BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan laba. Pemasaran lebih berurusan dengan pelanggan dibandingkan dengan fungsi bisnis lainnya. Memahami, menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai dan kepuasan pelanggan adalah inti pemikiran dan praktek pemasaran modern. Sasaran pemasaran yang utama adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan. Menurut Kotler dan Keller (2005) pengertian pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. sebagai proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut Stanton yang diterjemahkan oleh Lamarto dan Sundaya (2009), pengertian pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial 11 12 Berdasarkan pendapat para pakar tersebut dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan melalui transaksi dan pertukaran yang dirancang sedemikian rupa untuk memasarkan produk dan jasa yang dihasilkan melalui penetapan harga tepat, promosi yang paling efektif, dan pendistribusian yang paling sesuai untuk tercapainya loyalitas pelanggan agar setia dan menjadi pelanggan tetap. 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Perusahaan memerlukan berbagai cara untuk dapat mengatur kegiatan pemasarannya agar sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, dengan demikian diperlukan suatu pengaturan atau manajemen, dalam hal ini adalah manajemen pemasaran. Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Molan (2006), pengertian manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan pengiriman, menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Sedangkan menurut Saladin (2007) pengertian manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud mencapai tujuan-tujuan organisasi”. Sementara itu menurut Sule (2006) manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk 13 mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan Berdasarkan beberapa pengertian manajemen pemasaran menurut pakar tersebut di atas maka menurut penulis, bahwa manajemen pemasaran adalah suatu proses yang melibatkan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan, yang tergantung pada pertukaran; serta memiliki tujuan untuk memudahkan atau mendukung hubungan pertukaran yang terjadi dalam sebuah lingkungan yang dinamis melalu penciptaan produk, penetapan harga, promosi dan distribusi. 2.2 Pengertian Jasa Kata jasa mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian jasa. Beberapa ahli pemasaran mengemukakan pengertian jasa seperti: Menurut Kotler diterjemahkan oleh Molan (2005) jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan satu pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya mungkin saja terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk fisik, sedangkan menurut Payne yang diterjemahkan oleh Hurriyati (2005) pemasaran jasa adalah suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah 14 organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jasa yang ditawarkan menurut Kotler (2005) mempunyai lima kategori sebagai berikut : 1. Barang nyata/berwujud murni (Pure tangible goods). penawaran hanya terdiri dari barang-barang berwujud. Contohnya sabun, pasta gigi atau garam. Tidak satu pun jasa menyertai produk tersebut. 2. Barang berwujud yang disertai jasa (tangible foods with accompanying service). dalam penawaranya barang ini disertai dengan jasa. Contohnya mobil dengan ruang pamer, komputer dengan instalasi dan aplikasinya, dan sebagainya. 3. Barang campuran (hibryd). penawaran terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama. Contohnya orang yang pergi ke restoran untuk membeli makanan maupun pelayananya. 4. Jasa utama yang disertai dengan barang dan jasa tambahan (mayor service with accompanying minor goods and service). Contohnya penumpang pesawat terbang membeli jasa transportasi yang dalam perjalananya disertai barang berwujud seperti makanan, minuman potongan tiket, dan majalah penerbangan. 5. Jasa murni (pure service). Tawaran tersebut terutama terdiri atas jasa. Contohnya jasa menjaga bayi, jasa psikoterapi, dan jasa memijat. 