1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam berbagai entitas
bisnis di dunia. Banyak perusahaan dalam bidang pelayanan publik
menempatkan kualitas pelayanan dalam visi mereka dan memberi bobot yang
tinggi dalam indikator kinerja. Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai
besarnya kesenjangan antara harapan pelanggan atau keinginan dan persepsi
mereka (Zeithaml et al, 1985). Kualitas pelayanan dapat mengacu pada kualitas
yang diharapkan dalam penawaran jasa. Kualitas ditentukan dalam kepuasan
atau ketidakpuasan konsumen (Boone & Kurtz, 1995).
Perusahaan yang telah maju memperhatikan pentingnya kualitas
pelayanan tidak hanya bagi pelanggan eksternal namun juga bagi pelanggan
internal. Pelanggan internal ini merupakan individu-individu sebagai bagian dari
organisasi perusahaan yang utuh. Individu-individu ini menjadi sekumpulan
sumber daya dalam suatu perusahaan yang sangat memegang arti penting bagi
kehidupan perusahaan.
Sebagai perusahaan yang telah maju PT PLN (Persero) memiliki pondasi
organisasi yang bertumpu pada potensi insani. Potensi insani disebut juga
sebagai sumber daya manusia yang memegang peranan penting dalam
menggerakkan roda perusahaan.
1
PT PLN (Persero) memiliki lingkungan organisasi yang dinamis dan
penuh tantangan serta senantiasa dituntut untuk melaksanakan transformasi
secara berkesinambungan. Tuntutan ini bertujuan agar perusahaan ini dapat
dijalankan secara efisien dengan kinerja yang baik dan berorientasi kepada
kepuasan pelanggan. Kinerja ini dinilai dari aktivitas pendistribusian energi
listrik bagi seluruh pelanggan dan rasio elektrifikasi di wilayah kerjanya (BOD
Progress Review, 2009).
Dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan, PT PLN (Persero)
melakukan transformasi menuju perusahaan penyedia tenaga listrik (power
utility company) dengan layanan kelas dunia (world class services). Perusahaan
ini berusaha menyamai perusahaan penyedia tenaga listrik di negara maju
dengan meningkatkan standar kinerja yang mengacu kepada peningkatan
pelayanan secara keseluruhan terhadap pelanggan eksternal dan karyawan
internal (Adnyana, 2012).
Penelitian ini dilakukan di PT PLN (Persero) Area Yogyakarta yang
merupakan salah satu unit dari 11 Area yang berada di bawah Kantor Induk
PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & DIY. Perusahaan ini melayani
distribusi energi listrik kepada 935.821 pelanggan (tahun 2013) di wilayah kerja
yang meliputi wilayah administratif Provinsi D.I Yogyakarta. Total energi listrik
yang disalurkan kepada pelanggan di tahun 2013 adalah sebanyak 2.205.797.164
KWh (Kilo Watt hour). Perusahaan ini memiliki 230 karyawan yang terbagi
dalam beberapa bagian dan seksi dengan tugas dan fungsi yang spesifik, yakni
Bagian Perencanaan, Bagian Transaksi Energi, Bagian Distribusi atau Jaringan,
2
Bagian Pelayanan dan Administrasi, dan Bagian Konstruksi. Antar bagian dan
seksi terdapat garis koordinasi yang saling berkaitan dan garis komando ke
rayon-rayon yang berada di bawah Area. Bagan organisasi PT PLN (Persero)
Area Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini:
Manajer Area
Ahli Kinerja
Humas, Kemitraan & Bina Lingk.
Lingk. & K2
Asisten Manajer
Perencanaan
Asisten Manajer
Pelayanan
& Adm
Transaksi
Energi
Distribusi
SPV Transaksi
Energi
SPV Opdist
SPV Pelayanan
SPV Harjar
SPV
Administrasi
SPV Dalsut
Konstruksi
SPV APP&Har
Manajer Rayon
Kalasan
Wates
Bantul
Sedayu
Wonosari
Sleman
Yogyakarta
Kota
SPV Teknik
SPV Administrasi
Gambar 1.1
Bagan organisasi PT PLN (Persero) Area Yogyakarta
Sumber: Bag. Pelayanan & Adm. PT PLN (Persero) Area Yogyakarta
Karyawan pada perusahaan ini memiliki komposisi sebanyak 34%
merupakan karyawan muda (usia sampai dengan 32 tahun dengan masa kerja 1-7
tahun) dan 66% adalah karyawan senior (usia 33 tahun ke atas dengan masa
3
kerja di atas 8 tahun dan usia mendekati pensiun). Dari jumlah tersebut jumlah
karyawan yang berada pada level manajerial adalah sebanyak 13 orang (Manajer
Area, Asisten Manajer, dan Manajer Rayon).
