| 240 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 240 | APRIL 2016 “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” [1 Yohanes 2:15] Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 240: Alex Lim, Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan, Bambang Alim, Bambang Tedjokusumo, Ie David, Hendry Heryanto, Inge Adriana, Ivan Kwananda, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Otniol H. Seba, Sahala Marpaung, Yohanes Sudiarto Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Hidup Oleh Iman P ara pembaca renungan harian “PERSPEKTIF”, marilah kita tingkatkan kehidupan rohani kita yang semakin dewasa di dalam Tuhan dengan cara semakin mengenal Dia dan kehendak-Nya. Marilah kita berjalan dalam iman dan bukan lagi bergantung pada apa yang kita lihat di sekitar kita. Jika Daud hidup berdasarkan apa yang dilihatnya saja, maka ia tidak akan sanggup mengalahkan Goliat, karena Goliat terlalu besar baginya. Jika Yusuf dalam Pejanjian Lama hanya hidup berdasarkan apa yang dilihatnya, maka ia akan mudah kecewa terhadap Tuhan, karena situasi hidupnya tidak seperti yang diharapkannya. Bagaimana dengan kita? Marilah kita belajar berjalan bersama Tuhan, bukan berdasarkan apa yang kita lihat, melainkan berdasarkan iman yang dituntun oleh kebenaran firman-Nya. Amin. GBU all. “Jalanilah hidup Anda sebagai sebuah “Perjalanan Iman” dimana Tuhan sedang menuntun Anda melewati berbagai pengalaman iman, agar Anda bertumbuh dewasa dalam pengharapan dan hidup serupa Anak-Nya, Yesus Kristus Tuhan kita!” 01 JUMAT APRIL 2016 “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat…” (Lukas 6:45) Bacaan hari ini: Lukas 6:43-45 Bacaan setahun: Lukas 6:27-49 KESELARASAN HATI DAN PERBUATAN S eringkali kita mendengar orang berbicara demikian: “Kelakuan orang tersebut (maksudnya adalah orang Kristen tersebut), mirip dengan orang yang tidak beragama; katanya Kristen, tapi kok seperti itu; sifat dan perilakunya tidak seperti keyakinannya!” Tentu pernyataan seperti ini lahir dari sebuah pengamatan yang terjadi di sekitar kehidupan orang tersebut. Dari kalimat ini menunjukkan adanya suatu perilaku yang tidak selaras antara apa yang diyakini, dengan apa yang dilakukan. Ini adalah suatu kemunafikan. Orang munafik adalah orang yang berpura-pura memiliki keyakinan untuk setia kepada keyakinannya, namun perkataan dan perilakunya tidak menunjukkan hal yang demikian. Orang munafik dapat diartikan juga sebagai orang yang berkata-kata tentang sesuatu yang baik dan benar, namun hati dan pikirannya tidaklah demikian. Bacaan kita hari ini adalah bagian dari konteks yang lebih luas dari Lukas 6:39-49, yang secara khusus berbicara tentang karakter seorang murid, dalam hal ini adalah “Murid Kristus.” Melalui bagian ini, Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya tentang bagaimana seharusnya mereka bersikap. Seorang murid Kristus harus bersikap benar, dalam arti: apa yang ada di dalam hatinya akan terungkap melalui tutur kata dan perilakunya. Tuhan Yesus sedang memperingatkan perilaku yang ada pada zaman itu, bahwa “Hati yang benar-benar baik akan mengeluarkan tutur kata dan perilaku yang baik; dan sebaliknya, hati yang tidak baik hanya akan mengeluarkan tutur kata dan perilaku yang tidak baik. Keselarasan antara apa yang ada di dalam hati dan yang keluar melalui tutur kata dan perilaku adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Itulah sebabnya, orang yang tidak baik, tidak akan bisa pura-pura baik. Sekalipun dalam batasan tertentu, ia dapat menutupinya, kemunafikan itu pasti akan terongkar! Itu sebabnya Amsal mengingatkan bahwa, “Jagalah hati dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah akan terpancar kehidupan.” Oleh karena itu, marilah kita menjaga hati dan memiliki perbuatan yang selaras. STUDI PRIBADI: (1) Apakah hati yang baik bisa mengeluarkan perbendaharaan yang jahat? Jelaskan! (2) Mengapa orang Kristen dipanggil untuk hidup selaras, hati dan tindakan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar dapat mengalami pertumbuhan rohani yang baik serta menjaga hati nurani yang murni, sehingga hidup mereka memancarkan kebenaran Tuhan. 02 SABTU APRIL 2016 “Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: Jangan menangis!” (Lukas 7:13) Bacaan hari ini: Lukas 7:11-17 Bacaan setahun: Lukas 7:1-30 YESUS DAN MUJIZAT-NYA K isah mujizat yang diceritakan dalam kitab Injil merupakan kisahkisah penting yang berkaitan dengan pelayanan Tuhan Yesus. Salah satunya adalah kisah Tuhan Yesus membangkitkan Anak muda di Nain. Ada 2 hal yang dapat kita pelajari dari kisah ini: Pertama, mujizat ini menyatakan identitas Yesus Kristus. Lukas bukan hanya menceritakan Yesus Kristus yang berkuasa untuk menyembuhkan berbagai penyakit, melainkan juga berkuasa membangkitkan orang yang sudah mati. Lukas tidak menyebutkan penyebab dari kematian anak muda ini. Namun kematian ini telah menyebabkan kesedihan yang luar biasa dari ibu anak muda yang mati ini. Melihat hal itu, apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? Ia menghampiri usungan itu dan menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Apa yang dilakukan Tuhan Yesus ini menyebabkan orang-orang yang ada di sekitarnya menjadi takjub dan memuliakan Allah. Mereka berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” Secara langsung, kehadiran Tuhan Yesus dan mujizat-Nya membuat orang-orang pada saat itu sadar bahwa “Allah sedang melawat umat-Nya.” Kedua, mujizat ini menyatakan kebutuhan manusia akan pertolongan Tuhan. Manusia yang hidup dalam kesukaran dan penderitaan membutuhkan pertolongan Tuhan. Itu sebabnya, kisah ini mengingatkan kita akan segala keterbatasan, kelemahan, kesukaran dan penderitaan kita. Janda ini begitu bersedih atas kematian anaknya. Mungkin ini adalah anak satu-satunya. Yesus yang melihat hal itu “tergerak oleh belas kasihan” dan membangkitkan anak muda itu. Jika demikian, apakah yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Kisah ini sekali lagi mengajarkan siapa Yesus Kristus itu. Dia bukan hanya sekadar nabi, Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Dia begitu memperhatikan manusia, termasuk setiap Anda hari ini. Bagaimana respons Anda? STUDI PRIBADI: (1) Mujizat yang Tuhan Yesus lakukan menyatakan apa? (2) Apa yang Yesus lakukan untuk menolong janda yang anaknya telah meninggal? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka semakin mengenal Tuhan dan bertumbuh iman pengharapan mereka akan Tuhan dan menjadi saksi bagiNya, di manapun mereka berada. 03 MINGGU APRIL 2016 “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” (Lukas 7:47) Bacaan hari ini: Lukas 7:36-50 Bacaan setahun: Lukas 7:31-50 YESUS DIURAPI PEREMPUAN BERDOSA I njil Lukas menceritakan tentang peristiwa pengurapan yang dilakukan seorang perempuan berdosa dengan meminyaki kaki Yesus Kristus. Peristiwa ini berbeda dengan peristiwa pengurapan yang diceritakan di dalam kitab Injil yang lain. Kisah ini terjadi di rumah Simon, salah seorang Farisi yang mengundang Tuhan Yesus untuk makan malam di rumahnya. Ada pelajaran penting dari kisah ini yang patut direnungkan, yaitu tentang “pengampunan.” Ialah hal yang umum untuk menghargai dan menghormati tamu yang datang berkunjung ke rumah seseorang. Dengan cara: (a) memberikan air untuk mencuci kaki; (b) menciumi tamu yang datang; (c) meminyaki kepala tamu yang memasuki rumah (ay. 44-46). Hal ini tidak dilakukan oleh Simon, salah seorang Farisi yang mengundang makan Yesus Kristus. Sebaliknya, ini dilakukan oleh seorang perempuan berdosa. Apa yang dilakukan oleh perempuan ini? Injil Lukas menuliskan: Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakiNya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu (ay. 38). Mengapa perempuan itu melakukan hal itu? Bukankah membasuh kaki dengan minyak wangi yang mahal adalah suatu pemborosan? Simon berkata di dalam hatinya dan ia menganggap bahwa Yesus tidak tahu siapa perempuan ini (ay. 39). Yesus menjelaskan dengan sebuah perumpamaan apa yang dilakukan oleh perempuan ini, terhadap diri-Nya. Bukan berkaitan dengan pemborosan, melainkan karena perempuan ini telah merasakan pengampunan yang besar dari Allah, maka dia berbuat demikian (Luk. 7:47). Bagaimana dengan kita? Kita yang telah mengalami pengampunan besar Allah, seharusnya berkorban lebih untuk mengasihi dan melayani-Nya dalam hidup kita. Yang dilakukan seorang perempuan berdosa terhadap Tuhan Yesus Kristus di dalam kisah ini seharusnya mengajar dan mendorong kita melakukan yang sama untuk TUHAN. Maukah kita lebih mengasihi dan melayani? STUDI PRIBADI: (1) Apakah respons Simon mempersilahkan Yesus masuk ke rumahnya, sudah tepat? (2) Mengapa wanita itu justru memberikan yang terbaik daripada Simon? Berdoalah bagi jemaat agar mereka sungguh-sungguh hidup bagi Tuhan dan hidup melayani Dia. Doakanlah agar mereka mengasihi Tuhan dengan segenap hati mereka. 