DETERMINANSI ANGGARAN PENDIDIAN, KESEHATAN DAN INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Magister (S2) OLEH ABJAN NPM : 080414001 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI BIDANG KAJIAN UTAMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE 2016 i PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Magister (S2) ABJAN Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Dr. Amran Husen, SE., ME Dr. Nahu Daud, SE., M.Si Fakultas Ekonomi Universitas Khairun PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI BIDANG KAJIAN UTAMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DETERMINANSI ANGGARAN PENDIDIAN, KESEHATAN DAN INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT ii DETERMINANSI ANGGARAN PENDIDIAN, KESEHATAN DAN INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT NURFITRIYANTI Y Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Dr. Amran Husen, SE., ME Dr. Nahu Daud, SE., M.Si Dr. Drs. Rivai Umar, M.Si Dr. Abdul Wahab Hasyim, SE.,M.Si Dr. Muamul Sun’an, SE., M.P., M.Ap Fakultas Ekonomi Universitas Khairun iii ABSTRAK Abjan, 2016. Determinansi Anggaran Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat diKabupaten Halmahera Barat. Ketua Komisi Pembimbing Amran Husen, Anggota Nahu Daud. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruhanggaran pendidikan terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat; Untuk menganalisis pengaruh anggaran kesehatan terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat; Untuk menganalisis pengaruh anggaran infrastruktur jalan terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat; dan Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung anggaran pendidikan,kesehatan dan infrastruktur jalan terhadap Kesejahteraan Masyarakat, melaui pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Metode analisi yang digunakan adalah analisis path analysis (analisis jalur atau lintasan). Tujuan path analysis, menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya, merupakan variabel akibat. Variabel yang digunakan diantaranya (X1) anggaran sektor pendidikan; (X2) anggaran sektor kesehatan; (X3) anggaran sektor infrastruktur jalan; (Y1) pertumbuhan ekonomi dan; (Y2) kesejahteraan masyarakat (IMP). Hasil Penelitian menunjukan bahwa model 1, Pengaruh tidak langsung anggaran pendidikan (X1) terhadap (Y2) IPM melalui (Y1) pertumbuhan ekonomi, menunjukkan pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,647%. Pengaruh langsung anggaran pendidikan (X1) terhadap IPM (Y2) sebsar 0,498%. Artinya ketika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat meningkatkan anggaran pendidikan sebesar 1%, akan berdampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat (IPM) sebesar 4,98%. Model 2, Pengaruh tidak langsung anggaran kesehatan (X2) terhadap (Y2) IPM melalui (Y1) pertumbuhan ekonomi, menunjukkan pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,284%. Pengaruh langsung (X2) terhadap (Y2) sebsar 0,186%. Model 3, Pengaruh tidak langsung (X3) terhadap (Y2) melalui (Y1), menunjukkan pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,048%. Pengaruh langsung (X3) terhadap (Y2) sebsar 0,252%. Artinya ketika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menaikan anggaran infrastruktur jalan sebesar 1%, akan dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan kesejahteraan masyarakat (IPM) Kabupaten Halmahera Barat secara langsung dan tidak langsung masing-masing sebesar 2,84%.dan 2,52%. Model 4, Pengaruh langsung (Y1) terhadap (Y2),dengan nilai regresin varible 0,930%. Artinya ketika pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 1%, akan dapat meningkatkan IPM di Kabupaten Halamhera Barat sebesar 9,30%. Kata Kunci: Anggaran Pendidikan,Kesehatan, Infrastruktur Jalan, Pertumbuhan Ekonomi dan IPM. iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator untuk melihat pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian, sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan dalam aktivitas perekonomian. Pembangunan merupakan salah satu fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah sebagai salah satu pengambil kebijakan. Berdasarkan konsep pembangunan, terkandung makna-makna alokasi sumbersumber daya, regulasi dan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan sebagai metode alokasi sumber-sumber daya (resources) yang dimiliki publik, seperti sumber daya alam, sumber daya energi, sumber dana dan sumber daya manusia. Dalam perspektif ini, pembangunan seyogianya dapat memperluas akses publik untuk memperoleh sumber-sumber daya yang diperlukan guna mencapai kesejahteraan masyarakat, mempermudah akses publik untuk memperoleh dan menikmati berbagai fasilitas pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik, keamanan, dan lain-lain), serta menjamin ketersediaan infrastruktur dan kontinuitas sumber-sumber daya tersebut bagi kelangsungan hidup masyarakat. Pembangunan juga seyogianya dapat menurunkan tingkat pengangguran sehingga dapat mengurangi jumlah kemiskinan yang semakin lama semakin meningkat. Aspek pendanaan setelah otonomi dan desentralisasi, Kabupaten Halmahera Barat mendapatkan alokasi anggaran yang terus meningkat selama empat (4) tahun terakhir. Dana Pembangunan 2012 tercatat Rp. 349,254 milyar, meningkat menjadi Rp. 415,264 milyar. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak tahun 2012 sebesar Rp. 45,309 milyar, sedikit mengalami penurunan di tahun 2015 sebesar Rp.40, 00 milyar. Dana Alokasi Umum tahun 2012 sebesar Rp. 216.055 milyar, meningkat menjadi Rp.325,328 milyartahun 2015. Dana Alokasi Khusus tahun 2012 sebesar Rp.87,890 milyat, menurun di tahun 2015 sebesar Rp. 49,836 milyar. Besaran anggaran yang dialokasikan setiap tahun, mencerminkan adanya upaya maksimal dari pemerintah daerah Halmahera Barat dalam pembangunan. Sebagai wilayah dengan karakteristik kepulauan, pembangunan infastruktur ekonomi menjadi salah satu prioritas utama pemerintah Kabupaten Halmahera Barat saat ini. Infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi: (1) infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat, meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitari serta pembuangan limbah (2) infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketidak cukupan infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Ndulu, et. al., 2005). Penelitian Ramírez dan Esfahani (1999) membuktikan bahwa infrastruktur mempunyai dampak kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil studi ini mendukung apa yang ditemukan oleh Aschauer (1989) bahwa infrastruktur secara statistik signifikan mempengaruhi output. Bastian 2010 dalam penelitiannya di Indonesia membuktikan bahwa dalam jangka pendekvariabel pengeluaran pemerintah atas transportasi berpengaruh positifsecara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil kajian yang dilakukan Friawan (2008) menjelaskan setidaknya ada tiga alasan utama mengapa infrastruktur penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Pertama, ketersediaan infrastruktur yang baik merupakan mesin utama pemacu pertumbuhanekonomi, misalnya studi The World bank (2004) menyatakan bahwa tingkatpertumbuhan ekonomi yang rendah dalam beberapa tahun terakhir pasca krisisekonomi 1998 salah satunya dipengaruhi rendahnya tingkat investasi. Kurangnya ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu hambatan utamadalam perbaikan iklim investasi di Indonesia. Kedua, untuk memperoleh manfaat yang penuh dari integrasi, ketersediaan jaringan infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktifitas perdagangan dan investasi. Penurunan tarif akibat integrasi ekonomi tidak dapat menjamin bahwa akan meningkatkan aktivitas perdagangan dan investasi tanpa adanya dukungandari infrastruktur yang memadai. Ketiga, perhatian terhadap perbaikaninfrastruktur juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar negara-negara di Asia dan juga mempercepat integrasiperekonomian Asia. Dilihat dari alolasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi (Jhingan, 2002). Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilitas makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Simon Kuznet menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah karena infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara. Ketersediaan infrastruktur juga sangat menentukan tingkat keefisienan dan keefektifan kegiatan ekonomi serta merupakan prasyarat agar berputarnya roda perekonomian berjalan dengan baik. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh akumulasi modal (investasi pada tanah, peralatan, prasarana dan sarana serta sumber daya manusia), sumber daya alam, sumber daya manusia (human resources) baik dalam kuantitas maupun dalam tingkat kualitas penduduknya, kemajuan teknologi, akses terhadap informasi, keinginan untuk melakukan inovasi, dan mengembangkan diri serta budaya kerja. Salah satu hal yang menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dalam membangun ekonominya adalah rendahnya daya tarik suatu daerah dan sumber daya yang dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana infrastruktur, sehingga menyebabkan tingkat aktivitas ekonomi yang rendah. Suatu daerah yang tidak memiliki sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam serta kurangnya insentif yang ditawarkan (prasarana infrastruktur, perangkat keras dan lunak, dan keamanan) dapat menyebabkan suatu daerah tertinggal dalam pembangunan. Untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lainnya, terdapat beberapa alternatif pengembangan suatu daerah. Alternatif tersebut dapat berupa investasi langsung yang diarahkan pada sektor produktif atau investasi pada social-overhead seperti pada pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan dan prasarana infrastruktur lainnya. Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur harus diperhatikan, karena infrastruktur merupakan basis pembangunan. Yudhoyono (2012) menjelskan sejumlah prioritas nasional dan isu strategis terkait tata kelola ekonomi adalah peningkatan daya saing melalui perbaikan iklim investasi; percepatan pembangunan infrastruktur; peningkatan pembangunan industri di berbagai koridor ekonomi; dan penciptaan kesempatan kerja. Langkahlangkah terobosan pun telah dilakukan dimana salah satunya penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Hasil Studi Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED) oleh KPPOD menunjukkan bahwa infrastruktur menjadi kendala utama bagi aktivitas usaha, dimana kecenderungannya naik pada tahun 2010 dibandingkan 2007. Sejumlah komitmen pemerintah untuk memperbaiki kualitas infrastruktur tentunya telah meningkatkan anggaran belanja pemerintah. Studi KPPOD (2012) terhap peningkatan belanja di sektor infrastruktur telah berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas jalan. Sejak dilaksanakan otonomi daerah di Indonesia, investasi di sektor jalan cenderung meningkat. Sektor infrastruktur jalan juga merupakan salah satu sektor vital dalam memacu pertumbuhan ekonomi, pada dasarnya merupakan sektor antara, menghubungkan berbagai macam aktivitas ekonomi. Pembangunan prasarana jalan, sebagai salah satu sub sektor infrastruktur, memiliki fungsi aksesibilitas membuka daerah kurang berkembang, fungsi mobilitas memacu daerah telah berkembang. Saat ini proses pembangunan jalan di Indonesia sebagian besar masih ditangani oleh pemerintah karena jalan pada dasarnya merupakan barang publik. Alokasi investasi dan efisiensi menjadi faktor kunci dalam pembangunan sub sektor ini. Tanpa diikuti kenaikan efisiensi, alokasiinvestasi ke sub sektor prasarana jalan tidak dapat menghasilkan manfaat optimal. Kinerja pembangunan ekonomi daerah 1999-2011 secara umum menunjukkan peningkatan, tetapi masih menyisahkan sejumlah persoalan diantaranya kemiskinan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, kesehatan penduduk, infrastruktur jalan yang buruk. Hasil penelitian Suryadarma, (2008) terkait pengaruh investasi sektor pendidikan, dan kesehatan, terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan, saat terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan 20 persen, dapat meningkatkan PDB riil nasional sebesar 2,19 persen. Peningkatan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan 20 persen, dapat meningkatkan PDB riil nasional sebesar 3,68 persen. Sumber Daya Manusia sebagai salah satu faktor produksi, selain sumber daya alam, modal dan entrepreneurdalam menghasilkan output, diyakini merupakan basis dalam meningkatkan produktivitas faktor produksi secara total. Tanzi and Davoodi, (2000) menjelaskan peran ilmu pengetahuan dan investasi modal sumber daya manusia dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia menjadi salah satu indikator bagi kemajuan suatu negara. Aspek harapan hidup dan pendidikan masyarakat, dilakukan untuk memperluas peluang penduduk mencapai hidup layak, peningkatan kapasitas dasar dan daya beli melaui peningkatan pengetahuan serta derajat kesehatan. Gambar 1.1. Kendala Utama Aktivitas Usaha di Indonesia Sumber: KPPOD (2007 dan 2010) Peningkatan alokasi pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan, dan kesehatan dapat meningkatkan produktivitas penduduk, pada gilirannya meningkatkan pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran di sektor publik, sangat bermanfaat meningkatkan pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi suatu negara (Frye and Zhuravskaya, 2000; Gyimah-Brempong and Munoz, 2006; Brata, 2004). Peningkatan pengeluaran pemerintah daerah saat ini terkait dengan sektor pendidikan, maupunkesehatan, menunjukkan adanya komitmen pemerintah meningkatkan pelayanan publik. Gambar 1.2 Realisasi Anggaran Infrastruktur Jalan, Pendidikan dan Kesehatan di Kab. Halbar 2011-2015 18.860.203.650 8.223.684.710 5.663.686.920 2011 23.003.798.410 6.683.944.537 40.029.590.407 40.790.954.215 23.966.992.350 25.328.047.973 11.676.512.711 13.301.826.382 2013 2014 34.401.021.855 28.557.081.594 21.471.607.869 6.849.719.301 2012 Anggaran Pendidikan Anggaran Kesehatan 2015 Anggaran Inf.Jalan 55,18 55,78 54,79 82,86 81,33 81,38 66,38 67,05 66,02 67,65 67,38 100 80 60 40 20 0 68,56 Sumber : LKPJ 2011-2015 Fakta tercermin padai gambar 1.2 di Pentingnya sektor infastruktur jalan, atas menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan, dan kesehatan dalam pemerintah Kabupaten Halmahera Barat pembangunan daerah menjadikan ketiga yang tidak konsisten terkait alokasi sektor ini mendaptkan prioritas anggaran APBD dalam mempercepat pembangunan oleh pemerintah baik di pembangunan infrastruktur, khususnya tingkat nasionalmaupun di daerah. infrastruktur jalan, pendidikan dan Kabupaten Halmahera Barat sebagai salah infrastruktur kesehatan. Besaran alokasi satu kabupaten yang baru dimekarkan pada anggaran yang cendrung menurun, tahun 2003, hingga saat ini terus mempengaruhi kualitas dan kauntitas meningkatkan pembangunan di semua pelayanan dasar di sektor pendidikan, sektor, termasuk sektor infrastruktur jalan, kesehatan dan ekonomi, bagi masyaarakat pendidikan dan kesehatan sebagai salah yang hingga saat ini belum memilik akses satu penopang pertumbuhan ekonomi pendidikan,kesehatan dan jalan secaara daerah. baik. Kabupaten Halmahera Barang Anggaran pendidikan 2011-2013 memiliki luas wilayah darat 2.416,56 Km2, terus meningkat hingga mencapai angkat dan luas laut 11.823, 42 Km2dengan jumlah Rp. 40.029.590.407, tetapi tahun 2014 penduduk 108.769 jiwa, termasuk daerah mengalami penurunan cukup besar yang kemajuan pembangunannya tertinggal Rp.25.328.047.973 atau menurun 36,72%. dibandingkat daerah lain diprovinsi Maluku Tahun 2015 meningkat sebesar Utara. Totak ukur kesejahteraan Rp.28.557.081.594 atau meningkat masyarakat suatu daerah dapat dilihat 12,74%. Anggaran kesehatan realif lebih dengan menggunakan kriteria Indeks stabil. Tahun 2011 anggaran di sektor Pembangunan Manusia (IPM) atau Human kesehatan tercatat sebesar Development Index (HDI). HDI adalah Rp.5.663.686.920, hingga tahun 2015 naik indikator mengukur salah satu aspek menjadi Rp.21.471.607.869, atau selama penting berkaitan dengan kualitas dari hasil2011-2015 meningkat rata-rata sebesar Rp. hasil pembangunan ekonomi, yakni derajat 2.939.878.920. Anggaran infrastruktur jalan perkembangan manusia. HDI diartikan juga selama 2011-2015 berfluktuatif. Tahun kesejahteraan secara lebih luas, dari 2011 anggaran infrastruktur jalan sebesar sekedar Pendapatan Domestik Bruto Rp.8.223.684.710, tahun 2012 mengalami (PDB). HDI memberikan suatu ukuran penurunan sebesar Rp.6.849.719.301, dan gabungan tiga dimensi, tentang tahun 2013 meningkal menjadi Rp. pembangunan manusia yaitu; pertama, 23.966.992.350, tahun 2014 juga kesehatan (diukur dari usia harapan hidup); meningkat menjadi Rp.40.790.954.215, kedua, pendidikan (diukur dari tingkat tetapi ditahun 2015 anggaran yang kemampuan baca tulis orang dewasa dan dialokasikan untuk pembangunan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, ekfrastruktur jalan kembali mengalami lanjutan dan tinggi); ketiga, standar hidup penurunan menjadi Rp.34.401.021.855 juta yang layak (diukur dari paritas daya beli). rupiah. Gambar 1.3 IPM, IHH, IP.IK Kabupaten Halmahera barat 2011-2013 2011 2012 2013 Juta Rupiah Sumber : BPS Kab. Halbar Diolah Ketiga unsur tersebut tidak berdiri pembangunan ekonomi dan tingkat sendiri, melainkan saling mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Disatu sisi ada satu dengan lainnya, selain dipengaruhi alokasi anggaran pembangunan di berbagai faktor kebijakan pemerintah terkait sektor yang terus meningkat, tetapi investasi, kesempatan kerja, pertumbuhan besarnya anggaran tidak berimplikasi positif ekonomi dan infrastruktur daerah. Konsep dengan kualitas hidup masyarakat, yang HDI dikembangkan Perserikatan Bangsa- tercermin dari masih rendahnya Bangsa (PBB), menetakan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, dan kinerja pembangunan manusia pada skala akhirnya berdampak pada rendahnya 0,0 -100,0 dengan katagori sebagai berikut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di (BPS): tinggi (HDI > 80,0); menengah atas Kabupaten Halmahera Barat. (HDI antara 66,0 - 79,9); menengah bawah Terciptanya kesejahteraan rakyat (HDI antara 50,0 – 65,9); dan rendah (HDI merupakan salah satu tujuan utama < 50,0). Dengan menggunakan standar ini pembangunan daerah. Sejahtera dapat maka Kabupaten Halmahera Barat masuk diartikan sebagai keadaan sentosa dan dalam katagori menengah atas karena makmur, yang dapat diwujudkan sebagai hingga 2013 IMP-nya 68,56%. keadaan yang berkecukupan atau tidak Indeks Pembangunan Manusia kekurangan baik dari dimensi fisik, (IPM) mencerminkan capaian kinerja materimaupun rohani. Terwujudnya pelayanan publik sektor pendidikan, kesejahteran bagi seluruh rakyat kesehatan, dan ekonomi suatu wilayah. merupakan tugas utama yang diemban Secara kumulatif IPM Kabupaten oleh pemerintahan. Perwujudan Halmahera BaratIPM terus mengalami kesejahteraan tersebut utamanya peningkatan tiga (3) tahun terakhir, namun dilakukan melalui program pembangunan IPM di Kabupaten Halmahera Barat masih yang terencana, terpadu dan memiliki tetap berada di bawah IPM Provinsi Maluku perspektif jangka panjang. Program Utara sesuai klasifikasi ditetapkan Bank pembangunan kemudian direfleksikan Dunia.Kondisi yang juga sama terlihat pada dalam bentuk peningkatan pendapatan masalah ekonomi daerah. Tingkat masyarakat, penurunan tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi tiga (3) tahun penyediaan lapangan pekerjaan dan terakhir mengalami penurunan. pembangunan yang berkualitas. Dengan Fakta ini menunjukkan ada masalah kata lain, mewujudkan kesejahteraan yang dihadapi pemerintah Kabupaten adalah upaya untuk meningkatkan kualitas Halmahera Barat, terkait dengan hidup masyarakat. Gambar 1.4. Kondisi Perekonomian Daerah Kab. Halmahera Barat Tahun 2011-2013 Sumber : BPS Kab. Halmahera Barat 2014 Pertumbuhan Ekonomi 5,64 5,62 5,60 5,58 5,56 5,54 5,52 5,62 5,6 5,49 Sumber : BPS Halbar 2014 Dengan menggunakan data PDRB harga konstan, pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Halmahera Barat hingga tahun 2013 baru sebesar Rp. 2.468.801 ribu rupiah. Salah satu tantangan dihadapi pemerintah Kabupaten Halmahera Barat saat ini adalah masih rendahnya kesejahteraan masyarakat diukur dari pendapatan perkapita. Ini yangmelatarbelakangi penelitian ini dilakukan dengan mengambil fokus kajian anggaran sektor infrastruktur jalan, pendidikan, dan kesehatan dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Barat tiga tahun terakhir (20112013) menunjukkan tren yang terus menurun. Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Barat tercatat sebesar 5,62%, turun menjadi 5,6% tahun 2012, dan tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Barat turun menjadi 5,49%. Telaah teori dan hasil penelitian telah membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu berkorelasi positif dengan kesejahteraan masyarakat. Artinya ketika terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi, dapat dipastikan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang kuat dengan pengeluaran pemerintah, terutama jenis pengeluaran pemerintah yang menyangkut pencapaiankesejahteraan masyarakat. Pengeluaran tersebut adalah pengeluaran atas pendidikan,kesehatan dan infrastruktur. Ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang sangatpenting bagi proses pembangunan. Pengaruh pengeluaran pemerintah ataspendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi tidak dapatlangsung dirasakan dalam jangka pendek melainkan baru akan terasa dalam jangkapanjang. Penelitianpenelitian terdahulu telah menghasilkan berbagai kesimpulan yangberbeda atas hubungan pengeluaran pemerintah dalam pendidikan, kesehatan daninfrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. Hubungan pengeluaran pemerintahdengan pertumbuhan ekonomi tidak ada yang konsisten, bisa positif atau negatif.Hasil dan bukti berbeda pada negara maupun daerah. Sifat dari dampak pengeluaranpemerintah akan tergantung dengan kondisi negara atau daerah. Kondisi Kabupaten Halmahera Barat sebagai daerah yang sedang berkembang tentunya akan berbeda dengan daerah yang telah maju. Atas pertimbangan diatas maka penelitian ini dilakukan dengan mengabil judul : Determinansi Anggran Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat diKabupaten Halmahera Barat. Masalah Pokok Fokus penelitian ini terkait masalah kesejahteraan yang menjadi fenomena umum saat ini. Kesejahteraan memiliki korelasi dengan pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur jalan. Atas dasar pertimbangan pemikiran di atas, permasalahan penelitian dapat disusun sebagai berikut: 1. Bagaimanapengaruhlangsung anggaran pendidikan, kesehatan dan infrastruktur jalanterhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat? 2. Bagimana pengaruhtidak langsung anggaran pendidikan, kesehatan dan infrastruktur jalan terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat? 3. Bagaimana pengaruhpertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini disusun sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh langsung anggaran pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur jalan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat. 2. Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung anggaran pendidikan, kesehatan dan infrastruktur jalan terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat. 3. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat . Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi khasanah keilmuan yang dapat bermanfaat sesuai dari tujuan yang telah ditetapkan, selain dapat memberikan manfaat bagi kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis,diantaranya : 1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan berbagai kebijakan. 2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswalain sebagai bahan pelengkap penelitian yang masih relevan dengan permasalahan ini. 3. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya dan mahasiswa pada umumnya dalam memahami permasalahan mengenai infrastruktur, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Pada dasarnya infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi: (1) infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat, meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitari serta pembuangan limbah (2) infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketidakcukupan infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.Penelitian Ramírez dan Esfahani (1999) membuktikan bahwa infrastruktur mempunyai dampak kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil studi ini mendukung apa yang ditemukan oleh Aschauer (1989) bahwa infrastruktur secara statistik signifikan mempengaruhi output. Dilihat dari alolasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi (Gie, 2002). Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilitas makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Esfahani dan Ramirez (2002) menganalisis hubungan antara institusi, infrastruktur dan kinerja ekonomi dengan menggunakan data dari 75 negara. Hasil estimasi Two Stage Least Square (2SLS) menunjukkan bahwa negara akan mendapatkan benefit yang sangat besar dalam hal output, jika pemerintah fokus pada peningkatan investasi dan performance dari infrastruktur. Berdasarkan latar belakang keadaan demografis, geografis, dan kemajuan ekonomi yang tidak sama, maka salah satu konsekuensi logis adalah terjadinya perbedaan kinerja pembangunan antar daerah, yang selanjutnya akan menyebabkan kesenjangan dalam kemajuan dan tingkat kesejahteraan antar daerah.Hasil penelitian World Competitiveness Report, pada tahun 2008 peringkat daya saing infrastruktur Indonesia terus mengalami penurunan dibandingkan negara lain, padahal menurut World Economic Forum pada tahun 1996, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia berada di atas negara Cina, Thailand, Taiwan, dan Srilanka. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini mengalami kemunduran. Kemunduran ini akan berdampak buruk terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia, seperti halnya penelitian Lopez (2003) dari hasil penelitian menemukan bahwa di negara-negara Amerika Latin kemunduran investasi infrastruktur publik akan menyebabkan perekonomian stagnan, ketimpangan sosial dan kerusakan lingkungan. Penelitian Makin (2011) penelitiannya terkait Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat dengan tujuan untuk mengetahui (1) bagaimana kondisi infrastruktur ekonomi dan sosial (infrastruktur jalan, kesehatan, pendidikan dan listrik) di Jawa Barat (2) sejauh mana pengaruh infrastruktur jalan, infrastruktur pendidikan, infrastruktrur kesehatan, infrastruktur listrik, tenaga kerja dan pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Teknik analisis yang digunakan analisis kuantitatif deskriptif maupun kuantitatif induktif. Pendekatan tabel, rasio atau persentase, sedangkan untuk menguji faktor-faktor infrastruktur mempengaruhi pertumbuhan ekonomi digunakan teknis analisis regresi dengan data panel (panel data regression model) dengan. Dari hasil estimasi model, faktor– faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa bahwa infrastruktur listrik, tenaga kerja, dan pengeluaran pembangunan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menunjukkan bahwa apabila infrastruktur listrik, jumlah tenaga kerja dan pengeluaran pembangunan meningkat, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat begitu juga sebaliknya. Untuk infrastruktur pendekatan fixed effectjalan dan infrastruktur pendidikan memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan. Sedangkan infrastruktur kesehatan memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan. Hasim (2013) penelitiannya tentang Keterkaitan Transportasi Darat dengan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Merauke Period 2002-2011. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perkembangan sarana dan prasarana transportasi darat dalam hal ini panjang jalan dan jumlah kendaraan dengan pertumbuhan ekonomi dan pengaruh pengeluaran pemerintah dalam hal belanja modal pembangunan infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Merauke. Model analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif (deskriptif) dan metode analisis regresi sederhana.Hasil analisis desriptif menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara perkembangan sarana dan prasarana transportasi darat dalam hal ini panjang jalan dan jumlah kendaraan dengan pertumbuhan ekonomi dan hasil regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengeluaran pemerintah dalam hal belanja modal pembangunan infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Merauke. Hasil penelitian Napitupulu dkk (2011) tetang dampak infrastruktur jalan terhadap perekonomian pulau Jawa-Bali dan Sumatra. Tujuannya untuk menganalisi dampak pertumbuhan ekonomi dari investasi jalan dan jembatan, dengan menggunakan model analisis Inter-regional Social Ecconting Matrix, menunjukan hasil bahwa dibutuhkan alokasi anggaran yang tepat untuk sektor jalan dan jembatan JawaBali dan Sumatra sehingga dapat mengurangi kesenjangan dan mendukung pemerataan. Agar sektor jalan dan jembatan di Sumatra dapat mendung pertumbuhan ekonomi secara signifikan maka, dan mengejar ketertinggalan pembangunan Jawa-Bali maka keberpihakan investasi jalan dan jembatan mutlak dilakukan pemerintah daerah. Pembangunan jalan dan jembatan di Indonesia berpotensi memperccepat perubahan wilayah berbasis pertanian menuju industrialisas. Yang membedakan penelitian sebelumnya dengan yang saya lakukan saat ini adalah pada metode analisi. Penelitian sebelumnya secara umum menggunakan analisis panel data regression model dan regresi sederhana. Penelitian saat ini saya mencoba menggunakan regresi berganda dengan uji t dan uji F. Landasan Teoritis Pengertian Infrastruktur Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ketidakcukupan infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Simon Kuznet menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban pemerintah karena infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara. Ketersediaan infrastruktur juga sangat menentukan tingkat keefisienan dan keefektifan kegiatan ekonomi serta merupakan prasyarat agar berputarnya roda perekonomian berjalan dengan baik. Friawan (2008) menjelaskan setidaknya ada tiga alasan utama mengapa infrastruktur penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Pertama, ketersedian infrastruktur secara baik, merupakan mesin utama pemacu pertumbuhan ekonomi. Studi The World bank (2004) menyatakan, tingkat pertumbuhan ekonomi rendah dalam beberapa tahun terakhir paska krisis ekonomi 1998, salah satunya penyebabnya karena rendahnya tingkat investasi. Kedua, untuk memperoleh manfaat dari integrasi, ketersediaan jaringan infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktifitas perdagangan dan investasi. Penurunan tarif akibat integrasi ekonomi tidak dapat menjamin akan meningkatkan aktivitas perdagangan dan investasi tanpa adanya dukungan infrastruktur secara memadai. Ketiga, perhatian terhadap perbaikan infrastruktur juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar negara-negara di Asia. Permasalahan infrastruktur di Indonesia diakibatkan oleh masalah sektoral dan lintas sektoral. Dibutuhkan kebijakan-kebijakan terintegrasi sektorsektor terkait. Sisi pembiayaan misalnya, pemerintah diharapkan membuat mekanisme penentuan resiko investasi dan mengembangkan metodologi yang tepat dan mudah diterapkan. Di saat bersamaan, mengingat mobilisasi investasi dari sektor swasta membutuhkan waktu, pemerintah diharapkan tetap memberikan perhatian pada peningkatan investasi publik sehingga kebutuhan infrastruktur dapat terpenuhi, salah satunya melalui peningkatan pengeluaran pemerintah atas infrastruktur. Namun jika pengeluaran pemerintah saja tidak cukup diperlukan peran pihak swasta. Peran pemerintah meningkatkan perhatian pihak swasta, dengan bantuan pembebasan lahan, subsidi operasional dan modal, jaminan resiko usaha. Peningkatan pengeluaran pemerintah atas infrastruktur juga harus diikuti dengan efektifitas dan efisiensi pada setiap pengeluaran. Konsep Belanja Publik Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang dihasilkan, memuat pilihan atau keputusan pemerintah menyediakan barang-barang publik dan pelayanan kepada masyarakat. Total pengeluaran pemerintah menjadi keseluruhan dari keputusan anggaran masing-masing tingkatan pemerintahan (Susetyo, 2001). Menurut Susetyo, argumentasi kebijakan publik pengeluaran pemerintah didasarkan situasi pasar tidak bisa berperan sendiri mengaktifkan mobilisasi aktivitas ekonomi secara efisiensi. Adanya pengeluaran publik disebabkan kegagalan pasar. Sukirno (2000) menjelaskan kegagalan pasar karena: (1) Tidak semua barang dan jasa diperdagangkan, (2) Barang-barang yang menyebabkan eksternalitas dalam produksi maupun konsumsi, (3) Beberapa barang mempunyai karakteristik increasing returns to scale, (4) Informasi asimetri antara produsen dan konsumen di bidang jasa seperti asuransi sosial dapat memberi peningkatan moral hazard, dan pemilihan kurang baik, karena itu intervensi negara diperlukan agar menjamin pendistribusian kembal pendapatan. Sukirno (2000) yakin suatu tindakan pemerintah mengatur jalannya perekonomian, caranya menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya, tercermin dalam dokumenAPBN dan APBD. Uapaya dilakukan pemerintah dapat mempengaruhi tingkat PDB nyata dengan mengubah persediaan berbagai faktor, yang dapat dipakai dalam produksi melalui programprogram pengeluaran pemerintah seperti pendidikan. Landau (2009) membuktikan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang militer dan pendidikan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara untuk pendidikan sendiri berkorelasi kuat dan investasi pemerintah berkorelasi positif tetapi tidak signifikan. Lin (2005) mengatakan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDB) dengan laju yang semakin mengecil. Lin juga menyatakan Hukum Wagner hanya berlaku untuk negara maju. Belanja publik adalah bagian dari kebijakan fiska (Sukirno, 2000) yaitu suatu tindakan pemerintah, mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahun, tercermin dalam dokumen APBN dan APBD. Tujuannya dalam rangka menstabilkan harga, tingkat outpu, kesempatan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Lin (2005) mengisaratkan belanja publik memiliki satu masalah paling mendasar, yakni keterbatasan sumberdaya, menyebabkan proses pembuatan keputusan pengalokasian menjadi sangat dinamis, terlebih lagi dalam kondisi terdapat banyak pihak mempunyai kepentingan dan preferensi berbeda. Anggaran belanja daerah akan tidak logis, jika proporsi anggarannya lebih banyak belanja rutin (Abimanyu, 2005). Kemampuan daerah dalam memberikan pelayanan kepada stakeholders-nya sangat bergantung pendanaanya. Pollit (1988) mengungkapkan bahwa otoritas diperlukan agar pemerintah daerah mampu melakukan manajemen pengeluaran publik secara tepat. Premchand (1999), terdapat lima peran harus dijalankan oleh pemerintah dalam mengelola urusan dan kewenangannya, yakni sebagai penyedia pelayanan publik, sebagai pembeli pelayanan, sebagai badan penyadang dana, sebagai koordinator penyediaan pelayanan publik, dan sebagai regulator. Belanja publik dilakukan oleh pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur jalan, masyarakat dapat menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Wong (2004) menunjukkan pembangunan infrastruktur mempunyai dampak nyata terhadap kenaikan pajak daerah. Tingginya investasi mampu memperbaiki kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan (Mardiasmo, 2002). Brata (2004) menyatakan, terdapat tiga jenis belanja publik daerah berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Ketiga komponen tersebut adalah belanja publik untuk infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah menurut Nafziger, (2007) dipengaruhi oleh penduduk (tenaga kerja), tingkat pendidikan, pembentukan modal (investasi dan perkembangan teknologi), kewirausahaan (inovasi) dan sumberdaya alam. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah melaksanakan kebijakan tersebut, (Teguh dan Brodjonegoro, 2003) pengeluaran pemerintah mempunyai dasar teori, dapat dilihat dari identitas keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + (X - M) merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian, akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah bersangkutan. (Suparmoko, 2002). Menurut Wijaya (2000), pengeluaran pemerintah mempunyai efek pengganda (multiplier effect) secara berganda sepanjang perekonomian belum mencapai tingkat kesempatan kerja penuh (full employment), karena ia menaikkan permintaan agregatif didasarkan pada anggapan, pengeluaran pemerintah tidaklah pada proyek-proyek yang dapat menghalangi atau menggantikan investasi sektor swasta. Pengeluaran pemerintah mempunyai hubungan signifikan terhadap perekonomian, khususnya sektor riil. Signifikansi tersebut tercermin dari kontribusinya pada produk domestik bruto. Kebijakan fiskal suatu negara merupakan instrumen pelaksanakan fungsi stabilitasi, distribusi, dan alokasi. Pengeluaran atau belanja pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk keperluan pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat yang dibiayai melalui APBD. Pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan meliputi belanja rutin (operasional), belanja pembangunan (belanja modal) dan pengeluaran tidak tersangka. Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, struktur belanja pemerintah daerah terdiri atas: a. Belanja Rutin/Operasional (Recurrent Expenditure). Pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran, tidak menambah aset atau kekayaan bagi daerah. Belanja rutin ditujukan terutama membantu menjalankan pemerintahan sehar-hari. b. Belanja investasi pembangunan (Invesment/Capital Expediture).Pengeluaran yang manfaatnya cendrung melebihi satu tahun, menambah aset atau kekayaan daerah, selanjutnya menambah anggaran rutin untuk biaya operasional pemeliharaannya. Belanja investasi/pembangunan terdiri dari: 1. Belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Belanja publik merupakan belanja modal (capital expenditure) berupa investasi fisik (pembangunan infrastruktur), mempunyai nilai ekonomis lebih dari sau tahun dan mengakibatkan terjadinya penambahan aset daerah. 2. Belanja aparatur, manfaatnya secara tidak langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasaan langsung oleh aparatur. Belanja aparatur menyebabkan terjadinya penambahan aktiva tetap dan tidak tetap lainnya. 3. Pengeluaran transfer adalah pengalihan uang dari pemerintah daerah dengan kriteria: (i) tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti layaknya terjadi transaksi pembelian dan penjualan; (ii) tidak diharapkan membayar kembali dimasa yang akan datang, seperti suatu pinjaman; dan (iii) tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan, layaknya suatu investasi. Pengeluaran transfer diantaranya; angsuran pinjaman, dana bantuan dan dana cadangan. 4. Pengeluaran tidak tersangka, adalah pengeluaran disediakan untuk peneluaran; (i) tagihan tahun lalu yang belum diselesaikan, atau tidak tersedia anggarannya ditahun berjalan. (ii) pengambilan penerimaan bukan hanknya, atau kelebihan penerimaan. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun2004 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom mengatur, mengurus sendiri urusan pemerintahan, dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan. Pemberian otonomi daerah melalui desentralisasi fiskal mempunyai tiga misi utama, (Barzelay, 2008): a. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah b. Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat. c. Memberdayakan, menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan. Menurut Oates (2009) desentralisasi fiskalakan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena pemerintah daerah lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-barang publik. Desentralisasi fiskal memang tidak secara jelas dinyatakan dalam UU Nomor 33 Tahun 2004. Namun, komponen dana perimbangan merupakan sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Kebijakan fiskal, dana perimbangan merupakan inti dari desentralisasi fiskal. Pendidikan Teori pertumbuhan ekonomi berkembang saat ini, didasari kepada kapasitas produksi tenaga manusia didalam proses pembangunan atau disebut juga investment in human capital. Peningkatan kemampuan kualitas Sumbrdaya Manusia (SDM) menjadi investasi penting di suatu wilayah. Asumsi digunakan dalam teori human capital adalah pendidikan formal merupakan faktor dominan, menghasilkan sumberdaya manusia berproduktivitas tinggi. Teori human capital dapat diaplikasikan, dengan syarat adanya sumber teknologi tinggi secara efisien, dan adanya sumberdaya manusia dapat memanfaatkan teknologi. Teori ini percaya bahwa investasi bidang pendidikan sebagai investasi meningkatkan produktivitas masyarakat, pemerintah harus membangun sarana dan sistem pendidikan dengan lebih baik. Alokasi anggaran pendidikan merupakan wujud nyata investasi meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia di daerah. Pengeluaran pembangunan diantaranya penyediaan infrastruktur, pendidikan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia secara merata. Anggaran pendidikan sebesar 20 persen merupakan wujud realisasi pemerintah meningkatkan pendidikan. Menurut Estache, Antonio et. al (2007) implikasi dari pembangunan pendidikan adalah kehidupan manusia yang semakin berkualitas. Kaitannya dengan perekonomian secara umum, semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa. Kesehatan Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas bagi negara. Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Terkait dengan teori human capita, bahwa modal manusia berperan signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi (Haryanto et.al. 2005). Negara sedang berkembang seperti Indonesia sedang mengalami tahap perkembangan menengah, dimana pemerintah harus menyediakan lebih banyak sarana publik seperti kesehatan, untuk meningkatkan produktifitas ekonomi. Haryanto et.al. (2005) menunjukkan bahwa sektor kesehatan, tingkat persalinan yang ditolong tenaga medis dan persentase pengeluaran pemerintah untuk kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap kematian balita. Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terbukti cukup besar dampaknya terhadap peningkatan kinerja sektor tersebut. Mengingat besarnya pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap peningkatan kinerja kesehatan, maka perlu adanya upaya secara bertahap pemerintah meningkatkan pengeluaran sektor kesehatan. Infrastruktur Friawan (2008) menjelaskan setidaknya ada tiga alasan utama mengapa infrastruktur penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Pertama, ketersedian infrastruktur secara baik, merupakan mesin utama pemacu pertumbuhan ekonomi. Studi The World bank (2004) menyatakan, tingkat pertumbuhan ekonomi rendah dalam beberapa tahun terakhir paska krisis ekonomi 1998, salah satunya penyebabnya karena rendahnya tingkat investasi. Kedua, untuk memperoleh manfaat dari integrasi, ketersediaan jaringan infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktifitas perdagangan dan investasi. Penurunan tarif akibat integrasi ekonomi tidak dapat menjamin akan meningkatkan aktivitas perdagangan dan investasi tanpa adanya dukungan infrastruktur secara memadai. Ketiga, perhatian terhadap perbaikan infrastruktur juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar negara-negara di Asia. Permasalahan infrastruktur di Indonesia diakibatkan oleh masalah sektoral dan lintas sektoral. Dibutuhkan kebijakan-kebijakan terintegrasi sektorsektor terkait. Sisi pembiayaan misalnya, pemerintah diharapkan membuat mekanisme penentuan resiko investasi dan mengembangkan metodologi yang tepat dan mudah diterapkan. Di saat bersamaan, mengingat mobilisasi investasi dari sektor swasta membutuhkan waktu, pemerintah diharapkan tetap memberikan perhatian pada peningkatan investasi publik sehingga kebutuhan infrastruktur dapat terpenuhi, salah satunya melalui peningkatan pengeluaran pemerintah atas infrastruktur. Namun jika pengeluaran pemerintah saja tidak cukup diperlukan peran pihak swasta. Peran pemerintah meningkatkan perhatian pihak swasta, dengan bantuan pembebasan lahan, subsidi operasional dan modal, jaminan resiko usaha. Peningkatan pengeluaran pemerintah atas infrastruktur juga harus diikuti dengan efektifitas dan efisiensi pada setiap pengeluaran. Penjelasan di atas dapat difahami bahwa diperlukan kemauan pemerintah melaksanakan prioritas pengalokasian anggaran pada sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur secara efisien. Mekanismenya dengan melalui perubahan komposisi pengeluaran rutin yang lebih ditekan sehemat mungkin, dan memperbesar pengeluaran pembangunan khususnya pengeluaran langsung menambah manfaat sosial terutama berkaitan dengan pembangunan manusia, yakni sektor kesehatan pendidikan dan infrastruktur jalan. Perlu keseimbangan proporsi antara pengeluaran pembangunan untuk bidang pendidikan kesehatan dengan pengeluaran bidang-bidang lain seperti infrastruktur ekonomi. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi berarti terjadinya peningkatan pendapatan yang dapat didekati dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan wilayah berdasarkan peningkatan PDB atau PDRB menurut harga konstan, atau pendekatan rumah tangga berdasarkan peningkatan rata-rata pendapatan perkapita dalam periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor juga akan turut meningkat. Pere konomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa rill terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya. Dalam kegiatan ekonomi sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisik. Beberapa perkembangan ekonomi fisik yang terjadi di suatu negara adalah pertambahan produksi barang dan jasa dan perkembangan infrastruktur Semua hal tersebut biasanya diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara dalam periode tertentu. Menurut pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Staurt Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno, 1995:275). Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Adapun teori pertumbuhan ekonomi menurut teori Harrod–Domar yang dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh Domar dan Harrod. Keduanya melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung. Menurut Boediono (1985:1) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Penekanannya pada proses, karena proses mengandung unsur dinamis. Para teoritisi ilmu ekonomi pembangunan masa kini, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep pertumbuhan ekonomi. Para teoritisi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat inmaterial seperti kenikmatan, kepuasan, dan kebahagiaan dengan rasa aman dan tentram yang dirasakan masyarakat luas ( Arsyad, 1999: 141).Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari besarnya output yang dihasilkan oleh masyarakat yang ada di negara tersebut dalam suatu jangka waktu tertentu. Peningkatan output ini diukur dalam bentuk besaran Produk Domestik Bruto ( PDB ). Pendekatan yang sama dapat pula digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan daerah. Output yang digunakan sebagai standar adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan disuatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Dalam penyusunan PDRB diperlukan data dari berbagai kegiatan ekonomi yang berasal dari berbagai sumber. Kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang berkaitan dengan produksi, konsumsi, distribusi dan akumulasi kekayaan. Secara Populer ada 3 metoda pendekatan penghitungan PDRB yaitu pertama, metoda pendekatan produksi; kedua metoda pendekatan pengeluaran dan yang terakhir adalah pendekatan pendapatan. Ketiga metode penghitungan PDRB selanjutnya dijelaskan berikut ini : 1. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh bebagai unit produksi didalam suatu region dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit tersebut di atas dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yaitu : (1) Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa. 2. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu : (1) pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4)perubahan stock, (5) ekspor netto disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).Ekspor netto merupakan ekspor dikurangi impor. Ekspor dalam hal ini tidak terbatas hanya keluar negeri, tetapi termasuk juga yang hanya keluar daerah/wilayah, baik lewat laut, udara maupun lewat darat. Demikian juga kebalikannya yaitu impor. 3. Menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntngan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB, kecuali faktor pendapatan diatas, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan per sektor ini disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. PDRB merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari seluruh sektor (lapangan usaha). Dari ketiga metoda pendekatan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah pengeluaran untuk berbagai kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. PDRB yang telah diuraikan diatas disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung netto. Teori Kesejahteraan Tingginya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara belum tentu mencerminkan meratanya distribusi pendapatan. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu merata, bahkan kecendrungan yang terjadi justru sebaliknya. Distribusi pendapatan yang tidak merata akan mengakibatkan terjadinya disparitas. Semakin besar perbedaan pembagian “kue” pembangunan, semakin besar pula disparitas distribusi pendapatan yang terjadi. Indonesia yang tergolong dalam negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari permasalahan ini. Kebijakan-kebijakan stabilisasi yang diambil oleh presiden Soeharto dan tim ekonominya dari tahun 1966 sampai tahun 1969 sangat sukses dalam upaya menurunkan inflasi ke level digit satu, dan memulihkan perekonomian menuju pertumbuhan ekonomi yang terus menerus. Namun dampaknya terhadap ketimpangan pendapatan menimbulkan banyak perdebatan. King dan Weldon (1977) dalam Booth (2000), membandingkan data pendapatan rumah tangga dan pengeluaran rumah tangga dari beberapa sumber untuk pulau jawa pada tahun 1963-1964 hingga tahun 1970. Mereka menemukan fakta terdapatnya ketidakmerataan pertumbuhan di daerah perkotaan (terutama Jakarta) walaupun di daerah pedesaan jauh lebih tidak mencolok. Pada tahun 1964 -1965, ketika inflasi dan dislocation ekonomi tinggi, menunjukan bahwa inflasi dan stagnasi ekonomi mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap pekerja urban. terutama mereka yang mempunyai pendapatan tetap, seperti pegawai pemerintah. Di daerah pedesaan, the better-off farmers yang mempunyai surplus makanan untuk dijual meningkatkan pendapatan relative mereka para pekerja urban dan orang miskin pedesaan. Ini menjelaskan, bahwa pada pertengahan 1960 ketimpangan antara pedesaan dan perkotaan dalam hal pengeluaran konsumsi rendah. Penemuan yang mengejutkan, menunjukkan bahwa ketidakmerataan sebenarnya lebih rendah di perkotaan dari pada di daerah pedesaan (Sundrum 1973). Tren ini berubah secara lambat ketika inflasi turun dan pertumbuhan ekonomi meningkat. Pada tahun 1969 – 1970, Gini cooficient pengeluaran konsumsi per kapita di pedesaan Indonesia 0,34, yang mengindikasikan tingkat ketidakmerataan. Hal ini sedikit lebih rendah di daerah perkotaan, dimana berdasarkan survey tentang biaya hidup pada tahun 1968 – 1969 menunjukan bahwa Gini coefficient pendapatan rumah tangga sebesar 0.4 di Jakarta, Manado dan Yogyakarta, walaupun Gini cooficient di Bandung dan Surabaya, dan kebanyakan kota besar diluar jawa lebih rendah. Kesenjangan pengeluaran juga meningkat antara 19691970 hingga 1976, baik di perkotaan maupun pedesaan. Sebagaimana yang Asra (1989) dalam Booth (2000) tunjukkan, jika data pengeluaran pedesaan yang diambil pada 1976 dikoreksi berdasarkan perubahan harga yang berbeda oleh kelompok-kelompok desil, maka ketidakmerataan pengeluaran di pedesaan meningkat baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa. Di daerah perkotaan Jawa ketidakmetaraan dalam pengeluaran juga meningkat; Booth dan Sundrum (1981) memperkirakan bahwa pengeluaran di atas kelompok desil Jawa perkotaan meningkat 66% antara 1970 - 1976, dibandingkan dengan kenaikan kurang dari 20% di bawah kelompok desil. Rata-rata pengeluaran riil per kapita meningkat lebih cepat di Jakarta daripada di daerah perkotaan lainnya, dan lebih cepat di daerah perkotaan Jawa daripada di daerah perkotaan di luar pulau Jawa. Dampak dari trend ini adalah terdapatnya kesenjangan yang tajam antara perkotaan dan perdesaan, terutama di Jawa khususnya terhadap barang-barang nonmakanan. Beberapa trend ini kembali terjadi di tahun 1976 – 1981. Perhitungan Asra menyatakan bahwa antara tahun 1976 – 1981, laju inflasi secara umum sama untuk semua kelompok desil pengeluaran dalam distribusi, baik di Jawa dan di tempat lain. Di daerah pedesaan ada penurunan ketidakmerataan pengeluaran. Di pedesaan Jawa rata-rata pengeluaran riil per kapita meningkat dengan pesat, namun menurun di daerah pedesaan luar Jawa. Evaluasi terhadap distribusi hasil pembangunan yang telah dilaksanakan selama lebih dari 64 tahun selalu menyisakan problema mendasar tentang disparitas yang tidak pernah terselesaikan, dan hingga sekarang alasan untuk ini belum ditemukan. Sebuah analisis data panel yang dilakukan oleh Resosudarmo, et al. (2006) menegaskan bahwa kesenjangan dalam pendapatan per kapita provinsi di Indonesia relatif parah. Hal ini didasarkan pada fenomena, bahwa meskipun pertumbuhan PDB provinsi bervariasi dari waktu ke waktu, ada beberapa provinsi yang selalu, atau hampir selalu, berada di antara lima provinsi terkaya dan yang lain di antara lima termiskin. Kalimantan Timur, Riau, dan Jakarta selalu di antara provinsi terkaya dan Aceh telah dianggap sebagai provinsi yang memiliki PDB per kapita yang tinggi sejak awal 1980-an, sedangkan NTT selalu berada di antara yang termiskin. Ada beberapa periode ketika tingkat pertumbuhan PDB per kapita di Jakarta, Riau, Kalimantan Timur dan Aceh termasuk yang paling rendah, sedangkan orangorang NTT dan NTB dianggap antara yang tertinggi. Namun, sejak awal PDB per kapita Jakarta, Riau, Kalimantan Timur dan Aceh relatif sangat tinggi, sementara NTT dan NTB relatif sangat rendah dibandingkan dengan yang lain. Tadjoeddin, Suharyo, Mishra, (2001) mengatakan bahwa ketimpangan juga sering terjadi secara nyata antara daerah kabupaten/kota di dalam wilayah propinsi itu sendiri. Kesenjangan antar daerah terjadi sebagai konsekuensi dari pembangunan yang terkonsentrasi. Berbagai program yang dikembangkan untuk menjembatani kesenjangan baik ketimpangan distribusi pendapatan maupun kesenjangan wilayah belum banyak membawa hasil yang signifikan. Bahkan yang sering terjadi adalah kebijakan pembangunan yang dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi justru dapat menambah kesenjangan baik terhadap distribusi pendapatan maupun kesenjangan wilayah. Lebih lanjut Noegroho dan Soelistianingsih (2007) menemukan bahwa masalah ketimpangan distribusi pendapatan tidak hanya tampak pada wajah ketimpangan antara pulau Jawa dan luar Jawa saja melainkan juga antar wilayah di dalam pulau Jawa itu sendiri, sebagaimana yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Secara lebih spesifik, Hariadi, et al, (2008) menganalisis distribusi pendapatan antar rumah tangga di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Diperoleh hasil bahwa kenaikan ketimpangan distribusi pendapatan antar rumah tangga terjadi karena semakin menurunnya pendapatan relatif dan pendapatan riil oleh 40% kelompok masyarakat berpendapatan terendah yang diakibatkan oleh: (1) dari sisi penawaran antara lain terbatasnya kepemilikan dan kesempatan memperoleh modal, keterbatasan kesempatan berusaha dan bekerja, posisi tawar yang lemah; (2) dari sisi permintaan antara lain karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan bagi usaha mereka dan permintaan yang rendah akibat inflasi dan kenaikan harga BBM sejak 2005 sehingga terjadi penurunan daya beli konsumen yang berakibat pada tidak meningkatnya pendapatan relatif bagi usaha kecil dan rumah tangga, sektor informal, petani, buruh dan pekerja/pegawai kecil. Kelompok masyarakat berpendapatan tinggi relatif tidak terpengaruh secara berarti dengan adanya inflasi dan kenaikan harga BBM serta kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan dibanding kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Lebih lanjut dikatakan, bahwa kesempatan kerja di sektor-sektor seperti industri besar, bangunan, perdagangan dan keuangan memang memberikan pendapatan dan nilai tambah yang tinggi namun ketersediaannya terbatas dan lebih banyak di perkotaan daripada di perdesaan yang didominasi oleh sektor primer, sehingga menimbulkan ketimpangan pendapatan terutama antara perkotaan dengan pedesaan. Pada tahun 2002-2007, terdapat indikasi kuat bahwasanya meskipun terdapat kecenderungan positif dalam penanggulangan kemiskinan, tetapi ternyata implikasinya belum seperti yang diharapkan. Proporsi penduduk yang hamper miskin masih cukup tinggi, dan apabila terjadi sedikit 'gejolak', maka dengan sangat mudah mereka akan kembali menjadi miskin. Namun tidak dapat dipungkiri, kesenjangan dan disagregasi kemiskinan memang terjadi di Indonesia. Saat ini (tahun 2013) proporsinya mencapai 16.6%, tetapi ada anggapan bahwa dibalik angka ini sebetulnya terdapat fakta kesenjangan antar provinisi yang cukup besar. Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan dalah Indeks gini (Gini Ratio). Perubahan distribusi pendapatan yang senantiasa menyertai pembangunan ekonomi, dapat digambarkan melalui perubahan angka Indeks gini. Timmer (2004) dan Oshima dalam Suparno (2010) menggunakan pengelompokkan ketidak merataan distribusi pendapatan menjaditiga berdasarkan angka Indeksgini,yaitu: 1. Ketidak merataan rendah apabila angka Indeks gini lebih kecil dari 0,3. 2. Ketidak merataan sedang apabila angka Indeksgini terletak antara 0,3– 0,4. 