BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu sarana bagi seorang individu untuk mengaktualisasikan dirinya, dan merasa dihargai. Bekerja adalah bentuk hubungan kerjasama dalam suatu organisasi. Di dalam organisasi orang-orang melaksanakan fungsi-fungsi yang berbeda, tetapi saling berhubungan karena adanya koordinasi. Organisasi bisa berdiri jika tujuan yang dicapai melalui tindakan yang harus dilakukan dengan persetujuan bersama. Tujuan dimaksud harus mendapat kebaikan bagi anggota maupun masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Trewatha dan Newport (Winardi, 2004:53), sebuah organisasi dapat kita nyatakan sebagai sebuah struktur sosial, yang didesain guna mengoordinasi kegiatan dua orang atau lebih, melalui suatu pembagian kerja, dan hierarki otoritas, guna melaksanakan pencapaian tujuan umum tertentu. Triatna, (2015:2) Mengungkapkan pandangan lama tentang organisasi mengungkapkan bahwa organisasi merupakan suatu wadah interaksi orang-orang untuk mencapai suatu tujuan pandangan terkini melihat organisasi sebagai suatu hal yang lebih dinamis dari pada suatu wadah. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem sosial untuk mencapai tujuan bersama melalui usaha bersama maupun kelompok guna untuk mendapatkan kepuasan. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi 1 Universitas Sumatera Utara 2 kepuasan terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan sikap senang atau tidak senang, puas tidak puas dalam bekerja. Perlakuan yang diberikan pada karyawan atau pekerja hanya akan efektif bila mereka merapa puas pada pekerjaannya. Kepuasan dalam pekerjaan dapat mereka rasakan apabila mereka merasakan adanya keselarasan antara apa yang diharapkan dengan apa yang dapat diperoleh, antara kebutuhan dan penghargaan. Dewasa ini kepuasan kerja menjadi masalah yang banyak menjadi perhatian para peneliti, dan terbukti besar manfaatnya bagi kepentingan individu, industri, dan masyarakat. Bagi industri, penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam rangka usaha peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawannya. Sedangkan bagi individu penelitian ini memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup mereka. Selanjutnya masyarakatpun akan menikmati hasil dari industri serta naiknya nilai manusia di dalam konteks pekerjaan. Kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri. Pegawai yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Dalam konteks ini kepuasan kerja mempunyai arti yang sangat penting baik bagi pegawai maupun organisasi. Perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan atau gaji merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Ketika perusahaan merasa sudah memberikan gaji yang cukup, perusahaan menganggap bahwa karyawan merasa sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja karyawan tidak mutlak dipengaruhi oleh gaji semata. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan diantaranya adalah pekerjaan itu sendiri, upah/gaji, promosi, supervise, Universitas Sumatera Utara 3 kelompok kerja, kondisi kerja/lingkungan kerja Luthans (Prisna, 2016:304). Pekerjaan yang menuntut karyawan untuk menggunakan keterampilannya secara optimal akan lebih menimbulkan kepuasan kerja dari pada pekerjaan yang hanya menonton saja. Gaji dan kesempatan promosi yang dirasakan adil oleh karyawan akan memicu semangatnya untuk berkerja dengan baik dan menimbulkan kepuasan. Mengingat sebagian besar waktu karyawan dihabiskan di kantor, maka peran rekan kerja sebagai teman untuk bertukar pikiran dan berbagai segala hal baik mengenai pekerjaan dan kehidupan pribadi tentunya berperan penting. Peranan motivasi juga mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti dorongan, dan penggerak atau kekuatan Kata “Movere” yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. berasal dari bahasa inggris sering disepadankan dengan “Motivation” yang berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Secara harfiah motivasi dipahami sebagai pemberian motif. Pegawai bekerja karena memiliki motif. Motif utama pegawai bekerja adalah mencari penghasilan, mengembangkan potensi diri, aktualisasi, serta kebutuhan akan penghargaan. Dengan adanya motivasi maka karyawan akan memiliki ambisi yang sangat besar dalam melakukan pekerjaan. Selanjutnya pekerjaan yang dilakukan lebih maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Motivasi merupakan suatu faktor yang mendorong untuk melakukan suatu akitifitas tertentu, motivasi sering sekali di artikan sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendoronng aktifitas tersebut. Oleh karena itu, faktor pendorong dari seseorang untuk melakukan suatu aktifitas tertentu pada umumnya adalah kebutuhan serta Universitas Sumatera Utara 4 keinginan orang tersebut Gitosudarmo (Sutrisno, 2009:109). Apabila ia membutuhkan serta menginginkan sesuatu, maka ia terdorong untuk melakukan aktivitas tertentu untuk memperoleh apa yang di butuhkannya. Menurut Hasibuan (sutrisno, 2009:110) Motivasi mempersoalkan bagaimana mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Motivasi merupakan faktor yang dapat meningkatkan kepuasan kerja. Bagi suatu organisasi atau perusahaan motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan. Dengan motivasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan, maka karyawan akan lebih terpacu dan semangat dalam bekerja. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Oleh karena itu, manager harus menimbulkan motivasi kerja yang tinggi kepada karyawannya guna melaksanakan tugas-tugasnya. Selain motivasi, perlu diperhatikan juga self efficacy dari para karyawan dalam peningkatan kepuasan kerja. Karena self efficacy adalah sebuah keyakinan tentang probabilitas bahwa seseorang dapat melaksanakan dengan sukses beberapa tindakan atau masa depan dan mencapai beberapa hasil. Bandura (Ghufron, Risnawati, 2010:73), Mendefinisikan self efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan untuk mencapai hasil tertentu. Self efficacy merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk melakukan suatu prilaku. Perbedaan tingkat self efficacy yang dimiliki menyebabkan tidak semua karyawan yakin akan kemampuannya saat diberikan tugas. Sebagian karyawan Universitas Sumatera Utara 5 merasa tidak yakin akan kemampuannya dalam menjalankan tugas yang diberikan terutama jika tugas yang tersebut lebih berat di bandingkan tugas sebelumnya. Disinilah pentingnya karyawan memiliki self efficacy yang tinggi, karena ia memiliki self efficacy yang tinggi akan mampu mengerjakan tugas yang diberikan dalam kondisi situasi apapun. Sementara itu, Baron dan Byrne (Ghufron dan risnawati, 2010:73) mendefenisikan Self efficacy sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapi tujuan, dan mengatasi hambatan. Setelah self efficacy tumbuh, maka muncul ekspektasi hasil yaitu perkiraan akan estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan itu akan mencapai hasil tertentu. Hasil penelitian tentang pengaruh self efficacy dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja yang dilakukan Nur Chasanah (2008), menunjukkan bahwah self efficacy berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini membuktikan bahwa self efficacy yang dimiliki oleh seorang karyawan memberikan dukungan terhadap kepuasan kerja. Karena mereka menganggap bahwa pada dasarnya setiap orang pasti memiliki self efficacy. Penelitian ini dilakukan di PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk . yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan sejak tahun 1906. Perusahaan ini senantiasa mengadopsi praktek manajemen perkebunan dan teknologi yang terbaik serta berkomitmen membangun sumber daya manusia yang trampil dan berpengalaman. Kemampuan di bidang riset dan pengembangan memang peran penting dalam meningkatkan produktifitas dan kualitias hasil perkebunan. Sampai tahun 2015, total tenaga kerja PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk mencapai lebih dari 15.000 karyawan, yang bekerja di Universitas Sumatera Utara 6 kantor pusat perseroan di Jakarta, kantor-kantor regional, serta di area perkebunan yang berlokasi di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Fenomena yang timbul pada PT. PP LONDON SUMATERA INDONESIA, TBK. bahwa karyawan sering merasakan kejenuhan dan kurang percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan karena kurangnya perusahaan dalam memotivasi karyawan untuk lebih baik dalam melakukan pekerjaan sehingga karyawan sering mengabaikan pekerjaan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, dimana karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Hal ini tentu saja berdampak kurang baik terhadap kepuasan kerja karyawan dan juga berdampak pada penjualan PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk. Gambar 1.1 Laporan Bagian Penjualan 5 Tahun Terakhir Sumber: PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa PT. PP. London Sumatra, Tbk menutup tahun 2015 dengan penurunan penjualan bersih sebesar 11,4% dari 4,73 triliun tahun 2014 menjadi 4,19 triliun tahun 2015. Penulis beranggapan hal tersebut terjadi karena kurangnya penerapan Self Efficacy pada diri karyawan, kurangnya motivasi yang diberikan karyawan yang berakibat kepuasan karyawan Universitas Sumatera Utara 7 menjadi menurun. Dalam kenyataanya, bahwa berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti terhadap beberapa karyawan PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk Memiliki beragam tingkat kepuasan dan faktor yang mempengaruhinya. Mayoritas karyawan yang di wawancarai menyebutkan, faktor yang menjadi pengaruh kepuasan kerja yaitu gaji, rekan kerja, dan tipe pekerjaan. Kemudian faktor lain yang dianggap juga mempengaruhi kepuasan kerja adalah komunikasi, supervisi/atasan, keyakinan diri akan kemampuan dalam menyelesaikan tugas (self efficacy), motivasi, iklim organisasi, tunjangan, promosi, dan prosedur kerja (Survei diakukan pada tanggal 4 November 2016) Berdasarkan uraian diatas dan untuk membuktikan kebenaraan dugaan awal perlu diteliti lebih lanjut mengenai “Pengaruh Self efficacy dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK. 1.2 Batasan Masalah Peneliti tidak meneliti seluruh faktor-faktor atau masalah yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, peneliti hanya membatasi pada variabel self efficacy dan motivasi sebagai faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan indentifikasi masalah dan batasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh self efficacy terhadap kepuasan kerja karyawan PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk.? 2. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk.? Universitas Sumatera Utara 8 3. Bagaimana pengaruh self efficacy dan motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. ? 1.5 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Pengaruh self efficacy (X1) terhadap kepuasan kerja karyawan (Y) pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. 2. Untuk mengetahui Pengaruh motivasi (X2) terhadap kepuasan kerja karyawan (Y) pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. 3. Untuk mengetahui Pengaruh self efficacy (X1) dan motivasi (X2) terhadap kepuasan kerja karyawan (Y) pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, sebagai jenjang untuk menyusun skripsi dan untuk menambah wawasan tentang masalah manajemen sumber daya manusia khusunya self efficacy, motivasi, dan kepuasan kerja karywan. 2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia yang efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. 3. Bagi pihak lain, sebagai bahan perbandingan dan dapat memberi masukan dalam rangka mengkaji masalah yang sama dimasa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara