BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Kebijakan Deviden
Dividen merupakan bagian dari net profit (laba bersih) yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham. Dividen merupakan bagian dari
keuntungan perusahaan yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan
pada umumnya dapat dilakukan secara berkala baik dalam bentuk uang (Cash),
dividen saham (Stock Dividend), dan dividen ekstra. Dividen ekstra diberikan
sebagai tambahan pembayaran dividen pada pemegang saham karena adanya
kelebihan harga yang diperoleh perusahaan dari yang diprediksikan. Dividen
ekstra biasanya diberikan oleh perusahaan yang menganut kebijakan dividen kecil
yang teratur (Hermuningsih, 2007).
Kebijakan perusahaan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan
yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua
pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para
pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan
sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan dengan
keuntungan yang diperoleh. Kebijakan dividen adalah kebijaksanaan yang
berhubungan dengan pembayaran deviden oleh pihak perusahaan, berupa
penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk
kepentingan pihak perusahaan (Hermuningsih dan Wardani, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Apabila manajemen meningkatkan porsi laba perlembar saham yang
dibayarkan sebagai dividen, maka pihak manajemen dapat meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham. Hal ini menyarankan bahwa keputusan
dividen yaitu jumlah dividen yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat
penting. Dalam banyak hal dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan
terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya,
sehingga timbul the residual theory of dividend. Di samping itu ada juga yang
mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan,
sehingga timbul peranan dividen dalam mengurangi masalah keagenan (agency
problems), dan masih banyak lagi pertimbangan manajemen dalam menentukan
besarnya dividen yang akan dibagikan.
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang dapat dikaitkan dengan
penentuan apakah laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan dibagikan kepada
para pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan (hold) oleh
perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan terhadap pembayaran dividen
merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini
akan melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu
pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua adalah pihak manajemen
atau perusahaan itu sendiri.
Kebijakan Dividen adalah salah satu kebijakan yang harus diambil oleh
manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama
satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian dan sebagian lagi tidak
dibagi dalam bentuk laba ditahan (Tampubolon, 2004). Apabila perusahaan
memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan
Universitas Sumatera Utara
mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber
dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Apabila
perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar
sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk mengembangkan perusahaan, sehingga akan menaikkan nilai perusahaan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen dalam penelitian ini
adalah Dividend Payout Ratio (DPR) (Brigham dan Houston, 2006).
Setiap perusahaan, di satu sisi mengharapkan adanya pertumbuhan
perusahaan, dan di sisi lain juga ingin membagikan dividen kepada para
pemegang saham. Oleh karena itu, dalam hal ini manajemen perusahaan
hendaknya dapat membuat kebijakan dividen yang tepat dan cermat, artinya
manajemen perusahaan harus dapat menentukan berapa persen laba yang harus
dibegikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen dan berapa persen
laba yang harus ditahan untuk mendukung pertumbuhan investasi perusahaan,
sehingga kepentingan para pemegang saham dan kepentingan perusahaan dapat
terpenuhi. Karena penentuan kebijakan dividen tersebut tidak mudah, biasanya
perusahaan menggunakan media yaitu dengan melaksanakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) untuk membuat keputusan mengenai penentuan
kebijakan dividen tersebut.
Penelitian ini menetapkan dividend payout ratio sebagai proksi kebijakan
dividen, didasarkan suatu pertimbangan bahwa DPR lebih banyak digunakan
untuk mengukur persentase dividen tunai yang diberikan oleh perusahaan kepada
para pemegang saham atas laba per lembar saham yang dihasilkan dalam periode
akuntansi, dari pada rasio dividen lainnya. Besarnya dividend payout ratio
Universitas Sumatera Utara
dijadikan ukuran oleh para investor yang hendak menanam modal pada saham di
bursa efek. DPR dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai :
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 π‘ƒπ‘Žπ‘¦π‘œπ‘’π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ (DPR) =
Dividen Per Lembar Saham
Laba Per Lembar Saham
Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki dividend payout ratio besar
menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kinerja finansial yang baik.
Perusahaan yang memberikan dividen dalam jumlah
yang relatif besar akan
melahirkan sentimen positif pada para investor, dan akan membuat para investor
termotivasi untuk menanam modal yang dimiliki pada saham perusahaan tersebut.
Dari beberapa penjelasan di atas dengan demikian kebijakan dividen dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
2.1.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan daya tarik utama bagi pemilik perusahaan
(Pemegang Saham) karena profitabilitas adalah hasil yang diperoleh melalui
usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan oleh para pemegang saham dan
juga mencerminkan pembagian laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak
yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai
dividen tunai ataupun dividen saham kepada mereka (Jusriani dan Shiddiq, 2013).
Menurut (Soliha dan Taswan, 2002) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat
menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang
saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak, Sedangkan menurut Brigham
dan Gapenski (2006), “Profitability is the net results of a number of policies and
Universitas Sumatera Utara
decisions.” Maksudnya profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian
kebijakan dan keputusan perusahaan.
Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif pembiayaan,
namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan yaitu tergantung pada
laba dan aktiva yang dibagikan yaitu laba bersih setelah pajak (Net Income) yang
berasal dari kegiatan operasi perusahaan di bagi total aktiva (Total Assets).
Menurut Sulistyowati, et al (2010), “Profitabilias berpengaruh positif terhadap
kebijakan deviden, dikarenakan profitabilitas merupakan kemampuan Perusahaan
untuk menghasilkan laba dan deviden akan dibagi apabila Perusahaan tersebut
memperoleh laba”. Menurut Wirjolukito, et al dalam Suharli (2007) dalam
Sulistyowati, et al (2010) Profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan
apabila hendak membayar deviden. Laba setelah pajak diperoleh Perusahaan
sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lain di tahan di
Perusahaan (laba ditahan). JIka laba yang diperoleh besar, maka deviden yang
akan dibagikan besar, namun jika laba yang diperoleh kecil maka laba yang akan
dibagikan kecil.
Setiap perusahaan yang didirikan, berorientasi kepada profit yang
dihasilkan dengan tidak mengorbankan kepentingan pelanggannya, agar
mendapatkan kepuasan. Perolehan profit merupakan ukuran keberhasilan kinerja
finansial perusahaan. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah
strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi
atau tidak kepada peningkatan profit perusahaan yang diproksikan dengan Return
On Assets (ROA).
Universitas Sumatera Utara
Rasio profitabilitas yang diukur dengan Return on asset (ROA) merupakan
pengukuran kemampuan perusahaaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara
keseluruhan. Semakin tinggi rasio proitabilitas ini, maka semakin baik suatu
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan istilah profitabilitas dengan Return On Assets
(ROA), karena ROA merupakan salah satu dari rasio profitabitas. Rasio ROA
mencerminkan hasil dari dana yang diinvestasikan oleh investor. Para
investor menanamkan sahamnya pada perusahaan bertujuan untuk memperoleh
return saham. Return saham terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi
kemampuan memperoleh profit, maka semakin besar return saham yang
diharapkan oleh para investor. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki
profitabilitas tinggi akan diminati sahammnya oleh para investor.
Perbaikan ROA merupakan cerminan dari perbaikan profitabilitas,
yang dapat dijadikan sebagai titik awal dari pencapaian skala ekonomi yang
relevan, pengurangan biaya pencarian hubungan antara perusahan dengan
konsumen dan supplier, pengurangan biaya overhead yang tidak memberi
nilai tambah pada produk dan mengeliminasi biaya yang tidak memberikan
kontribusi terhadap kebutuhan konsumen. Return On Asset (ROA) dapat diukur
dengan skala rasio dan besarnya dinyatakan dengan persentase (%), atau dapat
dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin Lukman,
2007) :
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘› 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠 (ROA) =
Laba bersih setelah pajak
Total Aktiva
Universitas Sumatera Utara
2.1.3
Cash Position
Cash Position yang ada pada sebuah perusahaan merupakan salah satu
faktor yang paling pentig yang harus dipertimbangkan, sebelum perusahaan
menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang
saham di perusahaan. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, sehingga
semakin kuat Cash Position perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya
untuk membayar dividen. Cash Position dihitung berdasarkan perbandingan
antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak.