3. Ketidakmerataan tinggi apa bila angka Indeks gini lebih besar dari 0,4. Nilai rata-rata Indeks gini ditingkat provinsi diIndonesia selama tahun 2005-2009 menunjukkan ketidakmerataan sedang dengan kecenderungan untuk meningkat selama periode tersebut. Standar deviasi Indeks gini menunjukkan adanya penurunan selama tahun2005-2009. Nilairata-rata dan standar deviasi ini mengindikasikan bahwa ketidak merataan tingkat provinsi di Indonesia semakin tinggi (Tabel 2.1). Tabel 2.1. menunjukkan perkembangan ukuran statistik deskriptif dari Indeks gini tahun 2005-2009. Ketimpangan pendapatan ditingkat provinsi diIndonesia sangat beragam, meskipun nilai maksimum menunjukkan ketidak merataan yang tinggi, tetapi secara rata-rata menunjukkan ketidak merataan sedang. Pada tahun 2006, nilai rata-rata Indeks gini menurun dibanding tahun sebelumnya dan termasuk dalam ketidakmerataan rendah. Akan tetapi standar deviasi yang meningkat menunjukkan sebaran Indeks gini yang semakin beragam antar provinsi. Tahun 2007 nilai rata-rata Indeks gini meningkat menjadi 0,331 dengan standar deviasi yang semakin kecil, mengindikasikan ketimpangan ditingkat provinsi yang semakin tinggi. Tahun 2008 mengalami sedikit perbaikan dibanding sebelumnya, dengan penurunan nilai rata-rata Indeks gini yang disertai dengan penurunan standar deviasi, yang menunjukkan bahwa ketimpangan ditingkat provinsi sedikit berkurang. Akan tetapi kondisi ini kembali memburuk ditahun 2009 dengan peningkatan nilai rata-rata Indeks gini dan standar deviasinya. Tabel 2.1 Ukuran StatistikDeskriptifIndeksgini diIndonesiatahun 2005-2009 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 0.301455 0.292535 0.330939 0.32 0.331818 StandarDeviasi 0.086441 0.102313 0.032561 0.02894 0.03206 Minimum 0.26 0.21 0.26 0.26 0.27 Maksimum 0.415 0.39 0.41 0.4 0.39 Sumber : BPS, 2010 Berdasarkan urutan nilai Indeks gini, terhadap peningkatan kesejahteraan provinsi Kalimantan Tengah, NAD, Bangka penduduk miskin yang pada akhirnya Belitung dan Kepulauan Riau masuk berdampak terhadap peningkatan distribusi sebagai sepuluh provinsi dengan Indeks pendapatan (BI, 2005-2009). Berkebalikan gini terendah selama tahun 2005-2009. dengan provinsi Sulawesi Tenggara, NTB Sedangkan provinsi Papua dan DIY sebagai dan Gorontalo justru berpindah dari posisi provinsi yang selalu berada dilima provinsi lima provinsi dengan Indeks gini tertinggi, dengan Indeks gini terbesar, memiliki yang berarti terjadi perbaikan ketidak ketimpangan paling tinggi dibandingkan merataan. Meskipun inflasi juga terjadi lainnya. Output sektor pertambangan dan diketiga provinsi, tetapi dampaknya tertutupi penggalian yang menopang perekonomian oleh peningkatan konsumsi pemerintah dan provinsi Papua lebih banyak dirasakan oleh investasi yang setidaknya berdampak pada sebagian kecil penduduk diduga berakibat peningkatan pendapatan melalui pada meningkatnya ketimpangan. penciptaan lapangan pekerjaan (BI, 2005Meningkatnya harga BBM dan bahan pokok 2009). Perkembangan Indeks gini disetiap tahun 2005-2006, meningkatnya provinsi selama periode penelitian (tahun pengangguran tahun 2006-2007, 2005-2009) gempatahun 2006 yang berakibat pada Perubahan distribusi pendapatan rusaknya infratsruktur serta berbagai dapat dilihat dari perubahan nilai Indeks sarana dan prasarana tempat usaha,serta gini, dengan nilai yang positif maupun inflasi akibat krisis global tahun 2008 negatif. Perubahan positif berarti terjadi berdampak pada meningkatnya peningkatan ketidakmerataan atau ketimpangan pendapatan di DIY (BI, 2005- distribusi yang semakin timpang, 2009). Pertumbuhan ekonomi yang relatif perubahan negatif sebaliknya terjadi rendah selama tahun 2005-2009 belum penurunan ketidakmerataan. Berdasarkan mampu meningkatkan penyerapan tenaga selisih nilai Indeks gininya, provinsi NAD, kerja, sehingga berakibat pada Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, meningkatnya penganggurandanlemahnya Sulawesi Tenggara dan Papua Barat kemampuan penduduk khususnya sebagai provinsi hasil pemekaran dari penduduk miskin untuk meningkatkan provinsi Papua, mempunyai selisih yang kesejahteraannya yang selanjutnya semakinbesar. Provinsi-provinsi tersebut meningkatkan ketimpangan pendapatan di pada tahun 2005-2006 dan 2006-2007 provinsi DIY. Provinsi Sulawesi Tengah, memiliki selisih Indeks gini negatif, tetapi Maluku Utara, Papua Barat dan Kalimantan pada periode berikutnya memiliki selisih Timur memiliki ketimpangan yang Indeks gini positif. Berkebalikan dengan memburuk,yang pada tahun 2005 dan 2007 provinsi Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, termasuk sebagai sepuluh provinsi dengan Maluku, Maluku Utara, danPapua. nilai Indeks gini terendah, dan pada periode Kepulauan Riau, Maluku dan Maluku Utara berikutnya masuk sebagai lima provinsi pada tahun 2005-2006 memiliki selisih dengan nilai Indeks gini tertinggi. Inflasi Indeks gini positif. Pada tahun2006-2007 yang berada diatasangka nasional dan memiliki selisih Indeks gini negatif yang menurunnya daya beli masyarakat, berarti terjadi perbaikan pada distribusi pertumbuhan tenaga kerja yang melebihi pendapatan, bahkan masuk sebagai pertumbuhan kesempatan kerjadi Sulawesi sepuluh provinsi dengan selisih terkecil. Tengah, serta pertumbuhan negatif disektor Demikian juga dengan provinsi Papua pertambangan dan penggalian Baratdan Sulawesi Barat, yang pada tahun diKalimantan Timur, merupakan tekanan 2006-2007 memiliki selisih Indeks gini positif, pada tahun 2008-2009 memiliki selisih negatif. Perkembangan Selisih Indeks gini disetiap provinsi selama 20052006, tahun 2006-2007, tahun 2007-2008 dan tahun 2008-2009. Hubungan Antar Variabel Hubungan Infrastruktur Jalan dengan Pertumbuhan Ekonomi Kajian teori ekonomi pembangunan menjelaskan, untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur secara baik. Pemulihan ekonomi, memperkuat landasan ekonomi berkelanjutan, diperlukan dukungan penyediaan infrastruktur melalui dua pendekatan. Pertama penyediaan infrastruktur berdasarkan kebutuhan (demand approach), termasuk kebutuhan memelihara prasarana yang telah dibangun. Kedua penyediaan prasarana mendorong tumbuhnya ekonomi suatu daerah tertentu (supply approach). Namun apabila dana terbatas,prioritas lebih diarahkan pada pendekatan pertama (demand approach). Saat ekonomi sudah membaik, pembangunan prasarana untuk mendorong tumbuhnya suatu wilayah dapat dilaksanakan (Propenas, 2000). Pertumbuhan PDB (GDP growth) menjadi indikator utama dari keadaan makro ekonomi. Pemerintah di negara manapun selalu menghadapi gejolak ekonomi terkait dengan kualitas kebijakan pemerintah, diikuti oleh mutu pelayanan di bidang birokrasi, turut menentukan kecepatan pertumbuhan output nasional yang dihasilkannya (Todaro, 2000; 136). Kemajuan pembangunan ekonomi, infrastruktur menjadi penting. Hubungan antara infrastruktur seperti jalan, telpon, listrik dan air bersih dengan pertumbuhan ekonomi, sejumlah penelitian menunjukkan hasil selalu berbeda. Demurger (2000) menjelasakan, yang terpenting penyediaan jenis infrastruktur harus sesuai, dan pada tempat yang tepat secara efisien lebih penting dibanding besarnya investasi teralokasi, atau banyaknya infrastruktur yang dibangun. Infrastruktur merupakan modal atau kapital bagi suatu negara dalampembangunan secara garis besar terdiri dari dua jenis, yaitu infrastrukturekonomi dan infrastruktur sosial. Infrastuktur ekonomi adalah infrastruktur fisikbaik digunakan dalam proses produksi, maupun dimanfaatkan olehmasyarakat luas. Bentuk dari infrastruktur ekonomi meliputi semua prasaranaumum seperti listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, dan sanitasi.Sedangkan infrastruktur sosial meliputi prasarana kesehatan dan pendidikan. Menurut World Bank (1994) infrastruktur dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Infrastruktur Ekonomi; pembangunan fisik yang menunjang aktivitas ekonomi, terdiri dari public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi, dan drainase) sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang) 2. Infrastruktur Sosial; infrastruktur mengarah pada pembagunan manusia dan lingkungan seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan. 3. Infrastruktur Administrasi; infrastruktur dalam bentuk penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi. Queiroz, dan Gautam,(1992) menggolongkan infrastruktur menjadi dua bagian, yaitu: 1. Infrastruktur Dasar (basic infrastructure) mencakup sektor-sektor publik dan keperluan mendasar sektor perokonomian, tidak dapat diperjual belikan, tidak dapat dipisah-pisahkan secara teknik maupun spasial, contoh: jalan raya, jalan tol, kereta api, dan bendungan. 2. Infrastruktur Pelengkap (complementary infrastructure) seperti gas, telepon, listrik, dan pengadaan air. Basri dalam Yanuar (2002) mengemukakan, termasuk kategori infrastruktur adalah jalan raya, rel kereta api, pelabuhan laut, bandar udara, alat pengangkutan, dan telekomunikasi, berperan sebagai instrument mempercepat proses pembangunan. Infrastruktur secara umum didefinisikan sebagai fasilitas fisik dalam mengembangkan atau membangun kegunaan publik melalui penyediaan barang dan jasa untuk umum. Penyediaan fasilitas dan jasa biasanya dilakukan secara gratis atau dengan harga terjangkau, terkontrol, mudah dijangkau atau dimanfaatkan masyarakat. Infrastruktur termasuk dalam jenis barang publik, memiliki dua karakter, yaitu tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian (non excludability), penggunaanya tidak perlu persaingan (non rivalry). Infrastruktur sangat dibutuhkan masyarakat. Individu tidak bersedia mengemukakan nilai kesukaan (reveal preference) terhadap infrastruktur. Hal ini mengakibatkan ketidakinginan pihak swasta menyediakan infrastuktur sebagai barang publik. Barangbarang publik seperti infrastruktur disediakan oleh pemerintah, karena sistem pasar gagal menyediakannya. Sifat infrastruktur sebagai pure publik good mengalami pergeseran dengan meningkatnya permintaan menjadi semi public good. Misalnya, jalan raya di kota, tidak dapat digolongkan sebagai pure public good karena dalam memanfaatkannya setiap orang harus bersaing satu sama lain menggunakan ruas jalan yang terbatas. Keterbatasan dana pemerintah menyebabkan pembangunan infrastruktur harus mengikutsertakan pihak swasta dalam bentuk kemitraan. Swasta hanya berperan dalam operasional, pemerintah sebagai regulator. Kondisi ini menyebabkan pergeseran infrastruktur sebagai pure public good menjadi semi public good. Infrastruktur jalan dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana memperlancar mobilisasi barang dan jasa, juga memperlancar hubungan antara wilayah terpencil dengan pusatpusat pertumbuhan. Kelancaran arus barang dan jasa, keterbukaan wilayahwilayah potensial, digunakan sebagai pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur jalan yang baik, sumber daya manusia maupun kapital, dimanfaatkan dengan lebih baik. Efektifitas investasi infrastruktur jalan meningkatkan perekonomian dan memberikan manfaat bagi masyarakat tergantung kepada pemanfaatan sarana infrastruktur tersebut oleh produsen maupun konsumen, mampu memberikan stimulus dalam perekonomian. Infrastruktur dapat menjadi pendorong pertumbuhan, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi menjadi tekanan bagi infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi yang positif akan mendorong peningkatan kebutuhan akan berbagai infrastruktur. Infrastruktur tidak hanya penting untuk pertumbuhan ekonomi, juga penting bagi kesejahteraan masyarakat. Investasi merupakan variabel penting dalam pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2000). Pengalaman empiris, investasi infrastruktur, termasuk infrastruktur jalan, menjadi sektor yang efektif menaikkan output, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan masyarakat, dan mengurangi kemiskinan. Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai, bila terjadi mobilitas faktor-faktor produksi (labour) tanpa hambatan untuk memacu pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007). Daerah-daerah yang memiliki tingkat mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah rendah, menyebabkan pertumbuhan ekonominya rendah. Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal atau capital. Infrastruktur tergolong sebagai social overhead capital, berbeda dengan modal yang berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi, perluasan infrastruktur tidak hanya menambah stok dari modal tetapi sekaligus meningkatkan produktifitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas. Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif, antara pertumbuhan ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. Teori ini menyatakan, pengeluaran pemerintah tumbuh lebih cepat dari GDP, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap GDP lebih besar dari satu. Dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan meningkat. Dasar dari teori Wagner ini adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju (Jhingan, 2007). Pengeluaran pemerintah akan meningkat guna membiayai tuntutan masyarakat akan kemudahan mobilitas dalam mendukung kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi relatif tinggi dan stabil, merupakan salah satu fondasi peningkatan kesejahteraan. Secara teoritis sumber pertumbuhan ekonomi adalah: (1) peningkatan penggunaan faktor produksi, (2) peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi. Namun keterbatasan analisis teori ekonomi khususnya Neo Klasik, dengan asumsi bahwa faktor produksi sifatnya homogen. Tidak ada biaya memobilisasi faktor produksi. Dalam kenyataannya faktor produksi tidak mubail dan agar lebih mubail harus disediakan infrastruktur jalan, yang merupakan pendukung sarana transportasi. Ketidakcukupan infrastruktur jalan dan inefisiensi penggunaanya akan menurunkan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi, mengganggu daya tumbuh perekonomian dan stabilitas pembangunan. Dapat dinyatakan secara hipotesis bahwa kurang tersedianya infrastruktur jalan akan menurunkan laju pertumbuhan ekonomi dan menghambat laju pembangunan. Pembangunan infrastruktur tidak memiliki kaitan langsung dengan pemerataan dan disparitas pendapatan. Akan tetapi penyediaan infrastruktur menurut World Bank (2004) memiliki kaitan berganda terhadap pemerataan dan disparitas pendapatan. Ketersediaan infrastruktur memperluas kesempatan berusaha, baik perusahaan besar maupun mikro. Perusahaan-perusahaan memiliki akses terhadap jasa telekomunikasi modern, pasokan tenaga listrik yang handal, serta jaringan transportasi secara efisien, lebih unggul dibanding perusahaan-perusahaan lain. Perusahaanperusahaan tersebut akan melakukan investasi lebih besar dan lebih produktif, memperluas dan menciptakan kesempatan kerja berkelanjutan. Sektor swasta dapat memberikan kontribusi lebih tinggi. Peningkatan efisiensi dan produktivitas perusahaan swasta dan usaha mikro, juga akan menurunkan harga berbagai komoditi yang dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini akan meningkatkan kemampuan daya beli dan secara langsung memperbaiki tingkat penghidupan sebagian besar masyarakat. Penyediaan infrastruktur lebih memadai, khsusnya jaringan jalan secara efisien, akan meningkatkan akses terhadap berbagai output infrastruktur sosial, seperti jasa pelayanan pendidikan dan kesehatan. Peningkatan aktivitas produksi dan konsumsi sebagai hasil dari peningkatan investasi, aktivitas ekonomi yang telah ada dan, berkembangnya aktivitas ekonomi baru, memungkinkan terjadinya perluasan basis pajak. Peningkatan penerimaan pajak melalui perluasan basis, tanpa peningkatan tarif, akan menghasilkan penerimaan lebih besar, memungkinkan pemerintah meningkatkan investasi infrastruktur sosial berupa kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan rakyat. Secara simultan, ini berarti bahwa jalan keluar dari permasalahan pertumbuhan dan pemerataan dalam pembangunan. Dampak suatu aktivitas pembangunan terhadap perekonomian daerah bisa diukur melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan per kapita, pertumbuhan dan peningkatan daya tarik investasi, produktivitas investasi, dan berbagai bentuk manfaat lainnya (Dixon, et.al, 1992). Beberapa manfaat berpotensi muncul akibat dari tersedianya infrastruktur jalan secara memadai adalah: a) Perubahan biaya relatif dari sarana transportasi tertentu terhadap sarana transportasi lainnya; b) Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat; c) Peningkatan ketersediaan sarana transportasi; d) Peningkatan kualitas perjalanan (kecepatan, kenyamanan, kepercayaan) yang dihasilkan dari peningkatan kualitas sarana maupun teknologi infrastrukturnya. e) Pengaruh pada tata guna lahan akibat migrasi antar daerah dan perubahan pola pemukiman; f) Peningkatan aktivitas ekonomi yang dapat mempengaruhi timbulnya perubahan pola dan struktur konsumsi masyarakat; g) Perubahan demografis (struktur usia dan gender); serta h) Perubahan perilaku operasional dunia usaha setempat Mankiw (2007) Dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan kinerja serta peranan sektor ekonomi suatu negara diperlukan kebijakan strategis dan langkah nyata dari pemerintah. Ada berbagai langkah dapat dilakukan pemerintah; menyiapkan paket kebijakan yang mendukung perkembangan sektor ekonomi, mengurangi hambatan-hambatan birokrasi membuat ekonomi biaya tinggi, menciptakan iklim investasi lebih baik, menjamin keamanan dan kepastian hukum dalam berinvestasi, menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi seperti halnya membangun infrastruktur jalan, telekomunikasi, energi dan lain sebagainya. Investasi infrastruktur jalan, secara empiris terbukti menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kinerja perekonomian. Napitupulu, Muktar. dkk. (2011) investasi infrastruktur jalan memberikan pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kinerja sektor-sektor serta dapat menjadi instrumen penting, mengarahkan distribusi pendapatan masyarakat lebih merata. Alokasi belanja pembangunan infrasrtruktur diharapkan memperbesar kesempatan kerja, menekan angka pengangguran.Berkembangnya industrialisasi, semakin menunjukkan perkembangan positif, menjadi energi bagi perluasan lapangan kerja. Pembangunan infrastruktur dan industrialisasi menjadi prasyarat bagi peningkatan kapasitas produksi, memberi efek langsung pada akses lapangan kerja, daya saing, menekan pengangguran, dan peningkatkan daya beli masyarakat. Dengan demikian, pengalokasian belanja pembangunan infrastruktur, semakin meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan nasional. Terpenting dari penjelasan sebelumnya bagi peneliti adalah; kebutuhan infrastruktur ini tidak hanya sebagai pendukung aktivitas ekonomi antar wilayah, tetapi dapat meningkatkan keterkaitan antar kawasan timur dan kawasan barat Indonesia. Pemerintah berupaya memfokuskan pembangunan infrastruktur dalam beberapa waktu ke depan, terutama peningkatan kapasitas jalan. Salah satu teori pertumbuhan mengenai pembangunan adalah model pertumbuhan Harrod-Domar. Model pertumbuhan ini menjelaskan, tingkat pertumbuhan GNP (∆Y/Y) ditentukan oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio output nasional (k). Sementara infrastruktur dapata dikatagorikan kedalam capital stock (K), berarti peningkatan capital stock termasuk infrastruktur berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi selanjutnya yang memasukkan unsur teknologi kedalam fungsi produksi, dikenal dengan model pertumbuhan neoklasik Solow. Menurut Solow, pertumbuhan ekonomi berasal dari satu atau lebih dari tiga faktor berikut; peningkatan dalam kuantitas dan kualitas pekerja (labor), kenaikan dalam kapital (melalui tabungan dan investasi), dan peningkatan dalam teknologi. Peranan teknologi dalam model ini masih eksogenous, artinya teknologi itu sendiri bukan merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi, melainkan given. Investasi fisik seperti infrastruktur dalam model Solow dimasukkan dalam faktor kapital. Romer dalam teori endogenous juga memasukkan peran infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi. Teori ini menjelaskan pada dasarnya kemajuan teknologi tidak eksogen melainkan endogen, karena kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh investasi dari sumber daya manusia dan industri berbasis ilmu pengetahuan. Konsekuensi lebih lanjut dari teori ini adalah pentingnya peyedian infastruktur, yang dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya, sehingga menghasilkan increasing return to scale dalam proses produksi. Ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Todaro, 2003: 137). Akumulasi modal terjadi bila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan. Akumulasi ini dapat dilakukan dengan investasi langsung terhadap stok modal secara fisik (pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku) dan dapat melakukan investasi terhadap fasilitasfasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi dan sosial (pembangunan jalan, penyediaan listrik, air bersih dan fasilitas komunikasi). Teori dorongan raksasa (big push theory) oleh Resenstein-Rodan dan Nurks, dalam menciptakan momentum pembangunan bagi negara berkembang. Teori ini fokus pada peningkatan investasi secara signifikan dan mengarahkan investasi tersebut pada penciptaan institusi ekonomi, infastruktur diantaranya jalan, dan koordinasi investasi, memiliki eksternalitas membangkitkan sektor indusrti. Pelaku penting proses ini adalah, pemerintah memeliki peran utama membangun infastruk ekonomi dan sosial, mengkoordinasikan kegiatan investasi, menyediakan pembiayaan investasi, membangun sumber daya manusia dan melakukan pengawasan terhadap proses politik. Secara implisit teori ini menyatakan pentingnya infrastruktur seperti pembangunan jalan, sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi, dan peranan pemerintah untuk melakukan investasi infrastruktur, menghasilkan eksternalitas positif bagi pemerataan pembangunan. Menurut Garmendia dkk (2004:04), hubungan antara jasa infrastruktur, pertumbuhan ekonomi dan hasil-hasil sosial seperti bekerjanya Millennium Development Goalss melalui saluran-saluran ganda seperti dilukiskan di dalam gambar 2.1 Kontribusi dari jasa seperti jalan raya, air, sanitasi, transportasi dan energi secara langsung dimanafaatkan untuk kepentingan rumah tangga, dan dapat memperbaiki kesejahteraan mereka. Gambar 2.1. menunjukan adanya meningkatkan kualitas, dan kuantitas jalan. keterkaitan antara ketrsedian infrastruktur Ada 0,8 persen dari PDB negara jalan dengan pertumbuhan ekonomi. berkembang, dikeluarkan untuk Infrastruktur jalan secara tidak langsung pembangunan, pengembangan jalur,dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi rehabilitasi jalan (Fay, 1999, 13). melalui jalur rumah tangga (melalui Masyarakat agraris, jalan digunakan peningkatan kesejahteraan), perusahaan memasarkan hasil pertanian. Ajay Chibber (melalui penurunan biaya dan perluasan menunjukkan variable non harga, termasuk pasar), berpengaruh secara bersama-sama fasilitas transportasi dan telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi. memberikan dampak signifikan terhadap Infrastruktur jalan mempunyai manfaat produk-produk pertanian di Amerika Latin. menggerakan berbagai sektor Binswanger menyatakan kekurangan perkenonomian karena dianggap sebagai prasarana jalan menjadi hambatan social overhead capital (Hirchman dalam signifikan terhadap penawaran Yanuar dalam Permana, 2009:11). Legowo pertanian(Caning, 2000: 9). (2009), sektor infrastruktur jalan merupakan World Bank menyatakan insentif salah satu sektor vital memacu bagi petani (harga dan input) menjadi siapertumbuhan ekonomi, pada dasarnya sia jika terdapat halangan fisik dan biaya merupakan sektor antara, menghubungkan ekonomi yang tinggi. Pembangunan berbagai macam aktivitas ekonomi. prasarana jalan turut berperan dalam Pembangunan prasarana jalan, sebagai merangsang tumbuhnya wilayah-wilayah salah satu sub sektor infrastruktur, memiliki baru, membangkitkan jalan (trip generation) fungsi aksesibilitas untuk membuka daerah baru, dan meningkatkan volume lalu lintas kurang berkembang dan fungsi mobilitas yang terjadi. Tumbuhnya kota-kota baru untuk memacu daerah yang telah dalam mengantisipasi kebutuhan berkembang. Infrastruktur jalan merupakan masyarakat, akan perumahan dan driving force pertumbuhan ekonomi. Fakta lingkungan, secara memadai tentunya empiris menunjukkan perkembangan membutuhkan akses pelayanan terhadap kapasitas infrastruktur jalan di suatu wilayah tersebut. Keuntungan peningkatan wilayah, meningkat perkembangan output infrastruktur jalan berupa peningkatan ekonomi. World Bank (2004) menyatakan aksesibilitas, pengurangan waktu tempuh, secara average peningkatan stok dan biaya pergerakan barang, manusia infrastruktur jalan sebesar 1 persen, serta jasa. Peningkatan jalan tidak hanya berasosiasi dengan peningkatan PDB mempengaruhi orang atau bisnis yang sebesar 1 persen. berhubungan langsung dengan fasilitas Jalan berperan penting dalam jalan, tetapi konsumen, barang dan jasa merangsang maupun mengantisipasi baik berupa pengurangan harga serta pertumbuhan ekonomi. Setiap negara peningkatan upah bagi para pekerja. melakukan investasi besar dalam Gambar 2.1 Diagram Bagaimana Infrastruktur Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Infrastruktur Jalan Keuntungan Rumah Tangga Keuntungan Perusahaan Perluasan Pasar Peningkatan Kesejahteraa n Pertumbuhan Ekonomui Penuruna n Biaya Sumber: Prud'homme dalam Garmendia, et al. (2004:04) Namun demikian, kontribusi Investasi bertujuan meningkatkan infrastruktur jalan terhadap pembangunan pendapatan di masa datang. Ketika sebuah nasional sukar dikuantifisir. Hubungan perusahaan melakukan investasi barangantara jalan dan GDP dapat dilihat dengan barang modal, perusahaan akan dua cara (Caning 2009). Pertama melalui mengeluarkan sejumlah dana, dan kontribusi infrastruktur jalan terhadap diharapkan investasi tersebut nantinya permintaan akhir pada GDP, misalnya diperoleh pendapatan melebihi nilai pembelian kendaraan bermotor, bensin, oli, investasi yang telah dilakukan. Demikian perawatan kendaraan bermotor, dan lain halnya jika melakukan investasi pada sebagainya. Kedua adalah nilai tambah tenaga kerja. Sistem pendidikan telah lama, (value added) dihasilkan dari aktivitas namun baru tahun 1940-an orang mulai transportasi pada GDP.Terdapat hubungan sadar akan hubungan pendidikan dan yang konsisten dan signifikan, antara latihan terhadap pertumbuhan ekonomi. pendapatan dengan panjang jalan. Negara Hasil penelitian Cunningham (2002) berpenghasilan lebih dari US$ 6000 tahun1999-2010 menemukan, pendapatan perkapita mempunyai rasio panjang jalan nasional Amerika Serikat bertambah 3,2 sekitar 10.110 km/1 juta penduduk, Negara persen setahun, modal dan tenaga kerja berpenghasilan US$ 545- US$ 6000 bertambah 1,1 persen setahun. Ini berarti perkapita mempunyai rasio 1.660 km/1 juta terdapat selisih sebesar 2,1 persen, penduduk dan negara berpenghasilan merupakan hasil peningkatan produktivitas kurang dari US$ 545 perkapita mempunyai kerja sebagai akibat perbaikan manajemen rasio 170 km/1 juta penduduk. Jadi rasio di dan teknologi, perbaikan gizi dan negara berpenghasilan tinggi 59 kali kesehatan, peningkatan kualitas pekerja negara berpenghasilan rendah (Caning. akibat pendidikan dan latihan. Hasil 2009).Penyediaan infrastruktur yang baik penelitian senada diperoleh Schultz, (1986) seperti halnya jalan, jembatan, pelabuhan menunjukkan 23 persen dari pertambahan dan lainnya diyakini dapat memicu pendapatan nasional Amerika Serikat tahun limpahan (spill-over) investasi negara lain 1980-1985. masuk ke Indonesia. Legowo (2009) Menurut Schultz (1986), keputusan pengembangan investasi infrastruktur jalan melakukan investasi human capital dapat harus didasari atas berbagai pertimbangan dijaleskan pada gambar 2.2. Kurva HH seperti halnya pertimbangan terhadap menggambarkan pendapatan seseorang sektor ekonomi, maupun pertimbangan jika orang tersebut tidak melanjutkan kewilayahan. pendidikannya ke perguruan tinggi. Orang Hal penting dalam pembangunan tersebut langsung bekerja pada usia 18 infastruktur jalan sebagai penopang utama tahun. Kurva CC menggambarkan kemajuan ekonomi daerah, saat ini bagi seseorang masuk ke perguruan tinggi peneliti dengan mempertimbangkan sektor selama empat tahun dan kemudian bekerja ekonomi misalnya melihat kepada sektor- pada usia 22 tahun. Daerah 1 (satu) disebut sektor unggulan di masing-masing daerah. juga daerah direct cost, daerah dimana Dimensi kewilayahan diperhatikan agar sejumlah pengeluaran untuk biaya pengembangan infrastruktur jalan dapat pendidikan selama di perguruan tinggi. menjangkau wilayah atau daerah terpencil Sedangkan daerah 2 (dua) disebut daerah (desa) yang berpotensi, mempercepat indirect cost, menggambarkan penghasilan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, tidak diperoleh seseorang yang masuk ke menyerap tenaga kerja, serta memperbaiki perguruan tinggi dibanding dia bekerja di pemerataan pendapatan. Stimulus berupa usia 18 tahun. Kerugian diterima mereka investasi infrastruktur jalan diharapkan yang kuliah dibandingkan tidak kuliah menjadi pemicu peningkatan perekonomian seluas area 1 dan area 2. Daerah 3 (tiga) daerah maupun nasional. incremental earning. Teori pertumbuhan baru 2.3.2 Hubungan Infrastruktur Pendidikan menekankan pentingnya peranan dengan Pertumbuhan Ekonomi pemerintah, terutama meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital), mendorong penelitian dan tinggi tingkat pendidikan seseorang, pengembangan, meningkatkan pengetahuan dan keahlian juga meningkat, produktivitas manusia. Kenyataannya dapat sehingga mendorong peningkatan dilihat, melalui investasi pendidikan mampu produktivitas kerjanya. Rendahnya meningkatkan kualitas sumber daya produktivitas kaum miskin disebabkan oleh manusia, dapat meningkatnya pengetahuan rendahnya akses mereka memperoleh dan keterampilan seseorang. Semakin pendidikan. Gambar 2.2 Keputusan Melakukan Investasi pada Human Capital Pend/Biaya C Keuntungan 3 H H 2(pendapatan yang hilang) 18 22 65 Usia C 1 (biaya langsung) Sumber : Schultz, 1986 Lee, (2005)`penelitiannya terkait kesejahteraan antar kelompok masyarakat peningkatan pendidikan, menemukan sangatlah penting untuk melihat angka produktivitas tenaga kerja dan input harapan hidup. Di negara-negara yang produksi lain searah dengan tingkat kesehatannya lebih baik, setiap meningkatnya output. Peningkatan output individu memiliki rata-rata hidup lebih mendorong terjadinya peningkatan lama. Secara ekonomis mempunyai penerimaan pemerintah. Efek selanjutnya peluang memperoleh pendapatan lebih mendorong peningkatan investasi, dan tinggi. Arsyad (2004) menjelaskan pengeluaran infrastruktur. Hal ini intervensi untuk memperbaiki kesehatan mengisyaratkan investasi pendidikan oleh pemerintah menjadi penting dalam membawa dampak positif terhadap mengurangi kemiskinan. Salah satu faktor pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi mendasari kebijakan ini adalah, perbaikan investasi pendidikan seseorang akan kesehatan akan meningkatkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. produktivitas golongan miskin. Kesehatan Anggaran pendidikan sebesar 20 yang lebih baik dapat meningkatkan daya persen merupakan wujud realisasi kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan pemerintah meningkatkan pendidikan. menaikkan output energi. Hubungan Infrastruktur Kesehatan Menurut Estache, et. al (2007) implikasi dengan Pertumbuhan Ekonomi dari pembangunan pendidikan adalah kehidupan manusia yang semakin Kesehatan merupakan kebutuhan berkualitas. Dalam kaitannya dengan mendasar bagi setiap manusia, tanpa perekonomian secara umum (nasional) kesehatan masyarakat tidak dapat semakin tinggi kualitas hidup suatu menghasilkan suatu produktivitas bagi bangsa, semakin tinggi tingkat negara. Kegiatan ekonomi suatu negara pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa. akan berjalan jika ada jaminan kesehatan Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan bagi setiap penduduknya. Terkait dengan alat mengevaluasi kinerja pemerintah teori human capital, modal manusia dalam meningkatkan kesejahteraan berperan signifikan, bahkan lebih penting penduduk secara umum, dan daripada faktor teknologi dalam memacu meningkatkan derajat kesehatan pertumbuhan ekonomi (Haryanto et.al. khususnya. Membandingkan tingkat 2005). Negara sedang berkembang seperti Indonesia sedang mengalami tahap perkembangan menengah, dimana pemerintah harus menyediakan lebih banyak sarana publik seperti kesehatan untuk meningkatkan produktifitas ekonomi. Atmawikarta (2002) menyatakan di tingkat mikro (individual dan keluarga), kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja, kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja sehat secara fisik dan mental lebih kuat, lebih produktif, mendapatkan penghasilan tinggi. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan baik, merupakan masukan (input) penting menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan, tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat, didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Artinya investasi kesehatan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Haryanto et. al. (2005) menunjukkan sektor kesehatan, tingkat persalinan ditolong tenaga medis, persentase pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kematian balita. Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terbukti secara signifikan mempengaruhi peningkatan kinerja sektor tersebut. Mengingat besarnya pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap peningkatan kinerja kesehatan, perlu adanya upaya secara bertahap oleh pemerintah meningkatkan pengeluarannya sektor kesehatan. Pentingnya pendidikan dan kesehatan dapat dijelaskan bahwa; menjadi komponen strategis dan mendasar, mendukung, mendorong setiap upaya pembangunan sektor lainnya. Pendidikan dan kesehatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Bukan pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi berpengaruh terhadap fertilitas, mortalitas dan migrasi masyarakat. Pendidikan dan kesehatan menjadikan faktor penting dalam proses transformasi sosial suatu dalam masyarakat. Kontribusi pembangunan pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan sosial ekonomi terwujud melalui peningkatan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap (attitudes), dan produktivitas (productivity). Bagi masyarakat, pendidikan dan kesehatan bermanfaat dalam memperkuat kehidupan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Secara filosofis, pendidikan sangat bermanfaat bagi manusia dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan. Pendidikan juga memperkuat kemampuan dalam memanfaatkan teknologi demi kemajuan di bidang sosial dan ekonomi. Karena manfaatnya luas, menyentuh semua dimensi kehidupan masyarakat, pembangunan pendidikan dan kesehatan harus mendapatkan prioritas pemerintah saat ini. Kerangka Pemikiran Persoalan mendasar yang dihadapi pemerintah daerah saat ini adalah mengurangi kesenjangan antara daerah. Kabupaten Halmahera Barat sebagai salah satu kabupaten Kepulauan memiliki karakteristik dan kendala pembangan yang sama dengan daerahdaerah kepulauan lain di Indonesia.Infrastruktur jalan, infrastruktur pendidikan dan infrastruktur kesehatan menjadi kata kunci dalam mengukur sejauh mana keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Penelitian Sibarani (2002) mengenai kontribusi infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, menyimpulkan bahwa infrastruktur (jalan, listrik, telepon) memberikan pengaruh yang signifikan dan positif pada agregat output yang diwakili oleh variabel pendapatan per kapita.Kontribusi setiap jenis infrastruktur untuk setiap wilayah berbeda. Untuk estimasi dengan data semua provinsi di Indonesia hasil yang diperoleh yaitu elastisitas listrik pada pertumbuhan yaitu 0,06; pendidikan 0,07; investasi 0,01. Variabel jalan dan telepon tidak signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan infrastruktur yang terpusat di pulau Jawa dan Indonesia Bagian Barat (IBB) menimbulkan disparitas pendapatan perkapita di masing-masing daerah di Indonesia, terutama antara pulau Jawa dengan luar Jawa dan Indonesia Bagian Barat (IBB) dengan Indonesia Bagian Timur (IBT), meskipun pada saat yang sama pertumbuhan Infrastruktur terhadap Pembangunan ekonomi meningkat. Ekonomi Kawasan Barat Indonesia Yanuar (2006) dalam (KBI)” mendapatkan hasil estimasi untuk penelitiannya tentang kaitan elastisitas masing-masing variabel yaitu: pembangunan infrastruktur dan listrik 0,22; panjang jalan 0,08; stok pertumbuhan output menggunakan modal 0,02; dummy OTDA 0,04. analisis panel data 26 provinsi dengan Sedangkan untuk variabel air bersih tidak model fixed effects menemukan modal signifikan. fisik (physical capital), infrastruktur jalan, Dari analisis empiris, menunjukkan telepon, kesehatan dan pendidikan bahwa infrastruktur berasosiasi dengan memberikan pengaruh terhadap output. hilangnya sebagian potensi ekonomi Hasil dari estimasi semua provinsi dan jangka panjang. Kaitan antara total seluruh sektor di Indonesia diperoleh ketersediaan infrastruktur di sektor elastisitas masingmasing variabel yaitu: pendidikan, kesehatan dan infrastruktur listrik -0,00; jalan 0,16; telepon 0,16; jalan (biaya pelayanan publik), dan kesehatan 0,46; pendidikan 0,18; modal kesejahteraan masyarakat di sisi lain fisik 0,03. Penelitian Prasetyo (2008) yang secara lebih jelas tersaji pada gambar 2.4 berjudul “Ketimpangan dan Pengaruh berikut. Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis Keterkaitan Anggaran,Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Jalan Dengan Pertumbuhan Ekonomidan Kesejahteraan Masyarakat ANGGARAN PENDIDIKAN ANGGARAN KESEHATAN PERTUMBUHAN EKONOMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ANGGARAN INFRASTRUKTUR JALAN Sumber : Penelitia, 2016 Hipotesis kondisi ketersediaan infrastuktur jalan yang 1. Diduga ada pengaruh positif secara sudah cukup memadai disatu sisi tetapi langsung anggaran pendidikan, disisilain pertumbuhan ekonomitiga (3) kesehatan dan Infrastruktur tahun terakhir menunjukkan tren yang jalanterhadap kesejahteraan negatif, disamping itu kebijakan masyarakat di Kabupaten Halmahera pembangunan di sektor pendidikan dan Barat kesehatan yang dilihat darialokasi angga 2. Diduga ada pengaruh positif secara ran yang terus meningkat, namum belum tidak langsung anggaran pendidikan, memberikan dampak yang signifikan kesehatan dan Infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia jalanterhadap kesejahteraan (IMP). Atas dasar inipilihan Kabupaten masyarakat melalui pertumbuhan Halmahera Barat sebagailokasipenelitian ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat dipandang beralasan. 3. Diduga pula pertumbuhan ekonomi Jenis dan Sumber Data berpengaruh positif terhadap Jenis data yang digunakan dalam Kesejahteraan Masyarakat di penelitian ini adalah daata sekunder, Kabupaten Halmahera Barat meliputi data tentang: METODE PENELITIAN 1. Anggaran Pembangunan Infastruktur Lokasi Penelitian Jalan tahun 2006-2015 Penelitian ini dilakukan di Kabupaten 2. Anggaran Pembangunan Pendidikan Halmahera Utara. Pilihan terhadap lokasi tahun 2006-2015 penelitian ini didasarkaan pada 3. Anggaran Pembangunan Kesehatan pertimbangan bahwa; pertama, Kabupaten tahun 2006-2015 Halmahera Utara termasuk daerah dengan 4. IPM 5. PDRB 6. Data-data lain yang terkait dengan penelitian ini. Data-data dimaksud perolehannya melaui instansi terkait,diantaraanya BPS Kabupaten Halmahera Barat, BAPPEDA Kabupaten Halmahera Barat, Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat Metode Pengumpulan Data Pengumpulan/pengambilan data adalah pencatatan peristiwa – peristiwa atau hal -hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2002). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianini adalah studi dokumentasi, sehingga tidak diperlukan teknik sampling serta kuesioner. Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang dapat digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya (Hasan, 2002). Defenisi Operasional Variabel Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan defenisi operasional sebagai berikut : a. Anggran Infrastruktur jalan adalah besarnya alokasi pembiayaan infastruktur jalan yang menjadi bagian dari struktur belanja publik bidang jalan dalam APBD di Kabupaten Halmahera Barat, selama satu tahun anggaran, dinyatakan dalam milyaran rupiah b. Anggran Pendidikan adalah besarnya alokasi pembiayaan sektor pedidikan; yang menjadi bagian dari struktur belanja publik bidang pendidikan dalam APBD di Kabupaten Halmahera Barat, selama satu tahun anggaran, dinyatakan dalam milyaran rupiah. c. Anggran Kesehatan adalah besarnya alokasi pembiayaan sektor kesehatan; yang menjadi bagian dari struktur belanja publik bidang kesehatan dalam APBD di Kabupaten Halmahera Barat, selama satu tahun anggaran, dinyatakan dalam milyaran rupiah d. Pertumbuhan Ekonomi; adalah pertumbuhan nilai PDRB atas dasar harga konstan di Kabupaten Halmahera Barat dari satu periode/tahun terhadap periode/tahun sebelumnya,besaran variabenya dalam milyaran rupaih e. Kesejahteraan Masyarakat; adalah perubahan yang ditunjukkan olehindikator IMP yang dicapai Pemerintah kabupaten Halmahera Barat selama satu tahun,besaran variabenya dalam persentase Metode Analisis Data Analisi Jalur (Path Analysis) Teknik analisis digunakan dalam penelitian ini adalah path analysis (analisis jalur atau lintasan). Tujuan path analysis, menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya, merupakan variabel akibat (Mahyudin, 2007: 221). Analisis ini merupakan salah satu pilihan dalam rangka mempelajari ketergantungan di dalam model dan merupakan metode untuk menerangkan apakah terdapat seperangkat data besar, untuk menelaah hubungan antara model kausal yang telah dirumuskan peneliti, atas dasar pertimbangan teoritis dan pengetahuan tertentu. Bentuk hubungan sebab akibat dalam studi ini, menggunakan model tidak sederhana, karena ada variabel berperan ganda sebagai variabel independen pada suatu hubungan, tetapi menjadi variabel dependen pada hubungan lain. Bentuk hubungan seperti ini membutuhkan alat analisis yang mampu menjelsakan secara simultan. Analisis jalur (path analysis) menjadi pilihan tepat. Alasan penggunaan analisis jalur adalah : 1. Hipotesis penelitian dikembangkan dari model (kerangka konseptual) dan semua hubungan bersifat asimetris, merupakan suatu sistem, sehingga model yang paling tepat adalah analisis jalur (path analysis). 2. Analisis jalur (path analysis) memberikan metode langsung terkait dengan hubungan ganda secara simultan (model structural), memberikan efisiensi analisis statistik. 