04 SENIN APRIL 2016 “Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Lukas 8:15) Bacaan hari ini: Lukas 8:4-15 Bacaan setahun: Lukas 8:1-25 HATI YANG SIAP DITABURI FIRMAN B anyak orang Yahudi berbondong-bondong datang menggabungkan dirinya pada Yesus. Mereka datang dari berbagai kota untuk melihat apa yang Yesus lakukan dan ajarkan (ay. 4). Namun demikian, Yesus tidak terkesan dengan orang banyak yang mengikuti-Nya. Mengapa ? Tuhan Yesus tahu benar bagaimana kondisi rohani hati mereka yang sesungguhnya. Perumpamaan mengenai penabur ini sesungguhnya menyatakan bagaimana respons Yesus terhadap orang banyak yang datang bergabung dengan-Nya. Melalui perumpamaan ini, Tuhan Yesus menghendaki agar mereka memerhatikan dan menanggapi ajaran-Nya dengan sikap yang benar, kemudian memercayai dalam hati mereka, dan melakukannya; bukan sebaliknya, hanya mendengar tanpa memercayai dan melakukannya. Bagaimana dengan kita? Melalui perumpamaan ini, Tuhan Yesus juga mau mengoreksi hati kita, apakah hati kita seperti tanah yang baik sehingga firman Tuhan yang kita dengar dapat bertumbuh dan menghasilkan buah seratus kali lipat; ataukah sebaliknya, apakah hati kita seperti tanah yang berbatu-batu, sehingga setelah mendengarkan firman Tuhan, bertumbuh, namun kemudian karena himpitan dunia ini menjadi kering dan tidak berbuah sama sekali (ay. 5-8)? Dalam ayat 8 dan 18, Tuhan Yesus sekali lagi menegaskan kepada kita bahwa sesungguhnya mendengar firman Tuhan saja tidak cukup; Tuhan Yesus ingin agar kita menjadi pelaku firman Tuhan (ay. 21) dan bahkan bila ujian itu datang menimpa kehidupan kita, kita tetap memiliki hati yang sungguh-sungguh teguh percaya kepada firman Tuhan (ay. 22-25). Demikianlah keinginan Tuhan Yesus kepada para pendengar dan para murid-Nya, termasuk kita hari ini. Ia rindu agar kita selalu memiliki sikap hati yang benar terhadap firman-Nya; mendengarkan firman-Nya dengan sepenuh hati, memercayai-Nya dengan sungguh-sungguh, menaati-Nya dan melakukan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari; sehingga kita sehat secara rohani, bertumbuh dan berbuah berlipat kali ganda. Dengan cara ini kita dapat menyukakan hati-Nya. Amin. STUDI PRIBADI: (1) Sebagai murid Tuhan, mengapa mendengarkan firman Tuhan saja tidak cukup? (2) Sesungguhnya apakah yang Tuhan inginkan dari kita? Mengapa demikian? Doakanlah agar seluruh jemaat GKA Gloria benar-benar dapat mengalami pertumbuhan di dalam firman Tuhan dan menghasilkan buah rohani yang berlipat kali ganda. 05 SELASA APRIL 2016 “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi.” (Lukas 8:28) Bacaan hari ini: Lukas 8:26-39 Bacaan setahun: Lukas 8:26-56 KEBERADAAN SETAN D unia ini bukan hanya kotor dengan debu dan sampah, tetapi juga penuh dengan anasir-anasir roh-roh jahat yang tidak kelihatan. Orang Kristen sesungguhnya diperhadapkan dua macam musuh berat. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam Efesus 6:12, “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Demikian juga kisah seorang yang kerasukan setan namun ia tidak dapat melepaskan diri dari kuasa setan. Keberadaan setan sulit diketahui karena tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Namun ini tidak berarti setan tidak ada di sekeliling kita. Kitab Injil banyak mencatat peristiwa tentang keberadaan setan (Mat. 9:32; Mrk. 1:34). Baik dalam rumah-rumah kosong dan kumuh, dalam tubuh manusia maupun di tempat-tempat angker atau di pekuburan. Demikian juga ahliahli Taurat menggunakan nama “Beelzebul” dan penghulu setan pada saat menolak kuasa kesembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus. Pada waktu Yesus mendarat di tanah Gerasa yang terletak di daerah Galilea, datanglah seorang yang kerasukan setan menemui Dia. Lalu Yesus berdialog dengan setan itu dan bertanya kepadanya, “Siapa namamu?” Jawabnya: “Legion.” Ini berarti, keberadaan setan itu benar-benar ada. Namun kita tidak perlu takut, sebab kuasa Tuhan Yesus lebih besar daripada kuasa setan. Lalu orang ini disembuhkan setelah setan-setan itu keluar dari tubuhnya dan masuk ke dalam babi-babi dan mati di jurang. Kesukaan setan selalu mengganggu kenyamanan manusia. Salah satu tempat kediaman setan adalah dalam tubuh manusia. Laki-laki dan perempuan menjadi sasaran setan untuk dirasuki (Mat. 17:18; Mrk. 7:26). Keadaan tubuh manusia sangat menderita ketika dirasuki setan; ada yang menjadi buta dan tuli (Mat. 12:22), dan ada yang sakit ayan (Mat. 17:18). Penderitaan orang ini sulit disembuhkan secara medis, kecuali kuasa dari Tuhan Yesus. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Setan seringkali mengganggu kehidupan umat manusia? (2) Bagaimana kita dapat mengalahkan godaan dan serangan kuasa gelap? Berdoalah bagi kehidupan rohani jemaat, relasinya dengan Tuhan, dan juga kecintaan mereka akan firman Tuhan, sehingga mereka dapat mengalahkan tipu daya Iblis. 06 RABU APRIL 2016 “Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah...” (Lukas 9:2) Bacaan hari ini: Lukas 9:1-6 Bacaan setahun: Lukas 9:1-17 KUASA DALAM PENGINJILAN O rang percaya diberi kuasa dan hak istimewa untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah dan kuasa untuk menyembuhkan sakit-penyakit. “Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit” (ay.1). Bagaimana kita memahami dan menerapkan ayat ini dalam kehidupan dan pelayanan kita? Pertama, Yesus meneguhkan panggilan murid-murid. Ditulis dalam ayat 1 dan 2, “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya” dan “Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah.” Untuk meneguhkan panggilan dan utusan mereka secara resmi oleh Tuhan Yesus, maka muridmurid perlu diberi atau diperlengkapi kuasa untuk menaklukkan kuasa setan dan sakit-penyakit. Hal ini penting dilakukan supaya ketika mereka menjalankan tugas pelayanan di tengah-tengah masyarakat Yahudi maupun orang kafir, mereka dapat diterima dan dipercaya bahwa mereka adalah murid-murid Tuhan Yesus. Jika mereka diutus begitu saja tanpa ada tanda-tanda atau pendelegasian kuasa dari Tuhan Yesus, mungkin mereka akan ditolak dan tidak dipercaya. Kedua, Yesus meneguhkan pemberitaan Injil Kerajaan Allah. Maksud dan tujuan Yesus memanggil dan mengutus kedua belas murid adalah untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Seruan Injil Kerajaan Allah ialah supaya mereka bertobat dan percaya kepada keselamatan yang datang daripada Allah, melalui Yesus Kristus (Mrk. 1:15). Inilah berita utama dan terpenting dalam pemberitaan murid-murid yang diutus. Untuk meneguhkan pemberitaan Injil Kerajaan Allah yang penting ini, murid-murid perlu disertai dengan kuasa yang dapat menaklukkan kuasa setan maupun sakit-penyakit pada saat itu. Bagaimanakah dengan kita? Kristus telah menaklukkan semua kuasa setan dan maut; dan tiap orang percaya diberi-Nya otoritas dan penyertaan Roh Kudus secara permanen; namun bukan untuk kesombongan diri atau mencari sensasi, melainkan untuk memberitakan Injil-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah maksud Tuhan ketika Ia berkata bahwa anak-anaklah yang mewarisi Kerajaan Allah? (2) Kualitas hidup seperti apa yang Tuhan kehendaki? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka tidak menggunakan kehidupan mereka untuk memuaskan hawa nafsu dan kesenangan dunia, melainkan menggunakannya untuk pemberitaan Injil Tuhan. 07 KAMIS APRIL 2016 “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23) Bacaan hari ini: Lukas 9:22-27 Bacaan setahun: Lukas 9:18-36 MEMAHAMI ARTI MENJADI KRISTEN S ebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikut-Nya. Tentu saja hal ini tidak mudah, karena itu berarti kita siap untuk mematikan keinginan daging kita, mengubah kebiasaan buruk kita, meninggalkan dosa-dosa kita, serta meneladani kehidupan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan bagi kita dengan menaati kehendak Bapa-Nya. Filipi 2:8 mengatakan, bahwa Tuhan Yesus telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Jika Yesus saja rela taat sampai mati demi memenuhi kehendak Bapa-Nya, bagaimana seharusnya dengan sikap kita? Sayangnya, banyak orang Kristen mau mengikut Tuhan Yesus hanya sekadar untuk mendapatkan berkat, tetapi tidak rela untuk menyangkal diri, memikul salib setiap hari. Dengan mudah mereka memutuskan untuk mengikut Tuhan, tetapi hanya dengan setengah hati. Padahal tidak ada yang namanya mengikut Tuhan setengah-setengah. Dalam Matius 6:24, firman Tuhan mengatakan bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan. Kita tidak bisa mengabdi kepada Allah dan juga kepada Mamon. Ketika kita mengikut Tuhan setengah hati, itu berarti kita telah memutuskan untuk tidak mengikuti Dia sama sekali. Kita sering mendengar, apabila ada orang Kristen yang ditegur karena dosanya, maka ia justru mengatakan bahwa itu sudah mendarah daging, tidak bisa diubah lagi. Atau ia berkata, “Dari dulu aku memang pemarah, itu sudah turunan.” Ada yang berkata, “Hidupku jadi begini karena keluargaku berantakan.” Kita sering kali menyalahkan masa lalu, keluarga, bahkan situasi, hanya karena kita sebenarnya memang tidak mau berubah! Menyangkal diri dan juga memikul salib dalam mengikut Tuhan Yesus merupakan syarat yang tidak bisa ditawar-tawar bagi setiap orang Kristen. Siapapun kita, ketika memutuskan untuk mengikut Tuhan Yesus, menjadi orang Kristen, itu berarti kita siap dan mau mematikan keinginan daging kita, meninggalkan kebiasaan hidup yang penuh dosa! STUDI PRIBADI: (1) Apa artinya pernyataan Tuhan Yesus dalam Lukas 9:24? (2) Bagaimana murid-murid Tuhan Yesus menunjukkan sikap menyangkal diri dan memikul salib? Berdoa agar setiap kita mau meninggalkan kebiasaan dan sikap-sikap yang buruk dalam hidup kita sehingga kehidupan kita bisa menjadi kesaksian bagi orang banyak dan memuliakan Tuhan. 