maka pilihan saluran distribusi menggunakan perantara waralaba adalah sesuatu yang tidak mungkin. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa pada umumnya perantara memperoleh penghasilan berupa persentasi/komisi atas hasil penjualannya. Sehingga besarpula biaya yang diperlukan. Meskipun demikian,Wahab (1997) menuliskan bahwa setiap rantai saluran distribusi (jenjang) akan memberikan pelayanan yang akan meningkatkan jumlah pembelian untuk jenjang yang berikut dan seluruh jenjang itu akan memungkinkan penyedia jasa restaurant untuk menyampaikan produknya kepada ribuan calon konsumen. Dengan kata lain, ada hubungan yang berimbang antara pasar yang dijangkau (jumlah tempat-tempat penjualan dan hasil 46 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 d. e. f. g. penjualannya) dengan biaya (persentase harga penjualan). Tempat adalah lokasi yang digunakan untuk menyuplai jasa kekonsumen yang menjadi sasaran. Keputusan mengenai lokasi melibatkan pertimbangan bagaimana menyampaikan jasa kepada konsumen dan dimana tempat untuk melakukan hal tersebut. Hal ini relevan dengan karakteristik jasa yang tidak dapat disimpan dan akan diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang sama. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman ini, pemasaran jasa inti (core service) memerlukan faktor yang dapat mendorong suksesnya pemasaran jasa tersebut berupa pembelian pembayaran tambahan (supplementary services) yang tercermin pada unsur-unsur bauran pemasaran jasa yang ditawarkan. Promotion (promosi). Tujuan yang utama dari promosi adalah untuk menginformasikan, mempengaruh iatau mengingatkan konsumen pada suatu barang atau jasa. Payne (2001) menuliskan bahwa selain tujuan utama di atas, promosi dapat pula menambah keberwuju dan suatu jasa sehingga dapat membantu pelanggan membuat penilaian tawaran jasa dengan lebih baik. Dalam hal bauran promosi ini, George dan Berry(1981) telah mengidentifikasikan beberapa pedoman promosi jasa yang dapat digunakan untuk menggambarkan promosi dalam restaurant. Elemen promosi dalam bauran pemasaran jasa memegan peranan penting dalam mengkomunikasikan positioning jasa kepada konsumen. Menurut Cravens (2003;400), promosi berarti aktivitas yang mengkomunikasikan kegunaan dari produk dan membujuk konsumen yang dituju untuk membelinya. Promosi dapat meningkatkan keberadaan jasa dan membantu konsumen membuat jasa evaluasi lebih baik terhadap penawaran jasa. People (Orang). People merupakan aset utama dalam industri jasa, terlebih lagi people yang merupakan karyawan dengan performance tinggi. Kebutuhan konsumen terhadap karyawan berkinerja tinggi akan menyebabkan konsumen puas dan loyal. Kemampuan knowledge (pengetahuan) yang baik, akan menjadi kompetensi dasar dalam internal perusahaan dan pencitraan yang baik di luar. Faktor penting lainnnya dalam people adalah attitude dan motivation dari karyawan dalam industri jasa. Moment of truth akan terjadi pada saat terjadi kontak antara karyawan dan konsumen. Attitude sangat penting, dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk, seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body language, ekspresi wajah, dan tutur kata. Sedangkan motivasi karyawan diperlukan untuk mewujudkan penyampaian pesan dan jasa yang ditawarkan pada level yang diekspetasikan. Process (Proses). Process, mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi, berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Physical evidence (bukti fisik). Building merupakan bagian dari bukti fisik, karakteristik yang menjadi persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalai perusahaan jasa yang memiliki karakter . Perhatian terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk lightning system, dan tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat mempengaruhi mood pengunjung. Bangunan harus dapat menciptakan suasana dengan memperhatikan ambience sehingga memberikan pengalaman kepada pengunjung dan dapat membrikan nilai tambah bagi pengunjung, khususnya menjadi syarat utama perusahaan JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 47 2.2 Nilai pelanggan Dalam dunia bisnis dikenal ungkapan “pelanggan adalah raja”, memasuki era perdagangan bebas dan persaingan yang semakin dinamis. Menurut Tjiptono (1996:23) pelanggan suatu perusahaan adalah orang yanag membeli dan menggunakan produk. Perusahaan dituntut untuk selalu melakukan hubungan dengan pelanggan dalam waktu yang lama, sehingga dapat mengidentifikasikan dan mempertahankan nilai pelanggan yang valuable kepada perusahaan. Zeithaml dalam Tjiptono (2005:296) menyatakan bahwa nilai pelanggan adalah pennilaian keseluruhan konsumen terhadap utilitas sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang diterima dan apa yang diberikan. Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi mempunyai sifat obyektif. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh isi memorinya. Dengan demikian proses persepsi seseorang terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya yang tersimpan dalam memori. Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu memilih, mengorganisasikan, serta stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa berpengaruh terhadap tingkat kepentingan pelanggan, kepuasan pelanggan, nilai, harga, citra, tahap pelayanan, dan momen pelayanan (Arief, 2006:160). Nilai pelanggan (customer dilevered value) adalah selisih antara nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total. Nilai pelanggan total (total customer value) adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu. Biaya pelanggan total (total Customer cost) adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh konsumen yang dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk atau jasa. Misalnya seorang pembeli dari perusahan kontruksi besar ingin membeli sebuah traktor. Ia akan membelinya dari Caterpillar atau Komatsu. Para pramuniaga yang bersaing akan menjelaskan tawaran mereka masing-masing secara hati-hati kepada pembeli tersebut. Sang pembeli ingin menggunakan traktor untuk kebutuhan tertentu. Ia ingin menggunakan traktor untuk pekerjaan konstruksi perumahan. Ia mengharapkan traktor tersebut dapat memberikan tingkat keandalan, ketahanan pemakaian, kinerja, dan nilai jual kembali tertentu. Ia mengevaluasi dua merek traktor tersebut dan memutuskan bahwa Caterpillar menurut anggapannya mempunyai nilai produk yang lebih tinggi berdasarkan kehandalan, ketahana, kinerja, dan niali jual kembali. Ia juga melihat perbedaaan pelayanan yang menyertainya dalam penyerahan barang, pelatihan, serta perawatan, dan memutuskan bahwa Caterpillar memberikan pelayanan yang lebih baik. Ia juga menganggap bahwa karyawan Caterpillar lebih berpengalaman dan responsif. Akhirnya, ia minilai lebih tinggi citra perusahaan Caterpillar.ia menjumlahkan semua nilai dari keempat sumber itu produk, pelayanan, karyawan, dan citra. Dan menganggap Caterpillar menawarkan nilai pelanggan total yang lebih banyak. Ia juga membandingkan biaya total, atas transaksi dengan Caterpillar dibanding dengan Komatsu. Jumlah biaya total terdiri dari lebih hal dari pada sekedar biaya dalam bentuk uang. Seperti yang diperhatikan oleh Adam Smith lebih dua abad yang lalu,”harga riil sesuatu adalah sebesar uasaha dan kerepotan untuk mendapatkanya.” Biaya pelanggan total itu, selain mencakup biaya moneter, jaga mencakup biaya waktu, tanaga, dan pikiran ppembeli. Sang pembeli mengevaluasi biaya-biaya itubeserta biaya moneter untuk membentuk ganbaran mengenai biaya pelanggan total. Setelah menghitung biaya-biaya tersebut, pembeli itu mempertimbangkan apakah biaya total Caterpillar itu selalu tinggi dibandingkan dengan nilai total yang ditawarkannya. Jika 48 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 benar demikian, pembeli tersebut mungkin membeli traktor Komatsu. Pembeli akan membeli dari siapa saja yang menawarkan pemberiaan nilai yang tertinggi. Beberapa pemasar mungkin berpendapat bahwa teori yang baru dijelaskan diatas dan dapat dipilih; a. Pembeli tersebut mungkin diperintahkan untuk membeli dengan harga terendah. Karena alasan itu, secara eksplisit dicegah untuk memilih berdasarkan nilai yang diberikan. Tugas wiraniaga Caterpillar adalah meyakinkan manajer dari pembeli tersebut bahwa membeli suatu hanya berdasarkan harga akan merugikan profitabilitas kita dapat jangka panjang pelanggan tersebut. b. Pembeli tersebut akan pensiun sebelum perusahaannya menyadari bahwa biaya operasi traktor Komatsu lebih mahal dari pada traktor Caterpillar. Pembeli itu akan tampak baik dalam jangka pendek. ia memaksimalkan keuangan pribadi tampa memperhitungkan kepentingan perusahaan. Tugas wiraniaga Caterpillar adalah meyakinkan orang-orang lain di perusahaan pelanggan bahwa tawaran Caterpillar memberikan nilai yang lebih besar dalam jangka panjang. c. Pembeli tersebut menikmati persahabatan jangka panjag dengan pramuniaga Komatsu. Dalam kasus itu, wiraniaga Caterpillar harus menunjukkan kepada pembeli tersebut bahwa traktor Komatsu akan mengundang keluhan dari para operator traktor ketika mereka menyadari biaya bahan bakarnya yang tinggi dan kebutuhan reparasinya yang sering terjadi. Inti dari contoh-contoh diatas cukup jelas: para bertindak dengan berbagai kendala dan mereka terkadang membuat pilihan berdasarkan kepentingan pribadinya bukan kepentingan perusahaannya. Akan tetapi, memaksimumkan nilai yang diberikan merukan kerangka acuan yamg bermanfaat yang berlaku dalam banyak situasi dan memberikan banyak pengertian. Dibawah ini adalah beberapa implikasinya: pertama, penjual harus nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total dari setiap tawaran oleh pesaingnya untuk mengetahui bagaimana posisi tawarannya sendiri dipikiran pembeli. Kedua, penjual yang kalah dalam nilai yang diberikan kepelanggan mempunyai dua alternatif. Ia dapat mencoba untuk meningkatkan nilai pelanggan total atau mengurangi biaya pelanggan total. Alternatif pertama memerlukan peningkatan atau penguatan produk, pelayanan, karyawan, dan citra tawaran. Alternatif kedua mengharuskan pengurangan biaya pembeli, yang dapat dilakukan oleh penjual dengan menurunkan harga, menyederhanakan proses pemesanan dan penyerahan, atau menyerap sebagian resiko pembeli dengan menewarkan garansi. 2.3 Hipotesis Menurut Arikunto (2010:110) menyatakan “hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Maka hipotesis yang diajukan adalah: H1 : Bahwa bauran kinerja pemasaran berpengaruh secara bersama sama terhadap nilai pelanggan. H2 : Bahwa bauran kinerja pemasaran berpengaruh terhadap pembentukan nilai pelanggan. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Menurut Singgih dan Tjiptono (2000:115) populasi adalah sekumpulan orang atau obyek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang dapat membentuk JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 49 masalah pokok dalam suatu riset khusus. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah para pembeli yang melakukan pembelian pada Restaurant Nia. Berdasarkan data histori perusahaan selama bulan Januari, jumlah rata-rata konsumen Restaurant Nia Malang tiap minggu sebanyak 300 orang. Dengan ini, dapat diketahui jumlah populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 300 x 30 = 9.000 orang. 3.2 Sampel Penelitian Menurut arikunto (1996:124) adalah sebagai berikut: dalam penelitian besarnya sampel penelitian belum ada ketentuan yang pasti, namun ada yang menganjurkan sebagai perkiraaan sampel yang diambil dalam penelitian antara 10-15% atau 20-25% atau lebih dari seluruh populasi dan bila populasinya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitain populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriterian responden dalam penelitian ini yaitu konsumen atau pelanggan Restauran Nia Malang. 3.3 Definisi Operasional Variabel Definisi variabel merupakan definisi operasional variabel penelitian antara lain : 1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas (Independent Variable) yang diteliti adalah bauran pemasaran. A. Product (Produk) Variabel Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Produk merupakan bentuk penawaran organisasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan (Tjiptono 2007). Variabel-variabel pemasaran produk mencakup keragaman produk, kualitas, rancangan (desain), bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, imbalan, dan sebagainya. Pada penelitian ini variabel atribut produk. Indikator yang diteliti adalah: keunggulan rasa, kemenarikan bentuk makanan, keragaman makanan dan minuman, porsi makanan, kehiginisan makanan. B. Price (Harga) Variabel Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Harga memperlihatkan kepada manajemen berbagai biaya yang ditimbulkan pelanggan dalam memperoleh manfaat suatu produk (Lovelock & Wright 2005). Indikator yang diteliti adalah: keterjangkauan harga makanan dan minuman, daya tarik harga makanan dan minuman, diberlakukan potongan, harga untuk pemesanan makanan dan minuman dalam jumlah atau event tertentu, dan diskon makanan yang diberikan. C. Place (Tempat) Variabel Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Tempat merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi. Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap produk dan jasa bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik (misalnya keputusan mengenai di mana restoran harus didirikan) (Tjiptono 2007). Indikator yang diteliti yaitu: tempat pelayanan yang mudah dicapai, tempat pelayanan yang strategis, dan jumlah tempat pelayanan yang memadai. 50 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 D. Promotion (Promosi) Variabel Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan menfaat produk dan membujuk pelanggan membelinya. Tidak satupun program pemasaran dapat berhasil tanpa adanya program komunikasi efektif yang memberikan promosi. Kompnen ini memainkan tiga peranan penting: menyediakan informasi dan saran yang dibutuhkan, membujuk pelanggan sasaran tentang kelebihan suatu produk, dan mendorong pelanggan untuk mengambil tindakan pada suatu waktu (Lovelock & Wright 2005). Menurut Tjiptono (2007). Indikator yang diteliti yaitu: daya tari pesan dalam program periklanan, daya tarik dari program promosi penjualan, dan daya tarik pesan dalam penjualan langsung. E. People (Orang) Perusahaan jasa dapat membedakan dirinya dengan cara merekrut dan melatih karyawan yang lebih mampu dan lebih dapat diandalkan dalam berhubungan dengan pelanggan, daripada karyawan pesaingnya. Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan (seperti makan di restoran). Sifat dari interaksi ini sangat memengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang mereka terima berdasarkan penilaian terhadap orangorang yang menyediakan jasa tersebut. Perusahaan jasa yang berhasil menyediakan upaya yang cukup besar untuk merekrut, melatih, dan memotivasi karyawannya, khususnya orang yang berhubungan langsung dengan pelanggan (Lovelock & Wright 2005). Pada penelitian ini variabel atribut orang. Indikator yang diteliti antara lain: penampilan pramusaji, kesiapan pramusaji, keramahan dan kesopanan pramusaji, dan pengetahuan dan pramusaji terhadap menu. F. Process (Proses) Perusahaan jasa dapat merancang proses penyampaian jasa yang superior. Proses merupakan metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan. Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi konsumen. Pelanggan restoran, misalnya, sangat terpengaruh oleh cara staf melayani mereka dan lamanya menunggu selama proses produksi (Tjiptono 2007). Pada penelitian ini variabel atribut proses. Indikator yang diteliti yaitu: Kecepatan penyajian, Kecepatan transaksi pembayaran, dan Durasi waktu buka restoran. G. Physical Evidence (Bukti Fisik) Bukti fisik merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen. Perusahaan jasa dapat mengembangkan lingkungan fisik yang lebih atraktif (Tjiptono 2008). Unsur-unsur yang termasuk ke dalam bukti fisik antara lain, gedung, tanah, kendaraan, perabotan interior dan eksterior, perlengkapan, anggota staf, tema, dekorasi, penerangan, kebersihan, kemudahan penggunaan, kapasitas eksterior seperti tempat parkir (Lovelock & Wright 2005). Pada penelitian ini variabel atribut bukti fisik yang diteliti antara lain, dekorasi restoran, pemutaran musik, penerangan restoran, kebersihan restoran, ketersediaan toilet restauran. 2. Variabel Terikat (Y) Variabel (Dependent Variable) yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Nilai pelanggan. Nilai pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 51 yang konsisten (Sheth & Mittal, dalam Tjiptono 2005). Indikator Nilai Pelanggan meliputi: manfaat keanekaragaman makanan, manfaat rasa makanan, manfaat kemudahan pembayaran pada Restauran Nia Malang. 3.4 Metode Analisis Untuk analisa data dengan metode analisis statistik yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Metode analisis ini dipilih karena dalam penelitian ini akan dilakukan dan dirancang untuk meneliti pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi linier berganda menurut Al-Gifari (1997:56) adalah: Y = a+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+β7X7+e Keterangan: Y = Variabel terikat a = Bilangan konstanta βi = Nilai koefisien regresi dari variabel bebas X1 = Produk X2 = Harga X3 = Tempat X4 = Promosi X5 = Orang X6 = Proses X7 = Bukti Fisik e = Error 4. PEMBAHASAN 4.1 Uji Normalitas Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Variabel p-value Keterangan Produk (X1) 0,100 Data menyebar normal Harga (X2) 0,150 Data menyebar normal Tempat (X3) 0,218 Data menyebar normal Promosi (X4) 0,100 Data menyebar normal Orang (X5) 0,228 Data menyebar normal Proses (X6) 0,243 Data menyebar normal Bukti Fisik (X7) 0,084 Data menyebar normal Nilai pelanggan (Y) 0,071 Data menyebar normal Berdasarkan hasil pengujian normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov seperti pada tabel 1 tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data untuk analisis regresi ini berdistribusi normal,hal ini karena p-value masing-masing variabel tersebut lebih besar daripada α (0,05), sehingga asumsi normalitas data terpenuhi. 4.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Mutikolinieritas Hasil pengujian dapat dilihat pada table 2 berikut : 52 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 Variabel Independen VIF Keterangan X2 2,129 Non Multikolinier X3 1,922 Non Multikolinier X6 2,302 Non Multikolinier X7 2,330 Non Multikolinier Dari hasil perhitungan yang ada di Tabel 2 masing-masing variabel bebas menunjukkan nilai VIF yang tidak lebih dari nilai 10, maka asumsi tidak terjadi multikolinieritas. b. Uji Heteroskedastisitas Hasil pengujian dapat dilihat pada table 4 berikut : Coeffi ci entsa Model 1 (Constant) Harga Tempat Proses Bukti Fisik Unstandardized Coef f icients B St d. Error .333 .112 -.014 .008 .002 .010 -.010 .012 .012 .007 St andardized Coef f icients Beta -.258 .038 -.112 .250 t 2.974 -1.728 .252 -.776 1.833 Sig. .004 .087 .801 .440 .070 a. Dependent Variable: absres5 Dari tabel 4 tersebut dapat diketahui bahwa masing-masing koefisien model regresi tidak signifikan secara keseluruhan, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat heteroskedastisitas pada residual model regresi yang terbentuk. 4.3 Hasil Analisis Regresi Berganda Hasil regresi berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Berganda Koefisien Variabel thitung Signifikan Beta X1 -0,014 -1,345 0,182 X2 0,161 9,706 0,000 X3 0,071 2,788 0,006 X4 -0,038 -1,633 0,106 X5 -0,025 -1,345 0,182 X6 0,459 21,537 0,000 X7 0,181 15,609 0,000 α = 0,05 R-Square = 0,972 F-Hitung = 451,899 F-Tabel = 2,112 Signifikan = 0,000 t-tabel = 1,984 JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 53 4.4 Uji F Berdasarkan tabel 5, pengujian hipotesis model regresi menggunakan uji F. Di dalam tabel distribusi F, didapatkan nilai Ftabel dengan degrees of freedom (df) n1 = 4 dan n2 = 94 adalah sebesar 2,469. Jika nilai F hasil penghitungan pada tabel 5 dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung hasil penghitungan lebih besar daripada Ftabel (678,380 > 2,469). Selain itu, pada tabel 4.25 juga didapatkan nilai signifikan sebesar 0,000. Jika signifikan dibandingkan dengan α = 0,05 maka signifikan lebih kecil dari α = 0,05. Dari kedua perbandingan tersebut dapat diambil keputusan H0 ditolak pada taraf α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh simultan dari variabel X (Harga, Tempat, Proses dan Bukti Fisik) terhadap variabel Y (Nilai pelanggan). 4.5 Uji t Pengujian model regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen pembentuk model regresi secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai pelanggan atau tidak. Untuk menguji hubungan tersebut, digunakan uji t, yakni dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Variabel independen pembentuk model regresi dikatakan berpengaruh signifikan jika thitung > ttabel atau signifikan < α = 0,05. Sebagaimana hasil pada tabel 5, diketahui bahwa terdapat empat variabel yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai pelanggan (Y), yaitu variabel X2 (Harga), X3 (Tempat) X6 (Proses) dan X7 (Bukti Fisik). Keputusan ini berdasarkan nilai thitung untuk keempat variabel X tersebut lebih besar daripada ttabel (1,984) dan signifikansi keempat variabel tersebut lebih kecil daripada α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X2 (Harga), X3 (Tempat) X6 (Proses) dan X7 (Bukti Fisik) memberikan pengaruh signifikan terhadap Nilai pelanggan (Y). 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari data penelitian yang didapatkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: Harga, Tempat, Proses dan Bukti Fisik secara simultan maupun parsial memberikan pengaruh terhadap nilai pelanggan Restauran Ikar Bakar Nia Malang. 5.2 Saran Saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah : a. Dari hasil pengujian telah menunjukkan bahwa bauran pemasaran berpengaruh signifikan terhadap nilai pelanggan. Oleh karena itu Restauran Nia Malang sebaiknya tetap menjaga strateginya untuk mempertahankan pelanggannya, serta mengembangkan kebijakan yang berkaitan dengan bauran pemasaran sehingga dapat meningkatkan nilai pelanggan dari penjualannya. b. Bagi peneliti lain, apabila penelitian masih relevan dengan penelitian ini, diharapkan lebih melengkapi variabel yang akan digunakan, sehingga dapat digunakan oleh Restauran sebagai bahan pertimbangan yang lebih lengkap untuk mengambil keputusan strategi pemasarannya secara lebih akurat. 54 | JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 DAFTAR PUSTAKA Bartono, Novianto. 2005. How to Win Customer in Competitive Market: Strategi Jitu Menarik Pelanggan di Bisnis Restoran. Jakarta: PT. Media Elex Komputindo. Durianto D, Sugiarto, Sitinjak T. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Engel et al. 1994. Perilaku Konsumen, edisi 6 jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Engel et al. 1995. Perilaku Konsumen, edisi 6 jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. Gozali, L. 2005, Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Univrsitas Diponegoro Hapsari AU. 2010. Analisis kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran Seafood Golden Prawn Kota Batam berdasarkan atribut bauran pemasaran [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/06/pengertian-dan-klasifikasi-rumahmakan.html [01 Maret 2011] Japarianto, Edwin 2006, Analisa Kualitas Layanan Sebagai Pengukur Loyalitas Pelanggan Hotel Majapahit Surabaya Dengan Pemasaran Relasional Sebagai Variable Intervening. Majalah ekonomi Kotler, Philip. 2001. Marketing Management. Millennium Edition. Prentice Hall, New Jersey. Kotler, Philip dan G. Amstrong. 1997. Principles of Marketing. New Jersey. Fifth Edition. Printice Hall. Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Ed ke-11. Molan B, penerjemah; Jakarta: PT. Indeks. Terjemahan dari: Marketing Management. Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Prakek. Edisi Pertama. Jakarta. Salemba Empat. Lovelock, C. H. 1996. Service Marketing, (3th edn), New Jersey: Upper Saddle River. Mukhtar. 2004. Perlunya standar ruang lingkup dan permasalahan pelayanan sebuah restauran hotel. Program Studi Pariwisata, Fakultas Sstra, Universitas Sumatera Utara. Prasetio F. 2008. Kepuasan dan loyalitas konsumen Restoran Papa Ron’s Pizza Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rizqi, dkk 2003. Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Kepuasan Pelanggan Dalam Industri Jasa Asuransi Jiwa, Jurnal Ventura, Volume 6 No2, pp 127144. Singarimbun, M. 1995, Metode Penelitian Survai. Jakarta Gramedia Pustaka. Swastha,Basr dan Irawan, 2001 Manajemen Pemasaran Modern, edisi kesembilan; Yogyakarta, libeerty Tjiptono, Fandi, 1996.Strategi Bisnis dan Manajemen edisi pertama Yogyakarta; Andi offest. Tjiptono F. 2007. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing. Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Jakarta: Andy offset. Umar, H. (1999), Metode Penelitian Untuk Pemasaran, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. *) Agus Widarko adalah dosen tetap di Prodi Manajemen FE Unisma **) Hairuddin adalah alumnus Prodi Manajemen FE Unisma JEMA Vol. 10 No. 1 Oktober 2012 | 55