3. Kemampuannya menguji hubungan secara komprehensif, memberikan suatu bentuk transisi analisis eksplanatory menuju analisis confirmatory. Bentuk transisi ini berkaitan dengan upaya lebih besar saat penelitian, mengembangkan pandangan masalah secara sistematis dan holistik. Upaya seperti ini memerlukan kemampuan menguji hubungan berantai, membentuk model besar, seperangkat prinsip dasar, atau suatu teori keseluruhan, 4. Data semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan variabel terukur (measured variable) atau variabel teramati (observed variable) Sarwono, (2007: 11). 5. Proses perhitungan koefisien dalam path analysis, didekati melalui analisis regresi dengan menggunakan soffware Amos . 6. Hasil analisi akan disajikan dalam bentuk interpretasi hasil. 7. Diagram berikut ini memvisualisasi analisis jalur dalam penelitian ini. Gambar 3.1. Model Analisis Struktural Konseptual Anggaran Pendidikan (X1) P4 P1 P2 Anggaran Kesehatan (X2) P7 Kesejahteraan Masyarakat (IPM) (Y2) Pertumbuhan Ekonomi (Y1) P3 Anggaran Infrastruktur Jalan (X3) Keterangan: ASP adalah anggaransektor pendidikan (X1) ASK adalah anggaransektor kesehatan (X2) ASIJ adalah anggaran sektor infrastruktur jalan (X3) PE adalah pertumbuhan ekonomi (Y1) KM (IPM) adalah Indeks Pembangunan manusia (Y2) 1. Y1 = P1X1 + ε1 2. Y1 = P2X2 + ε2 3. Y3 = P3X3 + ε3 4. Y1 = P4X1 + Y2 + ε5 5. Y1 = P5X2 + Y2+ε6 6. Y1 = P6X3 + Y2 + ε7 7. Y2 =P7Y1 + ε8 Interpretasi Hasil Analisis Langkah terakhir di dalam analisis jalur adalah melakukan interpretasi hasil analisis. Berdasarkan analisis jalur, maka interpretasi yang dilakukan, yaitu : 1. Penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti. 2. Menentukan variabel bebas apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tergantung. Selain itu juga untuk menelusuri mekanisme jalur-jalur variabel bebas tehadap variabel P5 P6 tergantung secara langsung maupun tidak langsung. 3. Pengujian model, yaitu membandingkan pada konsep teori dan konsep empirik maka akan dapat diketahui apakah hasil penelitian bisa mendukung konsep yang sudah ada dan bahkan diharapkan bisa digunakan untuk pengembangan konsep baru. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Kondisi Makroekonomi Kabupaten Halmahera Barat Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Barat tiga (3) tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Barat sebesar 5,62 %. Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,60%, turun 0,2% dari tahun sebelumnya. Tahun 2013 pertembuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Barat tercatat sebesar 5,49%, turun sebesar 0,11% dari tahun 2012. Langkah dan strategi yang tepat harus dilakukan dibidang ekonomi, dengan cara mendorongsektor-sektor ekonomi yang harapkan dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat. Disisi lain Produk Demostik Regional syarat adanya sumber teknologi tinggi Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan secara efisien, dan adanya sumberdaya dan hargaa berlaku Kabupaten Halmahera manusia dapat memanfaatkan teknologi. Barat selama 2011-2013 menunjukka Teori ini percaya bahwa investasi bidang angka yang terus meninkat. Tahun 2011 pendidikan sebagai investasi PDRB (ADHK) tercatat sebesar meningkatkan produktivitas masyarakat, Rp.241.048,97, naik sebesar pemerintah harus membangun sarana dan Rp.254.546,49, dan tahun 2013 tercatat sistem pendidikan dengan lebih baik. meningkat menjadi Rp.268.529,07. Kondisi Alokasi anggaran pendidikan ini menunjukkan adanya masalah yang merupakan wujud nyata investasi dihadapi pemerintah Kabupaten meningkatkan produktivitas sumberdaya Halmahera Barat, karena dari sisi manusia di daerah. Pengeluaran pertumbuhan ekonomi menunjukkan pembangunan diantaranya penyediaan kecenderungan yang terus menurun, infrastruktur, pendidikan dan sementara dari sisi PDRB atas dasar harga menyelenggarakan pelayanan kesehatan konstan ditahan yang sama meningkat. bagi seluruh penduduk Indonesia secara Kondisi Pendidikan di Kabupaten merata. Anggaran pendidikan sebesar 20 Halmahera Barat persen merupakan wujud realisasi Teori pertumbuhan ekonomi pemerintah meningkatkan pendidikan. berkembang saat ini, didasari kepada Menurut Estache, Antonio et. al (2007) kapasitas produksi tenaga manusia implikasi dari pembangunan pendidikan didalam proses pembangunan atau disebut adalah kehidupan manusia yang semakin juga investment in human capital. berkualitas. Kaitannya dengan Peningkatan kemampuan kualitas perekonomian secara umum, semakin Sumbrdaya Manusia (SDM) menjadi tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin investasi penting di suatu wilayah. Asumsi tinggi tingkat pertumbuhan dan digunakan dalam teori human capital kesejahteraan bangsa. adalah pendidikan formal merupakan faktor Secara umum kondisi sektor dominan, menghasilkan sumberdaya pendidikan di Kabupaten Halmahera Barat manusia berproduktivitas tinggi. Teori dapat digambarkan sebagai berikut: human capital dapat diaplikasikan, dengan Tabel 4.1. Kondisi Penyebaran Jumlah Sekolah, dan Guru di Kabupaten Halmahera Barat tahun 2014 Penyebaran Jumlah Jumlah Kebutuhan % Guru Sekolah Sekolah Guru Guru PAUD/TK 54 64 84 SD 174 1.132 2.720 SMP 61 363 2.096 17,31 -1.733 SMA 16 208 1.128 18,43 -920 SMK 12 144 173 83,23 -29 Dokumen LKPJ 2011-2015 Halbar Data diatas memperlihatkan ada kebutuhan tenaga kependidikan (guru) di Kabupaten Halmahera Barat yang masih cukup banyak, terutama di tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). Hingga tahun 2014 di tingkat pendidikan dasar SD dan SMP di Kabupaten Halmahera Barat masih kekurangan guru sebanyak 3.321 (Kurang/Lebih) 76,19 41,61 -20 -1.588 orang guru, atau 58,92%. Dari sisi anggaran pemerintah kabupaten Halmahera Barat telah mengalokasikan anggaran yang cukup signifikan, tetapi perlu mendapat perhatian adalah penambahan tenaga kependidikan, guna memenuhi standar minimal kebutuhan guru disetiap jenjang pendidikan. Investasi bertujuan meningkatkan pendapatan di masa datang. Ketika sebuah perusahaan melakukan investasi barangbarang modal, perusahaan akan mengeluarkan sejumlah dana, dan diharapkan investasi tersebut nantinya diperolehpendapatan melebihi nilai investasi yang telah dilakukan. Demikian halnya jika melakukan investasi pada tenaga kerja.Anggaran pendidikan sebesar 20 persen merupakan wujud realisasi pemerintah meningkatkan pendidikan. Menurut Estache, et. al (2007) implikasi dari pembangunan pendidikan adalah kehidupan manusia yang semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional) semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa. Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk secara umum. Gambar 4.1. Strategi Pencapaian Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (SD) Di Kabupaten Halahera Barat 2013-2015 Sumber : Dokumen LKPJ Halbar 2011-2015 Pentingnya pendidikan dapat menjadikan faktor penting dalam proses dijelaskan bahwa; menjadi komponen transformasi sosial suatu dalam strategis dan mendasar, mendukung, masyarakat. Kontribusi pembangunan mendorong setiap upaya pembangunan pendidikan terhadap pembangunan sosial sektor lainnya. Pendidikan mempengaruhi ekonomi terwujud melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi. Bukan pendidikan pengetahuan (knowledge), keterampilan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi (skills), sikap (attitudes), dan produktivitas berpengaruh terhadap fertilitas, mortalitas (productivity). dan migrasi masyarakat. Pendidikan Gambar 4.2. Strategi Pencapaian Angka Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama (SMP) Di Kabupaten Halahera Barat 2013-2015 Sumber : Dokumen LKPJ Halbar 2011-2015 Bagi masyarakat, pendidikan termasuk Pemerintah Kabupaten bermanfaat dalam memperkuat kehidupan Halmahera Barat. ekonomi, politik, sosial dan budaya. Secara Strategi dan upaya yang menjadi filosofis, pendidikan sangat bermanfaat bagi program pemerintah kabupaten Halmahera manusia dalam memecahkan berbagai Barat saat ini, menunjukkan adanya persoalan kehidupan. Pendidikan juga komitmen yang kuat untuk terus memperkuat kemampuan dalam meningkatkan kualitas hidup, bagi memanfaatkan teknologi demi kemajuan di masyarakat melalui sektor pendidikan. bidang sosial dan ekonomi. Karena Infestasi di sektro pendidikan, dapat manfaatnya luas, menyentuh semua menunjukkan hasilnya dalam jangka dimensi kehidupan masyarakat, panjang. Artinya apa yang telah dilakukan pembangunan pendidikan harus pemerintah kabupaten Halmahera Barat, mendapatkan prioritas pemerintah saat ini bisa dilhat hasilnya 10-20 tahun kedepan. Gambar 4.3. Strategi Pencapaian Angka Partisipasi Murni Sekolah Menengah Lanjutan (SMA/SMK) Di Kabupaten Halahera Barat 2013-2015 Sumber : Dokumen LKPJ Halbar 2011-2015 Korupsi menjadi penghambat utama pembangunan manusia.Sejumlah fakta empiris menunjukkan pengeluaran sektor pendidikan, tingkat pertumbuhan GDP dimasukkan dalam analisis terbukti adalah hubungan yang tidak langsung dengan dengan IPM. Artinya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat, dapat meningkatkan kesadaran berdemokrasi, GDP meningkat karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Bagi Kondisi Kesehatan di Kabupaten Halmahera Barat Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas bagi negara. Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Terkait dengan teori human capita, bahwa modal manusia daerah, termasuk Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, yang harus dimaksimalkan secara efektif dan efisien adalah anggaran yang masih sangat terbetas itu, untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan peningkatan kapasitas tenaga kependidikan, serta saranaprasaran pendidikan lainnya. Dengan begitu investasi di sektor pendidikan akan menunjukkan hasilnya dalam bentuk kesejahteraan masyarakat. berperan signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi (Haryanto et.al. 2005). Negara sedang berkembang seperti Indonesia sedang mengalami tahap perkembangan menengah, dimana pemerintah harus menyediakan lebih banyak sarana publik seperti kesehatan, untuk meningkatkan produktifitas ekonomi. Tahun Tabel 4.2. Jumlah Puskesmas, Dokter, Bidan dan Perawat di Kabupaten Halmahera Barat tahun 2010-2014 Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Puskesmas Dokter Bidan Perawat 2010 10 8 60 42 2011 11 8 66 57 2012 11 9 48 57 2013 11 14 93 60 2014 12 9 93 65 Dokumen LKPJ 2011-2015 Halbar Haryanto et.al. (2005) menunjukkan bahwa sektor kesehatan, tingkat persalinan yang ditolong tenaga medis dan persentase pengeluaran pemerintah, untuk kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap kematian balita. Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terbukti cukup besar dampaknya terhadap peningkatan kinerja sektor tersebut. Mengingat besarnya pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap peningkatan kinerja kesehatan, maka perlu adanya upaya secara bertahap pemerintah meningkatkan pengeluaran sektor kesehatan. Tantang yang dihadapi pemerintah Kabupaaten Halmahera Barat adalah luasnya wilayah pelayanan, di satu sisi dan disisi lain masih terbatasnya fasilitas penunjang pelayanan kesehatan yaang dijelaskan pada tabel 4.2di atas. Kondisi ini yang mengakibatkan masih rendahnya kesehatan masyarakat dilihat dari persentase penyakit yang dapat ditangani. Gambar 4.4 berikut memperlihatkan kondisi dimaksud. Haryanto et. al. (2005) menunjukkan sektor kesehatan, tingkat persalinan ditolong tenaga medis, persentase pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kematian balita. Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terbukti secara signifikan mempengaruhi peningkatan kinerja sektor tersebut. Mengingat besarnya pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap peningkatan kinerja kesehatan, perlu adanya upaya secara bertahap oleh pemerintah meningkatkan pengeluarannya sektor kesehatan. Pentingnya kesehatan dapat dijelaskan bahwa; menjadi komponen strategis dan mendasar, mendukung, mendorong setiap upaya pembangunan sektor lainnya. Kesehatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Secara filosofis, kesehatan sangat bermanfaat bagi manusia dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan. Pendidikan juga memperkuat kemampuan dalam memanfaatkan teknologi demi kemajuan di bidang sosial dan ekonomi. Karena manfaatnya luas, menyentuh semua dimensi kehidupan masyarakat, pembangunan pendidikan dan kesehatan harus mendapatkan prioritas pemerintah saat ini. Gambar 4.4. Persentase sepuluh (10) Jenis Penyakit yang dapat di Tangani di Kabupaten Halmahera Barat 2013 Malaria Dengan Tanpa Pemeriksaan Lab (Malaria Klinis) Diare 3% Penyakit Tekanan 5% Kecelakaan dan Ruda Paksa 3% Darah Tinggi 5% Infeksi Penyakit Usus yang lain 5% Penyakit Kulit Infeksi… Malaria Dengan Pemeriksaan Lab (Malaria Positif) 3% ISPA 51% Penyakit Kulit Alergi 7% Penyakit pada Sistem Otot & Jaringan Pengingat 13% Dokumen LKPJ 2011-2015 Halbar Banyak negara yang percaya pembangunan sehingga berjalan dengan bahwa pengeluaran sektor publik mampu lebih lancar. Infrastuktur juga menunjukkan berkontribusi terhadap proses seberapa besar pemerataan pembangunan pembangunan ekonomi. Sektor-sektor yang terjadi. dirasa strategis, misalnya pendidikan, Besarnya komitmen pemerintah kesehatan dan infrastruktur biasanya daerah dalam menyediakan layanan memiliki alokasi anggaran yang cukup publik melalui pengeluaran belanja besar mengingat perannya yang berkaitan tampak dari alokasi pengeluaran belanja langsung dengan kepentingan pemerintah daerah. Suatu belanja masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dikatakan efisien apabila input yang didasari oleh investment in human tersedia mampu menghasilkan output capital. Dalam teori human capital, berupa barang atau jasa pada tingkat yang asumsi yang digunakan adalah bahwa paling optimal bagi kepentingan pendidikan formal merupakan faktor yang masyarakat. dominan untuk mnghasilkan masyarakat Kondisi Infrastruktur Jalan di atau sumber daya manusia yang memiliki Kabupaten Halmahera Barat produktifitas. Begitu juga yang terjadi Keberadaan infrastruktur, seperti pada bidang kesehatan yang perananya jalan, pelabuhan, bandara, sistem tidak kalah penting bagi peningkatan penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem kualitas daya sumber manusia. penyediaan air bersih, dan sanitasi, Perbaikan akses terhadap memiliki keterkaitan dengan tingkat konsumsi pelayanan sosial merupakan perkembangan suatu wilayah, antara lain alat kebijakan penting dalam strategi dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi pemerintah secara keseluruhan untuk suatu negara. Hasil studi terdahulu mengurangi kemiskinan dan memperbaiki menunjukkan, daerah yang mempunyai kualitas hidup masyarakat. Sektor kelengkapan sistem infrastruktur lebihbaik, infrastruktur juga merupakan sektor yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan penting selain pendidikan dan kesehatan. kesejahteraan masyarakat lebihbaik. Infrastruktur merupakan wujud sarana Penyediaan infrastruktur merupakan faktor dan prasarana fisik yang dapat kunci mendukung pembangunan nasional. mendukung produktivitas ekonomi dan Gambar 4.5 Kualifikasi Jalan dan Kondisi jalan di Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2014 umber : LKPJ Pemda Halbar JALAN NASIONAL (Km) JALAN PROVINSI (Km) 129,75 21,34 95,6 17,9 JALAN KABUPATEN (Km) 336,46 144,13 124,43 48,82 Baik 19,08 Rusak Berat Rusak Ringan Kualifikasi jalan seperti nampak pada gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa ada perbendaan tanggung jawab dalam pembangunan infastruktur jalan di Indonesia. Kondisi ini berimplikasi terhadap percepatan pembangunan. Ketersediaan jalan menjadi syarat penting dalam mengurai keterbelakang pembangunan di suatu daerah. Pengeluaran pemerintah yang selalu meningkat tidak praktis meunjukkan kesuksesan pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Pengeluaran atau belanja pemerintah yang selalu meningkat setiap tahunnya belum tentu diikuti dengan penggunaan pengeluaran yang semakin efisien. Efisiensi disini diartikan sebagai suatu usaha untuk mengoptimalkan pengeluaran sektor publik dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan pentingnya efisiensi belanja, ada beberapa jenis belanja yang penting untuk dilakukan seefisien mungkin karena efisiensi belanja pemerintah berdampak pada pelayanan publik, diantaranya yang paling penting yakni belanja di bidang pendidikan, kesehatan dan infrastuktur. Pendidikan, kesehatan dan infrastuktur dianggap sebagai pelayanan dasar yang harus diterima oleh masyarakat secara memadai. Peran pemerintah daerah melalui APBD, Jln Tanah Jumlah khususnya belanja daerah menjadi penting dengan tujuan efisiensi pengelolaan keuangan daerah yang pada akhirnya mempunyai multiplier effect terhadap kesejahteraan masyarakat. Sektor infrastruktur merupakan salah satu sektor vital, memacu pertumbuhan ekonomi.Merupakan sektor antara menghubungkan berbagai aktivitas ekonomi. Pembangunan infrastruktur jalansebagai salah satu sub sektor, infrastruktur jalan memiliki fungsi aksebilitas membuka daerah kurang berkembang, dan fungsi mobilitas, untuk memacu daerah telah berkembang.Saat ini proses pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia, sebagian besar masih ditangani oleh pemerintah, karena infrastruktur jalan merupakan barang publik. Alokasi anggaran dan efiseinsi menjadi faktor kunci dalam pembangunan sub sektor ini. Tanpa diikuti kenaikan efisiensi, alokasi anggaran infrastruktur jalan,tidak menghasilkan manfaat optimal. Dari jenis penanganannya, anggaran pembangunan jalan dialokasikan untuk pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan baru. Kondisi jalan yang rusak dan harus menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten Halmahera Barat hingga tahun 2014 menjapai 124,43 km. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah sebagai pengguna uang dan dan komunikasi sebesar sebesar 6,12 sumberdaya suatu negara untuk persen, konstruksi 4,68 persen, keuangan membiayai kegiatan pemerintahan dalam persewaan dan jasa perusahaan sebesar rangka mewujudkan fungsinya dalam 0,44 persen. melaksanakan serta mencapai Perbedaan potensi sumberdaya kesejahteraan. Interaksi antara permintaan alam yang dimiliki masing-masing daerah di dan penawaran untuk barang publik Provinsi Maluku Utara diharapkan mampu menentukan jumlah barang publik yang menjadi basis penyumbang terbesar akan disediakan melalui anggaran belanja. ekonomi nasional beberapa komoditas Inilah yang akan dianalisis lebih lanjut. unggulan yang dimiliki masing-masing Faktor Pendorong Pertumbuhan daerah. Ekonomi Analissis Hasil Penelitian Struktur perekonomian di Uji Normalitas Data Kabupaten Halmahera Barat, masih Normalitas dari data merupakan didominasi sektor pertanian sebesar 22,18 salah satu syarat dalam pemodelan analisis persen, diikuti sektor pertambangan dan jalur (path analysis). Pemeriksaan penggalian 19,86 persen, menyusul sektor normalitas ditekankan pada data residual administrasi pemerintahan pertahanan, pada masing-masing model. Pemeriksaan dan jaminan sosial wajib16,42 persen, asumsi distribusi normal dilakukan dengan perdagangan besar dan eceran, reparasi melihat plot probabilitasnya, jika plot mobil dan sepeda motor sebesar 14,76 mendekati garis lurus maka dikatakan persen, konstruksi 8,42 persen, informasi asumsi normal telah terpenuhi. dan komunikasi7,51 persen, pengangkutan Gambar 4.6 Pemeriksaan Asumsi Normalitas pada Model Berdasarkan Gambar 4.1 ternyata VIF lebih dari 20 dikatakan ada pada model ini telah menunjukkan plot multikolinearitas yang serius. Hasil residual tersebut mendekati garis lurus, penelitian memberikan nilai VIF kurang dari sehingga dikatakan asumsi normalitas 10 baik pada ada, sehingga dapat dikatakan pada model telah terpenuhi. bahwa tidak terdapat masalah 4.3.2. Uji Multikolinearitas atau multikolinearitas dan singularitas pada data Singularitas yang dianalisis. Uji Kausalitas Multikolinearitas dalam program 4.4. SPSS dapat dilihat melalui nilai variance Setelah dilakukan pemeriksaan inflation factor (VIF) pada variabel asumsi, maka model tersebut di atas dapat independen di masing-masing model. Nilai dinyatakan dalam grafik analisis jalur VIF kurang dari 10 sampai 20 dikatakan ada dengan bentuk sebagai berikut: multikolinearitas yang tidak serius, dan nilai Gambar 4.7. Analisis Jalur Regresi Variabel X1 Ke Y2 melalui Y1 = 0.498 Anggaran Pendidikan (X1) e.PY2= 0. 