BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Adapun pengertian persepsi menurut beberapa ahli sebagai berikut : Persepsi merupakan apa yang segera dirasakan atau dialami individu. Pada sudut pandang lain persepsi dapat di definisikan dalam melakukan peningkatan pengalaman yang muncul pada sat-saat tertentu (Morgan, 1972). Sedangkan menurut Atkinson (2010), persepsi adalah pengamatan bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepts objek, dan bagaimana kita selanjutnnya menggunakan percepts, itu untuk mengenali dunia. Sedangkan, Lahey (2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses dalam mengorganisir dan menginterpretasi informasi yang diterima dari luar. Hampir sama dengan Robbins (1996), yang mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera untuk memberi makna kepada lingkungan Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan persepsi adalah proses menerima stimulus oleh indera, menyeleksi, mengorganisasikan yang kemudian diberikan makna terhadap suatu stimulus dengan proses menginterpretasi yang menjadi objek persepsi kita. 11 Universitas Sumatera Utara B. Iklim Sekolah 1. Pengertian Iklim Sekolah Iklim sekolah menurut National School Climate Council (dalam Thapa, 2012) merupakan pola pengalaman orang-orang yang berada di sebuah sekolah yang menunjukkan norma, tujuan, nilai-nilai, hubungan interpersonal, praktek pengajaran dan pembelajaran, dan struktur organisasi. Menurut Thapa (2005), iklim sekolah adalah jantung dan jiwa dari suatu sekolah. Hal ini adalah tentang inti dari sekolah yang mengarahkan agar siswa, guru, pemimpin sekolah, anggota staf untuk mencintai sekolah dan mau melihat bagaimana perkembangan sekolah tersebut kedepannya. Sedangkan menurut Howard, Howell dan Brainard (1987), iklim sekolah adalah suasana untuk belajar. Ini termasuk bagaimana perasaan orang - orang tentang sebuah sekolah dan apakah sekolah tersebut dapat menjadi tempat berlangsungnya sebuah pembelajaran. Iklim sekolah yang positif dapat memberikan kenyamanan bagi siswa dan juga staff, sehingga mereka banyak menggunakan waktunya di tempat tersebut. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah adalah sebuah suasana, perasaan dan kualitas yang dirasakan oleh orangorang yang berada di dalamnya sehingga memberikan kenyamanan dan perasaan diterima selama proses pembelajaran dan pengajaran berlangsung. 12 Universitas Sumatera Utara 2. Dimensi Iklim Sekolah Menurut Thapa (2012) terdapat 4 dimensi iklim sekolah : a. Safety Merasa aman adalah kebutuhan dasar manusia. Merasa aman di sekolah dapat memberikan pengaruh yang baik untuk meningkatkan perkembangan belajar pada anak. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa siswa tidak merasa aman secara fisik dan emosi ketika berada di sekolah. Antara lain : i. Aturan dan norma. Aturan tentang kekerasan fisik; Aturan tentang pelecehan verbal, pelecehan, dan menggoda; adanya aturan yang jelas dan konsisten untuk orang dewasa. ii. Rasa aman secara fisik. Perasaan dimana siswa dan orang dewasa merasa aman di sekolah. iii. Rasa aman secara sosio-emosi. Perasaan dimana siswa merasa aman dari pelecehan verbal dan godaan. b. Teaching and Learning Kepala sekolah dan guru sudah semestinya dapat berjuang untuk secara jelas dalam mendefinisikan norma-norma, tujuan dan nilai-nilai yang membentuk lingkungan pengajaran dan pembelajaran karena iklim sekolah yang positif adalah yang memberikan proses belajar mengajar yang suportif, 13 Universitas Sumatera Utara partisipatif, saling menghargai, serta kompak. Studi menunjukkan bahwa ketika siswa didorong untuk berpartisipasi dalam pembelajaran akademik, potensi pencapaian akademis mereka meningkat. i. Support for learning. Adanya praktek pengajaran yang mendukung, seperti: dorongan dan feedback yang jelas; banyaknya peluang dalam menunjukkan pengetahuan dan keterampilan, suasana yang nyaman untuk melakukan tanya jawab, adanya tantangan dalam hal akademik dan ada perhatian secara individu. ii. Social and Civic Learning. Dukungan untuk pengembangan pengetahuan sosial dan kemasyarakatan, keterampilan, dan kemampuan dalam mendengar, menyelesaikan masalah, refleksi diri dan regulasi emosi, empati, tanggung jawab diri, dan pengambilan keputusan secara etis. c. Interpersonal Relationship Hubungan di sekolah adalah bagaimana orang-orang di sekolah merasa terhubung dengan satu yang lainnya. Hubungan tidak hanya seperti memiliki suatu hubungan dengan orang lain melainkan dengan diri kita, seperti bagaimana kita merasa dan menjaga diri kita. Bila siswa mempersespsikan hubungan interpersonal yang positif maka siswa cenderung mau terlibat dan berperilaku yang sesuai aturan. 14 Universitas Sumatera Utara i. Respect for Diversity. Saling menghormati perbedaan individu (misalnya jenis kelamin, ras, budaya, dll) di semua tingkat sekolah. ii. Social Support-Adults. Pola hubungan siswa dan orang dewasa yang mendukung dan sama-sama peduli, termasuk memiliki harapan yang tinggi bagi siswa. iii. Social Support- Students Pola hubungan dengan teman sebaya yang mendukung , termasuk: persahabatan untuk bersosialisasi, mendukung bila ada masalah, mau mendukung pelajaran siswa baru. d. Institutional Environmental Pada dimensi ini dapat dikategorikan dalam dua aspek, yaitu school connectedness dan keadaan fisik sekolah. School connectedness merupakan kepercayaan siswa bahwa orang dewasa dan teman sebaya di sekolahnya peduli dengannya mengenai pembelajaran dan pada dirnya sendiri. School connectedness menjadi prediktor yang kuat dalam hubungannya mengenai kesehatan remaja dan hasil akademik. Misalnya : i. School Connected/ Engagement. Penilaian positif kepada sekolah dan norma-norma yanga ada didalamnya sehingga mau berpartisipasi aktif dalam kehidupan sekolah bagi siswa, staf, dan keluarga. 15 Universitas Sumatera Utara ii. Physical Surroundings. Kebersihan, ketertiban, dan daya tarik dari fasilitas dan sumber daya yang memadai. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Sekolah Faktor yang berkontribusi terhadap iklim sekolah menurut Howard, Howell dan Brainard (1987), antara lain : a. Continuous Academic and Social Growth. Setiap siswa mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam hal akademik, sosial dan fisiknya. Sekolah yang efektif dapat menunjukkan kesuksesan dalam mengoperasikan iklim sekolah dimana staf pengajar memegang harapan yang tinggi bagi siswa mereka. b. Respect. Siswa melihat diri mereka sebagai orang-orang yang berharga dan ide-ide mereka dihormati. Guru dan para pemimpin pun demikian. Sekolah adalah tempat di mana individu memiliki harga diri, mendapatkan perhatian dan dihormati orang lain c. Trust. Kepercayaan adalah memiliki keyakinan bahwa orang lain dapat diandalkan untuk melakukan apa yang mereka katakan. d. High Morale. Orang-orang yang memiliki tingkat moral yang tinggi, dapat menikmati keberadaannya di sekolah. Mereka memiliki kepercayaan diri, ceria dan mau mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka. Di sekolah 16 Universitas Sumatera Utara dengan semangat juang yang tinggi, orang merasa baik tentang apa yang terjadi. Mereka bersedia untuk melakukan tugas yang diberikan; mereka percaya diri dan ceria. Disiplin adalah caranya. e. Kohesivitas. Kualitas ini diwujudkan oleh hubungan timbal balik antara individu dengan sekolah. Orang-orang akan merasa bagian dari sebuah sekolah tersebut. f. Oppurtunities for Input. Tidak semua orang dapat terlibat dalam membuat keputusan penting yang dibutuhkan dalam menjalankan program-program sekolah. Namun setiap orang ingin dapat memberikan kontribusi dalam memberikan ide untuk sekolah. Ketika seseorang merasa tidak dapat memberikan suara atau idenya, hal ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri mereka g. Pembaharuan sekolah. Setiap sekolah harus memiliki pembaharuan karena dia bertumbuh, berkembang dan berubah. Penelitian menunjukkan bahwa sekolah dapat berjalan dengan baik mereka sekolah dapat berubah dan memperbaharui sesuai dnegan perkembangan lingkungan belajar. h. Caring. Individu di sekolah merasa bahwa orang lain memberikan perhatian kepada mereka. Orang menunjukkan bahwa mereka saling peduli satu sama lain. Orang yang tertarik pada setiap lembaga lainnya. 17 Universitas Sumatera Utara 4. Kebutuhan Dasar Manusia yang Menjadikan Iklim Sekolah Diperlukan Sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan dari siswa, staf pengajar dan pemimpin. Tidak ada sekolah memiliki iklim yang sehat jika belum memiliki beberapa kebutuhan ini ( Howard, 1987) : a. Kebutuhan fisiologis. Ini berhubungan dengan tatanan fisik sekolah yang termasuk panas, cahaya, dan kondisi yang relatif tidak ribut. b. Kebutuhan keamanan. Ini berkaitan dengan keamanan dari potensi bahaya seperti kebakaran dan keamanan pelecehan fisik dan psikologis atau adanya serangan dari luar atau dari dalam sekolah. c. Kebutuhan akan penerimaan dan persahabatan. Ini berkaitan dengan hubungan yang positif antara siswa dengan siswa, siswa dengan pengajar dan siswa dengan para pemimpin. d. Kebutuhan akan prestasi dan pengakuan. Ini berkaitan dengan pengakuan dari upaya kesuksesan seseorang dalam sekolah. e. Kebutuhan untuk memaksimalkan potensi seseorang. Ini berhubungan dengan tujuan pribadi untuk mencapai satu tingkat tertinggi. C. Persepsi Terhadap Iklim Sekolah Melalui pemaparan diatas, maka persepsi terhadap iklim sekolah adalah proses menerima stimulus, menyeleksi, mengorganisasikan, dan 18 Universitas Sumatera Utara kemudian memberikan makna terhadap suasana atau kualitas yang dimiliki sekolah yang membantu setiap individu merasa berharga dan penting dan menjadikan sekolah sebagai tempat yang baik untuk belajar. Persepsi siswa terhadap sekolahnya merupakan suatu hal yang subyektif, sehingga penilaian siswa terhadap norma dan kondisi lingkungan sekolahnya bisa berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Iklim sekolah yang positif dapat dipersepsi siswa secara negatif. Sehingga perbedaan persepsi ini akan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan siswa di sekolah (Purwita, 2013). D. Disiplin 1. Pengertian Disiplin Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Menurut Hurlock, disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”, yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Menurut Arikunto, disiplin merupakan suatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksud dapat ditetapkan oleh orang-orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar. Menurut, Hope (dalam Kartono) mengatakan bahwa disiplin sekolah bukanlah tata tertib sekolah, melainkan sikap bertanggung jawab dari anak terhadap peraturan-peraturan di sekolah. 19 Universitas Sumatera Utara Dan menurut Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Pusat, disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib. Disiplin adalah suatu mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan. Dari definisi ini, maka ditarik kesimpulan beberapa aspek yang merupakan inti dari disiplin, seperti: sikap mental yang merupakan aspek / unsur utama dari disiplin; Pengetahuan tentang sistem aturan, perilaku, norma, kriteria, dan standar; Perilaku yang menunjukan kesungguhan, pengertian dan kesadaran untuk mentaati segala apa yang ada dalam aturan. Ketiga aspek ini mendasari seseorang untuk bisa melaksanakan disiplin. Dengan demikian, disiplin adalah sikap taat atau patuh terhadap peraturan, tata tertib dan sebagainya. Berdasarkan dari penjelasan tentang definisi disiplin diatas, dapat diketahui bahwa disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara terarah dan teratur. Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. 20 Universitas Sumatera Utara 2. Komponen Disiplin Beberapa komponen disiplin menurut Boynton, 2007 : a. Hubungan. Komponen penting dari disiplin adalah sebuah hubungan. Muridmurid, orang tua, dan anggota staf akan lebih mudah untuk diarahkan ketika mereka mengetahui bahwa pihak sekolah peduli dan hormat kepada mereka. Walaupun hubngan dengan murid merupakan fokus utama seorang guru, hubungan dengan bagian lain dalam keberlangsungan pendidikan adalah sebuah hal yang penting dalam membangun iklim dan budaya sekolah. b. Parameter Dalam mengajar, guru harus memiliki parameter tentang perilaku yang diterima untuk disiplin kelas. Guru harus mengajar dengan disiplin dan aturan yang sudah ditetapkan. Disiplin harus ditegakkan kapanpun dan dimanapun, dan peraturan harus jelas diberlakukan pada waktu dan tempat yang jelas. Peraturan ini dapat dilihat dalam 3 hal seperti dalam hal akademik, kebiasaan kelas dan peraturan pada siatuasi tertentu. c. Keahlian dalam Memonitor atau Mengatur Penggunaan yang tepat dari keahlian dalam mengatur dapat meningkatkan perubahan positif pada perilaku siswa. Dengan keahlian dalam mengatur ini, guru dapat menunjukkan rasa kepeduliannya tentang apa yang dilakukan siswa setiap waktu dan guru akan menegaskan bahwa perilaku yang tidak pantas tidak akan mendapatkan toleransi. 21 Universitas Sumatera Utara d. Konsekuensi Tidak peduli berapa banyak pendekatan dalam hal pencegahan yang guru gunakan, akan selalu ada kebutuhan untuk konsekuensi yang bermakna. Agar efektif, konsekuensi harus tepat waktu, mudah diterapkan, tidak mungkin untuk melewati, dan cukup bervariasi untuk setiap pelanggaran aturan. 3. Unsur-unsur Disiplin Menurut Hurlock (1978) menyebutkan ada 4 unsur disiplin yang memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan disiplin individu, yaitu sebagai berikut : 1. Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk mengatur perilaku. Pola tersebut bertujuan untuk membekali individu dengan pedoman perilaku yang disetujui bersama dalam kelompok, rumah, sekolah dalam situasi tertentu. Peraturan mempunyai 2 fungsi yaitu: a) Peraturan mempunyai nilai pendidikan. Adanya peraturan dapat membantu mendidik siswa, artinya adanya peraturan yang dibuat secara tidak langsung mengajarkan kepada siswa mengenai nilai moral dan juga mengajarkan siswa akan perilaku mana yang benar dan mana yang salah. b) Membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan, artinya adanya peraturan atau larangan dapat membatasi perilaku siswa yang tidak diharapkan dan tidak disetujui oleh lingkungan. 22 Universitas Sumatera Utara 2. Hukuman Hukuman bertujuan untuk mencegah tindakan yang tidak baik, untuk mendidik dan menyadarkan siswa bahwa perbuatan yang salah mempunyai akibat yang tidak menyenangkan. 4. Faktor-Faktor Disiplin Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi disiplin dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.. a. Faktor Internal. Yang dimaksud faktor intern disiplin belajar adalah faktorfaktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan faktor psikologis (yang bersifat rohaniah). Faktor fisiologis meliputi kondisi dan kesehatan jasmani dari individu sejak lahir, keadaan panca indera siswa terutama mata dan telinga. Sedangkan faktor psikologis meliputi inteligensi/tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat, minat dan motivasi. b. Faktor Eksternal. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial adalah keluarga, guru, staf administrasi, teman-teman sekelas dan masyarakat. Sedangkan faktor-faktor lingkungan non sosial meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. 23 Universitas Sumatera Utara E. Dinamika Persepsi Iklim Sekolah Terhadap Disiplin Siswa Di Sma Methodist-1 Medan Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Seorang siswa dikatakan disiplin apabila misalnya ia menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan, sanggup melaksanakan tata tertib yang berlaku di sekolah, dapat mengatur atau mengelola waktu (Agrian, 2014). Boynton & Boynton (2007) mengemukakan bahwa disiplin memiliki komponen antara lain hubungan antar seluruh komponen sekolah, parameter yang digunakan oleh guru untuk menegakkan peraturan, keahlian seorang guru dalam mengatur sebuah kelas dan konsekuensi yang diberikan ketika seorang anak tidak mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. Salah satu sekolah yang mementingkan adanya disiplin didalam diri setiap siswanya adalah SMA Methodist-1 Medan. Dalam menjalankan fungsinya, sekolah ini mempunyai visi, membangun sekolah berkualitas pilihan masyarakat serta menghasilkan lulusan yang bermutu, berkarakter,berdisiplin dan berwawasan global. Sekolah ini mempunyai misi, mewujudkan siswa yang cerdas dan terampil, mewujudkan siswa yang berkarakter dan berdisiplin, mewujudkan siswa yang kompetitif dan berwawasan global (Buku Panduan Sekolah,2011). 24 Universitas Sumatera Utara Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi disiplin dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri siswi sendiri, sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat disiplin siswa (Muhibin, 2000). Faktor eksternal ini termasuk dengan lingkungan sosial (keluarga, guru, staf, teman-teman dan masyarakat) dan faktor lingkungan non sosialnya (gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, suasana belajar). Hal yang dimaksudkan dalam lingkungan sekolah adalah iklim sekolah. Iklim sekolah adalah suasana atau kualitas yang dimiliki sekolah yang membantu setiap individu merasa dirinya berharga dan penting, serta membantu membuat hal-hal di luar diri mereka merasa diterima. Iklim sekolah merupakan jantung dari sebuah sekolah, yang membuat seorang guru ataupun siswa memiliki perasaan tertentu pada sekolahnya, seperti perasaan senang atau justru sebaliknya (Ryan, 2009). Menurut National School Climate Council (2007) iklim sekolah merupakan pola pengalaman hidup orang-orang yang terlibat di sekolah yang mencerminkan norma, tujuan, nilai-nilai, hubungan interpersonal, praktek pengajaran dan pembelajaran dan struktur organisasi di sekolah. Menurut Thapa dkk (2012) ada beberapa elemen yang membentuk iklim sekolah yaitu keamanan sekolah, hubungan interpersonal yang baik, proses belajar mengajar, serta lingkungan fisik sekolah. Keamanan sekolah 25 Universitas Sumatera Utara meliputi secara fisik, verbal, dan emosional. Hubungan interpersonal yang meliputi setiap orang di sekolah menghormati dan menghargai satu sama lain, membangun hubungan yang akrab. Kemudian proses belajar dan mengajar yang efektif bagi siswa seperti proses belajar yang kondusif ataupun cara mengajar guru yang dapat dipahami. Selanjutnya, lingkungan fisik sekolah yang berupa lingkungan yang bersih, gedung sekolah yang layak serta fasilitas sekolah yang memadai yang dapat mempermudah aktivitas siswa. Menurut National School Climate Center (dalam Thapa, 2012), begitu banyak penelitian yang sudah menunjukkan hasil dari iklim sekolah yang positif, diantaranya adalah dapat meningkatkan harga diri siswa, rendahnya penggunaan narkoba dan masalah-masalah siswa, meningkatkan kesejahteraan siswa, menurunkan tingkat ketidakhadiran para siswa, meningkatkan motivasi belajar, menurunkan tingkat kekerasan dan agresivitas, menurunkan ancaman seksual. Disebutkan pula bahwa iklim sekolah yang negatif dapat menyebabkan rendahnya prestasi siswa, rendahnya kelulusan siswa, dan dapat meningkatkan peluang terjadinya kekerasan, penganiayaan dan bahkan bunuh diri. (dalam Thapa, 2012). Penelitian lain yang dilakukan Georgia Department of Education (2013) menunjukkan pentingnya sebuah iklim sekolah. Iklim sekolah dapat meningkatkan performa belajar siswa, mengurangi pelanggaran disiplin, dan meningkatkan angka kehadiran siswa. Dalam penelitian U.S. Department of Education’s Safe and Supportive Schools (2008) mengemukakan bahwa 26 Universitas Sumatera Utara iklim sekolah memiliki 3 aspek yaitu engagement (keterlibatan atau hubungan), keamanan (aman secara emosional dan fisik) dan lingkungan (lingkungan fisik, lingkungan akademik dan lingkungan disiplin). F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesa bahwa terdapat pengaruh persepsi iklim sekolah terhadap disiplin siswa di SMA Methodist-1 Medan. 27 Universitas Sumatera Utara