RESPON OTOT JANTUNG PADA KATAK YANG TELAH DILAKUKAN DOUBLE PITHING TERHADAP MEDAN MAGNET ASEP FAHRUL HIDAYAT DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing Terhadap Medan Magnet adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Asep Fahrul Hidayat NIM G74100004 ABSTRAK ASEP FAHRUL HIDAYAT. Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing terhadap Medan Magnet. Dibimbing oleh AKHIRUDDIN MADDU dan KOEKOEH SANTOSO. Telah dilakukan penelitian mengenai respon otot jantung pada katak yang telah dilakukan double pithing terhadap medan magnet. Dalam penelitian ini, ditampilkan hasil berupa grafik hubungan kekuatan kontraksi jantung terhadap waktu dengan menggunakan software Chart 5 ADInstrumens. Setiap satu sampel jantung katak diambil data sebanyak lima kontrol dan lima perlakuan selama 30 detik. Kontrol dilakukan dengan mengambil data tanpa diberi medan magnet sedangkan perlakuan dilakukan dengan memberi medan magnet yang besarnya antara 60 Gauss sampai 420 Gauss setelah pengambilan data kontrol. Hasil yang didapatkan dari penelitian menunjukkan terjadinya penurunan frekuensi kontraksi otot jantung akibat pemberian medan magnet, tetapi dua parameter kontraksi lainnya, amplitudo gaya dan kekuatan kontraksi tidak mengalami perubahan. Penurunan yang terjadi akibat medan magnet pada frekuensi kontraksi diduga terjadi karena adanya perubahan arah sehingga memperlambat pertukaran ion antara ekstraseluler dan intraseluler dari sel-sel yang dinamakan kardiomycocyte yang berakibat pada penurunan frekuensi kontraksi. Kata kunci :double pithing, kontraksi otot jantung, medan magnet ABSTRACT ASEP FAHRUL HIDAYAT. The Respond of Heart Muscle on Frog with Double Pithing Application on Magnetic Field. Supervised by AKHIRUDDIN MADDU and KOEKOEH SANTOSO. The researcher has applied the double pithing toward magnetic field in order to see how the frog responds. On this research, the result is shown by graphic that explains the relation between the strength of heart contraction and time with the using of Chart 5 ADInstrumens. On every single frog heart there are five control and five application done within 30 minutes using of time. Control was done in order to take the data without magnetic field and application was done in order to give magnetic field with 60 Gauss – 420 Gauss. Application was done right after data intake on control. The result that has been gotten from this research shows that there are frequency reduction of heart muscle contraction because of magnetic field, but other two contraction parameter like force of amplitude and contraction strength didn’t have any changes. Reduction that happened because of magnetic field on contraction frequency assumed as the impact of drift changes. That changesslow down theturn of ion on extracellular and intracellular from cells that is named cardiomycocyte. In the end it causes the reduction of contraction frequency. Keywords : double pithing, heart muscle contraction, magnetic field RESPON OTOT JANTUNG PADA KATAK YANG TELAH DILAKUKAN DOUBLE PITHING TERHADAP MEDAN MAGNET ASEP FAHRUL HIDAYAT Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 Judul Skripsi : Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing terhadap Medan Magnet Nama : Asep Fahrul Hidayat NIM : G74100004 Disetujui oleh Dr Akhiruddin Maddu,M.Si Pembimbing I DR.Drh. Koekoeh Santoso Pembimbing II Diketahui oleh Dr Akhiruddin Maddu, M.Si Ketua Departemen Tanggal Lulus: PRAKATA Alhamdulillahirabbil'alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing terhadap Medan Magnet yang dilaksanakan sejak bulan November 2013. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Dr Akhiruddin Maddu, M.Si dan Bapak DR.Drh. Koekoeh Santoso, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, motivasi dan diskusi-diskusi yang sangat membantu. 2. Segenap Dosen, staf tata usaha dan staf laboratorium di Departemen Fisika yang telah sangat banyak membantu selama masa perkuliahan. 3. Bapak dan mama yang tiada hentinya memberikan doa dan dukungan kepada saya. 4. Staf laboratorium Departemen Fisiologi dan Farmakologi, FKH Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan kerjasamanya. 5. Rekan kerja dilaboratorium: Danang, Ardi, dan Tanty. Terima kasih atas kekompakan dan kerjasamanya. 6. Nurnya iktikaf sani, teman dekat yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi. 7. Teman-teman mahasiswa Departemen Fisika, terutama angkatan 47 atas segala dukungannya. 8. Teman-teman satu kontrakan: Arnal, Asep Suryadi, Bonno, dan Imam atas segala bantuan dan dukungannya. Bogor, Mei 2014 Asep Fahrul Hidayat DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 1 2 2 2 2 2 3 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 9 11 12 12 13 13 16 31 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Medan Magnetik Statis Karakteristik Jantung Katak Interaksi Medan Magnet dengan Bahan Biologis METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Isolasi Jantung Katak Pemberian Medan Magnet Pengambilan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Amplitudo Gaya Kontraksi Frekuensi Kontraksi Kekuatan Kontraksi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL 1 Pengaruh Medan Magnet terhadap Amplitudo Kontraksi Otot Jantung Katak 8 2 Pengaruh Medan Magnet terhadap Frekuensi Kontraksi Otot Jantung Katak 10 3 Pengaruh Medan Magnet terhadap Kekuatan Kontraksi Otot Jantung Katak 13 DAFTAR GAMBAR 1 Solenoida yang Dialiri Arus I dan Panjang Kumparan L 2 Pengaruh Medan Magnet terhadap