determinansi anggaran pendidian, kesehatan dan infrastruktur jalan

advertisement
DETERMINANSI ANGGARAN PENDIDIAN, KESEHATAN DAN
INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN
HALMAHERA BARAT
PUBLIKASI ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Derajat Magister (S2)
OLEH
ABJAN
NPM : 080414001
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI
BIDANG KAJIAN UTAMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2016
i
PUBLIKASI ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Derajat Magister (S2)
ABJAN
Fakultas Ekonomi Universitas Khairun
Dr. Amran Husen, SE., ME
Dr. Nahu Daud, SE., M.Si
Fakultas Ekonomi Universitas Khairun
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
BIDANG KAJIAN UTAMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DETERMINANSI ANGGARAN PENDIDIAN, KESEHATAN DAN
INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN
HALMAHERA BARAT
ii
DETERMINANSI ANGGARAN PENDIDIAN, KESEHATAN DAN
INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN
HALMAHERA BARAT
NURFITRIYANTI Y
Fakultas Ekonomi Universitas Khairun
Dr. Amran Husen, SE., ME
Dr. Nahu Daud, SE., M.Si
Dr. Drs. Rivai Umar, M.Si
Dr. Abdul Wahab Hasyim, SE.,M.Si
Dr. Muamul Sun’an, SE., M.P., M.Ap
Fakultas Ekonomi Universitas Khairun
iii
ABSTRAK
Abjan, 2016. Determinansi Anggaran Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Jalan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat diKabupaten
Halmahera Barat. Ketua Komisi Pembimbing Amran Husen, Anggota Nahu Daud.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruhanggaran pendidikan terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat; Untuk menganalisis pengaruh
anggaran kesehatan terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat;
Untuk menganalisis pengaruh anggaran infrastruktur jalan terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat; dan Untuk menganalisis pengaruh tidak
langsung anggaran pendidikan,kesehatan dan infrastruktur jalan terhadap Kesejahteraan
Masyarakat, melaui pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat. Penelitian ini
menggunakan data sekunder.
Metode analisi yang digunakan adalah analisis path analysis (analisis jalur atau lintasan).
Tujuan path analysis, menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat
variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya, merupakan variabel akibat.
Variabel yang digunakan diantaranya (X1) anggaran sektor pendidikan; (X2) anggaran
sektor kesehatan; (X3) anggaran sektor infrastruktur jalan; (Y1) pertumbuhan ekonomi dan;
(Y2) kesejahteraan masyarakat (IMP).
Hasil Penelitian menunjukan bahwa model 1, Pengaruh tidak langsung anggaran
pendidikan (X1) terhadap (Y2) IPM melalui (Y1) pertumbuhan ekonomi, menunjukkan
pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,647%. Pengaruh
langsung anggaran pendidikan (X1) terhadap IPM (Y2) sebsar 0,498%. Artinya ketika
pemerintah Kabupaten Halmahera Barat meningkatkan anggaran pendidikan sebesar 1%,
akan berdampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat (IPM) sebesar 4,98%. Model
2, Pengaruh tidak langsung anggaran kesehatan (X2) terhadap (Y2) IPM melalui (Y1)
pertumbuhan ekonomi, menunjukkan pengaruh positif yang ditunjukkan dengan nilai
regresin varible 0,284%. Pengaruh langsung (X2) terhadap (Y2) sebsar 0,186%. Model 3,
Pengaruh tidak langsung (X3) terhadap (Y2) melalui (Y1), menunjukkan pengaruh positif
yang ditunjukkan dengan nilai regresin varible 0,048%. Pengaruh langsung (X3) terhadap
(Y2) sebsar 0,252%. Artinya ketika pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menaikan
anggaran infrastruktur jalan sebesar 1%, akan dapat memberikan kontribusi terhadap
perbaikan kesejahteraan masyarakat (IPM) Kabupaten Halmahera Barat secara langsung
dan tidak langsung masing-masing sebesar 2,84%.dan 2,52%. Model 4, Pengaruh
langsung (Y1) terhadap (Y2),dengan nilai regresin varible 0,930%. Artinya ketika
pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 1%, akan dapat meningkatkan IPM di
Kabupaten Halamhera Barat sebesar 9,30%.
Kata Kunci: Anggaran Pendidikan,Kesehatan, Infrastruktur Jalan, Pertumbuhan Ekonomi
dan IPM.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan merupakan dasar untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu indikator untuk melihat
pembangunan
adalah
pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang
positif menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas
perekonomian,
sebaliknya
pertumbuhan ekonomi yang negatif
menunjukkan adanya penurunan dalam
aktivitas perekonomian. Pembangunan
merupakan salah satu fungsi utama yang
harus dijalankan oleh pemerintah sebagai
salah
satu
pengambil
kebijakan.
Berdasarkan
konsep
pembangunan,
terkandung makna-makna alokasi sumbersumber daya, regulasi dan pemberdayaan
masyarakat.
Pembangunan
sebagai
metode alokasi sumber-sumber daya
(resources) yang dimiliki publik, seperti
sumber daya alam, sumber daya energi,
sumber dana dan sumber daya manusia.
Dalam perspektif ini, pembangunan
seyogianya dapat memperluas akses publik
untuk memperoleh sumber-sumber daya
yang
diperlukan
guna
mencapai
kesejahteraan masyarakat, mempermudah
akses publik untuk memperoleh dan
menikmati berbagai fasilitas pelayanan
dasar (pendidikan, kesehatan, air bersih,
listrik, keamanan, dan lain-lain), serta
menjamin ketersediaan infrastruktur dan
kontinuitas sumber-sumber daya tersebut
bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Pembangunan juga seyogianya dapat
menurunkan
tingkat
pengangguran
sehingga dapat mengurangi jumlah
kemiskinan yang semakin lama semakin
meningkat.
Aspek pendanaan setelah otonomi dan
desentralisasi,
Kabupaten Halmahera
Barat mendapatkan alokasi anggaran yang
terus meningkat selama empat (4) tahun
terakhir. Dana Pembangunan 2012 tercatat
Rp. 349,254 milyar, meningkat menjadi Rp.
415,264 milyar. Dana Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak tahun 2012 sebesar Rp.
45,309
milyar,
sedikit
mengalami
penurunan di tahun 2015 sebesar Rp.40, 00
milyar. Dana Alokasi Umum tahun 2012
sebesar Rp. 216.055 milyar, meningkat
menjadi Rp.325,328 milyartahun 2015.
Dana Alokasi Khusus tahun 2012 sebesar
Rp.87,890 milyat, menurun di tahun 2015
sebesar Rp. 49,836 milyar.
Besaran anggaran yang dialokasikan setiap
tahun, mencerminkan adanya upaya
maksimal
dari
pemerintah
daerah
Halmahera Barat dalam pembangunan.
Sebagai wilayah dengan karakteristik
kepulauan, pembangunan
infastruktur
ekonomi menjadi salah satu prioritas utama
pemerintah Kabupaten Halmahera Barat
saat ini. Infrastruktur pembangunan dapat
dibedakan menjadi: (1) infrastruktur
ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang
digunakan dalam proses produksi maupun
yang dimanfaatkan oleh masyarakat,
meliputi semua prasarana umum seperti
tenaga
listrik,
telekomunikasi,
perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitari
serta pembuangan limbah (2) infrastruktur
sosial yaitu prasarana sosial seperti
kesehatan dan pendidikan.
Infrastruktur merupakan roda penggerak
pertumbuhan ekonomi. Ketidak cukupan
infrastruktur merupakan salah satu kunci
terjadinya hambatan bagi pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat (Ndulu, et. al.,
2005). Penelitian Ramírez dan Esfahani
(1999) membuktikan bahwa infrastruktur
mempunyai
dampak
kuat
terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil studi ini
mendukung apa yang ditemukan oleh
Aschauer (1989) bahwa infrastruktur secara
statistik signifikan mempengaruhi output.
Bastian 2010 dalam penelitiannya di
Indonesia membuktikan bahwa dalam
jangka
pendekvariabel
pengeluaran
pemerintah atas transportasi berpengaruh
positifsecara
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Hasil kajian yang dilakukan Friawan
(2008) menjelaskan setidaknya ada tiga
alasan
utama
mengapa infrastruktur
penting dalam sebuah integrasi ekonomi.
Pertama, ketersediaan infrastruktur yang
baik merupakan mesin utama pemacu
pertumbuhanekonomi, misalnya studi The
World bank (2004) menyatakan bahwa
tingkatpertumbuhan ekonomi yang rendah
dalam beberapa tahun terakhir pasca
krisisekonomi
1998
salah
satunya
dipengaruhi rendahnya tingkat investasi.
Kurangnya
ketersediaan
infrastruktur
merupakan
salah
satu
hambatan
utamadalam perbaikan iklim investasi di
Indonesia. Kedua, untuk memperoleh
manfaat yang penuh dari integrasi,
ketersediaan jaringan infrastruktur sangat
penting dalam memperlancar aktifitas
perdagangan dan investasi. Penurunan
tarif akibat integrasi ekonomi tidak dapat
menjamin bahwa akan meningkatkan
aktivitas perdagangan dan investasi tanpa
adanya dukungandari infrastruktur yang
memadai. Ketiga, perhatian terhadap
perbaikaninfrastruktur juga penting untuk
mengatasi kesenjangan pembangunan
ekonomi antar negara-negara di Asia dan
juga mempercepat integrasiperekonomian
Asia.
Dilihat dari alolasi pembiayaan publik dan
swasta, infrastruktur dipandang sebagai
lokomotif pembangunan nasional dan
daerah.
Secara
ekonomi
makro,
ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur
mempengaruhi marginal productivity of
private capital, sedangkan dalam konteks
ekonomi
mikro,
ketersediaan
jasa
pelayanan
infrastruktur
berpengaruh
terhadap pengurangan biaya produksi
(Jhingan,
2002).
Infrastruktur
juga
berpengaruh penting bagi peningkatan nilai
konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga
kerja dan akses kepada lapangan kerja,
serta peningkatan kemakmuran nyata dan
terwujudnya stabilitas makro ekonomi, yaitu
keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar
kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar
tenaga kerja.
Simon
Kuznet
menyatakan
bahwa
pembangunan infrastruktur merupakan
public service obligation, yaitu sesuatu yang
seharusnya menjadi kewajiban pemerintah
karena infrastruktur merupakan prasarana
publik paling primer dalam mendukung
kegiatan
ekonomi
suatu
negara.
Ketersediaan infrastruktur juga sangat
menentukan tingkat keefisienan dan
keefektifan
kegiatan
ekonomi
serta
merupakan prasyarat agar berputarnya
roda perekonomian berjalan dengan baik.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara
dipengaruhi
oleh
akumulasi
modal
(investasi pada tanah, peralatan, prasarana
dan sarana serta sumber daya manusia),
sumber daya alam, sumber daya manusia
(human resources) baik dalam kuantitas
maupun
dalam
tingkat
kualitas
penduduknya, kemajuan teknologi, akses
terhadap informasi, keinginan untuk
melakukan inovasi, dan mengembangkan
diri serta budaya kerja.
Salah satu hal yang menyebabkan
ketertinggalan
suatu
daerah
dalam
membangun
ekonominya
adalah
rendahnya daya tarik suatu daerah dan
sumber daya yang dikarenakan terbatasnya
sarana dan prasarana infrastruktur,
sehingga menyebabkan tingkat aktivitas
ekonomi yang rendah. Suatu daerah yang
tidak memiliki sumber daya, baik sumber
daya manusia maupun sumber daya alam
serta kurangnya insentif yang ditawarkan
(prasarana infrastruktur, perangkat keras
dan lunak, dan keamanan) dapat
menyebabkan suatu daerah tertinggal
dalam pembangunan.
Untuk mengejar ketertinggalan dari daerah
lainnya, terdapat beberapa alternatif
pengembangan suatu daerah. Alternatif
tersebut dapat berupa investasi langsung
yang diarahkan pada sektor produktif atau
investasi pada social-overhead seperti pada
pembangunan jalan, fasilitas kesehatan,
pendidikan dan prasarana infrastruktur
lainnya. Pengeluaran pemerintah untuk
infrastruktur harus diperhatikan, karena
infrastruktur
merupakan
basis
pembangunan.
Yudhoyono (2012) menjelskan sejumlah
prioritas nasional dan isu strategis terkait
tata kelola ekonomi adalah peningkatan
daya saing melalui perbaikan iklim
investasi;
percepatan
pembangunan
infrastruktur; peningkatan pembangunan
industri di berbagai koridor ekonomi; dan
penciptaan kesempatan kerja. Langkahlangkah terobosan pun telah dilakukan
dimana
salah
satunya
penyusunan
Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
2011-2025.
Hasil Studi Tata Kelola Ekonomi Daerah
(TKED) oleh KPPOD menunjukkan bahwa
infrastruktur menjadi kendala utama bagi
aktivitas usaha, dimana kecenderungannya
naik pada tahun 2010 dibandingkan 2007.
Sejumlah komitmen pemerintah untuk
memperbaiki kualitas infrastruktur tentunya
telah meningkatkan anggaran belanja
pemerintah. Studi KPPOD (2012) terhap
peningkatan belanja di sektor infrastruktur
telah
berpengaruh
positif
terhadap
peningkatan kualitas jalan.
Sejak dilaksanakan otonomi daerah di
Indonesia, investasi di sektor jalan
cenderung meningkat. Sektor infrastruktur
jalan juga merupakan salah satu sektor vital
dalam memacu pertumbuhan ekonomi,
pada dasarnya merupakan sektor antara,
menghubungkan berbagai macam aktivitas
ekonomi. Pembangunan prasarana jalan,
sebagai salah satu sub sektor infrastruktur,
memiliki fungsi aksesibilitas membuka
daerah
kurang
berkembang,
fungsi
mobilitas
memacu
daerah
telah
berkembang. Saat ini proses pembangunan
jalan di Indonesia sebagian besar masih
ditangani oleh pemerintah karena jalan
pada dasarnya merupakan barang publik.
Alokasi investasi dan efisiensi menjadi
faktor kunci dalam pembangunan sub
sektor ini. Tanpa diikuti kenaikan efisiensi,
alokasiinvestasi ke sub sektor prasarana
jalan tidak dapat menghasilkan manfaat
optimal.
Kinerja pembangunan ekonomi daerah
1999-2011 secara umum menunjukkan
peningkatan, tetapi masih menyisahkan
sejumlah
persoalan
diantaranya
kemiskinan,
rendahnya
kualitas
sumberdaya
manusia,
kesehatan
penduduk, infrastruktur jalan yang buruk.
Hasil penelitian Suryadarma, (2008) terkait
pengaruh investasi sektor pendidikan, dan
kesehatan,
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di Indonesia menunjukkan, saat
terjadi
peningkatan
pengeluaran
pemerintah sektor pendidikan 20 persen,
dapat meningkatkan PDB riil nasional
sebesar 2,19 persen.
Peningkatan
pengeluaran
pemerintah
sektor kesehatan 20 persen, dapat
meningkatkan PDB riil nasional sebesar
3,68 persen. Sumber Daya Manusia
sebagai salah satu faktor produksi, selain
sumber
daya
alam,
modal
dan
entrepreneurdalam menghasilkan output,
diyakini
merupakan
basis
dalam
meningkatkan produktivitas faktor produksi
secara total. Tanzi and Davoodi, (2000)
menjelaskan peran ilmu pengetahuan dan
investasi modal sumber daya manusia
dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan manusia menjadi salah satu
indikator bagi kemajuan suatu negara.
Aspek harapan hidup dan pendidikan
masyarakat, dilakukan untuk memperluas
peluang penduduk mencapai hidup layak,
peningkatan kapasitas dasar dan daya beli
melaui peningkatan pengetahuan serta
derajat kesehatan.
Gambar 1.1.
Kendala Utama Aktivitas Usaha di Indonesia
Sumber: KPPOD (2007 dan 2010)
Peningkatan alokasi pengeluaran
pemerintah di sektor pendidikan, dan
kesehatan
dapat
meningkatkan
produktivitas penduduk, pada gilirannya
meningkatkan pembangunan manusia, dan
pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengeluaran di sektor
publik, sangat bermanfaat meningkatkan
pembangunan manusia, dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara (Frye and
Zhuravskaya, 2000; Gyimah-Brempong and
Munoz, 2006; Brata, 2004). Peningkatan
pengeluaran pemerintah daerah saat ini
terkait
dengan
sektor
pendidikan,
maupunkesehatan, menunjukkan adanya
komitmen
pemerintah
meningkatkan
pelayanan publik.
Gambar 1.2
Realisasi Anggaran Infrastruktur Jalan, Pendidikan dan
Kesehatan di Kab. Halbar 2011-2015
18.860.203.650
8.223.684.710
5.663.686.920
2011
23.003.798.410
6.683.944.537
40.029.590.407
40.790.954.215
23.966.992.350
25.328.047.973
11.676.512.711
13.301.826.382
2013
2014
34.401.021.855
28.557.081.594
21.471.607.869
6.849.719.301
2012
Anggaran Pendidikan
Anggaran Kesehatan
2015
Anggaran Inf.Jalan
55,18
55,78
54,79
82,86
81,33
81,38
66,38
67,05
66,02
67,65
67,38
100
80
60
40
20
0
68,56
Sumber : LKPJ 2011-2015
Fakta tercermin padai gambar 1.2 di
Pentingnya sektor infastruktur jalan,
atas menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan,
dan
kesehatan
dalam
pemerintah Kabupaten Halmahera Barat pembangunan daerah menjadikan ketiga
yang tidak konsisten terkait alokasi sektor
ini
mendaptkan
prioritas
anggaran APBD dalam mempercepat pembangunan oleh pemerintah baik di
pembangunan infrastruktur, khususnya tingkat
nasionalmaupun
di
daerah.
infrastruktur
jalan,
pendidikan
dan Kabupaten Halmahera Barat sebagai salah
infrastruktur kesehatan. Besaran alokasi satu kabupaten yang baru dimekarkan pada
anggaran yang cendrung menurun, tahun 2003, hingga saat ini terus
mempengaruhi kualitas dan kauntitas meningkatkan pembangunan di semua
pelayanan dasar di sektor pendidikan, sektor, termasuk sektor infrastruktur jalan,
kesehatan dan ekonomi, bagi masyaarakat pendidikan dan kesehatan sebagai salah
yang hingga saat ini belum memilik akses satu penopang pertumbuhan ekonomi
pendidikan,kesehatan dan jalan secaara daerah.
baik.
Kabupaten
Halmahera
Barang
Anggaran pendidikan 2011-2013 memiliki luas wilayah darat 2.416,56 Km2,
terus meningkat hingga mencapai angkat dan luas laut 11.823, 42 Km2dengan jumlah
Rp. 40.029.590.407, tetapi tahun 2014 penduduk 108.769 jiwa, termasuk daerah
mengalami penurunan cukup besar yang kemajuan pembangunannya tertinggal
Rp.25.328.047.973 atau menurun 36,72%. dibandingkat daerah lain diprovinsi Maluku
Tahun
2015
meningkat
sebesar Utara.
Totak
ukur
kesejahteraan
Rp.28.557.081.594
atau
meningkat masyarakat suatu daerah dapat dilihat
12,74%. Anggaran kesehatan realif lebih dengan menggunakan kriteria Indeks
stabil. Tahun 2011 anggaran di sektor Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
kesehatan
tercatat
sebesar Development Index (HDI). HDI adalah
Rp.5.663.686.920, hingga tahun 2015 naik indikator mengukur salah satu aspek
menjadi Rp.21.471.607.869, atau selama penting berkaitan dengan kualitas dari hasil2011-2015 meningkat rata-rata sebesar Rp. hasil pembangunan ekonomi, yakni derajat
2.939.878.920. Anggaran infrastruktur jalan perkembangan manusia. HDI diartikan
juga selama 2011-2015 berfluktuatif. Tahun kesejahteraan secara lebih luas, dari
2011 anggaran infrastruktur jalan sebesar sekedar Pendapatan Domestik Bruto
Rp.8.223.684.710, tahun 2012 mengalami (PDB). HDI memberikan suatu ukuran
penurunan sebesar Rp.6.849.719.301, dan gabungan
tiga
dimensi,
tentang
tahun 2013 meningkal menjadi Rp. pembangunan manusia yaitu; pertama,
23.966.992.350,
tahun
2014
juga kesehatan (diukur dari usia harapan hidup);
meningkat menjadi Rp.40.790.954.215, kedua, pendidikan (diukur dari tingkat
tetapi ditahun 2015 anggaran yang kemampuan baca tulis orang dewasa dan
dialokasikan
untuk
pembangunan tingkat pendaftaran di sekolah dasar,
ekfrastruktur jalan kembali mengalami lanjutan dan tinggi); ketiga, standar hidup
penurunan menjadi Rp.34.401.021.855 juta yang layak (diukur dari paritas daya beli).
rupiah.
Gambar 1.3
IPM, IHH, IP.IK Kabupaten Halmahera barat 2011-2013
2011
2012
2013
Juta Rupiah
Sumber : BPS Kab. Halbar Diolah
Ketiga unsur tersebut tidak berdiri pembangunan ekonomi dan tingkat
sendiri, melainkan saling mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Disatu sisi ada
satu dengan lainnya, selain dipengaruhi alokasi anggaran pembangunan di berbagai
faktor
kebijakan
pemerintah
terkait sektor yang terus meningkat, tetapi
investasi, kesempatan kerja, pertumbuhan besarnya anggaran tidak berimplikasi positif
ekonomi dan infrastruktur daerah. Konsep dengan kualitas hidup masyarakat, yang
HDI dikembangkan Perserikatan Bangsa- tercermin
dari
masih
rendahnya
Bangsa (PBB), menetakan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, dan
kinerja pembangunan manusia pada skala akhirnya berdampak pada rendahnya
0,0 -100,0 dengan katagori sebagai berikut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
(BPS): tinggi (HDI > 80,0); menengah atas Kabupaten Halmahera Barat.
(HDI antara 66,0 - 79,9); menengah bawah
Terciptanya kesejahteraan rakyat
(HDI antara 50,0 – 65,9); dan rendah (HDI merupakan salah satu tujuan utama
< 50,0). Dengan menggunakan standar ini pembangunan daerah. Sejahtera dapat
maka Kabupaten Halmahera Barat masuk diartikan sebagai keadaan sentosa dan
dalam katagori menengah atas karena makmur, yang dapat diwujudkan sebagai
hingga 2013 IMP-nya 68,56%.
keadaan yang berkecukupan atau tidak
Indeks Pembangunan Manusia kekurangan baik dari dimensi fisik,
(IPM) mencerminkan capaian kinerja materimaupun
rohani.
Terwujudnya
pelayanan publik sektor pendidikan, kesejahteran
bagi
seluruh
rakyat
kesehatan, dan ekonomi suatu wilayah. merupakan tugas utama yang diemban
Secara
kumulatif
IPM
Kabupaten oleh
pemerintahan.
Perwujudan
Halmahera BaratIPM terus mengalami kesejahteraan
tersebut
utamanya
peningkatan tiga (3) tahun terakhir, namun dilakukan melalui program pembangunan
IPM di Kabupaten Halmahera Barat masih yang terencana, terpadu dan memiliki
tetap berada di bawah IPM Provinsi Maluku perspektif jangka panjang. Program
Utara sesuai klasifikasi ditetapkan Bank pembangunan kemudian direfleksikan
Dunia.Kondisi yang juga sama terlihat pada dalam bentuk peningkatan pendapatan
masalah
ekonomi
daerah.
Tingkat masyarakat, penurunan tingkat kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi tiga (3) tahun penyediaan lapangan
pekerjaan
dan
terakhir mengalami penurunan.
pembangunan yang berkualitas. Dengan
Fakta ini menunjukkan ada masalah kata lain, mewujudkan kesejahteraan
yang dihadapi pemerintah Kabupaten adalah upaya untuk meningkatkan kualitas
Halmahera
Barat,
terkait
dengan hidup masyarakat.
Gambar 1.4.
Kondisi Perekonomian Daerah Kab. Halmahera Barat
Tahun 2011-2013
Sumber : BPS Kab. Halmahera Barat 2014
Pertumbuhan Ekonomi
5,64
5,62
5,60
5,58
5,56
5,54
5,52
5,62
5,6
5,49
Sumber : BPS Halbar 2014
Dengan menggunakan data PDRB
harga konstan, pendapatan perkapita
penduduk Kabupaten Halmahera Barat
hingga tahun 2013 baru sebesar Rp.
2.468.801 ribu rupiah. Salah satu tantangan
dihadapi pemerintah Kabupaten Halmahera
Barat saat ini adalah masih rendahnya
kesejahteraan masyarakat diukur dari
pendapatan
perkapita.
Ini
yangmelatarbelakangi
penelitian
ini
dilakukan dengan mengambil fokus kajian
anggaran sektor
infrastruktur jalan,
pendidikan,
dan kesehatan
dengan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Halmahera Barat tiga tahun terakhir (20112013) menunjukkan tren yang terus
menurun. Tahun 2011 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Halmahera Barat
tercatat sebesar 5,62%, turun menjadi 5,6%
tahun 2012, dan tahun 2013 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Halmahera Barat turun
menjadi 5,49%. Telaah teori dan hasil
penelitian telah membuktikan bahwa
pertumbuhan ekonomi selalu berkorelasi
positif dengan kesejahteraan masyarakat.
Artinya
ketika
terjadi
penurunan
pertumbuhan ekonomi, dapat dipastikan
menurunkan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi
memiliki
hubungan
yang
kuat
dengan
pengeluaran pemerintah, terutama jenis
pengeluaran
pemerintah
yang
menyangkut
pencapaiankesejahteraan
masyarakat. Pengeluaran tersebut adalah
pengeluaran atas pendidikan,kesehatan
dan infrastruktur. Ketiga sektor tersebut
merupakan sektor yang sangatpenting
bagi proses pembangunan. Pengaruh
pengeluaran pemerintah ataspendidikan,
kesehatan dan infrastruktur terhadap
pertumbuhan
ekonomi
tidak
dapatlangsung dirasakan dalam jangka
pendek melainkan baru akan terasa
dalam
jangkapanjang.
Penelitianpenelitian terdahulu telah menghasilkan
berbagai kesimpulan yangberbeda atas
hubungan pengeluaran pemerintah dalam
pendidikan, kesehatan daninfrastruktur
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Hubungan
pengeluaran
pemerintahdengan pertumbuhan ekonomi
tidak ada yang konsisten, bisa positif
atau negatif.Hasil dan bukti berbeda
pada negara maupun daerah. Sifat dari
dampak
pengeluaranpemerintah akan
tergantung dengan kondisi negara atau
daerah. Kondisi Kabupaten Halmahera
Barat sebagai daerah yang sedang
berkembang tentunya akan berbeda
dengan daerah yang telah maju. Atas
pertimbangan diatas maka penelitian ini
dilakukan dengan mengabil judul :
Determinansi
Anggran
Pendidikan,
Kesehatan
dan
Infrastruktur
Jalan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesejahteraan Masyarakat diKabupaten
Halmahera Barat.
Masalah Pokok
Fokus penelitian ini terkait masalah
kesejahteraan yang menjadi fenomena
umum saat ini. Kesejahteraan memiliki
korelasi dengan pengeluaran pemerintah di
sektor
pendidikan,
kesehatan,
dan
infrastruktur jalan. Atas dasar pertimbangan
pemikiran di atas, permasalahan penelitian
dapat disusun sebagai berikut:
1. Bagaimanapengaruhlangsung
anggaran pendidikan, kesehatan
dan infrastruktur jalanterhadap
kesejahteraan
masyarakat
di
Kabupaten Halmahera Barat?
2. Bagimana pengaruhtidak langsung
anggaran pendidikan, kesehatan
dan infrastruktur jalan terhadap
kesejahteraan masyarakat melalui
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Halmahera Barat?
3. Bagaimana pengaruhpertumbuhan
ekonomi terhadap kesejahteraan
masyarakat
di
Kabupaten
Halmahera Barat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas,
tujuan penelitian ini disusun sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh langsung
anggaran pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur
jalan
terhadap
kesejahteraan
masyarakat
di
Kabupaten Halmahera Barat.
2. Untuk menganalisis pengaruh tidak
langsung
anggaran
pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur jalan
terhadap kesejahteraan masyarakat
melalui pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Halmahera Barat.
3. Untuk
menganalisis
pengaruh
pertumbuhan
ekonomi
terhadap
kesejahteraan
masyarakat
di
Kabupaten Halmahera Barat
.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi
khasanah keilmuan yang dapat bermanfaat
sesuai dari tujuan yang telah ditetapkan,
selain dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan teoritis maupun kepentingan
praktis,diantaranya :
1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pemerintah dan pihak terkait
lainnya sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan berbagai kebijakan.
2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswalain sebagai bahan
pelengkap penelitian yang masih
relevan dengan permasalahan ini.
3. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi saya pada khususnya dan
mahasiswa
pada umumnya dalam
memahami permasalahan mengenai
infrastruktur, pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Pada
dasarnya
infrastruktur
pembangunan dapat dibedakan menjadi:
(1) infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur
fisik baik yang digunakan dalam proses
produksi maupun yang dimanfaatkan oleh
masyarakat, meliputi semua prasarana
umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi,
perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitari
serta pembuangan limbah (2) infrastruktur
sosial yaitu prasarana sosial seperti
kesehatan dan pendidikan.
Infrastruktur
merupakan
roda
penggerak
pertumbuhan
ekonomi.
Ketidakcukupan infrastruktur merupakan
salah satu kunci terjadinya hambatan bagi
pertumbuhan
ekonomi
yang
lebih
cepat.Penelitian Ramírez dan Esfahani
(1999) membuktikan bahwa infrastruktur
mempunyai
dampak
kuat
terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil studi ini
mendukung apa yang ditemukan oleh
Aschauer (1989) bahwa infrastruktur secara
statistik signifikan mempengaruhi output.
Dilihat dari alolasi pembiayaan
publik dan swasta, infrastruktur dipandang
sebagai lokomotif pembangunan nasional
dan daerah. Secara ekonomi makro,
ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur
mempengaruhi marginal productivity of
private capital, sedangkan dalam konteks
ekonomi
mikro,
ketersediaan
jasa
pelayanan
infrastruktur
berpengaruh
terhadap pengurangan biaya produksi (Gie,
2002).
Infrastruktur
juga
berpengaruh
penting bagi peningkatan nilai konsumsi,
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan
akses kepada lapangan kerja, serta
peningkatan kemakmuran nyata dan
terwujudnya stabilitas makro ekonomi, yaitu
keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar
kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar
tenaga kerja. Esfahani dan Ramirez (2002)
menganalisis hubungan antara institusi,
infrastruktur dan kinerja ekonomi dengan
menggunakan data dari 75 negara. Hasil
estimasi Two Stage Least Square (2SLS)
menunjukkan
bahwa
negara
akan
mendapatkan benefit yang sangat besar
dalam hal output, jika pemerintah fokus
pada
peningkatan
investasi
dan
performance dari infrastruktur.
Berdasarkan
latar
belakang
keadaan demografis, geografis, dan
kemajuan ekonomi yang tidak sama, maka
salah satu konsekuensi logis adalah
terjadinya perbedaan kinerja pembangunan
antar daerah, yang selanjutnya akan
menyebabkan
kesenjangan
dalam
kemajuan dan tingkat kesejahteraan antar
daerah.Hasil
penelitian
World
Competitiveness Report, pada tahun 2008
peringkat daya saing infrastruktur Indonesia
terus mengalami penurunan dibandingkan
negara lain, padahal menurut World
Economic Forum pada tahun 1996,
peringkat daya saing infrastruktur Indonesia
berada di atas negara Cina, Thailand,
Taiwan, dan Srilanka. Hal ini menunjukkan
bahwa pembangunan infrastruktur di
Indonesia saat ini mengalami kemunduran.
Kemunduran ini akan berdampak buruk
terhadap
kesejahteraan
masyarakat
Indonesia, seperti halnya penelitian Lopez
(2003) dari hasil penelitian menemukan
bahwa di negara-negara Amerika Latin
kemunduran investasi infrastruktur publik
akan menyebabkan perekonomian stagnan,
ketimpangan
sosial
dan
kerusakan
lingkungan.
Penelitian
Makin
(2011)
penelitiannya terkait Pengaruh Kondisi
Infrastruktur
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Barat dengan tujuan untuk
mengetahui
(1)
bagaimana
kondisi
infrastruktur
ekonomi
dan
sosial
(infrastruktur jalan, kesehatan, pendidikan
dan listrik) di Jawa Barat (2) sejauh mana
pengaruh infrastruktur jalan, infrastruktur
pendidikan,
infrastruktrur
kesehatan,
infrastruktur listrik, tenaga kerja dan
pengeluaran
pembangunan
terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.
Teknik analisis yang digunakan analisis
kuantitatif deskriptif maupun kuantitatif
induktif. Pendekatan tabel, rasio atau
persentase, sedangkan untuk menguji
faktor-faktor infrastruktur mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi digunakan teknis
analisis regresi dengan data panel (panel
data regression model) dengan.
Dari hasil estimasi model, faktor–
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi kabupaten dan kota di Jawa Barat
dapat
disimpulkan
bahwa
bahwa
infrastruktur listrik, tenaga kerja, dan
pengeluaran pembangunan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Kondisi
ini
menunjukkan bahwa apabila infrastruktur
listrik, jumlah tenaga kerja dan pengeluaran
pembangunan
meningkat,
maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat
begitu juga sebaliknya. Untuk infrastruktur
pendekatan
fixed
effectjalan
dan
infrastruktur pendidikan memiliki hubungan
yang positif namun tidak signifikan.
Sedangkan infrastruktur kesehatan memiliki
hubungan yang negatif dan tidak signifikan.
Hasim (2013)
penelitiannya
tentang Keterkaitan Transportasi Darat
dengan Pertumbuhan
Ekonomi
di
Kabupaten Merauke Period 2002-2011.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
hubungan
antara
perkembangan
sarana dan prasarana
transportasi darat dalam hal ini panjang
jalan dan jumlah kendaraan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pengaruh
pengeluaran
pemerintah
dalam
hal
belanja modal pembangunan infrastruktur
jalan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Merauke. Model analisis yang
digunakan
adalah
analisis
kualitatif
(deskriptif) dan metode analisis regresi
sederhana.Hasil
analisis
desriptif
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang erat antara perkembangan sarana dan
prasarana transportasi darat dalam hal ini
panjang jalan dan jumlah kendaraan
dengan pertumbuhan ekonomi dan hasil
regresi sederhana menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara pengeluaran pemerintah
dalam hal belanja modal pembangunan
infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Merauke.
Hasil penelitian Napitupulu dkk
(2011) tetang dampak infrastruktur jalan
terhadap perekonomian pulau Jawa-Bali
dan Sumatra. Tujuannya untuk menganalisi
dampak pertumbuhan ekonomi dari
investasi jalan dan jembatan, dengan
menggunakan model analisis Inter-regional
Social Ecconting Matrix, menunjukan hasil
bahwa dibutuhkan alokasi anggaran yang
tepat untuk sektor jalan dan jembatan JawaBali dan Sumatra sehingga dapat
mengurangi kesenjangan dan mendukung
pemerataan. Agar sektor jalan dan
jembatan di Sumatra dapat mendung
pertumbuhan ekonomi secara signifikan
maka, dan mengejar ketertinggalan
pembangunan
Jawa-Bali
maka
keberpihakan investasi jalan dan jembatan
mutlak dilakukan pemerintah daerah.
Pembangunan jalan dan jembatan di
Indonesia
berpotensi
memperccepat
perubahan wilayah berbasis pertanian
menuju industrialisas.
Yang
membedakan
penelitian
sebelumnya dengan yang saya lakukan
saat ini adalah pada metode analisi.
Penelitian sebelumnya secara umum
menggunakan
analisis
panel
data
regression model dan regresi sederhana.
Penelitian saat ini saya mencoba
menggunakan regresi berganda dengan uji
t dan uji F.
Landasan Teoritis
Pengertian Infrastruktur
Infrastruktur
merupakan
roda
penggerak
pertumbuhan
ekonomi.
Ketidakcukupan infrastruktur merupakan
salah satu kunci terjadinya hambatan bagi
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Simon
Kuznet
menyatakan
bahwa
pembangunan infrastruktur merupakan
public service obligation, yaitu sesuatu yang
seharusnya menjadi kewajiban pemerintah
karena infrastruktur merupakan prasarana
publik paling primer dalam mendukung
kegiatan
ekonomi
suatu
negara.
Ketersediaan infrastruktur juga sangat
menentukan tingkat keefisienan dan
keefektifan
kegiatan
ekonomi
serta
merupakan prasyarat agar berputarnya
roda perekonomian berjalan dengan baik.
Friawan
(2008)
menjelaskan
setidaknya ada tiga alasan utama mengapa
infrastruktur penting dalam sebuah integrasi
ekonomi. Pertama, ketersedian infrastruktur
secara baik, merupakan mesin utama
pemacu pertumbuhan ekonomi. Studi The
World bank (2004) menyatakan, tingkat
pertumbuhan ekonomi
rendah dalam
beberapa tahun terakhir paska krisis
ekonomi 1998, salah satunya penyebabnya
karena rendahnya tingkat investasi. Kedua,
untuk memperoleh manfaat dari integrasi,
ketersediaan jaringan infrastruktur sangat
penting dalam memperlancar aktifitas
perdagangan dan investasi. Penurunan tarif
akibat integrasi ekonomi tidak dapat
menjamin akan meningkatkan aktivitas
perdagangan dan investasi tanpa adanya
dukungan infrastruktur secara memadai.
Ketiga, perhatian terhadap perbaikan
infrastruktur juga penting untuk mengatasi
kesenjangan pembangunan ekonomi antar
negara-negara di Asia.
Permasalahan
infrastruktur
di
Indonesia diakibatkan oleh masalah
sektoral dan lintas sektoral. Dibutuhkan
kebijakan-kebijakan terintegrasi sektorsektor terkait. Sisi pembiayaan misalnya,
pemerintah
diharapkan
membuat
mekanisme penentuan resiko investasi dan
mengembangkan metodologi yang tepat
dan mudah diterapkan. Di saat bersamaan,
mengingat mobilisasi investasi dari sektor
swasta membutuhkan waktu, pemerintah
diharapkan tetap memberikan perhatian
pada peningkatan investasi publik sehingga
kebutuhan infrastruktur dapat terpenuhi,
salah
satunya
melalui
peningkatan
pengeluaran pemerintah atas infrastruktur.
Namun jika pengeluaran pemerintah saja
tidak cukup diperlukan peran pihak swasta.
Peran pemerintah meningkatkan perhatian
pihak
swasta,
dengan
bantuan
pembebasan lahan, subsidi operasional
dan modal, jaminan resiko usaha.
Peningkatan pengeluaran pemerintah atas
infrastruktur juga harus diikuti dengan
efektifitas dan efisiensi pada setiap
pengeluaran.
Konsep Belanja Publik
Pengeluaran
pemerintah
merupakan seperangkat produk yang
dihasilkan, memuat pilihan atau keputusan
pemerintah menyediakan barang-barang
publik dan pelayanan kepada masyarakat.
Total pengeluaran pemerintah menjadi
keseluruhan dari keputusan anggaran
masing-masing tingkatan pemerintahan
(Susetyo,
2001).
Menurut
Susetyo,
argumentasi kebijakan publik pengeluaran
pemerintah didasarkan situasi pasar tidak
bisa
berperan sendiri
mengaktifkan
mobilisasi aktivitas ekonomi secara
efisiensi. Adanya pengeluaran publik
disebabkan
kegagalan pasar. Sukirno
(2000) menjelaskan kegagalan pasar
karena: (1) Tidak semua barang dan jasa
diperdagangkan, (2) Barang-barang yang
menyebabkan eksternalitas dalam produksi
maupun konsumsi, (3) Beberapa barang
mempunyai karakteristik increasing returns
to scale, (4) Informasi asimetri antara
produsen dan konsumen di bidang jasa
seperti asuransi sosial dapat memberi
peningkatan moral hazard, dan pemilihan
kurang baik, karena itu intervensi negara
diperlukan agar menjamin pendistribusian
kembal pendapatan.
Sukirno (2000) yakin suatu tindakan
pemerintah
mengatur
jalannya
perekonomian,
caranya
menentukan
besarnya penerimaan dan pengeluaran
pemerintah tiap tahunnya, tercermin dalam
dokumenAPBN dan APBD.
Uapaya
dilakukan pemerintah dapat mempengaruhi
tingkat PDB nyata dengan mengubah
persediaan berbagai faktor, yang dapat
dipakai dalam produksi melalui programprogram pengeluaran pemerintah seperti
pendidikan. Landau (2009) membuktikan
bahwa pengeluaran pemerintah di bidang
militer dan pendidikan berkorelasi negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara
untuk pendidikan sendiri berkorelasi kuat
dan investasi pemerintah berkorelasi positif
tetapi tidak
signifikan.
Lin (2005)
mengatakan pengeluaran pemerintah akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDB)
dengan laju yang semakin mengecil. Lin
juga menyatakan Hukum Wagner hanya
berlaku untuk negara maju.
Belanja publik adalah bagian dari
kebijakan fiska (Sukirno, 2000) yaitu suatu
tindakan pemerintah, mengatur jalannya
perekonomian dengan cara menentukan
besarnya penerimaan dan pengeluaran
pemerintah setiap tahun, tercermin dalam
dokumen APBN dan APBD. Tujuannya
dalam rangka menstabilkan harga, tingkat
outpu, kesempatan kerja dan mendorong
pertumbuhan
ekonomi.
Lin
(2005)
mengisaratkan belanja publik memiliki satu
masalah
paling
mendasar,
yakni
keterbatasan sumberdaya, menyebabkan
proses
pembuatan
keputusan
pengalokasian menjadi sangat dinamis,
terlebih lagi dalam kondisi terdapat banyak
pihak
mempunyai
kepentingan
dan
preferensi berbeda.
Anggaran belanja daerah akan tidak
logis,
jika proporsi anggarannya lebih
banyak belanja rutin (Abimanyu, 2005).
Kemampuan daerah dalam memberikan
pelayanan kepada stakeholders-nya sangat
bergantung pendanaanya. Pollit (1988)
mengungkapkan bahwa otoritas diperlukan
agar pemerintah daerah mampu melakukan
manajemen pengeluaran publik secara
tepat. Premchand (1999), terdapat lima
peran harus dijalankan oleh pemerintah
dalam
mengelola
urusan
dan
kewenangannya, yakni sebagai penyedia
pelayanan
publik,
sebagai
pembeli
pelayanan, sebagai badan penyadang
dana, sebagai koordinator penyediaan
pelayanan publik, dan sebagai regulator.
Belanja publik
dilakukan oleh
pemerintah
daerah
diantaranya
pembangunan dan perbaikan sektor
pendidikan, kesehatan, infrastruktur jalan,
masyarakat dapat menikmati manfaat dari
pembangunan daerah. Wong (2004)
menunjukkan pembangunan infrastruktur
mempunyai dampak nyata terhadap
kenaikan pajak daerah. Tingginya investasi
mampu memperbaiki kualitas layanan
publik dan pada gilirannya mampu
meningkatkan tingkat partisipasi publik
terhadap
pembangunan
(Mardiasmo,
2002). Brata (2004) menyatakan, terdapat
tiga
jenis
belanja
publik
daerah
berpengaruh positif secara signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Ketiga komponen tersebut adalah belanja
publik untuk infrastruktur, pendidikan dan
kesehatan. Pertumbuhan ekonomi suatu
daerah
menurut
Nafziger,
(2007)
dipengaruhi oleh penduduk (tenaga kerja),
tingkat pendidikan, pembentukan modal
(investasi dan perkembangan teknologi),
kewirausahaan (inovasi) dan sumberdaya
alam.
Pengeluaran
pemerintah
mencerminkan
kebijakan
pemerintah.
Apabila pemerintah telah menetapkan
suatu kebijakan membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan
biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah
melaksanakan
kebijakan
tersebut, (Teguh dan Brodjonegoro, 2003)
pengeluaran pemerintah mempunyai dasar
teori,
dapat
dilihat
dari
identitas
keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y
= C + I + G + (X - M) merupakan sumber
legitimasi pandangan kaum Keynesian,
akan relevansi campur tangan pemerintah
dalam
perekonomian.
Pengeluaran
pemerintah dalam arti riil dapat dipakai
sebagai indikator besarnya kegiatan
pemerintah dibiayai oleh pengeluaran
pemerintah. Semakin besar dan banyak
kegiatan pemerintah semakin besar pula
pengeluaran pemerintah bersangkutan.
(Suparmoko, 2002). Menurut Wijaya (2000),
pengeluaran pemerintah mempunyai efek
pengganda (multiplier effect) secara
berganda sepanjang perekonomian belum
mencapai tingkat kesempatan kerja penuh
(full employment), karena ia menaikkan
permintaan agregatif didasarkan pada
anggapan,
pengeluaran
pemerintah
tidaklah pada proyek-proyek yang dapat
menghalangi atau menggantikan investasi
sektor swasta. Pengeluaran pemerintah
mempunyai hubungan signifikan terhadap
perekonomian, khususnya sektor riil.
Signifikansi
tersebut
tercermin
dari
kontribusinya pada produk domestik bruto.
Kebijakan fiskal suatu negara merupakan
instrumen pelaksanakan fungsi stabilitasi,
distribusi, dan alokasi.
Pengeluaran
atau
belanja
pemerintah
daerah
provinsi
dan
kabupaten/kota
untuk
keperluan
pelaksanaan pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan masyarakat yang dibiayai
melalui APBD. Pengeluaran daerah adalah
semua pengeluaran Kas Daerah dalam
periode tahun anggaran bersangkutan
meliputi belanja rutin (operasional), belanja
pembangunan
(belanja
modal)
dan
pengeluaran tidak tersangka. Sesuai
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku, struktur belanja pemerintah daerah
terdiri atas:
a. Belanja Rutin/Operasional (Recurrent
Expenditure).
Pengeluaran
yang
manfaatnya hanya untuk satu tahun
anggaran, tidak menambah aset atau
kekayaan bagi daerah. Belanja rutin
ditujukan
terutama
membantu
menjalankan pemerintahan sehar-hari.
b. Belanja
investasi
pembangunan
(Invesment/Capital
Expediture).Pengeluaran
yang
manfaatnya cendrung melebihi satu
tahun, menambah aset atau kekayaan
daerah,
selanjutnya
menambah
anggaran rutin untuk biaya operasional
pemeliharaannya.
Belanja
investasi/pembangunan terdiri dari:
1. Belanja yang manfaatnya dapat
dinikmati secara langsung oleh
masyarakat.
Belanja
publik
merupakan belanja modal (capital
expenditure) berupa investasi fisik
(pembangunan
infrastruktur),
mempunyai nilai ekonomis lebih dari
sau tahun dan mengakibatkan
terjadinya
penambahan
aset
daerah.
2. Belanja aparatur,
manfaatnya
secara tidak langsung dinikmati oleh
masyarakat,
tetapi
dirasaan
langsung oleh aparatur. Belanja
aparatur menyebabkan terjadinya
penambahan aktiva tetap dan tidak
tetap lainnya.
3. Pengeluaran
transfer
adalah
pengalihan uang dari pemerintah
daerah dengan kriteria: (i) tidak
menerima secara langsung imbalan
barang dan jasa seperti layaknya
terjadi transaksi pembelian dan
penjualan; (ii) tidak diharapkan
membayar kembali dimasa yang
akan
datang,
seperti
suatu
pinjaman;
dan
(iii)
tidak
mengharapkan
adanya
hasil
pendapatan,
layaknya suatu
investasi. Pengeluaran transfer
diantaranya; angsuran pinjaman,
dana bantuan dan dana cadangan.
4. Pengeluaran
tidak
tersangka,
adalah pengeluaran disediakan
untuk peneluaran; (i) tagihan tahun
lalu yang belum diselesaikan, atau
tidak tersedia anggarannya ditahun
berjalan.
(ii)
pengambilan
penerimaan bukan hanknya, atau
kelebihan penerimaan.
Menurut Undang-Undang No. 32
Tahun2004 tentang Pemerintah Daerah,
otonomi daerah adalah hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom mengatur,
mengurus sendiri urusan pemerintahan,
dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai peraturan perundang-undangan.
Pemberian
otonomi
daerah
melalui
desentralisasi fiskal mempunyai tiga misi
utama, (Barzelay, 2008):
a. Menciptakan
efisiensi
dan
efektivitas pengelolaan sumber
daya daerah
b. Meningkatkan kualitas pelayanan
umum
dan
kesejahteraan
masyarakat.
c. Memberdayakan,
menciptakan
ruang bagi masyarakat untuk ikut
serta (berpartisipasi) dalam proses
pembangunan.
Menurut Oates (2009) desentralisasi
fiskalakan
mampu
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat, karena pemerintah daerah
lebih
efisien
dalam
produksi
dan
penyediaan
barang-barang
publik.
Desentralisasi fiskal memang tidak secara
jelas dinyatakan dalam UU Nomor 33 Tahun
2004.
Namun,
komponen
dana
perimbangan
merupakan
sumber
penerimaan daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi. Kebijakan fiskal, dana
perimbangan
merupakan
inti
dari
desentralisasi fiskal.
Pendidikan
Teori
pertumbuhan
ekonomi
berkembang saat ini, didasari kepada
kapasitas produksi tenaga manusia didalam
proses pembangunan atau disebut juga
investment in human capital. Peningkatan
kemampuan kualitas Sumbrdaya Manusia
(SDM) menjadi investasi penting di suatu
wilayah. Asumsi digunakan dalam teori
human capital adalah pendidikan formal
merupakan faktor dominan, menghasilkan
sumberdaya manusia berproduktivitas
tinggi. Teori human capital dapat
diaplikasikan, dengan syarat adanya
sumber teknologi tinggi secara efisien, dan
adanya sumberdaya manusia dapat
memanfaatkan teknologi. Teori ini percaya
bahwa investasi bidang pendidikan sebagai
investasi
meningkatkan
produktivitas
masyarakat, pemerintah harus membangun
sarana dan sistem pendidikan dengan lebih
baik.
Alokasi
anggaran
pendidikan
merupakan
wujud
nyata
investasi
meningkatkan produktivitas sumberdaya
manusia
di
daerah.
Pengeluaran
pembangunan diantaranya penyediaan
infrastruktur,
pendidikan
dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
bagi seluruh penduduk Indonesia secara
merata. Anggaran pendidikan sebesar 20
persen
merupakan
wujud
realisasi
pemerintah
meningkatkan pendidikan.
Menurut Estache, Antonio et. al (2007)
implikasi dari pembangunan pendidikan
adalah kehidupan manusia yang semakin
berkualitas.
Kaitannya
dengan
perekonomian secara umum, semakin
tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin
tinggi
tingkat
pertumbuhan
dan
kesejahteraan bangsa.
Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan
mendasar bagi setiap manusia, tanpa
kesehatan
masyarakat
tidak
dapat
menghasilkan suatu produktivitas bagi
negara. Kegiatan ekonomi suatu negara
akan berjalan jika ada jaminan kesehatan
bagi setiap penduduknya. Terkait dengan
teori human capita, bahwa modal manusia
berperan signifikan, bahkan lebih penting
daripada faktor teknologi dalam memacu
pertumbuhan ekonomi (Haryanto et.al.
2005). Negara sedang berkembang seperti
Indonesia sedang mengalami tahap
perkembangan
menengah,
dimana
pemerintah harus menyediakan lebih
banyak sarana publik seperti kesehatan,
untuk meningkatkan produktifitas ekonomi.
Haryanto et.al. (2005) menunjukkan
bahwa sektor kesehatan, tingkat persalinan
yang ditolong tenaga medis dan persentase
pengeluaran pemerintah untuk kesehatan
berpengaruh secara signifikan terhadap
kematian balita. Pengeluaran pemerintah
sektor kesehatan terbukti cukup besar
dampaknya terhadap peningkatan kinerja
sektor tersebut. Mengingat besarnya
pengaruh
pengeluaran
pemerintah
terhadap peningkatan kinerja kesehatan,
maka perlu adanya upaya secara bertahap
pemerintah meningkatkan pengeluaran
sektor kesehatan.
Infrastruktur
Friawan
(2008)
menjelaskan
setidaknya ada tiga alasan utama mengapa
infrastruktur penting dalam sebuah integrasi
ekonomi. Pertama, ketersedian infrastruktur
secara baik, merupakan mesin utama
pemacu pertumbuhan ekonomi. Studi The
World bank (2004) menyatakan, tingkat
pertumbuhan ekonomi
rendah dalam
beberapa tahun terakhir paska krisis
ekonomi 1998, salah satunya penyebabnya
karena rendahnya tingkat investasi. Kedua,
untuk memperoleh manfaat dari integrasi,
ketersediaan jaringan infrastruktur sangat
penting dalam memperlancar aktifitas
perdagangan dan investasi. Penurunan tarif
akibat integrasi ekonomi tidak dapat
menjamin akan meningkatkan aktivitas
perdagangan dan investasi tanpa adanya
dukungan infrastruktur secara memadai.
Ketiga, perhatian terhadap perbaikan
infrastruktur juga penting untuk mengatasi
kesenjangan pembangunan ekonomi antar
negara-negara di Asia.
Permasalahan
infrastruktur
di
Indonesia diakibatkan oleh masalah
sektoral dan lintas sektoral. Dibutuhkan
kebijakan-kebijakan terintegrasi sektorsektor terkait. Sisi pembiayaan misalnya,
pemerintah
diharapkan
membuat
mekanisme penentuan resiko investasi dan
mengembangkan metodologi yang tepat
dan mudah diterapkan. Di saat bersamaan,
mengingat mobilisasi investasi dari sektor
swasta membutuhkan waktu, pemerintah
diharapkan tetap memberikan perhatian
pada peningkatan investasi publik sehingga
kebutuhan infrastruktur dapat terpenuhi,
salah
satunya
melalui
peningkatan
pengeluaran pemerintah atas infrastruktur.
Namun jika pengeluaran pemerintah saja
tidak cukup diperlukan peran pihak swasta.
Peran pemerintah meningkatkan perhatian
pihak
swasta,
dengan
bantuan
pembebasan lahan, subsidi operasional
dan modal, jaminan resiko usaha.
Peningkatan pengeluaran pemerintah atas
infrastruktur juga harus diikuti dengan
efektifitas dan efisiensi pada setiap
pengeluaran.
Penjelasan di atas dapat difahami
bahwa diperlukan kemauan pemerintah
melaksanakan prioritas pengalokasian
anggaran
pada
sektor
pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur secara efisien.
Mekanismenya dengan melalui perubahan
komposisi pengeluaran rutin yang lebih
ditekan
sehemat
mungkin,
dan
memperbesar pengeluaran pembangunan
khususnya
pengeluaran
langsung
menambah manfaat sosial terutama
berkaitan dengan pembangunan manusia,
yakni sektor kesehatan pendidikan dan
infrastruktur jalan. Perlu keseimbangan
proporsi antara pengeluaran pembangunan
untuk bidang pendidikan kesehatan dengan
pengeluaran bidang-bidang lain seperti
infrastruktur ekonomi.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi
berarti
terjadinya peningkatan pendapatan yang
dapat didekati dengan dua pendekatan,
yaitu pendekatan wilayah berdasarkan
peningkatan PDB atau PDRB menurut
harga konstan, atau pendekatan rumah
tangga berdasarkan peningkatan rata-rata
pendapatan perkapita dalam
periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi adalah
salah satu indikator yang amat penting
dalam
melakukan
analisis
tentang
pembangunan ekonomi yang terjadi pada
suatu negara. Pertumbuhan ekonomi
menunjukkan sejauh mana aktivitas
perekonomian
akan
menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada
suatu periode tertentu. Karena pada
dasarnya aktivitas perekonomian adalah
suatu proses penggunaan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan output,
maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa
terhadap faktor produksi yang dimiliki
oleh
masyarakat.
Dengan
adanya
pertumbuhan ekonomi maka diharapkan
pendapatan masyarakat sebagai pemilik
faktor juga akan turut meningkat. Pere
konomian
dianggap
mengalami
pertumbuhan bila seluruh balas jasa rill
terhadap penggunaan faktor produksi
pada tahun tertentu lebih besar dari tahun
sebelumnya.
Dalam
kegiatan
ekonomi
sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti
perkembangan ekonomi fisik. Beberapa
perkembangan ekonomi fisik yang terjadi di
suatu
negara
adalah
pertambahan
produksi
barang
dan
jasa
dan
perkembangan infrastruktur Semua hal
tersebut
biasanya
diukur
dari
perkembangan pendapatan nasional riil
yang dicapai suatu negara dalam periode
tertentu. Menurut pandangan ekonom
klasik, Adam Smith, David Ricardo,
Thomas Robert Malthus dan John Staurt
Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert
Solow dan Trevor Swan, mengemukakan
bahwa pada dasarnya ada empat faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2)
jumlah stok barang modal, (3) luas tanah
dan kekayaan alam, dan (4) tingkat
teknologi
yang digunakan
(Sukirno,
1995:275).
Suatu perekonomian dikatakan
mengalami pertumbuhan atau berkembang
apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih
tinggi dari pada apa yang dicapai pada
masa
sebelumnya.
Artinya
perkembangan
baru
tercipta apabila
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
dalam perekonomian tersebut menjadi
bertambah besar pada tahun-tahun
berikutnya. Adapun teori pertumbuhan
ekonomi menurut teori Harrod–Domar yang
dikembangkan secara terpisah dalam
periode yang bersamaan oleh Domar dan
Harrod. Keduanya melihat pentingnya
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi,
sebab investasi akan meningkatkan stok
barang
modal,
yang memungkinkan
peningkatan
output.
Sumber
dana
domestik untuk keperluan investasi berasal
dari bagian produksi (pendapatan nasional)
yang ditabung. Menurut Boediono (1985:1)
pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang. Penekanannya pada proses,
karena proses mengandung
unsur
dinamis. Para teoritisi ilmu ekonomi
pembangunan masa kini, masih terus
menyempurnakan makna, hakikat dan
konsep pertumbuhan ekonomi.
Para teoritisi tersebut menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya
diukur dengan pertambahan PDB dan
PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang
bersifat inmaterial seperti kenikmatan,
kepuasan, dan kebahagiaan dengan rasa
aman
dan tentram yang dirasakan
masyarakat luas ( Arsyad, 1999: 141).Salah
satu kriteria keberhasilan pembangunan
suatu negara dapat dilihat dari besarnya
output yang dihasilkan oleh masyarakat
yang ada di negara tersebut dalam suatu
jangka waktu tertentu. Peningkatan output
ini diukur dalam bentuk besaran Produk
Domestik Bruto ( PDB ). Pendekatan yang
sama dapat pula
digunakan
untuk
mengukur keberhasilan pembangunan
daerah. Output yang digunakan sebagai
standar
adalah
Produk
Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) adalah jumlah nilai produksi
barang dan jasa yang dihasilkan disuatu
wilayah atau daerah dalam jangka waktu
tertentu biasanya satu tahun. Dalam
penyusunan PDRB diperlukan data dari
berbagai kegiatan ekonomi yang berasal
dari berbagai sumber. Kegiatan ekonomi
adalah kegiatan yang berkaitan dengan
produksi,
konsumsi,
distribusi dan
akumulasi kekayaan. Secara Populer ada
3 metoda pendekatan penghitungan PDRB
yaitu
pertama,
metoda
pendekatan
produksi; kedua metoda pendekatan
pengeluaran dan yang terakhir adalah
pendekatan pendapatan.
Ketiga metode penghitungan PDRB
selanjutnya dijelaskan berikut ini :
1. Menurut pendekatan produksi, PDRB
adalah jumlah nilai produk barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh
bebagai unit produksi didalam suatu
region dalam jangka waktu tertentu
(satu tahun). Unit-unit tersebut di
atas
dalam
penyajiannya
dikelompokkan menjadi 9 lapangan
usaha yaitu :
(1)
Pertanian,
Perkebunan, Peternakan, Kehutanan
dan Perikanan, (2) Pertambangan dan
Penggalian, (3) Industri Pengolahan,
(4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5)
Bangunan, (6) Perdagangan, Hotel
dan Restoran, (7) Pengangkutan dan
Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.
2. Menurut pendekatan pengeluaran,
PDRB adalah penjumlahan semua
komponen permintaan akhir, yaitu : (1)
pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga dan konsumsi lembaga swasta
yang tidak mencari untung, (2)
konsumsi
pemerintah,
(3)
pembentukan modal tetap domestik
bruto, (4)perubahan stock, (5) ekspor
netto disuatu daerah dalam jangka
waktu tertentu (satu tahun).Ekspor
netto merupakan ekspor dikurangi
impor. Ekspor dalam hal ini tidak
terbatas hanya keluar negeri, tetapi
termasuk juga yang hanya keluar
daerah/wilayah, baik lewat laut, udara
maupun lewat darat. Demikian juga
kebalikannya yaitu impor.
3. Menurut
pendekatan
pendapatan,
PDRB adalah jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi
yang ikut serta dalam proses produksi
disuatu daerah dalam jangka waktu
tertentu (satu tahun). Balas jasa
faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal
dan keuntngan, semuanya sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak
langsung lainnya. Dalam pengertian
PDRB, kecuali faktor pendapatan
diatas, termasuk
pula
komponen
penyusutan dan pajak tidak langsung
netto. Jumlah
semua
komponen
pendapatan per sektor ini disebut
sebagai nilai tambah bruto sektoral.
PDRB merupakan penjumlahan nilai
tambah
bruto dari seluruh sektor
(lapangan usaha).
Dari ketiga metoda pendekatan di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
jumlah pengeluaran untuk berbagai
kepentingan tadi harus sama dengan
jumlah produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dan harus sama dengan
jumlah pendapatan untuk faktor-faktor
produksinya. PDRB yang telah diuraikan
diatas disebut sebagai PDRB atas dasar
harga
pasar,
karena
mencakup
komponen pajak tidak langsung netto.
Teori Kesejahteraan
Tingginya Produk Domestik Bruto (PDB)
suatu negara belum tentu mencerminkan
meratanya
distribusi
pendapatan.
Kenyataan
menunjukkan
bahwa
pendapatan masyarakat tidak selalu
merata, bahkan kecendrungan yang terjadi
justru sebaliknya. Distribusi pendapatan
yang tidak merata akan mengakibatkan
terjadinya disparitas. Semakin besar
perbedaan
pembagian
“kue”
pembangunan, semakin besar pula
disparitas distribusi pendapatan yang
terjadi. Indonesia yang tergolong dalam
negara yang sedang berkembang tidak
terlepas dari permasalahan ini.
Kebijakan-kebijakan stabilisasi yang
diambil oleh presiden Soeharto dan tim
ekonominya dari tahun 1966 sampai tahun
1969 sangat sukses dalam upaya
menurunkan inflasi ke level digit satu, dan
memulihkan
perekonomian
menuju
pertumbuhan ekonomi yang terus menerus.
Namun
dampaknya
terhadap
ketimpangan pendapatan menimbulkan
banyak perdebatan. King dan Weldon
(1977)
dalam
Booth
(2000),
membandingkan data pendapatan rumah
tangga dan pengeluaran rumah tangga dari
beberapa sumber untuk pulau jawa pada
tahun 1963-1964 hingga tahun 1970.
Mereka menemukan fakta terdapatnya
ketidakmerataan pertumbuhan di daerah
perkotaan (terutama Jakarta) walaupun di
daerah pedesaan jauh lebih tidak mencolok.
Pada tahun 1964 -1965, ketika inflasi dan
dislocation ekonomi tinggi, menunjukan
bahwa inflasi dan stagnasi ekonomi
mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap
pekerja urban. terutama mereka yang
mempunyai pendapatan tetap, seperti
pegawai pemerintah. Di daerah pedesaan,
the better-off farmers yang mempunyai
surplus makanan untuk dijual meningkatkan
pendapatan relative mereka para pekerja
urban dan orang miskin pedesaan. Ini
menjelaskan, bahwa pada pertengahan
1960 ketimpangan antara pedesaan dan
perkotaan dalam hal pengeluaran konsumsi
rendah. Penemuan yang mengejutkan,
menunjukkan bahwa ketidakmerataan
sebenarnya lebih rendah di perkotaan dari
pada di daerah pedesaan (Sundrum 1973).
Tren ini berubah secara lambat ketika inflasi
turun
dan
pertumbuhan
ekonomi
meningkat.
Pada tahun 1969 – 1970, Gini
cooficient pengeluaran konsumsi per kapita
di pedesaan Indonesia 0,34, yang
mengindikasikan tingkat ketidakmerataan.
Hal ini sedikit lebih rendah di daerah
perkotaan, dimana berdasarkan survey
tentang biaya hidup pada tahun 1968 –
1969 menunjukan bahwa Gini coefficient
pendapatan rumah tangga sebesar 0.4 di
Jakarta,
Manado
dan
Yogyakarta,
walaupun Gini cooficient di Bandung dan
Surabaya, dan kebanyakan kota besar
diluar jawa lebih rendah. Kesenjangan
pengeluaran juga meningkat antara 19691970 hingga 1976, baik di perkotaan
maupun pedesaan. Sebagaimana yang
Asra (1989) dalam Booth (2000) tunjukkan,
jika data pengeluaran pedesaan yang
diambil pada 1976 dikoreksi berdasarkan
perubahan harga yang berbeda oleh
kelompok-kelompok
desil,
maka
ketidakmerataan pengeluaran di pedesaan
meningkat baik di pulau Jawa maupun di
luar pulau Jawa. Di daerah perkotaan Jawa
ketidakmetaraan dalam pengeluaran juga
meningkat; Booth dan Sundrum (1981)
memperkirakan bahwa pengeluaran di atas
kelompok desil Jawa perkotaan meningkat
66% antara 1970 - 1976, dibandingkan
dengan kenaikan kurang dari 20% di bawah
kelompok desil. Rata-rata pengeluaran riil
per kapita meningkat lebih cepat di Jakarta
daripada di daerah perkotaan lainnya, dan
lebih cepat di daerah perkotaan Jawa
daripada di daerah perkotaan di luar pulau
Jawa. Dampak dari trend ini adalah
terdapatnya kesenjangan yang tajam antara
perkotaan dan perdesaan, terutama di Jawa
khususnya terhadap barang-barang nonmakanan.
Beberapa trend ini kembali terjadi di
tahun 1976 – 1981. Perhitungan Asra
menyatakan bahwa antara tahun 1976 –
1981, laju inflasi secara umum sama untuk
semua kelompok desil pengeluaran dalam
distribusi, baik di Jawa dan di tempat lain. Di
daerah
pedesaan
ada
penurunan
ketidakmerataan pengeluaran. Di pedesaan
Jawa rata-rata pengeluaran riil per kapita
meningkat dengan pesat, namun menurun
di daerah pedesaan luar Jawa.
Evaluasi terhadap distribusi hasil
pembangunan yang telah dilaksanakan
selama lebih dari 64 tahun selalu
menyisakan problema mendasar tentang
disparitas yang tidak pernah terselesaikan,
dan hingga sekarang alasan untuk ini belum
ditemukan. Sebuah analisis data panel
yang dilakukan oleh Resosudarmo, et al.
(2006) menegaskan bahwa kesenjangan
dalam pendapatan per kapita provinsi di
Indonesia relatif parah. Hal ini didasarkan
pada
fenomena,
bahwa
meskipun
pertumbuhan PDB provinsi bervariasi dari
waktu ke waktu, ada beberapa provinsi
yang selalu, atau hampir selalu, berada di
antara lima provinsi terkaya dan yang lain di
antara lima termiskin. Kalimantan Timur,
Riau, dan Jakarta selalu di antara provinsi
terkaya dan Aceh telah dianggap sebagai
provinsi yang memiliki PDB per kapita yang
tinggi sejak awal 1980-an, sedangkan NTT
selalu berada di antara yang termiskin. Ada
beberapa
periode
ketika
tingkat
pertumbuhan PDB per kapita di Jakarta,
Riau, Kalimantan Timur dan Aceh termasuk
yang paling rendah, sedangkan orangorang NTT dan NTB dianggap antara yang
tertinggi. Namun, sejak awal PDB per kapita
Jakarta, Riau, Kalimantan Timur dan Aceh
relatif sangat tinggi, sementara NTT dan
NTB relatif sangat rendah dibandingkan
dengan yang lain.
Tadjoeddin, Suharyo,
Mishra,
(2001) mengatakan bahwa ketimpangan
juga sering terjadi secara nyata antara
daerah kabupaten/kota di dalam wilayah
propinsi itu sendiri. Kesenjangan antar
daerah terjadi sebagai konsekuensi dari
pembangunan
yang
terkonsentrasi.
Berbagai program yang dikembangkan
untuk menjembatani kesenjangan baik
ketimpangan distribusi pendapatan maupun
kesenjangan wilayah belum banyak
membawa hasil yang signifikan. Bahkan
yang sering terjadi adalah kebijakan
pembangunan yang dilakukan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi
justru dapat menambah kesenjangan baik
terhadap distribusi pendapatan maupun
kesenjangan
wilayah.
Lebih
lanjut
Noegroho dan Soelistianingsih (2007)
menemukan bahwa masalah ketimpangan
distribusi pendapatan tidak hanya tampak
pada wajah ketimpangan antara pulau Jawa
dan luar Jawa saja melainkan juga antar
wilayah di dalam pulau Jawa itu sendiri,
sebagaimana yang terjadi di Provinsi Jawa
Tengah.
Secara lebih spesifik, Hariadi, et al,
(2008) menganalisis distribusi pendapatan
antar rumah tangga di Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah. Diperoleh hasil
bahwa kenaikan ketimpangan distribusi
pendapatan antar rumah tangga terjadi
karena semakin menurunnya pendapatan
relatif dan pendapatan riil oleh 40%
kelompok
masyarakat
berpendapatan
terendah yang diakibatkan oleh: (1) dari sisi
penawaran
antara
lain
terbatasnya
kepemilikan dan kesempatan memperoleh
modal, keterbatasan kesempatan berusaha
dan bekerja, posisi tawar yang lemah; (2)
dari sisi permintaan antara lain karena
kondisi
ekonomi
yang
kurang
menguntungkan bagi usaha mereka dan
permintaan yang rendah akibat inflasi dan
kenaikan harga BBM sejak 2005 sehingga
terjadi penurunan daya beli konsumen yang
berakibat
pada
tidak
meningkatnya
pendapatan relatif bagi usaha kecil dan
rumah tangga, sektor informal, petani,
buruh dan pekerja/pegawai kecil. Kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi relatif
tidak terpengaruh secara berarti dengan
adanya inflasi dan kenaikan harga BBM
serta kondisi ekonomi yang kurang
menguntungkan
dibanding
kelompok
masyarakat berpendapatan rendah. Lebih
lanjut dikatakan, bahwa kesempatan kerja
di sektor-sektor seperti industri besar,
bangunan, perdagangan dan keuangan
memang memberikan pendapatan dan nilai
tambah yang tinggi namun ketersediaannya
terbatas dan lebih banyak di perkotaan
daripada di perdesaan yang didominasi
oleh sektor primer, sehingga menimbulkan
ketimpangan pendapatan terutama antara
perkotaan dengan pedesaan.
Pada tahun 2002-2007, terdapat
indikasi kuat bahwasanya meskipun
terdapat kecenderungan positif dalam
penanggulangan
kemiskinan,
tetapi
ternyata implikasinya belum seperti yang
diharapkan. Proporsi penduduk yang
hamper miskin masih cukup tinggi, dan
apabila terjadi sedikit 'gejolak', maka
dengan sangat mudah mereka akan
kembali menjadi miskin. Namun tidak dapat
dipungkiri, kesenjangan dan disagregasi
kemiskinan memang terjadi di Indonesia.
Saat ini (tahun 2013) proporsinya mencapai
16.6%, tetapi ada anggapan bahwa dibalik
angka ini sebetulnya terdapat fakta
kesenjangan antar provinisi yang cukup
besar.
Salah satu ukuran yang sering
digunakan untuk mengukur distribusi
pendapatan dalah Indeks gini (Gini Ratio).
Perubahan distribusi pendapatan yang
senantiasa
menyertai
pembangunan
ekonomi, dapat digambarkan melalui
perubahan angka Indeks gini. Timmer
(2004) dan Oshima dalam Suparno (2010)
menggunakan pengelompokkan ketidak
merataan distribusi pendapatan menjaditiga
berdasarkan angka Indeksgini,yaitu:
1. Ketidak merataan rendah apabila angka
Indeks gini lebih kecil dari 0,3.
2. Ketidak merataan sedang apabila angka
Indeksgini terletak antara 0,3– 0,4.
3. Ketidakmerataan tinggi apa bila angka
Indeks gini lebih besar dari 0,4. Nilai
rata-rata Indeks gini ditingkat provinsi
diIndonesia selama tahun 2005-2009
menunjukkan ketidakmerataan sedang
dengan
kecenderungan
untuk
meningkat selama periode tersebut.
Standar
deviasi
Indeks
gini
menunjukkan
adanya
penurunan
selama tahun2005-2009. Nilairata-rata
dan standar deviasi ini mengindikasikan
bahwa ketidak merataan tingkat provinsi
di Indonesia semakin tinggi (Tabel 2.1).
Tabel
2.1.
menunjukkan
perkembangan ukuran statistik deskriptif
dari Indeks gini tahun 2005-2009.
Ketimpangan pendapatan ditingkat provinsi
diIndonesia sangat beragam, meskipun nilai
maksimum menunjukkan ketidak merataan
yang tinggi, tetapi secara rata-rata
menunjukkan ketidak merataan sedang.