08 JUMAT APRIL 2016 “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku ...” (Lukas 9:48) Bacaan hari ini: Lukas 9:46-48 Bacaan setahun: Lukas 9:37-62 TERKEMUKA MENURUT TUHAN YESUS S iapa yang tidak ingin menjadi yang terkemuka dalam hidupnya? Menjadi terkemuka merupakan idaman semua orang, termasuk para murid Tuhan Yesus. Setelah peristiwa Tuhan Yesus menyembuhkan seorang anak yang kerasukan setan, dikatakan semua orang terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus; dan selagi mereka terpesona, Tuhan Yesus menyampaikan akan adanya penderitaan yang harus Ia alami. Ini adalah pemberitahuan yang kedua. Mengapa dalam keterheranan banyak orang, Tuhan Yesus justru berkata tentang penderitaan? Sebenarnya perkataan itu cukup jelas, tetapi mereka tidak mau memahaminya secara harafiah, mungkin karena itu tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Di tengah situasi yang demikian, dimana seharusnya mereka berempati dengan penderitaan yang akan dialami Tuhan Yesus, mereka justru memperebutkan siapa yang terbesar di antara mereka. Keinginan berlebihan akan kehormatan dan kedudukan adalah dosa yang seringkali menggerogoti manusia, termasuk anak-anak Tuhan. Kita semua selalu ingin menjadi yang terkemuka, yang dihormati, yang memimpin dan memerintah. Tidak ada seorangpun yang bercita-cita menjadi yang terkecil, yang tidak dipandang, bahkan yang harus melayani. Namun Tuhan Yesus justru memberikan prinsip yang berbeda kepada para murid-Nya. Tuhan mempergunakan seorang anak kecil sebagai ilustrasi tentang ketulusan hati yang tidak berpura-pura, sikap yang selalu mau belajar dengan kerendahan hati dari Bapanya dan sikap bergantung sepenuhnya pada pertolongan Bapanya. Anak kecil itu tidak memiliki kedudukan penting di dalam masyarakat, sehingga melambangkan yang terkecil (ay. 48). Tuhan mengajarkan bahwa orang yang terbesar di dalam Kerajaan Surga ialah mereka yang memiliki hati seperti anak kecil, yang tulus dalam tindakan dan ucapan, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan, memiliki sikap mau belajar dan bergantung pada Bapa-Nya, serta menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Inilah paradoks kepemimpinan Kristen! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah pandangan Tuhan tentang orang yang terkemuka? (2) Bagaimana kecenderungan manusia tentang arti menjadi yang terbesar? Apa salahnya! Berdoa agar kita tidak menjadi orang Kristen yang sombong secara rohani, sehingga kita tidak mampu melihat visi Allah dalam hidup kita dan hanya menjadi batu sandungan orang lain. 09 SABTU APRIL 2016 “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak …” (Lukas 10:22) Bacaan hari ini: Lukas 10:21-24 Bacaan setahun: Lukas 10:1-24 SIAPAKAH YESUS? B anyak orang memperdebatkan siapakah Yesus itu sesungguhnya. Sebagian orang berkata, “Ia adalah nabi, sama seperti nabi-nabi lainnya dalam Perjanjian Lama.” Sebagian lagi berkata: “Ia hanya guru moral yang agung.” Yang lain lagi berkata: “Ia adalah manusia biasa yang mengajarkan tentang kasih,” dan sebagainya. Apa yang telah diperdebatkan pada masa kini, sesungguhnya hal ini juga telah diperdebatkan oleh banyak orang pada masa Yesus berada di tengah-tengah bangsa Yahudi. Dalam pelayanan-Nya yang berbeda dari kebanyakan para ahli Taurat, orang Farisi, Saduki dan tokoh-tokoh religius kala itu, Yesus tampil dengan otoritas. Maka tidak mengherankan, banyak orang Yahudi yang memperdebatkan, siapa sesungguhnya Yesus itu? Bacaan Alkitab hari ini memberitahukan kepada kita, siapakah diri Yesus itu. Pengakuan Yesus yang mengatakan: “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku...” (ay. 22) mengindikasikan bahwa Yesus bukan manusia biasa, atau sekadar nabi, atau guru moral; sebab tidak ada seorangpun, bahkan mereka yang mengklaim diri sebagi utusan Tuhan (nabi), memiliki “kuasa” seperti yang Yesus miliki (bdk. Mat. 28:19-20). Jika kita melihat konteks sebelumnya, yaitu Yesus mengutus 70 murid untuk memberitakan Injil, mengalahkan kuasa Iblis, dan menyembuhkan yang sakit, maka kita menyadari, bahwa Yesus bukanlah manusia biasa, seperti anggapan kebanyakan orang. Lukas mencatat bagian ini dengan tujuan ingin menegaskan, bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi dan mengerjakan karya keselamatan bagi manusia berdosa (bdk. Yoh. 1:1-18). Nampaknya, untuk mengerti bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, bukanlah hal yang mudah. Karena Yesus sendiri berkata, jika seseorang dapat mengenal diri-Nya dengan benar, maka semuanya itu bukan berasal dari pengetahuan orang tersebut, melainkan dari Allah yang menyatakannya (ay. 22-24). Jadi, jika seseorang dapat mengenal Yesus dengan benar, itu adalah karena anugerah-Nya. Jika pada hari ini Anda mengenal-Nya dengan benar, bersyukurlah! STUDI PRIBADI: (1) Siapakah Tuhan Yesus menurut kebanyakan orang? (2) Siapakah Yesus menurut kesaksian Alkitab? Bagaimana respons Anda? Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat mengalami pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus berdasarkan terang firman-Nya, bukan menurut pandangan dunia ini. 10 MINGGU APRIL 2016 “Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus …” (Lukas 10:25) Bacaan hari ini: Lukas 10:25-29 Bacaan setahun: Lukas 10:25-42 MENJADI OTENTIK VS BERDALIH S ecara umum orang suka melibatkan diri ke dalam berbagai aktivitas agama, belajar berbagai teori kepercayaan yang dianutnya, ataupun melakukan berbagai jenis ritual yang umum. Kemudian setelah melakukan semua itu, orang yang bersangkutan merasakan semacam kepuasan jiwa dan merasa diri sudah cukup saleh. Kita bisa menjumpai orang-orang seperti itu, di dalam kelompok pengikut agama apa saja. Dan karena ini adalah fenomena yang bersifat umum, maka orang-orang yang menyebut diri Kristenpun bisa mengalami hal yang sama. Lukas mencatat bahwa pada suatu saat, seorang ahli Taurat berdiri untuk mencobai Tuhan. Dia berpikir bahwa dirinya adalah seorang “ahli,” sehingga dengan kepercayaan diri yang penuh dia berdiri dan bertanya; “Apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan hidup kekal?” Dia berpikir bahwa sebagai ahli Taurat, dia akan dapat menemukan celah-celah dari kesalahan jawaban Tuhan. Dengan hikmat yang sempurna, Tuhan lalu menggiring dia dengan melontarkan balik pertanyaan; “Bukankah engkau adalah ahli Taurat? Apa yang dikatakan dalam Taurat? Apa yang engkau baca dari Taurat?” Tanpa keraguan sedikitpun dia menjawab dengan jawaban terbaik. Sebagai ahli Taurat dia tentu tahu bahwa itulah jawaban yang paling tepat. Tapi jawaban itu segera menjebak dirinya sendiri, ketika Tuhan berkata: “Lakukanlah itu...” Seluruh pengetahuan tentang Taurat secara teori menjadi runtuh, dan sekarang dia diperhadapkan dengan satu momen kritis dalam hidupnya. Seharusnya dia sadar dan berani mengakui: “Saya tidak mampu memenuhi tuntutan itu. Saya hanya tahu sebatas teori, tapi saya sungguh tidak mampu mengasihi Allah seperti itu.” Alih-alih mau mengakui kekurangan diri, dia justru mencoba untuk membenarkan diri dengan mengalihkan fokus ke masalah lainnya. Dia lebih memilih untuk berdalih daripada jujur mengakui bahwa dia tidak punya relasi kasih seperti itu dengan Allah. Bagaimana dengan Anda? Lebih baik memilih untuk jujur mengakui kelemahan, daripada berdalih untuk membenarkan diri. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah sebenarnya kondisi rohani ahli Taurat yang sedang berusaha menjatuhkan Yesus? (2) Apa yang Yesus lakukan terhadap ahli Taurat tersebut? Berdoalah bagi pertumbuhan kerohanian jemaat agar mereka menjadi orang Kristen yang bertumbuh dewasa di hadapan Tuhan dan menjadi kesaksian yang baik bagi sekitarnya. 11 SENIN APRIL 2016 “Yang Berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Lukas 11:28) Bacaan hari ini: Lukas 11:27-28 Bacaan setahun: Lukas 11:1-28 FENOMENA VS ESENSI K etika melanjutkan perjalanan menuju Yerusalem, Tuhan Yesus terus menolong membebaskan orang dari berbagai penderitaan sakitpenyakit dan penyiksaan dari si jahat serta menyampaikan ajaranajaran yang penting. Seorang wanita mengamati apa yang Dia lakukan, dan memberi komentar dari sudut pandang seorang ibu; “Berbahagialah wanita yang telah menjadi ibu-Mu. Engkau adalah sosok seorang manusia yang terbaik yang pernah aku lihat. Betapa membanggakannya wanita yang menjadi ibu-Mu” Namun Tuhan sama sekali tidak tertarik dengan basa-basi seperti itu. Ia langsung memberi koreksi bahwa yang berbahagia adalah mereka yang mendengar firman dan memeliharanya. Setiap orang yang bertelinga, bisa mendengar firman; begitu juga yang punya mata sehat, dia bisa membaca Alkitab. Tetapi hanya orang yang mempunyai hidup baru, hati yang baru, relasi yang baru dengan Allah sang sumber dari segala firman, orang yang seperti itulah yang mampu memelihara apa yang didengar dan dibaca. Di sini, sekali lagi kita belajar tentang suatu kelemahan laten manusia, yang cenderung hanya mementingkan hal-hal lahiriah saja. Betapa bahagianya jika bisa hidup dengan kondisi ekonomi yang berkecukupan, jika kita bisa menjalani syariat dan ritual agama dengan baik, betapa salehnya hidup seperti itu; betapa bahagianya jika kita bisa punya orang tua atau anak yang menjadi pendeta besar, melayani di gereja besar; betapa bangganya orang tua yang anak-anaknya mampu mencapai gelar yang tinggi, apalagi yang rajin ibadah. Apa yang terlihat oleh mata, itulah yang cenderung dikagumi. Tapi Tuhan menyatakan bahwa ada hal yang sifatnya lebih esensial, lebih penting dari semua yang lahiriah dan kelihatan, yaitu mengalami anugerah Allah yang membawa kita ke dalam suatu relasi hidup yang baru dengan Dia. Suatu relasi hidup yang dinamis, di mana firman Allah menjadi hidup dan sekaligus pemuas hidup. Ini esensi kekristenan yang membawa kebahagiaan sejati; mengalami kuasa firman yang dinamis dalam hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang menjadi perhatian dan ketertarikan manusia pada umumnya, perkara jasmani atau rohani? (2) Mengapa memiliki relasi dengan Allah sangat penting? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup sebagai pelaku firman Tuhan dan bukan membicarakannya saja. Doakan agar mereka bertumbuh dalam iman dan kasih mereka kepada Tuhan. 