Ampitudo Kontraksi Otot Jantung 3 Pengaruh Medan Magnet terhadap Persentase Perubahan Ampitudo Kontraksi Otot Jantung 4 Pengaruh Medan Magnet terhadap Frekuensi Kontraksi Otot Jantung 5 Pengaruh Medan Magnet terhadap Persentase Perubahan Frekuensi Kontraksi Otot Jantung 6 Pengaruh Medan Magnet terhadap Kekuatan Kontraksi Otot Jantung 7 Pengaruh Medan Magnet terhadap Persentase Perubahan Kekuatan Kontraksi Otot Jantung 3 7 8 9 10 12 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 Data Penelitian Pola Kontraksi Otot Jantung dari Berbagai Perlakuan Analisis Data Menggunakan SPSS Diagram Alir Penelitian 16 17 21 30 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan berbagai piranti elekronik seperti komputer, televisi, telepon dan lain-lain untuk berbagai kegiatan manusia. Untuk menunjang berbagai piranti tersebut dibutuhkan sumber energi listrik yang besar, maka dibangunlah Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Banyaknya SUTET yang dibangun diberbagai daerah tersebut mengakibatkan makhluk hidup yang berada disekitarnya sangat rentan dengan efek yang ditimbulkan, yang disebut efek medan elektomagnetik. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan PLN sampai saat ini, kekuatan medan magnet SUTET di berbagai daerah di indonesia masih dibawah ambang batas yang tidak membahayakan tubuh manusia yang menurut WHO (World Health Organization) sebesar satu Gauss.9 Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh efek medan elektromagnetik yang ditimbulkan oleh SUTET. Medan elektromagnetik yang berasal dari SUTET 500 kV beresiko menimbulkan gangguan kesehatan pada penduduk, yaitu sekumpulan gejala hipersensitivitas yang dikenal dengan electrical sensitivity, yaitu berupa keluhan sakit kepala, pening, dan keletihan menahun. Sangat sulit untuk membuktikan hubungan sebab akibat antara efek SUTET dengan kesehatan manusia, banyak faktor yang mempengaruhi dan dalam hal ini karena manusia tidak bisa dijadikan objek penelitian.1 Beberapa penemuan menunjukkan bahwa medan magnet statik dapat mempengaruhi sistem biologi, termasuk sel yang mudah tereksitasi seperti otot dan saraf. Pemberian medan magnet statik pada otot polos usus kelinci mengakibatkan penurunan amplitudo kontraksi, namun tidak berpengaruh pada frekuensi dan periodenya.13 Paparan medan magnet 60 Gauss dapat menyebabkan perubahan struktur membran plasma dan permukaan sel.5 Selain itu adanya efek perusakan DNA maupun kematian pada sel yang terkena paparan medan magnet sebesar 70 Gauss.8 Pengamatan aktivitas kontraksi otot telah lama dilakukan untuk mengetahui respon otot terhadap paparan bersifat kimia dan fisik pada sebagian besar hewan mamalia, seperti anjing, kelinci, manusia, dan hewan pengerat, khususnya tikus. Tetapi penelitian mengenai karakteristik aktivitas kontraksi otot jantung dengan dipengaruhi oleh medan magnet belum diketahui dengan baik, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana respon otot jantung terhadap medan magnet statik dengan besar yang berbeda-beda pada suatu titik dengan melihat amplitudo, frekuensi, dan kekuatan kontraksi otot untuk memperkaya penelitian-penelitian mengenai pengaruh medan magnet yang telah dilakukan sebelumnya. 2 Perumusan Masalah Medan magnet dapat berinteraksi dengan materi yang dikenainya, interaksi ini akan berpengaruh terhadap kontraksi otot jantung berdasarkan bioelektrisitas dan depolarisasi yang terjadi. Apakah kedua proses ini akan berlangsung bersamaan pada suatu titik, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kontraksi otot jantung ? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan melihat respon otot jantung terhadap paparan medan magnet statik dengan besar yang berbeda-beda berdasarkan amplitudo gaya, frekuensi, dan kekuatan kontraksi yang dihasilkan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui tingkat kekuatan medan magnet dengan perubahan respon kontraksi otot jantung dikenakan dan dapat menambah pengetahuan mengenai efek medan magnet terhadap organ biologis. TINJAUAN PUSTAKA Medan Magnetik Statis Muatan bergerak berinteraksi satu sama lain melalui gaya magnetik. Gaya ini diuraikan dengan mengatakan bahwa suatu muatan bergerak atau arus menciptakan medan magnetik yang selanjutnya mengerahkan gaya pada muatan bergerak atau arus lain.14 Suatu muatan q bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnetik B, gaya magnetik F dapat dirumuskan kedalam persamaan ⃗ ⃗⃗ Adapun persamaan besar gaya yang dikerahkan medan magnetik adalah Medan magnet statik dihasilkan oleh magnet permanen atau melalui aliran arus searah (DC). Medan magnet statik, atau medan arus searah (DC) tersebut besarnya konstan terhadap waktu, dan dapat dikatakan memiliki frekuensi 0 Hz dengan panjang gelombang yang tak-terhingga. Sebuah kumparan panjang yang terdiri dari banyak loop dinamakan solenoida. Medan magnet di dalam solenoid kekuatannya besar karena merupakan jumlah dari medan-medan yang disebabkan arus pada setiap loop. Jika kumparan 3 solenoida berjarak sangat dekat, medan di dalam solenoida akan paralel dengan sumbunya kecuali di bagian ujung-ujungnya.6 Gambar 1 Solenoida yang dialiri arus I dan panjang kumparan L Besar medan magnet yang dihasilkan pada pusat solenoid dapat dinyatakan sebagai : Sedangkan besar magnet ditepi solenoid : dengan N adalah banyaknya lilitan pada solenoid; i adalah arus yang mengalir pada solenoid dan L adalah panjang solenoid. Karakteristik Jantung Katak Penjelasan pertama persarafan jantung dibuat pada pertengahan