11 BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Adapun pengertian persepsi menurut beberapa ahli sebagai berikut :
Persepsi merupakan apa yang segera dirasakan atau dialami individu. Pada
sudut pandang lain persepsi dapat di definisikan dalam melakukan
peningkatan pengalaman yang muncul pada sat-saat tertentu (Morgan,
1972). Sedangkan menurut Atkinson (2010), persepsi adalah pengamatan
bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepts objek, dan
bagaimana kita selanjutnnya menggunakan percepts, itu untuk mengenali
dunia.
Sedangkan, Lahey (2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses
dalam mengorganisir dan menginterpretasi informasi yang diterima dari
luar. Hampir sama dengan Robbins (1996), yang mengemukakan bahwa
persepsi merupakan suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera untuk memberi makna kepada lingkungan
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan persepsi
adalah
proses
menerima
stimulus
oleh
indera,
menyeleksi,
mengorganisasikan yang kemudian diberikan makna terhadap suatu
stimulus dengan proses menginterpretasi yang menjadi objek persepsi kita.
11
Universitas Sumatera Utara
B. Iklim Sekolah
1. Pengertian Iklim Sekolah
Iklim sekolah menurut National School Climate Council (dalam
Thapa, 2012) merupakan pola pengalaman orang-orang yang berada di
sebuah sekolah yang menunjukkan norma, tujuan, nilai-nilai, hubungan
interpersonal, praktek pengajaran dan pembelajaran, dan struktur organisasi.
Menurut Thapa (2005), iklim sekolah adalah jantung dan jiwa dari suatu
sekolah. Hal ini adalah tentang inti dari sekolah yang mengarahkan agar
siswa, guru, pemimpin sekolah, anggota staf untuk mencintai sekolah dan
mau melihat bagaimana perkembangan sekolah tersebut kedepannya.
Sedangkan menurut Howard, Howell dan Brainard (1987), iklim
sekolah adalah suasana untuk belajar. Ini termasuk bagaimana perasaan
orang - orang tentang sebuah sekolah dan apakah sekolah tersebut dapat
menjadi tempat berlangsungnya sebuah pembelajaran. Iklim sekolah yang
positif dapat memberikan kenyamanan bagi siswa dan juga staff, sehingga
mereka banyak menggunakan waktunya di tempat tersebut.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah
adalah sebuah suasana, perasaan dan kualitas yang dirasakan oleh orangorang yang berada di dalamnya sehingga memberikan kenyamanan dan
perasaan diterima selama proses pembelajaran dan pengajaran berlangsung.
12
Universitas Sumatera Utara
2. Dimensi Iklim Sekolah
Menurut Thapa (2012) terdapat 4 dimensi iklim sekolah :
a. Safety
Merasa aman adalah kebutuhan dasar manusia. Merasa aman di
sekolah dapat memberikan pengaruh yang baik untuk meningkatkan
perkembangan belajar pada anak. Terdapat beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa siswa tidak merasa aman secara fisik dan emosi ketika
berada di sekolah. Antara lain :
i. Aturan dan norma.
Aturan tentang kekerasan fisik; Aturan tentang pelecehan
verbal, pelecehan, dan menggoda; adanya aturan yang jelas dan
konsisten untuk orang dewasa.
ii. Rasa aman secara fisik.
Perasaan dimana siswa dan orang dewasa merasa aman di
sekolah.
iii. Rasa aman secara sosio-emosi.
Perasaan dimana siswa merasa aman dari pelecehan verbal dan
godaan.
b. Teaching and Learning
Kepala sekolah dan guru sudah semestinya dapat berjuang untuk
secara jelas dalam mendefinisikan norma-norma, tujuan dan nilai-nilai yang
membentuk lingkungan pengajaran dan pembelajaran karena iklim sekolah
yang positif adalah yang memberikan proses belajar mengajar yang suportif,
13
Universitas Sumatera Utara
partisipatif, saling menghargai, serta kompak. Studi menunjukkan bahwa
ketika siswa didorong untuk berpartisipasi dalam pembelajaran akademik,
potensi pencapaian akademis mereka meningkat.
i. Support for learning.
Adanya praktek pengajaran yang mendukung, seperti: dorongan
dan feedback yang jelas; banyaknya peluang dalam menunjukkan
pengetahuan dan keterampilan, suasana yang nyaman untuk
melakukan tanya jawab, adanya tantangan dalam hal akademik dan
ada perhatian secara individu.
ii. Social and Civic Learning.
Dukungan untuk pengembangan pengetahuan sosial dan
kemasyarakatan, keterampilan, dan kemampuan dalam mendengar,
menyelesaikan masalah, refleksi diri dan regulasi emosi, empati,
tanggung jawab diri, dan pengambilan keputusan secara etis.
c. Interpersonal Relationship
Hubungan di sekolah adalah bagaimana orang-orang di sekolah
merasa terhubung dengan satu yang lainnya. Hubungan tidak hanya seperti
memiliki suatu hubungan dengan orang lain melainkan dengan diri kita,
seperti bagaimana kita merasa dan menjaga diri kita. Bila siswa
mempersespsikan hubungan interpersonal yang positif maka siswa
cenderung mau terlibat dan berperilaku yang sesuai aturan.
14
Universitas Sumatera Utara
i. Respect for Diversity.
Saling menghormati perbedaan individu (misalnya jenis
kelamin, ras, budaya, dll) di semua tingkat sekolah.
ii. Social Support-Adults.
Pola hubungan siswa dan orang dewasa yang mendukung dan
sama-sama peduli, termasuk memiliki harapan yang tinggi bagi siswa.
iii. Social Support- Students
Pola hubungan dengan teman sebaya yang mendukung ,
termasuk: persahabatan untuk bersosialisasi, mendukung bila ada
masalah, mau mendukung pelajaran siswa baru.
d. Institutional Environmental
Pada dimensi ini dapat dikategorikan dalam dua aspek, yaitu
school
connectedness
dan
keadaan
fisik
sekolah.
School
connectedness merupakan kepercayaan siswa bahwa orang dewasa
dan teman sebaya di sekolahnya peduli dengannya mengenai
pembelajaran dan pada dirnya sendiri. School connectedness menjadi
prediktor yang kuat dalam hubungannya mengenai kesehatan remaja
dan hasil akademik. Misalnya :
i. School Connected/ Engagement.
Penilaian positif kepada sekolah dan norma-norma yanga ada
didalamnya sehingga mau berpartisipasi aktif dalam kehidupan
sekolah bagi siswa, staf, dan keluarga.
15
Universitas Sumatera Utara
ii. Physical Surroundings.
Kebersihan, ketertiban, dan daya tarik dari fasilitas dan sumber
daya yang memadai.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Sekolah
Faktor yang berkontribusi terhadap iklim sekolah menurut Howard,
Howell dan Brainard (1987), antara lain :
a. Continuous Academic and Social Growth.
Setiap siswa mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam
hal akademik, sosial dan fisiknya. Sekolah yang efektif dapat menunjukkan
kesuksesan dalam mengoperasikan iklim sekolah dimana staf pengajar
memegang harapan yang tinggi bagi siswa mereka.
b. Respect.
Siswa melihat diri mereka sebagai orang-orang yang berharga dan
ide-ide mereka dihormati. Guru dan para pemimpin pun demikian. Sekolah
adalah tempat di mana individu memiliki harga diri, mendapatkan perhatian
dan dihormati orang lain
c. Trust.
Kepercayaan adalah memiliki keyakinan bahwa orang lain dapat
diandalkan untuk melakukan apa yang mereka katakan.
d. High Morale.
Orang-orang yang memiliki tingkat moral yang tinggi, dapat
menikmati keberadaannya di sekolah. Mereka memiliki kepercayaan diri,
ceria dan mau mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka. Di sekolah
16
Universitas Sumatera Utara
dengan semangat juang yang tinggi, orang merasa baik tentang apa yang
terjadi. Mereka bersedia untuk melakukan tugas yang diberikan; mereka
percaya diri dan ceria. Disiplin adalah caranya.
e. Kohesivitas.
Kualitas ini diwujudkan oleh hubungan timbal balik antara individu
dengan sekolah. Orang-orang akan merasa bagian dari sebuah sekolah
tersebut.
f. Oppurtunities for Input.
Tidak semua orang dapat terlibat dalam membuat keputusan penting
yang dibutuhkan dalam menjalankan program-program sekolah. Namun
setiap orang ingin dapat memberikan kontribusi dalam memberikan ide
untuk sekolah. Ketika seseorang merasa tidak dapat memberikan suara atau
idenya, hal ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri mereka
g. Pembaharuan sekolah.
Setiap sekolah harus memiliki pembaharuan karena dia bertumbuh,
berkembang dan berubah. Penelitian menunjukkan bahwa sekolah dapat
berjalan dengan baik mereka sekolah dapat berubah dan memperbaharui
sesuai dnegan perkembangan lingkungan belajar.
h. Caring.