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak di bidang ketenagalistrikan. Sesuai dengan visi dan misinya, maka
karyawan perusahaan harus mampu memiliki kinerja yang baik atau tinggi
dalam memberikan layanan kepada masyarakat (external service quality).
Menurut Ayres (1999) kualitas layanan kepada masyarakat atau pelanggan
ditentukan oleh kualitas layanan internal (internal service quality), yaitu kualitas
layanan antar karyawan dalam perusahaan. Oleh karena itu untuk meningkatkan
kualitas layanan kepada masyarakat, maka langkah penting yang harus dilakukan
oleh manajemen perusahaan adalah meningkatkan kualitas layanan internal.
Mengingat kualitas layanan internal menentukan kualitas layanan karyawan
kepada pelanggan atau masyarakat, maka faktor-faktor penentu kualitas layanan
internal
harus dapat
diketahui
secara empiris, sehingga upaya-upaya
peningkatannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Dalam entitas bisnis yang lebih maju, kualitas layanan internal
digambarkan memiliki hubungan dengan faktor-faktor yang menciptakan
keuntungan bisnis bagi perusahaan. Meta–five Human Performance Consulting
(2013) menggambarkan rantai hubungan ini dalam Gambar 1.2 dimana kualitas
layanan internal
mempengaruhi kepuasan,
loyalitas, produktivitas
dan
kompetensi karyawan. Karyawan yang memiliki keahlian kerja baik dan
kepuasan kerja tinggi akan meningkatkan loyalitas kepada perusahaan dan
4
meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini akan mempengaruhi kualitas
pelayanan pelanggan yang menjadi nilai pelayanan bagi pelanggan. Kepuasan
pelanggan yang tinggi akan membentuk loyalitas pelanggan terhadap produk
perusahaan sehingga menjadi keuntungan dan kebaikan bagi pertumbuhan
organisasi. Keuntungan perusahaan yang tercipta ini harus diinvestasikan
kembali ke dalam program kerja kualitas layanan internal, misalnya dengan
pelatihan lanjutan bagi karyawan.
Laba
Loyalitas
Kepuasan
Pelanggan
Produktivitas
Kualitas
Pelayanan
Internal
Nilai
Karyawan
Kualitas
Pelayanan
Eksternall
Expertise
Loyalty
Satisfaction
Gambar 1.2
Rantai Laba-Pelayanan
Sumber: Meta Five Human Performance Consulting
5
Secara teoritis, kualitas layanan internal merupakan variabel yang
ditentukan oleh banyak variabel dalam perusahaan, misalnya kepemimpinan,
komitmen organisasional, dan lain-lain. Berdasarkan penelitian Malhotra dan
Mukhrjee (2004), kualitas layanan internal dipengaruhi secara signifikan oleh
komitmen organisasional.
Komitmen organisasional merupakan suatu variabel yang mencakup
kebutuhan, keinginan dan kewajiban. Komitmen organisasional memiliki tiga
komponen yaitu: komitmen afektif, komitmen kontinuans, dan komitmen
normatif (Iverson, 1998).
Komitmen afektif adalah sikap di mana seseorang merasa memiliki
hubungan dan keterikatan dengan organisasi yang disebabkan karena adanya
kesamaan nilai dan tujuan. Komitmen afektif tersebut berupa interaksi positif
karyawan dengan perusahaan karena adanya kesamaan nilai (Cetin, 2006).
Komitmen afektif juga dapat diartikan sebagai derajat loyalitas seorang
karyawan terhadap organisasinya. Komitmen afektif dapat mempengaruhi kuat
lemahnya keterlibatan karyawan dengan organisasinya (Iverson, 1998).
Komitmen afektif menunjukkan seberapa kuat keyakinan karyawan untuk
menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi, seberapa besar keberanian karyawan
untuk berbuat atas nama organisasinya, dan seberapa kuat keinginan karyawan
untuk tetap menjadi anggota organisasi (Feinstein, 2001). Oleh karena itu,
karyawan dengan komitmen afektif yang kuat cenderung memiliki keterlibatan
yang tinggi, loyal kepada organisasi, sehingga kesediaannya untuk melakukan
atau memberikan layanan kepada rekan kerja dalam mendukung pelaksanaan
6
pekerjaan rekan kerjanya akan semakin tinggi. Jadi komitmen afektif secara
teoritis dapat mempengaruhi kualitas layanan internal karyawan.
