BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “Alat Penguji” dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan pospos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan laporan keuangan yang didapat dari berbagai sumber : Laporan keuangan berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:3), dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan ” menyatakan bahwa : “ Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, Laporan laba rugi, Laporan perubahan posisi keuangan (yang biasanya disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya Laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Laporan keuangan Menurut Munawir (2007:5) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa : “ Laporan Keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari Neraca dan perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, dimana Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.” Sedangkan laporan keuangan menurut Kasmir (2011:7) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa : “ Laporan Keuangan adalah Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” Laporan keuangan biasanya dibuat oleh manajemen yang bertujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan juga memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang sangat bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi dan juga mengungkapkan informasi lain yang juga berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. 2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping itu, tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan tujuan laporan keuangan yang didapat dari berbagai sumber : Tujuan Laporan keuangan berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:3) yang terdapat dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan ” menyebutkan bahwa : “Tujuan Laporan Keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi, laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” Menurut Drs.Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2008:5)dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah : “Laporan Keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Sedangkan Menurut Kasmir (2011:10) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa tujuan Laporan Keuangan yaitu : a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta),kewajiban, dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. c. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. d. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode tertentu. f. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan pada pihak dalam maupun luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. 2.1.3. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:6) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” .Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Dalam praktiknya laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact) Laporan keuangan disusun atau dibuat berdasarkan kenyataan yang sebenarnya atau fakta dari catatan akuntansi. Fakta ini diambil dari peristiwa atau kejadian akuntansi pada waktu atau masa lalu, yaitu dari tahun-tahun sebelumnya. Fakta yang tercatat dalam pos-pos yang ada di laporan keuangan dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya transaksi. Contoh fakta-fakta yang tercantum pada masa lalu tersebut misalnya jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, jumlah persediaan, dan jumlah komponen laporan keuangan lainnya. 2. Prinsip-prinsip convention and dan Kebiasaan postulate) dalam Akuntansi (Accounting Pencatatan yang terjadi dalam laporan keuangan jelas didasarkan kepada prosedur atau anggapan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi. Dengan kata lain, catatan dalam laporan keuangan tidak dapat dilakukan dengan sekehendak pemilik atau manajemen perusahaan, tetapi harus melalui tata cara atau prosedur yang sesuai dengan prinsip-prinsip atau kebiasaan dalam akuntansi. 3. Pendapat Pribadi (Personal Judgement) Walaupun pencatatan akuntansi dalam laporan keuangan didasarkan kepada dalil-dalil tertentu, penggunaan dari dasar dalil tersebut tergantung dari pendapat manajemen perusahaan. Artinya juga pendapat atau judgement ini juga tergantung dari kemampuan para pembuatnya yang kemudian dikombinasikan dengan fakta serta dalil-dalil akuntansi yang disetujui. Suatu hal yang penting yaitu bahwa baik prosedur, kebiasaan, anggapan, atau pendapat pribadi ini harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Namun, segala sesuatunya tidak kaku dan dapat diubah dengan penjelasan dalam laporan keuangan sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan laporan keuangan tersebut. Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai keterbatasan antara lain : 1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana data-data yang diambil dari data masa lalu. 2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja. 3. Proses penyusunan tidak lepas dari taksiran-taksiran dan pertimbanganpertimbangan tertentu. 4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Misalnya, dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah. 5. Laporan Keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya. 2.1.4. Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan, baik secara bagian, maupun secara keseluruhan. Namun, dalam praktiknya perusahaan dituntut untuk menyusun beberapa jenis laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Bentuk-bentuk laporan keuangan menurut Drs.Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2008:17) dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan” mengemukakan : “Ada dua jenis perusahaan pada tanggal laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi serta biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal.” Dalam pengertian diatas maka dapat dijelaskan macam-macam komponen laporan keuangan dibawah ini : 1. Neraca (Balance Sheet) Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Pengertian neraca menurut Dr.Winwin dan Ilham Wahyudi (2006:56) dalam bukunya “Pengantar Akuntansi” mengemukakan : “Neraca merupakan laporan yang memberikan informasi tentang posisi kekayaan perusahaan berupa keseimbangan antara aktiva dan kewajiban serta modal yang menjadi kekayaan perusahaan tersebut.” Secara umum neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu : a. Asset Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:6) dalam buku Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan asset sebagai berikut : “Asset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh entitas.” Menurut Munawir (2007;14)dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” Pada dasarnya aktiva (Asset) dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. “Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal.” Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Menurut Munawir (2007;16) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian aktiva tidak lancar adalah sebagai berikut : “Aktiva Tidak Lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).” b. Kewajiban (Hutang) Kewajiban berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:6) dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan ” didefinisikan sebagai berikut : “Kewajiban yaitu merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.” Menurut Munawir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” Hutang atau kewajiban keuangan perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Menurut Munawir (2007;18) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian Hutang lancar yaitu : “Hutang Lancar atau Hutang Jangka Pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.” Menurut Munawir (2007;19) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian Hutang tidak lancar yaitu “Hutang Jangka Panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).” c. Ekuitas Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:6) dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan”mendefinisikan ekuitas sebagai berikut : “Hak residual atas asset entitas setelah dikurangi sebuah kewajiban”. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Menurut Donald E Kieso dkk (2007;140)dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi adalah : “Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu.” Menurut Donald E Kieso dalam buku Intermediate Accounting Bentuk laporan laba rugi dikelompokkan menjadi dua yaitu Laporan Laba Rugi bentuk Langsung dan Laporan Laba Rugi Bertahap. Menurut Donald E Kieso (2007;144) dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi bentuk langsung adalah : “Dalam Laporan laba rugi bentuk langsung hanya ada dua pengelompokkan yaitu pendapatan dan beban. Pendapatan dikurangkan dengan beban untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih.” Menurut Donald E Kieso (2007;145) dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi Bertahap yaitu : “Laporan Laba Rugi bertahap memperlihatkan dua klasifikasi tambahan: (1) Pemisahan hasil operasi yang diperoleh melalui aktivitas sekunder atau non operasi perusahaan; dan (2) Klasifikasi beban menurut fungsi, seperti perdagangan atau manufaktur, penjualan, dan adminstrasi.” 3. Laporan Perubahan Modal Menurut Kasmir (2011;29) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyatakan bahwa : “Laporan Perubahan Modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab berubahnya modal.” Perubahan-perubahan yang terjadi perlu diketahui untuk melihat perkembangan keadaan keuangan suatu perusahaan. Setelah perubahan ini diketahui, apakah terjadi kenaikan atau penurunan atau tetap, dapat pula diketahui sebab-sebab terjadi perubahan tersebut. 4. Laporan Arus Kas Menurut Kasmir (2011;29) dalam buku Analisis Laporan Keuangan menyatakan bahwa : “Laporan Arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk (pendapatan) dan arus kas keluar (biaya-biaya).” Laporan arus kas menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Kas masuk terdiri dari uang yang masuk ke perusahaan, seperti hasil penjualan, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah pengeluaran seperti biaya operasional perusahaan. 5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2011;30) dalam buku Analisis Laporan Keuangan menyatakan bahwa : “Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.” 2.2. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembanding, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi dimasa mendatang. Disinilah arti pentingnya suatu analisis terhadap laporan keuangan. 2.2.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Secara harfiah, analisis laporan keuangan terdiri atas dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Ini berarti juga bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “analisis” sendiri didefinisikan sebagai berikut : “Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.” Menurut pengertian ini, analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Ini berarti para analisis laporan keuangan dituntut mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan. Menurut Munawir (2007:35) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” pengertian Analisis Laporan Keuangan adalah : “Analisa Laporan Keuangan terdiri dari penelahaan atau mempelajari daripada hubungan hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.” Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Analisis laporan keuangan merupakan proses yang mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi, dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungan yang terdapat dalam suatu laporan keuangan sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2.2.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2011;68) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah : 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaandalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. 2.2.3. Prosedur Analisis Laporan Keuangan Sebelum mengadakan analisa terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus dapat menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Menurut Drs.Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” (2008:58) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Memahami Latar Belakang Data Keuangan Perusahaan Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang di analisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan Kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami, mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi; perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi, dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri. 3. Mempelajari dan me-review laporan keuangan Sebelum berbagai teknik analisis laporan keuangan di aplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 4. Menganalisis Laporan Keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan me-review laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut. 2.2.4. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Menurut Drs.Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan” (2008:59) Metode Analisis Laporan Keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu : 1. Metode Analisis Horizontal (Dinamis) Merupakan metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis perbandingan, analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor. 2. Metode Analisis Vertikal (Statis) Merupakan metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase perkomponen (common size), analisis rasio, dan analisis impas. 2.3. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja merupakan analisis yang berhubungan dengan sumber-sumber dana dan penggunaan dana yang berkaitan dengan modal kerja perusahaan. Artinya dari mana saja perusahaan memperoleh dana guna membiayai kegiatannya. Kemudian, dana yang sudah diperoleh tersebut digunakan untuk aktivitas apa saja. 2.3.1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja (dana) yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar upah buruh, membayar hutang, dan lain-lain. Dimana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat dikembalikan lagi kedalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil usaha perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:288)dalam buku “Analisa Kritis atas Laporan Keuangan “ pengertian modal kerja adalah : “Modal Kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang tidak lancar.” Menurut Kasmir (2011:249) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” Pengertian Modal kerja adalah : “Modal Kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Sebagai modal kerja diartikan seluruh aktiva lancar atau setelah dikurangi dengan utang lancar.” Menurut Kasmir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” (2011:250) Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam : 1. Konsep Kuantitatif Konsep Kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital). 2. Konsep Kualitatif Konsep Kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih (Net working capital). 3. Konsep Fungsional Konsep Fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Dari pengertian modal kerja diatas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pengertian modal kerja adalah modal yang harus disediakan dalam jumlah yang cukup untuk menjaga dan menjamin kelancaran operasi perusahaan. Modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, yakni memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien. Selain itu perusahaan juga tidak akan mengalami kesulitan keuangan. 2.3.2. Jenis-Jenis Modal Kerja Menurut W.B.Taylor yang dikutip oleh Bambang Riyanto (2001:117) dalam buku Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Modal kerja dapat dibagi menjadi : 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital), yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan. Modal kerja permanen dapat dibagi dua : a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) Jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarkan luas produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja Variabel dibagi menjadi : a. Modal Kerja Musiman (Seasional Working Capital) Modal kerja yang jumlahnya berubah karena fluktuasi musiman. b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) Modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. 2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai faktor yang memengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus selalu memerhatikan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut Munawir (2007:117) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” sebagai berikut : 1. Sifat atau tipe dari Perusahaan Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap atau plant and equipment yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Apabila dibandingkan dengan perusahaan industri, maka keadaannya sangatlah ekstrem karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan didalam operasinya sehari-hari. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk Memproduksi atau Memperoleh Barang yang akan dijual serta Harga Persatuan dari Barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu harga pokok per satuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, makin besar harga pokok persatuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja. 3. Syarat Pembelian Bahan atau Barang Dagangan Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula. 4. Syarat Penjualan Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut. 5. Tingkat Perputaran Persediaan Tingkat perputaran persediaan (Inventory Turn-over), menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. 