Individu di sekolah merasa bahwa orang lain memberikan perhatian
kepada mereka. Orang menunjukkan bahwa mereka saling peduli satu sama
lain. Orang yang tertarik pada setiap lembaga lainnya.
17
Universitas Sumatera Utara
4. Kebutuhan Dasar Manusia yang Menjadikan Iklim Sekolah Diperlukan
Sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan dari siswa, staf pengajar
dan pemimpin. Tidak ada sekolah memiliki iklim yang sehat jika belum
memiliki beberapa kebutuhan ini ( Howard, 1987) :
a. Kebutuhan fisiologis.
Ini berhubungan dengan tatanan fisik sekolah yang termasuk panas,
cahaya, dan kondisi yang relatif tidak ribut.
b. Kebutuhan keamanan.
Ini berkaitan dengan keamanan dari potensi bahaya seperti kebakaran
dan keamanan pelecehan fisik dan psikologis atau adanya serangan dari luar
atau dari dalam sekolah.
c. Kebutuhan akan penerimaan dan persahabatan.
Ini berkaitan dengan hubungan yang positif antara siswa dengan
siswa, siswa dengan pengajar dan siswa dengan para pemimpin.
d. Kebutuhan akan prestasi dan pengakuan.
Ini berkaitan dengan pengakuan dari upaya kesuksesan seseorang
dalam sekolah.
e. Kebutuhan untuk memaksimalkan potensi seseorang.
Ini berhubungan dengan tujuan pribadi untuk mencapai satu tingkat
tertinggi.
C. Persepsi Terhadap Iklim Sekolah
Melalui pemaparan diatas, maka persepsi terhadap iklim sekolah
adalah proses menerima stimulus, menyeleksi, mengorganisasikan, dan
18
Universitas Sumatera Utara
kemudian memberikan makna terhadap suasana atau kualitas yang dimiliki
sekolah yang membantu setiap individu merasa berharga dan penting dan
menjadikan sekolah sebagai tempat yang baik untuk belajar. Persepsi siswa
terhadap sekolahnya merupakan suatu hal yang subyektif, sehingga
penilaian siswa terhadap norma dan kondisi lingkungan sekolahnya bisa
berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Iklim sekolah yang positif dapat
dipersepsi siswa secara negatif. Sehingga perbedaan persepsi ini akan
mempengaruhi tingkah laku dan perasaan siswa di sekolah (Purwita, 2013).
D. Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang
berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut
mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau
yang menyangkut tata tertib. Menurut Hurlock, disiplin berasal dari kata
yang sama dengan “disciple”, yakni seorang yang belajar dari atau secara
sukarela mengikuti seorang pemimpin.
Menurut Arikunto, disiplin merupakan suatu yang berkenaan dengan
pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan
dimaksud dapat ditetapkan oleh orang-orang yang bersangkutan maupun
berasal dari luar.
Menurut, Hope (dalam Kartono) mengatakan bahwa disiplin sekolah
bukanlah tata tertib sekolah, melainkan sikap bertanggung jawab dari anak
terhadap peraturan-peraturan di sekolah.
19
Universitas Sumatera Utara
Dan menurut Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Pusat, disiplin adalah suatu sikap,
perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib. Disiplin adalah suatu mental
yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau
masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan.
Dari definisi ini, maka ditarik kesimpulan beberapa aspek yang
merupakan inti dari disiplin, seperti: sikap mental yang merupakan aspek /
unsur utama dari disiplin; Pengetahuan tentang sistem aturan, perilaku,
norma, kriteria, dan standar; Perilaku yang menunjukan kesungguhan,
pengertian dan kesadaran untuk mentaati segala apa yang ada dalam aturan.
Ketiga aspek ini mendasari seseorang untuk bisa melaksanakan disiplin.
Dengan demikian, disiplin adalah sikap taat atau patuh terhadap peraturan,
tata tertib dan sebagainya.
Berdasarkan dari penjelasan tentang definisi disiplin diatas, dapat
diketahui bahwa disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan nilai –
nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai
moral karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu.
Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan
keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara
terarah dan teratur. Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih
mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya.
20
Universitas Sumatera Utara
2. Komponen Disiplin
Beberapa komponen disiplin menurut Boynton, 2007 :
a. Hubungan.
Komponen penting dari disiplin adalah sebuah hubungan. Muridmurid, orang tua, dan anggota staf akan lebih mudah untuk diarahkan ketika
mereka mengetahui bahwa pihak sekolah peduli dan hormat kepada mereka.
Walaupun hubngan dengan murid merupakan fokus utama seorang guru,
hubungan dengan bagian lain dalam keberlangsungan pendidikan adalah
sebuah hal yang penting dalam membangun iklim dan budaya sekolah.
b. Parameter
Dalam mengajar, guru harus memiliki parameter tentang perilaku
yang diterima untuk disiplin kelas. Guru harus mengajar dengan disiplin dan
aturan yang sudah ditetapkan. Disiplin harus ditegakkan kapanpun dan
dimanapun, dan peraturan harus jelas diberlakukan pada waktu dan tempat
yang jelas. Peraturan ini dapat dilihat dalam 3 hal seperti dalam hal
akademik, kebiasaan kelas dan peraturan pada siatuasi tertentu.
c. Keahlian dalam Memonitor atau Mengatur
Penggunaan yang tepat dari keahlian dalam mengatur dapat
meningkatkan perubahan positif pada perilaku siswa. Dengan keahlian
dalam mengatur ini, guru dapat menunjukkan rasa kepeduliannya tentang
apa yang dilakukan siswa setiap waktu dan guru akan menegaskan bahwa
perilaku yang tidak pantas tidak akan mendapatkan toleransi.
21
Universitas Sumatera Utara
d. Konsekuensi
Tidak peduli berapa banyak pendekatan dalam hal pencegahan yang
guru gunakan, akan selalu ada kebutuhan untuk konsekuensi yang
bermakna. Agar efektif, konsekuensi harus tepat waktu, mudah diterapkan,
tidak mungkin untuk melewati, dan cukup bervariasi untuk setiap
pelanggaran aturan.
3.
Unsur-unsur Disiplin
Menurut Hurlock (1978) menyebutkan ada 4 unsur disiplin yang
memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan disiplin
individu, yaitu sebagai berikut :
1. Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk mengatur perilaku. Pola
tersebut bertujuan untuk membekali individu dengan pedoman perilaku
yang disetujui bersama dalam kelompok, rumah, sekolah dalam situasi
tertentu. Peraturan mempunyai 2 fungsi yaitu:
a) Peraturan mempunyai nilai pendidikan. Adanya peraturan dapat
membantu mendidik siswa, artinya adanya peraturan yang dibuat secara
tidak langsung mengajarkan kepada siswa mengenai nilai moral dan juga
mengajarkan siswa akan perilaku mana yang benar dan mana yang salah.
b) Membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan, artinya adanya
peraturan atau larangan dapat membatasi perilaku siswa yang tidak
diharapkan dan tidak disetujui oleh lingkungan.
22
Universitas Sumatera Utara
2. Hukuman
Hukuman bertujuan untuk mencegah tindakan yang tidak baik, untuk
mendidik dan menyadarkan siswa bahwa perbuatan yang salah mempunyai
akibat yang tidak menyenangkan.
4.
Faktor-Faktor Disiplin
Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi disiplin dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal..
a. Faktor Internal. Yang dimaksud faktor intern disiplin belajar adalah
faktorfaktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah faktor fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan
faktor psikologis (yang bersifat rohaniah). Faktor fisiologis meliputi kondisi
dan kesehatan jasmani dari individu sejak lahir, keadaan panca indera siswa
terutama mata dan telinga. Sedangkan faktor psikologis meliputi
inteligensi/tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat, minat dan motivasi.
b. Faktor Eksternal. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar
siswa, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial adalah keluarga, guru, staf
administrasi, teman-teman sekelas dan masyarakat. Sedangkan faktor-faktor
lingkungan non sosial meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa.
23
Universitas Sumatera Utara
E.
Dinamika Persepsi Iklim Sekolah Terhadap Disiplin Siswa Di Sma
Methodist-1 Medan
Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin “disibel” yang
berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut
mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau
yang menyangkut tata tertib. Seorang siswa dikatakan disiplin apabila
misalnya ia menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan, sanggup
melaksanakan tata tertib yang berlaku di sekolah, dapat mengatur atau
mengelola
waktu
(Agrian,
2014).
Boynton
&
Boynton
(2007)
mengemukakan bahwa disiplin memiliki komponen antara lain hubungan
antar seluruh komponen sekolah, parameter yang digunakan oleh guru untuk
menegakkan peraturan, keahlian seorang guru dalam mengatur sebuah kelas
dan konsekuensi yang diberikan ketika seorang anak tidak mengikuti
peraturan yang telah ditetapkan.