abad ke19 oleh Bidder dan Ludwig dalam studi jantung katak.4 Jantung katak memiliki satu ventrikel dan dua atrium, karena hanya ada satu ventrikel sehingga terjadi beberapa pencampuran darah teroksigenasi dan terdeoksigenasi. Kontraksi jantung katak bersifat miogenik artinya kontraksi jantung berasal dalam otot itu sendiri. Pada Amfibi, seperti katak, alat pacu jantung adalah sinus venosus, daerah diantara vena kava dan atrium kanan. Pada sel-sel alat pacu jantung, ion kalsium sangat mudah masuk ke dalam sel. Ion positif ini menyebabkan depolarisasi lambat untuk ambang batas, sehingga memulai potensial aksi yang cepat menyebar ke seluruh otot jantung dan mengatur laju kontraksinya. Sifat jantung katak yang sangat konduktif berada pada Atrium, pada atrium ini potensial aksi menyebar dengan mudah di dua kamar tersebut. Kontrol saraf jantung diatur oleh medulla otak, dan jantung dipersarafi oleh kedua serabut saraf simpatis dan parasimpatis.16 Serta terdapat saraf dan sel-sel ganglion dari ganglia pada bidder, Ludwig, dan Remark dari permukaan bagian dalam dari atrium dan sekitarnya.4 Neurotransmitter yang dilepaskan oleh saraf ini mempengaruhi denyut jantung (efek kronotropik) dan kekuatan kontraksi (efek inotropik), dengan mempengaruhi waktu dan besarnya arus ion melintasi membran sel.16 4 Otot jantung berkontraksi karena adanya peran potensial aksi, Ca2+, dan ATP. Potensial aksi menyebabkan Ca2+ dikeluarkan ke dalam sitosol dari simpanan intrasel di retikulum sarkoplasma. Selama potensial aksi Ca2+ juga berdifusi dari cairan ekstra seluler ke dalam sitosol melintasi membran plasma. Pemasukan Ca2+ ini semakin memicu pengeluaran Ca2+ dari retikulum sarkoplasma. Pasokan tambahan Ca2+ ini tidak saja merupakan faktor utama memanjangnya potensial aksi jantung, tetapi juga menyebabkan 2+ pemanjangan periode kontraksi jantung. Peran Ca di dalam sitosol, seperti di otot rangka, adalah berikatan dengan kompleks troponin-tropomiosin yang akan membentuk filament bersama aktin, sehingga melalui peran ATP terjadi pembentukkan jembatan silang dan pergeseran aktin dan miosin. Secara fisik dengan pergeseran tersebut akan dapat terjadi kontraksi. Pengeluaran Ca2+ dari sitosol oleh pompa aktif di membran plasma dan retikulum sarkoplasma melalui energi dari ATP menyebabkan troponin dan tropomiosin kembali dapat menghambat jembatan silang, sehingga kontraksi berhenti dan jantung relaksasi. Intensitas kontraksi bergantung pada jumlah potensial gelombang lambat yang mencapai ambang, yang pada gilirannya bergantung pada seberapa lama ambang dipertahankan. Pada sel jantung durasi potensial aksi memainkan peranan penting dalam pengontrolan durasi kontraksi. Semakin besar jumlah potensial aksi, semakin besar konsentrasi Ca2+ sitosol, semakin besar aktivitas jembatan silang, dan semakin kuat kontraksi.7 Interaksi Medan Magnet dengan Bahan Biologis Terdapat tiga mekanisme fisis interaksi antara medan magnet statik dan medan magnet bergantung-waktu dengan bahan biologis yaitu induksi magnetik, efek magnetomekanik, dan interaksi elektrolit.8 Mekanisme interaksi induksi magnetik dijelaskan melalui interaksi elektrodinamika dengan elektrolit yang bergerak dan arus Faraday. Pada interaksi elektrodinamik dengan elektrolit yang bergerak, medan statik dan medan bergantung waktu mengerahkan gaya pada pembawa muatan ionik yang bergerak, dan dengan demikian memberikan kenaikan pada medan listrik dan arus yang dihasilkan. Interaksi ini merupakan dasar pada potensial aliran darah yang dihasilkan secara magnetik yang telah diteliti dibawah pengaruh medan statik dan medan bergantung waktu. Gerakan elektron dan ion pada larutan akan di hambat oleh medan magnet yang kuat, dan terdapat dugaan bahwa hal tersebut dapat mengarah pada modifikasi arus depolarisasi bergantung-medan yang bertanggung jawab dalam perambatan potensial aksi syaraf dan otot. Jika jalan bebas rata-rata arus pembawa dan waktu antar tumbukan cukup panjang, resistivitas efektif akan meningkat dan akan terbentuk medan listrik transversal (efek Hall) ketika konduktor ditempatkan dalam medan magnetik. Akan tetapi, potensial aksi jaringan syaraf dan otot bergantung pada aliran ionik. Ion tersebut memiliki jalan bebas rata-rata yang sangat pendek (~ 1 Amstrong) dan waktu tumbukan (10-12 detik) dan oleh karena itu, efek medan magnet terhadap arus yang berhubungan dengan potensial aksidapat diabaikan.12 Sementara untuk arus Faraday, medan magnet bergantungwaktu menyebabkan arus (arus eddy) pada jaringan hidup sesuai dengan hukum induksi Faraday. Bukti yang ada menyatakan bahwa mekanisme ini dapat 5 mendasari berbagai efek pada jaringan yang dapat dirangsang secara elektrik, termasuk stimulasi visiosensori yang menghasilkan magnetophosphenes. Medan magnet statik mempunyai dua jenis efek mekanik terhadap bahan biologis yang termasuk ke dalam mekanisme interaksi efek magnetomekanik. Efek yang pertama yaitu orientasi magnetik. Dalam medan magnet statik yang seragam, molekul diamagnetik dan paramagnetik mengalami torsi (tenaga putaran) yang cenderung menyesuaikan molekul tersebut dengan medan. Ketika bahan magnetik seperti fibrin, kolagen, osteoblas dan sel otot halus dikenai medan magnet statik, bahan tersebut akan mensejajarkan diri baik secara paralel atau tegak lurus terhadap arah medan magnet, tergantung dari anisotrofi bahan tersebut. Torsi magnet yang beraksi terhadap komponen diamagnetik dalam sel biologis mengakibatkan fenomena orientasi magnetik. Efek yang kedua yaitu translasi