PEMASARAN PENDIDIKAN DALAM KONSEP DAN DESAIN SEBAGAI QUALITY ASSURANCE MENUJU WORLDCLASS UNIVERSITY / SCHOOL EKA. PRIHATIN SULAKSANA ABSTRAK Globalisasi menjadi driver force terhadap perubahan pada segala aspek kehidupan, terutama dalam pendidikan. Pengelolaan pendidikan tidak lagi bisa dilakukan secara tradisional akan tetapi membutuhkan sentuhan professional, karena dampak globalisasi dapat meningkatkan persaingan antar lembaga pendidikan. Konsep terbaru yang dapat diterapkan adalah pemasaran pendidikan yang berbasis Customer Relationship Management (CRM). Esensi dari konsep ini adalah bagaimana menciptakan kepuasan customers pendidikan, sehingga diharapkan membangun loyalitas dari customers terhadap lembaga tersebut. Implementasi konsep berujung pada quality improvement dalam setiap layanan pendidikannya. Dengan demikian konsep ini menjadi quality assurance yang akan mengantarkan pada world class university/ school. Kata kunci: konsep pemasaran pendidikan, customers relationship management, kepuasan customers, loyalitas customers, quality improvement, quality assurance dan worldclass company. A. PENDAHULUAN Dampak globalisasi tidak saja dirasakan oleh dunia usaha, akan tetapi dirasakan pula oleh dunia pendidikan. Pengelolaan pendidikan menjadi aspek yang penting untuk menghadapi setiap perubahan, persaingan dan tuntutan standar yang bersifat nasional dan internasional. Peningkatan standarisasi akan merubah standar dari semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan, dari mulai sumber daya manusia, sumber belajar juga sumber fasilitas dan dana. Ketiga sumber tersebut memerlukan pengelolaan yang apik dan teliti sehingga menjadi efektif, efisien dan produktif. Rujukan terbaru adalah mengaplikasikan konsep pemasaran pada pendidikan, konsep ini berorientasi bukan asal barang habis akan tetapi lebih luas yaitu bagaimana menciptakan kepuasan dari pelanggan. Kepuasan itu sendiri sangat relatif, menurut Lamb,et al (1999:7) nilai pelanggan (customer value) adalah ratio manfaat terhadap pengorbanan (biaya) yang diperlukan 1 untuk mendapatkan manfaat tersebut. Dengan demikian penciptaan nilai adalah suatu strategi bisnis utama dari beberapa lembaga pendidikan yang sukses. Nilai pelayanan (service value) = Manfaat pelayanan (service Benefit) _____________________________ Biaya pelanggan (customer cost) Keterangan: 1. Service Benefit adalah manfaat pelayanan (service product, personal value, image value) yang diterima atau dirasakan oleh pelanggan 2. Customer cost adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan (monetery cost, time cost, energy cost, physical cost) untuk mendapatkan service Benefit yang diberikan oleh lembaga pendidikan 3. Service value adalah nilai pelayanan yang disampaikan lepada pelanggan Kepuasan merupakan proses psikologi dari persepsi terhadap evaluasi hasil kinerja berdasarkan harapan yang telah ditentukan sebelumnya, Buttle (1997:143) menyatakan pelanggan merasa puas ketika harapannya terhadap nilai dikonfirmasikan secara positif dengan pengalamannya menggunakan suatu produk. Lembaga pendidikan selalu berusaha memuaskan pelanggan pendidikannya untuk meningkatkan nilai jasa yang disampaikan, dimana peranan nilai jasa tersebut akan menciptakan loyalitas pelanggan, seperti yang dikemukakan oleh Donaldson and O’Toole, (2002:161) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan datang dari suatu merk yang kuat dan ditopang oleh pasar yang relevan serta dikombinasikan dengan produk, jasa dan penyampaian nilai pelanggan yang superior. B. KONSEP DASAR PEMASARAN PENDIDIKAN Konsep dasar dari manajemen pemasaran pendidikan adalah terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran yang diaplikasikan pada konteks dunia pendidikan. Dalam memahami pengertian manajemen, ada baiknya kita pahami tentang administrasi pendidikan, alasannya adalah bahwa bidang kajian dari administrasi pendidikan ini sangat 2 luas, seperti pendapat yang menggambarkan secara gradual dikemukakan tentang oleh Hadari Nawawi (2003:10), kedudukan administrasi lebih tinggi dari manajemen, administrasi menentukan kebijakan kemana organisasi akan dibawa, sedangkan manajemen merumuskan bagaimana melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh administrator. Dimana administrasi menentukan “What” dan “ Policy – making” sedangkan manajemen menentukan “how” dan “ Policy executing”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini : Administrasi Manajemen Pengambilan keputusan H Kepemimpinan Human relation Gambar 1; Kedudukan Administrasi Pendidikan Sumber: Hadari Nawawi, 2003:10 Sugiyono (2004:21), mengemukakan bahwa antara manajemen dan administrasi dapat diartikan sama dan dapat diartikan berbeda. Dalam arti yang sama administrasi dan manajemen merupakan kata sinonim dan penggunaannya dapat secara bergantian, selanjutnya mengutip pendapat Orlosky (1984:1-2) menyatakan: ‘ The term administration and management do not have precise meanings, administration and management are frequently treated as synonymous and interchangeable term’.. Dalam arti yang berbeda, kedudukan administrasi lebih tinggi dari manajemen, administrasi menentukan kebijakan kemana organisasi akan dibawa, sedangkan manajemen merumuskan bagaimana melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh administrator. Dimana administrasi menentukan “What” dan “ Policy – making” sedangkan manajemen menentukan “how” dan “ Polycy executing”. 3 Pendapat Owen E. Hughes (1994, yang dikutip oleh Sugiyono (2004:21), menyatakan bahwa manajemen lebih luas dari administrasi “ It is argued the management… the term administration and management are not synonymous, neither is their application to public sector. Public management does include administration, but also involves organization to achieve objectives with maximum efficiency, as well as genuine respoinsibility, for result”. M. E. Dimock (1989) , yang dikutip oleh Sugiyono,( 2004:23), mengemukakan administrasi identik dengan manajemen. “ Administration (or Management) is a planned approach to solving of all kinds of problems in almost every individual or group activity both public or privat” Dalam hal ini administrasi atau manajemen diartikan sebagai proses pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Lebih jelas dikemukakan bahwa : proses pengelolaan ke dalam fungsi-fungsi manajemen , yang terdiri atas : perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengontrolan. Sumber daya yang dikelola, meliputi 7 M yaitu man & women, money, materials, method, machines, market, minute (waktu), kriteria pencapaian tujuannya adalah efektif dan efisien. Adapun fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli tergantung pada sudut pendekatan dan pandangan mereka. Untuk bahan perbandingan akan dikemukakan pembagian fungsi-fungsi manajemen yang dikutip oleh Malayu S.P.Hasibuan (2003:3)yang dapat dilihat pada table G.R Terry planning organizing actuating controlling Henry Fayol 1. planning 2. organizing 3. commanding 4. coordinating 5. controlling Newman 1. planning 2. organizing 1. 2. 3. 