690 X1 Ke Y1 = 0.647 Anggaran Kesehatan (X2) X2 Ke Y1 = 0.284 X3 Ke Y1 = 0.046 PE (Y1) Y1 Ke Y2 = 0.930 IPM (Y2) Anggaran Infrastruktur Jalan (X3) X2 Ke Y2 melalui Y1 = 0.186 X3 Ke Y2 melalui Y1 = 0.252 e.PY1= 0. 530 Berdasarkan gambar model konseptual di atas, dapat dibagi ke dalam tujuh model berdasarkan direct effect yang dibentuk, yakni: 1. Model 1, menggambarkan pengaruhtidak langsung anggaran pendidikan (X1) terhadapkesejahteraan/IMP (Y2) melalui pertumbuhan ekonomi (Y1) 2. Model 2, menggambarkan tidak pengaruhlangsung anggaran kesehatan (X2) terhadap kesejahteraan/IPM (Y2) melalui pertumbuhan ekonomi (Y1) 3. Model 3, menggambarkan pengaruh tidak langsung anggaran infrastruktur jalan (X3) terhadap kesejahteraan/IPM (Y2) melalui pertumbuhan ekonomi (Y1) 4. Model 4, menggambarkan pengaruh total langsung antara pertumbuhan ekonomi (Y1) terhadap kesejahteraan/IPM (Y2) 5. Model 5, menggambarkan pengaruh langsung anggaran pendidikan (X1) terhadap kesejahteraan/IPM (Y2) 6. Model 6, menggambarkan pengaruhlangsung anggaran kesehatan (X2) terhadap kesejahteraan/IPM (Y2) 7. Model 7, menggambarkan pengaruhlangsung anggaran infrastruktur jalan (X3) terhadap kesejahteraan/IPM (Y2) Tabel 4.3 berikut menunjukkan hasil estimasi regression weights, dari ketujuh model di atas. Penjelasan lebih lanjut terhadap hasil estimasi regression weightsini, sekaligus mengkonfirmasi dan atau menjawab hipotesis penelitian sebagai berikut : Model 1, menggambarkan pengaruh langsung antara anggaran pendidikan (X1) tingkat dengan kesejahteraan masyarakat/IPM (Y2) di kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan ada hubungan positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,489%. Nilai ini dapat diinterpretasi secara statistik, mengandung pengertian ketika anggaran pendidikan dinaikan 1%, akan bedampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat/ IPM di Kabupaten Halmahera Barat meningkat sebesar 4,48%. Hipotesis pertama (I) dalam penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya anggaran pendidikan berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat dilihat dari indikator IPM selama tahun 2005-2015. Model 2, menggambarkan pengaruhlangsung antara anggaran kesehatan (X2) terhadap kesejahteraan masyarakat/IPM (Y2) di kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan ada pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,186%. Nilai ini dapat diinterpretasi secara statistik, mengandung pengertian ketika anggaran kesehatan naik 1% akan mendorong meningkatnya kesejahteraan masyarakat/IPM di Kabupaten Halmahera Barat sebesar 1,86%. Hipotesis kedua (II) dalam penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya anggaran kesehatan berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat dilihat dari indikator IPM selama tahun 2005-2015 Model 3, menggambarkan pengaruhlangsung antara anggaran infrastruktur jalan (X3) terhadap kesejahteraan masyarakat/IPM (Y2), di kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan ada pengaruh positif yang ditunjukkan oleh nilai regresin varible 0,252%. Nilai ini dapat diinterpretasi secara statistik, mengandung pengertian ketika anggaran infrastruktur naik 1%, berdampak terhadap perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui indikator IPM sebsar 2,52% Hipotesis ketiga (III) dalam penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya anggaran infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat dilihat dari indikator IPM selama tahun 2005-2015 Model 4, menggambarkan pengaruhlangsung pertumbuhan ekonomi (Y1) terhadap kesejahteraan masyarakaat (Y2)di kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan ada pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,930%. Nilai ini dapat diinterpretasi secara statistik, mengandung pengertian ketika pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat meningkat sebesar 1%, akan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyaraakaat/IPM di Kabupaten Halamhera Barat sebesar 9,30%. Hipotesis keempat (IV) dalam penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat dilihat dari indikator IPM selama tahun 2005-2015 Model 5, menggambarkan pengaruh tidak langsung anggaran pendidikan (X1) terhadap (Y2) IPM melalui (Y1) pertumbuhan ekonomi di kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,647%. Secara statistik mengandung pengertian ketika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menaikan anggaran pendidikan sebesar 1%, akan dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Halamhera Barat (IPM) sebesar 6,47%. Sedangkan dari hasil analisis pengaruh langsung anggaran pendidikan (X1) terhadap IPM (Y2) sebsar 0,498%. Artinya ketika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat meningkatkan anggaran pendidikan sebesar 1%, akan berdampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat (IPM) sebesar 4, 98%. Hipotesis kelima (V) dalam penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya anggaran pendidikan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat selama tahun 2005-2015. Model 6, menggambarkan pengaruh tidak langsung anggaran kesehatan (X2) terhadap (Y2) IPM melalui (Y1) pertumbuhan ekonomi, menunjukkan pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,284%. Secara statistik mengandung pengertian ketika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menaikan anggaran kesehatan sebesar 1%, akan dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Halamhera Barat (IPM) sebesar 2,84%. Sedangkan dari hasil analisis pengaruh langsung anggaran kesehatan (X2) terhadap IPM (Y2) sebsar 0,186%. Artinya jika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat meningkatkan anggaran kesehatan sebesar 1%, akan berdampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat (IPM) sebesar 1,86 Hipotesis keenam (VI) dalam penelitian ini terbukti, bahwa anggaran kesehatan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat selama tahun 2005-2015 Model 7, menggambarkan pengaruh tidak langsung anggaran infrastruktur jalan (X3) terhadap (Y2) IPM melalui (Y1) pertumbuhan ekonomi, menunjukkan pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,048%. Secara statistik mengandung pengertian ketika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menaikan anggaran infrastruktur jalan sebesar 1%, akan dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan kesejahteraan masyarakat (IPM) Kabupaten Halmahera Barat sebesar 2,84%. Sedangkan dari hasil analisis pengaruh langsung anggaran infrastruktur jalan (X3) terhadap IPM (Y2) sebsar 0,252%. Artinya jika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat meningkatkan anggaran infrastruktur jalan sebesar 1%, akan berdampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat (IPM) sebesar 2,52% Tabel: 4.3 Hasil Analisis Jalur Coefficients Regresi Hubungan Variabel Tidak Langsung Pengaruh Pengaruh Tidak Persamaan Variabel Tidak Total Pengaruh Variabel Langsung Langsung Tidak Langsung X1 – Y1 0.647 0.647 signifikan X2 – Y1 0.284 0.284 signifikan X3 – Y1 0.046 0.046 signifikan Keterangan 0.848 Pxy1 Sumber: Data diolah 2016 (0.647 x 0.284 x 0.046) = 0.008 0.856 signifikan Tabel: 4.4 Hasil Analisis Jalur Coefficients Regresi Hubungan Variabel Langsung Pengaruh Variabel Pengaruh Langsung Total Persamaan Variabel Langsung Keterangan Pengaruh Langsung Y1 – Y2 0.930 0.930 signifikan X1 - Y2 0.498 0.498 signifikan X2 - Y2 0.186 0.186 signifikan X3 – Y2 0.252 0.252 signifikan Pxy2 0.724 0.747 signifikan (0.489 x 0.186 x 0.252) = 0.023 Sumber: Data diolah 2016 Hipotesis ketujuh (VII) dalam penelitian ini terbukti, bahwa anggaran infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat selama tahun 2005-2015. Pembahasan Hasil Penelitian Bagian ini, peneliti membahas hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Hasil estimasi membuktikan : (1) meningkatnya anggaran di sektor pendidikandapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halamhera Barat sebesar yang cukupsignifikan. (2) meningkatnya anggaran publik khusunya bidang kesehatan secara positif juga meningkatan pertumbuhan ekonomidan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat. (3) Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat disecara signifikan juga dipengaruhi oleh anggaran infrastruktur jalan. Determinan Anggaran Sektor Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, didasarkan pada pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan, dan standar pelayanan bagi masyaraka di daerahnya.Pemberian otonom daerah diharapkan dapat memacu, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis dalam penelitian ini terbuktibaik pengaruhlangsung, maupun tidak langsung anggaran pendidikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat/IPM di kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan hubunganyang positif dan signifikan. Artinya peningkatan anggaran pendidikan selama 2005-2015 dalam penelitian ini terbukti memberikan kontribusi terhadap perbaikan kesejahteraan masyarakat. Temuan ini sejalan dengan penelitian Yousra, Dahmani, Aziz and Monir, (2014di Aljazair.Donald N dan Shuanglin, (1993) di Eropa menyebutkan pegeluaran pendidikan memliki pengaruh yangpositif dan signifikan terhadap petumbuhan ekonomi dan kesejahteraan pada semua kasus.Jadi hasil penelitian menunjukkan kesesuaian teori dimana pengeluaran pemerintah ataspendidikan seharusnya berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil berbeda ditemukan Bastian (2010) di Indonesia bahwa variabel pengeluaran pemerintah atas pendidikan dalam jangka pendektidak signifikan. Hal ini terjadi karena pengeluaran pemerintah atas pendidikan bersifatseperti investasi yang tidak dapat langsung memberikan kontribusi terhadappertumbuhan ekonomi Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Widodo (2010) dalam penelitiannya bahwa pengeluaran pemerintah atas sektor publikdalam hal ini pendidikan, tidak dapat berdiri sendiri sebagai variabelindependen. Variabel pengeluaran pemerintah harus berinteraksi denganvariabel lain. Periode penelitian yang hanya 41 tahun mungkin belum dapatmengakomodir pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan. Selain itupengeluaran pemerintah atas pendidikan yang akan menghasilkan perbaikan disektor pendidikan tidak dapat secara cepat mengubah kualitas angkatan kerja. Menurut teori human capital bahwa pengeluaran pemerintah atas pendidikandapat meningkatkan kualitas penduduk kemudian selanjutnya meningkatkanpertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini hasilnya mendukung teori yaitu pengeluaran pemerintah atas pendidikan di Kabupaten Halmahera Barat tahun 2005-2015 berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang kemudian meningkatkan produktifitas kerja. Setelah itu produktifitas akanmeningkat pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Kweka dan Morrisey (1999) dalam Alfirman (2006) di Tanzania Hasil yang diperoleh bahwa pengeluaranpemerintah berdampak negatif terhadap pertumbuhan. Dampak negatifdisebabkan karena tidak efisiennya pengeluaran pemerintah di Tanzania. Jurnalpenelitian tersebut juga mengemukakan bahwa di negara miskin dan negarasedang berkembang memiliki kecenderungan pengeluaran pada sektor publikseperti pendidikan bersifat konsumtif. Seharusnya menurut Todaro (2006)pengeluaran pemerintah yang ditujukan sebagai perbaikan modal manusia padadasarnya merupakan suatu investasi. Sehingga pengeluaran tersebut tidak dapatsecara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Pelaksanaan otonomi daerah yang dikemukakan oleh Suwandi (2000)dan Halim (2001) yang menyatakan bahwa kapasitas keuangan pemerintah daerah akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsifungsiseperti melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat (public service function), melaksanakan fungsi pembangunan (development function) dan melaksanakan fungsiperlindungan masyarakat (protective function). Investasi dalam hal pendidikan mutlak dibutuhkan maka pemerintahharus dapat membangun suatu sarana dan sistem pendidikan yang baik.Alokasi anggaran pengeluaran pemerintah terhadap pendidikan merupakanwujud nyata dari investasi untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.Pengeluaran pembangunan pada sektor pembangunan dapat dialokasikanuntuk penyediaan infrastruktur pendidikan dan menyelenggarakan pelayananpendidikan kepada seluruh penduduk Indonesia secara merata. Anggaranpendidikan sebesar 20 persen merupakan wujud realisasi pemerintah untukmeningkatkan pendidikan. Konsep di atas sejalan teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang saat ini, didasari kepada kapasitas produksi tenaga manusia didalam proses pembangunan atau disebut juga investment in human capital. Hal ini berarti peningkatan kemampuan masyarakat menjadi suatu tumpuan yang paling efisien dalam melakukan pembangunan disuatu wilayah.Asumsi yang digunakan dalam teori human capital adalah bahwa pendidikan formal merupakan faktor yang dominan untuk menghasilkan masyarakat berproduktivitas tinggi. Teori human capital dapat diaplikasikan dengan syarat adanya sumber teknologi tinggi secara efisien dan adanya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Teori inipercaya bahwa investasi dalam hal pendidikan sebagai investasi dalammeningkatkan produktivitas masyarakat. Menurut Bastias (2010) implikasi dari pembangunan dalam pendidikan adalah kehidupan manusia akan semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional) maupun di tingkat daeraah, semakin tinggikualitas hidup suatu bangsa atau masyarakat, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa atau masyarakaat tersebut. Semakin tinggi kualitas hidup/ investasisumber daya manusia akan berimplikasi juga terhadaptingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan atau suatu daerah. Artinya baik secara teoritis maupun empiris, investasi sumberdaya manusia menjadi kata kunci dalam kemajuan suatu bangsa dan atau daaerah, sehingga menjadi mutlak bagi pemerintah termasuk pemerintah Kabupaaten Halmahera Barat, untuk terus mengupayakan perbaikan kualitas hidup masyarakat, dengan mengalokasikan anggaran di sektor pendidikan minimal 20% dari APBD Halmahera Barat, sebagai wujud nyata komitmen pemerintah daerah. Determinan Anggaran Sektor Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas baginegara. Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Temuan dalam penelitian ini memperlihatkan pengaruh langsung dan tidak langsung anggaran kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan pengaruh yang positif.Artinya ketika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menaikan anggaran kesehatan dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan di Kabupaten Halamhera Barat 2005-2015. Hasil ini sejalan dengan teoriyang menjelaskan hubunganpengeluaran pemerintah atas kesehatan di negara sedang berkembang sepertiIndonesia sedang mengalami tahap perkembangan menengah, dimanapemerintah harus menyediakan lebih banyak sarana publik seperti kesehatanuntuk meningkatkan produktifitas ekonomi. Sarana kesehatan dan jaminankesehatan harus dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah melaluipengeluaran pemeritah.Dalam jangka pendek pengeluaran pemerintah atas kesehatan memangbelum dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena proses perbaikankesehatan masyarakat melalui pengeluaran pemerintah tersebut tidak dapatlangsung terlihat pengaruhnya. Terdapat tenggang waktu ketika pemerintahmengeluarakan sejumlah anggaran pembangunan untuk kesehatan hingga kualitas kesehatan masyarakat meningkat dan pada akhirnya berkontribusi padapeningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam jangka panjang, variabel pengeluaran pemerintah atas kesehatan memiliki arah hubungan yang positif. Namun, hasil penelitianmenunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah atas kesehatan tidak berpengaruh secaranya nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Berarti pengeluaran pemerintah atas kesehatan memerlukan waktulebih lama untuk dapat secara langsung mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia yang kemudian dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh variabel pengeluaran pemerintah atas kesehatan dapat juga berarti keefektifan anggaran pemerintah dalam realisasinya cukup baik walaupun dilihat dari total anggaran yang dialokasikan pemerintah Kabupaten Halmahera Barat masih dibawah 10 % dari total APBD. Ehikioya, and Mohammed, (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa permintaan untuk kesehatan di Nigeria adalah bersifat inelastis.Artinya pemerintah harus mengalokasikan belanja yang memadai tentang kesehatan di semua tingkat masyarakat di Nigeria. Pemerintah harus meningkatkan alokasi anggaran untuk sektor kesehatan 15% dari APBN-nya setiap tahunan. Ini akan memberikan efek yang positif dari pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan di Nigeria dan memenuhi rekomendasi WHO dalam alokasi anggaran untuk sektor ini. Hasil temuan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yangdilakukan oleh Donald N dan Shuanglin (1993) pada 58 negara Asia danAfrika. Pengeluaran pemerintah atas kesejahteraan, atau dalam kaitannyadengan kesehatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan, terhadap pertumbuhan ekonomi. Penjelasan dalam penelitian tersebut menyebutkan untuk negara miskin dan sedang berkembang sifat pengeluaran pemerintahatas sektor publik bersifat konsumsi bukan investasi sehingga dalam jangkapanjang pengeluaran pemerintah atas kesehatan tidak berpengaruh terhadappertumbuhan ekonomi. Variabel pengeluaran pemerintah atas kesehatan dalam jangka panjang dan jangka pendek tidak dapat langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Determinan Anggaran Sektor Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Variabel pengeluaran pemerintah atas sektor infrastruktur jalan dalam penelitian ini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung di Kabupaten Halmahera Barat. Hubungannya sesuai dengan hipotesis yang digunakan dalampenelitian, dimana pengeluaran pemerintah atas infrastruktur akanmeningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Jadi hasil penelitian menunjukkan kesesuaian teori. Penelitian yang dilakukan World Bank (2014) mengemukakan bahwa rendahnya investasi dapat disebabkan olehrendahnya ketersediaan infrastruktur sehingga integrasi ekonomi tidakterwujud dan pertumbuhan ekonomi terhambat. Infrastruktur merupakan suatu sarana (fisik) pendukung agar pembangunanekonomi suatu negara dapat terwujud. Infrastruktur juga menunjukkanseberapa besar pemerataan pembangunan terjadi. Suatu negara yang memilikipertumbuhan ekonomi tinggi dan mampu melakukan pemerataanpembangunan pasti dapat melakukan pembangunan infrastruktur keseluruhbagian wilayahnya. Temuan penelitian ini sesuai denganhipotesis dan teori yang menyatakan jika pengeluaran pemerintah atasinfrastruktur meningkat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan taraf hidupmasyarakat. Menurutsisi makroekonomi yang dikemukakan Musgrave (1989), pengeluaranpemerintah untuk sektor publik bersifat elastis terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin banyak pengeluaran pemerintah untuk sektor publik semakin banyakbarang publik yang tersediaan untuk masyarakat. Barang publik yang dimaksuddapat berupa penyediaan infrastruktur berupa jalan sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Menurut Silvia, Wardi, dan Aimon (2013), bahwa penyediaan dan perbaikan terhadap infrastruktur mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengarah kepada kesejahteraan masyaarakat. Penyediaan dan perbaikan terhadap infrastruktur dapat memperlancar proses produksi barang dan jasa. Hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sealnjutnya, dalam kesimpulannya, dikatakan bahwa, secara parsial pengeluaran pemerintah baik rutin dan pembangunan mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pembahasan di atas jelas bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kualitas infrastruktur yang dibangun sesuai dengan kebutuhan dan kelayakan. Infrastruktur sebagai jembatan utama dalam peningkatan perekonomian, baik secara lokal maupun nasiona. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ma’ruf dan Daud (2013) menunjukkan scatter plot antara PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan total panjang jalan dan jembatan dengan pola penyebaran data menggambarkan trend pertumbuhan positif setiap tahuannya, yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Hal ini menunjukkan dengan adanya pertambahan panjang jalan dan jembatan dapat berimplikasi terhadap peningkatan PDRB kabupaten pesisir Selatan. PDRB yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan ekonomi dapat dikembangkan ke dalam program-program kerakyatan yang mendukung pola dan modal manusia yang berkualitas. Sehingga perputaran ekonomi, tidak hanya berjalan pada tataran jangka pendek, tetapi jangk panjang dengan meningkatkan infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat lebih penting. Sejalan dengan itu, seperti penelitian yang dilakukan oleh Wahab (2009) tentang dampak peningkatan kualitas jalan lingkar barat Enrekang terhadap pengembangan kawasan pertania, menunjukkan bahwa adanya perbaikan terhadap jalan lingkar jalan kawasan pertanian dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat dalam pengembangan pertanian. Sehingga infrastruktur yang baik mendapatkan akses yang cukup, akses yang cukup dapat berpengaruh terhadap nilai pertumbuhan yang dibangun atas dasar peningkatan perekonomian pertanian dan peningkatan nilai-nilai ekonomi pertanian yang dapat diaktualisasikan ke dalam bentuk kesejahteraan rakyat. Peningkatan infrastruktur pertanian dapat juga dapat meningkatkan nilai tanah pada daerah pertanian, meningkatkan perekonomian masyarakat melalui penghidupan kembali tanah daerah, yang semula merupakan tanah mati, dengan adanya kualitas jalan dapat dialiri oleh air, sehingga dapat menghidupkan kembali tanah untuk pertanian. Pertanian dalam jalan lingkar dengan dilengkapi oleh saluran dan irigasi air, dapat mengembangkan pertanian kawasan lingkar jalan. Sehingga masyarakat dapat mengembangkan ekonomi pertanian yang ada dengan aksesibilitas untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Artinya, bahwa infrastruktur jalan mempunyai pengaruh dan dampak yang nyata terahdap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, termasuh di Kabupaten Halmahera Barat. Infrastruktur jalan yang baik, menciptakan aksesibilitas bagi masyarakat dalam menggerakkan perekonomian. Aksesibilitas sebagai proses percepatan terhadap ekonomi, baik dalam skala lokal mauplun nasional. Aksesibilitas sebagai proses peningkatan terhadap ekonomi daerah, mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Ekonomi yang semakin baik dengan pertumbuhan melalui infrastruktur jalan, memberikan dampak terhadap kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan infrastruktur jalan mempunyai pengaruh secara langsung dalam ekonomi masyarakat. Infrastruktur jalan denganpenguatan terhadap aksesibilitas, dapat mengembangkan perekonomian masyarakat. Perekonomian masyarakat yang berjalan dengan baik dapat meningkatkan taraf hidup dan penghasilan per kapita. Pengaruh aksesibilitas dan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Peningkatan ekonomi masyarakat dalam penelitian ini dapat diaktualisasikan kedalam kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang mempunyai penghasilan ekonomi yang baik, dapat memjamin kehidupan masyarakat yang berkualitas. Determinan Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagai sasaran utama strategi pembangunan, laju pertumbuhan ekonomi merupakan hal penting yang selalu dikedepankan oleh pemerintah. Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan utama, mengingat sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi merupakan hal mutlak yang dibutuhkan oleh setiap daerah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga memiliki kaitan erat dengan penciptaan dan perluasan lapangan kerja, karena hal tersebut pada gilirannya akan memberikan peluang yang lebih besar pada angkatan kerja. Hasili analisi pengaruh langsung pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakaat di kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan ada pengaruh positif. Artinya arah dan kebijakan pemerintah Halmahera Barat selama 20052015 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tumbuh diatas 4% telah dapat berimplikasi positif terhadap perbaikan kesejahteraan masyarakatnya. Oleh sebab itu, sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat (RKP) Tahun 2009-2015, yaitu percepatan dan perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang berkualitas, inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerintah melalui rancangan anggaran pendapatandan belanja daerah (APBD) 2009-2015 menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen atau lebih besar dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2005-2009 yang mencapai 4 persen. Pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut akan dilakukan dengan cara penguatan konsumsi masyarakat, perbaikan iklim investasi, perbaikan kinerja perdagangan regional, dan penguatan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta. Selain itu, upaya mencapai target juga dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan internal. Selain mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, faktor kualitas juga menjadi hal utama yang akan dicapai pada tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tersebut hanya dapat tercapai bila disertai dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, penurunan tingkat pengangguran serta penurunan kesenjangan antarkelompok pendapatan. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Halmahera Barat pada APBD 2009-2015 kembali mengalokasikan anggaran yang bersifat pro growth, berupa anggaran infrastruktur, dan anggaran pro poor, berupa anggaranpendidikan dan anggaran program kesehatan. Hasil tersebutbermakna bahwa pengeluaran pemerintah atas infrastruktur pendidikan, kesehatan dan jalan berpengaruh secaranyata terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Halmahera Barat. Hasil ini sesuai denganhipotesis dan teori yang menyatakan jika pengeluaran pemerintah atasinfrastruktur meningkat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurutsisi makroekonomi yang dikemukakan Musgrave (1989) Pengeluaranpemerintah untuk sektor publik bersifat elastis terhadap pertumbuhan ekonomi.Semakin banyak pengeluaran pemerintah untuk sektor publik semakin banyakbarang publik yang tersediaan untuk masyarakat. Barang publik yang dimaksuddapat berupa penyediaan infrastruktur berupa jalan, sara pendidikan dan kesehatan sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara teoritis ada empat faktor sebagai sumberpertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah (1) sumberdaya manusia, (2)sumberdaya alam, (3) pembentukan modal, dan (4) teknologi. Pengeluaranpemerintah berperan dalam pembentukan modal melalui pengeluaran pemerintah diberbagai bidang seperti sarana dan prasarana. Pembentukan modal di bidang saranadan prasarana ini umumnya menjadi social overhead capital (SOC) yang sangatpenting dalam pertumbuhan ekonomi. SOC ini sangat penting karena pihak swastatidak akan mau menyediakan berbagai fasilitas publik. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan akan terdorong naik denganadanya berbagai fasilitas publik dan akhirnya tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan dapat meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah : 1. Alokasi anggaran pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur jalan terbukti secara langsung dapat peningkatan kesejahteraan masyarakatnya di Kabupaten Halmahera Barat selama 2005-2015. Dari ketiga jenis anggaran, anggaran pendidikan memiliki pengaruh langsung yang lebih nyata terhadap kesejahteraan, menyusul anggaran infrastruktur jalan dan anggaran kesehatan. 2. Alokasi anggaran pendidikan, kesehatan, dan infra struktur jalan terbukti secara tidak langsung dapat peningkatan kesejahteraan masyarakatnya melalui tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat selama 2005-2015. Dari ketiga jenis anggaran, anggaran pendidikan memiliki pengaruh tidak langsung yang lebih nyata terhadap kesejahteraan, menyusul anggaran kesehatan dan anggaran infrastruktur jalan. 3. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan hubungan yang liner dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Artinya disaat pertumbuhan ekonomi meningkat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebaliknya. Dalam penelitian ini terbukti pertumbuhan ekonomi secara signifikan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat selata 2005-2015. Saran Sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Pemerintah Halmahera Barat harus lebih fokus dalam menentukan program prioritas terutama di sektor kesehatan dan infrastruktur jalan. Terhadap jaringan jalan antar daerah dan infrastruktur kesehatan, terutama daerah terpencil lebih harus diutamakan. 2. Proporsi alokasi anggaran pemerintah atas kesehatan atas dan infra struktur jalan yang masih rendah, menyebabkan kelambanan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan masyarakat, maka disarankan pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, kedepan perlu meningkatkan proporsi pengganggaran atas kesehatan infrastruktur jalan. 3. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh variabel lain sebesar 74 persen baik hubungan langsung maupun tidak langsung terkait pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, maka dalammodel masih terbuka untuk dikembangkan dengan menambahkan variabel lain. DAFTAR PUSTAKA Abimayu, Anggito, 2005. Analisis VAR Terhadap Korelasi Antara Belanja Publik dan Pertumbuhan Ekonomi.Jurnal Ekonomi Pembangunan, Kajian Ekonomi Negara Berkembang. Alfirman, Luki dan Sutrino, Edy. 2006. Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintahdan Produk Domestik Bruto dengan Menggunakan Pendekatan GrangerCausalitydan Vector Autoregression. Jurnal Keuangan Publik, Vol.4, No.2h.25-66. Arsyad, L. 2004. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Aschauer, D. A. 1989. Is public expenditure productive. Journal of Monetary Economics, (23): 177–200 Atmawikarta, Arum. 2002. Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi, diakses, tgl 2 Maret 2013. www.google.com Bastian, Desi 2010. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah atas Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1969-2009. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, tidak dipublikasikan. Barzelay, M. 2008. Managing Local Development, Lesson From Spain. Policy Sciences, 24, 271 – 290 Booth, A., (2000). Poverty and Equality in The Soeharto Era: An Assessment. Bulletin of Indonesian Economic Studies. Vol. 36 No. 1, April 2000. pp. 73 – 104. Brata, Aloysius Gunadi. 2004. Komposisi Penerimaan Sektor Publik dan Pertumbuhan Ekonomi Regional. Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Caning, D. 2000. Infrastructure’s Contribution to Aggregate Output. World Bank Working Paper, Number 2246. Cunningham, I. (2002), Developing Human and Social Capital in Organisations, Industrial and Commercial Training, Vol. 34, No.4. 89-94 Demurger, Slyvie,. 2000. Infrastructure Development and Economic Growth: An Explanation for Regional Disparities in China?. Journal of Comparative of Economics. JSTOR. Dixon, P.B., B.R. Parmenter, A.A. Powell and P.J. Wilcoxen, 1992. Notes and Problems in Applied General Equilibrium Economics, NorthHolland, Amsterdam Due, John. 2006.. Government Finance : Economics of The Public Sector. 4th Edition. (USA : Richard D. Irwin Inc.) Donald N dan Shuanglin, 1993. The Differential Effects on EconomicGrowth of Government Expenditureson Education, Welfare and Defense. Estache, Antonio dkk. 2007.Growth Effects of Public Expenditure on the State and Local Level: Evidence From a Sample of Rich Government.. World Bank Policy Research Working Paper 4219. http:/ssrn.org/id981827 Fay, Rubin,. 1999. Econometric Models and Economic Forecasts. MacGraw Hill. New York. Frye, and Zhuravskaya,. 2000. Corruption, competition and democracy, Journal of Development Economics, Vol. 81, pp.125-139 Gyimah-Brempong, K. Munoz de Camacho, S. 2006. Corruption, Growth, and Income Distribution: Are there Regional Differences? Economics of Governance, Vol.7, pp.245–269. Halim, Adbul 2001. Bunga Rampai : Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama. Haryanto, T. Unggul H dan Solihin A. 2005. .Pengeluaran Pemerintah dan Kinerja Sektor Pendidikan serta Kesehatan di Jawa Timur. Majalah Ekonomi, Tahun XIV No.2, 2 Agustus 2005, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Hariadi, P., Arintoko., Bawono, RI., (2007). Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan, hal 6 – 7 Jhingan, M. L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jhingan, M. L. 2007 The Economics of Development and Planning. Vicas Publishing House Ltd, New Delhi. KPPOD. 2010. Belanja Pemerintah, Kualitas Jalan, dan Korupsi Landau, D. 2009. Government Expenditure and Economic Growth : A CrossCountry Evidence. Southern Economic Journal, Vol 49, 783-97 Lawrence Ehikioya, Imoughele, and Mohammed, Ismaila, 2013. Determinants of Public Health Care Expenditure in Nigeria: An Error Correction Mechanism Approach. International Journal of Business and Social Science Vol. 4 No. 13; October 2013 Lee, Jong-Wha. 2005. Economic Growth and Human Development in The republic of Korea, 1945-1992. Occasional Paper No.24.www.hdr.undp.org/docs/p ublications/occational papers/ oc24aa. Pebruari, 6, 2006. Legowo, S. Poerwaningsih. 2009. Dampak Keterkaitan Infrastruktur Jaringan Jalan Terhadap Pertumbuhan Sektoral Wilayah di Jabodetabek. Petra Christian University. Surabaya Lin, Steven A Y. 2005. Government Spending and Economic Growth. Applied Economic. 26. 83-94 Lopez, R. 2003. The Policy Roots of Socioeconomic Stagnation and Environmental Implosion: Latin America 1950–2000. World Development, 31(2): 259-280 Mankiw, N. Gregory, 2000, Teori Ekonomi Makro, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta. Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah dan Struktur APBD. Penerbit Andi. Yogyakarta. Ma’ruf, Youdhi Permadi dan Daud, Jeluddin. 2013. Pengaruh Investasi Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Tekni Sipil USU. 2 (3). (Online). http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jts/a rticle/view/5680/2400. Diakses tanggal 17 Juli 2014. Maqin. Abdul. (2011) Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat. Trikonomika Volume 10, No. 1, Juni 2011, Hal. 10–18 ISSN 1411514X. Mekdad, Yousra. Dahmani, Aziz and Loua, Monir.2014. Public spending on education and Economic Growth in Algeria: Causality Test. International Journal of Business and Management Vol. II (3), 2014 55 Musgrave, Richard A.1993. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek Edisi 5,Jakarta: Erlangga Napitupulu, Muktar. dkk. 2011. Dampak Infrastruktur Jalan TerhadapPerekonomian Pulau Jawa-Bali dan Sumatera (The Impact Of RoadInfrastructure On Economics In Java, Bali And Sumatera). Jurnal Jalan Jembatan Vol 28 No 1. April 2011 Pp. 60-75 Nafziger, 2007. Kontribusi Anggaran Pemerintah Dalam Pembiayaan Program Kesehatan Pada Era Otonomi Daerah. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol. 6 No. 4.http://ilib.ugmac.id. Napitupulu,dkk.2011. Dampak Infrastruktur Jalan terhadaap Perekonomian Pulau Jawa-balidan Sumatra.Direktorat Binamarga Kementrian PU. Dan Institut Pertanian Bogor. Ndulu, Benno., Kritzinger-van Niekerk and Reinikka. 2005. Infrastructure, Regional Integration and Growth in Sub-Saharan Africa. The National, Regional and International Challenges Fondad, The Hague, December 2005: 101–121. Nugroho, H., (2002). Perjalanan Panjang Ekonomi Indonesia: Dari Isu Globalisasi Hingga Krisis Ekonomi. Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel Th. I No. 3, Mei 2002. www.ekonomirakyat.org; Oates, W. 2009. Fiscal Decentralization and Economic Development. National Tax Journal, XLVI. 237243. Pollit. 1988. Decentralization and Public Sector Delivery of Health and Education Services: The Indian Experience,” ZEF Discussion Paper on Development Policy No. 20, Bonn. Premchand,Klengrem. 1999. Fiscal Decentralization, Economic Growth and Democratic Governance. Atlanta, School of Political Studies, Georgia State University. Ramírez, María Teresa and Salehi, Hadi. 1999. Infrastructure and Economic Growth. Borradores de Economia, 123: 1–43. Resosudarmo, BP., Vidyattama, Y., (2006). Regional Income Disparity in Indonesia. A Panel Data Analysis. ASEAN Economic Bulletin, Vol. 23 No. 1, April 2006. Pp 31 – 44. Sibarani, M.H.M. 2002. Kontribusi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Universitas Silvia, Engla Desnim dan Wardi, Yuniat dan Aimon, Hasdi. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi Di Indoensia. Jurnal Kajian Ekonomi. 1 (2). Januari: 224-243 Sukirno, Sadono.2000 Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran DariKlasik Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Pustaka Suparmoko,. M. 2002. Ekonomi Publik: Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Andi. Yogyakarta. Suryadarma, Daniel. 2008. Corruption, Public Spending, and Education Outcomes: Evidence form Indonesia.,Research School of Social Sciences, The Australian National University., JEL classification: D73,H75,121, O1. Susetyo, Didiek. 2001. Pengaruh Defisit Anggaran Terhadap PertumbuhanEkonomi; Kajian Ekonomi dan Bisnis Vol.3 No.1 Tahun 2001,Universitas Sriwijaya. Suwandi, Made, 2000. Agenda Strategis Penataan Otonomi Daerah (Sebagai tindak lanjut UU No. 22 dan UU No. 25 tahun 1999), Makalah Work Shop Otonomi Daerah, Kerjasama LPEM- UI dan IRIS Jakarta. Tadjoeddin, MZ., Suharyo, WI., Mishra, S., (2001). Regional Disparity and Vertical Conflict in Indonesia. Journal of the Asia Paci.c Economy 6(3) 2001: 283– 304. Tanzi, V. and H.R. Davoodi, 2000. Corruption, Growth, and Public Finances. In G.T. Abedand S. Gupta, eds., Governance, Corruption, and Economic Performance. Washington,DC: IMF, 197-222 Teguh, D. Brodjonegoro,B. PS. 2003 Dampak Desentralisasi Fiskal di Indonesia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Daerah: Analisa Model Ekonomi Makro Simultan. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol. 4,No. 1 Juli Todaro, MP. 2000. Economic Development. Seventh Edition. Addition Wesley. New York. Todaro, Michael P. 2006. Pemabangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi 9. Jakarta :Erlanga. Alih Bahasa Haris Munandar. Widodo, Ari. 2010. Analisis Pengaruh Sektor Publik diKabupaten/Kota Pada Provinsi JawaTengah Terhadap PengentasanKemiskinan Melalui PeningkatanPembangunan Manusia Wijaya, 2000. Analysing The Impact of Fiscal Decentralization on Health Outcomes: Empirical Evidence From Spain. Wong, Yinpet. 2004. Does Decentralization Serve the Poor. in Ehtisham Ahmad and vito Tanzi (eds.), Managing Fiscal Decentralization, London and New York: Routledge. Wahab, Abdul. 2009. Dampak Peningkatan Kualitas Jalan Lingkar Barat Enrekang Terhadap Pengembangan Kawasan Pertanian. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. World Bank. 2004. World Development Report: Infrastructure for Development. Oxford University Press, New York. Yanuar, R. 2002. Kaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output Serta Dampaknya Terhadap Kesenjangan di Indonesia.Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Todaro, M.P and S.C. Smith. 2003. Economic Development. Pearson Education Limited, United Kingdom. Garmendia Briceno, Cecilia, Estache, Antonio and Shafik, Nemat. Infrastructure Services in Developing Countries: Access, Quality, Costs, and Policy Reform (December 2004). World Bank Policy Research Paper No. 3468. http://ssrn.com/abstract=643265 diakses pada 22 November 2009 Permana,Chandra Darma. 2009. Analisis Peranan dan Dampak Investasi Infratsruktur terhadap Perekonomian Indonesia. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream /123456789/11590/2/H09cdp.pdf diakses pada 27 Juni 2010 .Sibarani, M.H.M. 2002. Kontribusi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta. Schultz, Theodore, W (1986), Investment in Human Capital, The American Economics Review, No. 51, March 1986. Yanuar, R. 2006. Kaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output serta Dampaknya terhadap Kesenjangan di Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor.