IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA OLEH PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang) NASKAH PUBLIKASI Oleh: MAULI NIM : 090563201034 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017 IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA OLEH PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang) NORTIKAWATI Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup di sekolah merupakan salah satu dari penerapan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dan pendidikan lingkungan hidup menanamkan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan (kognitif), kesadaran atau kemauan (afektif), dan tindakan (psikomotor) untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang merupakan instansi pemerintah yang ikut menjadi pelaksana program ini. Badan lingkungan hidup menjadi fasilitator bagi para sekolah untuk menjalankan program tersebut Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang). Dalam pembahasan skripsi ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik Purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang sudah berjalan baik. Adapun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program Adiwiyata di sekolah yaitu belum ada kegiatan terencana yang dilakukan berkaitan dengan menyambut hari lingkungan hidup. Empat aspek yang harus menjadi perhatian sekolah untuk dikelola dengan cermat dan benar apabila mengembangkan Program Adiwiyata yakni ; Kebijakan, Kurikulum, Kegiatan, dan Sarana Prasarana. Sehingga secara terencana Pengelolaan aspek-aspek tersebut harus diarahkan pada indikator yang telah ditetapkan dalam program Adiwiyata. Kata Kunci : Adiwiyata, Lingkungan Hidup, Implementasi Program 1 ABSTRACT Adiwiyata Program is one program of the Ministry of Environment in order to encourage the creation of knowledge and awareness of school community in environmental protection. Environmental education in schools is one of the implementation of character education. Character education and environmental education to instill character values to the school community that includes knowledge (cognitive), awareness or willingness (affective), and action (psychomotor) to implement those values. Environment Agency Tanjungpinang is a government agency that helped to implementing this program. Environmental agency as facilitators for the school to run the program The purpose of this study is basically to find out the Program Implementation Adiwiyata By Tanjungpinang City Government (Studies in Environment Agency Tanjungpinang). In the discussion of this thesis uses descriptive qualitative research. Informants in this study were taken using purposive sampling technique. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the results of the study it can be concluded that the implementation Adiwiyata by the City of Tanjungpinang Tanjungpinang Environment Agency has been running well. As for the obstacles in the implementation of the program Adiwiyata in school, that there are no planned activities that occur under the welcoming environment. Four aspects that should be a concern of the school to be managed carefully and correctly when developing Adiwiyata namely; Policies, curriculum, activities, and Infrastructure. Management planned manner so that these aspects should be directed to the indicators set out in Adiwiyata program. Keywords: Adiwiyata, Environment, Implementation Program 2 3 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Tanjungpinang merupakan salah satu kota diwilayah Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki potensi untuk berkembang dengan cepat. Kota Tanjungpinang merupakan salah satu daerah padat penduduk, dan perkembangan pembangunan penduduk. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang (2015) Meningkatnya jumlah penduduk Kota Tanjungpinang yaitu untuk jumlah penduduk di Kota Tanjungpinang mengalami peningkatan dari 228.918 pada 2013, menjadi 237.318 pada Januari-September 2014, serta aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh terhadap meningkatnya volume sampah di Kota Tanjungpinang. Apabila masalah ini tidak dilakukan perubahan dalam penanganannya, baik teknis maupun kebijakan politis, dalam waktu dekat diprediksi dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan yang cukup signifikan di seluruh wilayah, baik langsung maupun secara tidak langsung. (Sumber : BPS Tanjungpinang, Kota Tanjungpinang Dalam Angka, 2015) Adiwiyata ada salah satu program pemerintah. Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Dalam pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para stakeholders, menggulirkan Program Adiwiyata ini dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya. Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upayaupaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Kegiatan utama Program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. (Sumber : Pedoman Adiwiyata Tahun 2015) Salah satu perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut UNCED adalah Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education-EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan 4 berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru. (Sudjoko, M.S : 2014 : 35) Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungka n aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut. Menghubungkan kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup. (Sumber : http://lingkungan dan pendididkan. co.id) Pendidikan lingkungan hidup di Indonesia dapat berjalan dengan baik jika adanya pemberian kesempatan atau sarana yang tepat dari lembaga atau sekolah kepada peserta didik agar dapat meengenal dan merasakan lingkungan hidup di sekitarnya sehingga menanamkan kesadaran diri untuk mengelola dan memanfaatkannya dengan bijaksana. Ketika kesadaran diri dari peserta didik telah tertanam di dirinya maka ia akan mampu membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan terebut terlebih lagi mengenai lingkungan disekitar mereka. Pendidikan lingkungan hidup dapat membantu peserta didik dalam menumbuhkan kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan serta memecahkan masalah yang terjadi berkaitan dengan lingkungan hidup secara kritis. Adiwiyata di Indonesia dicanangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2005 untuk pulau Jawa. Dewasa ini, disadari bahwa berbagai upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan dalam pendidikan lingkungan hidup perlu dicermati oleh seluruh pemangku kepentingan agar efektivitas pengembangan pendidikan lingkungan hidup menjadi lebih terencana, konsisten dan terstruktur. Menyikapi hal tersebut, Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 2006 mencanangkan Program adiwiyata sebagai tindak lanjut dari MoU pada tgl 3 Juni 2005 antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional. Pengelolaan lingkungan hidup di daerah diwujudkan melalui kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan daerah berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup harus didukung atas kerjasama yang erat serta memiliki komitmen yang kuat antar lembaga/instansi yang berkaitan dengan sosial, kultur maupun kependudukan, sehingga apa-apa saja kendala yang dihadapi dapat diatasi hal inilah yang menjadi landasan dan tolak ukur keberhasilan pembangunan. (Elyuzar Siregar : 2008 ) Untuk membangkitkan kesadaran manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, proses yang paling penting dan harus dilakukan adalah dengan menyentuh 5 hati. Jika proses penyadaran telah terjadi dan perubahan sikap dan pola pikir terhadap lingkungan telah terjadi, maka dapat dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan hidup, serta peningkatan keterampilan dalam mengelola lingkungan hidup. Program sekolah Adiwiyata merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap pengelolaan dan perlindungan lingkungan melalui pendidikan. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yaitu melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2013 diterjemahkan menjadi program sekolah Adiwiyata. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanamkan kesadaran warga masyarakat sejak dini akan pengetahuan menjaga dan melestarikan lingkungan adalah melalui pendidikan lingkungan di sekolah. Lembaga pendidikan merupakan tempat yang efektif di dalam menanamkan pemahaman dan kesadaran peserta didik akan berbagai hal termasuk pengetahan lingkungan (Nahadi, dkk, 2014). Pendidikan di sekolah merupakan salah satu bagian dari kegiatan untuk mendidik penerus bangsa, dalam mengedepankan kecerdasan intelektual, mendidik moral, budi pekerti, dan watak atau karakter. Tujuan Pendidikan karakter adalah membangun karakter setiap siswa untuk membangun kepribadian dan perilaku yang bersifat positif melalui lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan manusia untuk melakukan aktifitas sosial. Pemerintah Indonesia membuat suatu kebijakan yang diterapkan dalam dunia pendidikan yang tertera dalam pasal 65 poin keempat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di mana dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa “setiap orang berhak dan berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup”. Dari pernyataan tersebut pemerintah dalam hal ini adalah institusi pendidikan dimaksudkan ikut serta dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan melalui pencanangan program sekolah Adiwiyata. Pelaksana program Adiwiyata terdiri dari tim nasional, propinsi, kabupaten/kota juga di sekolah. Salah satu tim yang penting adalah tim kabupaten Kota, Terdiri dari berbagai unsur sebagai berikut : Badan Lingkungan Kabupaten/Kota sebagai koordinator. Peran dan tugas pokok dari tim kabupaten/kota adalah sebagai berikut; Mengembangkan/Melaksanakan program Adiwiyata tingkat Kabupaten/Kota. Sosialisasi program ADIWIYATA kepada sekolah. Bimbingan teknis kepada sekolah. Membuat Pilot project untuk 4 satuan pendidikan yang berbeda (SD, SMP, SMA, SMK) setiap Kabupaten/Kota. Menetapkan penghargaan sekolah ADIWIYATA tingkat Kabupaten/Kota. Melakukan Evaluasi dan pelaporan keterlaksanaan program adiwiyata kepada Bupati/Walikota tembusan kepada Badan Lingkungan Hidup Propinsi.Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang merupakan instansi pemerintah yang ikut menjadi pelaksana program ini. 6 Badan lingkungan hidup menjadi fasilitator bagi para sekolah untuk menjalankan program tersebut, dari latar belakang diatas maka dalam penelitian ini diambil sebuah judul yaitu: “IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA OLEH PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang)” B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas, Maka dalam hal ini penulis mencoba menarik suatu perumusan masalah yaitu : “Bagaimana Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang)” C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang) D. Konsep Operasional Konsep operasional adalah upaya mendefinisikan atau membatasi ruang lingkup masalah penelitian sesuai dengan variabel dan indikator yang telah ditetapkan berdasarkan teori yang nantinya akan diterapkan dalam melaksanakan pengukuran di lapangan, sehingga tidak terjadi perbedaan penafsiran dalam menganalisa penelitian ini. Konsep-konsep tersebut dioperasionalkan agar hasil dari penelitian yang akan dilakukan dapat lebih mencapai tujuan, maka penulis membuat batasan pembahasan atau konsep operasional, maka penulis mengacu pada pendapat yaitu pendapat Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2008:99) . Dalam hal ini peneliti mengambil beberapa dimensi yang akan dapat melihat Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang) ini dapat dilihat dari dimensi sebagi berikut : 1. Standar dan sasaran kebijakan Pelaksanaan kebijakan akan berjalan dengan baik apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan ini dapat di ukur dari indikator sebagai berikut : a. adanya standar kebijakan dan sasaran kebijakan yang jelas dalam adiwiyata 2. Sumber daya Untuk menjalankan kebijakan sangat dibutuhkan sumbersumber terkait dalam pelaksanaan kebijakan, adanya sumber daya manusia yang menjamin bahwa kebijakan dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melaksanakan kebijakan. ketersediaan sumber daya ini dapat di ukur dari indikator sebagai berikut: a. Pihak BLH Kota Tanjungpinang yang memiliki kemampuan untuk menjadi fasilitator bagi 7 sekolah untuk menjalankan program pemerintah tersebut. 3. Hubungan antar organisasi Koordinasi dalam pelaksanaan kebijakan merupakan sebuah mekanisme yang dapat diterapkan, semakin baik koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan maka kebijakan akan dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini dapat dilihat dari indikator : a. Adanya koordinasi yang dilakukan oleh pihak BLH Kota Tanjungpinang kepada pihak terkait terhadap lingkungan hidup. b. Adanya pembekalan yang diberikan kepada pihak sekolah selaku pelaksana sekolah adiwiyata 4. Karekteristik Agen Pelaksana Mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi kebijakan Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang), hal ini dapat dilihat dari indikator : a. Adanya struktur organisasi yang jelas di dalam pelaksanaan adiwiyata 5. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi permasalan yang dapat memicu kegagalan Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang) Karena itu upaya mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eskternal, ini dapat di ukur dari indikator sebagai berikut: a. Adanya bantuan yang diberikan kepada sekolah selaku pelaksana sekolah adiwiyata. 6. Disposisi Implementor Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni: respon implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemaunnya untuk melaksanakan kebijakan. dan intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor. Hal ini dapat dilihat dari indikator : a. komitmen Pihak BLH Kota Tanjungpinang dalam menjalankan sekolah adiwiyata F. Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif. Menurut Moleong (2006 : 6) deskriptif adalah data dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan kualitatif menurut Sugiyono (2005:15) adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar”. Pada penelitian ini akan dilihat dan digambarkan bagaimana Implementasi Program 8 Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang). G. Teknik Analisa Data Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas, logis dan akurat mengenai hasil pengumpulan data, Data yang diperoleh dihimpun menurut jenis dan kelompoknya, maka selanjutnya dilaksanakan pengelolaan dan analisis data yang dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu mengemukakan masalah menurut apa adanya. Sedangkan langkah-langkah analisa yang dilakukan adalah : menelaah semua data yang tersedia dari berbagai sumber, reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi, menyusun kedalam satuansatuan, pengkategorian data sambil membuat koding, mengadakan pemeriksaaan keabsahan data dan penafsiran data secara deskriptif. LANDASAN TEORITIS A. Kebijakan Publik Kebijakan publik berasal dari terjemahan public policy, berikut kami akan jelas apa yang dimaksud public dan policy. Islamy (2002:1.7) menerjemahkan kata publik kedalam bahasa Indonesia sangat susah misalnya diartikan masyarakat, rakyat, umum dan negara. Namun kebanyakan penulis buku menerjemahkannya sebagai “publik” saja seperti terjemahan Public Policy yaitu kebijakan publik. Kata public mempunyai dimensi arti yang agak banyak, secara sosiologi kita tidak boleh menyamakannya dengan masyarakat. Perbedaan pengertiannya adalah masyarakat di artikan sebagai sistem antar hubungan sosial dimana manusia hidup dan tinggal bersama-sama. Di dalam masyarakat tersebut terdapat norma-norma atau nilai-nilai tertentu yang mengikat dan membatasi kehidupan anggota-angotanya. Dilain pihak publik diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang menaruh