Komitmen kontinuans adalah suatu keinginan karyawan untuk tetap
menjadi bagian dari perusahaan di mana saat ini mereka bekerja (Clugston,
2000). Menurut Allen dan Meyer (1990), komitmen kontinuans adalah
komitmen terhadap organisasi karena adanya kerugian yang timbul jika
karyawan keluar dari organisasi. Sejalan dengan keinginannya yang tinggi untuk
tetap menjadi karyawan, maka kesediaannya untuk melakukan tugas-tugas dan
kewajiban baik kepada perusahaan maupun kepada rekan kerja juga akan
semakin tinggi. Hal ini akan memberikan implikasi bahwa, karyawan dengan
komitmen kontinuans yang tinggi cenderung memiliki kesediaan untuk
memberikan layanan kepada rekan kerja yang tinggi pula. Jadi komitmen
kontinuans secara teoritis dapat mempengaruhi kualitas layanan internal
karyawan.
Komitmen normatif adalah kewajiban yang bagi karyawan, bahwa
karyawan secara normatif tidak harus berpindah kerja ke perusahaan lain
(Hartmann, 2000). Komitmen normatif yang tinggi berarti karyawan tidak
memiliki keinginan untuk berpindah ke perusahaan atau organisasi lain, karena
mungkin perilaku demikian itu dinilainya tidak normatif. Hal ini secara logis
karyawan masih memiliki keinginan yang tinggi untuk melakukan semua tugas
dan tanggungjawab yang diberikan oleh perusahaan, termasuk dalam aspekaspek yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaannya. Hal ini memberikan
implikasi bahwa, karyawan dengan komitmen normatif yang tinggi akan
7
cenderung memiliki kesediaan memberikan layanan kepada rekan kerja yang
tinggi pula. Jadi komitmen normatif secara teoritis dapat mempengaruhi kualitas
layanan internal karyawan.
Menurut Di Xie (2005) perubahan kualitas layanan internal tidak terlepas
dari peran penting motivasi untuk belajar dari setiap individu dalam organisasi.
McCloy dan Wise (2002) menyatakan bahwa motivasi untuk meningkatkan kerja
melalui pembelajaran merupakan faktor penting bagi peningkatan kinerja
individu.
Manajemen
perusahaan
wajib
mengenali
faktor-faktor
yang
mempengaruhi motivasi karyawan dan mendorong mereka untuk mentransfer
pembelajaran mereka ke dalam pekerjaan mereka yang sebenarnya sehingga
mampu meningkatkan motivasi karyawan atau menciptakan lingkungan yang
baik untuk memotivasi karyawan untuk belajar pengetahuan dan meningkatkan
kualitas layanan internal.
Motivasi belajar dalam berbagai literatur memiliki arti dalam berbagai
sudut pandang. Sudut pandang edukasi memaknai motivasi belajar sebagai
"kecenderungan siswa untuk menemukan kegiatan akademik yang berarti dan
berharga ketika menurunkan manfaat yang dimaksudkan kegiatan-kegiatan
tersebut" (Brophy, 1987). Sudut pandang pembelajaran orang dewasa
mengartikan motivasi belajar sebagai "kecenderungan seseorang untuk mencari
kegiatan pembelajaran yang bermakna dan untuk mendapatkan keuntungan dari
mereka"
(Wlodkowski,
1999).
Sudut
pandang
pendidikan
pelatihan
mendefinisikan motivasi belajar sebagai "arah, intensitas, dan ketekunan
perilaku belajar" (Colquitt, Lepine, & Noe, 2000). Definisi dari sudut pandang
8
pendidikan pelatihan ini berasal dari penelitian Noe dan Schmitt (1986), di mana
mereka mendefinisikan motivasi belajar sebagai keinginan spesifik pada bagian
dari peserta pelatihan untuk mempelajari isi program pelatihan dalam konteks
pelatihan.