Pada tahun 2006, nilai rata-rata Indeks gini
menurun dibanding tahun sebelumnya dan
termasuk dalam ketidakmerataan rendah.
Akan tetapi standar deviasi yang meningkat
menunjukkan sebaran Indeks gini yang
semakin beragam antar provinsi. Tahun
2007 nilai rata-rata Indeks gini meningkat
menjadi 0,331 dengan standar deviasi yang
semakin
kecil,
mengindikasikan
ketimpangan ditingkat provinsi yang
semakin tinggi. Tahun 2008 mengalami
sedikit perbaikan dibanding sebelumnya,
dengan penurunan nilai rata-rata Indeks gini
yang disertai dengan penurunan standar
deviasi,
yang
menunjukkan
bahwa
ketimpangan ditingkat provinsi sedikit
berkurang. Akan tetapi kondisi ini kembali
memburuk
ditahun
2009
dengan
peningkatan nilai rata-rata Indeks gini dan
standar deviasinya.
Tabel 2.1
Ukuran StatistikDeskriptifIndeksgini
diIndonesiatahun 2005-2009
2005
2006
2007
2008
2009
Rata-rata
0.301455 0.292535 0.330939
0.32 0.331818
StandarDeviasi 0.086441 0.102313 0.032561 0.02894
0.03206
Minimum
0.26
0.21
0.26
0.26
0.27
Maksimum
0.415
0.39
0.41
0.4
0.39
Sumber : BPS, 2010
Berdasarkan urutan nilai Indeks gini, terhadap
peningkatan
kesejahteraan
provinsi Kalimantan Tengah, NAD, Bangka penduduk miskin yang pada akhirnya
Belitung dan Kepulauan Riau masuk berdampak terhadap peningkatan distribusi
sebagai sepuluh provinsi dengan Indeks pendapatan (BI, 2005-2009). Berkebalikan
gini terendah selama tahun 2005-2009. dengan provinsi Sulawesi Tenggara, NTB
Sedangkan provinsi Papua dan DIY sebagai dan Gorontalo justru berpindah dari posisi
provinsi yang selalu berada dilima provinsi lima provinsi dengan Indeks gini tertinggi,
dengan Indeks gini terbesar, memiliki yang berarti terjadi perbaikan ketidak
ketimpangan paling tinggi dibandingkan merataan. Meskipun inflasi juga terjadi
lainnya. Output sektor pertambangan dan diketiga provinsi, tetapi dampaknya tertutupi
penggalian yang menopang perekonomian oleh peningkatan konsumsi pemerintah dan
provinsi Papua lebih banyak dirasakan oleh investasi yang setidaknya berdampak pada
sebagian kecil penduduk diduga berakibat peningkatan
pendapatan
melalui
pada
meningkatnya
ketimpangan. penciptaan lapangan pekerjaan (BI, 2005Meningkatnya harga BBM dan bahan pokok 2009). Perkembangan Indeks gini disetiap
tahun
2005-2006,
meningkatnya provinsi selama periode penelitian (tahun
pengangguran
tahun
2006-2007, 2005-2009)
gempatahun 2006 yang berakibat pada
Perubahan distribusi pendapatan
rusaknya infratsruktur serta berbagai dapat dilihat dari perubahan nilai Indeks
sarana dan prasarana tempat usaha,serta gini, dengan nilai yang positif maupun
inflasi akibat krisis global tahun 2008 negatif. Perubahan positif berarti terjadi
berdampak
pada
meningkatnya peningkatan
ketidakmerataan
atau
ketimpangan pendapatan di DIY (BI, 2005- distribusi
yang
semakin
timpang,
2009). Pertumbuhan ekonomi yang relatif perubahan negatif sebaliknya terjadi
rendah selama tahun 2005-2009 belum penurunan ketidakmerataan. Berdasarkan
mampu meningkatkan penyerapan tenaga selisih nilai Indeks gininya, provinsi NAD,
kerja,
sehingga
berakibat
pada Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,
meningkatnya penganggurandanlemahnya Sulawesi Tenggara dan Papua Barat
kemampuan
penduduk
khususnya sebagai provinsi hasil pemekaran dari
penduduk miskin untuk meningkatkan provinsi Papua, mempunyai selisih yang
kesejahteraannya
yang
selanjutnya semakinbesar. Provinsi-provinsi tersebut
meningkatkan ketimpangan pendapatan di pada tahun 2005-2006 dan 2006-2007
provinsi DIY. Provinsi Sulawesi Tengah, memiliki selisih Indeks gini negatif, tetapi
Maluku Utara, Papua Barat dan Kalimantan pada periode berikutnya memiliki selisih
Timur
memiliki
ketimpangan
yang Indeks gini positif. Berkebalikan dengan
memburuk,yang pada tahun 2005 dan 2007 provinsi Kepulauan Riau, Sulawesi Barat,
termasuk sebagai sepuluh provinsi dengan Maluku,
Maluku
Utara,
danPapua.
nilai Indeks gini terendah, dan pada periode Kepulauan Riau, Maluku dan Maluku Utara
berikutnya masuk sebagai lima provinsi pada tahun 2005-2006 memiliki selisih
dengan nilai Indeks gini tertinggi. Inflasi Indeks gini positif. Pada tahun2006-2007
yang berada diatasangka nasional dan memiliki selisih Indeks gini negatif yang
menurunnya
daya
beli
masyarakat, berarti terjadi perbaikan pada distribusi
pertumbuhan tenaga kerja yang melebihi pendapatan, bahkan masuk sebagai
pertumbuhan kesempatan kerjadi Sulawesi sepuluh provinsi dengan selisih terkecil.
Tengah, serta pertumbuhan negatif disektor Demikian juga dengan provinsi Papua
pertambangan
dan
penggalian Baratdan Sulawesi Barat, yang pada tahun
diKalimantan Timur, merupakan tekanan 2006-2007 memiliki selisih Indeks gini
positif, pada tahun 2008-2009 memiliki
selisih negatif. Perkembangan Selisih
Indeks gini disetiap provinsi selama 20052006, tahun 2006-2007, tahun 2007-2008
dan tahun 2008-2009.
Hubungan Antar Variabel
Hubungan Infrastruktur Jalan dengan
Pertumbuhan Ekonomi
Kajian teori ekonomi pembangunan
menjelaskan, untuk menciptakan dan
meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan
sarana infrastruktur secara baik. Pemulihan
ekonomi, memperkuat landasan ekonomi
berkelanjutan,
diperlukan
dukungan
penyediaan infrastruktur melalui dua
pendekatan.
Pertama
penyediaan
infrastruktur
berdasarkan
kebutuhan
(demand approach), termasuk kebutuhan
memelihara
prasarana
yang
telah
dibangun. Kedua penyediaan prasarana
mendorong tumbuhnya ekonomi
suatu
daerah tertentu (supply approach). Namun
apabila dana terbatas,prioritas lebih
diarahkan pada pendekatan pertama
(demand approach). Saat ekonomi sudah
membaik, pembangunan prasarana untuk
mendorong tumbuhnya suatu wilayah dapat
dilaksanakan (Propenas, 2000).
Pertumbuhan PDB (GDP growth)
menjadi indikator utama dari keadaan
makro ekonomi. Pemerintah di negara
manapun selalu menghadapi gejolak
ekonomi terkait dengan kualitas kebijakan
pemerintah, diikuti oleh mutu pelayanan di
bidang
birokrasi,
turut
menentukan
kecepatan pertumbuhan output nasional
yang dihasilkannya (Todaro, 2000; 136).
Kemajuan
pembangunan
ekonomi,
infrastruktur menjadi penting. Hubungan
antara infrastruktur seperti jalan, telpon,
listrik dan air bersih dengan pertumbuhan
ekonomi, sejumlah penelitian menunjukkan
hasil selalu berbeda. Demurger (2000)
menjelasakan, yang terpenting penyediaan
jenis infrastruktur harus sesuai, dan pada
tempat yang tepat secara efisien lebih
penting dibanding besarnya investasi
teralokasi, atau banyaknya infrastruktur
yang dibangun.
Infrastruktur merupakan modal atau
kapital
bagi
suatu
negara
dalampembangunan secara garis besar
terdiri
dari
dua
jenis,
yaitu
infrastrukturekonomi
dan
infrastruktur
sosial.
Infrastuktur
ekonomi
adalah
infrastruktur fisikbaik
digunakan dalam
proses produksi, maupun dimanfaatkan
olehmasyarakat
luas.
Bentuk
dari
infrastruktur ekonomi meliputi semua
prasaranaumum
seperti
listrik,
telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air
bersih,
dan
sanitasi.Sedangkan
infrastruktur sosial meliputi prasarana
kesehatan dan pendidikan.
Menurut World Bank (1994) infrastruktur
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Infrastruktur Ekonomi; pembangunan
fisik yang menunjang aktivitas ekonomi,
terdiri dari public utilities (tenaga,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public
work (jalan, bendungan, kanal, irigasi,
dan drainase) sektor transportasi (jalan,
rel, pelabuhan, lapangan terbang)
2. Infrastruktur Sosial;
infrastruktur
mengarah pada pembagunan manusia
dan lingkungan seperti kesehatan,
pendidikan, dan perumahan.
3. Infrastruktur Administrasi; infrastruktur
dalam bentuk penegakan hukum, kontrol
administrasi dan koordinasi.
Queiroz,
dan
Gautam,(1992)
menggolongkan infrastruktur menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Infrastruktur Dasar (basic infrastructure)
mencakup sektor-sektor publik dan
keperluan
mendasar
sektor
perokonomian, tidak dapat diperjual
belikan, tidak dapat dipisah-pisahkan
secara teknik maupun spasial, contoh:
jalan raya, jalan tol, kereta api, dan
bendungan.
2. Infrastruktur Pelengkap (complementary
infrastructure) seperti gas, telepon,
listrik, dan pengadaan air.
Basri
dalam
Yanuar
(2002)
mengemukakan,
termasuk
kategori
infrastruktur adalah jalan raya, rel kereta
api, pelabuhan laut, bandar udara, alat
pengangkutan,
dan
telekomunikasi,
berperan sebagai instrument mempercepat
proses pembangunan. Infrastruktur secara
umum didefinisikan sebagai fasilitas fisik
dalam mengembangkan atau membangun
kegunaan publik melalui penyediaan
barang dan jasa untuk umum. Penyediaan
fasilitas dan jasa biasanya dilakukan secara
gratis atau dengan harga
terjangkau,
terkontrol,
mudah
dijangkau
atau
dimanfaatkan masyarakat.
Infrastruktur termasuk dalam jenis
barang publik, memiliki dua karakter, yaitu
tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian
(non excludability), penggunaanya tidak
perlu persaingan (non rivalry). Infrastruktur
sangat dibutuhkan masyarakat. Individu
tidak bersedia mengemukakan nilai
kesukaan (reveal preference) terhadap
infrastruktur. Hal ini mengakibatkan
ketidakinginan pihak swasta menyediakan
infrastuktur sebagai barang publik. Barangbarang
publik
seperti
infrastruktur
disediakan oleh pemerintah, karena sistem
pasar gagal menyediakannya. Sifat
infrastruktur sebagai pure publik good
mengalami
pergeseran
dengan
meningkatnya permintaan menjadi semi
public good. Misalnya, jalan raya di kota,
tidak dapat digolongkan sebagai pure public
good karena dalam memanfaatkannya
setiap orang harus bersaing satu sama lain
menggunakan ruas jalan yang terbatas.
Keterbatasan
dana
pemerintah
menyebabkan pembangunan infrastruktur
harus mengikutsertakan pihak swasta
dalam bentuk kemitraan. Swasta hanya
berperan dalam operasional, pemerintah
sebagai
regulator.
Kondisi
ini
menyebabkan pergeseran infrastruktur
sebagai pure public good menjadi semi
public good.
Infrastruktur
jalan
dalam
pembangunan ekonomi penting sebagai
sarana memperlancar mobilisasi barang
dan jasa, juga memperlancar hubungan
antara wilayah terpencil dengan pusatpusat pertumbuhan. Kelancaran arus
barang dan jasa, keterbukaan wilayahwilayah potensial,
digunakan sebagai
pendorong
percepatan
pertumbuhan
ekonomi. Infrastruktur jalan yang baik,
sumber daya manusia maupun kapital,
dimanfaatkan dengan lebih baik. Efektifitas
investasi infrastruktur jalan meningkatkan
perekonomian dan memberikan manfaat
bagi masyarakat tergantung kepada
pemanfaatan sarana infrastruktur tersebut
oleh produsen maupun konsumen, mampu
memberikan stimulus dalam perekonomian.
Infrastruktur
dapat
menjadi
pendorong pertumbuhan, dan sebaliknya
pertumbuhan ekonomi menjadi tekanan
bagi infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi
yang positif akan mendorong peningkatan
kebutuhan akan berbagai infrastruktur.
Infrastruktur tidak hanya penting untuk
pertumbuhan ekonomi, juga penting bagi
kesejahteraan
masyarakat.
Investasi
merupakan variabel
penting dalam
pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2000).
Pengalaman empiris, investasi infrastruktur,
termasuk infrastruktur jalan, menjadi sektor
yang
efektif
menaikkan
output,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja,
kesejahteraan
masyarakat,
dan
mengurangi kemiskinan.
Sebagaimana teori Lewis, kondisi
pareto optimal akan tercapai, bila terjadi
mobilitas faktor-faktor produksi (labour)
tanpa
hambatan
untuk
memacu
pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007).
Daerah-daerah yang memiliki tingkat
mobilitas faktor-faktor produksi antar
daerah
rendah,
menyebabkan
pertumbuhan
ekonominya
rendah.
Infrastruktur dapat digolongkan sebagai
modal atau capital. Infrastruktur tergolong
sebagai social overhead capital, berbeda
dengan modal yang berpengaruh secara
langsung terhadap kegiatan produksi,
perluasan
infrastruktur
tidak
hanya
menambah stok dari modal tetapi sekaligus
meningkatkan produktifitas perekonomian
dan taraf hidup masyarakat luas.
Teori Wagner menyebutkan adanya
keterkaitan positif, antara pertumbuhan
ekonomi dan besarnya pengeluaran
pemerintah
untuk
pembangunan
infrastruktur.
Teori
ini
menyatakan,
pengeluaran pemerintah tumbuh lebih
cepat dari GDP, dengan kata lain elastisitas
pengeluaran pemerintah terhadap GDP
lebih besar dari satu. Dalam suatu
perekonomian,
apabila
pendapatan
perkapita
meningkat,
secara
relatif
pengeluaran pemerintah akan meningkat.
Dasar dari teori Wagner ini adalah
pengamatan empiris dari negara-negara
maju (Jhingan, 2007). Pengeluaran
pemerintah
akan
meningkat
guna
membiayai tuntutan masyarakat akan
kemudahan mobilitas dalam mendukung
kegiatan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi relatif tinggi
dan stabil, merupakan salah satu fondasi
peningkatan kesejahteraan. Secara teoritis
sumber pertumbuhan ekonomi adalah: (1)
peningkatan penggunaan faktor produksi,
(2) peningkatan efisiensi penggunaan faktor
produksi. Namun keterbatasan analisis teori
ekonomi khususnya Neo Klasik, dengan
asumsi bahwa faktor produksi sifatnya
homogen. Tidak ada biaya memobilisasi
faktor produksi. Dalam kenyataannya faktor
produksi tidak mubail dan agar lebih mubail
harus disediakan infrastruktur jalan, yang
merupakan pendukung sarana transportasi.
Ketidakcukupan infrastruktur jalan dan
inefisiensi
penggunaanya
akan
menurunkan tingkat efisiensi penggunaan
faktor produksi, mengganggu daya tumbuh
perekonomian dan stabilitas pembangunan.
Dapat dinyatakan secara hipotesis bahwa
kurang tersedianya infrastruktur jalan akan
menurunkan laju pertumbuhan ekonomi
dan menghambat laju pembangunan.
Pembangunan infrastruktur tidak
memiliki
kaitan
langsung
dengan
pemerataan dan disparitas pendapatan.
Akan tetapi penyediaan infrastruktur
menurut World Bank (2004) memiliki kaitan
berganda terhadap pemerataan dan
disparitas
pendapatan.
Ketersediaan
infrastruktur
memperluas
kesempatan
berusaha, baik perusahaan besar maupun
mikro. Perusahaan-perusahaan memiliki
akses terhadap jasa telekomunikasi
modern, pasokan tenaga listrik yang
handal, serta jaringan transportasi secara
efisien,
lebih
unggul
dibanding
perusahaan-perusahaan lain. Perusahaanperusahaan tersebut akan melakukan
investasi lebih besar dan lebih produktif,
memperluas dan menciptakan kesempatan
kerja berkelanjutan. Sektor swasta dapat
memberikan
kontribusi
lebih
tinggi.
Peningkatan efisiensi dan produktivitas
perusahaan swasta dan usaha mikro, juga
akan menurunkan harga berbagai komoditi
yang dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini
akan meningkatkan kemampuan daya beli
dan secara langsung memperbaiki tingkat
penghidupan sebagian besar masyarakat.
Penyediaan
infrastruktur
lebih
memadai, khsusnya jaringan jalan secara
efisien, akan meningkatkan akses terhadap
berbagai output infrastruktur sosial, seperti
jasa pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Peningkatan
aktivitas
produksi
dan
konsumsi sebagai hasil dari peningkatan
investasi, aktivitas ekonomi yang telah ada
dan, berkembangnya aktivitas ekonomi
baru, memungkinkan terjadinya perluasan
basis pajak. Peningkatan penerimaan pajak
melalui perluasan basis, tanpa peningkatan
tarif, akan menghasilkan penerimaan lebih
besar,
memungkinkan
pemerintah
meningkatkan investasi infrastruktur sosial
berupa
kesehatan,
pendidikan
dan
kesejahteraan rakyat. Secara simultan, ini
berarti
bahwa
jalan
keluar
dari
permasalahan
pertumbuhan
dan
pemerataan dalam pembangunan.
Dampak
suatu
aktivitas
pembangunan terhadap perekonomian
daerah bisa diukur melalui penciptaan
lapangan kerja, peningkatan pendapatan
per kapita, pertumbuhan dan peningkatan
daya tarik investasi, produktivitas investasi,
dan berbagai bentuk manfaat lainnya
(Dixon, et.al, 1992). Beberapa manfaat
berpotensi muncul akibat dari tersedianya
infrastruktur jalan secara memadai adalah:
a) Perubahan biaya relatif dari sarana
transportasi tertentu terhadap sarana
transportasi lainnya;
b) Peningkatan pendapatan perkapita
masyarakat;
c) Peningkatan
ketersediaan
sarana
transportasi;
d) Peningkatan
kualitas
perjalanan
(kecepatan,
kenyamanan,
kepercayaan) yang dihasilkan dari
peningkatan kualitas sarana maupun
teknologi infrastrukturnya.
e) Pengaruh pada tata guna lahan akibat
migrasi antar daerah dan perubahan
pola pemukiman;
f) Peningkatan aktivitas ekonomi yang
dapat
mempengaruhi
timbulnya
perubahan pola dan struktur konsumsi
masyarakat;
g) Perubahan demografis (struktur usia
dan gender); serta
h) Perubahan perilaku operasional dunia
usaha setempat
Mankiw (2007) Dalam rangka
mempertahankan
atau
meningkatkan
kinerja serta peranan sektor ekonomi suatu
negara diperlukan kebijakan strategis dan
langkah nyata dari pemerintah. Ada
berbagai
langkah
dapat
dilakukan
pemerintah; menyiapkan paket kebijakan
yang mendukung perkembangan sektor
ekonomi, mengurangi hambatan-hambatan
birokrasi membuat ekonomi biaya tinggi,
menciptakan iklim investasi lebih baik,
menjamin keamanan dan kepastian hukum
dalam
berinvestasi,
menyediakan
infrastruktur
yang
diperlukan
untuk
mendukung
perkembangan
ekonomi
seperti halnya membangun infrastruktur
jalan, telekomunikasi, energi dan lain
sebagainya. Investasi infrastruktur jalan,
secara empiris terbukti menjadi instrumen
penting dalam meningkatkan kinerja
perekonomian. Napitupulu, Muktar. dkk.
(2011)
investasi
infrastruktur
jalan
memberikan
pengaruh
terhadap
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan
kinerja sektor-sektor serta dapat menjadi
instrumen penting, mengarahkan distribusi
pendapatan masyarakat lebih merata.
Alokasi belanja pembangunan infrasrtruktur
diharapkan memperbesar kesempatan
kerja,
menekan
angka
pengangguran.Berkembangnya
industrialisasi,
semakin
menunjukkan
perkembangan positif, menjadi energi bagi
perluasan lapangan kerja. Pembangunan
infrastruktur dan industrialisasi menjadi
prasyarat bagi peningkatan kapasitas
produksi, memberi efek langsung pada
akses lapangan kerja, daya saing,
menekan pengangguran, dan peningkatkan
daya beli masyarakat. Dengan demikian,
pengalokasian
belanja
pembangunan
infrastruktur,
semakin
meningkatkan
kesejahteraan
dan
pemerataan
pembangunan nasional. Terpenting dari
penjelasan sebelumnya bagi peneliti
adalah; kebutuhan infrastruktur ini tidak
hanya sebagai pendukung aktivitas
ekonomi antar
wilayah, tetapi dapat
meningkatkan keterkaitan antar kawasan
timur dan kawasan barat Indonesia.
Pemerintah
berupaya
memfokuskan
pembangunan infrastruktur dalam beberapa
waktu ke depan, terutama peningkatan
kapasitas jalan.
Salah satu teori pertumbuhan
mengenai pembangunan adalah model
pertumbuhan
Harrod-Domar.
Model
pertumbuhan ini menjelaskan, tingkat
pertumbuhan GNP (∆Y/Y) ditentukan oleh
rasio tabungan nasional (s) dan rasio
output nasional (k). Sementara infrastruktur
dapata dikatagorikan kedalam capital stock
(K), berarti peningkatan capital stock
termasuk infrastruktur berhubungan positif
dengan pertumbuhan ekonomi.
Teori
pertumbuhan ekonomi selanjutnya yang
memasukkan
unsur teknologi kedalam
fungsi produksi, dikenal dengan model
pertumbuhan neoklasik Solow.
Menurut
Solow,
pertumbuhan
ekonomi berasal dari satu atau lebih dari
tiga faktor berikut; peningkatan dalam
kuantitas dan kualitas pekerja (labor),
kenaikan dalam kapital (melalui tabungan
dan investasi), dan peningkatan dalam
teknologi. Peranan teknologi dalam model
ini masih eksogenous, artinya teknologi itu
sendiri bukan merupakan hasil dari
pertumbuhan ekonomi, melainkan given.
Investasi fisik seperti infrastruktur dalam
model Solow dimasukkan dalam faktor
kapital. Romer dalam teori endogenous
juga memasukkan peran infrastruktur dalam
pertumbuhan
ekonomi.
Teori
ini
menjelaskan pada dasarnya kemajuan
teknologi
tidak
eksogen
melainkan
endogen, karena kemajuan teknologi
sangat ditentukan oleh investasi dari
sumber daya manusia dan industri berbasis
ilmu pengetahuan. Konsekuensi lebih lanjut
dari teori ini adalah pentingnya peyedian
infastruktur, yang dapat meningkatkan
efisiensi alokasi sumber daya, sehingga
menghasilkan increasing return to scale
dalam proses produksi.
Ada tiga komponen utama dalam
pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi
modal, pertumbuhan penduduk dan
kemajuan teknologi (Todaro, 2003: 137).
Akumulasi modal terjadi bila sebagian dari
pendapatan ditabung dan diinvestasikan
kembali dengan tujuan memperbesar
output dan pendapatan. Akumulasi ini dapat
dilakukan dengan investasi langsung
terhadap stok modal
secara fisik
(pengadaan pabrik baru, mesin-mesin,
peralatan dan bahan baku) dan dapat
melakukan investasi terhadap fasilitasfasilitas penunjang seperti investasi
infrastruktur,
ekonomi dan sosial
(pembangunan jalan, penyediaan listrik, air
bersih dan fasilitas komunikasi).
Teori dorongan raksasa (big push
theory) oleh Resenstein-Rodan dan Nurks,
dalam
menciptakan
momentum
pembangunan bagi negara berkembang.
Teori ini fokus pada peningkatan investasi
secara signifikan dan mengarahkan
investasi tersebut pada penciptaan institusi
ekonomi, infastruktur diantaranya jalan, dan
koordinasi investasi, memiliki eksternalitas
membangkitkan sektor indusrti. Pelaku
penting proses ini adalah, pemerintah
memeliki peran utama membangun
infastruk
ekonomi
dan
sosial,
mengkoordinasikan kegiatan investasi,
menyediakan
pembiayaan
investasi,
membangun sumber daya manusia dan
melakukan pengawasan terhadap proses
politik. Secara implisit teori ini menyatakan
pentingnya
infrastruktur
seperti
pembangunan jalan, sebagai faktor
pendorong pertumbuhan ekonomi, dan
peranan pemerintah untuk melakukan
investasi
infrastruktur,
menghasilkan
eksternalitas positif bagi pemerataan
pembangunan.
