138 VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian keterkaitan tata kelola ekonomi daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita kabupaten dan kota di Provinsi Jawa tengah, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dilihat dari indeks tata kelola ekonomi daerah yang dibuat oleh Komite Pemantauan Penyelenggaraan Otonomi Daerah (KPPOD), tata kelola ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dinilai cukup baik. Lima kabupaten dan kota terbaik di Jawa Tengah pada tahun 2007 adalah Kabupaten Purbalingga, Kota Magelang, Kabupaten Kudus, Kota Salatiga, dan Kabupaten Wonosobo. Sedangkan lima peringkat terbawah ditempati oleh Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta, Kabupaten Pemalang, Kota Semarang, dan Kabupaten Kebumen. 2. Pada indikator akses lahan, variabel lama kepengurusan sertifikat tanah berhubungan negatif dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Semakin cepat pengurusan sertifikat lahan, perusahan-perusahaan baru semakin cepat tumbuh. Variabel persepsi frekuensi konflik, persepsi kemungkinan penggusuran lahan, dan pesepsi frekuensi penggusuran lahan memiliki hubungan negatif dengan PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini bisa terjadi karena Pemda sering melakukan penggusuran lahan kepada para pedagang kaki lima (PKL) kemudian lahan tersebut digunakan untuk aktivitas ekonomi yang dinilai lebih menguntungkan bagi perekonomian. 139 3. Pada indikator izin usaha, variabel persentase perusahaan yang memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP) berhubungan positif dengan PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Mudahnya pengurusan TDP dapat menarik minat investor untuk mendirikan perusahaan di kabupaten/kota tersebut. Variabel persepsi perizinan usaha yang bebas KKN berhubungan negatif dengan PDRB per kapita. Daerah kaya yang ditunjukkan dengan tingginya PDRB per kapita lebih memiliki banyak peluang untuk dapat melakukan KKN daripada daerah yang miskin. 4. Indikator kapasitas dan integritas kepala daerah, variabel yang berhubungan signifikan positif dengan PDRB per kapita adalah variabel persepsi mengenai tingkat pemecahan permasalahan oleh instansi pemda dimana pemda selalu menindaklanjuti langkah-langkah masalah yang telah ditentukan Kepala Daerah dan persepsi mengenai dukungan pemda terhadap pelaku usaha melalui penyediaan fasilitas yang mendukung dunia usaha. Variabel yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi adalah persepsi pemda melakukan konsultasi publik sebelum membuat kebijakan yang terkait dunia usaha dan instansi pemda membicarakan permasalahan terkait dunia usaha bersama para pelaku usaha. Semua hal tersebut sangat membatu kinerja perusahaan sehingga output perusahaan dapat meningkat. 5. Pada indikator keamanan dan penyelesaian konflik, variabel kualitas penanganan masalah kriminal oleh polisi memiliki hubungan negatif dengan PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Kabupaten/kota yang kurang aman justru memiliki PDRB per kapita yang lebih tinggi. Semakin kaya daerah 140 tersebut, akan semakin mendorong terjadinya tindakan kriminal di suatu daerah. 6. Pada indikator biaya transaksi, variabel tingkat hambatan pajak resmi terhadap kinerja perusahaan berhubungan negatif, artinya ketika pajak resmi yang dibayarkan kepada pemda dinilai memberatkan pelaku usaha, PDRB per kapita pun tinggi. Semakin banyak pajak yang dipungut, maka semakin banyak pula dana yang digunakan untuk belanja pemerintah. Hal ini dapat meningkatkan PDRB per kapita. Variabel tingkat hambatan biaya pungutan dan retribusi untuk pendistribusian barang antarwilayah berhubungan positif dengan PDRB per kapita. Jika biaya pungutan dan retribusi tidak memberatkan perusahaan, maka keuntungan yang diperoleh perusahaan semakin besar. 7. Pada indikator infrasturktur daerah, variabel lama perbaikan infrastruktur jalan berhubungan negatif dengan PDRB per kapita. Semakin sedikit waktu perbaikan jalan, semakin baik infrastruktur di daerah tersebut. Variabel persentase perusahaan yang tidak memakai genset berhubugan negatif dengan PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena pemakaian genset diduga lebih membantu kinerja suatu perusahaan sehingga lebih efisien daripada penggunaan listrik. Variabel kualitas infrastruktur jalan berhubungan positif dengan PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Jika kualitas infrastruktur semakin baik, semakin baik kinerja perusahaan dan output perusahaan meningkat. 8. Uji korelasi PDRB per kapita dengan indeks dan sub-indeks yang telah dibuat oleh KPPOD menunjukkan menunjukkan bahwa indeks TKED tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan PDRB per kapita di kota dan kabupaten 141 Provinsi Jawa Tengah. Tidak hanya itu, dari sembilan indikator, hanya dua indikator yang berhubungan signifikan bahkan keduanya berhubungan negatif. Hasil tersebut tidak bebeda dengan pertumbuhan ekonomi. Dua indikator yang berhubungan signifikan namun negatif adalah akses lahan dan biaya transaksi. Hal ini dapat terjadi karena seluruh variabel yang berupa lebih dari 90 pertanyaan dengan skala yang berbeda-beda diagregasikan menjadi sebuah indeks. Oleh karena itu, lebih tepat menggunakan analisis yang berbeda-beda, disesuaikan dengan skala masing-masing. Dengan demikian, akan terlihat variabel-variabel yang berhubungan signifikan dengan PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi. 9. Variabel yang berpengaruh secara signifikan tehadap PDRB per kapita adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), belanja modal pemerintah, belanja pendidikan pemerintah serta dua variabel tata kelola ekonomi daerah yaitu lama kepengurusan sertifikat tanah serta persepsi mengenai tingkat pemecahan permasalahan oleh instansi pemda dimana pemda selalu menindaklanjuti langkah-langkah masalah yang telah ditentukan Kepala Daerah. Disamping itu, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah belanja kesehatan, variabel persentase perusahaan yang memiliki TDP dan variabel kualitas infrastruktur jalan. Sementara IPM dan belanja pendidikan memiliki pengaruh namun tidak signifikan. 10. Implementasi kebijakan yang dapat diambil oleh pemda adalah perbaikan dan peningkatan kualitas di bidang perizinan sertifikat tanah maupun sertifikat usaha, penyediaan tempat usaha baru bagi para PKL yag digusur, peningkatan koordinasi antara kepala daerah dengan instansi pemda dalam penanganan 142 masalah di dunia usaha sehingga instansi pemda dapat menindaklanjuti secara tepat dan cepat kebijakan yang telah ditetapkan kepala daerah, peningkatan dukungan pemda melalui penyediaan fasilitas di dunia usaha, penurunan biaya pungutan dan retribusi agar tidak memberatkan para pelaku usaha, serta peningkatan kualitas infratruktur dan mempercepat lama perbaikan infrastruktur, terutama infratruktur jalan. 6.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya koordinasi antara Kepala Daerah, instansi Pemda dan masyarakat khususnya pelaku usaha dalam menangani masalah-masalah yang terkait dunia usaha. 2. Untuk penelitian selanjutnya, diperlukan kajian tata kelola pemerintahan daerah yang lebih mendalam agar dapat mendeskripsikan secara jelas sesuai dengan kondisi di daerah.