4. John F. Mee Planning Organizing Motivating controlling Harord Koontz Planning Organizing Staffing directing Controlling Luther Gullick Planning Organizing 4 berikut. Louis A. Allen Leading Planning Organizing controlling Siagian Planning Organizing Motivating Controlling evaluating Lyndall F Forecasting Planning MC Namara Planning Programming Budgeting System Oey Liang lee Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengkoordinasia pengontrollan John. D Directing 3. assembling resources 4. directing 5. controlling 6. _______ 7. ________ Staffing Oraganizing Directing Coordinating Reporting budgeting Commanding Coordinating controlling facilitsting Table 1: fungsi-fungsi manajemen Sumber:Malayu S.P.Hasibuan, 2003:3 Sedangkan pengertian marketing dari Philip Kotler (1978 :5) adalah ” The performance of business activities that direct the flow of goods and services from producer to cunsumer or user”. Lebih lanjut Kotler mengemukakan bahwa “ marketing is the analizing, organizing, planning, and controlling of the firm’s customer-impinging resources, policies, and activities with a view to satisfying the needs and wants of chosen customer groups at a profit”, dengan demikian marketing itu sendiri memiliki 3 elemen yaitu integrated marketing, to create customer satisfaction, at a profit. Selanjutnya Kotler (1995:6) memberikan pengertian tentang marketing dalam konteks pendidikan yaitu : Marketing is the analysis, planning, implementation, and control of carefully formulated programs designed to bring about voluntary exchanges of values with target markets to achieve institutional onjectives. Marketing involves designing the institution’s offerings to meet the target markets needs and desires, and using effectives pricing, communication, and distribution to inform, motivate, and service these markets Berdasarkan definisi di atas maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa (1) a managerial process involving analysis, planning, implementation and control, (2) marketing manifests itself in carefully formulated programs, (3) marketing seeks to attract customers by serving their needs, (4) marketing means the selection to target markets rather than an attempt to be all things to all people, (5) marketing helps institutions survive and prosper through serving their markets with greater effectiveness, (6) marketing relies on designing the institution’s offering in terms of the target markets needs and wants, (7) marketing is services utilizes and blands a set tools called the marketing mix-programs, price, place (delivary systems), promotion (including 5 advertising, public relations, personal contact, and other activities), processes, physical facilities and people. Pengertian marketing pendidikan John R. Silber yang dikutif Buchari Alma (2003:53)mengutip (Silber, 1980:7) menyatakan bahwa “ In another sense, marketing ethics deal with avoiding the dubiously legitimized dishonesties of some commercial advertising and we should hope that institutions are supplied with the qualities of intellect and character as well. Dengan kata lain bahwa etika marketing daalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan sifatnya lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, yang hasil pendidikannya mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga Negara, generasi penerus ilmuwan di kemudian hari. George Brooker (1985:191) mengemukakan : “ Most well-managedorganizations today, whether profit or non-profit recognize the importance of implementing formal marketing programs”. Sehingga tingginya persaingan antar lembaga pendidikan baik nasional maupun persaingan internasional , solusinya adalah melalui marketing pendidikan. Dalam membangun lembaga pendidikan Brubacher (1977:107) menyatakan ada dua landasan filosofi yaitu landasan epistemologis pendidikan harus berusaha untuk mengerti dunia sekelilingnya, memikirkan sedalam-dalamnya masalah yang ada di masyarakat (to think as profoundly as possible on the society’s most puzzling problems even to think the unthinkable), dimana tujuan pendidikan tidak dapat dibelokkan oleh berbagai pertimbangan dan kebijakan, tetapi harus berpegang teguh pada kebenaran. Sedangkan landasan politik dari pendidikan sudah memikirkan kehidupan praktis untuk tujuan masa depan bangsa karena masyarakat kita begitu kompleks sehingga banyak masalah pemerintahan, industri, pertanian, perbankan, tenaga kerja, bahan baku, sumber daya alam dan manusia, hubungan internasional, pendidikan, lingkungan, kesehatan dsb yang perlu untuk di pecahkan oleh tenaga ahli yang dicetak oleh dunia pendidikan, dimana lulusan yang bermutu dihasilkan dalam black box processing yang diolah oleh tenaga pendidik yang bermutu. 6 C. DESAIN PEMASARAN PENDIDIKAN Pendidikan merupakan produk jasa, dimana banyak ahli yang mengemukakan tentang pengetian jasa diantaranya adalah Kotler (2000:428) adalah “a service is any act or performance thet one party can offer to another that is essentially intangible and does not results in the ownership of anything, its production may or may not be tied to a physical product”,dengan demikian jasa merupakan setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan, produk jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. Selanjutnya Stanton (2002:537) mengemukakan definisi jasa sebagai berikut : “ services are identifiable activitiesthat are the main object of a transaction designed to provide want-satisfaction to customers. By this definition we exclude supplementary services that support the sale of goods or other services”, kemudian Zeithaml & Bitner (2000:3) mengemukakan bahwa pengertian jasa adalah “include all economic activities whose output is not a physical product or construction, is generally consumed at the time it is produced, and provides added value in forms (such as convenience, amusement, timelines, comfort or health) that are essentially intangibles concerns of its first purchaser”, merupakan seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik , dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya. Kotler(2000:429) mengemukakan ada empat karakteristik dari jasa yaitu (1) tidak berwujud, dimana jasa tidak dapat dilihat, dicium, diraba, didengar dan dirasakan sebelum mereka membelinya, sehingga konsumen dalam membeli jasa berdasarkan pada perasaan dan kepercayaannya,(2) tidak terpisahkan (inseparability), dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari sumber yang menghasilkannya , artinya bahwa jasa sangat melekat dengan produsennya sehingga peranan citra produsen menjadi jaminan dalam menciptakan kepercayaan konsumen, (3) bervariasi (variability), jasa itu sendiri berubahubah tergantung siapa yang menyajikannya, bagaimana situasi dan kondisinya dan juga siapa konsumennya, sehingga pengendalian kualitas pelayanan sangat sulit, (4) mudah musnah (perishability), dimana jasa tidak dapat disimpan dan mudah musnah sehingga 7 perlu sebuah strategi untuk menstabilkan permintaan pasar sehingga ada persiapan pelayanan sebelumnya. Sehubungan dengan perlunya menstabilkan permintaan pasar maka diciptakan sebuah strategi bagaimana memasarkan produk jasa yang diminati dan dipercaya oleh konsumen, salah satunya adalah menciptakan pemasaran yang tepat, Kotler (2002:9) menawarkan bauran pemasaran (marketing mix) yang menjadi panduan bagi lembaga pendidikan dalam memasarkan jasa pendidikannya, menyatakan bahwa “marketing mix as a set of controllable, tactical marketing tools that the firm blends to produce the result it wants in the target market.. Elemen dari strategi bauran pemasaran ini terdiri dari 7 P yaitu 4 P tradisional dan 3 P dalam pemasaran jasa , hal itu dapat dilihat secara rinci pada table di bawah ini : P1 : Product P2: Price P3: Place P4: Promotion Quality List price Channels Advertising Features Discount Coverage Personal Options Allowances Location Selling Style Payment Inventory Sales Packaging Period Transport Promotion Saizes Credit terms publicity Services Warranties Returns brand P5: People P6: Physical Evidence P7: Process Service provider Arrangement of objects Policies & procedures Customer being service Material used Factory / delivery Other employees and Shapes/lines Training & rewarding customer Colour systems Temperature noise Table 2: The Seven Ps of marketing Sumber: Kotler et al (2002:9) P1: Product merupakan hal yang paling mendasar yang akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi calon ,dimana bauran strategi ini berupa diferensiasi produk akan memberikan dampak terhadap kesempatan lapangan kerja sehingga menimbulkan citra terhadap perguruan tinggi. Strategi bauran produk ini 8 diterjemahkan dalam variable