Menurut Garmendia dkk (2004:04),
hubungan
antara
jasa
infrastruktur,
pertumbuhan ekonomi dan hasil-hasil sosial
seperti bekerjanya Millennium Development
Goalss melalui saluran-saluran ganda
seperti dilukiskan di dalam gambar 2.1
Kontribusi dari jasa seperti jalan raya, air,
sanitasi, transportasi dan energi secara
langsung dimanafaatkan untuk kepentingan
rumah tangga, dan dapat memperbaiki
kesejahteraan mereka.
Gambar 2.1. menunjukan adanya meningkatkan kualitas, dan kuantitas jalan.
keterkaitan antara ketrsedian infrastruktur Ada 0,8 persen dari PDB negara
jalan dengan pertumbuhan ekonomi. berkembang,
dikeluarkan
untuk
Infrastruktur jalan secara tidak langsung pembangunan, pengembangan jalur,dan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi rehabilitasi jalan (Fay, 1999, 13).
melalui jalur rumah tangga (melalui Masyarakat agraris, jalan digunakan
peningkatan kesejahteraan), perusahaan memasarkan hasil pertanian. Ajay Chibber
(melalui penurunan biaya dan perluasan menunjukkan variable non harga, termasuk
pasar), berpengaruh secara bersama-sama fasilitas transportasi dan telekomunikasi
terhadap
pertumbuhan
ekonomi. memberikan dampak signifikan terhadap
Infrastruktur jalan mempunyai manfaat produk-produk pertanian di Amerika Latin.
menggerakan
berbagai
sektor Binswanger
menyatakan
kekurangan
perkenonomian karena dianggap sebagai prasarana
jalan
menjadi
hambatan
social overhead capital (Hirchman dalam signifikan
terhadap
penawaran
Yanuar dalam Permana, 2009:11). Legowo pertanian(Caning, 2000: 9).
(2009), sektor infrastruktur jalan merupakan
World Bank menyatakan insentif
salah satu sektor vital
memacu bagi petani (harga dan input) menjadi siapertumbuhan ekonomi, pada dasarnya sia jika terdapat halangan fisik dan biaya
merupakan sektor antara, menghubungkan ekonomi yang tinggi. Pembangunan
berbagai macam aktivitas ekonomi. prasarana jalan turut berperan dalam
Pembangunan prasarana jalan, sebagai merangsang tumbuhnya wilayah-wilayah
salah satu sub sektor infrastruktur, memiliki baru, membangkitkan jalan (trip generation)
fungsi aksesibilitas untuk membuka daerah baru, dan meningkatkan volume lalu lintas
kurang berkembang dan fungsi mobilitas yang terjadi. Tumbuhnya kota-kota baru
untuk memacu daerah yang telah dalam
mengantisipasi
kebutuhan
berkembang. Infrastruktur jalan merupakan masyarakat,
akan
perumahan
dan
driving force pertumbuhan ekonomi. Fakta lingkungan, secara memadai
tentunya
empiris menunjukkan
perkembangan membutuhkan akses pelayanan terhadap
kapasitas infrastruktur jalan di suatu wilayah tersebut. Keuntungan peningkatan
wilayah, meningkat perkembangan output infrastruktur
jalan berupa peningkatan
ekonomi. World Bank (2004) menyatakan aksesibilitas, pengurangan waktu tempuh,
secara
average
peningkatan
stok dan biaya pergerakan barang, manusia
infrastruktur jalan sebesar 1 persen, serta jasa. Peningkatan jalan tidak hanya
berasosiasi dengan peningkatan PDB mempengaruhi orang atau bisnis yang
sebesar 1 persen.
berhubungan langsung dengan fasilitas
Jalan berperan penting dalam jalan, tetapi konsumen, barang dan jasa
merangsang
maupun
mengantisipasi baik berupa pengurangan harga serta
pertumbuhan ekonomi. Setiap negara peningkatan upah bagi para pekerja.
melakukan
investasi
besar
dalam
Gambar 2.1
Diagram Bagaimana Infrastruktur Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
Infrastruktur
Jalan
Keuntungan
Rumah
Tangga
Keuntungan
Perusahaan
Perluasan
Pasar
Peningkatan
Kesejahteraa
n
Pertumbuhan
Ekonomui
Penuruna
n Biaya
Sumber: Prud'homme dalam Garmendia, et al. (2004:04)
Namun
demikian,
kontribusi
Investasi bertujuan meningkatkan
infrastruktur jalan terhadap pembangunan pendapatan di masa datang. Ketika sebuah
nasional sukar dikuantifisir. Hubungan perusahaan melakukan investasi barangantara jalan dan GDP dapat dilihat dengan barang
modal,
perusahaan
akan
dua cara (Caning 2009). Pertama melalui mengeluarkan
sejumlah
dana,
dan
kontribusi infrastruktur jalan
terhadap diharapkan investasi tersebut nantinya
permintaan akhir pada GDP, misalnya diperoleh pendapatan melebihi nilai
pembelian kendaraan bermotor, bensin, oli, investasi yang telah dilakukan. Demikian
perawatan kendaraan bermotor, dan lain halnya jika melakukan investasi pada
sebagainya. Kedua adalah nilai tambah tenaga kerja. Sistem pendidikan telah lama,
(value added) dihasilkan dari aktivitas namun baru tahun 1940-an orang mulai
transportasi pada GDP.Terdapat hubungan sadar akan hubungan pendidikan dan
yang konsisten dan signifikan,
antara latihan terhadap pertumbuhan ekonomi.
pendapatan dengan panjang jalan. Negara Hasil penelitian Cunningham (2002)
berpenghasilan lebih dari US$ 6000 tahun1999-2010 menemukan, pendapatan
perkapita mempunyai rasio panjang jalan nasional Amerika Serikat bertambah 3,2
sekitar 10.110 km/1 juta penduduk, Negara persen setahun, modal dan tenaga kerja
berpenghasilan US$ 545- US$ 6000 bertambah 1,1 persen setahun. Ini berarti
perkapita mempunyai rasio 1.660 km/1 juta terdapat selisih sebesar 2,1 persen,
penduduk dan negara berpenghasilan merupakan hasil peningkatan produktivitas
kurang dari US$ 545 perkapita mempunyai kerja sebagai akibat perbaikan manajemen
rasio 170 km/1 juta penduduk. Jadi rasio di dan teknologi, perbaikan gizi dan
negara berpenghasilan
tinggi 59 kali kesehatan, peningkatan kualitas pekerja
negara berpenghasilan rendah (Caning. akibat pendidikan dan latihan. Hasil
2009).Penyediaan infrastruktur yang baik penelitian senada diperoleh Schultz, (1986)
seperti halnya jalan, jembatan, pelabuhan menunjukkan 23 persen dari pertambahan
dan lainnya diyakini dapat memicu pendapatan nasional Amerika Serikat tahun
limpahan (spill-over) investasi negara lain 1980-1985.
masuk ke Indonesia.
Legowo (2009)
Menurut Schultz (1986), keputusan
pengembangan investasi infrastruktur jalan melakukan investasi human capital dapat
harus didasari atas berbagai pertimbangan dijaleskan pada gambar 2.2. Kurva HH
seperti halnya pertimbangan terhadap menggambarkan pendapatan seseorang
sektor ekonomi, maupun pertimbangan jika orang tersebut
tidak melanjutkan
kewilayahan.
pendidikannya ke perguruan tinggi. Orang
Hal penting dalam pembangunan tersebut langsung bekerja pada usia 18
infastruktur jalan sebagai penopang utama tahun.
Kurva
CC
menggambarkan
kemajuan ekonomi daerah, saat ini bagi seseorang masuk ke perguruan tinggi
peneliti dengan mempertimbangkan sektor selama empat tahun dan kemudian bekerja
ekonomi misalnya melihat kepada sektor- pada usia 22 tahun. Daerah 1 (satu) disebut
sektor unggulan di masing-masing daerah. juga daerah direct cost, daerah dimana
Dimensi kewilayahan diperhatikan agar sejumlah
pengeluaran
untuk
biaya
pengembangan infrastruktur jalan dapat pendidikan selama di perguruan tinggi.
menjangkau wilayah atau daerah terpencil Sedangkan daerah 2 (dua) disebut daerah
(desa) yang berpotensi,
mempercepat indirect cost, menggambarkan penghasilan
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut, tidak diperoleh seseorang yang masuk ke
menyerap tenaga kerja, serta memperbaiki perguruan tinggi dibanding dia bekerja di
pemerataan pendapatan. Stimulus berupa usia 18 tahun. Kerugian diterima mereka
investasi infrastruktur jalan diharapkan yang kuliah dibandingkan tidak kuliah
menjadi pemicu peningkatan perekonomian seluas area 1 dan area 2. Daerah 3 (tiga)
daerah maupun nasional.
incremental earning.
Teori
pertumbuhan
baru
2.3.2 Hubungan Infrastruktur Pendidikan menekankan
pentingnya
peranan
dengan Pertumbuhan Ekonomi
pemerintah,
terutama
meningkatkan
pembangunan modal manusia (human
capital),
mendorong
penelitian
dan tinggi tingkat pendidikan seseorang,
pengembangan,
meningkatkan pengetahuan dan keahlian juga meningkat,
produktivitas manusia. Kenyataannya dapat sehingga
mendorong
peningkatan
dilihat, melalui investasi pendidikan mampu produktivitas
kerjanya.
Rendahnya
meningkatkan kualitas sumber daya produktivitas kaum miskin disebabkan oleh
manusia, dapat meningkatnya pengetahuan rendahnya akses mereka memperoleh
dan keterampilan seseorang. Semakin pendidikan.
Gambar 2.2
Keputusan Melakukan Investasi pada Human Capital
Pend/Biaya
C
Keuntungan
3
H
H
2(pendapatan yang hilang)
18
22
65 Usia
C
1 (biaya langsung)
Sumber : Schultz, 1986
Lee, (2005)`penelitiannya terkait
kesejahteraan antar kelompok masyarakat
peningkatan pendidikan, menemukan
sangatlah penting untuk melihat angka
produktivitas tenaga kerja dan input
harapan hidup. Di negara-negara yang
produksi
lain
searah
dengan
tingkat kesehatannya lebih baik, setiap
meningkatnya output. Peningkatan output
individu memiliki rata-rata hidup lebih
mendorong
terjadinya
peningkatan
lama. Secara ekonomis mempunyai
penerimaan pemerintah. Efek selanjutnya
peluang memperoleh pendapatan lebih
mendorong peningkatan investasi, dan
tinggi. Arsyad (2004) menjelaskan
pengeluaran
infrastruktur.
Hal
ini
intervensi untuk memperbaiki kesehatan
mengisyaratkan
investasi pendidikan
oleh pemerintah menjadi penting dalam
membawa dampak positif terhadap
mengurangi kemiskinan. Salah satu faktor
pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi
mendasari kebijakan ini adalah, perbaikan
investasi pendidikan seseorang akan
kesehatan
akan
meningkatkan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
produktivitas golongan miskin. Kesehatan
Anggaran pendidikan sebesar 20
yang lebih baik dapat meningkatkan daya
persen merupakan wujud realisasi
kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan
pemerintah
meningkatkan pendidikan.
menaikkan output energi.
Hubungan Infrastruktur Kesehatan
Menurut Estache, et. al (2007) implikasi
dengan Pertumbuhan Ekonomi
dari pembangunan pendidikan adalah
kehidupan manusia yang semakin
Kesehatan merupakan kebutuhan
berkualitas. Dalam kaitannya dengan
mendasar bagi setiap manusia, tanpa
perekonomian secara umum (nasional)
kesehatan masyarakat tidak dapat
semakin tinggi kualitas hidup suatu
menghasilkan suatu produktivitas bagi
bangsa,
semakin
tinggi
tingkat
negara. Kegiatan ekonomi suatu negara
pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa.
akan berjalan jika ada jaminan kesehatan
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan
bagi setiap penduduknya. Terkait dengan
alat mengevaluasi kinerja pemerintah
teori human capital,
modal manusia
dalam
meningkatkan
kesejahteraan
berperan signifikan, bahkan lebih penting
penduduk
secara
umum,
dan
daripada faktor teknologi dalam memacu
meningkatkan
derajat
kesehatan
pertumbuhan ekonomi (Haryanto et.al.
khususnya.
Membandingkan
tingkat
2005). Negara sedang berkembang
seperti Indonesia sedang mengalami
tahap perkembangan menengah, dimana
pemerintah harus menyediakan lebih
banyak sarana publik seperti kesehatan
untuk
meningkatkan
produktifitas
ekonomi.
Atmawikarta (2002) menyatakan
di tingkat mikro (individual dan keluarga),
kesehatan adalah dasar bagi produktivitas
kerja, kapasitas untuk belajar di sekolah.
Tenaga kerja sehat secara fisik dan mental
lebih kuat, lebih produktif, mendapatkan
penghasilan tinggi. Pada tingkat makro,
penduduk dengan tingkat kesehatan baik,
merupakan masukan (input) penting
menurunkan kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi, dan pembangunan ekonomi
jangka panjang. Beberapa pengalaman
sejarah besar membuktikan, tinggal
landas ekonomi seperti pertumbuhan
ekonomi yang cepat,
didukung oleh
terobosan penting di bidang kesehatan
masyarakat, pemberantasan penyakit dan
peningkatan gizi. Artinya
investasi
kesehatan
membawa dampak positif
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Haryanto
et.
al.
(2005)
menunjukkan sektor kesehatan, tingkat
persalinan
ditolong tenaga medis,
persentase
pengeluaran
pemerintah
sektor kesehatan berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat kematian balita.
Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan
terbukti secara signifikan mempengaruhi
peningkatan kinerja sektor tersebut.
Mengingat
besarnya
pengaruh
pengeluaran
pemerintah
terhadap
peningkatan kinerja kesehatan, perlu
adanya upaya secara bertahap oleh
pemerintah
meningkatkan
pengeluarannya sektor kesehatan.
Pentingnya
pendidikan
dan
kesehatan dapat dijelaskan bahwa;
menjadi
komponen
strategis
dan
mendasar, mendukung, mendorong setiap
upaya pembangunan sektor lainnya.
Pendidikan dan kesehatan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Bukan pendidikan
dan kesehatan berpengaruh terhadap
produktivitas, tetapi berpengaruh terhadap
fertilitas,
mortalitas
dan
migrasi
masyarakat. Pendidikan dan kesehatan
menjadikan faktor penting dalam proses
transformasi
sosial
suatu
dalam
masyarakat.
Kontribusi pembangunan pendidikan dan
kesehatan terhadap pembangunan sosial
ekonomi terwujud melalui peningkatan
pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skills), sikap (attitudes), dan produktivitas
(productivity).
Bagi
masyarakat,
pendidikan dan kesehatan bermanfaat
dalam memperkuat kehidupan ekonomi,
politik, sosial dan budaya. Secara filosofis,
pendidikan sangat bermanfaat bagi
manusia dalam memecahkan berbagai
persoalan kehidupan. Pendidikan juga
memperkuat
kemampuan
dalam
memanfaatkan teknologi demi kemajuan
di bidang sosial dan ekonomi. Karena
manfaatnya luas, menyentuh semua
dimensi
kehidupan
masyarakat,
pembangunan pendidikan dan kesehatan
harus mendapatkan prioritas pemerintah
saat ini.
Kerangka Pemikiran
Persoalan
mendasar
yang
dihadapi
pemerintah daerah saat ini
adalah mengurangi kesenjangan antara
daerah. Kabupaten Halmahera Barat
sebagai salah satu kabupaten Kepulauan
memiliki
karakteristik
dan
kendala
pembangan yang sama dengan daerahdaerah
kepulauan
lain
di
Indonesia.Infrastruktur jalan, infrastruktur
pendidikan dan infrastruktur kesehatan
menjadi kata kunci dalam mengukur
sejauh mana keberhasilan pembangunan
di suatu wilayah.
Penelitian
Sibarani
(2002)
mengenai kontribusi infrastruktur pada
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia,
menyimpulkan bahwa infrastruktur (jalan,
listrik, telepon) memberikan pengaruh
yang signifikan dan positif pada agregat
output yang diwakili oleh variabel
pendapatan per kapita.Kontribusi setiap
jenis infrastruktur untuk setiap wilayah
berbeda. Untuk estimasi dengan data
semua provinsi di Indonesia hasil yang
diperoleh yaitu elastisitas listrik pada
pertumbuhan yaitu 0,06; pendidikan
0,07; investasi 0,01. Variabel jalan dan
telepon tidak signifikan. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa kebijakan
pembangunan infrastruktur yang terpusat
di pulau Jawa dan Indonesia Bagian
Barat
(IBB) menimbulkan disparitas
pendapatan perkapita di masing-masing
daerah di Indonesia, terutama antara
pulau Jawa dengan luar Jawa dan
Indonesia Bagian Barat (IBB) dengan
Indonesia Bagian Timur (IBT), meskipun
pada saat yang sama pertumbuhan
Infrastruktur
terhadap Pembangunan
ekonomi meningkat.
Ekonomi Kawasan Barat Indonesia
Yanuar
(2006)
dalam
(KBI)” mendapatkan hasil estimasi untuk
penelitiannya
tentang
kaitan
elastisitas masing-masing variabel yaitu:
pembangunan
infrastruktur
dan
listrik 0,22; panjang jalan 0,08; stok
pertumbuhan
output
menggunakan
modal
0,02;
dummy OTDA
0,04.
analisis panel data 26 provinsi dengan
Sedangkan untuk variabel air bersih tidak
model fixed effects menemukan modal
signifikan.
fisik (physical capital), infrastruktur jalan,
Dari analisis empiris, menunjukkan
telepon, kesehatan dan pendidikan
bahwa infrastruktur berasosiasi dengan
memberikan pengaruh terhadap output.
hilangnya sebagian potensi ekonomi
Hasil dari estimasi semua provinsi dan
jangka
panjang.
Kaitan
antara
total seluruh sektor di Indonesia diperoleh
ketersediaan infrastruktur di sektor
elastisitas masingmasing variabel yaitu:
pendidikan, kesehatan dan infrastruktur
listrik -0,00; jalan 0,16; telepon 0,16;
jalan (biaya pelayanan publik), dan
kesehatan 0,46; pendidikan 0,18; modal
kesejahteraan masyarakat di sisi lain
fisik 0,03. Penelitian Prasetyo (2008) yang
secara lebih jelas tersaji pada gambar 2.4
berjudul “Ketimpangan dan Pengaruh
berikut.
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran Teoritis
Keterkaitan Anggaran,Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Jalan
Dengan Pertumbuhan Ekonomidan Kesejahteraan Masyarakat
ANGGARAN
PENDIDIKAN
ANGGARAN
KESEHATAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
ANGGARAN
INFRASTRUKTUR
JALAN
Sumber : Penelitia, 2016
Hipotesis
kondisi ketersediaan infrastuktur jalan yang
1. Diduga ada pengaruh positif secara sudah cukup memadai disatu sisi tetapi
langsung
anggaran
pendidikan, disisilain pertumbuhan ekonomitiga (3)
kesehatan
dan
Infrastruktur tahun terakhir menunjukkan tren yang
jalanterhadap
kesejahteraan negatif,
disamping
itu
kebijakan
masyarakat di Kabupaten Halmahera pembangunan di sektor pendidikan dan
Barat
kesehatan yang dilihat darialokasi angga
2. Diduga ada pengaruh positif secara ran yang terus meningkat, namum belum
tidak langsung anggaran pendidikan, memberikan dampak yang signifikan
kesehatan
dan
Infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia
jalanterhadap
kesejahteraan (IMP). Atas dasar inipilihan Kabupaten
masyarakat
melalui
pertumbuhan Halmahera Barat sebagailokasipenelitian
ekonomi di Kabupaten Halmahera Barat dipandang beralasan.
3. Diduga pula pertumbuhan ekonomi Jenis dan Sumber Data
berpengaruh
positif
terhadap
Jenis data yang digunakan dalam
Kesejahteraan
Masyarakat
di penelitian ini adalah daata sekunder,
Kabupaten Halmahera Barat
meliputi data tentang:
METODE PENELITIAN
1. Anggaran Pembangunan Infastruktur
Lokasi Penelitian
Jalan tahun 2006-2015
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten 2. Anggaran Pembangunan Pendidikan
Halmahera Utara. Pilihan terhadap lokasi
tahun 2006-2015
penelitian
ini
didasarkaan
pada 3. Anggaran Pembangunan Kesehatan
pertimbangan bahwa; pertama, Kabupaten
tahun 2006-2015
Halmahera Utara termasuk daerah dengan 4. IPM
5. PDRB
6. Data-data lain yang terkait dengan
penelitian ini.
Data-data dimaksud perolehannya
melaui instansi terkait,diantaraanya BPS
Kabupaten Halmahera Barat, BAPPEDA
Kabupaten Halmahera Barat, Dinas
Pendidikan Kabupaten Halmahera Barat,
Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera
Barat
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan/pengambilan
data
adalah pencatatan peristiwa – peristiwa
atau hal -hal atau keterangan-keterangan
atau karakteristik-karakteristik sebagian
atau seluruh elemen populasi yang akan
menunjang atau mendukung penelitian
(Hasan, 2002). Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitianini adalah
studi
dokumentasi,
sehingga
tidak
diperlukan teknik sampling serta kuesioner.
Studi
dokumentasi
adalah
teknik
pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, namun
melalui dokumen. Dokumen yang dapat
digunakan dapat berupa buku harian,
surat pribadi, laporan notulen rapat,
catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan
dokumen lainnya (Hasan, 2002).
Defenisi Operasional Variabel
Untuk
memperjelas
dan
mempermudah pemahaman
terhadap
variabel-variabel
yang akan dianalisis
dalam
penelitian
ini,
maka
perlu
dirumuskan defenisi operasional sebagai
berikut :
a. Anggran Infrastruktur jalan adalah
besarnya
alokasi
pembiayaan
infastruktur jalan yang menjadi bagian
dari struktur belanja publik bidang jalan
dalam APBD di Kabupaten Halmahera
Barat, selama satu tahun anggaran,
dinyatakan dalam milyaran rupiah
b. Anggran Pendidikan adalah besarnya
alokasi pembiayaan sektor pedidikan;
yang menjadi bagian dari struktur
belanja publik bidang pendidikan dalam
APBD di Kabupaten Halmahera Barat,
selama
satu
tahun
anggaran,
dinyatakan dalam milyaran rupiah.
c. Anggran Kesehatan adalah besarnya
alokasi pembiayaan sektor kesehatan;
yang menjadi bagian dari struktur
belanja publik bidang kesehatan dalam
APBD di Kabupaten Halmahera Barat,
selama
satu
tahun
anggaran,
dinyatakan dalam milyaran rupiah
d. Pertumbuhan
Ekonomi;
adalah
pertumbuhan nilai PDRB atas dasar
harga konstan di Kabupaten Halmahera
Barat dari satu periode/tahun terhadap
periode/tahun
sebelumnya,besaran
variabenya dalam milyaran rupaih
e. Kesejahteraan Masyarakat; adalah
perubahan
yang
ditunjukkan
olehindikator
IMP
yang
dicapai
Pemerintah kabupaten Halmahera
Barat selama satu tahun,besaran
variabenya dalam persentase
Metode Analisis Data
Analisi Jalur (Path Analysis)
Teknik analisis digunakan dalam
penelitian ini adalah path analysis (analisis
jalur atau lintasan). Tujuan path analysis,
menerangkan akibat langsung dan tidak
langsung seperangkat variabel, sebagai
variabel penyebab, terhadap variabel
lainnya,
merupakan
variabel
akibat
(Mahyudin, 2007: 221). Analisis ini
merupakan salah satu pilihan dalam rangka
mempelajari ketergantungan di dalam
model dan merupakan metode untuk
menerangkan apakah terdapat seperangkat
data besar, untuk menelaah hubungan
antara model kausal yang telah dirumuskan
peneliti, atas dasar pertimbangan teoritis
dan pengetahuan tertentu.
Bentuk hubungan sebab akibat
dalam studi ini, menggunakan model tidak
sederhana, karena ada variabel berperan
ganda sebagai variabel independen pada
suatu hubungan, tetapi menjadi variabel
dependen pada hubungan lain. Bentuk
hubungan seperti ini membutuhkan alat
analisis yang mampu menjelsakan secara
simultan. Analisis jalur (path analysis)
menjadi pilihan tepat. Alasan penggunaan
analisis jalur adalah :
1. Hipotesis penelitian dikembangkan dari
model (kerangka konseptual) dan
semua hubungan bersifat asimetris,
merupakan suatu sistem, sehingga
model yang paling tepat adalah analisis
jalur (path analysis).
