Kualitas Pelayanan Jasa Terminal Penumpang Pelabuhan

advertisement
IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA OLEH PEMERINTAH KOTA
TANJUNGPINANG
(Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
MAULI
NIM : 090563201034
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA OLEH PEMERINTAH KOTA
TANJUNGPINANG
(Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang)
NORTIKAWATI
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan
Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga
sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup di
sekolah merupakan salah satu dari penerapan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter dan pendidikan lingkungan hidup menanamkan nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi pengetahuan (kognitif), kesadaran atau kemauan
(afektif), dan tindakan (psikomotor) untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Badan
Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang merupakan instansi pemerintah yang ikut
menjadi pelaksana program ini. Badan lingkungan hidup menjadi fasilitator bagi para
sekolah untuk menjalankan program tersebut
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Implementasi
Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang (Studi pada Badan
Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang). Dalam pembahasan skripsi ini
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini diambil
menggunakan teknik Purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang pada Badan
Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang sudah berjalan baik. Adapun yang menjadi
kendala dalam pelaksanaan program Adiwiyata di sekolah yaitu belum ada kegiatan
terencana yang dilakukan berkaitan dengan menyambut hari lingkungan hidup.
Empat aspek yang harus menjadi perhatian sekolah untuk dikelola dengan cermat
dan benar apabila mengembangkan Program Adiwiyata yakni ; Kebijakan,
Kurikulum, Kegiatan, dan Sarana Prasarana. Sehingga secara terencana Pengelolaan
aspek-aspek tersebut harus diarahkan pada indikator yang telah ditetapkan dalam
program Adiwiyata.
Kata Kunci : Adiwiyata, Lingkungan Hidup, Implementasi Program
1
ABSTRACT
Adiwiyata Program is one program of the Ministry of Environment in order to
encourage the creation of knowledge and awareness of school community in
environmental protection. Environmental education in schools is one of the
implementation of character education. Character education and environmental
education to instill character values to the school community that includes
knowledge (cognitive), awareness or willingness (affective), and action
(psychomotor) to implement those values. Environment Agency Tanjungpinang is a
government agency that helped to implementing this program. Environmental agency
as facilitators for the school to run the program
The purpose of this study is basically to find out the Program Implementation
Adiwiyata By Tanjungpinang City Government (Studies in Environment Agency
Tanjungpinang). In the discussion of this thesis uses descriptive qualitative research.
Informants in this study were taken using purposive sampling technique. Data
analysis techniques used in this research is descriptive qualitative data analysis
techniques.
Based on the results of the study it can be concluded that the implementation
Adiwiyata by the City of Tanjungpinang Tanjungpinang Environment Agency has
been running well. As for the obstacles in the implementation of the program
Adiwiyata in school, that there are no planned activities that occur under the
welcoming environment. Four aspects that should be a concern of the school to be
managed carefully and correctly when developing Adiwiyata namely; Policies,
curriculum, activities, and Infrastructure. Management planned manner so that these
aspects should be directed to the indicators set out in Adiwiyata program.
Keywords: Adiwiyata, Environment, Implementation Program
2
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota
Tanjungpinang
merupakan salah satu kota diwilayah
Provinsi Kepulauan Riau yang
memiliki potensi untuk berkembang
dengan cepat. Kota Tanjungpinang
merupakan salah satu daerah padat
penduduk,
dan
perkembangan
pembangunan
penduduk.
Berdasarkan data yang didapatkan
dari Badan Pusat Statistik Kota
Tanjungpinang (2015) Meningkatnya
jumlah
penduduk
Kota
Tanjungpinang yaitu untuk jumlah
penduduk di Kota Tanjungpinang
mengalami peningkatan dari 228.918
pada 2013, menjadi 237.318 pada
Januari-September
2014,
serta
aktivitas yang dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
akan
berpengaruh
terhadap
meningkatnya volume sampah di
Kota
Tanjungpinang.
Apabila
masalah
ini
tidak
dilakukan
perubahan dalam penanganannya,
baik teknis maupun kebijakan politis,
dalam waktu dekat diprediksi dapat
mengakibatkan
terjadinya
pencemaran lingkungan yang cukup
signifikan di seluruh wilayah, baik
langsung maupun secara tidak
langsung.
(Sumber
:
BPS
Tanjungpinang, Kota Tanjungpinang
Dalam Angka, 2015)
Adiwiyata ada salah satu
program
pemerintah.
Program
Adiwiyata adalah salah satu program
Kementerian Lingkungan Hidup
dalam rangka mendorong terciptanya
pengetahuan dan kesadaran warga
sekolah dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup. Dalam program
ini diharapkan setiap warga sekolah
ikut terlibat dalam kegiatan sekolah
menuju lingkungan yang sehat serta
menghindari dampak lingkungan
yang negatif. Dalam pelaksanaannya
Kementerian Lingkungan Hidup
bekerjasama
dengan
para
stakeholders, menggulirkan Program
Adiwiyata ini dengan harapan dapat
mengajak
warga
sekolah
melaksanakan
proses
belajar
mengajar materi lingkungan hidup
dan turut berpartisipasi melestarikan
serta menjaga lingkungan hidup di
sekolah dan sekitarnya. Tujuan
Program
Adiwiyata
adalah
menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat
pembelajaran dan penyadaran warga
sekolah, sehingga dikemudian hari
warga sekolah tersebut dapat turut
bertanggungjawab dalam upayaupaya penyelamatan lingkungan
hidup
dan
pembangunan
berkelanjutan.
Kegiatan
utama
Program
Adiwiyata
adalah
mewujudkan kelembagaan sekolah
yang
peduli
dan
berbudaya
lingkungan bagi sekolah dasar dan
menengah di Indonesia. (Sumber :
Pedoman Adiwiyata Tahun 2015)
Salah satu
perkembangan
pendidikan
lingkungan
adalah
dirumuskannya tujuan pendidikan
lingkungan hidup menurut UNCED
adalah Pendidikan lingkungan Hidup
(environmental education-EE) adalah
suatu proses untuk membangun
populasi manusia di dunia yang sadar
dan peduli terhadap lingkungan total
(keseluruhan) dan segala masalah
yang berkaitan dengannya, dan
masyarakat
yang
memiliki
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
tingkah
laku,
motivasi
serta
komitmen untuk bekerja sama , baik
secara individu maupun secara
kolektif , untuk dapat memecahkan
4
berbagai masalah lingkungan saat
ini, dan mencegah timbulnya
masalah baru. (Sudjoko, M.S : 2014 :
35)
Secara
eksplisit
mempertimbangkan/memperhitungka
n aspek lingkungan dalam rencana
pembangunan dan pertumbuhan.
Memampukan peserta didik untuk
mempunyai
peran
dalam
merencanakan pengalaman belajar
mereka, dan memberi kesempatan
pada mereka untuk membuat
keputusan
dan
menerima
konsekuensi dari keputusan tersebut.
Menghubungkan kepekaan kepada
lingkungan,
pengetahuan,
ketrampilan untuk memecahkan
masalah dan klarifikasi nilai pada
setiap tahap umur, tetapi bagi umur
muda
(tahun-tahun
pertama)
diberikan tekanan yang khusus
terhadap
kepekaan
lingkungan
terhadap lingkungan tempat mereka
hidup. (Sumber : http://lingkungan
dan pendididkan. co.id)
Pendidikan lingkungan hidup
di Indonesia dapat berjalan dengan
baik
jika
adanya
pemberian
kesempatan atau sarana yang tepat
dari lembaga atau sekolah kepada
peserta didik agar dapat meengenal
dan merasakan lingkungan hidup di
sekitarnya sehingga menanamkan
kesadaran diri untuk mengelola dan
memanfaatkannya dengan bijaksana.