magnetokimia, dijelaskan bagaimana variasi kuat medan magnet statik terhadap jarak menghasilkan gaya netto dalam bahan paramagnetik dan ferromagnetik yang mengarah pada gerak translasi. Dikarenakan terbatasnya jumlah bahan magnetik pada sebagian besar jaringan hidup, pengaruh efek ini terhadap fungsi biologis dapat diabaikan. Interaksi yang terakhir yaitu interaksi elektronik. Pada golongan tertentu reaksi kimia yang melibatkan keadan intermediet elektron radikal dimana interaksi dengan medanstatik dapat menyebabkan efek terhadap keadaan spin elektron. Terdapat kemungkinan bahwa waktu hidup keadaan intermediet elektron relevan secara biologi cukup pendek sehingga interaksi medan magnetik hanya menghasilkan pengaruh yang kecil terhadap produk reaksi kimia, dan bahkan dapat diabaikan. METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai bulan Februari 2014. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan dan Laboratorium Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Power supply type PASCO, sensor force type ADinstruments, Data Acquisition system powerlab 4ST ADintruments, Interface PASCO 750, multimeter, statif, benang, kumparan solenoida, penggaris, termometer, klep, alat bedah, papan bedah, larutan rynger, cawan petri, air, kabel, pipet, dan katak. 6 Isolasi Jantung Katak Katak disiapkan sebagai hewan uji yang terjaga sisi ventralnya ke papan bedah dengan menggunakan pin lurus atau jarum. Sebelumnya susunan saraf pusat katak dirusak melalui metode double pithing. Double pithing bertujuan untuk merusak saraf pusat dengan memasukkan sonde melalui foramen occipitale. Setelah susunan saraf pusatnya dirusak kemudian buat sayatan memanjang dari dada sampai ke perut katak menggunakan pisau bedah. Setelah itu bedah kulit katak agar terlihat tulang rusuk, tulang dada, sampai ke rongga dada untuk melihat jantung dalam kantong pericardialnya. Dengan menggunakan pinset, pegang perikardium dan hatihati dalam memotongnya untuk memperlihatkan jantungnya. Berikan larutan rynger pada jantung katak setiap dua atau tiga menit untuk mencegah jantung mengering agar jantung katak tetap hidup. Pemberian Medan Magnet Katak yang sudah dibedah diletakkan pada papan bedah, apex jantung katak dikaitkan pada penjepit yang diikat dengan benang yang telah terhubung dengan transduser ADInstrumens kemudian diberi medan magnet yang dihasilkan dari kumparan solenoida yang diberi arus DC. Kumparan solenoid diletakkan di dekat organ jantung katak. Besarnya medan magnet divariasikan dari 60 Gauss sampai 420 Gauss. Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan melakukan uji fisis terhadap sampel uji dengan memberikan variasi medan magnet yang diletakkan sekitar sample. Setiap satu sampel jantung katak diambil data sebanyak lima kontrol dan lima perlakuan. Kontrol dilakukan dengan mengambil data tanpa diberi medan magnet sedangkan perlakuan dilakukan dengan memberi medan magnet setelah pengambilan data kontrol. Satu variasi medan magnet setiap data dilakukan selama 90 detik. Pengambilan data dilakukan secara selang-seling antara kontrol dan perlakuan. Pengambilan data dilakukan menggunakan software Chart 5 ADInstrumens yaitu hasil berupa grafik hubungan kekuatan kontraksi jantung terhadap waktu. Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan metode statistik nonparametrik (Uji Kolmogorov-Smirnov) untuk menentukan distribusi populasi sampel dan analisis varians, General Linear Model Univariate. Apabila hasil analisis varians memperlihatkan perbedaan yang nyata pada taraf kepercayaan 95 %, pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perlakuan yang mengalami perubahan signifikan.3 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Jantung katak menunjukkan adanya kontraksi dengan ritme dan kekuatan kontraksi yang besarnya bervariasi berdasarkan besarnya jantung. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini merupakan perbandingan antara kontrol tiap sampel dan perlakuannya. Denyut jantung yang terjadi berlangsung secara otomatis karena tidak lagi berhubungan dan dipengaruhi oleh sistem ssaraf pusat. Amplitudo Gaya Kontraksi Aplitudo gaya kontraksi merupakan gambaran besarnya gaya atau kekuatan maksimum kontraksi jantung tiap sampel. Berdasarkan pengambilan data yang ditampilkan pada Chart 5 ADinstrumens memperlihatkan hubungan antara amplitudo gaya kontraksi dengan medan magnet, baik kontrol maupun perlakuan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. 7 amplitudo gaya ( N) 6,5 6 5,5 5 kontrol 4,5 perlakuan 4 3,5 3 60 120 180 240 300 360 420 Medan Magnet ( Gauss ) Gambar 2 Pengaruh medan magnet terhadap amplitudo kontraksi otot jantung katak 8 0,035 Persentase Perubahan amplitudo 0,03 0,025 0,02 0,015 0,01 0,005 0 -0,005 0 60 120 180 240 300 360 420 -0,01 -0,015 Medan Magnet ( Gauss ) Gambar 3 Pengaruh medan magnet terhadap persentase perubahan amplitudo gaya kontraksi otot jantung katak Analisis data menunjukkan tidak adanya pola hubungan yang terjadi pada amplitudo gaya kontraksi otot jantung selama pemaparan medan magnet dengan paparan 60 Gauss sampai 420 Gauss, seperti yang tergambarkan pada Gambar 3 bagaimana persentase perubahan amplitudo yang tidak beraturan. Tabel 1 Pengaruh medan magnet terhadap amplitudo kontraksi otot jantung katak Medan Magnet ( Gauss ) 60 120 180 240 300 360 420 ∆ amplitudo . Data yang ditunjukkan pada tabel 1 juga menunjukkan bahwa kenaikkan medan magnet tidak membuat persentase amplitudo akan semakin membesar, tapi terdapat juga hasil negatif