Salah satu sekolah yang mementingkan adanya disiplin didalam diri
setiap siswanya adalah SMA Methodist-1 Medan. Dalam menjalankan
fungsinya, sekolah ini mempunyai visi, membangun sekolah berkualitas
pilihan
masyarakat
serta
menghasilkan
lulusan
yang
bermutu,
berkarakter,berdisiplin dan berwawasan global. Sekolah ini mempunyai
misi, mewujudkan siswa yang cerdas dan terampil, mewujudkan siswa yang
berkarakter dan berdisiplin, mewujudkan siswa yang kompetitif dan
berwawasan global (Buku Panduan Sekolah,2011).
24
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi disiplin dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri siswi sendiri, sedangkan
faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi
lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan lainnya yang dapat
memberikan pengaruh terhadap tingkat disiplin siswa (Muhibin, 2000).
Faktor eksternal ini termasuk dengan lingkungan sosial (keluarga, guru, staf,
teman-teman dan masyarakat) dan faktor lingkungan non sosialnya (gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, suasana belajar).
Hal yang dimaksudkan dalam lingkungan sekolah adalah iklim
sekolah. Iklim sekolah adalah suasana atau kualitas yang dimiliki sekolah
yang membantu setiap individu merasa dirinya berharga dan penting, serta
membantu membuat hal-hal di luar diri mereka merasa diterima. Iklim
sekolah merupakan jantung dari sebuah sekolah, yang membuat seorang
guru ataupun siswa memiliki perasaan tertentu pada sekolahnya, seperti
perasaan senang atau justru sebaliknya (Ryan, 2009).
Menurut National School Climate Council (2007) iklim sekolah
merupakan pola pengalaman hidup orang-orang yang terlibat di sekolah
yang mencerminkan norma, tujuan, nilai-nilai, hubungan interpersonal,
praktek pengajaran dan pembelajaran dan struktur organisasi di sekolah.
Menurut Thapa dkk (2012) ada beberapa elemen yang membentuk iklim
sekolah yaitu keamanan sekolah, hubungan interpersonal yang baik, proses
belajar mengajar, serta lingkungan fisik sekolah. Keamanan sekolah
25
Universitas Sumatera Utara
meliputi secara fisik, verbal, dan emosional. Hubungan interpersonal yang
meliputi setiap orang di sekolah menghormati dan menghargai satu sama
lain, membangun hubungan yang akrab. Kemudian proses belajar dan
mengajar yang efektif bagi siswa seperti proses belajar yang kondusif
ataupun cara mengajar guru yang dapat dipahami. Selanjutnya, lingkungan
fisik sekolah yang berupa lingkungan yang bersih, gedung sekolah yang
layak serta fasilitas sekolah yang memadai yang dapat mempermudah
aktivitas siswa.
Menurut National School Climate Center (dalam Thapa, 2012), begitu
banyak penelitian yang sudah menunjukkan hasil dari iklim sekolah yang
positif, diantaranya adalah dapat meningkatkan harga diri siswa, rendahnya
penggunaan
narkoba
dan
masalah-masalah
siswa,
meningkatkan
kesejahteraan siswa, menurunkan tingkat ketidakhadiran para siswa,
meningkatkan motivasi belajar, menurunkan tingkat kekerasan dan
agresivitas, menurunkan ancaman seksual. Disebutkan pula bahwa iklim
sekolah yang negatif dapat menyebabkan rendahnya prestasi siswa,
rendahnya kelulusan siswa, dan dapat meningkatkan peluang terjadinya
kekerasan, penganiayaan dan bahkan bunuh diri. (dalam Thapa, 2012).
Penelitian lain yang dilakukan Georgia Department of Education (2013)
menunjukkan pentingnya sebuah iklim sekolah. Iklim sekolah dapat
meningkatkan performa belajar siswa, mengurangi pelanggaran disiplin, dan
meningkatkan angka kehadiran siswa. Dalam penelitian U.S. Department of
Education’s Safe and Supportive Schools (2008) mengemukakan bahwa
26
Universitas Sumatera Utara
iklim sekolah memiliki 3 aspek yaitu engagement (keterlibatan atau
hubungan), keamanan (aman secara emosional dan fisik) dan lingkungan
(lingkungan fisik, lingkungan akademik dan lingkungan disiplin).
F.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat hipotesa bahwa
terdapat pengaruh persepsi iklim sekolah terhadap disiplin siswa di SMA
Methodist-1 Medan.
27
Universitas Sumatera Utara
Download