2. Analisis jalur (path analysis)
memberikan
metode
langsung
terkait dengan hubungan ganda
secara simultan (model structural),
memberikan
efisiensi
analisis
statistik.
3. Kemampuannya menguji hubungan
secara komprehensif, memberikan
suatu bentuk transisi analisis
eksplanatory
menuju
analisis
confirmatory. Bentuk transisi ini
berkaitan dengan upaya lebih besar
saat penelitian, mengembangkan
pandangan
masalah
secara
sistematis dan holistik. Upaya
seperti ini memerlukan kemampuan
menguji
hubungan
berantai,
membentuk
model
besar,
seperangkat prinsip dasar, atau
suatu teori keseluruhan,
4. Data
semua
variabel
yang
digunakan dalam penelitian ini,
merupakan
variabel
terukur
(measured variable) atau variabel
teramati
(observed
variable)
Sarwono, (2007: 11).
5. Proses perhitungan koefisien dalam
path analysis, didekati melalui
analisis
regresi
dengan
menggunakan soffware Amos .
6. Hasil analisi akan disajikan dalam
bentuk interpretasi hasil.
7. Diagram berikut ini memvisualisasi
analisis jalur dalam penelitian ini.
Gambar 3.1.
Model Analisis Struktural Konseptual
Anggaran
Pendidikan
(X1)
P4
P1
P2
Anggaran
Kesehatan
(X2)
P7
Kesejahteraan
Masyarakat
(IPM) (Y2)
Pertumbuhan
Ekonomi (Y1)
P3
Anggaran
Infrastruktur
Jalan (X3)
Keterangan:
 ASP adalah anggaransektor
pendidikan (X1)
 ASK adalah anggaransektor
kesehatan (X2)
 ASIJ adalah anggaran sektor
infrastruktur jalan (X3)
 PE
adalah
pertumbuhan
ekonomi (Y1)
 KM (IPM) adalah Indeks
Pembangunan manusia (Y2)
1. Y1 = P1X1 + ε1
2. Y1 = P2X2 + ε2
3. Y3 = P3X3 + ε3
4. Y1 = P4X1 + Y2 + ε5
5. Y1 = P5X2 + Y2+ε6
6. Y1 = P6X3 + Y2 + ε7
7. Y2 =P7Y1 + ε8
Interpretasi Hasil Analisis
Langkah terakhir di dalam analisis
jalur adalah melakukan interpretasi hasil
analisis. Berdasarkan analisis jalur, maka
interpretasi yang dilakukan, yaitu :
1. Penjelasan terhadap fenomena yang
dipelajari atau permasalahan yang
diteliti.
2. Menentukan variabel bebas apa saja
yang berpengaruh signifikan terhadap
variabel tergantung. Selain itu juga
untuk menelusuri mekanisme jalur-jalur
variabel bebas tehadap variabel
P5
P6
tergantung secara langsung maupun
tidak langsung.
3. Pengujian
model,
yaitu
membandingkan pada konsep teori dan
konsep empirik maka akan dapat
diketahui apakah hasil penelitian bisa
mendukung konsep yang sudah ada
dan bahkan diharapkan bisa digunakan
untuk pengembangan konsep baru.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Kondisi Makroekonomi Kabupaten
Halmahera Barat
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Halmahera Barat tiga (3) tahun terakhir
menunjukkan kecenderungan yang terus
menurun. Tahun 2011 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Halmahera Barat
sebesar 5,62 %. Tahun 2012 pertumbuhan
ekonomi tercatat sebesar 5,60%, turun
0,2% dari tahun sebelumnya. Tahun 2013
pertembuhan
ekonomi
Kabupaten
Halmahera Barat tercatat sebesar 5,49%,
turun sebesar 0,11% dari tahun 2012.
Langkah dan strategi yang tepat harus
dilakukan dibidang ekonomi, dengan cara
mendorongsektor-sektor ekonomi yang
harapkan dapat mendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Halmahera Barat.
Disisi lain Produk Demostik Regional
syarat adanya sumber teknologi tinggi
Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
secara efisien, dan adanya sumberdaya
dan hargaa berlaku Kabupaten Halmahera
manusia dapat memanfaatkan teknologi.
Barat selama 2011-2013 menunjukka
Teori ini percaya bahwa investasi bidang
angka yang terus meninkat. Tahun 2011
pendidikan
sebagai
investasi
PDRB
(ADHK)
tercatat
sebesar
meningkatkan produktivitas masyarakat,
Rp.241.048,97,
naik
sebesar
pemerintah harus membangun sarana dan
Rp.254.546,49, dan tahun 2013 tercatat
sistem pendidikan dengan lebih baik.
meningkat menjadi Rp.268.529,07. Kondisi
Alokasi
anggaran
pendidikan
ini menunjukkan adanya masalah yang
merupakan
wujud
nyata
investasi
dihadapi
pemerintah
Kabupaten
meningkatkan produktivitas sumberdaya
Halmahera Barat, karena dari sisi
manusia
di
daerah.
Pengeluaran
pertumbuhan
ekonomi
menunjukkan
pembangunan diantaranya penyediaan
kecenderungan yang terus menurun,
infrastruktur,
pendidikan
dan
sementara dari sisi PDRB atas dasar harga
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
konstan ditahan yang sama meningkat.
bagi seluruh penduduk Indonesia secara
Kondisi Pendidikan di Kabupaten
merata. Anggaran pendidikan sebesar 20
Halmahera Barat
persen
merupakan
wujud
realisasi
Teori
pertumbuhan
ekonomi
pemerintah
meningkatkan pendidikan.
berkembang saat ini, didasari kepada
Menurut Estache, Antonio et. al (2007)
kapasitas produksi tenaga manusia
implikasi dari pembangunan pendidikan
didalam proses pembangunan atau disebut
adalah kehidupan manusia yang semakin
juga investment in human capital.
berkualitas.
Kaitannya
dengan
Peningkatan
kemampuan
kualitas
perekonomian secara umum, semakin
Sumbrdaya Manusia
(SDM) menjadi
tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin
investasi penting di suatu wilayah. Asumsi
tinggi
tingkat
pertumbuhan
dan
digunakan dalam teori human capital
kesejahteraan bangsa.
adalah pendidikan formal merupakan faktor
Secara umum kondisi sektor
dominan,
menghasilkan
sumberdaya
pendidikan di Kabupaten Halmahera Barat
manusia berproduktivitas tinggi. Teori
dapat digambarkan sebagai berikut:
human capital dapat diaplikasikan, dengan
Tabel 4.1.
Kondisi Penyebaran Jumlah Sekolah, dan Guru
di Kabupaten Halmahera Barat tahun 2014
Penyebaran
Jumlah
Jumlah
Kebutuhan
%
Guru
Sekolah
Sekolah
Guru
Guru
PAUD/TK
54
64
84
SD
174
1.132
2.720
SMP
61
363
2.096
17,31
-1.733
SMA
16
208
1.128
18,43
-920
SMK
12
144
173
83,23
-29
Dokumen LKPJ 2011-2015 Halbar
Data diatas memperlihatkan ada
kebutuhan tenaga kependidikan (guru) di
Kabupaten Halmahera Barat yang masih
cukup banyak, terutama di tingkat
pendidikan dasar (SD dan SMP). Hingga
tahun 2014 di tingkat pendidikan dasar SD
dan SMP di Kabupaten Halmahera Barat
masih kekurangan guru sebanyak 3.321
(Kurang/Lebih)
76,19
41,61
-20
-1.588
orang guru, atau 58,92%. Dari sisi anggaran
pemerintah kabupaten Halmahera Barat
telah mengalokasikan anggaran yang
cukup signifikan, tetapi perlu mendapat
perhatian adalah penambahan tenaga
kependidikan, guna memenuhi standar
minimal kebutuhan guru disetiap jenjang
pendidikan.
Investasi bertujuan meningkatkan
pendapatan di masa datang. Ketika sebuah
perusahaan melakukan investasi barangbarang
modal,
perusahaan
akan
mengeluarkan
sejumlah
dana,
dan
diharapkan investasi tersebut nantinya
diperolehpendapatan
melebihi
nilai
investasi yang telah dilakukan. Demikian
halnya jika melakukan investasi pada
tenaga kerja.Anggaran pendidikan sebesar
20 persen merupakan wujud realisasi
pemerintah
meningkatkan pendidikan.
Menurut Estache, et. al (2007) implikasi dari
pembangunan
pendidikan
adalah
kehidupan
manusia
yang
semakin
berkualitas. Dalam kaitannya dengan
perekonomian secara umum (nasional)
semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa,
semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan
kesejahteraan bangsa. Angka Harapan
Hidup (AHH) merupakan alat mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk secara umum.
Gambar 4.1.
Strategi Pencapaian Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar
(SD) Di Kabupaten Halahera Barat 2013-2015
Sumber : Dokumen LKPJ Halbar 2011-2015
Pentingnya
pendidikan
dapat menjadikan faktor penting dalam proses
dijelaskan bahwa; menjadi komponen transformasi
sosial
suatu
dalam
strategis dan mendasar, mendukung, masyarakat. Kontribusi pembangunan
mendorong setiap upaya pembangunan pendidikan terhadap pembangunan sosial
sektor lainnya. Pendidikan mempengaruhi ekonomi terwujud melalui peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Bukan pendidikan pengetahuan (knowledge), keterampilan
berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi (skills), sikap (attitudes), dan produktivitas
berpengaruh terhadap fertilitas, mortalitas (productivity).
dan migrasi masyarakat. Pendidikan
Gambar 4.2.
Strategi Pencapaian Angka Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Di Kabupaten Halahera Barat 2013-2015
Sumber : Dokumen LKPJ Halbar 2011-2015
Bagi
masyarakat,
pendidikan termasuk
Pemerintah
Kabupaten
bermanfaat dalam memperkuat kehidupan Halmahera Barat.
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Secara
Strategi dan upaya yang menjadi
filosofis, pendidikan sangat bermanfaat bagi program pemerintah kabupaten Halmahera
manusia dalam memecahkan berbagai Barat saat ini, menunjukkan adanya
persoalan kehidupan. Pendidikan juga komitmen
yang
kuat
untuk
terus
memperkuat
kemampuan
dalam meningkatkan
kualitas
hidup,
bagi
memanfaatkan teknologi demi kemajuan di masyarakat melalui sektor pendidikan.
bidang sosial dan ekonomi. Karena Infestasi di sektro pendidikan, dapat
manfaatnya luas, menyentuh semua menunjukkan hasilnya dalam jangka
dimensi
kehidupan
masyarakat, panjang. Artinya apa yang telah dilakukan
pembangunan
pendidikan
harus pemerintah kabupaten Halmahera Barat,
mendapatkan prioritas pemerintah saat ini bisa dilhat hasilnya 10-20 tahun kedepan.
Gambar 4.3.
Strategi Pencapaian Angka Partisipasi Murni Sekolah Menengah Lanjutan
(SMA/SMK) Di Kabupaten Halahera Barat 2013-2015
Sumber : Dokumen LKPJ Halbar 2011-2015
Korupsi menjadi penghambat utama
pembangunan manusia.Sejumlah fakta
empiris menunjukkan pengeluaran sektor
pendidikan, tingkat pertumbuhan GDP
dimasukkan dalam analisis terbukti adalah
hubungan yang tidak langsung dengan
dengan IPM. Artinya peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) diukur dari
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
meningkat, dapat meningkatkan kesadaran
berdemokrasi, GDP meningkat karena
meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Bagi
Kondisi Kesehatan di Kabupaten
Halmahera Barat
Kesehatan merupakan kebutuhan
mendasar bagi setiap manusia, tanpa
kesehatan
masyarakat
tidak
dapat
menghasilkan suatu produktivitas bagi
negara. Kegiatan ekonomi suatu negara
akan berjalan jika ada jaminan kesehatan
bagi setiap penduduknya. Terkait dengan
teori human capita, bahwa modal manusia
daerah, termasuk Pemerintah Kabupaten
Halmahera
Barat,
yang
harus
dimaksimalkan secara efektif dan efisien
adalah anggaran yang masih sangat
terbetas itu, untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan dan peningkatan kapasitas
tenaga kependidikan, serta saranaprasaran pendidikan lainnya. Dengan
begitu investasi di sektor pendidikan akan
menunjukkan hasilnya dalam bentuk
kesejahteraan masyarakat.
berperan signifikan, bahkan lebih penting
daripada faktor teknologi dalam memacu
pertumbuhan ekonomi (Haryanto et.al.
2005). Negara sedang berkembang seperti
Indonesia sedang mengalami tahap
perkembangan
menengah,
dimana
pemerintah harus menyediakan lebih
banyak sarana publik seperti kesehatan,
untuk meningkatkan produktifitas ekonomi.
Tahun
Tabel 4.2.
Jumlah Puskesmas, Dokter, Bidan dan Perawat
di Kabupaten Halmahera Barat tahun 2010-2014
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Puskesmas
Dokter
Bidan
Perawat
2010
10
8
60
42
2011
11
8
66
57
2012
11
9
48
57
2013
11
14
93
60
2014
12
9
93
65
Dokumen LKPJ 2011-2015 Halbar
Haryanto et.al. (2005) menunjukkan
bahwa sektor kesehatan, tingkat persalinan
yang ditolong tenaga medis dan persentase
pengeluaran pemerintah, untuk kesehatan
berpengaruh secara signifikan terhadap
kematian balita. Pengeluaran pemerintah
sektor kesehatan terbukti cukup besar
dampaknya terhadap peningkatan kinerja
sektor tersebut. Mengingat besarnya
pengaruh
pengeluaran
pemerintah
terhadap peningkatan kinerja kesehatan,
maka perlu adanya upaya secara bertahap
pemerintah meningkatkan pengeluaran
sektor kesehatan.
Tantang yang dihadapi pemerintah
Kabupaaten Halmahera Barat adalah
luasnya wilayah pelayanan, di satu sisi dan
disisi lain masih terbatasnya fasilitas
penunjang pelayanan kesehatan yaang
dijelaskan pada tabel 4.2di atas. Kondisi ini
yang mengakibatkan masih rendahnya
kesehatan
masyarakat
dilihat
dari
persentase penyakit yang dapat ditangani.
Gambar 4.4 berikut memperlihatkan kondisi
dimaksud.
Haryanto et. al. (2005) menunjukkan
sektor kesehatan, tingkat persalinan
ditolong tenaga medis,
persentase
pengeluaran pemerintah sektor kesehatan
berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kematian balita. Pengeluaran
pemerintah sektor kesehatan terbukti
secara
signifikan
mempengaruhi
peningkatan kinerja sektor tersebut.
Mengingat besarnya pengaruh pengeluaran
pemerintah terhadap peningkatan kinerja
kesehatan, perlu adanya upaya secara
bertahap oleh pemerintah meningkatkan
pengeluarannya sektor kesehatan.
Pentingnya
kesehatan
dapat
dijelaskan bahwa; menjadi komponen
strategis dan mendasar, mendukung,
mendorong setiap upaya pembangunan
sektor lainnya. Kesehatan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Secara filosofis,
kesehatan sangat bermanfaat bagi manusia
dalam memecahkan berbagai persoalan
kehidupan. Pendidikan juga memperkuat
kemampuan
dalam
memanfaatkan
teknologi demi kemajuan di bidang sosial
dan ekonomi. Karena manfaatnya luas,
menyentuh semua dimensi kehidupan
masyarakat, pembangunan pendidikan dan
kesehatan harus mendapatkan prioritas
pemerintah saat ini.
Gambar 4.4.
Persentase sepuluh (10) Jenis Penyakit yang dapat di Tangani
di Kabupaten Halmahera Barat 2013
Malaria Dengan
Tanpa Pemeriksaan
Lab (Malaria Klinis)
Diare
3% Penyakit Tekanan 5%
Kecelakaan dan
Ruda Paksa
3%
Darah Tinggi
5%
Infeksi Penyakit
Usus yang lain
5%
Penyakit Kulit Infeksi…
Malaria Dengan
Pemeriksaan Lab
(Malaria Positif)
3%
ISPA
51%
Penyakit Kulit Alergi
7%
Penyakit pada
Sistem Otot &
Jaringan Pengingat
13%
Dokumen LKPJ 2011-2015 Halbar
Banyak negara yang percaya pembangunan sehingga berjalan dengan
bahwa pengeluaran sektor publik mampu lebih lancar. Infrastuktur juga menunjukkan
berkontribusi
terhadap
proses seberapa besar pemerataan pembangunan
pembangunan ekonomi. Sektor-sektor yang terjadi.
dirasa strategis, misalnya pendidikan,
Besarnya komitmen pemerintah
kesehatan dan infrastruktur biasanya daerah dalam menyediakan layanan
memiliki alokasi anggaran yang cukup publik
melalui
pengeluaran
belanja
besar mengingat perannya yang berkaitan tampak dari alokasi pengeluaran belanja
langsung
dengan
kepentingan pemerintah daerah.
Suatu belanja
masyarakat.
Pertumbuhan
ekonomi dikatakan efisien apabila input yang
didasari oleh investment in human tersedia mampu menghasilkan output
capital. Dalam teori human capital, berupa barang atau jasa pada tingkat yang
asumsi yang digunakan adalah bahwa paling
optimal
bagi
kepentingan
pendidikan formal merupakan faktor yang masyarakat.
dominan untuk mnghasilkan masyarakat Kondisi Infrastruktur Jalan di
atau sumber daya manusia yang memiliki Kabupaten Halmahera Barat
produktifitas. Begitu juga yang terjadi
Keberadaan infrastruktur, seperti
pada bidang kesehatan yang perananya jalan,
pelabuhan,
bandara,
sistem
tidak kalah penting bagi peningkatan penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem
kualitas daya sumber manusia.
penyediaan air bersih, dan sanitasi,
Perbaikan
akses
terhadap memiliki keterkaitan dengan tingkat
konsumsi pelayanan sosial merupakan perkembangan suatu wilayah, antara lain
alat kebijakan penting dalam strategi dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi
pemerintah secara keseluruhan untuk suatu negara. Hasil studi terdahulu
mengurangi kemiskinan dan memperbaiki menunjukkan, daerah yang mempunyai
kualitas hidup masyarakat.
Sektor kelengkapan sistem infrastruktur lebihbaik,
infrastruktur juga merupakan sektor yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan
penting selain pendidikan dan kesehatan. kesejahteraan
masyarakat
lebihbaik.
Infrastruktur merupakan wujud sarana Penyediaan infrastruktur merupakan faktor
dan
prasarana
fisik
yang
dapat kunci mendukung pembangunan nasional.
mendukung produktivitas ekonomi dan
Gambar 4.5
Kualifikasi Jalan dan Kondisi jalan di
Kabupaten Halmahera Barat
Tahun 2014
umber : LKPJ Pemda Halbar
JALAN NASIONAL (Km)
JALAN PROVINSI (Km)
129,75
21,34
95,6
17,9
JALAN KABUPATEN (Km)
336,46
144,13
124,43
48,82
Baik
19,08
Rusak Berat
Rusak Ringan
Kualifikasi jalan seperti nampak
pada gambar 4.5 di atas menunjukkan
bahwa ada perbendaan tanggung jawab
dalam pembangunan infastruktur jalan di
Indonesia. Kondisi ini berimplikasi terhadap
percepatan pembangunan. Ketersediaan
jalan menjadi syarat penting dalam
mengurai keterbelakang pembangunan di
suatu daerah. Pengeluaran pemerintah
yang selalu meningkat tidak praktis
meunjukkan
kesuksesan
pemerintah
dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakatnya. Pengeluaran atau belanja
pemerintah yang selalu meningkat setiap
tahunnya belum tentu diikuti dengan
penggunaan pengeluaran yang semakin
efisien. Efisiensi disini diartikan sebagai
suatu usaha
untuk
mengoptimalkan
pengeluaran sektor publik dalam upaya
mencapai
pembangunan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan
pentingnya efisiensi belanja, ada beberapa
jenis belanja yang penting untuk dilakukan
seefisien mungkin karena efisiensi belanja
pemerintah berdampak pada pelayanan
publik, diantaranya yang paling penting
yakni belanja di bidang pendidikan,
kesehatan dan infrastuktur. Pendidikan,
kesehatan dan infrastuktur dianggap
sebagai pelayanan dasar yang harus
diterima oleh masyarakat secara memadai.
Peran pemerintah daerah melalui APBD,
Jln Tanah
Jumlah
khususnya
belanja
daerah
menjadi
penting
dengan
tujuan
efisiensi
pengelolaan keuangan daerah yang pada
akhirnya mempunyai multiplier effect
terhadap kesejahteraan masyarakat.
Sektor infrastruktur merupakan
salah
satu
sektor
vital,
memacu
pertumbuhan ekonomi.Merupakan sektor
antara menghubungkan berbagai aktivitas
ekonomi.
Pembangunan
infrastruktur
jalansebagai salah satu sub sektor,
infrastruktur jalan memiliki fungsi aksebilitas
membuka daerah kurang berkembang, dan
fungsi mobilitas, untuk memacu daerah
telah
berkembang.Saat
ini
proses
pembangunan infrastruktur
jalan di
Indonesia, sebagian besar masih ditangani
oleh pemerintah, karena infrastruktur jalan
merupakan
barang
publik.
Alokasi
anggaran dan efiseinsi menjadi faktor kunci
dalam pembangunan sub sektor ini. Tanpa
diikuti kenaikan efisiensi, alokasi anggaran
infrastruktur
jalan,tidak
menghasilkan
manfaat
optimal.
Dari
jenis
penanganannya, anggaran pembangunan
jalan dialokasikan untuk pemeliharaan,
peningkatan dan pembangunan jalan baru.
Kondisi jalan yang rusak dan harus
menjadi tanggung jawab pemerintah
kabupaten Halmahera Barat hingga tahun
2014 menjapai 124,43 km. Pengeluaran
pemerintah
mencerminkan
kebijakan
pemerintah sebagai pengguna uang dan dan komunikasi sebesar sebesar 6,12
sumberdaya
suatu
negara
untuk persen, konstruksi 4,68 persen, keuangan
membiayai kegiatan pemerintahan dalam persewaan dan jasa perusahaan sebesar
rangka mewujudkan fungsinya dalam 0,44 persen.
melaksanakan
serta
mencapai
Perbedaan potensi sumberdaya
kesejahteraan. Interaksi antara permintaan alam yang dimiliki masing-masing daerah di
dan penawaran untuk barang publik Provinsi Maluku Utara diharapkan mampu
menentukan jumlah barang publik yang menjadi basis penyumbang terbesar
akan disediakan melalui anggaran belanja. ekonomi nasional beberapa komoditas
Inilah yang akan dianalisis lebih lanjut.
unggulan yang dimiliki masing-masing
Faktor
Pendorong
Pertumbuhan daerah.
Ekonomi
Analissis Hasil Penelitian
Struktur
perekonomian
di Uji Normalitas Data
Kabupaten Halmahera Barat, masih
Normalitas dari data merupakan
didominasi sektor pertanian sebesar 22,18 salah satu syarat dalam pemodelan analisis
persen, diikuti sektor pertambangan dan jalur
(path
analysis).
Pemeriksaan
penggalian 19,86 persen, menyusul sektor normalitas ditekankan pada data residual
administrasi pemerintahan
pertahanan, pada masing-masing model. Pemeriksaan
dan jaminan sosial wajib16,42 persen, asumsi distribusi normal dilakukan dengan
perdagangan besar dan eceran, reparasi melihat plot probabilitasnya, jika plot
mobil dan sepeda motor sebesar 14,76 mendekati garis lurus maka dikatakan
persen, konstruksi 8,42 persen, informasi asumsi normal telah terpenuhi.
dan komunikasi7,51 persen, pengangkutan
Gambar 4.6
Pemeriksaan Asumsi Normalitas pada Model
Berdasarkan Gambar 4.1 ternyata
VIF lebih dari 20 dikatakan ada
pada model ini telah menunjukkan plot
multikolinearitas
yang
serius.
Hasil
residual tersebut mendekati garis lurus,
penelitian memberikan nilai VIF kurang dari
sehingga dikatakan asumsi normalitas
10 baik pada ada, sehingga dapat dikatakan
pada model telah terpenuhi.
bahwa
tidak
terdapat
masalah
4.3.2. Uji
Multikolinearitas
atau multikolinearitas dan singularitas pada data
Singularitas
yang dianalisis.
Uji Kausalitas
Multikolinearitas dalam program 4.4.
SPSS dapat dilihat melalui nilai variance
Setelah dilakukan pemeriksaan
inflation factor (VIF) pada variabel asumsi, maka model tersebut di atas dapat
independen di masing-masing model. Nilai dinyatakan dalam grafik analisis jalur
VIF kurang dari 10 sampai 20 dikatakan ada dengan bentuk sebagai berikut:
multikolinearitas yang tidak serius, dan nilai
Gambar 4.7.
Analisis Jalur Regresi Variabel
X1 Ke Y2 melalui Y1 = 0.498
Anggaran
Pendidikan
(X1)
e.PY2= 0. 690
X1 Ke Y1 = 0.647
Anggaran
Kesehatan
(X2)
X2 Ke Y1 =
0.284
X3 Ke Y1 = 0.046
PE
(Y1)
Y1 Ke Y2 = 0.930
IPM
(Y2)
Anggaran
Infrastruktur
Jalan
(X3)
X2 Ke Y2 melalui Y1 = 0.186
X3 Ke Y2 melalui Y1 = 0.252
e.PY1= 0. 530
Berdasarkan
gambar
model
konseptual di atas, dapat dibagi ke dalam
tujuh model berdasarkan direct effect yang
dibentuk, yakni:
1. Model
1,
menggambarkan
pengaruhtidak langsung anggaran
pendidikan
(X1)
terhadapkesejahteraan/IMP
(Y2)
melalui pertumbuhan ekonomi (Y1)
2. Model 2, menggambarkan tidak
pengaruhlangsung
anggaran
kesehatan
(X2)
terhadap
kesejahteraan/IPM
(Y2)
melalui
pertumbuhan ekonomi (Y1)
3. Model 3, menggambarkan pengaruh
tidak langsung anggaran infrastruktur
jalan (X3) terhadap kesejahteraan/IPM
(Y2) melalui pertumbuhan ekonomi
(Y1)
4. Model 4, menggambarkan pengaruh
total langsung antara pertumbuhan
ekonomi
(Y1)
terhadap
kesejahteraan/IPM (Y2)
5. Model 5, menggambarkan pengaruh
langsung anggaran pendidikan (X1)
terhadap kesejahteraan/IPM (Y2)
6. Model
6,
menggambarkan
pengaruhlangsung
anggaran
kesehatan
(X2)
terhadap
kesejahteraan/IPM (Y2)
7. Model
7,
menggambarkan
pengaruhlangsung
anggaran
infrastruktur jalan (X3) terhadap
kesejahteraan/IPM (Y2)
Tabel 4.3 berikut menunjukkan hasil
estimasi regression weights, dari ketujuh
model di atas. Penjelasan lebih lanjut
terhadap
hasil
estimasi
regression
weightsini, sekaligus mengkonfirmasi dan
atau menjawab hipotesis penelitian sebagai
berikut :
Model 1, menggambarkan pengaruh
langsung antara anggaran pendidikan (X1)
tingkat
dengan
kesejahteraan
masyarakat/IPM
(Y2)
di
kabupaten
Halmahera Barat, menunjukkan ada
hubungan positif yang ditunjukkan dengan
nilai regresin varible 0,489%. Nilai ini dapat
diinterpretasi secara statistik, mengandung
pengertian ketika anggaran pendidikan
dinaikan 1%, akan bedampak pada
perbaikan kesejahteraan masyarakat/ IPM
di Kabupaten Halmahera Barat meningkat
sebesar 4,48%.
Hipotesis
pertama
(I)
dalam
penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya
anggaran pendidikan berpengaruh positif
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat
dilihat dari indikator IPM selama tahun
2005-2015.
Model
2,
menggambarkan
pengaruhlangsung
antara
anggaran
kesehatan (X2) terhadap kesejahteraan
masyarakat/IPM
(Y2)
di
kabupaten
Halmahera Barat, menunjukkan ada
pengaruh positif yang ditunjukkan dengan
nilai regresin varible 0,186%. Nilai ini dapat
diinterpretasi secara statistik, mengandung
pengertian ketika anggaran kesehatan naik
1% akan mendorong meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat/IPM
di
Kabupaten Halmahera Barat sebesar
1,86%.
Hipotesis
kedua
(II)
dalam
penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya
anggaran kesehatan berpengaruh positif
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat
dilihat dari indikator IPM selama tahun
2005-2015
Model
3,
menggambarkan
pengaruhlangsung
antara
anggaran
infrastruktur
jalan
(X3)
terhadap
kesejahteraan masyarakat/IPM (Y2), di
kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan
ada pengaruh positif yang ditunjukkan oleh
nilai regresin varible 0,252%. Nilai ini dapat
diinterpretasi secara statistik, mengandung
pengertian ketika anggaran infrastruktur
naik 1%, berdampak terhadap perbaikan
tingkat kesejahteraan masyarakat melalui
indikator IPM sebsar 2,52%
Hipotesis ketiga (III) dalam penelitian
ini terbukti, bahwa meningkatnya anggaran
infrastruktur jalan berpengaruh positif
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat
dilihat dari indikator IPM selama tahun
2005-2015
Model
4,
menggambarkan
pengaruhlangsung pertumbuhan ekonomi
(Y1) terhadap kesejahteraan masyarakaat
(Y2)di kabupaten Halmahera Barat,
menunjukkan ada pengaruh positif yang
ditunjukkan dengan nilai regresin varible
0,930%. Nilai ini dapat diinterpretasi secara
statistik, mengandung pengertian ketika
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Halmahera Barat meningkat sebesar 1%,
akan dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan
kesejahteraan
masyaraakaat/IPM
di
Kabupaten
Halamhera Barat sebesar 9,30%.
Hipotesis keempat (IV) dalam
penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Halmahera Barat
dilihat dari indikator IPM selama tahun
2005-2015
Model 5, menggambarkan pengaruh
tidak langsung anggaran pendidikan (X1)
terhadap (Y2) IPM
melalui (Y1)
pertumbuhan ekonomi di kabupaten
Halmahera Barat, menunjukkan pengaruh
positif yang ditunjukkan dengan nilai
regresin varible 0,647%. Secara statistik
mengandung pengertian ketika pemerintah
Kabupaten Halmahera Barat menaikan
anggaran pendidikan sebesar 1%, akan
dapat memberikan kontribusi terhadap
perbaikan
kesejahteraan
Masyarakat
Kabupaten Halamhera Barat (IPM) sebesar
6,47%. Sedangkan dari hasil analisis
pengaruh langsung anggaran pendidikan
(X1) terhadap IPM (Y2) sebsar 0,498%.
Artinya ketika pemerintah Kabupaten
Halmahera Barat meningkatkan anggaran
pendidikan sebesar 1%, akan berdampak
pada perbaikan kesejahteraan masyarakat
(IPM) sebesar 4, 98%.
Hipotesis kelima (V) dalam
penelitian ini terbukti, bahwa meningkatnya
anggaran pendidikan berpengaruh positif
terhadap kesejahteraan masyarakat melalui
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Halmahera Barat selama tahun 2005-2015.
Model 6, menggambarkan pengaruh
tidak langsung anggaran kesehatan (X2)
terhadap (Y2) IPM
melalui (Y1)
pertumbuhan
ekonomi,
menunjukkan
pengaruh positif yang ditunjukkan dengan
nilai regresin varible 0,284%. Secara
statistik mengandung pengertian ketika
pemerintah Kabupaten Halmahera Barat
menaikan anggaran kesehatan sebesar
1%, akan dapat memberikan kontribusi
terhadap
perbaikan
kesejahteraan
Masyarakat Kabupaten Halamhera Barat
(IPM) sebesar 2,84%. Sedangkan dari hasil
analisis pengaruh langsung anggaran
kesehatan (X2) terhadap IPM (Y2) sebsar
0,186%. Artinya jika pemerintah Kabupaten
Halmahera Barat meningkatkan anggaran
kesehatan sebesar 1%, akan berdampak
pada perbaikan kesejahteraan masyarakat
(IPM) sebesar 1,86
Hipotesis keenam (VI) dalam
penelitian ini terbukti, bahwa anggaran
kesehatan berpengaruh positif terhadap
kesejahteraan
masyarakat
melalui
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Halmahera Barat selama tahun 2005-2015
Model 7, menggambarkan pengaruh
tidak langsung anggaran infrastruktur jalan
(X3) terhadap (Y2) IPM
melalui (Y1)
pertumbuhan
ekonomi,
menunjukkan
pengaruh positif yang ditunjukkan dengan
nilai regresin varible 0,048%. Secara
statistik mengandung pengertian ketika
pemerintah Kabupaten Halmahera Barat
menaikan anggaran infrastruktur jalan
sebesar 1%, akan dapat memberikan
kontribusi
terhadap
perbaikan
kesejahteraan
masyarakat
(IPM)
Kabupaten Halmahera Barat sebesar
2,84%. Sedangkan dari hasil analisis
pengaruh langsung anggaran infrastruktur
jalan (X3) terhadap IPM (Y2) sebsar
0,252%. Artinya jika pemerintah Kabupaten
Halmahera Barat meningkatkan anggaran
infrastruktur jalan sebesar 1%, akan
berdampak pada perbaikan kesejahteraan
masyarakat (IPM) sebesar 2,52%
Tabel: 4.3
Hasil Analisis Jalur Coefficients Regresi
Hubungan Variabel Tidak Langsung
Pengaruh
Pengaruh Tidak
Persamaan Variabel Tidak
Total Pengaruh
Variabel
Langsung
Langsung
Tidak Langsung
X1 – Y1
0.647
0.647
signifikan
X2 – Y1
0.284
0.284
signifikan
X3 – Y1
0.046
0.046
signifikan
Keterangan
0.848
Pxy1
Sumber: Data diolah 2016
(0.647 x 0.284 x 0.046) = 0.008
0.856
signifikan
Tabel: 4.4
Hasil Analisis Jalur Coefficients Regresi
Hubungan Variabel Langsung
Pengaruh Variabel
Pengaruh
Langsung
Total
Persamaan Variabel Langsung
Keterangan
Pengaruh
Langsung
Y1 – Y2
0.930
0.930
signifikan
X1 - Y2
0.498
0.498
signifikan
X2 - Y2
0.186
0.186
signifikan
X3 – Y2
0.252
0.252
signifikan
Pxy2
0.724
0.747
signifikan
(0.489 x 0.186 x 0.252) = 0.023
Sumber: Data diolah 2016
Hipotesis
ketujuh
(VII)
dalam
penelitian ini terbukti, bahwa anggaran
infrastruktur jalan berpengaruh positif
terhadap kesejahteraan masyarakat melalui
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Halmahera Barat selama tahun 2005-2015.
Pembahasan Hasil Penelitian
Bagian ini, peneliti membahas hasil
penelitian
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya. Hasil estimasi membuktikan :
(1) meningkatnya anggaran di sektor
pendidikandapat memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten
Halamhera
Barat
sebesar
yang
cukupsignifikan.
(2)
meningkatnya
anggaran
publik
khusunya
bidang
kesehatan secara positif juga meningkatan
pertumbuhan ekonomidan kesejahteraan
masyarakat di
Kabupaten Halmahera
Barat. (3) Pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan
masyarakat
disecara
signifikan juga dipengaruhi oleh anggaran
infrastruktur jalan.
Determinan Anggaran Sektor Pendidikan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesejahteraan
Pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, didasarkan pada
pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih
mengetahui kebutuhan,
dan standar
pelayanan
bagi
masyaraka
di
daerahnya.Pemberian otonom daerah
diharapkan
dapat
memacu,
dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah melalui pertumbuhan ekonomi.
Hasil analisis dalam penelitian ini
terbuktibaik pengaruhlangsung, maupun
tidak langsung anggaran pendidikan
terhadap
tingkat
kesejahteraan
masyarakat/IPM di kabupaten Halmahera
Barat, menunjukkan hubunganyang positif
dan signifikan. Artinya
peningkatan
anggaran pendidikan selama 2005-2015
dalam penelitian ini terbukti memberikan
kontribusi
terhadap
perbaikan
kesejahteraan masyarakat.
Temuan
ini
sejalan
dengan
penelitian Yousra, Dahmani, Aziz and
Monir, (2014di Aljazair.Donald N dan
Shuanglin, (1993) di Eropa menyebutkan
pegeluaran pendidikan memliki pengaruh
yangpositif
dan
signifikan
terhadap
petumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
pada semua kasus.Jadi hasil penelitian
menunjukkan kesesuaian teori dimana
pengeluaran pemerintah ataspendidikan
seharusnya berpengaruh signifikan dan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil berbeda ditemukan Bastian (2010) di
Indonesia bahwa variabel pengeluaran
pemerintah atas pendidikan dalam jangka
pendektidak signifikan.
Hal ini terjadi karena pengeluaran
pemerintah atas pendidikan bersifatseperti
investasi yang tidak dapat langsung
memberikan
kontribusi
terhadappertumbuhan ekonomi Indonesia.
Seperti yang dikemukakan oleh Widodo
(2010)
dalam
penelitiannya
bahwa
pengeluaran pemerintah atas sektor
publikdalam hal ini pendidikan, tidak
dapat
berdiri
sendiri
sebagai
variabelindependen. Variabel pengeluaran
pemerintah
harus
berinteraksi
denganvariabel lain. Periode penelitian
yang hanya 41 tahun mungkin belum
dapatmengakomodir
pengaruh
pengeluaran pemerintah atas pendidikan.
Selain itupengeluaran pemerintah atas
pendidikan
yang
akan menghasilkan
perbaikan disektor pendidikan tidak dapat
secara
cepat
mengubah
kualitas
angkatan kerja.
Menurut teori human capital bahwa
pengeluaran
pemerintah
atas
pendidikandapat meningkatkan kualitas
penduduk
kemudian
selanjutnya
meningkatkanpertumbuhan
ekonomi.
Dalam penelitian ini hasilnya mendukung
teori yaitu pengeluaran pemerintah atas
pendidikan di Kabupaten Halmahera Barat
tahun 2005-2015 berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, yang
kemudian meningkatkan produktifitas kerja.
Setelah itu produktifitas akanmeningkat
pertumbuhan ekonomi.
Sesuai
dengan
penelitian
yangdilakukan oleh Kweka dan Morrisey
(1999) dalam Alfirman (2006) di Tanzania
Hasil
yang
diperoleh
bahwa
pengeluaranpemerintah
berdampak
negatif terhadap pertumbuhan. Dampak
negatifdisebabkan karena tidak efisiennya
pengeluaran pemerintah di Tanzania.
Jurnalpenelitian
tersebut
juga
mengemukakan bahwa di negara miskin
dan negarasedang berkembang memiliki
kecenderungan pengeluaran pada sektor
publikseperti
pendidikan
bersifat
konsumtif. Seharusnya menurut Todaro
(2006)pengeluaran
pemerintah
yang
ditujukan sebagai perbaikan modal manusia
padadasarnya merupakan suatu investasi.
Sehingga pengeluaran tersebut tidak
dapatsecara
langsung
berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi
Pelaksanaan otonomi daerah yang
dikemukakan oleh Suwandi (2000)dan
Halim (2001) yang menyatakan bahwa
kapasitas keuangan pemerintah daerah
akan menentukan kemampuan pemerintah
daerah
dalam
menjalankan
fungsifungsiseperti
melaksanakan
fungsi
pelayanan masyarakat (public service
function),
melaksanakan
fungsi
pembangunan (development function) dan
melaksanakan
fungsiperlindungan
masyarakat (protective function).
Investasi dalam hal pendidikan
mutlak dibutuhkan maka pemerintahharus
dapat membangun suatu sarana dan
sistem pendidikan yang baik.Alokasi
anggaran
pengeluaran
pemerintah
terhadap pendidikan merupakanwujud
nyata dari investasi untuk meningkatkan
produktivitas
masyarakat.Pengeluaran
pembangunan pada sektor pembangunan
dapat
dialokasikanuntuk
penyediaan
infrastruktur
pendidikan
dan
menyelenggarakan pelayananpendidikan
kepada seluruh penduduk Indonesia
secara
merata.
Anggaranpendidikan
sebesar 20 persen merupakan wujud
realisasi pemerintah untukmeningkatkan
pendidikan.
Konsep di atas sejalan teori
pertumbuhan ekonomi yang berkembang
saat ini, didasari kepada kapasitas produksi
tenaga
manusia
didalam
proses
pembangunan
atau disebut juga
investment in human capital. Hal ini
berarti
peningkatan
kemampuan
masyarakat menjadi suatu tumpuan yang
paling
efisien
dalam
melakukan
pembangunan disuatu wilayah.Asumsi
yang digunakan dalam teori human
capital adalah bahwa pendidikan formal
merupakan faktor yang dominan untuk
menghasilkan masyarakat berproduktivitas
tinggi. Teori human capital dapat
diaplikasikan dengan
syarat
adanya
sumber teknologi tinggi secara efisien
dan adanya sumber daya manusia yang
dapat memanfaatkan teknologi yang ada.
Teori inipercaya bahwa investasi dalam
hal
pendidikan
sebagai
investasi
dalammeningkatkan
produktivitas
masyarakat.
Menurut Bastias (2010) implikasi
dari pembangunan dalam pendidikan
adalah kehidupan manusia akan semakin
berkualitas. Dalam kaitannya dengan
perekonomian secara umum (nasional)
maupun di tingkat daeraah, semakin
tinggikualitas hidup suatu bangsa atau
masyarakat,
semakin
tinggi
tingkat
pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa
atau masyarakaat
tersebut.
Semakin
tinggi kualitas hidup/ investasisumber
daya manusia akan berimplikasi juga
terhadaptingkat pertumbuhan ekonomi
nasional dan atau suatu daerah. Artinya
baik secara teoritis maupun empiris,
investasi sumberdaya manusia menjadi
kata kunci dalam kemajuan suatu bangsa
dan atau daaerah, sehingga menjadi mutlak
bagi pemerintah termasuk pemerintah
Kabupaaten Halmahera Barat, untuk terus
mengupayakan perbaikan kualitas hidup
masyarakat,
dengan
mengalokasikan
anggaran di sektor pendidikan minimal 20%
dari APBD Halmahera Barat, sebagai wujud
nyata komitmen pemerintah daerah.
Determinan Anggaran Sektor Kesehatan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesejahteraan
Kesehatan merupakan kebutuhan
mendasar bagi setiap manusia, tanpa
kesehatan
masyarakat
tidak
dapat
menghasilkan
suatu
produktivitas
baginegara. Kegiatan ekonomi suatu
negara akan berjalan jika ada jaminan
kesehatan bagi setiap penduduknya.
Temuan
dalam
penelitian
ini
memperlihatkan pengaruh langsung dan
tidak langsung anggaran kesehatan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
di
kabupaten Halmahera Barat, menunjukkan
pengaruh yang positif.Artinya ketika
pemerintah Kabupaten Halmahera Barat
menaikan anggaran kesehatan dapat
memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan di Kabupaten Halamhera
Barat 2005-2015.
Hasil ini sejalan dengan teoriyang
menjelaskan
hubunganpengeluaran
pemerintah atas kesehatan di negara
sedang
berkembang
sepertiIndonesia
sedang mengalami tahap perkembangan
menengah,
dimanapemerintah
harus
menyediakan lebih banyak sarana publik
seperti kesehatanuntuk meningkatkan
produktifitas ekonomi. Sarana kesehatan
dan jaminankesehatan harus dirancang
sedemikian
rupa
oleh
pemerintah
melaluipengeluaran
pemeritah.Dalam
jangka pendek pengeluaran pemerintah
atas kesehatan memangbelum
dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
karena
proses
perbaikankesehatan
masyarakat
melalui
pengeluaran
pemerintah tersebut tidak dapatlangsung
terlihat pengaruhnya. Terdapat tenggang
waktu ketika pemerintahmengeluarakan
sejumlah anggaran pembangunan untuk
kesehatan
hingga kualitas kesehatan
masyarakat meningkat dan pada akhirnya
berkontribusi
padapeningkatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam jangka panjang, variabel
pengeluaran pemerintah atas kesehatan
memiliki arah hubungan yang positif.
Namun,
hasil
penelitianmenunjukkan
bahwa variabel pengeluaran pemerintah
atas
kesehatan
tidak berpengaruh
secaranya nyata terhadap pertumbuhan
ekonomi. Berarti pengeluaran pemerintah
atas kesehatan memerlukan waktulebih
lama untuk dapat secara langsung
mempengaruhi
kualitas
sumberdaya
manusia
yang
kemudian
dapat
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
daerah.
Hasil
penelitian
yang
menunjukkan adanya pengaruh variabel
pengeluaran pemerintah atas kesehatan
dapat juga berarti keefektifan anggaran
pemerintah dalam realisasinya cukup baik
walaupun dilihat dari total anggaran yang
dialokasikan
pemerintah
Kabupaten
Halmahera Barat masih dibawah 10 % dari
total APBD.
Ehikioya, and Mohammed, (2013)
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
permintaan untuk kesehatan di Nigeria
adalah bersifat inelastis.Artinya pemerintah
harus mengalokasikan
belanja yang
memadai tentang kesehatan di semua
tingkat masyarakat di Nigeria. Pemerintah
harus meningkatkan alokasi anggaran
untuk sektor kesehatan 15% dari APBN-nya
setiap tahunan. Ini akan memberikan efek
yang positif dari pengeluaran pemerintah di
bidang kesehatan di Nigeria dan memenuhi
rekomendasi WHO dalam alokasi anggaran
untuk sektor ini.
Hasil temuan pada penelitian ini
berbeda dengan penelitian yangdilakukan
oleh Donald N dan Shuanglin (1993)
pada
58
negara
Asia
danAfrika.
Pengeluaran
pemerintah
atas
kesejahteraan,
atau
dalam
kaitannyadengan kesehatan berpengaruh
negatif dan tidak signifikan, terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penjelasan dalam
penelitian tersebut menyebutkan untuk
negara miskin dan sedang berkembang
sifat pengeluaran pemerintahatas sektor
publik bersifat konsumsi bukan investasi
sehingga
dalam
jangkapanjang
pengeluaran pemerintah atas kesehatan
tidak berpengaruh terhadappertumbuhan
ekonomi.
Variabel
pengeluaran
pemerintah atas kesehatan dalam jangka
panjang dan jangka pendek tidak dapat
langsung mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi.
Determinan
Anggaran
Sektor
Infrastruktur
Jalan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
dan
Kesejahteraan
Variabel pengeluaran pemerintah
atas
sektor
infrastruktur jalan dalam
penelitian ini berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung di Kabupaten Halmahera Barat.
Hubungannya sesuai dengan hipotesis
yang digunakan dalampenelitian, dimana
pengeluaran pemerintah atas infrastruktur
akanmeningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan. Jadi hasil penelitian
menunjukkan kesesuaian teori. Penelitian
yang dilakukan World Bank (2014)
mengemukakan
bahwa
rendahnya
investasi
dapat
disebabkan
olehrendahnya ketersediaan infrastruktur
sehingga integrasi ekonomi tidakterwujud
dan pertumbuhan ekonomi terhambat.
Infrastruktur merupakan suatu sarana
(fisik)
pendukung
agar
pembangunanekonomi
suatu
negara
dapat
terwujud.
Infrastruktur
juga
menunjukkanseberapa besar pemerataan
pembangunan terjadi. Suatu negara yang
memilikipertumbuhan ekonomi tinggi dan
mampu
melakukan
pemerataanpembangunan pasti dapat
melakukan pembangunan infrastruktur
keseluruhbagian wilayahnya.
Temuan penelitian ini
sesuai
denganhipotesis
dan
teori
yang
menyatakan jika pengeluaran pemerintah
atasinfrastruktur
meningkat
akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
perbaikan
taraf
hidupmasyarakat.
Menurutsisi
makroekonomi
yang
dikemukakan
Musgrave
(1989),
pengeluaranpemerintah untuk sektor publik
bersifat elastis terhadap pertumbuhan
ekonomi. Semakin banyak pengeluaran
pemerintah untuk sektor publik semakin
banyakbarang publik yang tersediaan untuk
masyarakat.
Barang
publik
yang
dimaksuddapat
berupa
penyediaan
infrastruktur berupa jalan sehingga akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan
kesejahteraan masyarakat juga akan
meningkat.
Menurut Silvia, Wardi, dan Aimon
(2013), bahwa penyediaan dan perbaikan
terhadap
infrastruktur
mampu
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
yang mengarah kepada kesejahteraan
masyaarakat. Penyediaan dan perbaikan
terhadap infrastruktur dapat memperlancar
proses produksi barang dan jasa. Hal ini
dapat
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi.
Sealnjutnya,
dalam
kesimpulannya, dikatakan bahwa, secara
parsial pengeluaran pemerintah baik rutin
dan pembangunan mempunyai pengaruh
positif
terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Pembahasan di atas jelas
bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh kualitas infrastruktur yang dibangun
sesuai dengan kebutuhan dan kelayakan.