yang berarti penurunan, serta simpangan baku yang cukup besar walaupun telah dilakukan pengulangan lima kali pada setiap besaran medan magnet yang diberikan. Data ini dianalisis statistik dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan terlebih dahulu melihat sebaran data yang diperoleh normal atau tidak dengan uji normalitas. Pada data amplitudo gaya kontraksi ini awalnya diperoleh sebaran data yang belum normal (0.018<0.05) sehingga perlu transformasi data terlebih dahulu agar menjadi normal sehingga hasilnya (0.062>0.05). Setelah datanya normal kemudian data tersebut diuji Duncan untuk mengetahui apakah ada perubahan yang signifikan dari data tersebut. Hasil analisis statistik malalui uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95 % 9 memperlihatkan tidak adanya perubahan signifikan. Hasil statistik ini memperkuat bahwa tidak adanya pengaruh medan magnet terhadap amplitude gaya kontraksi. Tidak adanya perubahan amplitudo yang terjadi pada kontraksi otot jantung ini medan magnet diduga tidak berpengaruh pada perubahan kanal maupun konsenstrasi ion dalam otot jantung, seperti halnya penurunan amplitudo kontraksi pada bagian usus yang mengalami paparan medan magnet diduga akibat perubahan kanal dan konsentrasi ion pada pleksus instrinsik, otot polos.10 Perubahan kanal dan konsentrasi ion ini juga terjadi pada interstitial Cells of Cajal (ICC) yang diketahui sebagai pacemaker dalam proses kontraksi gastrointestinal sehingga mengalami perubahan amplitudo.15 Medan magnet juga diduga tidak mempengaruhi perubahan aliran ion Ca2+ sebagai mana terjadi pada kontraksi otot polos usus kelinci bahwa penurunan yang terjadi pada amplitudo kontraksi diduga terjadi karena adanya perubahan pada aliran ion Ca2+ yang disebabkan oleh gaya yang dikerahkan medan magnet terhadap ion.13 Frekuensi Kontraksi frekuensi (Banyaknya kontraksi per 30 detik) Frekuensi kontraksi merupakan laju kontraksi yang dihasilkan selama pengambilan data. Frekuensi ini dinyatakan dengan banyaknya kontraksi per 30 detik. Grafik yang ditampilkan pada Chart 5 ADinstrumens juga dapat diperoleh frekuensi kontraksi, baik pada kontrol maupun pada saat diberikan perlakuan medan magnet. Pada Gambar 4 menunjukkan hubungan frekuensi terhadap medan magnet yang diberikan. 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 kontrol perlakuan 60 120 180 240 300 360 420 Medan magnet ( Gauss ) Gambar 4 Pengaruh medan magnet terhadap frekuensi kontraksi otot jantung katak 10 0 0 60 120 180 240 300 360 420 Persentase Perubhan frekuensi -0,005 -0,01 -0,015 -0,02 -0,025 -0,03 -0,035 Medan Magnet ( Gauss ) Gambar 5 Pengaruh medan magnet terhadap persentase perubahan frekuensi kontraksi otot jantung katak Analisis data menunjukkan bahwa paparan medan magnet paparan 60 Gauss sampai 420 Gauss menyebabkan frekuensi menurun, dengan penurunan yang paling besar terjadi pada paparan 120 Gauss, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Tabel 2 Pengaruh medan magnet terhadap frekuensi kontraksi otot jantung katak medan magnet ( Gauss ) 60 120 180 240 300 360 420 ∆ frekuensi -0.0074 ± 0.0077 -0.0292 ± 0.0213 * -0.0182 ± 0.0231 -0.0183 ± 0.0091 -0.0174 ± 0.0173 -0.0082 ± 0.0065 -0.0095 ± 0.0124 Keterangan : tanda * menyatakan berbeda nyata (P < 0.05) Data yang ditunjukkan pada tabel 2 juga menunjukkan bahwa medan magnet membuat semua persentase frekuensi hasilnya negatif yang berarti penurunan, namun semakin besar medan magnet yang diberikan tidak membuat semakin besar pula persentase perubahan yang terjadi pada frekuensi kontraksi otot jantung, pengaruh yang diberikan oleh medan magnet tidak menunjukan hubungan berbanding lurus. Artinya besarnya medan magnet tidak berpengaruh terhadap besarnya persentase penurunan frekuensi. Data ini dianalisis statistik dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan terlebih dahulu melihat sebaran data yang diperoleh normal atau tidak dengan uji normalitas. Pada data frekuensi kontraksi ini diperoleh sebaran data yang sudah normal (0.752>0.05), selanjutnya diuji Duncan untuk mengetahui apakah ada perubahan yang signifikan dari data tersebut. Hasil analisis statistik malalui uji Duncan pada tingkat kepercayaan 11 95 % memperlihatkan adanya perubahan signifikan, persentase perubahan yang signifikan terjadi pada medan magnet sebesar 120 Gauss. Hal yang diperoleh ini berbeda dengan kontraksi pada usus halus kelinci yang menunjukkan tidak adanya perubahan frekuensi kontraksi dengan pemberian medan magnet, walaupun medan magnet yang diberikan hanya antara 30 Gauss sampai 180 Gauss saja.13 Penurunan frekuensi yang terjadi pada kontraksi otot jantung yang terkena paparan medan magnet diduga akibat medan magnet merubah arah dan memperlambat kecepatan aliran muatan negatif dari impulsimpuls yang dibangkitkan nodus sinus untuk membentuk potensial aksi. Jantung dilengkapi dengan suatu sistem khusus untuk membangkitkan impuls-impuls ritmis yang menyebabkan timbulnya kontraksi ritmis otot jantung, dan untuk mengkonduksikan impuls ini dengan cepat keseluruh jantung. Kebanyakan seratserat jantung mempunyai kemampuan perangsangan sendiri (self-excitation), yang merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan lepasan dan kontraksi ritmis yang otomatis.2 Hal ini memang benar bahwa serat-serat jantung merupakan sistem konduksi yang khusus, bagian sistem ini yang memperlihatkan ransangan sendiri secara luas adalah serat-serat nodussinus. Dengan alasan inilah nodus sinus biasanya mengatur kecepatan denyut seluruh jantung. Salah satu mekanismenya, mengacu pada hukum fisika bahwa bila ada materi bermuatan listrik yang bergerak pada suatu medan elektromagnetik, materi tersebut akan mendapat gaya Lorent ke arah tegak lurus medan elektromagnetik tersebut. Materi-materi organik dalam tubuh juga bermuatan listrik, oleh karenanya adanya medan elektromagnetik akan merubah arah dan besarnya kecepatan aliran elektron dalam tubuh. Kekuatan Kontraksi Pada dasarnya grafik yang ditampilkan pada Chart 5 ADinstrumens merupakan hubungan kekuatan kontraksi jantung terhadap waktu. Kekuatan kontraksi dinyatakan dengan Newton. Gambar 6 menunjukkan hubungan kekuatan kontraksi baik kontrol maupun perlakuan terhadap medan magnet yang diberikan. 