Ketika kesadaran diri dari peserta
didik telah tertanam di dirinya maka
ia akan mampu membuat keputusan
dan menerima konsekuensi dari
keputusan terebut terlebih lagi
mengenai
lingkungan
disekitar
mereka. Pendidikan lingkungan
hidup dapat membantu peserta didik
dalam menumbuhkan kepekaan
kepada lingkungan, pengetahuan
serta memecahkan masalah yang
terjadi berkaitan dengan lingkungan
hidup secara kritis.
Adiwiyata
di
Indonesia
dicanangkan
oleh
Kementerian
Lingkungan Hidup sejak tahun 2005
untuk pulau Jawa. Dewasa ini,
disadari bahwa berbagai upaya yang
telah, sedang dan akan dilakukan
dalam pendidikan lingkungan hidup
perlu
dicermati
oleh
seluruh
pemangku
kepentingan
agar
efektivitas
pengembangan
pendidikan
lingkungan
hidup
menjadi lebih terencana, konsisten
dan terstruktur. Menyikapi hal
tersebut,
Kementerian
Negara
Lingkungan Hidup pada tahun 2006
mencanangkan Program adiwiyata
sebagai tindak lanjut dari MoU pada
tgl 3 Juni 2005 antara Menteri
Negara Lingkungan Hidup dan
Menteri Pendidikan Nasional.
Pengelolaan
lingkungan
hidup di daerah diwujudkan melalui
kebijakan pemerintah daerah dalam
pengelolaan lingkungan hidup yang
bertujuan
untuk
menciptakan
pembangunan daerah berkelanjutan
berwawasan lingkungan hidup harus
didukung atas kerjasama yang erat
serta memiliki komitmen yang kuat
antar
lembaga/instansi
yang
berkaitan dengan sosial, kultur
maupun kependudukan, sehingga
apa-apa saja kendala yang dihadapi
dapat diatasi hal
inilah yang
menjadi landasan dan tolak ukur
keberhasilan pembangunan. (Elyuzar
Siregar : 2008 )
Untuk
membangkitkan
kesadaran
manusia
terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya,
proses yang paling penting dan harus
dilakukan adalah dengan menyentuh
5
hati. Jika proses penyadaran telah
terjadi dan perubahan sikap dan pola
pikir terhadap lingkungan telah
terjadi, maka dapat dilakukan
peningkatan
pengetahuan
dan
pemahaman mengenai lingkungan
hidup,
serta
peningkatan
keterampilan
dalam
mengelola
lingkungan hidup.
Program sekolah Adiwiyata
merupakan
bentuk
komitmen
pemerintah terhadap pengelolaan dan
perlindungan lingkungan melalui
pendidikan. Kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah yaitu melalui
Peraturan
Menteri
Lingkungan
Hidup Nomor 5 tahun 2013
diterjemahkan menjadi program
sekolah Adiwiyata.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan
untuk
menanamkan
kesadaran warga masyarakat sejak
dini akan pengetahuan menjaga dan
melestarikan lingkungan adalah
melalui pendidikan lingkungan di
sekolah.
Lembaga
pendidikan
merupakan tempat yang efektif di
dalam menanamkan pemahaman dan
kesadaran peserta didik akan
berbagai hal termasuk pengetahan
lingkungan (Nahadi, dkk, 2014).
Pendidikan di sekolah merupakan
salah satu bagian dari kegiatan untuk
mendidik penerus bangsa, dalam
mengedepankan
kecerdasan
intelektual, mendidik moral, budi
pekerti, dan watak atau karakter.
Tujuan Pendidikan karakter adalah
membangun karakter setiap siswa
untuk membangun kepribadian dan
perilaku yang bersifat positif melalui
lingkungan hidup yang dapat
mempengaruhi
pengetahuan,
keterampilan dan kesejahteraan
manusia untuk melakukan aktifitas
sosial.
Pemerintah
Indonesia
membuat suatu kebijakan yang
diterapkan dalam dunia pendidikan
yang tertera dalam pasal 65 poin
keempat Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Di mana dalam pasal tersebut
menjelaskan bahwa “setiap orang
berhak
dan
berperan
dalam
pengelolaan lingkungan hidup”. Dari
pernyataan
tersebut
pemerintah
dalam hal ini adalah institusi
pendidikan dimaksudkan ikut serta
dalam melaksanakan pengelolaan
lingkungan melalui pencanangan
program sekolah Adiwiyata.
Pelaksana program Adiwiyata
terdiri dari tim nasional, propinsi,
kabupaten/kota juga di sekolah.
Salah satu tim yang penting adalah
tim kabupaten Kota, Terdiri dari
berbagai unsur sebagai berikut :
Badan Lingkungan Kabupaten/Kota
sebagai koordinator. Peran dan tugas
pokok dari tim kabupaten/kota
adalah
sebagai
berikut;
Mengembangkan/Melaksanakan
program
Adiwiyata
tingkat
Kabupaten/Kota.
Sosialisasi
program
ADIWIYATA
kepada
sekolah. Bimbingan teknis kepada
sekolah. Membuat Pilot project
untuk 4 satuan pendidikan yang
berbeda (SD, SMP, SMA, SMK)
setiap Kabupaten/Kota. Menetapkan
penghargaan sekolah ADIWIYATA
tingkat Kabupaten/Kota. Melakukan
Evaluasi
dan
pelaporan
keterlaksanaan program adiwiyata
kepada Bupati/Walikota tembusan
kepada Badan Lingkungan Hidup
Propinsi.Badan Lingkungan Hidup
Kota Tanjungpinang merupakan
instansi pemerintah yang ikut
menjadi pelaksana program ini.
6
Badan lingkungan hidup menjadi
fasilitator bagi para sekolah untuk
menjalankan program tersebut, dari
latar belakang diatas maka dalam
penelitian ini diambil sebuah judul
yaitu:
“IMPLEMENTASI
PROGRAM ADIWIYATA OLEH
PEMERINTAH
KOTA
TANJUNGPINANG (Studi pada
Badan Lingkungan Hidup Kota
Tanjungpinang)”
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang
masalah diatas, Maka dalam hal ini
penulis mencoba menarik suatu
perumusan
masalah
yaitu
:
“Bagaimana
Implementasi
Program
Adiwiyata
Oleh
Pemerintah Kota Tanjungpinang
(Studi pada Badan Lingkungan
Hidup Kota Tanjungpinang)”
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini pada
dasarnya
adalah
untuk
mengetahui
Implementasi
Program
Adiwiyata
Oleh
Pemerintah
Kota
Tanjungpinang (Studi pada
Badan Lingkungan Hidup Kota
Tanjungpinang)
D. Konsep Operasional
Konsep operasional adalah
upaya
mendefinisikan
atau
membatasi ruang lingkup masalah
penelitian sesuai dengan variabel dan
indikator yang telah ditetapkan
berdasarkan teori yang nantinya akan
diterapkan dalam melaksanakan
pengukuran di lapangan, sehingga
tidak terjadi perbedaan penafsiran
dalam menganalisa penelitian ini.
Konsep-konsep
tersebut
dioperasionalkan agar hasil dari
penelitian yang akan dilakukan dapat
lebih mencapai tujuan, maka penulis
membuat batasan pembahasan atau
konsep operasional, maka penulis
mengacu pada pendapat yaitu
pendapat Van Meter dan Van Horn
dalam Subarsono (2008:99) . Dalam
hal ini peneliti mengambil beberapa
dimensi yang akan dapat melihat
Implementasi Program Adiwiyata
Oleh
Pemerintah
Kota
Tanjungpinang (Studi pada Badan
Lingkungan
Hidup
Kota
Tanjungpinang) ini dapat dilihat dari
dimensi sebagi berikut :
1. Standar dan sasaran kebijakan
Pelaksanaan kebijakan akan
berjalan dengan baik apabila
ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan
kebijakan
dipahami
oleh
individu-individu
yang
bertanggungjawab
dalam
pencapaian tujuan kebijakan ini
dapat di ukur dari indikator
sebagai berikut :
a. adanya standar kebijakan dan
sasaran
kebijakan
yang jelas dalam
adiwiyata
2. Sumber daya
Untuk menjalankan kebijakan
sangat
dibutuhkan
sumbersumber
terkait
dalam
pelaksanaan kebijakan, adanya
sumber daya manusia yang
menjamin bahwa kebijakan dapat
diarahkan kepada sebagaimana
yang diharapkan, serta adanya
fasilitas-fasilitas pendukung yang
dapat
dipakai
untuk
melaksanakan
kebijakan.
ketersediaan sumber daya ini
dapat di ukur dari indikator
sebagai berikut:
a. Pihak
BLH
Kota
Tanjungpinang
yang
memiliki kemampuan untuk
menjadi
fasilitator
bagi
7
sekolah untuk menjalankan
program pemerintah tersebut.
3. Hubungan antar organisasi
Koordinasi dalam pelaksanaan
kebijakan merupakan sebuah
mekanisme
yang
dapat
diterapkan,
semakin
baik
koordinasi yang dilakukan dalam
pelaksanaan kebijakan maka
kebijakan akan dapat berjalan
dengan baik. Dalam hal ini dapat
dilihat dari indikator :
a. Adanya koordinasi yang
dilakukan oleh pihak BLH
Kota Tanjungpinang kepada
pihak
terkait
terhadap
lingkungan hidup.
b. Adanya pembekalan yang
diberikan
kepada
pihak
sekolah selaku pelaksana
sekolah adiwiyata
4. Karekteristik Agen Pelaksana
Mencakup struktur birokrasi,
norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi dalam
birokrasi, yang semuanya akan
mempengaruhi implementasi
kebijakan
Implementasi
Program
Adiwiyata
Oleh
Pemerintah
Kota
Tanjungpinang (Studi pada
Badan Lingkungan Hidup Kota
Tanjungpinang), hal ini dapat
dilihat dari indikator :
a. Adanya struktur organisasi
yang
jelas
di
dalam
pelaksanaan adiwiyata
5. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan
Politik
Lingkungan sosial, ekonomi
dan politik yang tidak kondusif
dapat menjadi permasalan yang
dapat
memicu
kegagalan
Implementasi
Program
Adiwiyata Oleh Pemerintah
Kota Tanjungpinang (Studi
pada Badan Lingkungan Hidup
Kota Tanjungpinang) Karena
itu
upaya
mengimplementasikan
kebijakan
harus
pula
memperhatikan kekondusifan
kondisi lingkungan eskternal,
ini dapat di ukur dari indikator
sebagai berikut:
a. Adanya
bantuan
yang
diberikan kepada sekolah
selaku pelaksana sekolah
adiwiyata.
6. Disposisi Implementor
Disposisi
implementor
ini
mencakup tiga hal yang penting,
yakni:
respon
implementor
terhadap kebijakan, yang akan
memengaruhi kemaunnya untuk
melaksanakan kebijakan. dan
intensitas disposisi implementor,
yakni preferensi nilai yang
dimiliki oleh implementor. Hal
ini dapat dilihat dari indikator :
a. komitmen Pihak BLH Kota
Tanjungpinang
dalam
menjalankan
sekolah
adiwiyata
F. Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis
menggunakan jenis penelitian
Deskriptif. Menurut Moleong
(2006 : 6) deskriptif adalah data
dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Sedangkan
kualitatif menurut Sugiyono
(2005:15) adalah data yang
dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat, dan gambar”. Pada
penelitian ini akan dilihat dan
digambarkan
bagaimana
Implementasi
Program
8
Adiwiyata Oleh Pemerintah
Kota Tanjungpinang (Studi
pada Badan Lingkungan Hidup
Kota Tanjungpinang).
G. Teknik Analisa Data
Adapun teknik analisis data yang
digunakan
untuk
memberikan
gambaran yang jelas, logis dan
akurat mengenai hasil pengumpulan
data, Data yang diperoleh dihimpun
menurut jenis dan kelompoknya,
maka
selanjutnya
dilaksanakan
pengelolaan dan analisis data yang
dilakukan dengan cara deskriptif
kualitatif, yaitu mengemukakan
masalah menurut apa adanya.
Sedangkan langkah-langkah analisa
yang dilakukan adalah : menelaah
semua data yang tersedia dari
berbagai sumber, reduksi data yang
dilakukan
dengan
membuat
abstraksi, menyusun kedalam satuansatuan, pengkategorian data sambil
membuat
koding,
mengadakan
pemeriksaaan keabsahan data dan
penafsiran data secara deskriptif.
LANDASAN TEORITIS
A. Kebijakan Publik
Kebijakan publik berasal dari
terjemahan public policy, berikut
kami akan jelas apa yang dimaksud
public dan policy. Islamy (2002:1.7)
menerjemahkan kata publik kedalam
bahasa Indonesia sangat susah
misalnya
diartikan
masyarakat,
rakyat, umum dan negara. Namun
kebanyakan
penulis
buku
menerjemahkannya sebagai “publik”
saja seperti terjemahan Public Policy
yaitu kebijakan publik. Kata public
mempunyai dimensi arti yang agak
banyak, secara sosiologi kita tidak
boleh
menyamakannya
dengan
masyarakat.
Perbedaan
pengertiannya adalah masyarakat di
artikan
sebagai
sistem
antar
hubungan sosial dimana manusia
hidup dan tinggal bersama-sama. Di
dalam masyarakat tersebut terdapat
norma-norma atau nilai-nilai tertentu
yang mengikat dan membatasi
kehidupan
anggota-angotanya.
Dilain pihak publik diartikan sebagai
kumpulan
orang-orang
yang
menaruh perhatian, minat atau
kepentingan yang sama. Tidak ada
norma/nilai
yang
mengikat/membatasi perilaku public
sebagaimana
halnya
pada
masyarakat, karena public sulit
dikenali sifat-sifat kepribadiannya
(indentifikasinya) secara jelas. Satu
yang menonjol adalah mereka
mempunyai perhatian atau minat
yang sama (Islamy, 2002:1.6).
Sedangkan Kebijakan yang
dimaksud disepadankan dengan kata
policy
yang dibedakan dengan
kebijaksanaan (wisdom) maupun
kebajikan (virtues). Winarno (2012 :
16) dan Wahab (2010:1-2) sepakat
bahwa istilah „kebijakan‟ ini
penggunaannya sering dipertukarkan
dengan istilah-istilah lain seperti
tujuan (goals), program, keputusan,
undang-undang,
ketentuanketentuan, standar, proposal dan
grand design. Bagi para policy
makers (pembuat kebijakan) dan
orang-orang
yang
menggeluti
kebijakan, penggunaan istilah-istilah
tersebut tidak menimbulkan masalah,
tetapi bagi orang di luar struktur
pengambilan kebijakan tersebut
mungkin akan membingungkan.
Menurut Rakhmat (2009 :
127), bahwa secara konseptual, kata
policy diartikan dan diterjamahkan
menjadi istilah kabijakan atau
kabijaksanaan,
karena
memang
biasanya dikaitkan dengan keputusan
pemerintah
dalam
suatu
9
pemerintahan. Menurut Said dalam
Rakhmat (2009 : 127) perbedaan
makna antara konsep kebijakan dan
kebijaksanaan
tidak
menjadi
persoalan selama kedua istilah
diartikan
sebagai
keputusan
pemerintah yang bersifat umum dan
ditujukan kapada masyarakat atau
kepentingan publik. Banyak batasan
atau definisi mengenai apa yang
dimaksud dengan kebijakan (policy).
Setiap definisi tersebut memberi
penekanan
yang
berbeda-beda.
Perbedaan ini timbul karena setiap
ahli mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda pula. Seorang penulis
mengatakan, bahwa kebijakan adalah
prinsip atau cara bertindak yang
dipilih
untuk
mengarahkan
pengambilan keputusan.
Konsep public policy dapat
dipelajari secara sistematik pertama
kali digambarkan oleh John Dewey
di dalam bukunya Logic: The Theory
of Inquiry, Dewey memberikan
perhatian terhadap sifat eksprimen
dari cara mengukur kebijaksanaan
(policy).
Digambarkan
pula
bagaimana rencana-rencana tindakan
harus dipilih dari alternatif-alternatif
dan bagaimana mengamati akibatakibat yang dapat dipergunakan
sebagai uji coba yang tepat (Thoha,
2008:104). Mac Rae dan Wilde
dalam
Islamy
(2002:1.7)
mengartikan
kebijakan
publik
sebagai serangkaian tindakan yang
dipilih oleh pemerintah yang
mempunyai
pengaruh
penting
terhadap sejumlah orang. Pengertian
ini mengandung maksud bahwa
kebijakan itu terdiri dari berbagai
kegiatan yang terangkai, yang
merupakan pilihan pemerintah dan
kebijakan
tersebut
mempunyai
pengaruh dan dampak terhadap
sejumlah besar orang. Friedrich
(Thoha, 2008:107) menyatakan
kebijakan adalah suatu tindakan yang
mengarah
pada
tujuan
yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok
atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu seraya mencari peluangpeluang untuk mencapai tujuan atau
mewujudkan
sasaran
yang
diinginkan.
Pengertian-pengertian policy
seperti dikutipkan di atas kiranya
dapat dipergunakan sebagai dasar
pemahaman dari public policy.
bahwa policy dilakukan baik oleh
pemerintah
maupun
yang
melaksanakan
dengan
menekankankan adanya perilaku
yang konsisten dan berulang. Maka
Thomas R. Dye meragukan hal
semacam itu. Menurut Dye (Thoha,
2008:107) pemerintah acap kali
melakukan hal-hal yang tidak
konsisten dan tidak berulang.
Winarno (2012:16) mengingatkan
bahwa berkenaan dengan definisi
kebijakan ini, dalam mendefinisikan
kebijakan haruslah melihat apa yang
sebenarnya dilakukan daripada apa
yang diusulkan mengenai suatu
persoalan. Alasannya adalah karena
kebijakan merupakan suatu proses
yang
mencakup
pula
tahap
implementasi dan evaluasi, sehingga
definisi kebijakan yang hanya
menekankan
pada
apa
yang
diusulkan menjadi kurang memadai.
Salah satu definisi mengenai
kebijakan publik diberikan oleh
Robert Eyeston sebagaimana yang
dikutip oleh Winarno (2012:17).
Eyeston mengatakan bahwa secara
luas
kebijakan
publik
dapat
didefinisikan sebagai hubungan suatu
10
unit
pemerintah
dengan
lingkungannya.
Definisi yang sama juga
dikemukakan oleh Jones. Definisi
Jones tentang kebijakan publik
tersebut oleh
Wahab (2010:4)
digunakan
untuk
memberikan
definisi kebijaksanan negara. Konsep
yang ditawarkan ini mengandung
pengertian yang sangat luas dan
kurang pasti karena apa yang
dimaksud dengan kebijakan publik
dapat mencakup banyak hal.
Wahab (2010:4) mengajukan
definisi dari W.I Jenkis yang
merumuskan kebijaksanaan publik
sebagai “a set of interrelated
decisions taken by a political actor
or group of actors concerning the
selection of goals and the means of
achieving them within a specified
situation where these decisions
should, in prinsciple, be within the
power of these actors to achieve”
(serangkaian keputusan yang saling
berkaitan yang diambil oleh seorang
aktor politik atau sekelompok aktor
politik berkenaan dengan tujuan yang
telah dipilih beserta cara-cara untuk
mencapainya dalam suatu situasi
dimana keputusan-keputusan itu
pada prinsipnya masih berada dalam
batas-batas kewenangan kekuasaan
dari para aktor tersebut).
Pendapat
yang
lain
dikemukakan Chief J.O Udoji dalam
Wahab
(2010:5).
Udoji
mendefinisikan kebijakan publik “an
sanctioned
course
of
action
addressed to a particular problem or
group of related problems that affect
society at large” (suatu tindakan
bersanksi yang mengarah pada suatu
tujuan tertentu yang saling berkaitan
yang mempengaruhi sebagian besar
masyarakat). Definisi kebijakan yang
oleh Wahab (2010:5) dan Winarno
(2012:20) dianggap lebih tepat
dibanding definisi lainnya adalah
yang dikemukakan James Anderson
yang diartikan sebagai kebijakan
yang dikembangkan atau dirumuskan
oleh instansi-instansi serta pejabatpejabat pemerintah. Dalam kaitan ini,
aktor-aktor
bukan
pemerintah
(swasta)
tentu
saja
dapat
mempengaruhi perkembangan atau
perumusan kebijakan publik.
Berdasarkan
beberapa
pendapat para ahli kebijakan publik
tersebut
diatas,
maka
dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Kebijakan publik yaitu suatu agenda
kebijakan yang telah dirumuskan
oleh Pemerintah yang merupakan
tanggapan (responsiveness) terhadap
lingkungan atau masalah publik.
Selanjutnya Gerald Caiden dalam
Thoha, (2008 :116) mengatakan
bahwa,
ruang
Iingkup
studi
kebijakan publik meliputi hal-hal
sebagai berikut yaitu : 1) Adanya
partisipasi
masyarakat
(Public
Participation), 2) Adanya kerangka
kerja kebijakan (Policy Framework),
3) Adanya strategi-strategi kebijakan
(Policy Strategies), 4) Adanya
kejelasan
tentang
kepentingan
(Public
Interest),
5)
Adanya
pelembagaan Lebih Lanjut dari
Kemampuan Public Policy, 6)
Adanya
isi
kebijakan
dan
Evaluasinya.
Lebih lanjut Said yang
dikutip oleh Rakhmat (2009 : 129)
berpandangan
bahwa,
terdapat
beberapa isi dan sebuah kebijakan
yaitu :
1. Adanya tujuan (goals)
tertentu yang hendak
dicapai
11
2. Rencana (plans) yang
merupakan alat atau
cara tertentu untuk
mencapai tujuan
3. Program (programs);
cara yang disahkan
untuk
mencapai
tujuan
4. Keputusan
atau
pilihan ( decition or
choises) ; tindakan
yang diambil untuk
mencapai tujuan ,
mengembangkan
rencana,
melaksanakan
dan
mengevaluasi
program.
5. Dampak
(Impack),
yaitu
efek
atau
dampak
yang
ditimbulkan dari suatu
program
dalam
kehidupan
masyarakat.
Sedangkan
Anderson
sebagaimana dikutip oleh Kadji
(2008 : 14) dan Rakhmat (2009 :
133), mengatakan bahwa proses
kebijakan publik meliputi lima tahap
yaitu :
1. Perumusan
masalah (problem
formulation),
2. Perumusan
kebijakan (policy
formulation),
3. Penentuan
kebijakan (policy
adoption)
4. Pelaksanaan
kebijakan (policy
implementation),
5. Penilaian
kebijakan (policy
evaluation).
Sedangkan Menurut Dunn
(2003 : 22) bahwa, proses pembuatan
kebijakan publik mencakup antara
lain : 1) Penyusunan agenda
kebijakan, 2) Formulasi kebijakan, 3)
Adopsi kebijakan, 4) lmplementasi
kebijakan
,dan
5)
Penilaian
kebijakan. Berdasarkan berbagai
pendapat para ahli kebijakan publik
tersebut diatas , maka secara
sederhana dapat dipahami bahwa
kebijakan publik adalah suatu hukum
yang mengatur arah dan kebijakan
dari
suatu
pemimpin
dalam
pemerintahan yang disusun dan
disepakati oleh masyarakat dan para
pejabat yang berwenang yang
diwujudkan melalui undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan
Presiden, termasuk peraturan daerah
yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Michael Howlet dan M.
Ramesh sebagaimana yang dikutip
Subarsono (2008:45) menyatakan
bahwa proses kebijakan publik terdiri
dari lima tahapan sebagai berikut:
Penyusunan agenda (agenda setting),
yakni suatu proses agar suatu
masalah bisa mendapat perhatian dari
pemerintah, Formulasi kebijakan
(policy formulation), yakni proses
perumusan pilihan-pilihan kebijakan
oleh
pemerintah,
Pembuatan
kebijakan (decition making), yakni
proses ketika pemerintah memilih
untuk melakukan suatu tindakan atau
tidak melakukan suatu tindakan,
Implementasi kebijakan (policy
implementation), yaitu proses untuk
melaksanakan kebijakan supaya
mencapai hasil, Evaluasi kebijakan
(policy evaluation), yakni proses
untuk memonitor dan menilai hasil
atau kinerja kebijakan.
12
B. Implementasi Kebijakan
Implementasi
(pelaksanaan) kebijakan merupakan
suatu bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari perumusan kebijakan
(public formulation), penetapan
kebijakan (policy adaption) dan
evaluasi
kebijakan
(policy
evoluation).
Setelah
kebijakan
ditetapkan
secara
sah
dan
mempunyai
kekuatan
hukum
(legitimasi), maka kebijakan tersebut
harus segera di implementasikan
sebab, kebijakan itu baru mempunyai
arti
bila
kebijakan
di
implementasikan melalui jalan yang
sesuai dan sebagaimana seharusnya
untuk
kepentingan.
Menurut
Winarno (2012:144) Implementasi
dipandang secara luas mempunyai
makna pelaksanaan undang-undang
dimana berbagai aktor, organisasi,
prosedur dan teknik bekerja bersamasama menjalankan kebijakan dalam
upaya untuk meraih tujuan-tujuan
kebijakan. Implementasi pada sisi
yang lain merupakan fenomena yang
kompleks yang mungkin dapat
dipahami sebagai suatu proses, suatu
keluaran (output) maupun sebagai
suatu dampak (outcome).
Ripley dan Franklin (dalam
Winarno, 2012;145) berpendapat
bahwa implementasi adalah apa yang
terjadi
setelah
undang-undang
ditetapkan yang memberikan otoritas
program, kebijakan, keuntungan dan
benefit. Sementara itu , Grindle
(dalam Winarno 2012:146) juga
memberikan pandangannya tentang
implementasi dengan mengatakan
bahwa
secara
umum,
tugas
implementasi adalah membentuk
suatu kaitan yang memudahkan
tujuan-tujuan
kebijakan
bisa
direalisasikan sebagai dampak dari
suatu kegiatan pemerintah.
Dari beberapa pendapat di atas
dapat
kita
ketahui
bahwa
implementasi
menunjuk
pada
sejumlah kegiatan yang mengikuti
pernyataan maksud tentang tujuantujuan program dan hasil-hasil yang
diinginkan oleh para pejabat
pemerintah. Implementasi mencakup
tindakan-tindakan oleh berbagai
aktor, khususnya para birokrat yang
dimaksud untuk membuat program
berjalan.
Van Meter dan Van Horn (dalam
Winarno 2012:146) mengatakan
bahwa : “implementasi kebijakan
sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu
(atau
kelompok-kelompok)
pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan
kebijakan
sebelumnya. Tindakan-tindakan ini
mencakup
usaha-usaha
untuk
mengubah
keputusan-keputusan
menjadi
tindakan-tindakan
operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usaha-usaha untuk
mencapai
perubahan-perubahan
besar dan kecil yang ditetapkan oleh
keputusan-keputusan kebijakan”.
Nugroho
(2003:158)
mengemukakan bahwa implementasi
kebijakan pada prinsipnya adalah
cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya. Dari kedua
pendapat ahli ini yang perlu
ditekankan adalah bahwa tahap
implementasi kebijakan tidak akan
dimulai sebelum tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran
ditetapkan
atau
diidentifikasikan oleh keputusankeputusan kebijaksanaan.
13
Suatu kebijakan yang telah
diterima dan disahkan tidaklah akan
ada
artinya
apabila
tidak
dilaksanakan. Menurut Merilee S.
Grindle (dalam Nugroho 2003:174)
isi dari kebijakan mencakup :
1. kepentingan
yang
terpengaruhi oleh kebijakan.
2. jenis manfaat yang akan
dihasilkan.
3. derajat
perubahan
yang
diinginkan.
4. kedudukan
pembuat
kebijakan.
5. (siapa) pelaksana program.
6. Semberdaya
yang
dikerahkan.
Sementara
itu
konteks
implementasinya adalah :
1. kekuasaan, kepentingan dan
strategi aktor yang terlibat.
2. karakteristik lembaga dan
penguasa.
3. kepatuhan dan daya tanggap.
Kebijakan
itu
merupakan
rumusan suatu tindakan yang
dikembangkan dan diputuskan oleh
instansi atau pejabat pemerintah guna
mengatasi atau mempertahankan
suatu kondisi. Proses implementasi
kebijakan merupakan proses yang
rumit dan kompleks. Kerumitan
tersebut disebabkan oleh banyak
faktor, baik menyangkut karakteristik
program-program kebijakan yang
dijalankan maupun oleh aktor-aktor
yang terlibat dalam implementasi
kebijakan.
Seperti yang disebutkan oleh
Lester dan Steward (dalam Nugroho
2003:216)
pelaku
dalam
implementasi kebijakan meliputi
birokrasi,
legislaitf,
lembagalembaga pengadilan, kelompokkelompok penekan, dan komunitas
organisasi. Implementasi kebijakan
haruslah berhasil, malahan tidak
hanya implementasinya saja yang
berhasil, akan tetapi tujuan (goal)
yang terkandung dalam kebijakan itu
haruslah tercapai yaitu terpenuhinya
kepentingan masyarakat. Menurut
Edward III (dalam Winarno,
2012:174) ada 4 faktor atau variabel
krusial
yang
menentukan
keberhasilan suatu kebijakan :
1. Komunikasi
Tanpa adanya komunikasi
maka pelaksanaan kebijakan
tidak bisa berjalan dengan
efektif. Dengan komunikasi
para pelaksana akan lebih
mudah melaksanakan tujuantujuan atau maksud dari
kebijakan.
2. Sumber – Sumber
Sumber-sumber
layak
mendapat perhatian dalam
melaksanakan kebijakan baik
itu sumber daya manusia,
sarana dan prasarana serta
sumber dana. Tanpa adanya
sumber-sumber
maka
kebijakan
yang
telah
dirumuskan mungkin hanya
akan menjadi rencana saja
tanpa adanya realisasi.
3. Sikap pelaksana
Sikap Pelaksana kebijakan
merupakan
faktor
yang
mempunyai
konsekuensikonsekuensi penting bagi
implementasi kebijakan yang
efektif. jika para pelaksana
bersikap baik terhadap suatu
kebijakan tertentu, dan hal ini
berarti adanya dukungan,
kemungkinan besar mereka
melaksanakan
kebijakan
sesuai
dengan
yang
diinginkan
pembuat
kebijakan awals. Demikian
14
pula sebaliknya, bila tingkah
laku para pelaksana berbeda
dengan
para
pembuat
keputusan,, maka proses
pelaksanaan suatu kebijakan
akan menjadi semakin sulit.
4. Struktur Birokrasi
Birokrasi merupakan salah
satu badan yang paling sering
bahkan secara keseluruhan
menjadi pelaksana kebijakan.
Kerja sama yang baik dalam
birokrasi dan struktur yang
kondusif akan membuat
pelaksanaan
kebijakan
efektif.
Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut di atas, dapat disimpulkan
implementasi
kebijakan
publik
adalah suatu tindakan pejabat
pemerintah atau lembaga pemerintah
dalam menyediakan sarana untuk
melaksanakan progam yang telah
ditetapkan sehingga program tersebut
dampak
menimbulkan
dampak
terhadap
tercapainya
tujuan.
Mazmanian dan Sabatier (dalam
Wahab, 2010:68-69) merumuskan
“Proses implementasi kebijaksanaan
negara
dengan
lebih
rinci:
“Implementasi adalah pelaksanaan
keputusan kebijakan dasar, biasanya
dalam bentuk undang-undang namun
dapat pula berbentuk perintahperintah atau keputusan keputusan
eksekutif
yang
penting
atas
keputusan
badan
peradilan.
Lazimnya
keputusan
tersebut
mengidentifikasi masalah yang ingin
di atasi, menyebut secara tegas
tujuan/sasaran yang ingin dicapai dan
berbagai
cara
untuk
menstruktur/mengatasi
proses
implementasinya”.
Proses ini berlangsung setelah
melalui sejumlah tahapan tertentu,
biasanya diawali dengan tahapan
pengesahan
undang-undang,
kemudian output kebijakan dalam
bentuk pelaksanaan keputusan oleh
badan
(instansi)
pelaksanaan,
kesediaan
dilaksanakannya
keputusan-keputusan tersebut oleh
kelompok-kelompok
sasaran,
dampak
nyata
maupun
yang
dikehendaki atau tidak dari output
tersebut, dampak keputusan sebagai
dipersepsikan oleh badan-badan
penting (atau upaya untuk melakukan
beberapa
perbaikan)
terhadap
undang-undang/peraturan
yang
barsangkutan.
C. Lingkungan
Pengertian lingkungan adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia
yang
memengaruhi
perkembangan kehidupan manusia
baik
langsung maupun tidak
langsung.
Lingkungan
bisa
dibedakan menjadi lingkungan biotik
dan abiotik.
Adapun berdasarkan UU No.
23 Tahun 1997, lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua
benda dan kesatuan makhluk hidup
termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang melangsungkan
perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup
lainnya. Unsur-unsur lingkungan
hidup dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur
lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup, seperti manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad
renik. Jika kalian berada di kebun
sekolah, maka lingkungan hayatinya
didominasi oleh tumbuhan. Tetapi
jika berada di dalam kelas, maka
lingkungan hayati yang dominan
15
adalah teman-teman atau sesama
manusia.
2. Unsur Sosial Budaya
Unsur
sosial
budaya,
yaitu
lingkungan sosial dan budaya yang
dibuat manusia yang merupakan
sistem nilai, gagasan, dan keyakinan
dalam perilaku sebagai makhluk
sosial. Kehidupan masyarakat dapat
mencapai keteraturan berkat adanya
sistem nilai dan norma yang diakui
dan ditaati oleh segenap anggota
masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur
lingkungan hidup yang terdiri dari
benda-benda tidak hidup, seperti
tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
Keberadaan lingkungan fisik sangat
besar peranannya bagi kelangsungan
hidup segenap kehidupan di bumi.
Bayangkan, apa yang terjadi jika air
tak ada lagi di muka bumi atau udara
yang dipenuhi asap? Tentu saja
kehidupan di muka bumi tidak akan
berlangsung secara wajar. Akan
terjadi bencana kekeringan, banyak
hewan
dan
tumbuhan
mati,
perubahan musim yang tidak teratur,
munculnya berbagai penyakit, dan
lain-lain.
D. Adiwiyata
Program Adiwiyata adalah salah
satu
program
Kementerian
Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan
dan kesadaran warga sekolah dalam
upaya pelestarian lingkungan hidup.
Dalam program ini diharapkan setiap
warga sekolah ikut terlibat dalam
kegiatan sekolah menuju lingkungan
yang sehat serta menghindari
dampak lingkungan yang negatif.
Dalam
pelaksanaannya
Kementerian Lingkungan Hidup
bekerjasama
dengan
para
stakeholders, menggulirkan Program
Adiwiyata ini dengan harapan dapat
mengajak
warga
sekolah
melaksanakan
proses
belajar
mengajar materi lingkungan hidup
dan turut berpartisipasi melestarikan
serta menjaga lingkungan hidup di
sekolah dan sekitarnya. Kata
ADIWIYATA berasal dari 2 kata
Sansekerta ”ADI” dan ”WIYATA”.
ADI mempunyai makna: besar,
agung, baik, ideal atau sempurna.
WIYATA
mempunyai
makna:
tempat
dimana
seseorang
mendapatkan ilmu pengetahuan,
norma dan etika dalam berkehidupan
sosial. Bila kedua kata tersebut
digabung,
secara
keseluruhan
ADIWIYATA
mempunyai
pengertian atau makna “Tempat yang
baik dan ideal dimana dapat
diperoleh segala ilmu pengetahuan
dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju
terciptanya kesejahteraan hidup kita
dan
menuju
kepada
cita-cita
pembangunan berkelanjutan”.
Tujuan
Program
Adiwiyata
adalah menciptakan kondisi yang
baik bagi sekolah untuk menjadi
tempat pembelajaran dan penyadaran
warga sekolah, sehingga dikemudian
hari warga sekolah tersebut dapat
turut
bertanggungjawab
dalam
upaya-upaya
penyelamatan
lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan.
Kegiatan
utama
Program
Adiwiyata
adalah
mewujudkan kelembagaan sekolah
yang
peduli
dan
berbudaya
lingkungan bagi sekolah dasar dan
menengah di Indonesia.
GAMBARAN UMUM LOKASI
16
Perangkat daerah di lingkungan
Pemerintah Kota Tanjungpinang
mengalami perubahan beberapa kali
sesuai dengan peraturan yang
berlaku, Perangkat Daerah Provinsi
adalah unsur pembantu kepala daerah
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang terdiri dari
sekretariat daerah, sekretariat DPRD,
dinas daerah dan lembaga teknis
daerah, banyak Undang-undang yang
memerintahkan agar di daerah
dibentuk perangkat daerah baru,
namun dengan tetap berprinsip
miskin struktur dan kaya fungsi
diharapkan jalannya Pemerintah
Kota Tanjungpinang segera mengejar
Provinsi lain yang lebih dahulu maju.
Keberadaan Badan Lingkungan
Hidup sebagai salah satu satuan kerja
yang berada di Pemerintah Kota
Tanjungpinang yang memiliki tugas
merumuskan dan melaksanakan
kebijakan
teknis
di
bidang
lingkungan
hidup
serta
melaksanakan tugas dekonsentarasi
dan pembantuan yang diserahkan
oleh Walikota sesuai dengan lingkup
tugasnya..
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1. Standar dan sasaran kebijakan
Pada
sekolah
adiwiyata
dalam standar kurikulum sudah
tercapai hal ini dilihat dari indikator
pencapaian bahwa sudah tersusunnya
visi misi yang memuat upaya
pelestarian
lingkunga.
Upaya
mencegah terjadinya pencemaran
dan mencegah kerusakan lingkungan,
visi misi juga sudah terinternalisasi
dengan baik siswa maupun guru dan
pegawai sudah memahami isi visi
misi tersebut. Visi misi adalah
Menjadi
Sekolah
Berprestasi,
Beriman,
Berwawasan
dan
Berbudaya Lingkungan.
Struktur muatan kurikulum
dalam pelaksanaan pembelajaran
harus memuat muatan local yang
terkait kebijakan perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan
hidup.
Muatan kurikulum sekolah dalam
pembelajarannya dapat diketahui
pada sekolah adiwiyata memuat
muatan lokal Pendidikan Lingkungan
Hidup. Hal ini berdasarkan hasil
observasi di lapangan bahwa sekolah
adiwiyata
dalam
pelaksanaan
pembelajaran sudah memiliki muatan
local Pendidikan Lingkungan Hidup
dimana hal ini menunjukkan bahwa
struktur kurikulum
pembelajaran
pada sekolah ini sudah memuat
upaya pelestarian lingkungan dan
pencegahan pencemaran lingkungan
hidup.
Pada sekolah adiwiyata dapat
diketahui dari hasil observasi
dilapangan bahwa pembelajaran
Pendidikan Lingkungan Hidup sudah
dijalankan dan diterapkan dari tahun
2013 dimana hal ini dilakukan pada
kelas 3,4 dan 5. dari hasil wawancara
dengan informan kunci dalam hal ini
Kepala
Sekolah
SDN
004
Tanjungpinang
Timur
bahwa
pelaksanaan pembelajaran selain
materi di dalam kelas, proses belajar
juga dilakukan diluar kelas dimana
para siswa melakukan kegiatan
pembelajaran langsung di lapangan
sesuai dengan materi pembelajaran
yang diajarkan.
17
2. Sumber daya
Dari hasil wawancara dengan
informan dan dari hasil observasi
yang dilakukan maka dapat dianalisa
bahwa
Pihak
BLH
Kota
Tanjungpinang
sudah
memiliki
kompetensi yang baik berkenaan
dengan program adiwiyata yang ada
di Kota Tanjungpinang. Pencapaian
keberhasilan
indikator
dalam
pelaksanaan adiwiyata adalah 70
persen dimana tenaga pendidik
menerapkan metode melibatkan
peserta
didik
secara
aktif,
menerapkan pendekatan strategi,
metode, teknik pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara aktif
dalam pembelajaran.
3. Hubungan antar organisasi
Dari hasil wawancara dengan
informan maka dapat dianalisa
bahwa kemitraan sudah dilakukan
oleh warga sekolah terhadap pihak
diluar sekolah seperti masyarakat
setempat,
LSM
dan
instansi
pemerintah
dalam
pengelolaan
lingkungan hidup. Untuk sekolah
adiwiyata dituntut untuk membangun
dan diprakarsai kegiatan kemitraan
dalam pengembangan pendidikan
lingkungan
hidup
sekolah.
Adiwiyata
merupakan
wujud
pendidikan berkarakter. Maknanya
dari pengertian pendidikan karakter
yaitu merupakan berbagai usaha
yang dilakukan oleh para personil
sekolah, bahkan yang dilakukan
bersama-sama dengan orang tua dan
anggota
masyarakat,
untuk
membantu anak-anak agar menjadi
atau
memiliki
sifat
peduli,
berpendirian,
dan
bertanggung
jawab. Oleh karena itu, di dalam
pendidikan karakter semestinya
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengalami sifat-sifat
tersebut secara langsung dan perlu
adanya kerjasama yang terjalin
dengan kemitraan berbagai pihak.
4. Karekteristik Agen Pelaksana
Pelaksanaan
kebijakan
pemerintah merupakan salah satu
upaya
yang
dilakukan
oleh
pemerintah
untuk
menuju
pemerintahan yang lebih baik.
Peraturan Program Adiwiyata ini
juga merupakan salah satu upaya
pemerintah
untuk
memperbaiki
kesadaran
masyarakat
terhadap
lingkungan
hidup.
Untuk
menjalankan kebijakan tersebut para
pelaku
kebijakan
haruslah
memberikan dukungan sepenuhnya
dengan menjalankan serta mengatasi
segala masalah yang timbul. Hal ini
tentu saja akan memberikan dampak
yang baik terhadap kebijakan jika
para
pelaksana
kebijakan
memberikan dukungan terhadap
kebijakan ini.
Berdasarkan
hasil
observasi dapat diketahui bahwa
pegawai BLH Kota Tanjungpinang
dalam memberikan dukungannya
terhadap
kebijakan
Program
Adiwiyata serta menampung segala
masalah yang berkaitan dengan
Program Adiwiyata. Berdasarkan
observasi yang dilakukan berkaitan
dengan dukungan yang diberikan
pegawai terhadap kebijakan pada
umumnya sudah mengetahui tentang
kebijakan ini dan sudah terdapat
masalah yang ditampung dan sedang
dalam pengerjaan untuk diselesaikan.
Hal ini menunjukkan bahwa pegawai
sudah
memberikan
dukungan
terhadap kebijakan ini
5. Lingkungan Ekonomi, Sosial
dan Politik
Dari hasil wawancara dengan
informan diatas maka dapat dianalisa
18
bahwa dampak kebijakan yakni
adanya sikap peduli lingkungan yang
ditunjukkan oleh peserta didik
maupun warga sekolah seperti
adanya gotong royong, piket harian
dalam membersihkan kelas dan
membersihkan sekolah. Dengan
adiwiyata, maka pemerintah telah
memberikan penghargaan bahwa
sekolah-sekolah
telah
berhasil
mendidik siswa menjadi individu
yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan hidup. Penghargaan
adiwiyata
bertujuan
untuk
meningkatkan kesadaran lingkungan
melalui lembaga pendidikan formal
mulai Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Atas se Indonesia. Proses
seleksinya didasarkan pada 4 kriteria
yang
meliputi
pengembangan
kebijakan sekolah peduli dan
berbudaya
lingkungan,
pengembangan kurikulum berbasis
linkungan, pengembangan kegiatan
berbasis partisipatif, dan pengelolaan
dan atau pengembangan sarana
pendukung sekolah.
Sekelompok siswa yang
peduli
terhadap
lingkungan
khususnya
lingkungan
sekolah.
Biasanya
kelompok
tersebut
melakukan kegiatan penggunaan
kembali (reuse) dari sampah plastik
menjadi produk-produk siap pakai
seperti tas, dompet, tempat pensil,
kartu ucapan, kantong alat mandi,
dan sebagainya dengan membekali
wawasan dengan mengikuti pelatihan
dasar peduli lingkungan. Selain itu,
melaksanakan seminar lingkungan di
sekolah, dan pameran di dalam dan
di luar sekolah guna mengajak warga
sekolah untuk menjaga lingkungan
khususnya lingkungan sekolah.
6. Disposisi Implementor
Dari hasil wawancara dengan
informan maka dapat dianalisa
bahwa BLH Provinsi Kepulauan
Riau dalam kegiatan terencana belum
dapat berjalan dengan baik. namun
memang hal ini tidak menjadi
kendala yang berarti sekolah untuk
menjalankan program lain di
adiwiyata tersebut. Latar belakang
penerapan
sekolah
adiwiyata
mengharapkan agar memiliki nuansa
kepedulian dan budaya di lingkungan
institusi pendidikan. Selanjutnya
tujuan dari implementasi sekolah
adiwiyata
antara
lain
adalah
meningkatkan
wawasan
dan
kepedulian seluruh warga sekolah
akan
pentingnya
pelestarian
lingkungan hidup. Atas dasar
tersebut maka harusnya ada kegiatan
terencana yang dibuat oleh pihak
sekolah, belum
ada kegiatan
terencana yang dilakukan oleh
sekolah
berkaitan
dengan
menyambut hari lingkungan hidup.
Empat aspek yang harus menjadi
perhatian sekolah untuk dikelola
dengan cermat dan benar apabila
mengembangkan Program Adiwiyata
yakni ; Kebijakan, Kurikulum,
Kegiatan, dan Sarana Prasarana.
Sehingga
secara
terencana
Pengelolaan aspek-aspek tersebut
harus diarahkan pada indikator yang
telah ditetapkan dalam program
Adiwiyata. keempat hal tersebut
sudah dijalankan oleh sekolah,
sehingga kegiatan terencana bisa
diganti dengan kegiatan lain yang
sama-sama akan memberi dampak
bagi sekolah.
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat diambil kesimpulan
bahwa
Implementasi
Program
Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota
Tanjungpinang
pada
Badan
Lingkungan
Hidup
Kota
Tanjungpinang sudah berjalan baik,
hal ini dapat dilihat dari :
Visi misi sudah dirumuskan
di setiap sekolah adiwiyata, visi dan
misi dibuat menunjukkan kesiapan
sekolah
ini
menjadi
sekolah
adiwiyata, dimana visi misi harus
mengacu
pada
sekolah
yang
berwawasan lingkungan. di Kota
Tanjungpinang sekolah adiwiyata
sudah memiliki visi misi yang
mengacu
kepada
sekolah
berwawasan
lingkungan.
Pada
sekolah adiwiyata dapat diketahui
dari hasil observasi dilapangan
bahwa pembelajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup sudah dijalankan
dan diterapkan dari tahun 2013
dimana hal ini dilakukan pada kelas
3,4 dan 5.
Pihak
BLH
Kota
Tanjungpinang
sudah
mampu
menjalankan program adiwiyata
dengan membangun sikap partisipatif
siswa dalam pendidikan berwawasan
lingkungan.
Sekolah
dikatakan
sebagai sekolah adiwiyata jika telah
melaksanakan indikator dan kriteria
program adiwiyata. Pihak BLH Kota
Tanjungpinang
sudah
memiliki
kompetensi yang baik berkenaan
dengan program adiwiyata yang ada
di Kota Tanjungpinang. Pencapaian
keberhasilan
indikator
dalam
pelaksanaan adiwiyata adalah 70
persen dimana tenaga pendidik
menerapkan metode melibatkan
peserta
didik
secara
aktif,
menerapkan pendekatan strategi,
metode, teknik pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara aktif
dalam pembelajaran.
Kemitraan sudah dilakukan
oleh warga sekolah terhadap pihak
diluar sekolah seperti masyarakat
setempat,
LSM
dan
instansi
pemerintah
dalam
pengelolaan
lingkungan hidup. Untuk sekolah
adiwiyata dituntut untuk membangun
dan diprakarsai kegiatan kemitraan
dalam pengembangan pendidikan
lingkungan hidup sekolah. pegawai
BLH Kota Tanjungpinang dalam
memberikan dukungannya terhadap
kebijakan Program Adiwiyata serta
menampung segala masalah yang
berkaitan
dengan
Program
Adiwiyata.
Adapun
yang
menjadi
kendala dalam pelaksanaan program
Adiwiyata di sekolah yaitu belum
ada kegiatan terencana
yang
dilakukan
berkaitan
dengan
menyambut hari lingkungan hidup.
Empat aspek yang harus menjadi
perhatian sekolah untuk dikelola
dengan cermat dan benar apabila
mengembangkan Program Adiwiyata
yakni ; Kebijakan, Kurikulum,
Kegiatan, dan Sarana Prasarana.
Sehingga
secara
terencana
Pengelolaan aspek-aspek tersebut
harus diarahkan pada indikator yang
telah ditetapkan dalam program
Adiwiyata.
B. Saran
Adapun saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan kepada pihak
BLH agar dapat membuat
rencana kegiatan dalam
hari besar lingkungan
yang sudah ditentukan
agar lebih menunjukkan
20
sekolah yang berbasis
lingkungan.
2. BLH Kota Tanjungpinang
agar dapat menjalin mitra
lingkungan hidup kepada
sekolah
sekolah
Adiwiyata lainnya agar
dapat
bekerja
sama
menuju sekolah adiwiyata
ke tingkat nasional
3. BLH kota Tanjungpinang
diharapkan
mampu
mendorong
sekolahsekolah yang ada di Kota
Tanjungpinang
untuk
menjadi
sekolah
adiwiyata.
4. BLH diharapkan lebih
aktif dalam membuat
kegiatan
di
sekolahsekolah berkaitan dengan
pengembangan program
adiwiyata.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan
Publik. Jakarta : Yayasan
Pancur Siwah.
Dunn, W William. 2003. Analisa
kebijakan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Islamy, Irfan M. 2002. PrinsipPrinsip Perumusan Kebijakan
Negara. Jakarta:
Bumi Aksara
Kadji,
Yulianto.
2008.
Impelementasi
Kebijakan
Publik dalam
Perspektif
Realita.
Cahaya
Abadi.
Tulungagung
Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan
Publik Formulasi Implementasi
dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex
Media Komputindo
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung.
Remaja
Rosdakarya.
Rakhmat. 2009. Teori Administrasi
dan Manajemen Pubkik.
Jakarta : Pustaka Arif
Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan
Publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sudjoko, M.S. 2014. Pendidikan
Lingkungan
Hidup.
pustaka.ut.ac.id
21
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
Administrasi.
Bandung:
alfabeta.
Thoha,
Miftah. 2008.
Perilaku
Organisasi : Konsep Dasar
dan Aplikasinya. Jakarta:
Raja Grafindo
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2007 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Wahab. Solichin Abdul. 2010.
Analisis Kebijaksanaan: dari
Formula
ke
Implementasi
Kebijaksanaan
Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan
Publik, Teori dan Proses.
Jakarta: PT. Buku Kita.
____________. 2012. Kebijakan
Publik Teori, Proses, dan Studi
Kasus. Yogyakarta: CAPS
Dokumen :
BPS
Tanjungpinang,
Kota
Tanjungpinang Dalam Angka, 2015
Peraturan
Menteri
Lingkungan
Hidup Republik Indonesia
Nomor 05 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Program
Adiwiyata
Internet :
http://lingkungan dan pendididkan.
co.id
Elyuzar Siregar. 2008. Kebijakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menurut
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota
Binjai.
http://repository.usu.ac.id/xmlu
i/handle/123456789/4950
Download