11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan (Financial Management), atau dalam literatur lain
disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahan yang berhubungan dengan
bagaimana memproleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan
perusahaansecara menyeluruh (Martono, 2007:4).
2. Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan
(memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham
perusahaan (Martono, 2007:13).
3. Fungsi Manajemen Keuangan
Martono (2007: 4 – 6), mengatakan bahwa ada 3 (tiga) fungsi utama dalam
keuangan yaitu:
a. Keputusan Investasi (Investment Decision) adalah keputusan terhadap aktiva apa
yang akan dikelola perusahaan.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
b. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) adalah keputusan berkaitan dengan
penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi dan penetapan
perimbangan pembelanjaan yang terbaik (struktur modal yang optimum).
c. Keputusan Pengelolaan Aktiva (Assets Management Decision) adalah keputusan
berkaitan pengelolaan aset dan pengalokasian dana (kata bijak: lebih mudah
membangun daripada memelihara).
4. Manajemen Keuangan Internasional
Hady (2008: 3), mengatakan bahwa manajemen Keuangan Internasional
(MKI) adalah: Ilmu dan Seni yang merupakan bagian dari ekonomi internasional
yang mempelajari dan menganalisis pengelolaan POAC (Planning, Organizing,
Actuating and Controlling) sumber daya keuangan unit makro ekonomi
(Negara/Pemerintah) dan unit mikro ekonomi (Perusahaan/Organisasi/Perorangan)
khususnya yang berkenaan dengan pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap aktivitas
ekonomi-keuangan Internasional yang meliputi (1) International Commercial
Transaction, (2) International Financial Transaction, (3) International Financial
Risk Management, (4) Financial Report dan (5) Financial Performance.
Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan pengertian.
(1) International Commercial Transaction, terdiri dari:

Ekspor barang/jasa

Impor barang/jasa
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
(2) International Financial Transaction, terdiri dari:

International Investment

International Financing

International Budgeting

Inernational Earning/Revenue
(3) International Financial Risk Management, terdiri dari:

Insurance

Asset-liabilities management

Hedging
(4) Financial Report, terdiri dari:

Macro Finance (BOP & APBN/APBD)

Micro Finance (Laporan Keuangan Perusahaan)
(5) Financial Performance, terdiri dari:

Liquidity ratio

Solvability ratio

Rentability ratio

Activity ratio

Growth ratio

Economy Value Added (EVA)
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Bagaimana interaksi antara International Commercial dan Financial
Transaction yang dapat mempengaruhi nilai tukar atau Forex Rate seperti yang
ditunjukan pada gambar berikut:
International Commercial Transaction
Inflation
Differential
Income
Differential
Government
Trade
Restrictions
Demand
Domestic thd.
Produk Luar
Negeri (MB/J)
Demand
Domestic thd.
Foreign
Currency
(DFC=SDC)
Demand Luar
Negeri thd.
Produk Dalam
Negeri (XB/J)
Supply Foreign
Currency for
Sale (SFC=DDC)
Kurs Valas
(Forex Rate)
International Financial Transaction
Interest Rate
Differential
Demand
Domestic thd
Foreign
Securities (CX)
Demand
Domestic thd
Foreign
Currency
(DFC=SDC)
Capital Flow
Restrictions
Demand Luar
Negeri thd
Domestic
Securities (CM)
Supply Foreign
Currency for
Sale (SFC=DDC)
GAMBAR 2.1 PENGARUH INTERNATIONAL COMMERCIAL DAN
FINANCIAL TRANSACTION TERHADAP KURS VALAS
(FOREX RATE)
Keterangan:
MB/J = Impor barang/jasa
XB/J = Ekspor barang/jasa
CX
= Capital ekspor
CM
= Capital impor
DFC = Demand Foreign Currency
DDC = Demand Domestic Currency
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
SFC
SDC
= Supply Foreign Currency
= Supply Domestic Currency
Sumber : Hady (2008:5), “Manajemen Keuangan Internasional”.
5. Pengertian Kurs
Kurs adalah perbandingan nilai antar mata uang, atau harga suatu mata uang.
Nilai kurs Rupiah (Rp) per US$ Rp 10.000/US$, artinya membeli US$ 1 diperlukan
Rp 10.000, atau Rp 1=US$ 0.0001. Mata uang dapat dikatakan berapresiasi jika
harga mata uang makin mahal, dan dikatakan terdepresiasi jika harga mata uang
murah. Mata uang Indonesia atau Rupiah adalah terdepresiasi terhadap mata uang
Amerika Serikat (dollar) (Darsono, 2006:235).
Eiteman dkk (2010:171), mengatakan bahwa nilai tukar valuta asing adalah
harga satu mata uang yang dinyatakan menurut mata uang lain. Kutipan/kuotasi
valuta asing merupakan pernyataan kesediaan untuk membeli atau menjual pada
suatu nilai tkar yang diumumkan.
Kurs memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional karena
kurs memungkinkan untuk membandingkan harga-harga seluruh barang dan jasa
yang dihasilkan oleh berbagai negara (Arifin, 2007:82). Triyono (2008:156)
mengatakan bahwa nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut
memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini
mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional.
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai kurs.
Menurut Sukirno, “Hal-hal yang dapat mempengaruhi kurs diantaranya adalah neraca
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
keseluruhan (neraca pembayaran), kenaikan harga umum (inflasi), serta perubahan
suku bunga dan tingkat pengembalian investasi” (Sukirno, 2013: 397).
6. Sistem Moneter Internasional
Darsono (2006: 228), mengatakan bahwa sistem moneter internasional ialah
struktur, instrumen, institusi, dan perjanjian yang menentukan kurs atau nilai berbagai
mata uang di dunia, termasuk juga penyesuaian aliran modal dan perdagangan
internasional, dan neraca pembayaran. Sistem tersebut dirancang oleh kaum kapitalis
gloal untuk mempermudah perngembangan kapitalnya melalui lembaga International
Monetary Fund atau IMF dan Bank Dunia.
Bermacam-macam sistem moneter internasional yang lazim digunakan antara
lain adalah: (1) Fixed exchange rate, atau kurs tetap, (2) Floating exchange rate (free
float), atau kurs mengambang, (3) Managed float, atau mengambang terkendali, (4)
Target zone arrangement, atau pengaturan zona target, (5) Pegged, atau kurs
tertambat, (6) Crawling peg, atau tertambat merangkak, (7) Pegged to abasket, atau
tertambat pada sekeranjang mata uang.
a. Fixed exchange rate (kurs tetap)
1) Pemerintah menjaga nilai mata uang pada tingkat yang ditetapkan membeli atau
menjual valuta asing
2) Kebijakan pemerintah dalam menjalankan devaluasi atau revaluasi:
- Membiayai defisit transaksi berjalan melalui pinjaman luar negeri. Yang
disebut defisit transaksi berjalan adalah defisit perdagangan luar negeri,
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
artinya impor lebih kecil daripada eksport, misalnya Indonesia impornya
US$ 8 dan ekspornya US$ 5, maka defisit transaksi berjalan (current
accounts) adalah US$ 3.
- Pengetatan anggaran belanja negara
- Pengendalian harga dan upah
- Pengendalian kurs
Defisit transaksi berjalan dapat dibiayai utang luar negeri jangka pendek. Jika
negara sulit membayar bunga dan angsuran pinjaman, kreditur akan mengalihkan
modalnya ke negara yang lebih profitable (kasus Meksiko tahun 1974 membiayai
defisit transaksi berjalan dengan utang jangka pendek, tahun 1982 kreditur
menarik modalnya).
b. Floating exchange rate or free float (kurs mengambang bebas)
Pemintaan dan penawaran pasar valas dipengaruhi oleh tingkat harga, suku bunga,
dan pertumbuhan ekonomi.
c. Managed float or dirty float (mengambang terkendali)
Nilai tukar mata uang ditentukan oleh pemerintah, tetapi diambangkan biasanya
diturunkan nilai berdasarkan keputusan pemerintah. Misalnya, kurs Rupiah
terhadap US$, dari US$ 1 = Rp 400, kemudian naik menjadi US$1 = Rp 600,
kemudian naik menjadi US$1 = Rp 900, dan seterusnya, sampai US$ 1 = Rp
2.400.
- Untuk mengurangi fluktuasi kurs dan tidak stabilnya perekonomian
- Intervensi Bank Sentral:
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18

Mengurangi fluktuasi harian (smoothing out daily fluctuations)

Cenderung melawan angin (leaning against the wind)