12 SELASA APRIL 2016 “… Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus …” (Lukas 11:32) Bacaan hari ini: Lukas 11:29-32 Bacaan setahun: Lukas 11:29-54 SERUAN PERTOBATAN M elalui firman Tuhan hari ini, ada beberapa hal yang bisa dipelajari, yaitu: (1) Allah berinisiatif menyampaikan berita pertobatan kepada mereka yang belum mengenal diri-Nya. Hal tersebut kita lihat dari seruan untuk bertobat atau berbalik kepada Allah yang diberikan kepada bangsa Niniwe melalui nabi Yunus. Demikian juga dengan “kesempatan” yang didapat oleh ratu negeri Syeba untuk mendengar dan menyaksikan kebesaran Allah melalui keberadaan raja Salomo yang penuh hikmat dan sangat dihormati (1Raj. 10:1-10). Di sini kita belajar bahwa Allah dapat memakai segala cara untuk menyampaikan sebuah seruan pertobatan yang mengajak setiap anak-anak-Nya untuk berbalik kepada Allah. Allah adalah Pribadi yang bukan hanya memberikan Anak Tunggal-Nya, bahkan juga Pribadi yang memelihara kawanan domba-Nya. (2) Cara Allah terbesar untuk memberitakan pertobatan adalah Allah mengutus Anak Tunggal-Nya untuk membawa orang yang berdosa datang kepada-Nya. Sebab itu, bagian ini menunjukkan bahwa kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia merupakan sebuah seruan pertobatan yang terbesar, dibandingkan dengan nabi Yunus dan raja Salomo. Keberadaan Tuhan Yesus sebagai Anak Tunggal Allah merupakan jaminan yang memberikan kepastian dan keseriusan berita pertobatan yang harus kita dengar dan responi dengan baik dan benar. (3) Adanya pertobatan dari bangsa Niniwe dan pengakuan dari ratu negeri Syeba akan kebesaran Allah, menjadi sebuah tanda yang harus dimiliki bagi mereka yang meresponi berita pertobatan itu dalam kehidupan kita. Bertobat berarti berbalik dari cara hidup yang lama dan mengakui akan pimpinan Allah dalam kehidupannya yang baru. Marilah kita menguji kepekaan diri kita terhadap pimpinan dan arahan yang Tuhan berikan bagi tiap segi kehidupan kita. Adakah kita mendengar seruan pertobatan itu? Marilah kita ambil waktu sejenak, berdiam diri di hadapan Tuhan dan mulai menyerahkan “tongkat” kepemimpinan kepada Dia yang memelihara hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang Anda dapat pelajari dari pernyataan Tuhan Yesus tentang seruan untuk bertobat? (2) Bagaimana respons para pendengar-Nya? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat yang belum mengalami pertobatan dengan sungguhsungguh di dalam Kristus,—sekalipun mereka bergereja setiap minggunya, kiranya mereka dapat mengalami pertobatan sejati. 13 RABU APRIL 2016 “Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti …” (Lukas 12:5) Bacaan hari ini: Lukas 12:1-5 Bacaan setahun: Lukas 12:1-31 MENGENAL PENGAJARAN TUHAN B acaan Alkitab hari ini mengingatkan kita, ada beberapa pengajaran yang hendak Tuhan Yesus sampaikan, yaitu sebuah prinsip dalam kehidupan kita sehingga hidup kita menjadi lebih baik dan kita dapat semakin mengenal Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita. Pertama, penulis Injil Lukas mencatat bahwa keberadaan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang selalu ingin memancing dan mencari-cari kesalahan Tuhan Yesus, untuk dijadikan alasan dan bukti penangkapanNya (Luk. 11:53,54). Namun, dalam pasal 12, justru dengan jelas dan tegas, Tuhan Yesus memberikan beberapa prinsip dan pengajaran kepada para murid-Nya dan orang banyak yang mengikuti-Nya. Orang yang benar tidak perlu takut untuk diselidiki dan dicermati. Senantiasa hidup dalam kebenaran merupakan sebuah rahasia yang harus kita jalani untuk beroleh kehidupan yang berkemenangan. Kedua, waspadalah terhadap “ragi” (kemunafikan) orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Kemunafikan adalah sebuah pola hidup yang hanya mementingkan hal-hal yang lahiriah (yang dilihat orang/lahiriah) tanpa hati yang sungguh-sungguh melakukannya dengan tulus dan benar di hadapan Allah. Kehidupan anak Tuhan yang benar adalah seperti sebuah surat yang terbuka dan dapat dibaca serta memberikan berkat bagi mereka yang ada di sekitar kita. Ketiga, hiduplah takut kepada Allah, bukan takut dengan yang lain. Hal ini diulang dua kali, yaitu untuk menegaskan pentingnya pengajaran ini dalam kehidupan kita. Hidup takut kepada Allah adalah menyadari akan keberadaan-Nya yang selalu ada bersama dengan kita, dan Dia berkuasa untuk bertindak dalam dan melalui kehidupan kita, bahkan dalam kehidupan kita pada masa yang akan datang. Karena itu, setiap murid Tuhan perlu mendasari segala aspek kehidupannya dengan sebuah pola hidup takut akan Tuhan. Pola hidup takut akan Allah adalah menyadari kehadiran-Nya, menghargai keberadaan-Nya, dan memuliakan Allah sesuai dengan kebenaran firman-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang Tuhan Yesus ajarkan dalam bacaan Alkitab hari ini? (2) Berikan aplikasi praktis yang bisa kita lakukan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak mengikuti pola hidup orang yang tidak mengenal Allah, melainkan hidup takut akan Tuhan sehingga menjadi kesaksian bagi orang banyak. 14 KAMIS APRIL 2016 “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan Kerajaan itu.” (Lukas 12:32) Bacaan hari ini: Lukas 12:32-34 Bacaan setahun: Lukas 12:35-59 JANGAN KUATIR! AYO MEMBERI! A pabila “kuatir” adalah nama makanan, pasti semua orang pernah bahkan sering memakannya. Setiap manusia di dunia pasti pernah mengalami kekuatiran. Kita kuatir karena kondisi dan keadaan yang serba tidak menentu. Kita kuatir akan hari esok dan masa depan anak-anak kita. Kita kuatir akan pekerjaan, bisnis dan karir kita. Kita kuatir karena kita sadar ada banyak hal di dalam kehidupan yang berada di luar kendali kita. Namun demikian, Tuhan Yesus memberikan diagnosa yang begitu tajam mengenai penyebab kekuatiran dalam perikop yang kita baca ini. Yesus mengatakan bahwa manusia sering kuatir karena hatinya bersandar pada harta yang dimilikinya (ay. 34). Bagian firman yang kita baca hari ini berada dalam kesatuan bagian pengajaran Yesus mengenai kekuatiran. Penyebab utama kekuatiran adalah manusia mendua hati, yaitu bersandar pada Tuhan dan juga pada Mamon. Seharusnya tidaklah demikian. Kita harus bersandar pada Tuhan saja dan kita tidak mendua hati. Ayat 32 adalah sebuah ayat yang indah, yang menjelaskan mengapa kita tidak boleh kuatir. Di dalam ayat tersebut, manusia digambarkan sebagai kawanan domba yang kecil, lemah dan rentan. Sedangkan Allah digambarkan dalam 3 penggambaran, yakni sebagai Gembala yang menuntun kawanan kecil, Bapa yang memelihara dengan penuh kasih, dan Raja yang berkuasa di bumi dan surga. Karena hidup kita dijaga oleh Tuhan, Sang Gembala, Bapa dan Raja, maka kita tidak perlu kuatir akan hari esok, dan kita tidak perlu takut untuk memberi kepada sesama yang membutuhkan (ay. 33). Setiap hari selalu ada orang di sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan secara finansial. Adakah kita peduli kepada orang-orang yang tua, orang-orang miskin dan anak-anak terlantar di sekitar kita? Apa penyebab kita tidak menolong mereka? Apakah karena hati kita penuh kekuatiran karena lebih bersandar pada harta. Jangan takut untuk memberi, sekalipun kekuatiran selalu ada, tetapi Tuhan yang adalah Gembala, Bapa dan Raja kita akan memelihara hidup kita. Jadilah berkat! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa banyak orang seringkali jatuh pada kekuatiran? (2) Apa yang Tuhan Yesus ajarkan agar kita tidak jatuh dalam kekuatiran? Berdoalah agar Tuhan memberikan Anda hati yang berbelas kasihan kepada orang miskin, cacat dan yang terpinggir. Berdoalah agar Tuhan menuntun Anda untuk menyandarkan hidup hanya pada Tuhan, dan bukan pada uang. 15 JUMAT APRIL 2016 “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?” (Lukas 13:15) Bacaan hari ini: Lukas 13:15-16 Bacaan setahun: Lukas 13:1-22 JANGAN BERMUKA DUA B anyak orang Kristen hari ini bermuka dua. Di gereja melayani, menyampaikan kesaksian di ibadah doa, menjadi aktivis, majelis dan hamba Tuhan, tetapi di luar gereja melakukan kekerasan kepada pegawai, memukul anak dan istri, melakukan perbuatan curang, melakukan perbuatan mesum dan tercela. Orang bermuka dua (munafik) adalah orang yang Tuhan benci. Mereka telah membuat nama Tuhan tercoreng oleh kesaksian buruk mereka di tengah masyarakat. Dalam ayat yang kita baca, Yesus menegur kepala rumah ibadat yang kelihatan religius dalam menegakkan hukum Taurat dan peraturan hari Sabat (ay. 14). Yesus tahu bahwa kepedulian kepala rumah ibadat ini tidak dibarengi dengan kehidupannya yang benar di hadapan Tuhan. Yesus menyebut orang ini sebagai orang yang munafik karena ia melarang Tuhan melakukan aktivitas mulia, menolong seorang perempuan yang dirasuk roh selama delapan belas tahun (ay. 11). Kepala rumah ibadat ini kelihatan menegakkan hukum Allah padahal ia hanya memakai hukum Allah sebagai topeng agar ia nampak saleh dan suci. Tuhan menegur dia: “Hai orangorang munafik! Bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?” Mereka mengecam orang yang melanggar peraturan di rumah ibadat, padahal mereka adalah pelanggar-pelanggar ulung di luar rumah ibadat. Perbuatan munafik semacam ini dibenci oleh Tuhan. Setiap minggu kita ke gereja, kita memuji Tuhan dan melayani-Nya. Pertanyaannya adalah, apa topeng yang kita pakai? Ketika kita berdoa, apakah kita sadar bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah yang Mahatahu? Ia mencari anak-anak-Nya yang datang dengan hati tulus dan jujur di hadapan-Nya. Tuhan tidak mencari orang yang sempurna; sama halnya Daud yang juga beberapa kali gagal, tetapi Tuhan menyebutnya sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan. Tuhan mencari orang yang hatinya tulus datang kepada-Nya, yang tidak bermuka dua ketika berdoa dan beribadah di rumah Tuhan. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yesus menegur kepala rumah ibadat, padahal ia pemimpin rohani? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari teguran Tuhan Yesus tersebut? Berdoalah agar Tuhan memberikan kepada Anda dan keluarga kerinduan untuk melakukan firman Tuhan dengan setia, agar nama Tuhan dimuliakan melalui hidup Anda sekeluarga. 16 SABTU APRIL 2016 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Lukas 13:35) Bacaan hari ini: Lukas 13:31-35 Bacaan setahun: Lukas 13:23-35 JANGAN ABAIKAN PANGGILAN-NYA S uatu kali sejumlah orang Farisi datang kepada Yesus dan berkata kepada-Nya, “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau” (ay. 31). Mendengarnya, Yesus tidak gentar. Sebaliknya, Ia memberi jawaban kepada orang Farisi, “Pergilah dan katakanlah ke pada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok , dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!” (ay. 32-34). Apa yang dikatakan Tuhan Yesus tentang sikap bangsa Israel saat itu sangat menyedihkan hati-Nya. Allah sangat menyayangi mereka, karena mengingat perjanjian-Nya dengan nenek moyang mereka, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Allah telah mengutus para nabi-Nya, agar mereka berbalik dari jalan mereka yang jahat, dan melakukan firman Tuhan, sehingga di manapun mereka berada, mereka diberkati oleh Allah. Namun demikian, kenyataannya tidaklah demikian; mereka justru membunuh dan menganiaya para nabi Tuhan. Bahkan, ketika Tuhan Yesus sendiri datang untuk menyatakan rahmat dan kemurahan-Nya, mereka tidak menyadari hal itu. Mereka dibutakan oleh keegoan dan sikap yang arogan, dengan merasa diri paling benar, sehingga tidak memerlukan pengampunan dan pertolongan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu,... tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi... kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (ay. 34-35). Yesus akan datang kembali, tetapi tidak lagi sama seperti waktu Dia dihina; melainkan datang sebagai Tuhan atas semesta alam, dan mereka akan tertunduk malu. Karena itu, hargailah anugerah panggilan Tuhan, jangan mengabaikannya! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yesus sedih melihat sikap bangsa Israel yang berusaha membunuh-Nya? Jelaskan! (2) Bagaimana seharusnya kita menanggapi panggilan Tuhan? Berdoalah bagi anggota keluarga kita yang belum mengenal Tuhan Yesus, agar diberikan kesempatan dan anugerah untuk mendengarkan kabar baik, yaitu Injil Tuhan yang menyelamatkan. 17 MINGGU APRIL 2016 “Mereka tidak sanggup membantah-Nya.” (Lukas 14:6) Bacaan hari ini: Lukas 14:1-6 Bacaan setahun: Lukas 14:1-24 BELAS KASIHAN (COMPASSION) P erdebatan yang sering kali terjadi antara orang Farisi, ahli Taurat, atau pemuka agama Yahudi dengan Tuhan Yesus, yang kemudian membuahkan permusuhan sengit, bahkan rencana pembunuhan mereka terhadap-Nya, salah satunya dipicu oleh perilaku Tuhan Yesus yang menunjukkan belas kasihan kepada mereka (umat Tuhan) yang menderita, yang dilakukan-Nya pada hari Sabat. Dalam bacaan ini, Injil Lukas menyajikan kepada kita suatu adegan/ kisah di mana Tuhan Yesus datang ke rumah seorang Farisi untuk makan di situ, pada hari Sabat (ay. 1). Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung berdiri di hadapan-Nya (ay. 2). Gestur tubuh “berdiri di hadapan-Nya,” menunjukkan bahwa orang itu butuh perhatian dan pertolongan Tuhan. Namun ia tidak berani meminta Tuhan Yesus berbuat sesuatu, karena hari itu hari Sabat. Apa yang Tuhan Yesus perbuat, melihat keadaan itu? Lukas mencatat, Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi, “Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?” Mereka terdiam! (ay. 3-4a). Lalu Tuhan Yesus menyembuhkan orang itu! (ay. 4b). Kemudian Tuhan Yesus menegaskan, bahwa dalam aturan etis dari implementasi Hukum Taurat yang mereka ajarkan, memperbolehkan seseorang menarik atau menolong anak lembu yang terpelosok dalam sebuah sumur, meskipun itu hari Sabat (ay. 5). Jika hal itu diperbolehkan, terlebih lagi yang ditolong Tuhan adalah manusia, yang lebih berharga daripada seekor anak lembu! Mendengar apa yang Tuhan Yesus katakan, mereka tidak sanggup membantah (ay. 6)! Dari kisah ini, Tuhan Yesus ingin menunjukkan kepada kita, bahwa memiliki sikap “belas kasihan” kepada umat Tuhan adalah jauh lebih baik dan benar, dan itu diperkenan-Nya, daripada sekadar nampak rohani di depan orang, seperti ahli Taurat dan orang Farisi, tetapi tidak memiliki belas kasihan. Keimanan yang dijalankan, tanpa belas kasihan, hanya membuat kita nampak rohani, tetapi mengabaikan kehendak Tuhan. Bagaimanakah dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat orang Farisi dan ahli Taurat bungkam saat Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air? (2) Pelajaran apa yang Anda dapat? Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan agar mereka tidak hanya nampak rohani, melainkan menghidupi kehidupan mereka secara rohani dengan menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang harus ditolong. 18 SENIN “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:26) APRIL 2016 Bacaan hari ini: Lukas 14:25-35 Bacaan setahun: Lukas 14:25-35 MENGUTAMAKAN TUHAN P erkataan Tuhan Yesus ini bisa disalah mengerti oleh banyak orang, termasuk orang Kristen. Apakah ayat ini bisa diartikan, bahwa ketika kita mengikut Tuhan Yesus, maka kita boleh membenci (dalam arti literal) keluarga kita sendiri, apalagi kalau keluarga kita itu berbeda iman dengan kita? Ada beberapa makna di balik perkataan Tuhan Yesus ini! Pertama, “menempatkan Yesus yang terutama.” Ketika kita menjadi murid Tuhan Yesus, itu berarti kita harus siap untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai segalanya (yang utama) dalam kehidupan kita. Ini bukan berarti bahwa kita bisa seenaknya meninggalkan keluarga atau tidak lagi memikirkan pekerjaan dan diri kita. Tapi maksudnya adalah, Tuhan Yesus menjadi dasar dalam kehidupan kita di tengah-tengah keluarga dan diri kita sendiri. Kita tidak bisa lagi berbuat semau kita sendiri. Tetapi hidup seturut kehendak Tuhan dalam keluarga dan kehidupan kita pribadi. Bagaimana kita menghormati, mengasihi, atau bersikap terhadap keluarga kita, semua itu haruslah berdasarkan Firman Tuhan. Kedua, “siap membayar harga.” Ketika kita menjadi murid Tuhan Yesus, itu berarti kita harus siap ditolak oleh keluarga ataupun orang di sekitar kita yang belum percaya. Untuk itu, kita tetap harus memilih Tuhan Yesus dengan segala konsekuensinya. Dalam kondisi seperti ini, ini tidak berarti bahwa kita boleh membenci mereka, sebaliknya tetap memohonkan kasih karunia dari Tuhan bagi diri mereka; supaya merekapun bisa mengalami keselamatan dari Tuhan seperti yang sudah kita alami. Ketiga, “kita adalah milik Tuhan.” Ketika kita menjadi murid (pengikut) Tuhan Yesus, itu berarti bahwa hidup kita bukan lagi milik kita sendiri, termasuk nyawa kita! Tetapi yang menjadi sukacita adalah nyawa kita ada di dalam Tuhan yang memberikan hidup kekal. Oleh karena itu, kita melihat dan membaca kisah-kisah para martir, orang-orang percaya yang rela mati demi imannya kepada Tuhan Yesus. Mereka tidak menyayangkan nyawa mereka sendiri demi mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus. STUDI PRIBADI: (1) Apa artinya menjadikan Tuhan Yesus sebagai yang utama dalam hidup kita? Berikan beberapa contoh! (2) Mengapa Tuhan harus menjadi yang terutama? Berdoalah bagi jemaat yang anggota keluarganya ada yang belum percaya agar diberikan kasih dan kesabaran dari Tuhan untuk menjadi saksi-Nya di tengah-tengah mereka. 19 SELASA APRIL 2016 “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 15:10) Bacaan hari ini: Lukas 15:1-10 Bacaan setahun: Lukas 15:1-10 KASIH-NYA MENCARI KITA D alam bacaan hari ini, Tuhan Yesus mengajarkan 2 perumpamaan yang boleh mengingatkan orang Farisi dan ahli Taurat akan kasih Tuhan kepada manusia berdosa. Perumpamaan ini menyatakan bahwa manusia yang berdosa adalah manusia yang terhilang dari hadapan Tuhan. Namun Tuhan tidak menolak manusia berdosa, bahkan Tuhan mencari manusia yang berdosa. Hal ini dilambangkan dengan sang gembala yang mencari domba yang hilang, atau perempuan yang mencari dirham yang hilang. Bahkan perumpamaan ini menggambarkan bahwa satu jiwa manusia berdosa adalah begitu berharga, sehingga malaikat di surga akan bersukacita ketika ada satu manusia berdosa bertobat dan kembali kepada Tuhan. Perumpamaan ini juga menyatakan sikap yang tepat bagi manusia berdosa yang mendapatkan kasih dari Tuhan, sikap itu adalah pertobatan. Kasih Tuhan atas manusia berdosa adalah begitu besar, dan dinyatakan melalui Tuhan Yesus yang datang ke dalam dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan manusia berdosa (Luk. 19:10). Tuhan Yesus memberikan nyawa-Nya untuk mati di atas kayu salib menebus dosa manusia. Tetapi itu bukan berarti bahwa manusia berdosa dengan enak menerima penebusan dosa tersebut. Pertobatan adalah yang diperlukan. Apakah itu pertobatan? Pertobatan adalah perubahan hidup; dulu ketika berdosa manusia hidup untuk dirinya dan semau dirinya, tetapi ketika ia percaya dan menerima pengampunan Tuhan, maka manusia itu hidup bagi Tuhan dan seturut kehendak Tuhan. Karena itu, kita mengenal istilah Kristen “KTP” (Kristen Tanpa Pertobatan), yaitu orang yang mengaku Kristen, percaya Tuhan Yesus, tetapi dalam hidupnya tidak nampak pertobatan yang sejati. Bagaimana dengan kehidupan Kristen kita? Apakah kita telah percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima pengampunan dosa melalui Dia? Jika kita sudah bertobat, maka mari kita menghidupi keselamatan kita dengan benar. Kasih Allah janganlah disia-siakan. Marilah kita mengarahkan hidup kita kepada Tuhan dan hidup seturut kehendak-Nya. Amin. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan mengajarkan perumpamaan ini? (2) Bagaimana sikap orang percaya yang tidak menyia-nyiakan keselamatan yang Tuhan anugerahkan baginya? Berdoalah agar jemaat Tuhan mempunyai kehidupan yang boleh semakin bertumbuh di dalam Tuhan dan meninggalkan kehidupan lamanya di dalam dosa, sehingga hidupnya memuliakan-Nya. 20 RABU APRIL 2016 “Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali” (Lukas 15:32) Bacaan hari ini: Lukas 15:11-32 Bacaan setahun: Lukas 15:11-32 PENERIMAAN KEMBALI D imulai dari perumpamaan domba yang hilang, dirham yang hilang, dan kemudian anak yang hilang, Lukas 15 merupakan rangkaian pengajaran Tuhan Yesus tentang betapa besar kasih Allah dan betapa berharga manusia di hadapan-Nya. Tujuan perumpamaan ini makin jelas ketika kita memperhatikan bahwa pendengar saat itu adalah orangorang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut karena melihat Yesus bergaul dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Tiga tokoh dan kondisi yang ditonjolkan dalam perumpamaan ini, yaitu Bapa yang menerima kembali dengan penuh sukacita, anak sulung dengan keluh kesahnya, dan si bungsu dengan keberdosaannya, menjadi cermin atas kehidupan orang-orang Kristen. Marilah kita perhatikan beberapa hal yang dapat kita terapkan dalam kehidupan ini. Pertama, dosa selalu tampak memudahkan hidup kita, menggiurkan dan menjanjikan kesenangan pada awalnya. Namun tidak berlangsung lama, kemudian kita akan dibelenggu oleh penderitaan. Kedua, pertobatan orang berdosa selalu mendatangkan sukacita tak terkira bagi Kerajaan Surga. Tidak peduli betapa pun dalamnya seseorang jatuh dalam dosa, Yesus mengampuni dan menerima kembali. Ketiga, kita didorong untuk sanggup mengampuni serta menerima kembali orang-orang berdosa yang telah melukai hati kita. Pesan kuat dari perumpamaan ini menegur setiap kita yang tidak tertarik dengan pekerjaan Allah untuk menyelamatkan dunia ini, juga menegur kita yang meragukan pertobatan orang-orang jahat. Bagaimana dengan Anda? Sebagai orang-orang yang telah dikasihi Tuhan, seharusnya kita percaya pada kasih Allah yang sanggup menjamah hati orang yang sekeras apapun untuk berbalik kepada-Nya, dan kitapun menerima mereka dengan kasih yang lapang, sama seperti Tuhan telah menerima kita. Karena itu, perumpamaan ini mengingatkan kita agar kita menghargai kasih Bapa, yang menerima orang berdosa apa adanya, dan tetap percaya kuasa kasih Allah yang memanggil orang berdosa melalui pemberitaan Injil-Nya dengan setia. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kakak sulung keberatan dengan respons sang Bapa terhadap adiknya? (2) Sudahkah Anda mampu hidup mengasihi dan mengampuni orang lain? Berdoalah agar anak-anak Tuhan dimampukan untuk menjadi saksi Tuhan yang meneruskan kasih dan pengampunan Tuhan bagi orang-orang yang telah jatuh dan terbelenggu dosa. 21 KAMIS APRIL 2016 “… Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.” (Lukas 16:8). Bacaan hari ini: Lukas 16:1-9 Bacaan setahun: Lukas 16:1-27 CERDIK S alah satu kesulitan mengerti perumamaan ini adalah bagaimana mungkin bendahara yang licik ini bisa menjadi teladan bagi anakanak TUHAN dalam berbisnis? Apa itu berarti bahwa kita diizinkan memanfaatkan uang atau kekayaan yang dihasilkan dari cara-cara yang tidak benar? Ada hal menarik yang dapat kita pelajari di sini. Majikan si bendahara tidak memujinya oleh karena ketidakjujurannya, melainkan oleh karena “kecerdikannya” (ay. 8a). Bendahara ini cerdik karena ia membuat orang menjadi berterimakasih kepada dirinya dengan cara memberikan surat hutang yang lebih kecil kepada orang itu (ay. 5-7). Begitu pula seharusnya dalam kehidupan orang Kristen. Kita seringkali justru kalah cerdik dengan orang-orang dunia dalam hal penggunaan materi. Itulah sebabnya Yesus kemudian menambahkan kalimat : “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang” (ay. 8). Dengan sangat jelas Yesus menyejajarkan bendahara yang tidak jujur itu dengan anakanak dunia. Dalam hal ini ,Yesus tidak pernah memuji bendahara yang tidak jujur itu atas ketidakjujurannya. Tapi soal kecerdikannya, anak-anak terang terkadang harus belajar dari anak-anak dunia, tetapi tetap dengan cara yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai anak-anak terang. Bukankah kita dipanggil untuk “cerdik” seperti ular dan “tulus” seperti merpati? ( Mat. 10:16). Yang disoroti dalam hal ini adalah: harta dapat menjadi berkat, juga bisa menjadi kutuk, tergantung bagaimana menggunakannya. Pendeknya, semua harta duniawi adalah bukan harta yang sejati. Sekalipun demikian, kita tetap harus menggunakannya untuk menghasilkan nilai-nilai kekal. Bagaimanakah caranya? Dengan berbagi kepada sesama (mengikat persahabatan dengan orang lain) dan demi pekerjaan Tuhan di muka bumi ini. Oleh karena itu, kita mulai belajar memberi lebih banyak untuk pekerjaan Tuhan dan orang lain, serta mulai bijak mengatur kebutuhan diri sendiri. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan bendahara tidak jujur tersebut? Mana yang positif dan mana yang negatif? (2) Pelajaran apa yang dapat kita terapkan dalam hidup ini? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka bijaksana dalam mengelola semua berkat yang Tuhan berikan kepada mereka, terlebih dapat menggunakannya bagi perluasan Kerajaan Allah di muka bumi ini. 22 JUMAT APRIL 2016 “Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: tidak mungkin tidak ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” (Lukas 17:1) Bacaan hari ini: Lukas 17:1-6 Bacaan setahun: Lukas 17:1-19 MENGENAL AJARAN SESAT! A da begitu banyak ajaran sesat yang muncul di akhir zaman ini, yang menyimpang dari ajaran Alkitab. Pertanyaannya, “Bagaimana ciri/ unsur yang pada umumnya terdapat dalam ajaran sesat tersebut?” Berbicara mengenai unsur atau ciri khas dari beberapa aliran sesat yang ada saat ini, Harvie M. Conn memberikan ciri khas dari aliran-aliran sesat tersebut, yaitu: (1) penekanan mistikisme pada wahyu khusus yang terpisah dari ajaran Alkitab, padahal Alkitab adalah firman Allah tertulis, satu-satunya kaidah yang mengarahkan kita, bagaimana kita dapat hidup memuliakan Allah dan menikmati Dia; (2) serangan mistikisme terhadap gereja dan kecenderungannya untuk menggantikan gereja dengan satu orang pemimpin memberikan gambaran yang menyimpang dari gambaran Alkitab mengenai gereja Tuhan dan pelayan-pelayannya; (3) menekankan karunia-karunia Roh Kudus yang menakjubkan, sering kali menyebabkan dilalaikannya nilai tetap dari karunia yang umum. Lalu apakah tujuan dari aliran-aliran tersebut? Kata “penyesatan” (Luk. 17:1) dalam kata Yunani “σκάνδαλα” berarti “menyebabkan tersandung/ tumbang,” “mengajak untuk berdosa” teristimewa kepada kepercayaan palsu atau kemurtadan. Dari istilah kata ini, terlihat jelas bahwa tujuan dari ajaran sesat digunakan untuk membawa seseorang kepada kepercayaankepercayaan palsu atau kemurtadan dan pada akhirnya mendatangkan murka Allah, baik kepada seorang yang mengajarkannya dan juga kepada seorang yang telah menerima pengajaran palsu tersebut (Ef. 5:6). Menyadari bahwa ajaran-ajaran sesat membawa penyesatan di dalam kehidupan iman seseorang, maka yang tidak boleh kita lupakan adalah senantiasa bersandar kepada kebenaran firman Tuhan (Alkitab). Dengan bersandar kepada firman Tuhan yang benar, kita akan memiliki dasar yang teguh dan tidak mudah untuk digoyahkan oleh angin-angin pengajaran palsu. Firman Tuhanlah yang akan menuntun atau memberikan kepada kita pengetahuan tentang kebenaran. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah ciri-ciri dari ajaran yang menyesatkan iman Kristen? (2) Apa yang harus dilakukan jemaat Tuhan agar tidak mudah terjebak oleh ajaran sesat? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki keseriusan untuk mempelajari pengajaran iman Kristen yang benar dan sesuai kebenaran firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab. 23 SABTU APRIL 2016 “Kerajaaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah.” (Lukas 17:20) Bacaan hari ini: Lukas 17:20-37 Bacaan setahun: Lukas 17:20-37 JANGAN TERTIPU OLEH NABI PALSU! B anyak ajaran sesat saat ini yang berusaha menafsirkan kedatangan Tuhan di muka bumi dengan prediksi tanggal, hari, bulan ataupun tahun, sehingga dalam hal ini, kedatangan Tuhan dapat diramalkan. Terlihat seperti nubuatan, namun sebenarnya hanya bersifat ramalan. Apakah Anda tahu perbedaan nubuatan dengan ramalan? Nubuatan berasal dari kata Ibrani (neḇû∙ʾā(h)= “komunikasi (tertulis atau lisan) kepada seorang nabi dari Tuhan dengan sebuah fokus pada isi pesan.” Sedangkan meramalkan berarti “melihat atau menduga keadaan yang akan terjadi dan hal ini belum tentu tepat.” Pengajar-pengajar sesat sering kali menggunakan ramalan dan juga kedatangan wahyu khusus sebagai dasar pengajaran mereka, tanpa mempedulikan kebenaran firman Tuhan (Alkitab) yang seharusnya menjadi sebuah dasar bagi pengajaran iman Kristen. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus menegaskan, agar kita tidak mudah percaya kepada ajaran-ajaran dunia yang seolah-olah dapat memprediksi kedatangan Tuhan atau bahkan mengatasnamakan ajarannya sebagai ajaran Mesias (Luk. 17:23; Mat. 24:23; Mrk. 13:21). Yesus menegaskan bahwa “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah” (ay. 20). Di dalam versi KJV dituliskan: The Kingdom of God cornet not with observation (pengamatan). Manusia dengan segala kemajuannya dapat mengamati fenomena-fenomena alam berupa musim tahunan ataupun bencana alam dan dapat memprediksi kapan semuanya itu akan terjadi; namun demikian, kedatangan Kerajaan Allah tidak dapat diprediksi dengan pengamatan manusia dan juga tidak memiliki ciri-ciri khas tertentu, sehingga manusia dapat memprediksinya. Lalu kapankah Kerajaan Allah datang? Jawabannya adalah, kita tidak tahu kapan Kerajaan Allah datang, namun satu hal yang pasti ialah, apabila Kerajaan Allah telah datang, maka kita yang masih hidup di dalam dunia ini akan bersama-sama menyongsong Tuhan di angkasa dan akan menikmati sukacita bersama dengan Tuhan selama-lamanya (1Tes. 4:17). STUDI PRIBADI: (1) Apa perbedaan antara ramalan dengan nubuatan? (2) Apakah Alkitab memberikan rumusan, agar kita mengetahui kedatangan Tuhan Yesus atau Kerajaan-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka meyediakan waktu untuk belajar kebenaran firman Tuhan, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan isuisu tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. 24 MINGGU APRIL 2016 “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Lukas 18:16) Bacaan hari ini: Lukas 18:15-17 Bacaan setahun: Lukas 18:1-23 TUHAN YESUS CINTA ANAK-ANAK K etika Yesus mengatakan bahwa hanya mereka yang seperti anakanaklah yang mewarisi Kerajaan Allah, apakah yang Ia maksudkan? Kualitas-kualitas apakah yang Ia sedang pikirkan? Pertama, anak-anak tidak kehilangan perasaan kekaguman. Seorang anak selalu hidup dalam kekaguman. Kekaguman itu ditunjukkan di dalam hubungan anak dengan ayah. Anak akan selalu kagum dengan ayahnya, karena selalu bersama mereka dan memiliki hubungan yang sangat dekat. Kedua, seluruh hidup anak kecil didasarkan atas kepercayaan. Ketika masih muda atau anak-anak, kita tidak pernah ragu soal makanan yang kita perlukan. Kita pergi ke sekolah dengan suatu kepastian bahwa rumah kita masih akan tetap di sana ketika kita kembali pulang, dan segala sesuatu akan siap memberikan kesejahteraan kepada kita. Kepercayaan seorang anak kepada orang tuanya adalah mutlak, demikian juga hendaknya kepercayaan kita kepada Bapa kita. Ketiga, anak-anak pada dasarnya taat. Benar bahwa sering kali anakanak itu tidak taat. Tetapi naluri anak-anak adalah taat. Ia tahu persis bahwa ia harus taat dan akan merasa tidak bahagia apabila ia tidak taat. Dalam lubuk hati mereka, kata-kata orang tuanya adalah hukum. Demikianlah hendaknya kita dengan Allah, mau untuk selalu taat. Keempat, seorang anak mempunya sifat bawaan yang mengagumkan untuk mengampuni. Hampir semua orang tua berlaku tidak adil kepada anak-anak mereka. Kita menuntut dari mereka suatu standar ketaatan, hanya untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Tetapi anak-anak mudah mengampuni dan melupakan, bahkan tidak pernah menyadarinya ketika ia masih kecil. Hidup kita akan jauh lebih indah jika kita mampu mengampuni, sebagaimana halnya seorang anak mengampuni. Bagaimana dengan kita hari ini? Memelihara perasaan kekaguman, hidup dalam kepercayaan mutlak, taat secara naluriah, mengampuni dan melupakan, merupakan sikap yang harus kita miliki sebagai anak-anak Allah yang berkenan di hadapan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apa maksud Tuhan Yesus ketika Ia berkata bahwa anak-anaklah yang mewarisi Kerajaan Allah? (2) Kualitas hidup seperti apa yang Tuhan kehendaki? Berdoa bagi diri kita dan juga semua umat Tuhan untuk bisa tetap menaruh rasa kagum, percaya, taat kepada Tuhan Yesus serta mengampuni sesama dengan sungguh-sungguh. 25 SENIN APRIL 2016 “Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, Kasihanilah aku!” (Lukas 18:39) Bacaan hari ini: Lukas 18:35-43 Bacaan setahun: Lukas 18:24-43 KETEKUNAN TIDAK MENGECEWAKAN S atu hal yang menonjol dalam bagian firman Tuhan yang kita baca hari ini adalah ketekunan orang buta tersebut. Dalam perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, Tuhan Yesus tetap memberi pengajaran, orang-orang yang mendengarkannya meminta perlindungan dan berkat Allah selama mereka berjalan. Di tengah-tengah mereka, ada seorang buta sedang duduk, mengharap kesembuhan dari Tuhan. Pertama, orang buta itu tetap berseru kepada Tuhan. Banyaknya orang yang berkumpul pada waktu itu tidak membuat orang buta tersebut berhenti berseru kepada Tuhan. Dengan segera ia berseru kepada Tuhan, meminta pertolongan, agar Ia menyembuhkannya. Karena teriakannya, setiap orang mencoba untuk menenangkannya; mereka merasa telah kehilangan wejangan-wejangan penting yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, karena ributnya si orang buta tersebut. Tetapi orang buta itu tidak mau diam. Ia berteriak terus. Kata yang dipakai dalam ayat 39 agak berbeda dengan kata yang dipakai dalam ayat 38. Dalam ayat 38 menunjukkan kepada teriakan biasa yang dilakukan sehari-hari untuk menarik perhatian. Dalam ayat 39, kata itu adalah teriakan yang bersifat naluriah dari emosi yang tidak bisa ditahan, suatu jeritan, hampir-hampir merupakan pekikan binatang. Kata itu memang memperlihatkan pengharapan yang hebat dari orang buta tersebut. Demikianlah Yesus berhenti, dan orang buta itu mendapatkan kesembuhan yang paling ia dambakan. Kedua, orang buta itu tidak putus asa. Kepada kita kembali diceritakan sesuatu mengenai orang buta tersebut. Ia ditetapkan untuk datang bertemu dengan Tuhan Yesus, muka dengan muka. Tidak ada satu pun yang bakal dapat menahan keinginan itu. Ia tidak mau diam. Ia tidak mau berputus asa. Kebutuhannya tersebut mendorongnya tanpa henti merindukan kehadiran Yesus. Bagaimana dengan kita? Hendaknya setiap kita sungguh-sungguh menyerahkan hidup kita hanya kepada Tuhan Yesus, karena hanya Dia sajalah yang punya kuasa dan sanggup untuk menolong dan memulihkan keadaan kita. STUDI PRIBADI: (1) Hal paling menonjol apakah yang dapat kita simpulkan dari perjalanan orang buta tersebut? (2) Bagaimana orang buta tersebut mendapatkan kesembuhan? Berdoalah untuk semua umat Tuhan agar tetap memiliki ketekunan di dalam Yesus Kristus, walau menghadapi banyak masalah dan penderitaan hidup. Apapun yang terjadi, Tuhan memimpin langkah kita. 26 SELASA APRIL 2016 “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10) Bacaan hari ini: Lukas 19:1-10 Bacaan setahun: Lukas 19:1-27 PEMUNGUT CUKAI YANG BERTOBAT B anyak orang hanya ingin mengalami perubahan status sosialnya, seperti “miskin ingin menjadi kaya, yang kurang pandai ingin menjadi lebih pandai, yang tidak memiliki kedudukan ingin memiliki jabatan tertentu” dll. Keinginan perubahan status ini sangatlah manusiawi; namun, perubahan tersebut bukanlah tujuan utama. Perubahan yang sejati, bukan saja berhubungan dengan statusnya, tetapi sangat berkaitan dengan hidupnya. Dengan kata lain, perubahan hidup secara pribadi merupakan sebuah perubahan yang sangat menyenangkan hati Allah. Injil Lukas mencatat sebuah peristiwa yang menunjukkan bagaimana Allah melalui Kristus telah “mencari dan menyelamatkan yang hilang,” yaitu melalui perubahan hidup seorang pemungut cukai, Zakheus. Pekerjaan seorang pemungut cukai merupakan pekerjaan yang dianggap hina oleh masyarakat Yahudi. Hal itu disebabkan karena pekerjaan pemungut cukai adalah menjadi penarik pajak (yang berlebihan) untuk diserahkan kepada Bangsa Romawi yang menjajah dan menguasai bangsa Yahudi pada waktu itu. Bahkan para pemungut cukai tidak segan-segan menaikkan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh bangsa Yahudi, demi kepentingan dirinya sendiri. Mereka adalah orang-orang yang terhilang dan berjalan dalam kegelapan. Karena itu, peristiwa pertobatan Zakheus merupakan sebuah berita yang sangat baik, yang menyatakan bahwa Allah melalui Kristus telah berinisiatif untuk datang dan mencari Zakheus. Pertobatan adalah perubahan hidup secara total (perubahan 180 derajat), yaitu dimulai dari menerima Yesus dengan penuh sukacita dan tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri. Zakheus memulai hidup barunya, ketika Yesus datang ke rumahnya, dan Zakheus menerima-Nya dengan hati penuh sukacita. Di sinilah titik awal dari perubahan Zakheus. Selanjutnya, Zakheus dengan penuh sukacita juga rela untuk mengembalikan uang kepada mereka yang telah diperasnya, sebanyak 4 kali lipat. Perubahan hidup yang seperti ini merupakan sebuah perubahan hidup yang sangat menyenangkan hati Allah. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang terjadi dengan Zakheus setelah dirinya berjumpa dengan Tuhan Yesus? (2) Perubahan seperti apa yang Tuhan Yesus kehendaki dalam hidup kita? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka mengalami perubahan yang lebih baik, taat dan setia kepada Allah, sehingga melalui hidup mereka, nama Tuhan dimuliakan banyak orang. 27 RABU APRIL 2016 “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: ‘Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.’” (Lukas 19:45-46) Bacaan hari ini: Lukas 19:45-48 Bacaan setahun: Lukas 19:28-48 RUMAHKU ADALAH RUMAH DOA S alah satu hal yang perlu kita lakukan adalah belajar untuk membuat prioritas (apa yang utama) dalam kehidupan ini. Apabila kita tidak mengutamakan apa yang utama (mem-prioritaskan sesuatu), maka kita akan mudah untuk jatuh dalam godaan dan tawaran dunia yang akan membinasakan diri kita sendiri. Belajar mengutamakan sesuatu, berarti kita belajar untuk selalu mengarahkan kehidupan kita kepada arah yang benar. Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem; Ia mendapati para pedagang lembu, kambing-domba dan penukar-penukar uang, ada di dalam Bait Suci. Melihat kondisi ini, maka Tuhan Yesus bertindak dengan mengusir mereka semua dari Bait Suci, dan menegaskan bahwa “Rumah-Ku adalah Rumah Doa.” Pernyataan Tuhan Yesus ini mengajarkan kita tentang: pertama, Tuhan Yesus mengingatkan orang Yahudi bahwa hal utama (prioritas utama) dengan adanya Bait Allah adalah untuk menjadi sarana bagi semua orang untuk berdoa kepada Allah, bukan untuk berjualan dan mencari keuntungan secara pribadi. Karena itu, Tuhan Yesus memberikan teladan, bahwa ketika Ia memasuki Bait Suci, Ia mengajarkan Taurat Tuhan dengan penuh kesungguhan, sehingga seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia. Fungsi utama dari keberadaan Bait Suci telah ditegakkan kembali oleh Tuhan Yesus, sehingga setiap umat yang datang ke Bait Suci dapat belajar akan Taurat Tuhan dan berdoa kepada Allah. Kedua, ketika Tuhan Yesus hendak mengembalikan fungsi utama Bait Suci, ternyata ada sebagian orang (ahli-ahli Taurat, dan para Imam Kepala) yang tidak senang kepada-Nya. Mereka berusaha untuk menangkap dan membinasakan Kristus. Namun, Tuhan Yesus tetap konsisten untuk menjadikan Bait Suci sebagai tempat untuk mendengarkan Taurat Tuhan dan berdoa kepada Allah. Kondisi ini mengingatkan, ketika kita berusaha memprioritaskan kebenaran dalam kehidupan kita, pasti ada orang-orang yang tidak senang akan hal tersebut. Namun, tetaplah memprioritaskan kebenaran dalam kehidupan kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan Yesus mengusir para penjual dari halaman Bait Allah? (2) Bagaimana sikap rohaniwan Yahudi melihat peristiwa itu? Bagaimana kesan Anda? Berdoalah bagi setiap para pemimpin rohani agar mereka memiliki kepekaan rohani yang baik serta konsistensi dalam mengerjakan dan mengajarkan kebenaran firman Tuhan. 28 KAMIS APRIL 2016 “Lalu ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha menangkap Dia pada saat itu juga, sebab mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya…” (Lukas 20:19) Bacaan hari ini: Lukas 20:1-26 Bacaan setahun: Lukas 20:1-26 TUNDUK PADA OTORITAS ILAHI S udah bukan rahasia jika sebagian besar pemimpin Yahudi tidak menyukai Tuhan Yesus. Mereka selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan Yesus. Dalam pasal 20 ini, berkali-kali ahli-ahli Taurat dan para imam kepala berusaha menyalahkan Yesus dengan pertanyaanpertanyaan menjebak. Mereka tidak mau mengakui bahwa Yesus adalah utusan Allah dengan mempertanyakan otoritas Yesus dalam mengajar dan melakukan mujizat. Respons mereka atas pertanyaan Yesus menunjukkan bahwa mereka menolak untuk mengakui Yesus sebagai Mesias. Meresponi sikap para pemimpin Yahudi tersebut, Yesus memberikan perumpamaan mengenai pekerja-pekerja kebun anggur. Para pekerja itu dipercayakan otoritas untuk menggarap kebun anggur. Namun mereka menyalahgunakan otoritas yang mereka miliki dan malah menolak sang pemberi otoritas tersebut. Perumpamaan ini menggambarkan bagaimana para pemimpin Yahudi yang diberikan otoritas untuk membimbing umat, malah berusaha menjauhkan umat dan menolak mengakui Mesias, yang seharusnya mereka beritakan. Mendengar perumpamaan dan pengajaran Yesus, bukannya sadar, para pemimpin Yahudi itu justru mencari cara lain untuk menjatuhkan Yesus. Mereka berusaha untuk menjerat Yesus dengan perkara membayar pajak kepada Kaisar. Sekalipun demikian, sekali lagi jawaban Yesus berhasil membuat mereka diam. Kesombongan para pemimpin Yahudi membuat mereka menolak untuk mengakui otoritas Yesus dan menolak pangajaran-Nya, bahkan mereka berusaha menangkap Yesus karena pengajaran-Nya menegur mereka. Mereka tahu bahwa diri mereka salah, tetapi tidak mau disalahkan. Bagaimana dengan diri kita secara pribadi? Otoritas siapa yang berkuasa atas hidup kita? Apakah kita mau tunduk kepada otoritas Allah? Ketika khotbah, renungan, firman Tuhan mengajar dan menegur kita, apakah kita mau mendengarkan teguran itu dan berusaha berubah untuk menjadi lebih baik? Ataukah, kita berusaha membungkam firman Tuhan itu dan hanya mau mendengarkan firman yang enak di telinga kita? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yesus menjawab pertanyaan para pemimpin Yahudi dengan balik mengajukan pertanyaan? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dalam kisah ini? Doakan setiap anak-anak Tuhan supaya senantiasa memiliki hati dan pikiran yang mau tunduk pada otoritas ilahi dan taat pada pimpinan Tuhan; ketika kita mau taat kepada-Nya, anugerah Tuhan menanti kita. 29 JUMAT APRIL 2016 “Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang… Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.” (Lukas 20:46-47) Bacaan hari ini: Lukas 20:27-47 Bacaan setahun: Lukas 20:27-47 WASPADA TERHADAP AJARAN SESAT B agian ini menceritakan bagaimana Yesus dicobai oleh orang-orang Saduki, orang-orang Farisi, dan ahli-ahli Taurat. Golongan pertama yang mencobai Yesus adalah orang-orang Saduki. Orang-orang Saduki bertanya tentang kebangkitan. Bagi kerumunan orang banyak yang mendengar hal ini, pertanyaan mengenai kebangkitan adalah pertanyaan yang tergolong sensitif. Mengapa demikian? Karena dalam kerumunan orang banyak itu terdapat orang-orang Farisi yang mempercayai adanya kebangkitan orang mati. Di sini Yesus berada dalam posisi yang serba salah. Meski demikian, dengan sangat bijaksana Yesus dapat menjawab mereka, bahkan membuat mereka bungkam. Yesus membalas mereka dengan sebuah pernyataan mengenai Mesias. Bagi ahli-ahli Taurat, Mesias adalah keturunan Daud yang adalah seorang manusia biasa; sedangkan bagi Daud, Mesias adalah Tuannya, Dia lah yang duduk di sebelah kanan Allah. Ahli-ahli Taurat tidak percaya bahwa Yesus yang adalah manusia, juga adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, karenanya mereka pun bungkam akan hal ini. Dalam kesempatan ini, Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk berhati-hati terhadap ajaran mereka. Mereka yang terlihat rohani sebagai pemuka agama, namun tidak mengakui Yesus sebagai Mesias. Orang-orang inilah yang menghalangi orang-orang bertemu dengan Allah yang benar. Begitupun dalam kehidupan kita, kita perlu berhati-hati dengan ajaranajaran yang kita dengarkan. Jangan sampai yang kita percayai dan hidupi adalah ajaran yang menyimpang. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, menjadi Mesias bagi umat manusia. Kita perlu memahami apa yang menjadi ajaran Yesus dan kebenaran firman Tuhan secara utuh. Janganlah kita tidak memiliki dasar firman Tuhan yang kuat dan akhirnya terpengaruh oleh ajaran-ajaran sesat. Kita perlu waspada dengan ajaran yang bertentangan dengan kebenaran Tuhan, namun dipoles sedemikian rupa sehingga nampak seperti ajaran firman Tuhan. Mari kita setia dalam firman Tuhan dan bersekutu secara pribadi dengan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang ingin diajarkan Yesus ketika mengutip perkataan Daud dalam Mazmur? (2) Mengapa para ahli-ahli Taurat akan menerima hukuman yang lebih berat? Berdoalah supaya setiap orang percaya memiliki kerinduan untuk belajar firman Tuhan, bukan hanya mendengar, sehingga tidak mudah diombangambingkan oleh ajaran sesat yang ada. 30 SABTU APRIL 2016 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.” (Lukas 21:3) Bacaan hari ini: Lukas 21:1-4 Bacaan setahun: Lukas 21:1-19 PERSEMBAHAN YANG MENYENANGKAN TUHAN S etelah menasihati para murid dan orang banyak yang mendengarNya supaya waspada terhadap ahli-ahli Taurat (Luk. 20:45-47), Tuhan Yesus mengangkat muka-Nya dan melihat orang-orang yang sedang membawa persembahan (ay.1). Tuhan melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan dan juga melihat seorang janda miskin yang memberikan persembahan dengan memasukkan dua peser ke dalam peti itu (ay. 2). Dua peser atau dua lepta, itulah persembahan janda miskin yang menjadi perhatian Tuhan Yesus. Satu lepton adalah suatu jumlah yang terkecil di antara jenis mata uang yang ada pada saat itu. Itu berarti bahwa persembahan janda miskin itu sangat kecil sekali nilainya dibandingkan dengan apa yang orang-orang kaya persembahkan saat itu. Namun Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang dipersembahkan oleh si janda miskin itu jauh lebih berharga dari segala persembahan yang dipersembahkan hari itu. Mengapa demikian? Sebab itulah semua yang ia punyai. Sesungguhnya, persembahan yang demikianlah yang menyenangkan hati Tuhan Yesus. Meskipun jumlahnya sama sekali tidak signifikan untuk dipuji, namun di mata Tuhan, persembahannya bernilai lebih besar dibandingkan persembahan orang-orang kaya itu (ay. 3). Yang Tuhan Yesus lihat di sini adalah arti uang sejumlah itu bagi si janda miskin. Itulah jumlah uang yang dimilikinya untuk melanjutkan hidupnya (ay. 4). Bila ia persembahkan semuanya, itu berarti ia mempercayakan dirinya pada Allah. Ia percaya bahwa Allah akan memelihara hidupnya dan memenuhi kebutuhannya. Itu berarti bahwa ia meletakkan kepercayaannya pada Allah, bukan pada uangnya! Kemiskinan bukanlah alasan baginya untuk tidak memberi persembahan pada Allah! Si janda miskin ini memberikan persembahan dengan segenap hidupnya untuk menghormati Allah. Inilah persembahan yang disukai Tuhan! Bagaimanakah kita selama ini? Marilah kita belajar untuk memberikan persembahan atau pelayanan dengan iman dan segenap hidup kita! Amin. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana persembahan dan pelayanan yang Anda lakukan selama ini? (2) Apakah semua itu sudah menyenangkan hati Tuhan? Mengapa? Berdoalah agar kita semua sebagai anak-anak Tuhan dimampukan untuk memberikan persembahan hidup dan pelayanan yang dapat menyenangkan hati Tuhan. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23)