2.3.4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Apabila dana didefinisikan sebagai modal kerja, maka laporan perubahan posisi keuangan menjelaskan sumber dan penggunaan dana dan menunjukkan bagaimana modal kerja tersebut berubah dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah pada akhir periode. Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja disebut sumber modal kerja. Sebaliknya transaksi yang menyebabkan penurunan modal kerja disebut penggunaan modal kerja. Modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara total aktiva lancar dan utang lancar, maka jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena transaksi-transaksi yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar. 2.3.4.1.Sumber-sumber Modal Kerja Kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam bentuk apapun. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan sumbersumber modal kerja yang dapat dicari dari berbagai sumber yang tersedia. Namun, dalam pemilihan sumber modal harus diperhatikan untung ruginya sumber modal kerja tersebut. Pertimbangan ini perlu dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan ke depan atau akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Menurut Munawir dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” (2007:120) pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari : 1. Hasil Operasi Perusahaan Jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan. 2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable securities atau effek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. 3. Penjualan aktiva tidak lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. 4. Penjualan saham atau obligasi Dalam menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Dengan demikian sumber modal kerja adalah karena adanya penurunan dalam non current assets karena penjualan maupun proses depresiasi, kenaikan dalam non current liabilities atau hutang jangka panjang, dan adanya kenaikan dalam sektor modal dari setoran pemilik maupun dari hasil operasi perusahaan. 2.3.4.2 Penggunaan Modal Kerja Setelah memperoleh modal kerja yang diinginkan, tugas manajer keuangan adalah menggunakan modal kerja tersebut. Hubungan antara sumber dan penggunaan modal kerja sangat erat. Artinya penggunaan modal kerja dipilih dari sumber modal kerja tertentu atau sebaliknya. Penggunaan modal kerja akan dapat memengaruhi jumlah modal kerja itu sendiri. Seorang manajer dituntut untuk menggunakan modal kerja secara tepat, sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai perusahaan. Menurut Munawir dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” (2007:124) Penggunaan modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk : 1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan Meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor, dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Besarnya penggunaan modal kerja untuk biaya operasi ini akan dapat ditentukan dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut, yaitu jumlah kerugian netto yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba dikurangi dengan jumlah depresiasi dan amortisasi periode tersebut. 2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan Penggunaan modal kerja karena kerugian yang di luar usaha pokok perusahaan harus dilaporkan tersendiri dalam laporan perubahan modal kerja. Adapun kerugian baik yang rutin maupun yang insidentil akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya modal perusahaan. 3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 4. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi, maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar. 5. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama. Penggunaan modal kerja karena adanya kenaikan dalam non current assets, penurunan dalam sektor non current liabilities atau hutang jangka panjang, dan adanya penurunan dalam sektor modal. 2.3.5. Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Penyajian laporan tentang perubahan modal kerja memerlukan adanya analisa tentang kenaikan atau penurunan dalam pos-pos yang tercantum dalam neraca yang diperbandingkan antara dua saat tertentu (comparative balance sheet), hal ini untuk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam pospos elemen modal kerja tersebut. Adapun langkah-langkah dalam menyusun analisis sumber dan penggunaan modal kerja menurut Munawir (2007:129) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” yaitu : 1. Bagian pertama, menunjukan perubahan yang terjadi untuk setiap jenis atau elemen yang ada dineraca. 2. Kedua, menentukan laporan perubahan modal kerja antara aktiva lancar (Asset lancar) dan hutang lancar (kewajiban jangka pendek), yaitu untuk mengetahui seberapa besar perubahan kenaikan atau penurunan yang terjadi pada masing-masing pos. 3. Ketiga, menunjukkan sumber dan penggunaan modal kerja atau sebabsebab terjadinya perubahan modal kerja. Bagian ini menggambarkan sumber-sumber tertentu dari mana modal kerja diperoleh serta berbagai penggunaan dari modal kerja tersebut. 2.3.6. Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut Munawir (2007:129) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” Tujuan analisis sumber dan penggunaan modal kerja akan sangat berguna bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja dan agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang, hasil analisa terhadap sumber dan penggunaan modal kerja dari suatu perusahaan dalam suatu periode akan dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan atau perencanaan modal kerja di masa yang akan datang.