PEMETAAN DAN INVENTARISASI LAHAN DI KAWASAN MURIA

advertisement
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
PEMETAAN DAN INVENTARISASI LAHAN DI KAWASAN MURIA BERBASIS SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS
Hadi Supriyo 1 , Djoko Purnomo 2, Budi Gunawan,3*
1,2
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian UMK
3
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UMK
Universitas Muria Kudus Gondang Manis Bae Kudus
email : [email protected]
ABSTRAK
Areal sawah produktif yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap produksi pangan justru telah mengalami
penyusutan akibat alih fungsi lahan ke penggunaan non pertanian. Gejala ini terutama terjadi di Jawa yang merupakan
produsen utama komoditi pangan di tingkat nasional. Meskipun secara agregat luas areal baku tanaman pangan dapat
meningkat akibat pencetakan sawah baru, namun areal tanaman pangan cenderung menurun secara kualitas. Dengan
demikian, masalah pengadaan pangan akan semakin kompleks di masa yang akan datang yang dicirikan dengan menyusutnya
lahan baku tanaman pangan, dan semakin terbatasnya anggaran pemerintah untuk memacu peningkatan produksi Beras. Oleh
karena itu, diperlukan sistem dan metodologi untuk pemetaan potensi lahan terutama lahan pertanian sebagai landasan
pengelolaan lahan berkelanjutan dan cadangan dalam memenuhi ketahanan pangan, sehingga diperoleh gambaran
pengelolaan lahan pertanian guna peningkatan swasembada pangan. Kawasan Muria merupakan dataran tinggi yang
melingkupi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Kudus, Jepara, dan Pati. Penggunaan Lahan di Kawasan Muria mayoritas
adalah kawasan hutan (hutan lindung dan hutan produksi) dan sebagian lagi adalah kebun, hutan rakyat, tanah ladang, areal
persawahan dan pemukiman. Keadaan penutupan lahan di kawasan tersebut mengalami degradasi penutupan lahan dari tahun
ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menginventarisasi potensi lahan yang berada di kawasan Muria
menggunakan pemetaan sistim informasi geografis.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dengan memetakan beberapa
parameter dan komponen lahan yang bisa digunakan untuk menentukan indeks potensi lahan dan membuat pengharkatan
(skoring) dari komponen-komponen tadi untuk menentukan klasifikasi indeks potensi lahan.
Kata Kunci:pertanian, lahan, produktif, geografis, muria
PENDAHULUAN
Sektor pertanian sampai saat ini masih tetap
memegang peran strategis dan utama sebagai
lokomotif pembangunan ekonomi nasional. Ada
lima pertimbangan fundamental yang memposisikan
sektor pertanian sebagai lokomotif pembangunan
ekonomi nasional, yaitu : (1) penyedia pangan untuk
ketahanan nasional; (2) penyedia lapangan kerja
sebesar 44 persen dari 94 juta tenaga kerja nasional;
(3) penghasil devisa sebesar 2,55 milyar US $ dan
penyumbang produk domestik bruto sebe¬sar 15,23
persen; (4) penyedia bahan baku sektor industri dan
pengembangan teknologi lintas sektor; dan (5)
pendistribusi dan pe¬nyeimbang pembangunan antar
sektor (Direktorat Penatagunaan Tanah, 2004).
Peran strategis sektor pertanian yang besar ini
belum sepenuhnya mendapat duku¬ngan yang
memadai dari berbagai sektor lain¬nya, termasuk
subsektor infrastruktur pertanian dan pedesaan, baik
mengenai jumlah, kualitas, dan aksesibilitas di
tingkat nasional sampai ke tingkat kabupaten
sehingga efisiensi, produkti¬vitas, dan daya saing
produk pertanian masih rendah.
Areal sawah produktif yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap produksi pangan justru
telah mengalami penyusutan akibat alih fungsi lahan
ke penggunaan non pertanian. Gejala ini terutama
terjadi di Jawa yang merupakan produsen utama
komoditi pangan di tingkat nasional. Meskipun
secara agregat luas areal baku tanaman pangan dapat
meningkat akibat pencetakan sawah baru, namun
areal tanaman pangan cenderung menurun secara
kualitas. Dengan demikian, masalah pengadaan
pangan akan semakin kompleks di masa yang akan
datang yang dicirikan dengan menyusutnya lahan
baku tanaman pangan, dan semakin terbatasnya
anggaran pemerintah untuk memacu peningkatan
produksi Beras.
Oleh karena itu, diperlukan sistem dan metodologi untuk pemetaan lahan pertanian sebagai landasan pengelolaan lahan berkelanjutan dan cadangan
dalam memenuhi ketahanan pangan, sehingga
diperoleh gambaran pengelolaan lahan pertanian
guna peningkatan swasembada pangan.
METODE PENELITIAN
a. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan Muria administratif terletak di Jawa Tengah, tepatnya di tiga
kabupaten yaitu: Kudus, Jepara, dan Pati. Luas kawasan Muria mencapai 69.812,08 ha, terdiri dari
wilayah Kabupaten Jepara 20.096, 51 ha, kemudian
47.338 ha masuk wilayah Kabupaten Pati dan
2.377,57 ha berada dalam wilayah Kabupaten
Kudus.
b. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian sebagai berikut;
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
G 6
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Langkah 1
Persiapan dan pegumpulan data sekunder dari
Deptan, BAPPEDA, dan Bakorsustanal
Langkah 2
Digitasi peta kawasan Muria
Langkah 3
Pengumpulan data primer di lapangan sebagai
ground cek dari data sekunder
Langkah 4
Pendataan data atau sumber data Indek Potensi
Lahan di peroleh dari :
1. Data Lereng, yang di peroleh dari peta topo-grafi
daerah setempat
2. Data Litologi atau Jenis Batuan, di peroleh dari
data geologi daerah setempat
3. Data Tanah, di peroleh dari Peta Jenis Tanah
4. Data Hidrologi, di peroleh dari Peta Geo Hidrologi
5.Data Rawan Bencana, di peroleh dari Peta Kemampuan lahan setempat
Langkah 5
Pembuatan pemetaan digital berbasis sistim informasi geografis terhadap parameter atau komponen
terkait potensi lahan yang meliputi;
 Kemiringan atau kelerengan tanah
 Litoogi atau jenis batuan
 Jenis tanah
 Hodrologi
 Rawan bencana
Langkah 6
Menentukan indeks potensi lahan (IPL). Potensi
Fisik di nyatakan dengan nilai angka yang di sebut
Indek potensi lahan (IPL) Besarnya IPL di tentukan
oleh pengharkatan 5 faktor dengan perhitungan
mengikuti formula rasional berikut :
IPL = (R+L+T+H) x B
Keterangan :
IPL = Indek potensi lahan
R = Harkat faktor lereng
L = Harkat faktor litologi
T = Harkat faktor tanah
H = Harkat faktor hidrologi
B = Harkat rawan bencana atau pembatas
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Lereng atau Kemiringan.
Lereng atau kemiringan di klasifikasikan kedalam 5 tingkat, yaitu; 1) 0-8 derajat, 2) 8-15 derajat,
3) 15-25 derajat, 4) 25-45 derajat dan 5) diatas 45
derajat. Hasil pemetaan diperlihatkan pada gambar.
Gambar 1. Peta kelerengan kawasan Muria
b. Litologi atau Jenis Batuan.
Litologi atau jenis batuan diklasifikasikan
menjadi 6 kategori, diantaranya; 1) aluvial, 2)
batuan gunung api genuk, 3) formasi buku, 4)
formasi paciran, 5) lava muria, dan 6) tufa muria,.
Hasil pemetaan litologi di kawasan Muria diperlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 2. Peta litologi kawasan Muria
c. Jenis Tanah.