Cash Position perusahaan merupakan salah satu faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya
dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang sahamnya. Oleh karena
dividen merupakan “cash outflow”, maka makin kuat cash position perusahaan,
berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Riyanto,
2001 : 267). Cash Position merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after
tax. Bagi perusahaan yang memiliki cash position yang semakin kuat akan
semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Faktor ini merupakan
faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya
dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen (Sudarsi, 2002 : 79).
πΆπ‘Žπ‘ β„Ž π‘ƒπ‘œπ‘ π‘–π‘‘π‘–π‘œπ‘› (CP) =
2.1.4
Saldo Kas Akhir
Laba bersih setelah pajak
Keputusan Investasi
Menurut Gitosudarma dan Basri (2008) menyatakan bahwa “Investasi
merupakan pengeluaran uang pada saat ini, dimana hasil yang diharapkan dari
pengeluaran uang itu baru akan diterima di tahun yang akan datang.” Keputusan
Universitas Sumatera Utara
investasi di suatu perusahaan menyangkut pemilihan terhadap investasi yang
diinginkan untuk memperoleh keuntungan dari berbagai kesempatan investasi
yang ada, yaitu dengan memilih salah satu atau lebih alternatif investasi yang
dinilai paling menguntungkan investor.
Keputusan untuk investasi cenderung dilakukan pada aset tetap karena
nilainya relatif besar. Gitosudarmo dan Basri (2008) menjelaskan, “Suatu
perusahaan melakukan investasi terhadap aset tetap dalam beberapa bentuk,
seperti penggantian aset tetap, ekspansi atau perluasan, diversifikasi produk,
eksplorasi, penelitian dan pengembangan dan lain – lain.” Beberapa bentuk
investasi tersebut merupakan satu set kesempatan investasi yang harus dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan usaha.
Keputusan investasi adalah penanaman modal dengan harapan akan
memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang (Jogiyanto, 2010). Menurut
signaling Theory, informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak luar perusahaan merupakan hal yang penting. Menurut (Jogiyanto,
2010), informasi yang dipublikasi sebagai suatu pengumuman akan memberikan
signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman
tersebut mengandung nilai positif, maka akan banyak investor yang berinvestasi
keperusahaan.
Pengambilan keputusan terhadap investasi biasanya sangat sulit, karena
perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu terhadap investasi atas situasi di masa
yang akan datang yang tidak dapat diramal karena adanya faktor ketidakpastian di
masa depan. Gitosudarmo dan Basri (2008) menjelaskan,“Ketidakpastian masa
depan disebabkan oleh perubahan teknologi, ekonomi dan sosial, kekuatan-
Universitas Sumatera Utara
kekuatan
persaingan,
dan
tindakan-tindakan
atau
kebijakan-kebijakan
pemerintah.” Itulah sebabnya, setiap perusahaan yang akan melakukan investasi
hendaknya dapat mengantisipasi hal-hal tersebut berdasarkan data historis,
perilaku konsumen, survei pasar, dan juga ketajaman intuisi manajer.
Keputusan investasi pada penelitian ini diproksikan dengan Price Earning
Ratio (PER). “Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai
dikalangan analisis saham dan para praktisi” (Tandelilin, 2001 dalam
Ayuningtiyas). Dalam pendekatan price earning ratio atau disebut juga
pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai
earning yang tercermin dalam harga suatu saham. “PER menggambarkan rasio
atau perbandingan antara harga saham terhadap earning (laba) perusahaan”
(Tandelilin, 2001 dalam Ayuningtiyas). Dari beberapa penjelasan di atas dengan
demikian keputusan investasi yang diproksikan dengan Price Earning Ratio
(PER) dapat mempengaruhi nilai perusahaan. PER dapat dihitung secara manual
dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin dan Hadianto (2001) dalam
Ayuningtiyas ) :
π‘ƒπ‘Ÿπ‘–π‘π‘’ πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ (PER) =
2.1.5
Harga Saham
Laba per Lembar Saham
Kebijakan Utang
Utang merupakanh instrumen yang sangat sensitive dalam pengelolaan
perusahaan. Kebijakan utang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang
bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan struktur
modal karena utang merupakan bagian dari penentuan struktur modal yang
optimal.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dewi (2008), Gupta dan Bunga (2010) dan diperkuat oleh Kadir
(2010) “ bahwa kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden”.