Tertambat tak resmi (unofficial pegging)
d. Target zone arrangement (pengaturan zona target)
Sistem
Moneter Eropa/joint
float, sistem mata uang gabungan
untuk
menanggulangi perubahan kurs.
e. Pegged (kurs tertambat)
Suatu negara menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan nilai mata uang satu
atau sekelompok negara. Dollar AS dipakai patokan nilai mata uang 50 negara,
France perancis dipakai 14 negara Afrika, Ruble Rusia dipakai 6 negara ex Uni
Soviet.
f. Crawling peg (kurs tertambat merangkak)
Suatu menetapkan nilai mata uangnya dikaitkan dengan nilai mata uang negara
lain, tetapi diadakan perubahan tahap demi tahap.
g. Pegged to a basket (kurs tertambat pada sekeranjang mata uang)
Sekitar 34 negara menambatkan mata uangnya pada sekeranjang mata uang negara
mitra dagang mereka.
7. Pengertian Neraca Pembayaran
Sukirno (2013:390), mengatakan bahwa neraca pembayaran adalah suatu
catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai transaksi perdagangan dan aliran
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
dana yang dilakukan diantara suatu negara dengan negara lain dalam suatu tahun
tertentu. Suatu neraca pembayaran dapat dibedakan kepada dua bagian utama, yaitu
neraca berjalan dan neraca modal.
`
a. Neraca Berjalan
Neraca berjalan mencatat transaksi-transaksi berikut:
1). Nilai ekspor dan impor barang tampak.
Transaksi ini meliputi hasil-hasil sektor pertanian, barang-barang produksi
industri, dan barang-barang produksi industri, dan barang-barang yang
diproduksikan oleh sektor pertambangan dan berbagai jenis ekspor dan impor
barang tampak lainnya. Neraca (yaitu perbedaan diantara ekspor dan impor) dari
perdagangan tampak–yaitu perdagangan dalam barang-barang tampak, dinamakan
neraca perdagangan. Apabila nilai neraca itu positif, ia berarti bahwa ekspor
barang-barang tampak adalah melebihi impornya. Sebaliknya apabila ia negatif,
maka ia berarti bahwa impor melebihi ekspor.
2). Nilai ekspor dan impor barang-barang tak tampak.
Transaksi ini meliputi pembayaran biaya pengangkutan dan asuransi dari
barang-barang tampak yang diekspor atau diimpor, perbelanjaan para pelancong,
dan pendapatan nvestasi (yang meliputi keuntungan, bunga ke atas modal yang
diinvestasikan, dan dividen). Neraca perdagangan tak tampak–yaitu nilai bersih
ekspor dan impor jasa-jasa, dinamakan neraca jasa. Nilai neraca jasa sesuatu
negara, yang positif berarti negara tersebut lebih banyak menjual jasa-jasanya ke
luar negeri dari membelinya dari negara-negara lain. Dan apabila nilainya negatif,
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
ia berarti bahwa negara itu lebih banyak membeli jasa pihak-pihak luar dari
menjual jasanya ke luar negeri.
3). Pembayaran pindahan.
Ini meliputi pembayaran pindahan yang dilakukan oleh pihak pemerintah
maupun swasta. Transaksi ini meliputi pembayaran dimana penerimanya tidak
perlu “membayar” dalam bentuk uang atau jasa. Contoh-contoh dari pembayaran
pindahan adalah bantuan uang suatu negara Arab ke Afganistan, atau bantuan
bahan makanan Amerika Serikat ke penderita kelaparan di Afrika. Mengirimkan
uang untk membiayai perbelanjaan anak-anak bersekolah di luar negara adalah
contoh lain.
b. Neraca Modal
Neraca modal meliputi dua golongan transaksi, yaitu aliran modal jangka panjang
dan aliran modal keuangan swasta.
1). Aliran modal jangka panjang
Ia meliputi dua jenis aliran modal: aliran modal resmi dan investasi
langsung oleh pihak swasta ke negara-negara lain. Aliran modal resmi adalah
pinjaman dan pembayaran di antara badan-badan pemerintah di sesuatu negara
dengan negara-negara lain. Sedangkan investasi langsung swasta adalah
penanaman modal langsung, yaitu investasi berupa mendirikan perusahaanperusahaan–terutama perindustrian. Modal yang dibelanjakan diperoleh dari
negara asal perusahaan tersebut. Perbedaan diantara modal jangka panjang yang
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
diterima dari luar neeri dengan modal jangka panjang yang dibayarkan ke luar
negeri dinamakan neraca modal jangka panjang. Apabila nilainya positif, keadaan
ini berarti lebih banyak modal jangka panjang yang diterima dari luar negeri dari
yang dibayarkan ke luar negeri. Aliran seperti itu membantu memperkukuh neraca
pembayaran. Disamping itu aliran modal jangka panjang dapat meningkatkan
perbelanjaan pembangunan pemerintah dan investasi sektor swasta.
2). Modal Swasta dan kesilapan-ketinggalan
Dua akun penting lain dalam neraca pemabayaran meliputi akun “modal
swasta” dan “kesilapan dan ketinggalan”. Yang dimaksudkan dengan “modal
swasta” adalah aliran-aliran modal dalam bentuk tabungan atau investasi keuangan
yang dapat dengan cepat ditukarkan kembali kepada valuta yang asal atau valuta
lainnya. Aliran keuangan ini selalu dinamakan “hot money”. Dinamakan demikian
karena dana tersebut dapat mengalir dari satu negara ke negara lain dengan mudah
dan dalam waktu yang cepat. Uang tersebut biasanya meliputi uang yang
sdiinvestasikan di pasaran uang dan pasaran modal untuk memperoleh keuntungan
dari investasi tersebut. Pembelian saham-saham domestik oleh suatu perusahaan
“mutual fund” di New York merupakan salah satu contoh dari aliran masuk modal
swasta.
Akun kesilapan dan ketinggalan merupakan akun yang menaksir besarnya