strategi akademik dan strategi sosio kulturan yang keduanya memperlihatkan hubungan yang positif. P2: Price merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk, dimana apabila mutu produk baik, maka calon mahasiswa berani membayar lebih tinggi sepanjang dirasa dalam batas kejangkauan pelanggan pendidikan. Salah satu strategi yang sekarang dikembangkan oleh beberapa perguruan tingggi adalah Skiming price artinya adalah memasang harga yang setinggi-tingginya pada saat mulai dipasarkan dengan jaminan bahwa produk yang ditawarkan memang berkualitas tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumennya. P3: Place adalah letak lokasi perguruan tinggi yang mudah dicapai kendaraan umum, hal itu cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan. P4: Promotion yang berlebihan mempunyai hubungan korelatif yang negatif terhadap daya tarik peminat. P5: People adalah orang-orang yang terlibat, dimulai dengan unsur pimpinan perguruan tinggi, karyawan dan tenaga edukatif yang semuanya sebagai agen dalam menciptakan atau mempertahankan bahkan meningkatkan citra perguruan tinggi. Disini pengujian dari unsur pimpinen dalam mengelola perguruan tinggi di dukung oleh pemberian layanan yang berkualitas dari semua karyawan dan tenaga edukatif perguruan tinggi akan menentukan pembentukan citra dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Senada dengan ungkapan dari Zeithmal & Binter (2000:20) ; people all human actors who play a part in service delivery and thus influence the buyer’s perceptions, namely the firm’s personnel, the consumer, and other customers in the service environment. Dalam hal ini selain pimpin yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen juga contact person adalah ujung tombak dari perguruan tinggi yang lebih dikenal sebagai the provider is the service seperti guru-dosen, konsultan, konseling dan tenaga profesional lainnya yang langsung berhubungan dengan pelanggan pendidikan, berdasarkan hal itu diperlukan strategi baru yaitu internal marketing untuk membentuk sebuah armada yang dapat memenuhi janji lembaga dengan penempatan yang tepat. Dilanjutkan dengan eksternal marketing yang tugasnya lebih pada making promise kepada pelanggan pendidikan sesuai dengan 9 kemampuan perguruan tinggi, dan yang terakhir adalah interactive marketing yang bertugas sebagai keeping promises dimana seluruh pegawai perguruan tinggi berperilaku untuk mewujudkan janji sehingga tidak menimbulkan kekecewaan dari pelanggan pendidikan. P6: Physical evidence, seperti yang dikemukakan oleh Zeithaml and Binter (2000:20); physical is the environment in which the service is delivered and where the firm and cus tomers interact, and any tangible components that facilitate performance or communication of the service., merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa pendidikan sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga kepada pelanggannya. P7: Process, Zaithaml and Bitner (2000:20) menyatakan bahwa process is the actual procedures, mechanism and floe of activities by which the service is delivery-the service delivery and operating system. Dengan demikian proses penyampaian jasa pendidikan merupakan inti (core) dari seluruh pendidikan tinggi, kualitas dalam seluruh elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi terhadai pengelolaan perguruan tinggi dan citra yang terbantuk akan membentuk circle dalam merekrut pelanggan pendidikan.kalau digambarkan secara sederhana adalah sebagai berikut: 10 Produk PT Process Place Pelanggan pendidika n Promotion Price People Tujuan Physical evidence Penyerapan pasar kerja Citra PT Gambar 2; lingkaran Pendidikan 11 Input Penyusunan Disain Pengaturan: Land Teaching Manusia Man Research Kurikulum Capital Management Penawaran Jasa Public service Fasilitas Pesta kampus Learning environment Program/jurusan Balikan Employment office Hub. Kampus Masyarakat Pembinaan alumni Mapping technique Proses (segmentation) Kinerja dosen diversivikasi Perkuliahan Strategi marketing mix Product Layanan akademik Penelitian Promotion Seminar/work shop Media cetak & elektronik Gedung-lab Place Balikan Olahraga Personal traits Meningkatkan mutu akademik Citra Layanan sosiokultural Price Tujuan Perpustakaan Eksistensi PT Value added Keilmuan Ekonomi Prestise Keagaan Gambar 3; Model Penawaran Jasa Pendidikan Kesenian Jumlah peminat Cafeteria Took dsb 12 INPUT PROCESS LINGKUNGAN BAURAN PEMASARAN KOTAK HITAM 1. link kultural 2. Link politik dan hukum 3. link ekonomi dan technologic al 4. link kompetitif sumber daya dan sarana dan prasarana lembaga Proses dipeng aruhiny a calon pembel i oleh berbag ai faktor input Bauran pemasaran P1; product P2: harga P3: lokasi P4: Promosi P5 Pimpinan P6: Bangunan/a lat P7: Proses OUTPUT OUTPUT ANTARA (KEPUASAN Perilaku calon pembeli yang dikehendaki OUTPUT AKHIR Volume penjualan (banyaknya pendaftar) FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELI 1. 2. 3. 4. cultural social personal psikologikal Gambar 4: Model dipengaruhinya calon pembeli Disamping menggunakan marketing mix, lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi pemasaran kerelasian ( relationship marketing strategy ) untuk mendapatkan, mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan pendidikan dalam jangka panjang. Dalam lembaga pendidikan nilai yang diciptakan disebut nilai jasa atau pelayanan (service value), nilai jasa yang disampaikan kepada pelanggan disebut nilai pelanggan (customer value) yang dapat dievaluasi oleh pihak luar yaitu pelanggan. 13 Haksever, et al (2000:88) memberikan pengertian nilai adalah kemampuan suatu barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan atau menyediakan suatu manfaat kepada seorang pelanggan, artinya suatu produk atau jasa memiliki nilai jika produk tersebut memuaskan kebutuhan atau menyediakan manfaat bagi seorang pelanggan (perorangan atau organisasi). Nilai bersifat subjektif , artinya keberadaannya tergantung pada persepsi dan kebutuhan tertentu seorang pelanggan. Ada dan tidak ada nilai bagi pelanggan dapat diubah persepsi tersebut dengan melakukan pernaikan pada componen-komponennya sehingga menjadi bernilai. Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2004:9) menyatakan bahwa pelanggan akan membeli suatu produk dari preusan yang dipandang menawarkan nilai dan kepuasan pelanggan lebih tinggi yang akan diterimanya dibandingkan daripesaingannya. Nilai yang diterima pelanggan (customer perceived value) adalah perbandingan antara evaluasi pelanggan terhadap semua manfaat (Benefit) dan semua biaya (cost) dari suatu produk yang diterima. Kotler (2003:60) mendefinisikan nilai pelanggan total (total customer value) adalah perbandingan antara manfaat total dengan biaya total. Manfaat total (total Benedit) adalah sepaket manfaat ekonomi, fungsional, psikologi yang diharapkan diterima pelanggan dari produk tertentu. Sedangkan biaya pelanggan total (total customer cost) adalah sekumpulan biaya yang diperkirakan akan dikeluarkan untuk mengevaluasi, memilih, menggunakan dan menentukan produk pasar tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya pelanggan total adalah meliputi biaya uang (harga), waktu, energi dan biaya fisik Lembaga pendidikan dapat juga menerapkan pemasaran pendidikan yang berbasis customers relationship management (CRM), suatu strategi baru yang bertujuan merangkul pelanggan. Brown (2000:8) dalam Bunga Rampai (Vanessa, 2007:128) mengungkapkan bahwa CRM merupakan suatu proses mendapatkan, mempertahankan, dan mengembangkan pelanggan yang menguntungkan. CRM merupakan suatu strategi yang bertujuan untuk memahami, mengantisipasi dan mengelola kebutuhan pelanggan yang ada dan pelanggan potensial dalam sebuah lembaga pendidikan. 14 CRM merupakan suatu pengelolaan stratejik, proses serta perubahan lembaga dan teknis, dengan melakukan pengelolaan seputar perilaku pelanggan untuk menciptakan kepuasan yang maksimal. Konsep utama dari CRM adalah penciptaan nilai pelanggan yang bertujuan tidak hanya untuk memaksimalkan pendapatan dari transaksi tunggal, melainkan keunggulan bersaing yang tidak hanya berdasarkan harga, tetapi juga berdasarkan kemampuan provider untuk membantu pelanggan menghasilkan nilai untuk mereka sendiri dan untuk membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Konsep kedua adalah dengan melihat produk sebagai suatu proses, dimana produk dilihat sebagai suatu entitas yang mencakup pertukaran antara proses yang dijalankan oleh provider dengan yang dijalankan oleh pelanggan. Kompetensi yang dituntut adalah kemampuan provider dalam penciptaan nilai pelanggan. Sehingga diferensiasi produk menjadi diferensiasi proses yang membuka peluang tak terbatas untuk menghasilkan berbagai macam hubungan. Konsep ketiga adalah tanggung jawab provider. Lembaga pendidikan harus dapat membina hubungan yang lebih kuat dan menawarkan kepada pelanggannya untuk menghasikan nilai-nilai untuk mereka sendiri. Fokus dari CRM adalah memperbaiki tingkat kepuasan pelanggan, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan meningkatkan pendapatan dari pelanggan yang ada, dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan, globalisasi dan perputaran pelanggan serta perkembangan biaya pengakuisisian pelanggan. Penerapan CRM akan memungkinkan suatu lembaga pendidikan memiliki kapabilitas untuk memahami perilaku pembelian pelanggan dengan lebih baik dan untuk menentukan tipe komunikasi yang bagaimana yang seharusnya diterapkan dalam menghadapi pelanggan. Tujuan CRM adalah mengenali konsumen yang terbaik dan memberikan kepercayaan terhadap konsumen, memenuhi harapan mereka dan membuat hidup mereka berubah, maka konsumen dalam sebuah lembaga pendidikan tidak diperlakukan secara sama. Nykamp (2001:4) dikutip oleh Vanessa (2007: 36) mendefinisikan CRM sebagai suatu fokus dalam menghasilkan nilai optimal bagi para pelanggan melalui bagaimana 15 cara perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan, bagaimana perusahaan/lembaga memasarkannya, dan bagaimana perusahaan melayani mereka, serta melalui media tradisional yang meliputi produk, harga promosi dan distribusi. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar berikut ini: Fokus Pemasaran Tradisional Produk Provider Party Harga Pertimbangan Pelanggan dan Pembelian potensial Focus Pengalaman Pelanggan Promosi Distribusi Diferensiasi Pelanggan Interaksi Pemasaran Interaksi Penjualan Kepuasan pelanggan loyalitas, dan nilai Interaksi jasa Interaksi dukungan Gambar 5; Pergeseran Fokus Sumber : Melinda Nykamp; (2001:5) Vanessa (2008:188), mengemukakan bahwa CRM akan dapat membuat suatu organisasi dapat menyampaikan suatu cara untuk melakukan komunikasi secara personal dalam skala makro. CRM dapat membantu suatu organisasi dalam mengetahui apa yang sebenarnya yang diinginkan pelanggan dan apa yang memotivasi mereka, dimana kesalahan terbesar yang dilakukan institusi pendidikan diantaranya adalah kegagalan dalam mengenali alumni yang telah memasukkan dua anaknya ke institusi kita. Sehingga untuk mengantisipasinya dengan memasukan unsur-unsur metodologi, menggunakan seperangkat software, dan biasanya kapabilitas web yang membantu dalam berhubungan dengan stakeholders. 16 CRM pada jasa pendidikan menyediakan aplikasi yang berorientasi kepada data untuk membantu mengelola dan melacak interaksi konstituen, disamping sebagai alat analisis untuk pengambilan keputusan manajemen ((Campbell & Robert;2007) dalam Vanessa (2008:190)). Penyampaian nilai yang meningkat kepada pelanggan interaksi dengan pelanggan dan pelanggan prospektif pelanggan aquire dan pelanggan pelanggan prospektif pelanggan retain yang beraharga CRM Penyesuaian berdasarkan Berdasarkan segmen Mengembangkan produk, jasa saluran untuk memenuhi kebutuhan pelanggan Memahami kebutuhan pelanggan Diferensiasi berdasarkan kebutuhan karakteristik dan Perilaku konsumen Gambar 6: Proses Customer Relationship Management Sumber : Vanessa Gaffar dalam Bunga Rampai (2007:131) Sebagai suatu siklus tahapan-tahapan tersebut saling bergantung dan berkesinambungan, dalam arti suatu lembaga tidak dapat masuk pada tahapan tertentu sebelum dapat melalui tahapan sebelumnya, misalnya : a. Penyesuaian produk atau jasa untuk pelanggan memerlukan pemahaman mengenai siapa pelanggan kita. 17 b. Interaksi dan penyampaian nilai yang meningkat kepada pelanggan membutuhkan pengembangan dan penyesuaian produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketahanan pelanggan memerlukan penyampaian nilai yang meningkat, siklus ini berkesinambungan dimana hubungan tersebut melibatkan serangkaian interaksi yang berjalan.seperti yang nampak dalam siklus, bagi setiap oranisasi, bisnis diawali dengan akuisisi pelanggan. Tahapan pertama : memahami dan membedakan. Suatu perusahaan tidak dapat menjalin suatu hubungan dengan pelanggan kecuali lembaga tersebut memahami mereka. Apa yang mereka nilai, jasa apa yang penting bagi mereka, bagaimana dan kapan mereka memilih untuk berinteraksi, dan apa yang ingin mereka beli, pemahaman pelanggan meliputi: a. Membuat profil pelanggan, merupakan suatu proses dalam mengidentifikasi karakteristik demografis dan geografis pelanggan seperti usia, jumlah pengeluaran serta jarak menuju lokasi penjualan terdekat. Informasi seperti industri vertikal, jumlah pekerja dan pendapatan konsumen penting jika lembaga akan membuat profil pelanggan pendidikan. b. Segmentasi pelanggan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi pelanggan yang rasional dan unik yang mempunyai karakteristik yang sama dan menunjukkan perilaku yang sama terhadap pembelian dan penggunaan jasa yang diproduksi. c. Penelitian primer, yang bertujuan untuk memahami kebutuhan dan sikap pelanggan terhadap produk, jasa dan lembaga secara keseluruhan d. Penilaian pelanggan, dimana lembaga harus menentukan bagaimana dan berapa banyak andil kelompok pelanggan terhadap profitabilitas lembaga saat ini dan juga nilai potensial dimasa yang akan datang. Tahapan kedua: mengembangkan dan menyesuaikan. Dalam orientasi produk abad ini, lembaga menghasilkan produk atau jasa dan menentukan jaringan distribusi, lalu mencari pelanggan. Kita bisa membayangkan produk jasa yang gagal serta sukses jangka pendek yang akan dirasakan lembaga berdasarkan konsep ini. Dalam hal ini pengembangan produk jasa dan saluran harus mengikuti kebutuhan pelanggan. Ini 18 merupakan dasar utama bagi kompetitor sehingga antar lembaga berlomba untuk meningkatkan pengembangan produk jasa, dan menyesuaikan media komunikasi dan saluran distribusi berdasarkan kebutuhan dan harapan pelanggan. Tahapan ketiga; interaksi dan penyampaian. Interaksi merupakan komponen paling penting alam setiap inisiatif CRM. Banyak yang berpendapat kata interaktif sama dengan elektronik atau online, tapi kita tidak dapat menyampaikan sifat timbal balik dari istilah tersebut. Dengan demikian interaksi tidak hanya muncul melalui saluran pemasaran dan penjualan, interaksi pelanggan dapat dilakukan pula dengan cara yang berbeda dalam area yang berbeda dalam suatu lembaga, dengan pijakan bahwa lembaga harus yakin bahwa seluruh area institusi mempunyai kemudahan akses terhadap informasi pelanggan, ini harus diberikan untuk menjembatani interaksi lembaga dengan pelanggan berdasarkan kebutuhan dan nilai pelanggan yang potensial. Tahapan keempat: mendapatkan dan mempertahankan. Intensitas lembaga dalam berinteraksi dengan pelanggan dan mempelajarinya, akan semakin mudah mengetahui nilai terbesar bagi lembaga. Pandangan tersebut akan membantu usaha akuisisi yang dilakukan lembaga untuk menarik mereka sesuai dengan pelanggan yang paling berharga. Pemahaman segmentasi terhadap pelanggan yang paling berharga dapat membuat usaha pengakuisisian meningkat secara efektif karena lembaga dapat melakukannya