2.2.1 Karakteristik jasa Jasa adalah sesuatu yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak bewujud dan tidak mengakibatkan terjadinya perpindahan pemilikan (transfer of ownership). Sifat-sifat khusus jasa tersebut 15 dengan erat kaitanya dengan karakteristik yang ada pada jasa, yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam merancang program pemasaran. Menurut Kotler (2005) jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran, yaitu: a. Tidak berwujud (intangible) Jasa tidaklah berwujud seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, konsumen akan mencari tanda atau informasi tentang mutu jasa tersebut. Tanda atau informasi tentang jasa tersebut dapat dilihat atas dasar lokasi perusahaan, para penyedia dan jalur jasa, peralatan, dan alat komunikasi yang digunakan serta harga dari produk tersebut. b. Tidak terpisahkan (inseparability) Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa yang menghasilkan. Ini berarti jasa diproduksi dan dikonsumsi secara serentak pada waktu yang sama, karena jika konsumen membeli suatu jasa maka ia akan berhadapan langsung dengan sumber atau penyedia jasa. Maka penjualan jasa lebih diutamakan untuk penjualan langsung dengan skala operasi terbatas. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat mengunakan strategi-strategi seperti bekerja dalam kelompok yang lebih besar, bekerja lebih cepat, serta melatih pemberi jasa supaya mereka mampu membina kepercayaan konsumen c. Bervariasi (variasibility) Jasa itu sangat beraneka ragam, karena tergantung kepada yang menyediakan dan kapan serta dimana disediakan. Ini mengakibatkan sulitnya mencapai 16 kualitas jasa yang sesuai dengan standarnya. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan dapat melakukan beberapa strategi untuk mengendalikan kualitas jasa yang dihasilkan, yaitu : - melakukan seleksi dan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mendapatkan karyawan-karyawan yang baik. - Membuat standarisasi proses kerja dalam menghasilkan jasa yang baik. - Selalu memonitor kepuasan konsumen melalui system kotak saran dan keluhan maupun survey pasar (feed back). d. Tidak tahan lama (perishability) Jasa tidak dapat disimpan atau mudah hilang sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan datang. Keadaan mudah hilang ini bukanlah suatu masalah jika permintaan stabil, karena mudah untuk melakukan persiapan pelayanan sebelumnya. Jika permintaan berfluktuasi, maka perusahaan akan menghadapi masalah yang sulit dalam melakukan persiapan pelayananya. Untuk itu perlu perencanaan produk, penetapan harga serta program promosi yang tepat untuk mengatasi ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran. 2.2.2 Klasifikasi jasa Dalam melaksanakan pemasaran jasa tidak disamakan antara pemasaran satu jasa dengan yang lain, karena industri jasa sendiri sangatlah beragam. Klasifikasi jasa dapat membantu memahami batasan-batasan dari industri jasa dan memanfaatkan pengalaman industri jasa lainya yang mempunyai masalah dan karakteristik yang sama untuk diaplikasikan pada suatu bisnis jasa. Sebagai akibat bauran barang dan jasa yang berbeda-beda, sulit untuk menggeneralisasi jasa 17 kecuali dengan pembedaan lebih lanjut. Menurut Gronros oleh Hurriati (2010) jasa dapat di klasifikasikan berdasarkan : a. Jenis jasa (type of service) b. Jasa professional (professional service) c. Jenis pelanggan (type of customer) d. Individu (individuals) e. Jasa lainnya. 2.2.3 Pemasaran Jasa Jasa berbeda dengan produk karena secara kasat mata tidak dapat dilihat menimbulkan berbagai permasalahan dalam mengembangkan stategi pemasaran. Seperti yang dikemukakan oleh Lupiyoadi (2006) pemasaran jasa adalah setiap tindakan yang ditawarkan oleh sala satu pihak kepada pihak lain yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa adalah suatu tindakan yang ditawarkan pihak produsen kepada konsumen, dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat dilihat, dirasa, didengar atau diraba sebelum dikonsumsi. 2.3 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan 18 setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user. dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku. 2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Miniard oleh saladin (2005) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : 1. Pengaruh Lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang 19 kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut. 2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggarakan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh konsumen dalam pengambilan keputusannya. 