aliran uang yang tidak dapat dicatat. Dalam setiap neraca pembayaran perlu ada
akun kesilapan dan ketinggalan untuk memastikan agar penghitungan aliran ke
luar dan aliran masuk adalah seimbang. Anda menawarkan uang Rp 100 ribu.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Ketika anda hitung sisa uang setelah dibelanjakan, sisanya adalah Rp 40 ribu.
Akan tetapi dalam ingatan anda yang dibelanjakan hanyalah Rp 50 ribu. Berarti
anda tidak mengetahui bagaimana uang sebanyak Rp10 ribu lagi digunakan.
Dalam neraca pembayaran kesalah yang seperti ini dicatat dalam akun “kesilapan
dan ketinggalan”.
c. Cadangan Valuta Asing
Aliran pembayaran dan investasi yang masuk ke dalam suatu negara pada
suatu waktu tertentu biasanya berbeda dengan aliran ke luar pembayaran dan
investasi ke luar negeri. Perbedaan diantara keduanya dinamakan “neraca
keseluruhan”. Apabila neraca keseluruhan bernilai positif, artinya adalah: aliran
pembayaran dan investasi ke sesuatu negara melebihi aliran yang sama ke negaranegara lain. Dengan demikian, sebaliknya, nilai negatif menggambarkan bahwa
aliran ke luar melebihi aliran yang masuk.
Dalam keadaan dimana sesuatu negara lebih banyak membuat pembayaran
ke luar negeri kalau dibandingkan dengan penerimaannya, maka bank sentral
harus mengurangi cadangan valuta asingnya untuk melakukan pembayaran
tersebut. Sebaliknya, apabila yang diterima dari negara-negara lain adalah lebih
banyak dari yang harus dibayar, maka cadangan valuta asing akan bertambah.
Dalam informasi mengenai “perubahan dalam cadangan bank sentral”, yang
ditunjukkan adalah (i) jumlah perubahan cadangan tersebut dalam satu tahun
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
tertentu, dan (ii) banyaknya jumlah perubahan dari tiap-tiap jenis harta bank
sentral.
Menurut David K. Eiteman dkk (2010: 76), BOP suatu negara mempunyai
dampak yang signifikan terhadap level nilai tukarnya dan sebaliknya, tergantung dari
rezim nilai tukar tersebut. Hubungan antara BOP dan nilai tukar dapat diilustrasikan
dengan penggunaan sebuah persamaan yang disederhanakan yang merangkumkan
data BOP:
Neraca
Saldo transaksi Saldo transaksi Saldo transaksi Saldo cadangan
Pembayaran berjalan
keuangan
keuangan
devisa
BOP =
(CI – CO) +
(FI – FO) +
FXB
(X – M) +
di mana:
X
= ekspor barang dan jasa
M
= impor barang dan jasa
CI
= aliran modal masuk (capital inflow),
CO
= aliran modal keluar (capital outflow),
FI
= keuangan masuk (financial inflow),
FO
= keuangan keluar (financial outflow)
FXB
= cadangan moneter resmi seperti valuta asing dan emas.
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Pengaruh dari suatu ketidakseimbangan dalam BOP suatu negara bekerja berlainan
tergantung pada apakah negara itu memiliki sistem nilai tukar tetap, nilai tukar
mengambang, atau nilai tukar mengambang terkendali.
a. Negara-negara dengan nilai tukar tetap
Pada sistem nilai tukar tetap, pemerintah memikul tanggung jawab untuk
menjamin BOP mendekati nol. Bila jumlah dari transaksi berjalan dan modal tidak
mendekati nol, pemerintah diharapkan untuk melakukan intervensi dalam pasar
valuta asing dengan membeli atau menjual cadangan valuta asing resmi. Bila
jumlah dari kedua transaksi pertama itu lebih besar dari nol, suatu surplus
permintaan harus melakukan intervensi dalam pasar valuta asing dan menjual mata
uang domestik untuk mendapatkan mata uang asing atau emas sehingga BOP
kembali mendekati nol.
Bila jumlah transaksi berjalan dan modal negatif, terjadi kelebihan jumlah
mata uang domestik yang beredar di pasar dunia. Maka pemerintah tersebut harus
melakukan intervensi dengan membeli mata uang domestik dengan cadangan mata
uang asing dan emasnya. Penting sekali bahwa suatu pemerintah mempertahankan
saldo cadangan valuta asing yang signifikan agar bisa melakukan intervensi
dengan efektif. Bila negara itu kehabisan cadangan valuta asing, negara itu tidak
akan mampu membeli kembali mata uang domestiknya dan akan terpaksa
melakukan devaluasi.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
b. Negara-negara dengan nilai tukar mengambang.
Dalam sistem nilai tukar mengambang, pemerintah suatu negara tidak
memikul tanggung jawab untuk mematok nilai tukar valuta asing. Fakta bahwa
saldo transaksi berjalan dan modal tidak berjumlah sama dengan nol secara
otomatis (dalam teori) akan mengubah nilai tukar dalam arah yang diperlukan agar
BOP mendekati nol. Misalnya, sebuah negara yang mengalami defisit transaksi
berjalan yang signifikan dengan saldo transaksi modal dan keuangan sama dengan
nol akan mengalami suatu defisit BOP bersih. Kelebihan jumlah mata uang
domestik yang beredar akan terjadi di pasar dunia. Seperti halnya kasus dengan
semua barang yang penawarannya berlebihan, pasarakan membebaskan dirinya
sendiri dari ketidakseimbangan dengan menurunkan harga. Dengan demikian,
mata uang domestik akan jatuh nilainya, dan BOP akan kembali mendekati nol.
Pasar valuta asing tidak akan selalu mengikuti teori ini, khususnya dalam jangka
pendek sampai menengah. Keterlambatan ini dikenal sebagai pengaruh kurva-J.
Defisit ini akan bertambah buruk pada jangka pendek, tetapi akan bergerak
kembali menuju ekuilibrium pada jangka panjang.
c. Mengambang Terkendali
Meskipun masih mengandalkan pada berbagai kondisi pasar untuk
penentuan nilai tukar harian, negara-negara yang beroperasi dengan nilai tukar
mengambang terkendali sering kali merasa perlu untuk mengambil sejumlah
tindakan untuk mempertahankan nilai tukar yang mereka inginkan. Oleh sebab itu
mereka berusaha mengubah penilaian pasar atas nilai tukar tertentu dengan
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
mempengaruhi motivasi aktivitas pasar, alih-alih melalui intervensi langsung
dalam pasar valuta asing.
Menurut Sukirno (2013:23), “Neraca pembayaran yang tidak kukuh akan
mengurangi kemampuan suatu negara dalam menghadapi masalah pengaliran dana
keluar negeri yang melebihi keadaan yang biasanya berlaku. Sebagai akibatnya
cadangan mata uang asing akan merosot dan kurs mata uang asing meningkat”.
8. Pengertian Inflasi
Sukirno (2013: 14), mengatakan bahwa inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Tingkat
inflasi (persentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode
lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Adakalanya tingkat inflasi
adalah rendah – yaitu mencapai di bawah 2 atau 3 persen. Tingkat inflasi yang
moderat mencapai di antara 4 – 10 persen. Inflasi yag sangat serius dapat mencapai
tingkat beberapa puluh atau beberapa ratus persen dalam setahun.
Inflasi dapat berlaku sebagai akibat dari (i) kenaikan harga-harga barang yang
diimpor, (ii) penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, dan (iii) kekacauan politik dan
ekonomi sebagai akibat pemerintahan kurang bertanggung jawab.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin
memburuk sekiranya inflasi tidak dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi
bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflsi yang bertambah serius tersebut
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan
menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Atmadja mengatakan, “Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di
suatu negara akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap
berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga membayar transaksi impor
tersebut. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap valuta asing
di pasar”. (Atmadja, 2002:71).
Indikator inflasi adalah sebagai berikut (www.bi.go.id) :
a. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan
untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke wajtu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa ang di konsumsi oleh
masyarakat. Tingkat inflasi di Indonesia biasanya diukur dengan IHK.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan
pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang
terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas
produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga
cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money).
Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi
yang berlaku pada
umumnya cenderung menurunkan nilai valuta asing.
Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut: (i) inflasi
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
menyebabkan harga-harga didalam negeri lebih mahal dari harga-harga diluar negeri
dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi
menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi
berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan atas
valuta asing bertambah, dan keadaan (ii) menyebabkan penawaran atas valuta asing
berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara
yang mengalami inflasi merosot) (Sukirno, 2013:402).
9. Pengertian BI Rate
a. Pengertian Suku Bunga
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Istiqomah (2011) berikut.
“Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga
adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah
jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat
harus membayar peluang untuk meminjam uang. Menurut Keynes, dalam
Wardane (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan
uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya
akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat
berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila
tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada
kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau
gain”(Ansori, 2010:48-49).
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman.
Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu.
Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur
yang harus dibayarkan kepada kreditur.
b. Pengertian BI Rate
1) Definisi
Menurut Bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik.
2) Fungsi
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat
Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan
Bank
Indonesia
melalui
pengelolaan
likuiditas
(liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan
suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku
bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank
Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan
berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
c. Penetapan BI Rate
1) Jadwal Penetapan dan Penentuan
Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui
mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.

Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan
RDG berikutnya

Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan
memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy)
dalam memengaruhi inflasi.

Dalam
hal
terjadi
perkembangan
penetapan stanceKebijakan Moneter
di
luar
prakiraan
semula,
dapat dilakukan sebelum RDG
Bulanan melalui RDG Mingguan.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
2) Besarnya Perubahan BI Rate
Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (secara
konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi
untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap
pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari
25 bps dalam kelipatan 25 bps.
d. Transmisi Kebijakan Moneter
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan
nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.
Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI
Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan
perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi
dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat
kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
GAMBAR 2.2 MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi
tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme
ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan
instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable
ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi.
Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan
sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui
berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
aset, dan jalur ekspektasi.
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito
dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami
kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif
melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku
bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari
perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga
akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua
akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian
semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas
perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh,
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga
luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor
asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di
Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi
nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah
dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif
sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini
akan
berdampak
pada
menurunnya
pertumbuhan
ekonomi
dan
kegiatan
perekonomian.
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui
perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti
saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang
pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi
seperti konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi
ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang
diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong
pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih
tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen
melalui kenaikan harga.
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time
lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar
biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar
bekerja sangat cepat.
Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat
berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter.
Apabila perbankan
melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan
suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang
melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit
dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan
penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga
belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila
prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan,
perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau
tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
e. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Nilai Tukar Rupiah
Menurut Sukirno (2013: 402), “Suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku
bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan
menyebabkan modal dalam negeri mengalir keluar negeri. Sedangkan suku bunga
dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar
negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir kesesuatu
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
negara, permintaan ke atas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang
tersebut bertambah. Nilai mata uang sesuatu negara akan merosot apabila lebih
banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain”.
Kebijakan yang dapat digunakan untuk mencapai sasaran stabilitas harga
atau pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan-kebijakan moneter dengan
menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter). Salah satu
jalur yang digunakan adalah jalur nilai tukar, berpendapat bahwa pengetatan
moneter yang mendorong peningkatan suku bunga akan mengakibatkan apresiasi
nilai tukar karena adanya pemasukan modal dan luar negeri (Arifin, 1998: 4).
TABEL 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
No
1
Peneliti
Judul
Variabel yang
Metode
Digunakan
Analisis
Hasil Penelitian
Zain
Faktor-faktor
Inflasi,
tingkat Analisis
Secara
bersama-sama
Muchlas
yang
suku
bunga, regresi
inflasi,
tingkat
dan
mempengaruhi
jumlah
Agus
kurs
Rahman
terhadap
dolar BOP dan kurs
berpengaruh
Alamsya
Amerika
pasca IDR/USD
pergerakan
rupiah beredar,
uang berganda
GDP,
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
suku
bunga, JUB, BOP secara
bersama-sama
terhadap
rupiah
36
h (2015)
krisis
(2000-
terhadap dolar Amerika.
2010)
2
Adwin
Analisa
Tingkat inflasi, Analisis
Surja
pergerakan nilai tingkat
Atmadja
tukar
(2002)
terhadap
suku regresi
jumlah
besar pergerakan nilai
dolar uang
beredar,
tukar mata uang rupiah
diterapkannya
terhadap dolar Amerika
nasional
kebijakan sistem Indonesia
Indonesia
di
Serikat ditentukan oleh
dan
faktor-faktor lain, baik
tukar Amerika
mengambang
bebas
uang beredar, sebagian
rupiah bunga,
Amerika setelah pendapatan
nilai
Kecuali variabel jumlah
Serikat,
faktor ekonomi maupun
posisi
faktor non ekonomi.
di neraca
pembayaran
internasional
Indonesia,
nilai
dan
tukar
rupiah terhadap
dolar Amerika
3
Tara Eka Analisis
Pratiwi
perilaku
(2012)
rupiah
Perbedaan JUB Analisis
kurs M2,
perbedaan regresi
(IDR) tingkat
suku
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perbedaan
JUB
M2,
perbedaan tingkat suku
bunga, dan perbedaan
37
terhadap Dollar bunga,
CPI memiliki hubungan
Amerika (USD) perbedaan CPI,
positif
pada sistem kurs PDB, dan kurs
terhadap kurs, variabel
mengambang
PDB memiliki hubungan
bebas
di
dan
signifikan
negatif dan signifikan
Indonesia
terhadap kurs.
periode 1997.32011.4
4
Nurul
Pengaruh
Produk
Hakim
produk domestik domestik bruto, regresi
(JUB)
(2013)
bruto,
account
jumlah jumlah
uang
current current account,
account,
financial
financial
account,
account,
dunia
uang berganda
beredar, beredar, inflasi,
inflasi,
harga
Analisis
dan minyak
uang
beredar
dan
financial
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap kurs Rupiah per
Dolar
AS.
harga
harga
minyak
dunia,
berpengaruh
minyak dan kurs rupiah
terhadap per
Jumlah
dolar
Sementara
dunia
negatif
signifikan terhadap kurs
Rupiah per Dolar AS.
kurs rupiah per Amerika
Sedangkan PDB, inflasi,
dolar
dan
Serikat
Amerika
tahun
tidak
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
current
account
berpengaruh
38
2002-2012
terhadap kurs Rupiah per
Dolar AS.
5
Yeniwati Analisis
Inflasi,
Perubahan Kurs Bunga,
Rupiah
Suku Regresi
Variabel inflasi memiliki
Nilai Ordinary dampak yang signifikan
Least
dan
Terhadap Dollar
Squares
nilai tukar (kurs) rupiah.
Amerika
method
Sementara variabel suku
(OLS)
bunga, memiliki dampak
(periode
kuartal
tukar Rupiah.
1998
II
–
negatif
yang
tahun 2012)
terhadap
signifikan
dan
terhadap
nilai
positif
tukar Rupiah.
6
Tina
Analisis
Capital Inflow, Ordinary Hasil
Fitryana
pengaruh
neraca
(2014)
Capital Inflow, perdagangan,
neraca
inflasi,
perdagangan,
bunga
inflasi dan suku stabilitas
estimasi
ECM
Least
memperlihatkan
bahwa
Squre
pergerakan
capital
suku (OLS)
dan dan
nilai Error
perdagangan, inflasi dan
tingkat
bunga terhadap tukar riil
Correcti
stabilitas
on Model beragam
