IKLAN, GAYA HIDUP, DAN PERILAKU KONSUMTIF Disusun oleh : 1. Vincentia Adielia Putri_G.311.14.0057 2. Gemachandra I.P._G.311.14.0058 3. Renno Rizkyan_G.311.14.0059 4. Yulvi Yacub K_G.311.14.0060 5. Eeliya Ayu Lestari_G.311.14.0061 6. Ilham Agung Setiawan_G.331.14.0037 PROGRAM S1 FAKULTAS TIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS SEMARANG TAHUN 2014/2015 BAB I 1.1 Latar Belakang Dengan mulai berkembangnya zaman yang semakin modern teknologi maupun inovasi-inovasi suatu produk yang baru semakin bermunculan. Dan semakin banyak pula pesaing-pesaing baru yang mulai merambah dunia iklan. Dengan datangnya para pendatang baru angin segar dalam kompetisi suatu produk juga semakin menarik saja. Salah satu cara yang tepat adalah melakukan suatu riset perilaku konsumen untuk menciptakan iklan yang efektif. Tujuan dari iklan itu sendiri adalah dengan membujuk konsumen agar melakukan sesuatu atau membeli produk yang diiklankan tersebut. Agar produk yang diiklankan dapat menarik minat konsumen maka si pembuat iklan harus mengakrabkan diri dengan cara berfikir konsumen dengan factor-faktor yang memotivasi mereka dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Sebagai seorang peneliti atau pembuat iklan harus mengetahui cara berfikir konsumen, dimana faktor tersebut antara lain iklan yang menarik, pengemasan produk yang tentu berguna untuk kehidupan para konsumen, dengan kata kata atau moto yang menarik simpati masyarakat. Dalam hal ini dukungan dari masyarakat dalam transaksi sebuah produk sangat diperlukan dimana ini akan menimbulkan simbiosis mutualisme dalam periklanan. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Iklan Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi benda seperti meja baru, jasa seperti kantor pos, tempat usaha dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat klanik sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, hubungan masyarakat, penjualan, dan promosi penjualan. Menurut Dendi Sudiana, 1995 menyebutkan Iklan merupakan bagian dari reklame yang berasal dari Perancis, yaitu re-clame yang berarti “meneriakkan berulang-ulang”. Dalam Advertising Exellence sebagaimana dituliskan Arens. Ratna Noviani, 2002 menyebutkan Iklan adalah struktur informasi dan susunan komunikasi non personal yang biasanya dibiayai dan bersifat persuasif tentang produk (barang, jasa, dan gagasan) oleh sponsor yang teridentifikasi melalui berbagai macam media. Jadi Hakikat Iklan adalah pesan yang disampaikan dari komunikator pada komunikan. Oleh sebab itu iklan disebut bentuk kegiatan komunikasi. Tujuan Dasar Iklan adalah pemberian informasi tentang suatu produk layanan dengan cara dan strategi persuasif. Dilihat dari tujuannya, ada beberapa jenis iklan, yaitu : 1. Comercial Advertising. Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan untuk mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa. Iklan komersial ini sendiri terbagi menjadi beberapa macam : a. Iklan Strategis. Digunakan untuk membangun merek. Hal itu dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk. Perhatian utama dalam jangka panjang adalah memposisikan merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. Iklan ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan dengan merek serta meyakinkan bahwa merek ini ada bagi para pengguna. b. Iklan Taktis. Memiliki tujuan yang mendesak. Iklan ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu. Pada umumnya iklan ini memberikan penawaran khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan respon pada hari yang sama. 2. Corporate Advertising. Iklan yang bertujuan membangun citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan Corporate akan efektif bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan masyarakat, mempunyai nilai berita dan biasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Iklan Corporate merupakan bentuk lain dari iklan strategis ketika sebuah perusahaan melakukan kampanye untuk mengkomunikasikan nilainilai korporatnya kepada Public. Iklan Corporate sering kali berbicara tentang nilai-nilai warisan perusahaan, komitmen perusahaan kepada pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru atau mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar. 3. Public Service Advertising. Iklan Layanan Masyarakat merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Biasanya pesan Iklan Layanan Masyarakat berupa ajakan, pernyataan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau merubah perilaku yang “tidak baik” supaya menjadi lebih baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan pendapat, keluarga berencana, dan sebagainya. Fungsi Iklan 1. Informing, adanya iklan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta menfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. bertujuan membentuk permintaan pertama dengan memberitahukan kepada pasar pada produk baru, memberitahuakn kegunaan suatu produk, perubahan harga, cara kerja produk, menjelaskan perbagai pelayanan yang tersedia, mengoreksi pesan atau pendapat yang salah, memberikan jaminan pada calon pembeli, dan membangun citra perusahaan. 2. Persuading, iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Usaha untuk memahamkan calon pembeli yang diharapkan akan terbentuk opini, pengetahuan atau image dan terjadi permintaan selektif terhadap suatu merek tertentu. Tujuan lainnya juga untuk membujuk pembeli agar segera membeli produk tersebut. 3. Reminding, iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Mengingatkan komsumen pada produk yang sudah terkenal. Sifat iklan ini dapat juga dimanfaatkan untuk menunjukan suatu produk yang mungkin akan dibutuhkan dikemudian hari. Biasanya dengan memberikan porsi besar untuk nama produk, lalu diikuti dengan mengingatkan dimana produk dapat dibeli, membuat pembeli tetap ingat produk tersebut walau tidak sesuai dengan momen atau musim. 4. Adding value, periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Bertujuan untuk menambah nilai merek pada presepsi konsumen dengan berbagai inovasi. Dimana inovasi tersebut dapat berupa kemudahan, perbaikan kualitas, jarak waktu jaminan, hubungan antara pelanggan atau pembeli. Peran iklan 1. Membangun awareness konsumen 2. Mereposisi merek dengan merubah persepsi atau perilaku 3. Membentuk kepercayaan konsumen agar selalu setia memakai produk yang diiklankan Kerja Iklan 1. Sequential model Rangkaian model ini dikembangkan untuk membantu pemahaman kita tentang bagaimana tugas promosi dipisahkan dan diatur secara efektif. 2. Aida Dikembangkan oleh Strong (1925). Model Aida didesain untuk merepresentasikan tahap salesperson dalam mengambil prospek dalam proses personal selling. Model ini menunjukkan prospek melewati tahap attention, interest, desire, dan action secara berturutturut. 3. Hirarki model efek Hirarki model efek merepresentasikan proses melalui bagaimana iklan bekerja dan berasumsi bahwa ada rangkaian tahap prospect yang harus dilalui berturut-turut, dari unawareness hingga pembelian yang sesungguhnya. 4. The information processing model McGuire berpendapat bahwa pandangan tepat dari penerima pengaruh pesan adalah informasi processor atau penyelesai masalah. Kesulitan dalam sequential approach Konsumen melewati tahap-tahap secara logika, mereka mempelajari, merasakan, dan melakukan. Tetapi ternyata, learnfeel, do sequence tidak dapat ditegakkan sebagai refleksi dari perilaku pembelian secara umum. Pesan Iklan Adanya informasi dan emosi yang seimbang dan penampilan pesan yang tepat untuk target adalah hal yang penting dalam membuat iklan yang efektif. Sehingga iklan dapat diterima audiens dan diinterpretasi dengan tepat. Seperti dari perspektif penerima iklan, Sehingga dari perspektif ini, bahwa sebuah iklan seharusnya dapat menyeimbangkan antara kebutuhan informasi setiap individu dan kebutuhan mendapatkan kesenangangan dalam mengonsumsi pesan tersebut. Pengemasan pesan dalam sebuah iklan dapat berorientasi pada produk dan rasional (high involvement), serta berorientasi pada konsumen yang berdasarkan pada fikiran dan emosi (low involvement). Dalam high involvement, pesan berorientasi terhadap produk, berisi informasiinformasi yang berasosiasi terhadap keuntungan-keuntungan sebuah produk. Sedangkan dalam low involvement, pesan focus pada image yang ditanamkan pada penerima pesan. 2.2 Gaya Hidup Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga di dunia sekitarnya. Perubahan gaya hidup membawa implikasi pada perubahan selera (selera pria dan wanita berbeda), kebiasan dan perilaku pembelian.perubahan lain yang terjadi adalah meningkatnya keinginan untuk menikmati hidup. Adapun manfaat yang dapat kita dapatkan jika memahami gaya hidup konsumen adalah: 1. Dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran 2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan 3. Jika gaya hidup diketahui, maka kita dapat menempatkan iklannya pada media-media yang paling cocok 4. Mengetahui gaya hidup konsumen, berarti kita bisa mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka. Menurut pendapat Amstrong (Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatankegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih lanjut Amstrong menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi: 1. Sikap, Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya 2. Pengalaman dan pengamatan, Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek 3. Kepribadian, Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu 4. Konsep diri, Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku 5. Motif, Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis 6. Persepsi, Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia. Adapun faktor eksternal adalah sebagai berikut : 1. Kelompok referensi, Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu 2. Keluarga, Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya 3. Kelas sosial, Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan 4. Kebudayaan, Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan. Orangorang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi. 2.3 Perilaku Konsumtif Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Penertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU KONSUMEN Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. 1. Faktor Budaya Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain. 2. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Keluarga dapat pempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi. Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. 3. Faktor Pribadi Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang- orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang). Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangaat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek. 4. Faktor Psikologis Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi: • Perhatian yang selektif • Gangguan yang selektif • Mengingat kembali yang selektif Pembelajaran menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedang kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. SIMPULAN Keinginan dan kebutuhan para konsumen terus-menerus berubah. Seandainya para pengiklan berharap dapat menarik dan berkomunikasi dengan khalayak, mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir para konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka, dan dengan lingkungan dimana mereka hidup. Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh berbagai faktor pribadi dan psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian.. Dalam menciptakan iklan yang efektif perlu memperhatikan perilaku konsumen yang hendak dituju. Pengiklan harus mengetahui karakterisik konsumen, karena tujuan dari periklanan itu sendiri untuk membujuk konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Karena itulah riset perilaku konsumen yang didasarkan pada faktor budaya, sosial, pribadi serta psikologis menjadi faktor yang sangat penting dalam menganalisis kebutuhan dan karakteristik pembelian konsumen. DAFTAR PUSTAKA Widyatama, Rendra. 2006. Bias Gender Dalam Iklan Televisi. Yogyakarta : Media Pressindo. Y, Hendy. 2009. Belajar Membuat Iklan Sukses dengan Contoh Sketsa Ide dan Iklan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Nuraeni, Nani. 2008. Jeni-Jenis Iklan. http://pengantarperiklanan.blogspot.com/2008/03/jenis-jenis-iklan.html. Di unduh pada 7 Maret. Firanda, Andy. 2012. Penulisan Bahasa Iklan. http://andyfirandarianputra.blogspot.com/2012/10/penulisan-bahasaiklan.html. Di unduh pada 31 Oktober.