Apabila Perusahaan memiliki tingkat utang yang tinggi, maka Perusahaan
berusaha mengurangi agency cost of debt dengan mengurangi utangnya.
Pengurangan utang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan
sumber dana internal, sehingga pemegang saham merelakan devidennya.
Sehingga semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal
suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya yang akan
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan
Kebijakan
utang
menggambarkan
keputusan
yang
diambil
oleh
management dalam menentukan sumber pendanaannya. Kreditor dan pemegang
saham tertarik pada kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pada saat
jatuh tempo dan untuk membayarkan kembali jumlah pokok utang pada saat jatuh
tempo.
Pembiayaan dengan utang, memiliki 3 implikasi penting yaitu :
1. Memperoleh
dana
melalui
utang
membuat
pemegang
saham
dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas,
2. Kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan
margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian
kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada
kreditur;
3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi
yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka
pengembalian atas modal pemilik akan menjadi lebih besar. Akan tetapi, jika
Universitas Sumatera Utara
pengembalian yang diperoleh atas investasi yang dibiayai dengan dana
pinjaman dibandingkan dengan bunga, maka pengembalian atas modal pemilik
semakin kecil.
Menurut Mardiyati, et al (2012) kebijakan utang merupakan kebijakan
perusahaan tentang seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan
utang. Terdapat beberapa teori tentang pendanaan utang yaitu:
a. Teori struktur modal dari Miller dan Modligiani (Capital Structure Theory).
Pada teori ini mereka berpendapat bahwa dengan asumsi tidak ada pajak,
bancruptcy cost, tidak adanya informasi asimetris antara pihak manajemen
dengan para pemegang saham, dan pasar terlibat dalam kondisi yang efisien,
maka value yang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait dengan bagaimana
perusahaan melakukan strategi pendanaan. Setelah menghilangkan asumsi
tentang ketiadaan pajak, utang dapat menghemat pajak yang dibayar (karena
utang menimbulkan pembayaran bunga yang mengurangi jumlah penghasilan
yang terkena pajak).
b. Trade Off Theory
Pada teori ini menjelaskan bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan
pendanaan menggunakan utang maka semakin besar pula resiko mereka untuk
mengalami kesulitan keuangan karena membayar bunga tetap yang terlalu
besar bagi para debtholders setiap tahunnya dengan kondisi laba bersih yang
belum pasti (bancruptcy cost of debt).
c. Pendekatan teori keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik
antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan
Universitas Sumatera Utara
manajer sebenarnya adalah konsep free cash flow. Tetapi ada kecenderungan
bahwa manajer ingin menahan sumber daya (termasuk free cash flow) sehingga
mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut. utang bisa dianggap sebagai
cara untuk mengurangi konflik keagenan terkait free cash flow. Jika
perusahaan menggunakan utang maka manajer akan dipaksa untuk
mengeluarkan kas dari perusahaan (untuk membayar bunga).
d. Teori Signalling
Jika manajer memiliki keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan
karenanya ingin agar harga saham meningkat, manajer tersebut tentunya ingin
mengkomunikasikan
hal
tersebut
kepada
para
investor.Manajer
bisa
menggunakan utang yang lebih banyak, yang nantinya berperan sebagai sinyal
yang lebih terpercaya. Ini karena perusahaan yang meningkatkan utang bisa
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa
yang akan datang. Investor diharapkan akan menangkap sinyal tersebut, sinyal
yang mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai prospek yang prospektif
di masa depan. Jadi, kita dapat menyimpulkan dari penjelasan diatas
bahwasanya utang merupakan tanda atau signal positif dari perusahaan.