3. Proses psikologi, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mepengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembeliannya 2.3.2 Manfaat perilaku konsumen Perilaku konsumen sangat beragam tergantung pada pemanfaat atau pengguna. Terdapat dua kelompok pemanfaat yaitu kelompok peneliti dan kelompok yang berorientasi implementasi (Peter & Olson, 1999). Peran perilaku konsumen bagi pemasar atau produsen adalah mampu: 1. Membujuk konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan. 2. Memahami konsumen dalam berperilaku, bertindak dan berpikir, agar pemasar atau produsen mampu memasarkan produknya dengan baik. 3. Memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan, sehingga pemasar atau produsen dapat merancang strategi pemasaran dengan baik. 20 2.4 Pengertian Pelayanan Pelayanan merupakan faktor yang sangat menetukan keberhasilan organisasi yang berorientasi profit. Pelayanan berkaitan dengan tingkat kepuasan pelanggan, meskipun produk atau jasa lain yang sejenis begitu banyak dan mudah di peroleh. Ada beberapa definisi pelayanan menurut Lovelock (2005) adalah : 1. Pelayanan adalah seni atau kinerja yang ditawarkan satu pihak kepada pihak lainnya. Walaupun proses itu dikaitakan dengan produk fisik, performence dari service pada dasarnya intanggible dan tidak mengakibatkan kepemilikan faktor produksi apapun. 2. Pelayanan adalah aktivitas ekonomi yang menciptakan nilai dan memberikan manfaat kepada para pelanggan pada waktu da tempat tertentu sebagai hasil adanya perubahan yang di dapat pelanggan. Sedangkan menurut Kotler dalam Wisnalmawati (2005) berpendapat bahwa kualitas pelayanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan pelanggan tentang inti pelayanan, yaitu si pemberi pelayanan itu sendiri atau keseluruhan organisasi pelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai menampakan tuntutan terhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar membutuhkan produk yang bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati kenyamanan pelayanan. 2.4.1 Dimensi Kualitas Pelayanan Parasuraman, et.al., dalam Kotler dan Keller (2007) menyimpulkan bahwa ada lima dimensi yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan, yaitu: 21 1. Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali. Aspek ini mencakup kecepatan pelayanan, penyampaian yang jelas, penyampaian tepat waktu. 2. Daya tanggap (responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera. Aspek ini mencakup respon atau tanggapan yang cepat, ditangani dengan cepat dan tepat, serta siap sedia saat diperlukan. 3. Jaminan (assurance), berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan. Aspek ini mencakup menguasai prosedur, memberikan rasa aman dan nyaman, serta sopan dan ramah. 4. Empati (empathy), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan. Aspek ini mencakup pendekatan secara emosional terhadap pelanggan, mendengarkan dan memahami keinginan pelanggan, serta memprioritaskan kepentingan pelanggan. 5. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan/ perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi perusahaan. Aspek ini mencakup kebersihan dan kenyamanan kantor, penampilan petugas frontliner, serta ketersediaan alat perlengkapan. 22 2.4.2 Faktor penyebab buruknya kualitas pelayanan Menurut Tjiptono (2012). Faktor penyebab buruknya kualitas layanan adalah sebagai berikut : 1. Produksi dan konsumsi yang terjadi secara simultan Salah satu karakteristik unik jasa/layanan adalah tidak dapat dipisahkan (inseparability), artinya jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Hal ini kerapkali membutuhkan kehadiran dan partisipasi pelanggan dalam proses penyampaian jasa. Konsekuensinya, berbagai macam persoalan sehubungan dengan interaksi antara penyedia layanan dan pelanggan bisa saja terjadi.Beberapa kelemahan yang mungkin ada pada karyawan jasa dan mungkin berdampak negatif terhadap persepsi kualitas meliputi : a. Tidak terampil dalam melayani pelanggan b. Cara berpakaian karyawan yang kurang sesuai konteks c. Tutur kata karyawan kurang sopan bahkan menyebalkan d. Bau badan karyawan mengganggu kenyamanan pelanggan e. Karyawan selalu cemberut atau pasang tampang “angker” 2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi Keterlibatan karyawan secara intensif dalam penyampaian layanan dapat pula menimbulkan masalah kualitas yaitu berupa tingginya variabilitas yang dihasilkan. Faktor-faktor yang bias mempengaruhinya antara lain : a. Upah rendah (umumnya karyawan yang melayani atau berinteraksi langsung dengan pelanggan memiliki tingkat pendidikan dan upah yang paling rendah dalam suatu perusahaan) 23 b. Pelatihan yang kurang memadai atau bahkan tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi c. Tingkat perputaran karyawan terlalu tinggi d. Motivasi kerja karyawan rendah 3. Dukungan terhadap pelanggan internal kurang memadai Karyawan front line merupakan ujung tombak sistem penyampaian layanan. Dalam banyak kasus,keramahan dan kesopanan operator telepon dan satpam bisa jadi memberikan kesan pertama bagi calon pelanggan yang ingin berhubungan dengan sebuah perusahaan penyedia jasa, agar para karyawan front line mampu melayani pelanggan secara efektif, mereka membutuhkan dukungan dari fungsi-fungsi utama manajemen (operasi, pemasaran, keuangan, R&D, dan SDM). Dukungan tersebut bisa berupa peralatan (perkakas, material, pakaian seragam), pelatihan keterampilan maupun informasi (misalnya, prosedur operasi). 