Jenis tanah di klasifikasikan menjadi delapan
kategori; 1) alluvial coklat, 2) alluvial coklat kemerahan, 3) alluvial hidromorf, 4) latosol & regosol, 5)
latosol coklat, 6) latosol coklat & regosol kelabu. 7)
mediteran coklat tua & mediteran coklat dan 8)
regosol kelabu. Hasil pemetaan jenis tanah di
kawasan Muria diperlihatkan pada gambar;
Gambar 3. Peta jenis tanah kawasan Muria
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
G 7
SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
KESIMPULAN
1. Pada komponen lereng atau kemiringan dikawasan Muria sebagian besar tergolong klasifikasi datar (0-8 derajat), ada beberapa daerah
tergolong agak curam dan curam terutama di
sekitar pegunungan (15-25 derajat) dan sangat
curam (25-45 derajat) dan pada puncak gunung
kuria tergolong sangat curam (>45 derajat)
2. Pada pemetaan litologi atau jenis batuan,
sebagian besar berjenis alluvial yaitu pada daerah
dataran atau yang agak jauh dari lereng Muria
dan sebagian besar juga berjenis tufa muria, yaitu
pada daerah sekitar pegunungan, jenis
selanjutnya adalah lava muria yang berada pada
daerah gunung dan mengitarinya, ada sedikit
yang berjenis formasi paciran di daerah agak
selatan dan utara pegunungan dan batuan
gunungapi genuk dibagian utara pegunungan.
3. Pada pemetaan jenis tanah, pada daerah yang
agak jauh dari pegunungan berjenis alluvial
coklat dan coklat kemerahan sedang agak
mendekati area pegunungan berjenis latosol
coklat, di daerah timur gunung Muria berjenis
mediteranian coklat tua
Kurnianto, Krisna Aji, 2009, Pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis Untuk Pemetaan Lokasi
Sarana Kesehatan Berbasis Web di Kota
Salatiga, Jurnal Skripsi Universitas Kristen
Satya Wacana.
Nasoetion, L. dan J. Winoto. 1996. Masalah Alih
Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya
Terhadap Keberlangsungan Swasembada
Pangan. Didalam: Hermanto (eds), Prosiding
Lokakarya Persaingan Dalam Pemanfaatan
Sumberdaya Lahan dan Air:pp.64-82. PSE dan
Ford Foundation.
Prahasta, E. 2008. Remote Sensing : Praktis
Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra
Dijital dengan Perangkat Lunak ER Mapper.
Informatika, Bandung
Sumaryanto. 1995. Analisis Kebijakan Konversi
Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian.
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian,
Bekerjasama dengan Proyek Pembinaan
Kelembagaan Peranian Nasional. Bogor
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada DIKTIyang telah mendanai
penelitian Stategis Nasional di Kawasan Muria
DAFTAR PUSTAKA
Asyk, M. 1995. Penyediaan Tanah untuk Pembangunan, Konversi Lahan Pertanian dan Langkah Penanggulangannya, Tinjauan Propinsi
Jawa Barat. Makalah dalam Lokakarya
Persaingan dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Lahan dan Air: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Pangan. Bogor, 31
Oktober-2 November 1995.
Bachtiar, S. 1999. Pengendalian Alih Guna Tanah
Pertanian. Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Pertanahan, Puslitbang
BPN, Jakarta.
Chang, Kang –Tsung, 2002, Introduction To Geographic Information Sistems, New York:
McGraw-Hill.
Direktorat Penatagunaan Tanah. 2004. Inventarisasi
dan Zonasi Tanah Sawah Beririgasi di Indonesia. Badan Pertanahan Nasional, Jakarta.
Kaneko, T, 1995, Teknologi perpetaan digital.
Kursus singkat Dasar dan Aplikasi Pemetaan
Digital, Jurusan Teknologi Geologi, 07, 9 hal
(tidak diterbitkan).
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 14 Desember 2013
G 8
Download