nilai
tukar
riil
(ECM)
DiIndonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
suku
mempunyai
bunga
pengaruh
terhadap
stabilitas nilai tukar rill.
Hasil
38
nerca
inflow,
estimasi
OLS
39
menunjukkan
bahwa
variabel capital inflow,
neraca perdagangan dan
suku bunga berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
kondisi
stabilitas nilai tukar riil
di Indonesia.
7
Rizki
Analisa
Tingkat inflasi, Regresi
Ansori
pengaruh tingkat SBI,
(2010)
inflasi,
SBI, Uang
Jumlah
Uang tingkat
beredar,
Jumlah berganda
beredar,
dan pendapatan, dan
tingkat
nilai
pendapatan
rupiah terhadap
terhadap
tukar
tukar
nilai Dollar Amerika.
rupiah
Variabel
jumlah
inflasi,
uang
SBI,
beredar,
dan tingkat pendapatan
secara
simultan
berpengaruh
terhadap
nilai tukar, dan variabel
yang
paling
mempengaruhi
adalah
jumlah uang beredar.
terhadap Dollar
Amerika.
8
Istiqoma
Pengaruh inflasi Nilai
h (2011)
dan
tukar Metode
investasi rupiah terhadap OLS
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Inflasi,
penanaman
modal asing, dan dummy
40
terhadap
nilai dollar AS (ER), (Ordinar
tukar rupiah di inflasi,
y
Indonesia.
Square).
Penanaman
Modal
krisis
Least secara
Dalam
negeri (PMDN),
berpengaruh
signifikan
dan
positif
terhadap
nilai
tukar
rupiah
di
Indonesia.
Penanaman
Modal
Asing
(PMA), dan juga
variabel dummy
crisis (DM) di
Indonesia.
9
Albert
Analisa
Inflasi,
suku Analisis
Nilai
tukar
rupiah
Budiyant pengaruh inflasi bunga SBI, dan Regresi
Rupiah
o (2009)
Dollar akan tergantung
dan suku bunga nilai
SBI
tukar Bergand
terhadap rupiah-US
a
pada
tehadap
US
seberapa
nilai tukar rupia- Dollar
perubahan
US Dollar tahun
SBI.
2005-2007
determinasi
besar
inflasi
dan
Koefisien
adalah
sebesar 0,172. Nilai ini
menjelaskan
perubahan
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bahwa
nilai
tukar
41
rupiah
terhadap
US
Dollar dipengaruhi oleh
inflasi dan SBI sebesar
17,2%
dan
sisanya
sebesar
82,8%
dipengaruhi oleh faktor
lain.
10
Anggyati Fluktuasi
kurs Jumlah
uang Analisa
Jumlah
uang
beredar,
nilai
impor,
ka
Rupiah terhadap beredar, inflasi, regresi
inflasi,
Mahda
Dollar Amerika tingkat
mempunyai
Kurnia
Serikat
dan
periode
Didit
1997.I
suku berganda
pada bunga SBI, nilai .
tahun impor, dan Kurs
yang
pengaruh
signifikan.
Sedangkan tingkat suku
– Rupiah
bunga
SBI
tidak
Purnomo 2004.IV
mempunyai
(2009)
signifikan terhadap kurs
rupiah
pengaruh
terhadap
dolar
AS.
11
Rudi
Analisis
Neraca
Metode
Dalam persamaan jangka
Ardiansy pengaruh neraca pembayaran dan analisis
pendek
ah
pembayaran
Vector
bahwa ternyata variabel
(2006)
terhadap
Error
yang
kurs.
nilai
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menunjukkan
signifikan
42
tukar rupiah
Corectio
mempengaruhi
n Model tukar
(VECM)
Rupiah
nilai
hanya
capital
account
satu
triwulan
yang
lalu,
tingkat suku bunga dua
triwulan
yang
lalu,
dummy crisis pada satu
dan dua triwulan yang
lalu.
Dalam jangka panjang
untuk nilai tukar Rupiah
menunjukkan
bahwa
ternyata variabel yang
dapat
mempengaruhi
nilai tukar Rupiah adalah
capital account, produk
domestik bruto, current
account
crisis.
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
dummy
43
B. Rerangka Pemikiran
Dari Penjelasan teoritis dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu maka
yang menjadi variable-variabel didalam penelitian ini adalah nilai Neraca
Pembayaran (Current Account), inflasi, dan tingkat suku bunga, sebagai variable
independen (bebas) dan kurs sebagai variable dependen (variable terikat). Sehingga
rerangka pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut:
BI Rate
H3
Inflasi
Neraca
Pembayaran
Kurs Rupiah/US
Dollar
H2
H1
H4
GAMBAR 2.3 RERANGKA PEMIKIRAN
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
C. Hipotesis
Dari uraian di atas, dapat diperoleh suatu hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga Neraca Pembayaran (Current Account) berpengaruh negatif terhadap
Nilai Tukar Rupiah/US Dollar.
2. Diduga Inflasi berpengaruh positif terhadap Nilai Tukar Rupiah/US Dollar.
3. Diduga BI Rate berpengaruh negatif terhadap Nilai Tukar Rupiah/US Dollar.
4. Diduga Neraca Pembayaran (Current Account), Inflasi, Tingkat BI Rate,
berpengaruh terhadap Nilai Tukar Rupiah/US Dollar.
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download