4. Gap komunikasi Bila terjadi Gap komunikasi, maka bias timbul penilaian atau persepsi negatif terhadap kualitas layanan. Gap-gap komunikasi bisa berupa : a. Penyedia layanan memberikan janji berlebihan, sehingga tidak mampu memenuhinya b. Penyedia layanan tidak bias selalu menyajikan informasi terbaru kepada para pelanggan c. Pesan komunikasi penyedia layanan tidak dipahami pelanggan 24 d. Penyedia layanan tidak memperhatikan atau tidak segera menindaklanjuti keluhan dan atau saran pelanggan 5. Memperlakukan semua pelanggan dengan cara yang sama Dalam hal interaksi dengan penyedia layanan, tidak semua pelanggan bersedia menerima layanan yang seragam. Sering terjadi ada pelanggan yang menginginkan atau bahkan menuntut layananyang sifatnya personal dan berbeda dengan pelanggan lain. Hal ini memunculkan tantangan bagi penyedia layanan dalam hal kemampuan memahami kebutuhan spesifik pelanggan individual dan memahami perasaan pelanggan terhadap penyedia layanan dan layanan spesifik yang mereka terima 6. Perluasan atau pengembangan layanan secara berlebihan Bila terlampau banyak layanan baru dan tambahan terhadap layanan yang sudah ada, hasil yang didapatkan belum tentu optimal, bahkan tidak tertutup kemungkinan timbul masalah-masalah seputar standar kualitas layanan. Selain itu, pelanggan juga bisa bingung membedakan variasi penawaran layanan, baik dari segi fitur, keunggulan, maupun tingkat kualitasnya. 7. Visi bisnis jangka pendek Visi jangka pendek (misalnya, orientasi pencapaian target penjualan dan laba tahunan, penghematan biaya sebesar-besarnya, peningkatan produktivitas tahunan, dll) bisa merusak kualitas layanan yang sedang dibentuk untuk jangka panjang. Dari beberapa faktor diatas dapat dikatakan bahwa beberapa faktor penyebab buruknya kualitas jasa tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk 25 menghindari hal- hal yang menyebabkan buruknya kualitas jasa sehingga perusahaan mampu memberikan kualitas jasa dengan lebih baik. 2.5 Pengertian Loyalitas Pelanggan Menurut Shert dan Mittal dalam Tjiptono (2007) mengemukakan loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, dan pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang positif, sedangkan menurut Bothe yang dikutip dari Vanessa (2007) Loyalitas pelanggan sebagai pelanggan yang merasa puas terhadap produk atau jasa perusahaan dan mereka menjadi word of mouth advertisier yang antusias, loyalitas tidak hanya pada produk dan jasa perusahaan saja, tetapi juga keseluruahn portofolio produk dan jasa perusahaan sebagai bagian dari umur hidup loyalitas pada merek selamanya. Sementara, Bothe juga menyatakan bahwa telah menjadi nyata sekarang kepuasan tamu tidak lagi menjadi kunci utama sukses perusahaan namun loyalitas tamu adalah kunci dominan sukses suatu bisnis. Indikator loyalitas menurut Kotler dan Keller (2006) adalah : a. Kesetiaan dalam pembelian produk (Repeat Purchase) b. Ketahanan terhadap pengaruh negatif mengenai perusahaan (Retention) c. Mereferensikan secara total eksistensi perusahaan (Referalls) Loyalitas pelanggan secara umum dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Selain itu 26 pelanggan yang memiliki komitmen tinggi akan loyalitasnya tidak akan terpengaruh oleh bentuk-bentuk pemasaran produk atau jasa yang diberikan perusahaan lain dan akan terus memilih produk dan jasa yang mereka pilih sebelumnya. Loyalitas pelanggan akan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. 2.5.1 Loyalitas pelanggan berdasarkan prilaku dan sikap Zikmund dalam Vanessa (2007) mengungkapkan terdapat dua pendekatan dasar loyalitas pelanggan sebagai perilaku (behavior) dan sikap (attitude). Pendekatan loyalitas sebagai perilaku meliputi konsistensi pelanggan dalam melakukan pembelian ulang. Terdapat lima bentuk loyalitas yang didasari perilaku, yaitu: 1. Loyalitas tidak terbagi (Undivided loyalty), yaitu perilaku konsumen yang selalu membeli merek yang sama pada sebuah produk. 