dengan menggunakan saluran, media, produk, penawaran, dan waktu yang tepat serta pesan yang relevan. Sukses dan tidaknya ketahanan pelanggan bagi suatu perusahaan akan tergantung pada kemampuan lembaga untuk secara konsisten menyampaikan tiga prinsip utama sebagai berikut: a. Menjaga interaksi dengan melaksanakan forum dialog dua arah dan tidak berhenti mendengarkan b. Tetap menyampaikan definisi pelanggan tentang nlai c. Waspada terhadap perubahan dan bersiap untuk memodifikasi jasa lembaga dan menilai proposisi sesuai dengan perubahan Dengan menjaga tiga prinsip tersebut, siklus CRM akan berlanjut, dengan bergeraknya suatu tahapan menuju tahapan berikutnya, pandangan dan pemahaman 19 perusahaan akan meningkat, begitu juga dengan implementasi proses CRM dan hasil diferensiasi lembaga di pasar. Implementasi CRM yang sukses, membutuhkan tindakan yang spesifik dan terpadu. Perencanaan merupakan kunci menuju sukses, khususnya bagi inisiatif seperti CRM yang mempengaruhi keseluruhan lembaga. Perencanaan CRM tersebut sangat penting karena akan membantu lembaga dalam menentukan tujuan CRM yaitu meningkatkan pendapatan, menurunkan biaya, dan diferensiasi bersaing. Selain itu perencanaan juga berguna dalam penyeragaman strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan juga berguna dalam penyeragaman strategi untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan infrastruktur akan menuju implementasi yang sukses serta akan membantu lembaga mengukur kesuksesan untuk memonitor kemajuan dan mengkuantifisir prestasi lembaga. Langkah – langkah dalam mengimplementasikan CRM menurut Vanessa dalam Bunga Rampai (2007:133) , yaitu : 1. Penilaian situasi 2. Analisa Gap CRM 3. Rencana Tindakan Penilaian situasi, untuk membangun rencana tindakan CRM , pemahaman mengenai dimana letak lembaga dalam lingkup CRM, penilaian situasi akan memudahkan perusahaan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mempriotaskan inisiatif CRM dalam lingkungan lembaga. Ada dua aspek penting yaitu: pertama, evaluasi internal yang mencakup kapabilitas untuk mengetahui posisi lembaga saat ini dan apa kelebihan serta kekuatan lembaga dalam setiap area. Aspek yang kedua adalah evaluasi eksternal merupakan pengalaman pelanggan terhadap lembaga pendidikan, penilaian tersebut akan menganalisis pengalaman pelanggan secara keseluruhan atau kelompok, dimana intinya adalah untuk memahami karakteristik, kebutuhan dan peluang interaksi yang didasarkan pada dampak dan kemampuan implementasi. 20 Analisa gap, merupakan suatu perbandingan antara kinerja lembaga pendidikan saat ini dengan kinerja yang diharapkan , yang dapat dikategorikan dalam : 1) gap dalam fokus bisnis yang berhubungan dengan definisi pelanggan, pengetahuan mengenai perilaku pelanggan, pemahaman mengenai sikap, kebutuhan dan preferensi pelanggan, serta komitmen untuk memuaskan kebutuhan pelanggan; 2) gap dalam stuktur organisasi meliputi peran dan tanggungjawab, proses bisnis, pengukuran kinerja pekerja dan sistem konpensasi serta insentif; 3) gap dalam matrik bisnis berhubungan dengan pengukuran terhadap kinerja pelanggan berdasarkan segmen; 4) gap dalam kemampuan interaksi pelanggan akan meningkatkan dengan melihat kepada pengalaman pelanggan terhadap lembaga pendidikan; 5) gap dalam teknologi akan berhubungan dengan konsistensi data, penyampaian informasi pelanggan yang tepat pada setiap titik kontak, serta penelusuran kinerja pelanggan dari waktu ke waktu. D. PEMASARAN PENDIDIKAN SEBAGAI QUALITY ASSURANCE MENUJU WORLDCLASS Seperti kita ketahui dari awal konsep pemasaran pendidikan itu sendiri adalah untuk menciptakan kepuasan melalui pelayanan jasa pendidikan, Seluruh lembaga pendidikan/ perusahaan yang bergerak dalam bidang pendidikan menyadari bahwa keunggulan dalam kualitas produk merupakan daya saing yang efektif, senada dengan pendapat dari Haksever, et, al (2000:329) menyatakan bahwa tidak ada perusahaan yang berhasil dalam menciptakan keunggulan bersaing jika produknya tidak berkualitas seperti yang diinginkan pelanggannya, konsekuensi dari kualitas produk yang buruk di universitas adalah menurunnya peminat yang akan mengakibatkan kerugian. Fakri Gaffar (2006) mengemukakan bahwa fokus dari lembaga pendidikan adalah dengan menciptakan kualitas dalam proses pembelajaran dimana akan dipengaruhi oleh kebutuhan serta faktor lingkungan ,untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: 21 FOCUS THE QUALITY OF LEARNING LEARNING NEEDS ENVIRONMENTAL FACTORS Gambar 7; Fokus The Quality of Learning Konsep dari kualitas kadang dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian yang merupakan fungsi spesifikasi kualitas yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan . Stephen Uselac yang dikutip Fandy Tjiptono (1995:3) menegaskan bahwa kualitas bukan hanya mencakup produk dan jasa tetapi juga meliputi proses, lingkungan dan manusia. Banyak definisi tentang kualitas yang dikemukakan berdasarkan sudut pandang masing-masing, diantaranya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Performance to the standard expected by the customer Meeting the customer’s needs the firs time and every time Providing our customers with products and services thet consistently meet their needs and expectations Doing the right thing right the first time, always striving for improvement, and always satisfying the customer. A pragmamtic system of continual improvement, a way to success fully organize man and machines. The meaning of excellence. The unyielding and continuing effort by everyone in an organization to understand, meet, and exceed the needs of its customers. The best product that you can profuce with the materiakls that you have to work with. Continuous good product which a customer can trust. Not only satisfying customers, but delighting them, innovating, creating. 22 Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kualitas itu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan yang mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana standarisasinya selalu berubah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungan secara global. Konsep mutu ( Quality) telah dikemukakan oleh banyak ahli diantaranya adalah : 1. Philip B. Crosby (1979) berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan 2. K. Ishikawa (1985) mengemukakan bahwa mutu adalah kepuasan pelanggan 3. W. Edward Deming (1986) berpendapat bahwa mutu adalah pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus menerus 4. Josep. M Juran (1989) mengemukakan bahwa mutu merupakan kesesuaian dengan pengguna 5. Eduardo Morato (1995) menyatakan bahwa Quality is thus function of people expressing themselves in the fullest way possible. 