BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropis yang terdiri atas
gugusan pulau-pulau yang saling dihubungkan oleh lautan. Tidak salah jika
negara ini juga dikenal sebagai Zamrud Khatulistiwa, karena terdiri atas 17.589
pulau.
Menurut survei yang telah dilakukan oleh Kementrian Kelautan dan
Perikanan (KKP) pada tahun 2010, jumlah pulau di Indonesia yang telah
teridentifikasi ialah sejumlah 13.466 pulau. Indonesia pun memiliki total garis
pantai sebesar 95.181 km. Oleh karena itu, Indonesia memiliki kawasan pesisir
yang luas dengan berbagai fenomena perubahan yang terjadi didalamnya.
Pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis serta kaya akan sumberdaya
hayati dan non hayati. Kawasan pesisir ialah daerah pertemuan antara darat dan
laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut,
pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan oleh vegetasinya yang
khas, sedangkan batas kawasan pesisir ke arah laut mencakup bagian atau batas
terluar dari daerah paparan benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini
masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat
seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Depdagri, 1987 dalam Khakhim,
2003). Seperti yang telah diketahui, kawasan pesisir merupakan wilayah yang
lemah dan rentan oleh faktor lingkungan misalnya variabilitas iklim, perubahan
iklim, dan naiknya permukaan laut yang merupakan dampak dari pemanasan
global.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) (2001) menyatakan
bahwa pada tahun 2007 menunjukkan terjadi perningkatan muka air laut rata-rata
sebesar 2,5 mm/tahun dan akan diperkirakan akan mencapai 31 mm pada dekade
berikutnya. Kenaikan muka laut disebabkan oleh adanya fenomena pemanasan
global yang berdampak pada terjadinya perubahan iklim yang membawa
1
pengaruh pada daerah pesisir. Pengaruh tersebut dapat berupapeningkatan erosi
pantai, penggenangan, dan intrusi air laut ke daratan.
Kabupaten Kebumen merupakan bagian dari provinsi Jawa Tengah yang
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Oleh sebab itu, seluruh wilayah
Kabupaten Kebumen pada bagian selatan merupakan kawasan pesisir. Secara
geografis, letak Kabupaten Kebumen berada pada 7°27’ - 7°50’ LS dan 109°22’ 109°50’ BT dengan luas area sebesar 1.581,11 km2. Kabupaten ini terdiri dari 26
kecamatan yang terbagi atas 449 desa dan 11 kelurahan. Dari 26 kecamatan
tersebut, terdapat 8 kecamatan diantaranya berupa kawasan pesisir meliputi
Kecamatan Mirit, Ambal, Bulus Pesantren, Klirong, Petanahan, Puring, Buayan,
dan Ayah.
Setiap kawasan pesisir memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda.
Penentuan indeks kerentanan pesisir sangat diperlukan guna mengetahui tingkat
kerentanan pesisir berdasarkan nilai indeks kerentanan pesisir (IKP). Dengan
mengetahui nilai indeks kerentanan pesisir maka dapat digunakan sebagai acuan
bagi pemerintah dalam menyusun berbagai kebijakan yang berhubungan dengan
rencana pengelolaan kawasan pesisir. Adanya program prioritas pemerintahan
Jokowi yang terdiri atas 9 program prioritas atau yang dikenal dengan sebutan
Nawa Cita, menempatkan program yang terkait dengan kawasan pesisir atau
kepulauan pada prioritas pertama. Adapun penjelasan program nawa cita poin
pertama yaitu diharapkan pemerintah dapat menegaskan posisi Indonesia di mata
dunia sebagai negara yang berdaulat penuh dengan memberikan perlindungan
kepada rakyatnya baik yang berada di dalam maupun luar negeri serta
mencerminkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Upaya untuk menghadirkan
kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada seluruh warga negara, melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif,
keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri
Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai kondisi kawasan
pesisir atau kepulauan khususnya di Indonesia amatlah penting. Selain itu,
semakin merebaknya isu perubahan iklim mendorong masyarakat untuk
2
melakukan upaya mitigasi salah satunya dengan melakukan penentuan tingkat
indeks kerentanan pesisir. Dengan begitu dapat diketahui kondisi atau tingkat
kerentanan kawasan pesisir Indonesia.
Kabupaten Kebumen dengan posisi yang menghadap langsung ke Samudera
Hindia dan memiliki karakteristik pantai yang di dominasi landai menyebabkan
pesisir sepanjang Kebumen memiliki kerentanan terhadap semua gejala-gejala
alam yang berasal dari lautan. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi terkait
distribusi nilai indeks kerentanan di pesisir Kabupaten Kebumen yang terbagi atas
kelas kerentanan sangat rendah, kerentanan rendah, kerentanan sedang,
kerentanan tinggi, dan kerentanan sangat tinggi. Untuk menentukan besarnya
indeks kerentanan pesisir, menggunakan beberapa variabel pengaruh kerentanan
pesisir meliputi variabel geomorfologi, perubahan garis pantai (erosi/akresi),
kemiringan lereng pesisir atau elevasi, perubahan kenaikan muka air laut relatif,
rata-rata ketinggian gelombang, rata-rata rentang pasang surut dan geologi.