Kualitas layanan internal di lingkungan PT PLN (Persero) Area
Yogyakarta selama ini belum mendapat perhatian yang seksama dan serius dari
pihak manajemen; perhatian masih sepenuhnya pada kualitas layanan eksternal
atau kualitas layanan kepada pelanggan PLN. Buktinya, berdasarkan observasi
dan wawancara singkat yang penulis lakukan terhadap beberapa karyawan, dapat
dikatakan bahwa kondisi kualitas layanan internal di PT PLN (Persero) Area
Yogyakarta belum dapat dikatakan baik. Kondisi demikian jika tidak mendapat
perhatian pihak manajemen dan tidak ada upaya-upaya untuk meningkatkannya,
maka dapat mengarah pada rendahnya kualitas layanan pelanggan. Hal inilah
yang memotivasi penulis untuk untuk melakukan penelitian empiris mengenai
faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi kualitas layanan internal
karyawan PT PLN (Persero) Area Yogyakarta.
Penelitian ini untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang diduga
mempengaruhi kualitas layanan internal dengan mengacu pada model penelitian
yang dilakukan oleh Di Xie (2005). Adapun variabel-variabel tersebut adalah:
komitmen afektif, komitmen kontinuans dan komitmen normatif; dan motivasi
belajar.
Adapun alasan dasar dilakukannya penelitian ini karena kualitas layanan
internal merupakan variabel penting bagi karyawan dalam menjalankan tugas
9
dan fungsinya, kualitas layanan internal yang baik akan mendukung tercapainya
kinerja karyawan yang tinggi. Di samping itu, selama ini penelitian mengenai
kualitas layanan internal di PT PLN (Persero) Area Yogyakarta belum pernah
dilakukan. Sedangkan penggunakan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
komitmen organisasional dan motivasi belajar, didasarkan pada penelitian yang
sebelumnya pernah dilakukan oleh Malhotra dan Mukhrjee (2004) dan Di Xie
(2005).
I.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka dapat
dirumuskan masalah, apakah komitmen organisasional dan motivasi belajar
berpengaruh positif pada kualitas layanan internal di PT PLN (Persero) Area
Yogyakarta?
I.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan permasalahan yang telah
disampaikan, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah komitmen afektif berpengaruh positif pada kualitas layanan internal?
2. Apakah komitmen kontinuans berpengaruh positif pada kualitas layanan
internal?
3. Apakah komitmen normatif berpengaruh positif pada kualitas layanan internal?
4. Apakah motivasi belajar berpengaruh positif pada kualitas layanan internal?
10
I.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh komitmen afektif pada kualitas layanan internal.
2. Untuk menganalisis pengaruh komitmen kontinuans pada kualitas layanan
internal.
3
Untuk menganalisis pengaruh komitmen normatif pada kualitas layanan internal.
4. Untuk menganalisis pengaruh motivasi belajar pada kualitas layanan internal.
I.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian di PT PLN
(Persero) Area Yogyakarta. Penelitian ini didasari empat variabel yakni motivasi
belajar, komitmen afektif, komitmen kontinuans dan komitmen normatif. Subyek
dari penelitian ini adalah pegawai PT PLN (Persero) Area Yogyakarta. Pembatasan
penelitian dalam hal ini pembatasan variabel independen perlu dilakukan, karena
pada dasarnya variabel dependen yaitu kualitas layanan internal kemungkinan masih
ditentukan oleh banyak variabel lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini.
I.6 Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik
manfaat yang sifatnya praktis maupun manfaat yang sifatnya teoritis. Adapun
manfaat penelitian ini adalah:
11
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi empiris
mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan internal karyawan.
2. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu referensi empiris
mengenai pengaruh komitmen organisasional dan motivasi belajar pada kualitas
layanan internal bagi para peneliti lain, yang berminat untuk meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas layanan internal.
I.7 Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan uraian dasar penelitian yang terdiri dari Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Batasan Penelitian,
Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini menjelaskan teori-teori dan konsep-konsep yang mendasari
penelitian ini disertai dengan hipotesis-hipotesis dan model penelitian.
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan meliputi Jenis
Penelitian, pengumpulan data, populasi dan sampel, pre-test, definisi operasional
12
dan pengukurannya, instrumen penelitian, pengujian instrumen, dan pengujian
hipotesis.
BAB IV. ANALISIS DATA
Bab ini membahas analisa hasil penelitian dari variabel-variabel yang diuji.
Informasi yang telah dikumpulkan untuk selanjutnya diolah menjadi seperangkat
data yang relevan.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memaparkan kesimpulan yang merupakan temuan akhir penelitian
ini. Pada bab ini juga disampaikan mengenai keterbatasan penelitian dan saran bagi
penelitian berikutnya.
13
Download