12 kekuatan kontraksi ( N ) 0,011 0,0105 0,01 0,0095 kontrol 0,009 perlakuan 0,0085 0,008 0,0075 60 120 180 240 300 360 420 Medan Magnet ( Gauss ) Gambar 6 Pengaruh medan magnet terhadap gaya kontraksi otot jantung katak 0,06 Persentase Perubahan kekuatan kontraksi 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 -0,01 0 60 120 180 240 300 360 420 -0,02 -0,03 Medan Magnet ( Gauss ) Gambar 7 Pengaruh medan magnet terhadap persentase perubahan gaya kontraksi otot jantung katak Analisis data menunjukkan tidak adanya pola hubungan yang terjadi pada kekuatan kontraksi otot jantung selama pemaparan medan magnet dengan paparan 60 Gauss sampai 420 Gauss, seperti yang terlihat pada Gambar 7 bagaimana persentase perubahan amplitudo yang tidak beraturan. 13 Tabel 3 Pengaruh medan magnet terhadap kekuatan kontraksi otot jantung katak medan magnet ( Gauss ) 60 120 180 240 300 360 420 ∆ gaya kontraksi 0.013 ± 0.088 0.051 ± 0.103 -0.025 ± 0.039 -0.008 ± 0.065 -0.006 ± 0.035 -0.008 ± 0.065 -0.004 ± 0.046 Data yang ditunjukkan pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa pada paparan medan magnet 60 Gauss dan 120 Gauss membuat kenaikkan kekuatan kontraksi sementara untuk medan magnet 180 Gauss sampai 420 Gauss kekuatan kontraksi mengalami penurunan, serta simpangan baku yang cukup besar walaupun telah dilakukan pengulangan lima kali pada setiap besaran medan magnet yang diberikan. Data ini dianalisis statistik dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan terlebih dahulu melihat sebaran data yang diperoleh normal atau tidak dengan uji normalitas. Pada data kekutan kontraksi ini sebaran sudah data normal (0.127>0.05) sehingga setelah dapat diuji Duncan untuk mengetahui apakah ada perubahan yang signifikan dari data tersebut. Hasil analisis statistik malalui uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95 % memperlihatkan tidak adanya perubahan signifikan. Tidak adanya perubahan kekuatan kontraksi diduga karena tidak adanya perubahan amplitudo kontraksi yang terjadi. Kekuatan kontraksi cenderung konstan dan tidak ada perbedaan antara kontrol dan perlakuan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian menunjukkan terjadinya penurunan frekuensi kontraksi otot jantung akibat pemberian medan magnet dan terdapat persentase perubahan yang signifikan terjadi pada medan magnet sebesar 120 Gauss hal ini diperkuat dengan hasil analisis statistik malalui uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95 % yang meperlihatkan adanya perubahan signifikan. Besarnya medan magnet yang diberikan tidak menunjukkan hubungan berbanding lurus dengan penurunan frekuensi kontraksi, semakin besar medan magnet yang berikan tidak membuat semakin besar pula persentase perubahan yang terjadi pada frekuensi kontraksi otot jantung. Hal ini dapat dianalisa dari besarnya persentase perubahan yangterjadi. Dua parameter kontraksi lainnya, amplitudo gaya dan kekuatan kontraksi tidak menunjukkan adanya perubahan akibat pemberian medan magnet, tidak ada perubahan signifikan, dan persentase perubahannya tidak beraturan. 14 Saran Untuk pengembangan selanjutnya, katak yang akan kita uji dirangsang terlebih dahulu jantungnya agar memiliki kontraksi awal yang sudah cepat, dan juga frekuensi medan magnet lebih divariasikan lagi. DAFTAR PUSTAKA 1. Anies. 2006. Potensi Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi Elektromagnetik SUTET. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo 2. Anwar, Salwin. 2009. Rancang Bangun Elektrokardiograph Berbasis Personal Computer (PC). Padang : Teknik Elekto Politeknik Negeri Padang 3. Candiasa, I Made. 2003. Statistik Multivariat Disertai Aplikasi dengan SPSS. Singaraja : Unit IKIP Negeri Singaraja 4. Chen P S, Chen L S, Cao J M, Sharifi B, Karagueuzian H S, Fishbein M C. 2001. Sympathetic nerve sprouting, electrical remodeling and the mechanisms of sudden cardiac death. J Cardiovascular Research 50 (2001) 409–416 5. Chionna A, Dwikat A, Panzarini E, Tenuzzo B, Carla E C, Verri T, Pagliara P, Abbro L, Dini L. 2003. Cell shape and plasma membran alterations after static magnetic fields exposure. Eur J Histochem 47(4):299-308 6. Giancoli, Douglas, C. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jilid kedua. Jakarta : Erlangga 7. Ginting, Almaycano. 2008. Pengaturan Proses Sistem Gastrointestinal. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. 8. Jajte J, Grzegorczyk J, Zmyslony M, Rajkowska E, Sliwinska-Kowalska M, Kowalski M L. 2001.Influence of a 7 mT static magnetic field and iron ionss on poptosis and necrosis in rat blood lymphocytes. J Occup Health 43:379-381. 9. Moulder, John. 2004. Static Electric and Magnetic and Human Health. http://www.mcw.edu/gcrc/cop/ststic-fields-cance r-faq/toc.html. (diunduh oktober 2013) 10. Nuryandani, Einstivina. 