6. Scott Parry (1995) berpendapat bahwa quality is the integral value that accrues in product or service as each employee contributes to it. And value must come from empowered employees-people who have been released from their centuries old. Definisi mutu dapat dinyatakan sebagai fitness for us, conformance to costumer satisfaction, meeting customer expectations, low cost, on time delivery, Dengan demikian kualitas adalah mengerjakan produk yang benar (secara berhasil guna) dengan cara yang benar (secara berdaya guna/efisien) pada waktu yang tepat, dipercaya (reliability) daan handal. Kualitas merupakan karakteristik barang atau jasa yang ditentukan oleh pemakainya, dan kualitas menunjukkan adanya kesesuaian antara produk dengan apa yang diinginkan pelanggan. Sedangkan dimensions of quality for goods adalah operation, reliability & durability, conformance, serviceability, appearance, dan perceived quality. Alasan pentingnya mutu bagi setiap organisasi ada tiga yaitu : company reputation, product liability, dan global implications. Fakry Gaffar (2006) menggambarkan konsep mutu sebagai berikut: 23 CONCEPT OF QUALITY Quality Control Mechanism CONTINUOUS CHANGE OF LEARNING NEEDS PROCESS OF LEARNING TOTAL ASPECTS OF LEARNERS LEARNING OUTCOME Quality Standards and Quality Assurance Gambar 8; Concept of Quality Fakry Gaffar (2006) membagi bahwa quality itu dibagi dengan quality control dan quality assurance, yang digambarkan sebagai berikut : Quality Control and Quality Assurance TOTAL QUALITY LEARNING QUALITY LEARNING PROCESS QUALITY QUALITY STANDARDS MANAGEMENT QUALITY LEARNING OUTCOME QUALITY CONTROL AND ASSURANCE SYSTEM Gambar 9: Quality Control dan Quality Assurance Kotler (2000:439) mengungkapkan formulasi model kualitas jasa terletak pada pelayanan, dimana bentuk pelayanan yang dipilih merupakan rangkaian kebijakan ,kemampuan dan racikan pemimpin pendidikan dalam mengakumulasikan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh universitas dalam mengatur strategi pemasaran. Alasan yang dapat dikemukakan bahwa: 1. loyalitas pelanggan pendidikan yang lebih tinggi (higher customer Loyalty). Kualitas merupakan factor yang sangat penting untuk menciptakan kualitas pelanggan. Kualitas superior akan menimbulkan kepuasan lebih tinggi yang akan membentuk loyalitas pelanggan semakin kuat , pada akhirnya akan meningkatkan pemasaran pendidikan yang menandakan meningkatnya sumber dana pendidikan. 24 2. Higher Market Share (pangsa pasar yang lebih besar). Pelanggan pendidikan yang loyal merupakan basis yang solid bagi organisasi, karena terjadi periklanan yang gratis dan berkualitas word-of-mounth akan membawa penggan baru sehingga dapat memperluas pangsa pasar yang dimiliki universitas. 3. Hasil investasi yang lebih tinggi (higher returns to investment). Riset menunjukkan bahwa suatu lembaga pendidikan yang memiliki produk yang berkualitas tinggi merupakan lembaga yang paling diminati pelanggan dan outputnya sangat diminati pasar kerja sehingga akan meningkatkan sumber dana lembaga tersebut. 4. Karyawan yang loyal (loyal employee). Bila produk lembaga tersebut berkualitas superior maka akan meningkatkan image lembaga tersebut dan membuat seluruh civitas akademika lembaga tersebut mendapat kebanggaan atas kinerjanya sehingga menimbulkan kepuasan yang akan meningkatkan loyalitas dan produktif. 5. Biaya yang rendah (lower cost). Kualitas produk superior berarti melakukan sesuatu yang benar pada waktu kali pertama, sehingga lembaga akan mengeluarkan biaya seefisien mungkin untuk memperbaiki kesalahan dan ketidakpuasan pelanggan. Selanjutnya Leonard L. Berry dan Pasuraman yang dikutip Buchari Alma (2005:31) mengungkapkan ada 5 faktor dominan atau penentu kualitas jasa yaitu : 1. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan terpercaya dan akurat , konsisten dan kesesuaian pelayanan 2. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu kemauan dari lembaga dan civitas akademika untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan berkualitas 3. Kepastian (Assurance) yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan lepada konsumen 4. Empati (Emphaty) yaitu excedían lembaga dan civitas akademnika untuk lebih peduli memberikan perhatian secara superior lepada pelanggan 5. Berwujud (Tantgible) yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, sarana dan prasarana serta berbagai materi komunikasi. Situasional faktors Reliability Service Quality Responsivenes s Assurance Customer satisfaction Product Quality 25 Emphaty Price Personal faktors Tangibles Gambar 10: Persepsi Pelanggan pada kualitas dan kepuasan Oliver (1997:403) menjelaskan pengaruh kualitas dengan kepuasan pelanggan dampaknya terhadap loyalitas pada gambar di bawah ini : Quality Satisfaction Loyalty Higher premiums Greater retention Guaranted customer base Higher margin Increase purchasing More accurate budgeting Lower failure rate Higher price tolerance More strategic planning Lower recovery cost Higher firm specific advertising vigilance Decreased marketing cost Higher reputation Higher competitive insulation Higher channel receptivity profit Higher awareness Gambar 11: Pengaruh profit dari kualitas, kepuasan dan loyalitas More positive word of mounth Kualitas dalam pengertian relatif mengarah pada dua sisi aspek, yaitu : (1) sesuai Lower new-customer costproduk/jasa, (2) sesuai dengan harapan penggunanya. dengan spesifikasi Bagan di Higher market expectation bawah ini memperlihatkan titik temu dalam pengertian kualitas, disatu sisi bagaimana produk/jasa itu dihasilkan; disisi lain bagaimana penilaian pengguna terhadap produk/jasa yang dihasilkan. PRODUCT & SERVICE STANDARDS CUSTOMER STANDARDS Customer satisfaction Conformance to satisfaction Fitness for purposes or use Zero defect Right first time, every time 26 Excceding customer expectation Delighting the customers Gambar 12 : Temu kualitas antara produsen dan konsumen (diadopsi dari Sallis : 1993) Implementasi dari kualitas itu sendiri akan tergantung dari bagaimana pemimpin pendidikan mampu menangkap, menganalisis serta menuangkannya dalam tahapantahapan kegiatan. Sehingga setiap kegiatan menciptakan nilai yang dapat dirasakan oleh customers, stakeholders dan user, nilai yang melekat itulah yang dijadikan produk dari pendidikan. Dan nilai tersebut merupakan sebuah gerbang menuju world class performer company, sehingga kualitas pendidikan yang diselenggarakan sejajar dengan kualitas pendidikan secara global. Apabila dilihat dari kata worldclass mengandung pengertian tentang sesuatu kebutuhan untuk memenuhi standar yang tinggi di mana saja dalam rangka bersaing serta pertumbuhan dari suatu kelas social, yang didefinisikan dari kemampuannya untuk mengelola sumber daya serta kemampuan untuk beroperasi melampaui batas dan melewati wilayah yang luas. Ada kendaraan yang akan membawa dan melayani anggota worldclass yaitu kosmopolitan. Kosmopolitan akan menuntun lembaga pendidikan yang dihubungkan oleh rantai global, karakteristik dari kendaraan ini adalah disetiap tempat sangat menyenangkan serta mampu memahami dan menjembatani perbedaan diantara anggota worldclass. Kosmopolitan merupakan kerangka berpikir yang terdiri dari 3 aset yang tidak nyata yaitu: 1. Konsep yang erat kaitannya dengan knowledge dan ide yang terbaik dan terbaru 2. Kompetensi; merupakan kemampuan untuk beroperasi pada standar tinggi di setiap tempat di manapun 3. Koneksi adalah akses ke sumber daya orang dan organisasi di seluruh dunia Ciri khas lembaga sebagai anggota worldclass, 3 aset yang terangkum menjadi kosmopolitan akan selalu dibawa kemanapun lembaga beroperasi, kosmopolitan ini memiliki peluang yang tak terbatas karena kemampuan mereka untuk mendapatkan sumber daya atau memperoleh akses ke-knowledge di manapun diseluruh dunia. Sehingga kesuksesan dari lembaga pendidikan akan dating dan akan sangat tergantung 27 kepada kemampuan untuk memenuhi standar dunia dan bergabung dengan jaringan dunia. Beberapa komponen yang berpengaruh terhadap lembaga untuk menuju worldclass, diantaranya adalah: 1. Pimpinan lembaga Pimpinan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting untuk tumbuh dan kembangnya lembaga pendidikan, kemampuan pimpinan yang melebihi yang lainnya merupakan aspek pertama yang wajib dimiliki, misalnya; dengan adanya kebijakan UU No 9 Tahun 2009 tentang BHP, hal yang pertama harus dilakukan oleh pemimpin adalah mempelajari dan menganalisis UU tersebut tentang pengaruh, dampak dan peluang bagi lembaga pendidikan. Kemampuannya dalam memprediksi langkah yang tepat untuk mengantisipasinya akan menciptakan langkah lanjutan yang lebih menuju pada realisasi dari perubahan visi dan misinya. Model kepemimpinan yang dibutuhkan untuk membawa lembaga pada worldclass adalah kepemimpinan yang berbasis budaya dan nilai, kepemimpinan ini merupakan gabungan dari beberapa model kepemimpinan yang dirasakan oleh penulis tepat untuk membawa lembaga tumbuh dan berkembang. Esensi kepemimpinan ini adalah penciptaan nilai yang diubah menjadi budaya lembaga yang berkaitan dengan