2. Peralihan sesuai dengan kondisi (Occasional switcher), yaitu selalu memilih merek yang sama namun berubah jika produk itu tidak tersedia di pasar. 3. Loyalitas yang beralih (Switched loyalty), yaitu konsumen yang sebelumnya memiliki loyalitas terhadap suatu merek namun berpindah ke merek lain. 4. Loyalitas yang terbagi (Divided loyalty), yaitu konsumen yang memiliki loyalitas terhadap beberapa merek. 5. Perilaku membedakan (Indifference), yaitu konsumen yang tidak memiliki loyalitas terhadap sebuah merek dan dia tidak memiliki kepedulian akan hal ini. 27 Pendekatan sikap loyalitas mencerminkan loyalitas meliputi hal yang lebih dari sekedar pembelian ulang. Pendekatan ini menegaskan bahwa loyalitas pelanggan melibatkan sikap yang mencerminkan komitmen setiap waktu. Dengan kata lain, loyalitas pelanggan merupakan respon perilaku terhadap sikap pada suatu produk. Untuk memahami sikap loyalitas, perusahaan harus dapat menjelaskan kepada pelanggan mengenai informasi atau keyakinan yang sebenarnya mengenai produk, sehingga pelanggan dapat memahami produk dan merasa yakin akan produk tersebut. 2.5.2 Loyalitas dan siklus pembelian pelanggan Setiap pelanggan membeli produk, konsumen bergerak melalui siklus pembelian. Menurut Griffin (2005) konsumen pertama-pertama akan bergerak melalui lima langkah : 1. Menyadari produk yaitu pembentukan pangsa pikiran untuk memposisikan keunggulan produk dibenak calon pelanggan yang dilakukan melalui advertising dan promosi lainnya, sehingga calon pelanggan menyadari keberadaan produk. 2. Melakukan pembelian awal. Hal ini penting dalam memelihara loyalitas pelanggan karena dari pembelian awal timbul kesan positif atau negatif terhadap produk, sehingga terdapat kesempatan untuk menumbuhkan pelanggan. 3. Evaluasi pasca-pembelian. Adanya kepuasan atau ketidakpuasan yang dijadikan dasar pertimbangan untuk beralih pada produk lain atau tidak. 28 4. Keputusan membeli lagi merupakan sikap yang paling penting bagi loyalitas. Perusahaan berusaha menanamkan gagasan ke dalam pikiran pelanggan bahwa beralih ke produk yang lain akan membuang waktu, uang atau hambatan kinerja pelanggan. Jadi terdapat ikatan emosional. 5. Pembelian kembali. Pelanggan dikatakan loyal apabila membeli secara berulang atau terus-menerus. 2.6 Menurut Penelitian Terdahulu Menurut penelitian terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dhunuriah (2013) dengan judul Pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas nasabah BRI unit H. Mencong CiledugTangerang, dengan metode sampling yang digunakan adalah metode kausal survey atau kuesioner yang dibagikan kepada sebagian nasabah yang datang ke BRI Unit H.Mencong ciledug Tangerang, dan metode analiss data yang digunakan adalah uji validitas dan probabilitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji analisis regresi linear berganda, uji hipotesis, uji hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit H.Mencong Ciledug-Tangerang bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah BRI, sedangkan kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah BRI cabang H.Mencong Ciledug-Tangerang. Hasil penelitian ini pun menunjukkan bahwa kualitas pelayanan secara tidak langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap 29 loyalitas nasabah. Namun kualitas pelayanan dapat dirasakan secara langsung dengan dipengaruhi kepuasan pelanggan . 2. Sauqi (2012) dengan judul Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan televisi berbayar Indovision Cabang Jember. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode Accidential sampling, sedangkan metode analisis data yang diguanakan adalah model persamaan Structural Equation Model. Hasil analisis menunjukan bahwa kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan dan kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan ini memiliki pengaruh paling dominan dibandingkan dengan pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan dan pengaruh kepuasan terhadap loyalitas pelanggan. 3. Nurfarhana (2012) dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas Pelanggan PT.Telkomsel Jakarta.Metode sampling yang digunakan adalah teknik rendom sampling. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah regresi hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh positif siginifikan antara kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan PT. Telkomsel Jakarta. 