2005. Efek Medan Terhadap Kontraksi Usus Halus Kelinci Secara In Vitro. Bogor : Institut Pertanian Bogor 11. PT.PLN. 2006. Pembangunan Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Menjamin Keberlangsungan dan Kehandalan Pasokan Listrik. http://www.pln.co.id/ ( diunduh oktober 2013) 12. Schenck, John, F. 2000. Safety of Strong, Static Magnetic Fields. Journal ofmagnetic resonance imaging 12: 2-19 13. Suarga, Cepy. 2006. Efek Medan Terhadap Kontraksi Usus Halus Kelinci Secara In Vitro. Bogor : Institut Pertanian Bogor 14. Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk sains dan Teknik jilid 1. Jakarta: Erlangga 15 15. Torihashi S, Fujimoto T, Trost C, Nakayama S. 2002. Calcium oscillation linked to pacemaking of Interstitial cells of Cajal. J Bio Chem 277(21): 19191-19197 16. Wayne. 2005. Frog Heart Physiology. http://www.aunstincc.edu/ (diunduh oktober 2013) 16 Lampiran 1 Data Penelitian MEDAN MAGNET 60 Gauss 120 Gauss 180 Gauss 240 Gauss 300 Gauss 360 Gauss 420 Gauss Amplitudo gaya ( N ) (∆KP) Frekuensi ( kontraksi per 30 detik ) K P (∆KP) K P 0.0064 0.0066 0.0312 29.736 29.505 0.0068 0.0066 -0.0294 28.938 0.0069 0.0066 -0.0435 0.0067 0.0069 0.0067 Kekuatan kontraksi ( N ) K P (∆KP) -0.0078 0.0100 0.0110 0.1000 28.866 -0.0025 0.0110 0.0101 -0.0818 29.697 29.112 -0.0197 0.0109 0.0100 -0.0826 0.0299 28.383 28.398 0.0005 0.0102 0.0109 0.0686 0.0068 0.0149 27.726 27.516 -0.0076 0.0099 0.0105 0.0606 0.0056 0.0054 -0.0357 29.823 29.574 -0.0083 0.0093 0.0107 0.1505 0.0053 0.0056 0.0566 28.608 27.642 -0.0338 0.0091 0.0106 0.1648 0.0057 0.0058 0.0175 26.988 26.241 -0.0277 0.0112 0.0105 -0.0625 0.0058 0.0058 0.0000 25.737 24.126 -0.0626 0.0099 0.0096 -0.0303 0.0056 0.0055 -0.0179 24.885 24.543 -0.0137 0.0094 0.0097 0.0319 0.0056 0.0054 -0.0357 29.703 28.731 -0.0327 0.0085 0.0086 0.0118 0.0054 0.0053 -0.0185 26.799 25.626 -0.0438 0.0086 0.0086 0.0000 0.0055 0.0056 0.0182 25.461 25.233 -0.0090 0.0084 0.0081 -0.0357 0.0051 0.0052 0.0196 24.546 24.018 -0.0215 0.0081 0.0080 -0.0123 0.0050 0.0058 0.1600 23.325 23.697 0.0159 0.0080 0.0073 -0.0875 0.0043 0.0044 0.0233 24.957 24.321 -0.0255 0.0089 0.0090 0.0112 0.0043 0.0045 0.0465 23.817 23.121 -0.0292 0.0087 0.0078 -0.1034 0.0044 0.0044 0.0000 22.677 22.326 -0.0155 0.0078 0.0076 -0.0256 0.0045 0.0045 0.0000 22.017 21.69 -0.0149 0.0077 0.0077 0.0000 0.0044 0.0045 0.0227 21.414 21.276 -0.0064 0.0076 0.0082 0.0789 0.0042 0.0042 0.0000 21.438 20.547 -0.0416 0.0091 0.0086 -0.0549 0.0042 0.0042 0.0000 20.223 19.95 -0.0135 0.0081 0.0079 -0.0247 0.0042 0.0042 0.0000 19.641 19.314 -0.0166 0.0078 0.0078 0.0000 0.0042 0.0041 -0.0238 19.212 18.789 -0.0220 0.0080 0.0081 0.0125 0.0041 0.0041 0.0000 18.855 18.981 0.0067 0.0085 0.0088 0.0353 0.0041 0.0041 0.0000 19.356 19.011 -0.0178 0.0086 0.0078 -0.0930 0.0040 0.0040 0.0000 18.726 18.579 -0.0079 0.0077 0.0077 0.0000 0.0040 0.0039 -0.0250 18.318 18.267 -0.0028 0.0077 0.0076 -0.0130 0.0038 0.0038 0.0000 17.991 17.799 -0.0107 0.0077 0.0084 0.0909 0.0039 0.0038 -0.0256 17.727 17.691 -0.0020 0.0087 0.0085 -0.0230 0.0036 0.0035 -0.0278 17.4 17.154 -0.0141 0.0077 0.0074 -0.0390 0.0034 0.0034 0.0000 16.926 16.716 -0.0124 0.0075 0.0075 0.0000 0.0034 0.0036 0.0588 17.382 17.154 -0.0131 0.0075 0.0080 0.0667 0.0034 0.0036 0.0588 17.013 17.217 0.0120 0.0086 0.0086 0.0000 0.0034 0.0033 -0.0294 17.049 16.71 -0.0199 0.0080 0.0076 -0.0500 17 Lampiran 2 Pola Kontraksi Otot Jantung Katak dengan Berbagai Perlakuan i). 60 Gauss Kontrol Perlakuan 16 ii). 120 Gauss Kontrol Perlakuan iii). 180 Gauss Kontrol Perlakuan 17 iv). 240 Gauss Kontrol Perlakuan 18 v). 300 Gauss Kontrol Perlakuan 19 vi). 360 Gauss Kontrol Perlakuan 20 vii). 420 Gauss Kontrol Perlakuan 21 Lampiran 3. Analisis Data Menggunakan SPSS A. Amplitudo Gaya Kontraksi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Amplitudo N Normal Parameters 40 a Most Extreme Differences Mean .006144 Std. Deviation .0358066 Absolute .243 Positive .243 Negative -.157 Kolmogorov-Smirnov Z 1.538 Asymp. Sig. (2-tailed) .018 a. Test distribution is Normal. Asymp.Sig.(2-tailed) = 0.018 < 0.05 distribusi populasi perubahan periode Amplitudo belum normal, oleh karena itu data Amplitudo perlu dilakukan transformasi terlebih dahulu. Transformasi yang digunakan adalah data baru = (ln (data Amplitudo + 0.15))2 Hasilnya adalah One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Amplitudo_trans N Normal Parameters 40 a Most Extreme Differences Mean 3.568469 Std. Deviation .7254138 Absolute .208 Positive .208 Negative -.192 Kolmogorov-Smirnov Z 1.317 Asymp. Sig. (2-tailed) .062 a. Test distribution is Normal. Asymp.Sig.(2-tailed) = 0.062 > 0.05 distribusi populasi perubahan periode Amplitudo adalah normal. 22 Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Medan_magnet Value Label N 0 Kontrol 5 1 60 Gauss 5 2 120 Gauss 5 3 180 Gauss 5 4 240 Gauss 5 5 300 Gauss 5 6 360 Gauss 5 7 420 Gauss 5 Descriptive Statistics Dependent Variable:Amplitudo Medan_magnet Mean Std. Deviation N Kontrol .000000 .0000000 5 60 Gauss .000627 .0347989 5 120 Gauss .004115 .0354312 5 180 Gauss .028711 .0771553 5 240 Gauss .018499 .0194270 5 300 Gauss -.004762 .0106479 5 360 Gauss -.010128 .0138705 5 420 Gauss .012092 .0442325 5 Total .006144 .0358066 40 23 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Amplitudo_trans Type III Sum of Source Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.866 7 .267 .457 .858 Intercept 509.359 1 509.359 873.628 .000 Medan_magnet 1.866 7 .267 .457 .858 Error 18.657 32 .583 Total 529.881 40 Corrected Total 20.523 39 a a. R Squared = ,091 (Adjusted R Squared = -,108) Post Hoc TestsHomogeneous Subsets Amplitudo_trans Duncan Subset Medan_magnet N 1 240 Gauss 5 3.200402E0 180 Gauss 5 3.303786E0 420 Gauss 5 3.479658E0 Kontrol 5 3.599064E0 120 Gauss 5 3.615662E0 60 Gauss 5 3.719624E0 300 Gauss 5 3.736201E0 360 Gauss 5 3.893351E0 Sig. .226 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,583. 