Penelitian ini menggunakan istilah kebijakan utang dengan Debt to Equity
Ratio (DER), karena DER menunjukkan seberapa besar aset perusahaan diperoleh
atau didanai dengan utang. DER juga menunjukkan risiko yang dihadapi oleh
perusahaan berkaitan dengan utang yang dimilikinya. DER dapat dihitung secara
manual dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin Lukman, 2007) :
𝐷𝑒𝑏𝑑 πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ (DER) =
Total Hutang
Total Modal
Universitas Sumatera Utara
2.2 .
Review Peneliti Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan dasar dalam
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian Sunarya (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Kebijakan
Utang, Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Size
sebagai Variabel Moderasi.” Dengan kesimpulan:
a.
Kebijakan Utang berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan
Dividen.
b.
Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen.
c.
Likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan Dividen.
d. Nilai dari koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa Kebijakan
Dividen hanya dapat dijelaskan oleh Variabel Kebijakan Utang,
Profitabilitas, Likuiditas, Dummy Size dan interaksi Likuiditas dengan
Dummy Size sebesar 8,9% dan sisanya 91,1% dijelaskan oleh variabel
lainnya.
2.
Penelitian Sulistiyowati, et al (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, dan Growth terhadap Kebijakan Dividen dengan
Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening ” Dengan
kesimpulan penelitian:
a. Dalam analisis regresi Profitabilitas, Leverage, dan Growth tidak ada
satupun variabel tersebut berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen dengan
Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening
Universitas Sumatera Utara
b. Dalam path analysys bahwa Profitabilitas, Leverage, dan Growth tidak
memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate
Governance sebagai Variabel Intervening.
3.
Penelitian Sandy dan Asyik (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh
Profitabilitas dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen Kas pada Perusahaan
Otomotif”. Dengan kesimpulan:
a. Profitabilitas dan Likuiditas secara bersama – sama memiliki pengaruh
terhadap Kebijakan dividen Kas.
b. Rasio Profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Kebijakan
Deviden Kas.
4.
Penelitian Suharli (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh Profitability dan
Investment Oppurtunity Set terhadap Kebijakan Dividen dengan Likuiditas
sebagai Variabel Penguat” Dengan kesimpulan:
a. Likuiditas
dapat
digunakan
sebagai
Variable
Penguat
dalam
mempengaruhi Profitabilitas dan Investment Oppurtunity Set
b. Hanya variable profitabilitas yang memiliki pengaruh signifikan dalam
Kebijakan jumlah pembagian deviden
5.
Penelitian Marpaung dan Hadianto (2009) dengan judul penelitan “Pengaruh
Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen; Studi
Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.”
Dengan kesimpulan penelitian:
a. Profitabilitas memiliki pengaruh Positif signifikan terhadap Kebijakan
Dividen
Universitas Sumatera Utara
b. Kesempatan investasi diproksikan dengan dua variabel yaitu Pertumbuhan
Penjualan dan rasio Harga Pasar terhadap nilai buku dengan hipotesis
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen.
2. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku (MTBV) memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen.