4. Astriana (2012) dengan judul Pengaruh Kepercayaan dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah pada PT.BCA Palmerah.Tbk, sedangkan metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling, dan penelitian yang penelitian tersebut menunjukan dimensi kualitas pelayanan yang paling dominan mempengaruhi adalah variabel responsiveness, dan terdapat 30 pengaruh signifikan positi variabel kepercayaan dan kualitas layanan secara bersama-sama terhadap loyalitas nasabah. 5. Farina (2009) dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa dan Impeknya Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah Bank NISP , Sedangkan metode sampling yang digunakan adalah dengan metode convenience sampling dan analisis yang digunakan adalah metode analisis faktor pada tahap penelitian pendahuluan dilanjutkan dengan metode analisis jalur, dimana dalam analisis jalur terseut menggunakan analisis regresi berganda dan regresi sederhana. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel reliability, empathy dan tangible tidak berpengaruh terhadap kepuasan nasabah, sedangkan variabel responsiveness dan variabel assurance berpengaruh terhadap kepuasan nasabah bank NISP. 6. Rusandi (2004) dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Anggota Koperasi Karyawan Omedata (K20) di PT Omedata Electronics Bandung. Sedangkan metode penelitian yang dilakukan adalah metode survey dan analisis yang digunakan adalah metode analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh dimensi kualitas pelayanan seperti realibilty, responsiveness, assurance, empathy dan tangible secara bersama-sama terhadap loyalitas anggota koperasi karyawan PT Omedata Electronics Bandung, dan cara partial hanya dimensi kualitas pelayanan tangible, reliability, dan empathy yang berpengaruh terhadap loyalitas anggota. 31 2.7 Rerangka Pemikiran dan Pembentukan Hipotesis Menurut Kotler dan Keller (2007) kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaian dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi konsumen atas pelayanan yang nyata mereka terima dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Kualitas pelayanan menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan oleh perusahaan agar mampu bertahan dan tetap mendapat kepercayaan pelanggan. Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh terhadap terciptanya loyalitas. Kualitas pelayanan memiliki dimensi yang terdiri dari bentuk fisik (tangible) yang mempunyai indikator seperti kebersihan dan kenyamanan kantor pelayanan, penampilan petugas , ketersediaan alat kelengkapan. Kehandalan (reliability) mempunyai indikator seperti pelayanan yang cepat, penyampaian yang tepat dan akurat, penyampaian tepat waktu. Tanggapan (responsiveness) mempunyai indikator seperti tanggapan/respon yang cepat, penanaganan yang cepat, kiap sedia setiap saat. Jaminan (assurance) mempunyai indikator menguasai prosedur, memberikan rasa aman dan nyaman, sopan dan ramah. Empati (emphaty) mempunyai indikator seperti mampu melakukan pendekatan emosional, mendengarkan dan memahami keinginan, memprioritaskan kepentingan pelanggan. Peneliti akan meneliti pengaruh dimensi tersebut secara partial dan juga secara bersama-sama terhadap loyalitas pelanggan. Berdasarkan uraian 32 diatas sebagai dasar alur pemikiran dalam penelitian ini, maka penulis membuat rerangka pemikiran sebagai berikut : Kualitas Pelayanan Reliability Responsiveness H2 H3 Assurance H4 Tangibles Emphaty H5 H6 H1 Loyalitas Pelanggan Gambar 2.1 Kerangka Berfikir 2.8 Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis diatas, dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis bahwa: 1. Diduga terdapat pengaruh kualitas pelayanan customer service dalam bentuk reliability, Responsiveness, Assuranve, Emphaty, dan Tangibles secara bersama sama terhadap loyalitas pelanggan PT.Link Net 2. Diduga terdapat pengaruh kualitas pelayanan customer service dalam bentuk reliability terhadap loyalitas pelanggan PT.Link Net 33 3. Diduga terdapat pengaruh kualitas pelayanan customer service dalam bentuk Responsiveness terhadap loyalitas pelanggan PT.Link Net 4. Diduga terdapat pengaruh kualitas pelayanan customer service dalam bentuk Assurance terhadap loyalitas pelanggan PT.Link Net 5. Diduga terdapat pengaruh kualitas pelayanan customer service dalam bentuk emphaty terhadap loyalitas pelanggan PT.Link Net 6. Diduga terdapat pengaruh kualitas pelayanan customer service berupa Tangibles terhadap loyalitas pelanggan PT.Link Net