nilai yang dirasakan yang menyangkut kesan emosional dari setiap orang baik itu civitas akademika, customers, stakeholders dan users pendidikan. Asumsi dari lahirnya kepemimpinan nilai ini adalah bahwa setiap transaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli selalu akan berkaitan dengan keseimbangan antara nilai yang dikeluarkan dengan nilai yang di dapat.begitu pula dalam lembaga pendidikan dima customers membayar sejumlah dana untuk mengikuti proses pembelajaran karena berharap akan mendapatkan sejumlah nilai manfaat yang di dapat dari produk pendidikan. Produk pendidikan menjadi pilar utama untuk mempresentasikan nilai yang disodorkan oleh lembaga, apalagi pendidikan tinggi merupakan lembaga yang outputnya langsung bersentuhan dengan dunia kerja, sehingga customers, stakholders maupun users langsung mampu mengevaluasi keberadaan lembaga PT 28 tersebut, jika langsung terserap dunia kerja yang bersifat lokal itu akan memberikan kepuasan sehingga nilai lembaga tersebut akan meningkat di mata mereka, apabila terserap oleh dunia kerja global maka mereka akan merasakan sangat puas dan melahirkan loyalitas mereka terhadap lembaga karena nilai lembaga naik secara melonjak, dan apabila lulusan tidak terserap dunia kerja maka nilai yang telah ada dengan sendirinya akan menurun karena terjadi rasa tidak puas, hal itu akan memastikan nilai lembaga menurun dan untuk beberapa tahun mendatang dapat dipastikan lembaga tidak akan diminati oleh customers, stakholders dan user. Kepemimpinan yang berorientasi pada nilai, disetiap aktvitasnya akan berakar pada nilai yang diyakini dan selalu menciptakan nilai yang lebih dan lebih, artinya dia akan selalu melakukan value improvement sehingga menghasilkan total nilai yang luar biasa. Ciri dari kepemimpinan nilai adalah : 1) Berpikir stratejik dalam melakukan pengambilan keputusan dimana elemen yang mempengaruhinya adalah faktor-faktor yang secara langsung akan memberikan pengaruh atau menjadi masukan yang dikenal direct considerable factors (Crown D. 2001:3), kemudian ada inderect considerable faktors yaitu faktor-faktor yang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh pada cara berpikir. Considerable factors menjadi pemicu sekaligus bagian integral dari strategi, yaitu meriupakan filosofi lembaga, mission statement dan competitive advantage bagi lembaga. 2) Memiliki kemampuan manajemen stratejik, yang memiliki 3 elemen besar (Crown.2001:10) yaitu 1) analisa lingkungan; 2) penetapan visi dan misi serta objective; 3) strategi. Kemampuan pemimpin dalam menganalisa lingkungan akan melihat kemungkinan peluang yang mungkin muncul, ancaman yang terjadi akibat perubahan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki lembaga untuk melihat seberapa besar kemampuan lembaga dalam memanfaatkan peluang yang ada dan mengantisipasi setiap ancaman yang datang. Kemampuan dalam penetapan visi adalah kemampuan pemimpin dalam menentukan arah tentang apa dan seperti apa lembaga pada masa 29 yang akan datang, sedangkan misi lebih spesifik menekankan tentang produk pendidikan yang akan dijual, customers yang akan dilayani, standarisasi kelulusan serta knowledge dari output pendidikan. Objective lebih kepada penetapan target secara spesifik dan terukur, yang ingin dicapat lembaga dalam kurun waktu tertentu. Strategi memiliki elemen future intent dan advantage, yang terbagi menjadi 3 tahapan yaitu formulasi strategi, implementasi strategi dan pengendalian strategi. 3) Etika , merupakan inti dari budaya dimana komponen utama ketika membangun lembaga pendidikan menjadi besar dan berkembang adalah moral yang tinggi dan standar sosial di dalam sistem nilai bersama dengan sistem ekonomi serta adanya kesepakatan umum tentang nilai fundamental diantara lembaga, customers, stakeholders dan users. Etika tersebut akan menjadi pengartur, penuntun serta pengendali dari semua komponen yang berpengaruh terhadap lembaga pendidikan, hal itu akan menjadi kebijakan yang cukup fair bagi pelanggan, pesaing dan masyarakat sehingga tercipta perilaku yang akan sarat dengan nilai yang akan membedakan antara satu lembaga pendidikan dengan pendidikan lain , sebagai ciri khas yang akan mempengaruhi terhadap budaya kerja 4) Memiliki kemampuan sebagai thinkers, makers, traders. Thinkers adalah kemampuan spesialisasi pada konsep yang dapat dikembangkan melalui investasi dalam inovasi, sedangkan makers pada eksekusi kompetensi melalui investasi di bidang pendidikan dan traders melakukan spesialisasi pada koneksi melalui investasi dalam kolaborasi. 5) Memiliki kecepatan, fleksibilitas dan komitmen terhadap delivery dengan memberikan nilai pada customers. 6) Memiliki competitive advantage yang berkembang dari nilai yang mampu diciptakan lembaga untuk customers melebihi biaya lembaga dalam menciptakannya, nilai itu sendiri adalah apa yang customers bersedia bayar. Membangun competitive advantage dilakukan dengan mengembangkan core capabilities sebagai penggabungan rantai nilai kombinasi dari core 30 competencies dan strategic process. Core competencies berkaitan dengan skills, knowledge dan teknologi kno how yang memberikan keunggulan khusus dari rantai nilai yang apabila digabungkan dengan strategic process yaitu proses yang digunakan untuk menyampaikan know how dalam bentuk produk pendidikan, layanan, kualitas lulusan dan kebermanfaatan ilmu pengetahuan bagi customers, stakeholders dan users. Sehingga dapat dikatakan bahwa core capabilities merupakan resources yang dimiliki lembaga yang kritikal dan tertentu serta paling sulit ditiru ketika dengan efektif dirangkaikan dengan target strategi dalam rantai nilai yang bermula dan berakhir di komponen stakeholders. Core capabilities yang terbentuk digabungkan dengan core behaviour yaitu customers driven, profesionalism, global perpective dan people driven akan menjadi key success factors yang tepat bagi lembaga. 7) Berorientasi pada gabungan Total Quality Management (TQM) dan Just in Time (JIT). Goetsch dan David (1995) yang dikutip oleh Dhorothea (2003:34) mengemukakan karakteristik dari TQM adalah 1) fokus pada pelanggan (internal dan eksternal); 2) terobsesi dengan kualitas; 3) menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan; 4) komitmen jangka panjang; 5) teamwork; 6) continual process improvement; 7) pendidikan dana latihan; 8) freedom from control; 9) keseragaman tujuan dan 10) kepuasan dari karyawan. Sedangkan JIT sasarn utamanya adalah meningkatkan produktivitas dengan cara menghilangkan kegiatan yang tidak menambah nilai pada produk, JIT menitikberatkan pada continuous improvement untuk mencapai biaya produksi yang lebih rendah, tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kualitas dan reliabilitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara customers dan user. Kombinasi dari ciri-ciri tersebut akan membentuk nilai tersendiri yang kemudian melekat dan terkenal dengan citra atau image dari lembaga pendidikan. Citra itu sendiri dibentuk berdasarkan impresi, pengalaman yang akan membangun sikap mental positip sesorang yang akan dikomunikasikan kepada 31 yang lainnya. Citra berasal dari penilaian terhadap seluruh aktivitas lembaga dalam jangka waktu yang panjang dan telah teruji sehingga masyarakat luas mengakui penilaian tersebut, citra itu sendiri akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pengambilan keputusan dari calon customers pendidikan dalam menentukan pilihan lembaga pendidikan. Model kepemimpinan yang berbasis nilai ini akan menjadi trend manajemen pendidikan yang akan mengantarkan pada world class performer company sebagai jawaban dari tuntutan dan tantangan persaingan global, sehingga lembaga pendidikan akan tetap survive, tumbuh dan berkembang. 