Infrastruktur
sebagai
jembatan
utama dalam peningkatan perekonomian,
baik secara lokal maupun nasiona. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ma’ruf dan Daud (2013)
menunjukkan scatter plot antara PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) dan total
panjang jalan dan jembatan dengan pola
penyebaran data menggambarkan trend
pertumbuhan positif setiap tahuannya,
yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010. Hal ini menunjukkan dengan
adanya pertambahan panjang jalan dan
jembatan dapat berimplikasi terhadap
peningkatan PDRB kabupaten pesisir
Selatan.
PDRB
yang
baik
dengan
pertumbuhan ekonomi yang
signifikan
mempunyai
pengaruh
terhadap
kesejahteraan
rakyat.
Pertumbuhan
ekonomi dapat dikembangkan ke dalam
program-program
kerakyatan
yang
mendukung pola dan modal manusia
yang berkualitas. Sehingga perputaran
ekonomi, tidak hanya berjalan pada
tataran jangka pendek, tetapi jangk
panjang
dengan
meningkatkan
infrastruktur
untuk
kesejahteraan
masyarakat lebih penting.
Sejalan
dengan
itu,
seperti
penelitian yang dilakukan oleh Wahab
(2009) tentang dampak peningkatan
kualitas jalan lingkar barat Enrekang
terhadap
pengembangan
kawasan
pertania, menunjukkan bahwa adanya
perbaikan terhadap jalan lingkar jalan
kawasan pertanian dapat meningkatkan
aksesibilitas
masyarakat
dalam
pengembangan pertanian.
Sehingga
infrastruktur
yang
baik mendapatkan
akses yang cukup, akses yang cukup
dapat
berpengaruh
terhadap
nilai
pertumbuhan yang dibangun atas dasar
peningkatan perekonomian pertanian dan
peningkatan nilai-nilai ekonomi pertanian
yang dapat diaktualisasikan ke dalam
bentuk kesejahteraan rakyat.
Peningkatan infrastruktur pertanian
dapat juga dapat meningkatkan nilai tanah
pada daerah pertanian, meningkatkan
perekonomian
masyarakat
melalui
penghidupan kembali tanah daerah, yang
semula merupakan tanah mati, dengan
adanya kualitas jalan dapat dialiri oleh air,
sehingga dapat menghidupkan kembali
tanah untuk pertanian. Pertanian dalam
jalan lingkar dengan dilengkapi oleh saluran
dan irigasi air, dapat mengembangkan
pertanian kawasan lingkar jalan. Sehingga
masyarakat
dapat
mengembangkan
ekonomi pertanian yang ada dengan
aksesibilitas
untuk
meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Artinya, bahwa infrastruktur jalan
mempunyai pengaruh dan dampak yang
nyata terahdap pertumbuhan ekonomi di
suatu wilayah, termasuh di Kabupaten
Halmahera Barat. Infrastruktur jalan yang
baik,
menciptakan aksesibilitas
bagi
masyarakat
dalam
menggerakkan
perekonomian.
Aksesibilitas
sebagai
proses percepatan terhadap ekonomi, baik
dalam skala lokal mauplun
nasional.
Aksesibilitas sebagai proses peningkatan
terhadap ekonomi daerah, mempunyai
pengaruh
yang
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi. Ekonomi yang
semakin baik dengan pertumbuhan melalui
infrastruktur jalan, memberikan dampak
terhadap kesejahteraan rakyat.
Pertumbuhan
ekonomi
melalui
peningkatan infrastruktur jalan mempunyai
pengaruh secara langsung dalam ekonomi
masyarakat.
Infrastruktur
jalan
denganpenguatan terhadap aksesibilitas,
dapat mengembangkan
perekonomian
masyarakat. Perekonomian masyarakat
yang berjalan dengan baik dapat
meningkatkan
taraf
hidup
dan
penghasilan
per kapita.
Pengaruh
aksesibilitas dan pertumbuhan ekonomi
masyarakat yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Peningkatan ekonomi masyarakat dalam
penelitian
ini
dapat diaktualisasikan
kedalam
kesejahteraan
masyarakat.
Masyarakat
yang
mempunyai
penghasilan ekonomi yang baik, dapat
memjamin kehidupan masyarakat yang
berkualitas.
Determinan Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesejahteraan
Salah
satu
upaya
untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah
dengan cara meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Sebagai sasaran utama strategi
pembangunan, laju pertumbuhan ekonomi
merupakan hal penting yang selalu
dikedepankan
oleh
pemerintah.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
tinggi
merupakan
tujuan
utama,
mengingat sebagai negara berkembang,
pertumbuhan ekonomi merupakan hal
mutlak yang dibutuhkan oleh setiap
daerah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi
juga memiliki kaitan
erat
dengan
penciptaan dan perluasan lapangan kerja,
karena hal tersebut pada gilirannya akan
memberikan peluang yang lebih besar
pada angkatan kerja.
Hasili analisi pengaruh langsung
pertumbuhan
ekonomi
terhadap
kesejahteraan masyarakaat di kabupaten
Halmahera Barat, menunjukkan ada
pengaruh positif. Artinya arah dan kebijakan
pemerintah Halmahera Barat selama 20052015 untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi tumbuh diatas 4% telah dapat
berimplikasi positif terhadap perbaikan
kesejahteraan masyarakatnya. Oleh sebab
itu, sejalan dengan Rencana Kerja
Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat
(RKP) Tahun 2009-2015, yaitu percepatan
dan perluasan Pertumbuhan Ekonomi
yang berkualitas, inklusif dan berkeadilan
bagi
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat, pemerintah melalui rancangan
anggaran pendapatandan belanja daerah
(APBD)
2009-2015
menargetkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen
atau
lebih
besar
dari
anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD)
2005-2009 yang mencapai 4 persen.
Pencapaian
pertumbuhan
ekonomi
tersebut akan dilakukan dengan cara
penguatan
konsumsi
masyarakat,
perbaikan iklim investasi, perbaikan
kinerja
perdagangan regional, dan
penguatan skema kerja sama pembiayaan
investasi dengan swasta. Selain itu, upaya
mencapai target juga dilakukan dengan
tetap memperhatikan kondisi lingkungan
internal.
Selain mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, faktor kualitas juga
menjadi hal utama yang akan dicapai
pada tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas tersebut hanya dapat
tercapai bila disertai dengan peningkatan
jumlah lapangan kerja, penurunan tingkat
pengangguran
serta
penurunan
kesenjangan antarkelompok pendapatan.
Untuk
itu,
pemerintah Kabupaten
Halmahera Barat pada APBD 2009-2015
kembali mengalokasikan anggaran yang
bersifat pro growth, berupa anggaran
infrastruktur, dan anggaran pro poor,
berupa anggaranpendidikan dan anggaran
program kesehatan.
Hasil tersebutbermakna bahwa
pengeluaran pemerintah atas infrastruktur
pendidikan,
kesehatan
dan
jalan
berpengaruh
secaranyata
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di kabupaten
Halmahera Barat.
Hasil
ini
sesuai
denganhipotesis
dan
teori
yang
menyatakan jika pengeluaran pemerintah
atasinfrastruktur
meningkat
akan
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi.
Menurutsisi
makroekonomi
yang
dikemukakan
Musgrave
(1989)
Pengeluaranpemerintah untuk sektor publik
bersifat elastis terhadap pertumbuhan
ekonomi.Semakin banyak pengeluaran
pemerintah untuk sektor publik semakin
banyakbarang publik yang tersediaan untuk
masyarakat.
Barang
publik
yang
dimaksuddapat
berupa
penyediaan
infrastruktur berupa jalan, sara pendidikan
dan
kesehatan
sehingga
akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Secara teoritis ada empat faktor
sebagai sumberpertumbuhan ekonomi.
Faktor-faktor
tersebut
adalah
(1)
sumberdaya manusia, (2)sumberdaya
alam, (3) pembentukan modal, dan (4)
teknologi.
Pengeluaranpemerintah
berperan dalam pembentukan modal
melalui
pengeluaran
pemerintah
diberbagai bidang seperti sarana dan
prasarana. Pembentukan modal di bidang
saranadan
prasarana
ini
umumnya
menjadi social overhead capital (SOC)
yang sangatpenting dalam pertumbuhan
ekonomi. SOC ini sangat penting karena
pihak swastatidak akan mau menyediakan
berbagai fasilitas publik. Pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan pendapatan
akan terdorong naik denganadanya
berbagai fasilitas publik dan akhirnya
tingkat kesejahteraan masyarakat juga
akan dapat meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil analisis dan pembahasan pada
bab sebelumnya, maka yang dapat
disimpulkan dari penelitian ini adalah :
1. Alokasi
anggaran
pendidikan,
kesehatan, dan infrastruktur jalan
terbukti
secara
langsung
dapat
peningkatan
kesejahteraan
masyarakatnya
di
Kabupaten
Halmahera Barat selama 2005-2015.
Dari ketiga jenis anggaran, anggaran
pendidikan memiliki pengaruh langsung
yang
lebih
nyata
terhadap
kesejahteraan, menyusul anggaran
infrastruktur jalan dan anggaran
kesehatan.
2. Alokasi
anggaran
pendidikan,
kesehatan, dan infra struktur jalan
terbukti secara tidak langsung dapat
peningkatan
kesejahteraan
masyarakatnya
melalui
tingkat
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Halmahera Barat selama 2005-2015.
Dari ketiga jenis anggaran, anggaran
pendidikan memiliki pengaruh tidak
langsung yang lebih nyata terhadap
kesejahteraan, menyusul anggaran
kesehatan dan anggaran infrastruktur
jalan.
3. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
hubungan yang liner dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Artinya
disaat pertumbuhan ekonomi meningkat
dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, dan sebaliknya. Dalam
penelitian ini terbukti pertumbuhan
ekonomi secara signifikan dapat
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Halmahera
Barat selata 2005-2015.
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian yang
didapat, maka diajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Pemerintah Halmahera Barat harus
lebih fokus dalam menentukan program
prioritas terutama di sektor kesehatan
dan infrastruktur jalan. Terhadap
jaringan jalan antar daerah dan
infrastruktur
kesehatan,
terutama
daerah
terpencil
lebih
harus
diutamakan.
2. Proporsi alokasi anggaran pemerintah
atas kesehatan atas dan infra struktur
jalan
yang
masih
rendah,
menyebabkan
kelambanan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan
ekonomi dan perbaikan kesejahteraan
masyarakat,
maka
disarankan
pemerintah Kabupaten Halmahera
Barat, kedepan perlu meningkatkan
proporsi
pengganggaran
atas
kesehatan infrastruktur jalan.
3. Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh variabel lain sebesar 74
persen
baik hubungan langsung
maupun
tidak
langsung
terkait
pertumbuhan
ekonomi
dan
kesejahteraan, maka
dalammodel
masih terbuka untuk dikembangkan
dengan menambahkan variabel lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abimayu, Anggito, 2005. Analisis VAR
Terhadap
Korelasi
Antara
Belanja Publik dan Pertumbuhan
Ekonomi.Jurnal
Ekonomi
Pembangunan, Kajian Ekonomi
Negara Berkembang.
Alfirman, Luki dan Sutrino, Edy. 2006.
Analisis Hubungan Pengeluaran
Pemerintahdan Produk Domestik
Bruto dengan Menggunakan
Pendekatan
GrangerCausalitydan
Vector
Autoregression. Jurnal Keuangan
Publik, Vol.4, No.2h.25-66.
Arsyad,
L.
2004.
Perencanaan
Pembangunan Ekonomi Daerah,
Edisi
Pertama,
BPFE,
Yogyakarta.
Aschauer, D. A. 1989. Is public expenditure
productive. Journal of Monetary
Economics, (23): 177–200
Atmawikarta, Arum.
2002. Investasi
Kesehatan Untuk Pembangunan
Ekonomi, diakses, tgl 2 Maret
2013. www.google.com
Bastian, Desi 2010. Analisis Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah atas
Pendidikan,
Kesehatan
dan
Infrastruktur
Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Periode 1969-2009. Skripsi,
Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, tidak dipublikasikan.
Barzelay, M. 2008. Managing Local
Development,
Lesson From
Spain. Policy Sciences, 24, 271 –
290
Booth, A., (2000). Poverty and Equality in
The
Soeharto
Era:
An
Assessment.
Bulletin
of
Indonesian Economic Studies.
Vol. 36 No. 1, April 2000. pp. 73 –
104.
Brata, Aloysius Gunadi. 2004. Komposisi
Penerimaan Sektor Publik dan
Pertumbuhan Ekonomi Regional.
Lembaga Penelitian Universitas
Atma Jaya. Yogyakarta.
Caning,
D.
2000.
Infrastructure’s
Contribution to Aggregate Output.
World Bank Working Paper,
Number 2246.
Cunningham, I. (2002), Developing Human
and
Social
Capital
in
Organisations, Industrial and
Commercial Training, Vol. 34,
No.4. 89-94
Demurger, Slyvie,. 2000. Infrastructure
Development and Economic
Growth:
An Explanation for
Regional Disparities in China?.
Journal of Comparative of
Economics. JSTOR.
Dixon, P.B., B.R. Parmenter, A.A. Powell
and P.J. Wilcoxen, 1992. Notes
and Problems in Applied General
Equilibrium Economics, NorthHolland, Amsterdam Due, John.
2006.. Government Finance :
Economics of The Public Sector.
4th Edition. (USA : Richard D.
Irwin Inc.)
Donald N dan Shuanglin, 1993. The
Differential
Effects
on
EconomicGrowth of Government
Expenditureson
Education,
Welfare and Defense.
Estache, Antonio dkk. 2007.Growth Effects
of Public Expenditure on the
State and Local Level: Evidence
From a Sample of Rich
Government.. World Bank Policy
Research Working Paper 4219.
http:/ssrn.org/id981827
Fay, Rubin,. 1999. Econometric Models
and
Economic
Forecasts.
MacGraw Hill. New York.
Frye, and Zhuravskaya,. 2000. Corruption,
competition and democracy,
Journal
of
Development
Economics, Vol. 81, pp.125-139
Gyimah-Brempong, K. Munoz de Camacho,
S. 2006. Corruption, Growth, and
Income Distribution: Are there
Regional
Differences?
Economics of Governance, Vol.7,
pp.245–269.
Halim, Adbul 2001. Bunga Rampai :
Manajemen Keuangan Daerah.
Edisi Pertama.
Haryanto, T. Unggul H dan Solihin A. 2005.
.Pengeluaran Pemerintah dan
Kinerja Sektor Pendidikan serta
Kesehatan di Jawa Timur. Majalah
Ekonomi, Tahun XIV No.2, 2
Agustus 2005, Fakultas Ekonomi
Universitas Airlangga.
Hariadi, P., Arintoko., Bawono, RI.,
(2007). Ketimpangan Distribusi
Pendapatan
di
Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, hal 6 – 7
Jhingan,
M.
L.
2002.
Ekonomi
Pembangunan dan Perencanaan.
Jakarta:
PT
Raja
Grafindo
Persada.
Jhingan, M. L. 2007 The Economics of
Development and Planning.
Vicas Publishing House Ltd,
New Delhi.
KPPOD. 2010. Belanja Pemerintah,
Kualitas Jalan, dan Korupsi
Landau, D. 2009. Government Expenditure
and Economic Growth : A CrossCountry Evidence. Southern
Economic Journal, Vol 49, 783-97
Lawrence Ehikioya, Imoughele,
and
Mohammed, Ismaila,
2013.
Determinants of Public Health
Care Expenditure in Nigeria: An
Error Correction Mechanism
Approach. International Journal
of Business and Social Science
Vol. 4 No. 13; October 2013
Lee, Jong-Wha. 2005. Economic Growth
and Human Development in The
republic of Korea, 1945-1992.
Occasional
Paper
No.24.www.hdr.undp.org/docs/p
ublications/occational
papers/
oc24aa. Pebruari, 6, 2006.
Legowo, S. Poerwaningsih. 2009.
Dampak Keterkaitan Infrastruktur
Jaringan Jalan Terhadap
Pertumbuhan Sektoral Wilayah
di Jabodetabek. Petra Christian
University. Surabaya
Lin, Steven A Y. 2005. Government
Spending and Economic Growth.
Applied Economic. 26. 83-94
Lopez, R. 2003. The Policy Roots of
Socioeconomic Stagnation and
Environmental Implosion: Latin
America
1950–2000.
World
Development, 31(2): 259-280
Mankiw, N. Gregory, 2000, Teori Ekonomi
Makro, Edisi Keempat, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah dan
Struktur APBD. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Ma’ruf, Youdhi Permadi dan Daud,
Jeluddin. 2013. Pengaruh Investasi
Infrastruktur
Jalan
Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di
Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Tekni Sipil
USU.
2
(3).
(Online).
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jts/a
rticle/view/5680/2400.
Diakses
tanggal 17 Juli 2014.
Maqin. Abdul. (2011) Pengaruh Kondisi
Infrastruktur
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa
Barat. Trikonomika Volume 10, No.
1, Juni 2011, Hal. 10–18 ISSN 1411514X.
Mekdad, Yousra. Dahmani, Aziz and Loua,
Monir.2014. Public spending on
education and Economic Growth in
Algeria: Causality Test. International
Journal
of
Business
and
Management Vol. II (3), 2014 55
Musgrave, Richard A.1993. Keuangan
Negara dalam Teori dan
Praktek Edisi 5,Jakarta:
Erlangga
Napitupulu, Muktar. dkk. 2011. Dampak
Infrastruktur
Jalan
TerhadapPerekonomian Pulau
Jawa-Bali dan Sumatera (The
Impact Of RoadInfrastructure On
Economics In Java, Bali And
Sumatera).
Jurnal
Jalan
Jembatan Vol 28 No 1. April 2011
Pp. 60-75
Nafziger, 2007. Kontribusi Anggaran
Pemerintah Dalam Pembiayaan
Program Kesehatan Pada Era
Otonomi
Daerah.
Jurnal
Manajemen
Pelayanan
Kesehatan
Vol.
6
No.
4.http://ilib.ugmac.id.
Napitupulu,dkk.2011. Dampak Infrastruktur
Jalan terhadaap Perekonomian
Pulau
Jawa-balidan
Sumatra.Direktorat Binamarga
Kementrian PU. Dan Institut
Pertanian Bogor.
Ndulu, Benno., Kritzinger-van Niekerk and
Reinikka. 2005. Infrastructure,
Regional Integration and Growth
in Sub-Saharan Africa. The
National,
Regional
and
International Challenges Fondad,
The Hague, December 2005:
101–121.
Nugroho, H., (2002). Perjalanan Panjang
Ekonomi Indonesia: Dari Isu
Globalisasi
Hingga
Krisis
Ekonomi.
Jurnal
Ekonomi
Rakyat, Artikel Th. I No. 3, Mei
2002. www.ekonomirakyat.org;
Oates, W. 2009. Fiscal Decentralization and
Economic
Development.
National Tax Journal, XLVI. 237243.
Pollit. 1988. Decentralization and Public
Sector Delivery of Health and
Education Services: The Indian
Experience,” ZEF Discussion
Paper on Development Policy No.
20, Bonn.
Premchand,Klengrem.
1999. Fiscal
Decentralization,
Economic
Growth
and
Democratic
Governance. Atlanta, School of
Political Studies, Georgia State
University.
Ramírez, María Teresa and Salehi, Hadi.
1999.
Infrastructure
and
Economic Growth. Borradores de
Economia, 123: 1–43.
Resosudarmo, BP., Vidyattama, Y.,
(2006).
Regional
Income
Disparity in Indonesia. A Panel
Data Analysis. ASEAN Economic
Bulletin, Vol. 23 No. 1, April 2006.
Pp 31 – 44.
Sibarani, M.H.M. 2002.
Kontribusi
Infrastruktur
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia. Tesis Magister Sains.
Program
Pascasarjana,
Universitas
Silvia, Engla Desnim dan Wardi, Yuniat
dan
Aimon, Hasdi.
2013.
Analisis Pertumbuhan Ekonomi,
Investasi,
dan
Inflasi
Di
Indoensia.
Jurnal
Kajian
Ekonomi. 1 (2). Januari: 224-243
Sukirno,
Sadono.2000
Makroekonomi
Modern:
Perkembangan
Pemikiran DariKlasik Hingga
Keynesian Baru. Raja Grafindo
Pustaka
Suparmoko,. M. 2002. Ekonomi Publik:
Untuk
Keuangan
dan
Pembangunan Daerah. Andi.
Yogyakarta.
Suryadarma, Daniel. 2008. Corruption,
Public Spending, and Education
Outcomes:
Evidence
form
Indonesia.,Research School of
Social Sciences, The Australian
National
University.,
JEL
classification: D73,H75,121, O1.
Susetyo, Didiek. 2001. Pengaruh Defisit
Anggaran
Terhadap
PertumbuhanEkonomi;
Kajian
Ekonomi dan Bisnis Vol.3 No.1
Tahun
2001,Universitas
Sriwijaya.
Suwandi, Made, 2000. Agenda Strategis
Penataan
Otonomi
Daerah
(Sebagai tindak
lanjut UU No. 22 dan UU No.
25 tahun 1999), Makalah Work
Shop
Otonomi
Daerah,
Kerjasama LPEM- UI dan IRIS
Jakarta.
Tadjoeddin, MZ., Suharyo, WI., Mishra,
S., (2001). Regional Disparity
and Vertical
Conflict
in
Indonesia. Journal of the Asia
Paci.c Economy 6(3) 2001: 283–
304.
Tanzi, V. and H.R. Davoodi, 2000.
Corruption, Growth, and Public
Finances. In G.T. Abedand S.
Gupta,
eds.,
Governance,
Corruption,
and
Economic
Performance. Washington,DC:
IMF, 197-222
Teguh, D. Brodjonegoro,B. PS. 2003
Dampak Desentralisasi Fiskal di
Indonesia
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
dan
Disparitas Daerah: Analisa Model
Ekonomi Makro Simultan. Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan
Indonesia, Vol. 4,No. 1 Juli
Todaro, MP. 2000. Economic Development.
Seventh
Edition.
Addition
Wesley. New York.
Todaro, Michael P. 2006. Pemabangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi 9.
Jakarta :Erlanga. Alih Bahasa
Haris Munandar.
Widodo, Ari.
2010. Analisis Pengaruh
Sektor Publik diKabupaten/Kota
Pada Provinsi
JawaTengah
Terhadap
PengentasanKemiskinan Melalui
PeningkatanPembangunan
Manusia
Wijaya, 2000. Analysing The Impact of
Fiscal
Decentralization
on
Health
Outcomes:
Empirical Evidence From Spain.
Wong, Yinpet. 2004. Does Decentralization
Serve the Poor. in Ehtisham
Ahmad and vito Tanzi (eds.),
Managing
Fiscal
Decentralization, London and
New York: Routledge.
Wahab,
Abdul.
2009.
Dampak
Peningkatan
Kualitas Jalan
Lingkar
Barat
Enrekang
Terhadap
Pengembangan
Kawasan
Pertanian.
Tesis.
Semarang:
Program
Pascasarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah
dan
Kota Universitas Diponegoro.
World Bank. 2004. World Development
Report:
Infrastructure
for
Development. Oxford University
Press, New York.
Yanuar, R. 2002. Kaitan Pembangunan
Infrastruktur dan Pertumbuhan
Output
Serta
Dampaknya
Terhadap
Kesenjangan
di
Indonesia.Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana IPB,
Bogor.
Todaro, M.P and S.C. Smith. 2003.
Economic
Development.
Pearson
Education
Limited, United Kingdom.
Garmendia Briceno, Cecilia, Estache,
Antonio and Shafik, Nemat.
Infrastructure
Services
in
Developing Countries: Access,
Quality, Costs, and Policy Reform
(December 2004). World Bank
Policy Research Paper No. 3468.
http://ssrn.com/abstract=643265
diakses pada 22 November 2009
Permana,Chandra Darma. 2009. Analisis
Peranan dan Dampak Investasi
Infratsruktur
terhadap
Perekonomian Indonesia. Bogor:
Fakultas
Ekonomi
dan
Manajemen Institut Pertanian
Bogor
(IPB).
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream
/123456789/11590/2/H09cdp.pdf
diakses pada 27 Juni 2010
.Sibarani, M.H.M. 2002.
Kontribusi
Infrastruktur
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia. Tesis Magister Sains.
Program
Pascasarjana,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Schultz, Theodore, W (1986), Investment in
Human Capital, The American
Economics Review, No. 51,
March 1986.
Yanuar, R. 2006. Kaitan Pembangunan
Infrastruktur dan Pertumbuhan
Output
serta
Dampaknya
terhadap
Kesenjangan
di
Indonesia. Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana IPB,
Bogor.
Download