24 B. Frekuensi Kontraksi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Frekuensi N Normal Parameters 40 a Most Extreme Differences Mean -.013535 Std. Deviation .0154779 Absolute .107 Positive .107 Negative -.100 Kolmogorov-Smirnov Z .675 Asymp. Sig. (2-tailed) .752 a. Test distribution is Normal. Asymp.Sig.(2-tailed) = 0.752 > 0.05 distribusi populasi perubahan periode Frekuensi adalah normal. Between-Subjects Factors Medan_magnet Value Label N 0 Kontrol 5 1 60 Gauss 5 2 120 Gauss 5 3 180 Gauss 5 4 240 Gauss 5 5 300 Gauss 5 6 360 Gauss 5 7 420 Gauss 5 25 Descriptive Statistics Dependent Variable:Frekuensi Medan_magnet Mean Std. Deviation N Kontrol .000000 .0000000 5 60 Gauss -.007400 .0077204 5 120 Gauss -.029227 .0212840 5 180 Gauss -.018202 .0230616 5 240 Gauss -.018296 .0091011 5 300 Gauss -.017409 .0173267 5 360 Gauss -.008232 .0064467 5 420 Gauss -.009511 .0123766 5 Total -.013535 .0154779 40 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Frekuensi Type III Sum of Source Squares Corrected Model .003 Mean df Square F Sig. a 7 .000 2.011 .084 Intercept .007 1 .007 36.135 .000 Medan_magnet .003 7 .000 2.011 .084 Error .006 32 .000 Total .017 40 Corrected Total .009 39 a. R Squared = ,305 (Adjusted R Squared = ,154) 26 Post Hoc TestsHomogeneous Subsets Frekuensi Duncan Subset Medan_magnet N 1 120 Gauss 5 -.029227 240 Gauss 5 -.018296 -.018296 180 Gauss 5 -.018202 -.018202 300 Gauss 5 -.017409 -.017409 420 Gauss 5 -.009511 -.009511 360 Gauss 5 -.008232 60 Gauss 5 -.007400 Kontrol 5 .000000 Sig. 2 .057 .086 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,000. C. Kekuatan Kontraksi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kekuatan kontraksi N Normal Parameters 40 a Most Extreme Differences Mean .001610 Std. Deviation .0610831 Absolute .186 Positive .186 Negative -.089 Kolmogorov-Smirnov Z 1.173 Asymp. Sig. (2-tailed) .127 a. Test distribution is Normal. Asymp.Sig.(2-tailed) = 0.127 > 0.05 distribusi populasi perubahan periode kekuatan kontraksi adalah normal. 27 Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Medan_magnet Value Label N 0 Kontrol 5 1 60 Gauss 5 2 120 Gauss 5 3 180 Gauss 5 4 240 Gauss 5 5 300 Gauss 5 6 360 Gauss 5 7 420 Gauss 5 Descriptive Statistics Dependent Variabl: kekuatan kontraksi Medan_magnet Mean Std. Deviation N Kontrol .000000 .0000000 5 60 Gauss .012969 .0881102 5 120 Gauss .050897 .1033475 5 180 Gauss -.024759 .0392350 5 240 Gauss -.007781 .0659833 5 300 Gauss -.006368 .0347410 5 360 Gauss -.007618 .0658118 5 420 Gauss -.004459 .0457247 5 Total .001610 .0610831 40 28 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: kekuatan kontraksi Type III Sum of Source Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .018 a 7 .003 .631 .727 Intercept .000 1 .000 .026 .873 Medan_magnet .018 7 .003 .631 .727 Error .128 32 .004 Total .146 40 Corrected Total .146 39 a. R Squared = ,121 (Adjusted R Squared = -,071) Post Hoc TestsHomogeneous Subsets Kekuatan kontraksi Duncan Subset Medan_magnet N 1 180 Gauss 5 -.024759 240 Gauss 5 -.007781 360 Gauss 5 -.007618 300 Gauss 5 -.006368 420 Gauss 5 -.004459 Kontrol 5 .000000 60 Gauss 5 .012969 120 Gauss 5 .050897 Sig. .112 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,004. 29 Keterangan analisis data a. Tests of Between-Subjects Effects ANOVA satu faktor Dalam kasus ini uji ANOVA satu faktor digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan yang nyata pada perubahan parameter kontraksi jatung katak berdasar medan magnet. Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: Ho = rata-rata Populasi adalah identik (rata-rata perubahan parameter kontraksi tidak berbeda nyata) Hi = rata-rata Populasi adalah tidak identik (rata-rata perubahan parameter kontraksi memang berbeda nyata) Pengambilan keputusan Dasar Pengambilan Keputusan berdasar nilai Probabilitas: o Jika probabilitas > 0.05, Ho diterima. o Jika probabilitas < 0.05, Ho ditolak. b. Post Hoc Test Post Hoc test dilakukan dengan menggunakan Uji Duncan. Uji ini digunakan untuk menunjukkan perlakuan mana yangmemiliki pengaruh yang sigifikan, dengan ketentuan perlakuan yang sigifikan adalah yang terdapat pada kolom (subset) yangberbeda dengan kolom (subset) kontrol. 30 Lampiran 4 Diagram Alir Penelitian Persiapan Bahan dan Alat Pengambilan dan Pengolahan Data Tidak Siap ? Ya Perancangan Sistem Eksperimen Persiapan Penelitian Analisis Data Penyusunan Skripsi 31 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lebakpada tanggal 17 februari 1993 dari bapak Saleh dan ibu Wiwi Susilawati.Penulis merupakan putera pertama dari dua bersaudara.Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 3 Rangkasbitung dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi S1 di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama pendidikan di perguruan tinggi penulis pernah menjadi pengajar bimbingan belajar KATALIS untuk mahasiswa TPB IPB, menjadi Asisten Praktikum Fisika TPB, dan mengikuti beberapa organisasi diantaranyaUKM Catur IPB, KMB Banten, serta Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) IPB.