perhatian, minat atau kepentingan yang sama. Tidak ada norma/nilai yang mengikat/membatasi perilaku public sebagaimana halnya pada masyarakat, karena public sulit dikenali sifat-sifat kepribadiannya (indentifikasinya) secara jelas. Satu yang menonjol adalah mereka mempunyai perhatian atau minat yang sama (Islamy, 2002:1.6). Sedangkan Kebijakan yang dimaksud disepadankan dengan kata policy yang dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom) maupun kebajikan (virtues). Winarno (2012 : 16) dan Wahab (2010:1-2) sepakat bahwa istilah „kebijakan‟ ini penggunaannya sering dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuanketentuan, standar, proposal dan grand design. Bagi para policy makers (pembuat kebijakan) dan orang-orang yang menggeluti kebijakan, penggunaan istilah-istilah tersebut tidak menimbulkan masalah, tetapi bagi orang di luar struktur pengambilan kebijakan tersebut mungkin akan membingungkan. Menurut Rakhmat (2009 : 127), bahwa secara konseptual, kata policy diartikan dan diterjamahkan menjadi istilah kabijakan atau kabijaksanaan, karena memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah dalam suatu 9 pemerintahan. Menurut Said dalam Rakhmat (2009 : 127) perbedaan makna antara konsep kebijakan dan kebijaksanaan tidak menjadi persoalan selama kedua istilah diartikan sebagai keputusan pemerintah yang bersifat umum dan ditujukan kapada masyarakat atau kepentingan publik. Banyak batasan atau definisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan (policy). Setiap definisi tersebut memberi penekanan yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul karena setiap ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda pula. Seorang penulis mengatakan, bahwa kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Konsep public policy dapat dipelajari secara sistematik pertama kali digambarkan oleh John Dewey di dalam bukunya Logic: The Theory of Inquiry, Dewey memberikan perhatian terhadap sifat eksprimen dari cara mengukur kebijaksanaan (policy). Digambarkan pula bagaimana rencana-rencana tindakan harus dipilih dari alternatif-alternatif dan bagaimana mengamati akibatakibat yang dapat dipergunakan sebagai uji coba yang tepat (Thoha, 2008:104). Mac Rae dan Wilde dalam Islamy (2002:1.7) mengartikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang dipilih oleh pemerintah yang mempunyai pengaruh penting terhadap sejumlah orang. Pengertian ini mengandung maksud bahwa kebijakan itu terdiri dari berbagai kegiatan yang terangkai, yang merupakan pilihan pemerintah dan kebijakan tersebut mempunyai pengaruh dan dampak terhadap sejumlah besar orang. Friedrich (Thoha, 2008:107) menyatakan kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluangpeluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Pengertian-pengertian policy seperti dikutipkan di atas kiranya dapat dipergunakan sebagai dasar pemahaman dari public policy. bahwa policy dilakukan baik oleh pemerintah maupun yang melaksanakan dengan menekankankan adanya perilaku yang konsisten dan berulang. Maka Thomas R. Dye meragukan hal semacam itu. Menurut Dye (Thoha, 2008:107) pemerintah acap kali melakukan hal-hal yang tidak konsisten dan tidak berulang. Winarno (2012:16) mengingatkan bahwa berkenaan dengan definisi kebijakan ini, dalam mendefinisikan kebijakan haruslah melihat apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang diusulkan mengenai suatu persoalan. Alasannya adalah karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi, sehingga definisi kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang diusulkan menjadi kurang memadai. Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert Eyeston sebagaimana yang dikutip oleh Winarno (2012:17). Eyeston mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu 10 unit pemerintah dengan lingkungannya. Definisi yang sama juga dikemukakan oleh Jones. Definisi Jones tentang kebijakan publik tersebut oleh Wahab (2010:4) digunakan untuk memberikan definisi kebijaksanan negara. Konsep yang ditawarkan ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal. Wahab (2010:4) mengajukan definisi dari W.I Jenkis yang merumuskan kebijaksanaan publik sebagai “a set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in prinsciple, be within the power of these actors to achieve” (serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut). Pendapat yang lain dikemukakan Chief J.O Udoji dalam Wahab (2010:5). Udoji mendefinisikan kebijakan publik “an sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that affect society at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat). Definisi kebijakan yang oleh Wahab (2010:5) dan Winarno (2012:20) dianggap lebih tepat dibanding definisi lainnya adalah yang dikemukakan James Anderson yang diartikan sebagai kebijakan yang dikembangkan atau dirumuskan oleh instansi-instansi serta pejabatpejabat pemerintah. Dalam kaitan ini, aktor-aktor bukan pemerintah (swasta) tentu saja dapat mempengaruhi perkembangan atau perumusan kebijakan publik. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli kebijakan publik tersebut diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Kebijakan publik yaitu suatu agenda kebijakan yang telah dirumuskan oleh Pemerintah yang merupakan tanggapan (responsiveness) terhadap lingkungan atau masalah publik. Selanjutnya Gerald Caiden dalam Thoha, (2008 :116) mengatakan bahwa, ruang Iingkup studi kebijakan publik meliputi hal-hal sebagai berikut yaitu : 1) Adanya partisipasi masyarakat (Public Participation), 2) Adanya kerangka kerja kebijakan (Policy Framework), 3) Adanya strategi-strategi kebijakan (Policy Strategies), 4) Adanya kejelasan tentang kepentingan (Public Interest), 5) Adanya pelembagaan Lebih Lanjut dari Kemampuan Public Policy, 6) Adanya isi kebijakan dan Evaluasinya. Lebih lanjut Said yang dikutip oleh Rakhmat (2009 : 129) berpandangan bahwa, terdapat beberapa isi dan sebuah kebijakan yaitu : 1. Adanya tujuan (goals) tertentu yang hendak dicapai 11 2. Rencana (plans) yang merupakan alat atau cara tertentu untuk mencapai tujuan 3. Program (programs); cara yang disahkan untuk mencapai tujuan 4. Keputusan atau pilihan ( decition or choises) ; tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan , mengembangkan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program. 5. Dampak (Impack), yaitu efek atau dampak yang ditimbulkan dari suatu program dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan Anderson sebagaimana dikutip oleh Kadji (2008 : 14) dan Rakhmat (2009 : 133), mengatakan bahwa proses kebijakan publik meliputi lima tahap yaitu : 1. Perumusan masalah (problem formulation), 2. Perumusan kebijakan (policy formulation), 3. Penentuan kebijakan (policy adoption) 4. Pelaksanaan kebijakan (policy implementation), 5. Penilaian kebijakan (policy evaluation). Sedangkan Menurut Dunn (2003 : 22) bahwa, proses pembuatan kebijakan publik mencakup antara lain : 1) Penyusunan agenda kebijakan, 2) Formulasi kebijakan, 3) Adopsi kebijakan, 4) lmplementasi kebijakan ,dan 5) Penilaian kebijakan. Berdasarkan berbagai pendapat para ahli kebijakan publik tersebut diatas , maka secara sederhana dapat dipahami bahwa kebijakan publik adalah suatu hukum yang mengatur arah dan kebijakan dari suatu pemimpin dalam pemerintahan yang disusun dan disepakati oleh masyarakat dan para pejabat yang berwenang yang diwujudkan melalui undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan Presiden, termasuk peraturan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Michael Howlet dan M. Ramesh sebagaimana yang dikutip Subarsono (2008:45) menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan sebagai berikut: Penyusunan agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat perhatian dari pemerintah, Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah, Pembuatan kebijakan (decition making), yakni proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan, Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil, Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan menilai hasil atau kinerja kebijakan. 12 B. Implementasi Kebijakan Implementasi (pelaksanaan) kebijakan merupakan suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perumusan kebijakan (public formulation), penetapan kebijakan (policy adaption) dan evaluasi kebijakan (policy evoluation). Setelah kebijakan ditetapkan secara sah dan mempunyai kekuatan hukum (legitimasi), maka kebijakan tersebut harus segera di implementasikan sebab, kebijakan itu baru mempunyai arti bila kebijakan di implementasikan melalui jalan yang sesuai dan sebagaimana seharusnya untuk kepentingan. Menurut Winarno (2012:144) Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersamasama menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome). Ripley dan Franklin (dalam Winarno, 2012;145) berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan dan benefit. Sementara itu , Grindle (dalam Winarno 2012:146) juga memberikan pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan bahwa secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Dari beberapa pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuantujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi mencakup tindakan-tindakan oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat yang dimaksud untuk membuat program berjalan. Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno 2012:146) mengatakan bahwa : “implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”. Nugroho (2003:158) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dari kedua pendapat ahli ini yang perlu ditekankan adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusankeputusan kebijaksanaan. 13 Suatu kebijakan yang telah diterima dan disahkan tidaklah akan ada artinya apabila tidak dilaksanakan. Menurut Merilee S. Grindle (dalam Nugroho 2003:174) isi dari kebijakan mencakup : 1. kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan. 2. jenis manfaat yang akan dihasilkan. 3. derajat perubahan yang diinginkan. 4. kedudukan pembuat kebijakan. 5. (siapa) pelaksana program. 6. Semberdaya yang dikerahkan. Sementara itu konteks implementasinya adalah : 1. kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat. 2. karakteristik lembaga dan penguasa. 3. kepatuhan dan daya tanggap. Kebijakan itu merupakan rumusan suatu tindakan yang dikembangkan dan diputuskan oleh instansi atau pejabat pemerintah guna mengatasi atau mempertahankan suatu kondisi. Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, baik menyangkut karakteristik program-program kebijakan yang dijalankan maupun oleh aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Seperti yang disebutkan oleh Lester dan Steward (dalam Nugroho 2003:216) pelaku dalam implementasi kebijakan meliputi birokrasi, legislaitf, lembagalembaga pengadilan, kelompokkelompok penekan, dan komunitas organisasi. Implementasi kebijakan haruslah berhasil, malahan tidak hanya implementasinya saja yang berhasil, akan tetapi tujuan (goal) yang terkandung dalam kebijakan itu haruslah tercapai yaitu terpenuhinya kepentingan masyarakat. Menurut Edward III (dalam Winarno, 2012:174) ada 4 faktor atau variabel krusial yang menentukan keberhasilan suatu kebijakan : 1. Komunikasi Tanpa adanya komunikasi maka pelaksanaan kebijakan tidak bisa berjalan dengan efektif. Dengan komunikasi para pelaksana akan lebih mudah melaksanakan tujuantujuan atau maksud dari kebijakan. 2. Sumber – Sumber Sumber-sumber layak mendapat perhatian dalam melaksanakan kebijakan baik itu sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta sumber dana. Tanpa adanya sumber-sumber maka kebijakan yang telah dirumuskan mungkin hanya akan menjadi rencana saja tanpa adanya realisasi. 3. Sikap pelaksana Sikap Pelaksana kebijakan merupakan faktor yang mempunyai konsekuensikonsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dan hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sesuai dengan yang diinginkan pembuat kebijakan awals. Demikian 14 pula sebaliknya, bila tingkah laku para pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan,, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan akan menjadi semakin sulit. 4. Struktur Birokrasi Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Kerja sama yang baik dalam birokrasi dan struktur yang kondusif akan membuat pelaksanaan kebijakan efektif. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan implementasi kebijakan publik adalah suatu tindakan pejabat pemerintah atau lembaga pemerintah dalam menyediakan sarana untuk melaksanakan progam yang telah ditetapkan sehingga program tersebut dampak menimbulkan dampak terhadap tercapainya tujuan. Mazmanian dan Sabatier (dalam Wahab, 2010:68-69) merumuskan “Proses implementasi kebijaksanaan negara dengan lebih rinci: “Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang namun dapat pula berbentuk perintahperintah atau keputusan keputusan eksekutif yang penting atas keputusan badan peradilan. Lazimnya keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin di atasi, menyebut secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstruktur/mengatasi proses implementasinya”. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata maupun yang dikehendaki atau tidak dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan penting (atau upaya untuk melakukan beberapa perbaikan) terhadap undang-undang/peraturan yang barsangkutan. C. Lingkungan Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Unsur Hayati (Biotik) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan 15 adalah teman-teman atau sesama manusia. 2. Unsur Sosial Budaya Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat. 3. Unsur Fisik (Abiotik) Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain. D. Adiwiyata Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Dalam pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para stakeholders, menggulirkan Program Adiwiyata ini dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya. Kata ADIWIYATA berasal dari 2 kata Sansekerta ”ADI” dan ”WIYATA”. ADI mempunyai makna: besar, agung, baik, ideal atau sempurna. WIYATA mempunyai makna: tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabung, secara keseluruhan ADIWIYATA mempunyai pengertian atau makna “Tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan”. Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Kegiatan utama Program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. GAMBARAN UMUM LOKASI 16 Perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang mengalami perubahan beberapa kali sesuai dengan peraturan yang berlaku, Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, banyak Undang-undang yang memerintahkan agar di daerah dibentuk perangkat daerah baru, namun dengan tetap berprinsip miskin struktur dan kaya fungsi diharapkan jalannya Pemerintah Kota Tanjungpinang segera mengejar Provinsi lain yang lebih dahulu maju. Keberadaan Badan Lingkungan Hidup sebagai salah satu satuan kerja yang berada di Pemerintah Kota Tanjungpinang yang memiliki tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup serta melaksanakan tugas dekonsentarasi dan pembantuan yang diserahkan oleh Walikota sesuai dengan lingkup tugasnya.. ANALISA DAN PEMBAHASAN 1. Standar dan sasaran kebijakan Pada sekolah adiwiyata dalam standar kurikulum sudah tercapai hal ini dilihat dari indikator pencapaian bahwa sudah tersusunnya visi misi yang memuat upaya pelestarian lingkunga. Upaya mencegah terjadinya pencemaran dan mencegah kerusakan lingkungan, visi misi juga sudah terinternalisasi dengan baik siswa maupun guru dan pegawai sudah memahami isi visi misi tersebut. Visi misi adalah Menjadi Sekolah Berprestasi, Beriman, Berwawasan dan Berbudaya Lingkungan. Struktur muatan kurikulum dalam pelaksanaan pembelajaran harus memuat muatan local yang terkait kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Muatan kurikulum sekolah dalam pembelajarannya dapat diketahui pada sekolah adiwiyata memuat muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup. Hal ini berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa sekolah adiwiyata dalam pelaksanaan pembelajaran sudah memiliki muatan local Pendidikan Lingkungan Hidup dimana hal ini menunjukkan bahwa struktur kurikulum pembelajaran pada sekolah ini sudah memuat upaya pelestarian lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan hidup. Pada sekolah adiwiyata dapat diketahui dari hasil observasi dilapangan bahwa pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup sudah dijalankan dan diterapkan dari tahun 2013 dimana hal ini dilakukan pada kelas 3,4 dan 5. dari hasil wawancara dengan informan kunci dalam hal ini Kepala Sekolah SDN 004 Tanjungpinang Timur bahwa pelaksanaan pembelajaran selain materi di dalam kelas, proses belajar juga dilakukan diluar kelas dimana para siswa melakukan kegiatan pembelajaran langsung di lapangan sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan. 17 2. Sumber daya Dari hasil wawancara dengan informan dan dari hasil observasi yang dilakukan maka dapat dianalisa bahwa Pihak BLH Kota Tanjungpinang sudah memiliki kompetensi yang baik berkenaan dengan program adiwiyata yang ada di Kota Tanjungpinang. Pencapaian keberhasilan indikator dalam pelaksanaan adiwiyata adalah 70 persen dimana tenaga pendidik menerapkan metode melibatkan peserta didik secara aktif, menerapkan pendekatan strategi, metode, teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. 3. Hubungan antar organisasi Dari hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa kemitraan sudah dilakukan oleh warga sekolah terhadap pihak diluar sekolah seperti masyarakat setempat, LSM dan instansi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk sekolah adiwiyata dituntut untuk membangun dan diprakarsai kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup sekolah. Adiwiyata merupakan wujud pendidikan berkarakter. Maknanya dari pengertian pendidikan karakter yaitu merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak-anak agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, di dalam pendidikan karakter semestinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sifat-sifat tersebut secara langsung dan perlu adanya kerjasama yang terjalin dengan kemitraan berbagai pihak. 4. Karekteristik Agen Pelaksana Pelaksanaan kebijakan pemerintah merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menuju pemerintahan yang lebih baik. Peraturan Program Adiwiyata ini juga merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup. Untuk menjalankan kebijakan tersebut para pelaku kebijakan haruslah memberikan dukungan sepenuhnya dengan menjalankan serta mengatasi segala masalah yang timbul. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak yang baik terhadap kebijakan jika para pelaksana kebijakan memberikan dukungan terhadap kebijakan ini. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa pegawai BLH Kota Tanjungpinang dalam memberikan dukungannya terhadap kebijakan Program Adiwiyata serta menampung segala masalah yang berkaitan dengan Program Adiwiyata. Berdasarkan observasi yang dilakukan berkaitan dengan dukungan yang diberikan pegawai terhadap kebijakan pada umumnya sudah mengetahui tentang kebijakan ini dan sudah terdapat masalah yang ditampung dan sedang dalam pengerjaan untuk diselesaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai sudah memberikan dukungan terhadap kebijakan ini 5. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Dari hasil wawancara dengan informan diatas maka dapat dianalisa 18 bahwa dampak kebijakan yakni adanya sikap peduli lingkungan yang ditunjukkan oleh peserta didik maupun warga sekolah seperti adanya gotong royong, piket harian dalam membersihkan kelas dan membersihkan sekolah. Dengan adiwiyata, maka pemerintah telah memberikan penghargaan bahwa sekolah-sekolah telah berhasil mendidik siswa menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Penghargaan adiwiyata bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan melalui lembaga pendidikan formal mulai Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas se Indonesia. Proses seleksinya didasarkan pada 4 kriteria yang meliputi pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, pengembangan kurikulum berbasis linkungan, pengembangan kegiatan berbasis partisipatif, dan pengelolaan dan atau pengembangan sarana pendukung sekolah. Sekelompok siswa yang peduli terhadap lingkungan khususnya lingkungan sekolah. Biasanya kelompok tersebut melakukan kegiatan penggunaan kembali (reuse) dari sampah plastik menjadi produk-produk siap pakai seperti tas, dompet, tempat pensil, kartu ucapan, kantong alat mandi, dan sebagainya dengan membekali wawasan dengan mengikuti pelatihan dasar peduli lingkungan. Selain itu, melaksanakan seminar lingkungan di sekolah, dan pameran di dalam dan di luar sekolah guna mengajak warga sekolah untuk menjaga lingkungan khususnya lingkungan sekolah. 6. Disposisi Implementor Dari hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa BLH Provinsi Kepulauan Riau dalam kegiatan terencana belum dapat berjalan dengan baik. namun memang hal ini tidak menjadi kendala yang berarti sekolah untuk menjalankan program lain di adiwiyata tersebut. Latar belakang penerapan sekolah adiwiyata mengharapkan agar memiliki nuansa kepedulian dan budaya di lingkungan institusi pendidikan. Selanjutnya tujuan dari implementasi sekolah adiwiyata antara lain adalah meningkatkan wawasan dan kepedulian seluruh warga sekolah akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Atas dasar tersebut maka harusnya ada kegiatan terencana yang dibuat oleh pihak sekolah, belum ada kegiatan terencana yang dilakukan oleh sekolah berkaitan dengan menyambut hari lingkungan hidup. Empat aspek yang harus menjadi perhatian sekolah untuk dikelola dengan cermat dan benar apabila mengembangkan Program Adiwiyata yakni ; Kebijakan, Kurikulum, Kegiatan, dan Sarana Prasarana. Sehingga secara terencana Pengelolaan aspek-aspek tersebut harus diarahkan pada indikator yang telah ditetapkan dalam program Adiwiyata. keempat hal tersebut sudah dijalankan oleh sekolah, sehingga kegiatan terencana bisa diganti dengan kegiatan lain yang sama-sama akan memberi dampak bagi sekolah. 19 PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi Program Adiwiyata Oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang pada Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang sudah berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari : Visi misi sudah dirumuskan di setiap sekolah adiwiyata, visi dan misi dibuat menunjukkan kesiapan sekolah ini menjadi sekolah adiwiyata, dimana visi misi harus mengacu pada sekolah yang berwawasan lingkungan. di Kota Tanjungpinang sekolah adiwiyata sudah memiliki visi misi yang mengacu kepada sekolah berwawasan lingkungan. Pada sekolah adiwiyata dapat diketahui dari hasil observasi dilapangan bahwa pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup sudah dijalankan dan diterapkan dari tahun 2013 dimana hal ini dilakukan pada kelas 3,4 dan 5. Pihak BLH Kota Tanjungpinang sudah mampu menjalankan program adiwiyata dengan membangun sikap partisipatif siswa dalam pendidikan berwawasan lingkungan. Sekolah dikatakan sebagai sekolah adiwiyata jika telah melaksanakan indikator dan kriteria program adiwiyata. Pihak BLH Kota Tanjungpinang sudah memiliki kompetensi yang baik berkenaan dengan program adiwiyata yang ada di Kota Tanjungpinang. Pencapaian keberhasilan indikator dalam pelaksanaan adiwiyata adalah 70 persen dimana tenaga pendidik menerapkan metode melibatkan peserta didik secara aktif, menerapkan pendekatan strategi, metode, teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Kemitraan sudah dilakukan oleh warga sekolah terhadap pihak diluar sekolah seperti masyarakat setempat, LSM dan instansi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup. Untuk sekolah adiwiyata dituntut untuk membangun dan diprakarsai kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup sekolah. pegawai BLH Kota Tanjungpinang dalam memberikan dukungannya terhadap kebijakan Program Adiwiyata serta menampung segala masalah yang berkaitan dengan Program Adiwiyata. Adapun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program Adiwiyata di sekolah yaitu belum ada kegiatan terencana yang dilakukan berkaitan dengan menyambut hari lingkungan hidup. Empat aspek yang harus menjadi perhatian sekolah untuk dikelola dengan cermat dan benar apabila mengembangkan Program Adiwiyata yakni ; Kebijakan, Kurikulum, Kegiatan, dan Sarana Prasarana. Sehingga secara terencana Pengelolaan aspek-aspek tersebut harus diarahkan pada indikator yang telah ditetapkan dalam program Adiwiyata. B. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada pihak BLH agar dapat membuat rencana kegiatan dalam hari besar lingkungan yang sudah ditentukan agar lebih menunjukkan 20 sekolah yang berbasis lingkungan. 2. BLH Kota Tanjungpinang agar dapat menjalin mitra lingkungan hidup kepada sekolah sekolah Adiwiyata lainnya agar dapat bekerja sama menuju sekolah adiwiyata ke tingkat nasional 3. BLH kota Tanjungpinang diharapkan mampu mendorong sekolahsekolah yang ada di Kota Tanjungpinang untuk menjadi sekolah adiwiyata. 4. BLH diharapkan lebih aktif dalam membuat kegiatan di sekolahsekolah berkaitan dengan pengembangan program adiwiyata. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah. Dunn, W William. 2003. Analisa kebijakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Islamy, Irfan M. 2002. PrinsipPrinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara Kadji, Yulianto. 2008. Impelementasi Kebijakan Publik dalam Perspektif Realita. Cahaya Abadi. Tulungagung Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. Rakhmat. 2009. Teori Administrasi dan Manajemen Pubkik. Jakarta : Pustaka Arif Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjoko, M.S. 2014. Pendidikan Lingkungan Hidup. pustaka.ut.ac.id 21 Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: alfabeta. Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Wahab. Solichin Abdul. 2010. Analisis Kebijaksanaan: dari Formula ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku Kita. ____________. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS Dokumen : BPS Tanjungpinang, Kota Tanjungpinang Dalam Angka, 2015 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata Internet : http://lingkungan dan pendididkan. co.id Elyuzar Siregar. 2008. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai. http://repository.usu.ac.id/xmlu i/handle/123456789/4950