BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit Demam Dengue sampai sekarang masih merupakan masalah kesehatan utama di banyak negara sub tropis dan tropis. Indonesia sebagai salah satu negara tropis mempunyai beban kesehatan yang besar terkait masalah kesehatan yang disebabkan demam dengue. Di Indonesia, jumlah kasus DBD masih meningkat tak terkendali. Pada tahun 2007 terdapat 123.828 kasus DBD dengan 1.256 Kesehatan kematian menyebutkan (Felix, Indonesia 2008). masih Kementerian menjadi sarang kasus demam berdarah. Sepanjang 2012, Kemenkes mencatat ada 90.245 penderita dengan angka kematian 816 orang. (Depertemen kesehatan RI, 2012) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia dilaporkan untuk pertama kalinya di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972 (Kho et al., 1969, Pratana et al., 1970, Wahono, 2004). Sejak itu penyakit tersebut menyebar 15 ke berbagai daerah, sehingga terakhir sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia sudah ditemui kasus demam berdarah kasus dengue. Sejak menunjukkan pertama kali kecenderungan ditemukan, meningkat, baik jumlah dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi kasus luar biasa (KLB) setiap tahun. Berkaitan dengan penanggulangan penyakit demam dengue, sampai saat ini cara yang masih dianggap paling tepat untuk dengue mengendalikan adalah penyebaran dengan vector penyebaran penyakit mengendalikan nyamuk karena demam populasi hingga sekarang dan belum ditemukan vaksin untuk memberikan kekebalan pada manusia terhadap penyakit ini. Pengendalian vektor umumnya dilakukan dengan dua pendekatan yaitu non-kimiawi (lingkungan) dan pendekatan kimiawi. Pendekatan diantaranya non-kimiawi melalui program yang biasa dilakukan peningkatan kualitas pengelolaan sampah dan peningkatan kualitas penyimpanan air. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur. 16 Disamping penanggulangan pendekatan penyakit dilakukan adalah pemakaian insektisida. non-kimiawi demam dengan (lingkungan), dengue pendekatan Insektisida yang sering kimiawi melalui ini digunakan untuk membunuh vector nyamuk baik pada fase larva maupun nyamuk dewasa. nyamuk Insektisida Aedes yang aegypti digunakan di Indonesia untuk dan mengendalikan banyak negara adalah temefos untuk fase larva dan malation untuk nyamuk dewasa. Penggunaan insektisida ini sudah demikian lama sehingga memunculkan resiko kemungkinan adanya resistensi larva dan nyamuk dewasa Aedes aegypti terhadap insektisida temefos dan malation (WHO, 1976). Disamping persoalan resistensi larva dan nyamuk, penggunaan insektisida sintetis juga memunculkan masalah lain terkait dampaknya pada kesehatan manusia dan masalah kerusakan lingkungan. Insektisida sintetik mengandung senyawa kimia yang berpotensi menyebabkan keracunan yang serius bagi tubuh kita apabila tertelan dengan makanan yang kita sintetik, konsumsi). manusia dapat Dengan penggunaan terganggu insektisida kesehatannya karena insektisida dapat masuk dalam tubuh manusia melalui kulit 17 (contact poison) dan ini merupakan kasus yang banyak ditemukan, melalui pernafasan (respiratory poison) atau dapat melalui mulut (mouth poison) apabila tangan kita, makanan yang kita makan, peralatan makan/minum tercemar insektisida (Djojosumarto Panut, 2008). Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan larvasida sintetik metode (kimiawi) alternative tersebut, dewasa penggunaan ini larvasida pengembangan alami untuk mengganti larvasida sintetik gencar dilakukan. Penelitian pada produk tanaman yang memiliki efek larvasida telah menunjukkan bahwa tanaman dapat memberikan alternatif insektisida yang lebih murah, mudah diperoleh dan ramah lingkungan (Maiherianzansyah, 2006). Kecenderungan ini ditunjang dengan faktor bahwa Indonesia adalah wilayah yang menjadi habitat alami ribuan tanaman dan tumbuhan berpotensi. Penggunaan insektisida alami dari tumbuhan merupakan salah satu solusi untuk mengontrol dan mencegah penyebaran berdarah nyamuk secara Aedes efektif aegypti vektor dengan resiko penyakit yang demam minimal. Penelitian tentang insektisida dari produk tanaman dalam rangka mengendalikan serangga terutama pada stadium larva 18 telah dimulai oleh Campbell dan Sullivan sejak tahun 1933 dan terus tanaman berkembang telah sampai ditemukan sekarang. peneliti Banyak yang spesies membuktikan kemanfaatannya sebagai insektisida (Imansyah, 2005). Penelitian kali ini dimaksudkan untuk mengetahui efek larvasidal dari tanaman lempuyang gajah (zengiber zerumbet) terhadap larva Aedes aegypti yang dengannya diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk mengontrol populasi dan distribusi nyamuk Aedes aegypti. Alasan dipilihnya tanaman Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) karena (Windono dkk, diteliti memiliki tanaman 1999). ini Rimpang kandungan mengandung lempuyang senyawa flavonoid gajah golongan telah sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, steroid, dan minyak atsiri (Fifendy, 1997). Sedangkan senyawa flavonoid ini diketahui dapat digunakan sebagai insektisida. (Rahman, 2009). relative Karena Disamping mudah itu, itu rimpang didapatkan diteliti lempuyang dalam daya kehidupan larvasida gajah juga sehari-hari. dari rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. 19 I.2. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : a. Apakah ekstrak eter rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) memiliki daya larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti? b. Berapakah nilai LC50 dan LC90 ekstrak eter rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti? c. Apakah terdapat peningkatan angka kematian larva nyamuk Aedes aegypti pada peningkatan dosis ekstrak I.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui daya larvasidal ekstrak eter rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. 20 2. Mengetahui nilai LC50 dan LC90 ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. 3. Untuk mengetahui peningkatan angka kematian larva nyamuk Aedes aegypti setelah diberikan dosis yang meningkat. I.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapka dapat memberi masukan yang berharga semua pihak dalam upaya untuk membantu memberantas demam dengue dan dapat menjadi alternative bagi masyarakat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan bahan yang relatif aman dan murah. 21