Parameter-parameter tersebut memiliki nilai perubahan yang konstan dan dinamis
terhadap waktu. Parameter yang memiliki nilai perubahan konstan adalah
geomorfologi, perubahan kenaikan muka air laut relatif, kemiringan lereng
pesisir/elevasi dan geologi. Sedangkan parameter yang memiliki nilai dinamis
yaitu perubahan garis pantai, rata-rata tinggi gelombang, dan rata-rata rentang
pasut. Metode yang digunakan dalam menilai indeks kerentanan pesisir ialah
menggunakan pendekatan sederhana yaitu dengan cara melakukan skoring atau
pembobotan terhadap berbagai parameter pengaruh yang digunakan. Skor yang
diberikan sesuai dengan nilai kerentanan yang mengacu pada penelitian Gornitz
(1991) dalam Khakhim, dkk (2014).
Penginderaan jauh merupakan teknologi yang mampu melakukan
pemantauan dan identifikasi di permukaan bumi secara cepat. Sedangkan sistem
informasi geografis (SIG) dapat memberikan informasi yang tidak dapat
diidentifikasi oleh penginderaan jauh.Penginderaan jauh dapat didefinisikan
sebagai teknik atau ilmu pengetahuan yang menjelaskan tentang sesuatu obyek
tanpa menyentuhnya (Campell, 1996 dalam Hartono, 2010). Teknologi ini juga
dapat diartikan sebagai kegiatan perolehan informasi tentang permukaan bumi
3
dengan menggunakan citra yang diperoleh dari dirgantara menggunakan energi
elektromagnetik pada satu atau beberapa bagian spektrum elektromagnetik yang
dipantulkan maupun yang dipancarkan dari permukaan bumi (Campell, 1996
dalam Hartono, 2010). Seiring dengan berkembangnya teknologi penginderaan
jauh sistem satelit memiliki kemampuan menyediakan produk penginderaan jauh
yang memiliki resolusi berupa resolusi spasial (ukuran pixel), resolusi spektral
(panjang gelombang), dan resolusi temporal. Dengan adanya hal tersebut,
penginderaan jauh mampu membantu pelaksanaan aplikasi penginderaan jauh
meliputi
pengukuran
(measurement),
pemetaan
(mapping),
pemantauan
(monitoring), pemodelan (modelling), dan managemen (management).
Sistem Informasi Geografis (SIG) terdiri atas input, penyusunan basis data,
proses, dan output. Input SIG meliputi semua data spasial misalnya peta, data
statistik, ataupun citra penginderaan jauh. Selain itu, SIG memiliki kemampuan
seperti menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi, transformasi,
buffer, serta kemampuan untuk melakukan tumpang susun antar beberapa
parameter (overlay). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan dapat menghasilkan
informasi baru hasil dari pengukuran (measurement), pemetaan (mapping),
pemantauan
(monitoring),
pemodelan
(modelling),
dan
managemen
(management). Pada penentuan nilai indeks kerentanan pesisir, SIG membantu
dalam proses klasifikasi yaitu dengan melakukan pembobotan pada masingmasing parameter atau variabel penentu yang akan menghasilkan bobot nilai baru
yang dapat menentukan nilai dan kelas indeks kerentanan pesisir. Dalam hal ini,
SIG memegang peranan penting dalam proses pemetaan (mapping). Adapun
penentuan nilai indeks kerentanan pesisir merupakan nilai yang didapatkan
berdasarkan beberapa parameter, maka SIG berperan pula dalam proses modelling
(pemodelan). Informasi akhir yang dihasilkan ialah berupa peta indeks kerentanan
pesisir yang dapat dijadikan sumber informasi bagi pihak-pihak terkait dalam
mengelola kawasan pesisir Kabupaten Kebumen.
Adapun parameter indeks kerentanan pesisir yang dapat diidentifikasi
melalui penginderaan jauh ialah geomorfologi dan perubahan garis pantai.
Sedangkan parameter yang diidentifikasi melalui sistem informasi geografis ialah
4
kemiringan lereng pesisir atau elevasi. Data penginderaan jauh yang digunakan
berupa citra Landsat 7 dan 8. Citra Landsat tersebut digunakan dalam interpretasi
perubahan garis pantai, geomorfologi atau bentuklahan dan geologi. Perubahan
garis pantai yang terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Kebumen dinilai cukup
signifikan setiap tahunnya. Pada umumnya, perubahan garis pantai ini disebabkan
oleh adanya abrasi. Penggunaan Landsat 8 dikarenakan satelit Landsat 7 telah
mengalami kerusakan pada tahun 2003, sehingga untuk mendapatkan data
perekaman terbaru sebaiknya menggunakan data perekaman satelit Landsat 8
yang dapat menghasilkan gambaran kenampakan permukaan bumi dengan sedikit
noise dan lebih update. Citra Landsat yang digunakan memiliki resolusi spasial 30
x 30 meter. Dengan resolusi tersebut, maka dapat dihasilkan peta dengan
ketelitian skala 1: 60.000, yang didapatkan dari rumus skala peta = nilai resolusi
spasial x 2 x 1000 (Tobler, dalam Gandharum, 2011).