Ringkasan review peneliti terdahulu disajikan dalam tabel berikt ini :
Tabel 2.1.Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
No
1
Nama/Thn
Hoe Devi
Sunarya (2013)
Judul
Pengaruh
Kebijakan Utang,
Profitabilitas dan
Likuiditas terhadap
Kebijakan Deviden
dengan
Size
sebagai Variable
Moderasi
Variabel
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini
Variabel
adalah:
Independen
Utang
- Kebijakan Utang 1. Kebijakan
berpengaruh
negatif
- Profitabilitas
signifikan terhadap
- Likuiditas
Kebijakan Dividen
Variabel Moderasi 2. Profitabilitas
berpengaruh positif
- Size
Variabel
Dependen
- Kebijakan
Dividen
signifikan terhadap
Kebijakan Dividen
3. Likuiditas
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
Kebijakan Dividen
4. Nilai dari koefisien
determinasi
(R2)
menunjukkan bahwa
Kebijakan Dividen
hanya
dapat
dijelaskan
oleh
Variabel Kebijakan
Utang, Profitabilitas,
Likuiditas, Dummy
Size dan interaksi
Universitas Sumatera Utara
No
Nama/Thn
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Likuiditas dengan
Dummy
Size
sebesar 8,9% dan
sisanya
91,1%
dijelaskan
oleh
variabel lainnya
2
Sulistiyowati
Indah,
Anggraini Ratna
dan Hesti Tri
Utaminingtyas
(2010)
Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage, dan
Growth terhadap
Kebijakan
Dividen dengan
Good Corporate
Governance
sebagai Variabel
Intervening
Variabel
Independent:
Hasil Penelitian
adalah:
- Profitabilitas
- Leverage
- Growth
1. Dalam
analisis
regresi Profitabilitas,
Leverage,
dan
Growth tidak ada
satupun
variabel
Variabel Interveing
tersebut berpengaruh
terhadap Kebijakan
- Good Corporate
Dividen
dengan
Governance
Good
Corporate
Governance sebagai
Variabel Dependent:
Variabel
Intervening.
Kebijakan Dividen 2. Dalam path analysys
bahwa Profitabilitas,
Leverage, dan
Growth tidak
memiliki pengaruh
terhadap Kebijakan
Dividen
dengan
Good
Corporate
Governance sebagai
Variabel Intervening
Universitas Sumatera Utara
No
3
Nama/Thn
Ahmad Sandy
dan Nur Fadjrih
Asyik (2013)
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Pengaruh
Variabel
Profitabilitas dan Independent:
Likuiditas
- - Profitabilitas
terhadap
- - Likuiditas
Kebijakan
Dividen Kas pada
Variabel
Perusahaan
Dependent:
Otomotif
Kebijakan
Dividen Kas
Hasil
adalah:
Penelitian
1. Profitabilitas dan
Likuiditas secara
bersama-sama
memiliki pengaruh
terhadap
Kebijakan dividen
Kas.
2. Rasio Profitabilitas
tidak
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap
Kebijakan Dividen
Kas.
4
Michel Suharli
(2007)
Pengaruh
Profitability dan
Investment
Oppurtunity Set
terhadap
Kebijakan
Dividen dengan
Likuiditas sebagai
Variabel Penguat
Variabel
Independent:
Hasil
Penelitian
adalah:
1. Likuiditas
dapat
- Profitability
digunakan sebagai
- Investment
Variabel
Penguat
Oppurtunity Set
dalam
mempengaruhi
Profitability
dan
Variabel
Investment
Moderating:
Oppurtunity Set.
2. Hanya
variabel
Likuiditas
profitabilitas yang
memiliki pengaruh
Variabel Dependent:
signifikan dalam
.
Kebijakan Dividen
5
Elyzabet
Marpaung, dan
Hadianto Bram
(2009)
Profitabilitas dan
Kesempatan
Investasi terhadap
Kebijakan
Dividen; Studi
Empirik pada
Emiten
Pembentuk
Indeks LQ45 di
Bursa Efek
Indonesia
Kebijakan jumlah
pembagian
deviden.
Variabel
Independent:
Hasil
adalah:
- Profitabilitas
- Kesempatan
Investasi
1. Profitabilitas
memiliki
pengaruh Positif
signifikan
terhadap
Kebijakan
Dividen
Variabel Dependent:
Kebijakan Dividen
Penelitian
Universitas Sumatera Utara
No
Nama/Thn
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
2. Kesempatan
investasi
di
proksikan dengan
dua
variabel
yaitu
Pertumbuhan
Penjualan
dan
rasio Harga Pasar
terhadap
nilai
buku
dengan
hipotesis sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan
Penjualan tidak
berpengaruh
terhadap
Kebijakan
Deviden.
b. Rasio
Harga
Pasar terhadap
Nilai
Buku
(MTBV)
memiliki
pengaruh
positif
signifikan
terhadap
Kebijakan
Dividen
Universitas Sumatera Utara
Download