2. Produk lembaga pendidikan Secara umum produk dari pendidikan adalah program yang ditawarkan, kualitas output, kualitas layanan, dan kualitas knowledge, ke empat bidang tersebut memerlukan penangannan yang tidak sederhana akan tetapi semuanya harus didasarkan pada tuntutan dan tantangan global. Ke empat bidang tersebut dimiliki pula oleh lembaga lainnya, dan menjadi fokus utama juga bagi mereka, sehingga bagaimana membuat ke empat bidang tersebut memiliki nilai yang luar biasa dibanding dengan lembaga pendidikan lainnya sehingga pilihan custolers pendidikan jatuh pada kita, sehingga meningkatkan kepercayaan dari stakholders dan users, sehingga meningkatkan dimand dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan lembaga dan meningkatkan nilai / citra lembaga. Nilai atau citra yang dimiliki lembaga merupakan pandangan pertama yang akan menarik perhatian calon customers, stakholders dan user pendidikan, sehingga hal itu menjadi tantangan bagi penyelenggara bagaimana menciptakan nilai yang sesuai dengan standar customers, stakholders dan user serta sesuai dengan standar global. Tugas lembaga yang sangat penting untuk menciptakan nilai yang match dengan nilai- nilai yang dituntut oleh berbagai pihak, kemudian nilai tersebut harus dilekatkan pada semua produk lembaga dan menjadi budaya yang dijadikan landasan serta nilai dasar dari setiap aktivitas lembaga. 32 Program yang ditawarkan harus merunut pada nilai yang telah dibentuk sehingga program tersebut menjadi andalan dalam merekrut customers. Dalam menentukan program yang harus dilihat adalah: a. b. c. d. e. f. Apakah yang dibutuhkan oleh customers, stakholders dan users lokal maupun global Standarisasi kualitas apa yang ditetapkan lokal maupun global Kurikulum apa yang bisa merangkum secara komprehensif nilai yang ingin di tawarkan Skill apa yang dibutuhkan dalam perealisasian program tersebut Knowledge apa yang dibutuhkan untuk membuat nilai yang ditetapkan melekat dan disadari serta terbaca oleh calon customers pendidikan Strategi apa yang menjadi know-how dari visi kita Kualitas output merupakan evaluasi terbuka bagi lembaga terhadap semua proses pembelajaran yang diselenggarakan, dan relevansinya dengan dunia kerja akan membentuk nilai akhir dari kemampuan lembaga dalam menyelenggarakan program pendidikannya. Dalam menetapkan kualitas bagi output lembaga akan dipengaruhi oleh : a. b. c. d. e. Kesesuaian antara program yang ditawarkan dengan kurikulum yang dibentuk serta relevan dengan tuntutan dan tantangan customer, stakholder dan user secara lokal dan global Kompetensi dari tenaga pendidik Budaya kerja yang terbentuk Kesesuaian fasilitas dan sumber belajar dengan perubahan tuntutan baik lokal maupun global Proses pembelajaran yang kondusif Kualitas knowledge merupakan kebermaknaan ilmu pengetahuan yang diterima selama mengikuti program pendidikan dengan kebermanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat dan negara. Kualitas knowledge ini menjadi driving force terhadap rasa puas dari customers pendidikan, dimana hal itu akan dipengaruhi oleh: a. Kurikulum program pendidikan membumi b. Adanya kesesuaian antara program, kurikulum dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan pribadi c. Informasi terkini tentang tuntutan dan tantangan lokal dan global d. Kemampuan tenaga pendidik dalam merealisasikan kompetensi yang ditetapkan dan proses pembelajaran menjadi tahapan kegiatan nyata 33 Kualitas layanan pendidikan akan menjadi pelengkap dari terbentunya rasa puas dari pihak yang berkepentingan, dimana layanan ini akan sangat tergantung pada: a. Kemampuan komunikasi dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan b. Budaya kerja yang terbentuk dalam lembaga c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia d. Tingkat pendidikan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan e. Kompetensi dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan f. Kebijakan lembaga pendidikan tentang bentuk layanan yang ditawarkan. E. KESIMPULAN Strategi baru yang dapat diterapkan untuk mensukseskan implementasi dari kebijakan otonomi sekolah diadopsi dari dunia bisnis yaitu pemasaran pendidikan. Manajemen pemasaran pendidikan tersebut akan berjalan sesuai yang diharapkan apabila telah memiliki fondasi yang kuat yaitu fondasi-fondasi (image building) yang diperlukan diantaranya perhatian pada kualitas yang ditawarkan (quality offered in core service), serta jeli melihat segmentasi dan penentuan sasaran ( careful market segmentation and targeting). Keuntungan dari aplikasi pemasaran pendidikan akan membangun loyalitas dari pelanggan pendidikan kepada lembaga yang berdampak pada tingginya minat masyarakat terhadap penggunaan pelayanan lembaga tersebut. Penyelenggara pendidikan yang jeli melihat peluang akan merasakan bahwa konsep tersebut merupakan tiket untuk menuju pada world class sehingga segmentasi pasarnya tidak lagi berorientasi di dalam negeri akan tetapi merambah ke seluruh dunia, senjatanya adalah menciptakan nilai dan menerapkannya menjadi budaya lembaga yang memiliki stansarisasi sesuai dengan standar internasional. Kemampuan pemimpin dalam menetapkan produk yang ditawarkan serta manajemen pemasaran yang tepat akan menjadi rantai nilai yang menghasilkan total nilai yang luar biasa 34 F. Daftar rujukan Alma, Buchari. (2005). Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung : Alfabeta Becker. Gery S. (1993). Human Capital; a Teoritical and Empirical Analysis whit Special Reference to Education. Chicago and London: The University of Chicago Press Bunga Rampai (editor :Alma, Buchari & Ratih H). (2008). Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan: Fokus Pada Mutu dan Layanan Prima. Bandung : Alfabeta Davis, Stan & Meyer, Christopher. (2000). Future Wealth. United States of Amerika: Harvard Business School Press Dick, Alan S and Kunal Basu. (1994). Customer Loyalty: Toward an Integreted Conceptual Framework. Journal of Marketing (April 1977): 35-51 Dirgantoro, Crown. (2001). Manajemen Stratejik; konsep kasus dan implementasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Fattah, Nanang. (2003). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Gaffar, Fakry. (2006). Profesionalisme PT pada Era Globalisasi. SeminarNasional. Jakarta: ISMAPI Hadari, Nawawi. (2003). Manajemen Strategik ; Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Halonen, Tarja & Mkapa,Benjamin William. (2004). A Fair Globalization Creating Opportunities For All. New York:International Labour Organization Hesselbein. Frances, Goldsmith Marshall, Beckard, Richard. (1996). The Leader Of The Future; New Visions, Strategies, and Practices for the Next Era. San Francisco:Jossey-Bass Publishers James, Jennifer. (1996). Thinking in the Future Tense. New York: Simon&Schuster Kotler, Philip. (1995). Strategic marketing for Educational Institution. New Jesrey : Prentice-Hall International Inc. Kahaner, Larry. (1996). Competitive Intelligence. New York: Simon&Schuster Lipham, James M & Hoeh. (1974). The Principalship; Foundation and functions. New York: Harper and Row Publishers McRae, Hamish. (1994). The World in 2020; Power, Culture and Prosperity:Avision of The Future. London: Harper Collins Publishers Micklethwait, Jhon & Wooldridge, Adrian . (2000). A Future Perfect : The Challenge and Hideden Promise of Globalization. New York: Crown Publisher Oliver, L. Richard. (2000). Customer Satisfaction With Service. Sage Publication.247 254. New York: Prentice Hall International Editions Taryanto, et al . (2003). Competitive Intelegence: Piranti Kritis Untuk Menghadapi Persaingan Global. Jakarta: Multi Utama Press Temporal, Paul, Martin Trott. (2002). Memaksimalkan Nilai Merek Melalui Kekuatan Relationship Management. Jakarta: Salemba Empat Tim Dosen ADPEN. (2008). Pengelolaan Pendidikan. Bandung : Jurusan Administrasi Pendidikan UPI 35 Tjiptono, Fandy, Anastasia Diana.(1995). Total Quality Management (TQM). Yogyakarta : ANDI OFFSET __________ (2009). UU No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia 36