1.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Infomasi spasial terkait tingkat indeks kerentanan fisik sangat diperlukan
guna antisipasi dan mengurangi dampak perubahan iklim di kawasan pesisir.
Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis merupakan salah
satu alternatif yang dipilih untuk menentukan indeks kerentanan pesisir di
Kabupaten Kebumen. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi
penginderaan jauh, semakin banyak pula metode yang dapat digunakan. Salah
satu produk penginderaan jauh yaitu citra Landsat. Citra Landsat merupakan citra
resolusi menengah dengan resolusi spasial sebesar 30 x 30 meter. Dengan resolusi
menengah tersebut, maka perlu dilakukan uji akurasi atau ketelitian terhadap citra
landsat mengektraksi data atau variabel dalam kajian kepesisiran. Landsat 7
ETM+ dan 8 dipilih karena mampu menyajikan data keadaan lapangan yang
sesuai dan banyak digunakan dalam kajian kepesisiran. Keunggulan citra landsat
yang bersifat multi temporal, mampu menampilkan keadaan permukaan bumi
dalam berbagai kurun waktu.
Sistem informasi geografi berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
identifikasi parameter yang tidak dapat diidentifikasi melalui penginderaan jauh.
5
Adapun SIG memiliki 5 manfaat yaitu melakukan pengukuran (measurement),
pemetaan (mapping), pemantauan (monitoring), pemodelan (modelling), dan
managemen (management). Dalam penelitian ini SIG memegang peranan penting
dalam proses pemetaan (mapping). Adapun penentuan nilai indeks kerentanan
pesisir merupakan nilai yang didapatkan berdasarkan beberapa parameter, maka
SIG berperan pula dalam proses modelling (pemodelan).
Kabupaten Kebumen memiliki kawasan pesisir dengan tingkat abrasi dan
genangan
yang
cukup
tinggi.
Hal
tersebut
menyebabkan
terjadinya
ketidakseimbangan ekosistem di kawasan pesisirKebumen. Tingginya abrasi yang
terjadi menyebabkan perubahan garis pantai yang cukup signifikan setiap
tahunnya. Selain itu, adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh
perubahan iklim semakin mendorong terjadinya berbagai fenomena perubahan di
pesisir Kabupaten Kebumen. Hal tersebut dapat digunakan sebagai salah satu
indikator dalam penilaian indeks kerentanan pesisir di Kabupaten Kebumen.
Secara umum, peta bermanfaat untuk memberikan informasi dari aspek keruangan
tentang karakter dari setiap daerah, informasi dapat berupa posisi suatu obyek dan
distribusinya dalam suatu wilayah. Peta indeks kerentanan
pesisir akan
menunjukan distribusi tingkat nilai indeks kerentanan pesisir pada wilayah yang
dipetakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1.
Apakah
citra penginderaan jauh Landsat akurat atau teliti apabila
dimanfaatkkan untuk ekstraksi variabel penentu indeks kerentanan pesisir ?
2.
Seberapa besar dan bagaimana distribusi spasial nilai indeks kerentanan
pesisir di Kabupaten Kebumen dengan bantuan sistem informasi geografis ?
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini mengambil judul:
“Pemanfaatan Citra Penginderaan Juah dan Sistem Informasi Geografis
untuk Penentuan Indeks Kerentanan Pesisir (IKP) di Kabupaten Kebumen”.
6
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah,
1. Mengkaji manfaat dan ketelitian citra penginderaan jauh citra Landsat
dalam ekstraksi variabel penentu indeks kerentanan pesisir.
2. Menentukan nilai indeks kerentanan pesisir di Kabupaten Kebumen.
3. Memetakan distribusi tingkat kerentanan pesisir di Kabupaten Kebumen
berdasarkan parameter yang digunakan dengan sistem informasi
geografis.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini ialah,
1. Memberikan gambaran mengenai tingkat keakuratan citra penginderaan
jauh Landsat dalam ekstaksi variabel penentu indek kerentanan pesisir.
2. Memberikan informasi spasial terkait nilai indeks kerentanan pesisir di
Kabupaten Kebumen yang disajikan dalam bentuk peta, guna antisipasi
dan mengurangi dampak terhadap fenomena perubahan yang terjadi di
kawasan pesisir.
7
Download