. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Belajar

advertisement
.
I.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar Mengajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilanketerampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orangorang disekelilingnya. Ketka menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah
sikap, nilai, dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi.
Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja
tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional lainnya, seperti
mengendarai mobil, berwiraswasta, dan menjalin kerja sama dengan orang
lain.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai
keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu,
kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi
terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat,
belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan
pengetahuan dari generasi ke generasi. Bell-Gredler dalam buku Baharuddin
dan Esa Nur Wahyuni (2008 : 11).
Menurut Baharuddin dkk (2008 : 12) belajar, sebagai karakteristik yang
membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu
dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan
demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
pelajar saja. Baik mereka yang sedang belajar di tingkat sekolah dasar,
sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, perguruan tinggi, maupun
mereka yang sedang mengikuti kursus, pelatihan, dan kegiatan pendidikan
lainnya. Tapi lebih dari itu, pengertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya
sebagai kegiatan di bangku sekolah saja. Belajar adalah usaha untuk
menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. Akan tetapi menurut
konsep eropa, arti belajar itu sempit, hanya mencakup menghafal, mengingat,
dan memproduksi sesuatu yang dipelajari (Notoatmodjo 2003:36).
Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik
perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampialan. Dengan perubahanperubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan
permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang
belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu
proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan prilaku.
bing kegiatan
belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar
proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi
kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar.
Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Relevan dengan ini maka ada pengertian bah
B. Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual,
kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
(Kurikulum penjaskes 2004)
Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan
sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana,
bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri
sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi
peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa
sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004: 2).
Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah
mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang
dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan
hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental,
sosial dan emosional yang selaras, serasi, seimbang.
Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk
belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat
anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak
menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak,
menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan
perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik,
mental, emosi, sosial dan moral.
C. Keterampilan Gerak Dasar
Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan
dan tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang
menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi
tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak
non lokomotor, (3) manipulatif. Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor
tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan
memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar
badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah
ketrampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki
maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain.Gerak manipulatif ini
bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar,
menangkap dan menendang.
D. Permainan Bola Kasti
Kasti berasal dari bahasa Belanda, termasuk dalam jenis olahraga permainan dengan
menggunakan bola kecil atau permainan bola kecil. Kasti adalah pemain beregu (tim)
yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari 12 orang pemain, bagi
regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak pemukul,
dan regu yang bertugas menjaga di lapangan disebut regu lapangan atau pihak
lapangan. Kasti dimainkan khusus oleh anak-anak putra saja atau oleh anak-anak
putrid saja. Permainan kasti dimainkan di atas lapangan rumput yang rata yang
berbentuk empat persegi panjang dimana lebar dan panjangnya kurang lebih
berbanding 1 : 2. Di atas lapangan terdapat sebuah tiang hinggap untuk pertolongan
pelari disebut tiang pertolongan, dan 2 buah tiang hingga bebas yang terdapat pada
bagian akhir lapangan disebut tiang bebas. Dalam permainan kasti ini dipergunakan
alat pemukul bola dibuat dari kayu, disebut kayu pemukul, dan bola kecil. Bagi anakanak pemula yang baru belajar dapat memakai bola tenis, sedang bagi anak-anak yang
sudah mahir atau telah menguasai permainan kasti digunakan bola khusus untuk kasti.
Permainan dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu oleh 3 orang pembantu wasit dan
seorang penulis nilai. Pemain regu pemukul setelah memukul bola berusaha segera lari
ke tiang bebas dengan melalui tiang pertolongan lebih dulu atau langsung lari ke tiang
bebas dan kembali ke ruang bebas dengan selamat untuk mendapat nilai. Sebaliknya
pemain regu lapangan berusaha menggagalkan usaha pemain pemukul untuk
mendapat nilai dengan menangkap bola yang dipukul oleh pemain pemukul dan
melempar atau menembak pelari dengan bola atau menghanguskan ruang bebas
dengan bola pada waktu ruang bebas kosong (belum ada pelari yang masuk ruang
bebas) untuk menggantikan menjadi pemain pemukul. Antara regu satu dengan regu
lainnya saling berusaha untuk menjadi regu pemukul. Adapun tujuan dari masingmasing regu atau kedua belasan adalah berusaha untuk mengumpulkan nilai sebanyakbanyaknya. Permainan kasti ini dilakukan 2 babak, anatara babak pertama dan babak
kedua dengan diberi waktu untuk istirahat. Regu yang dinyatakan menang adalah regu
yang sampai akhir permainan atau akhir pertandingan lebih banyak mengumpulkan
nilai.
E. Gerak Dasar Menangkap Bola Mendatar
Menangkap bola merupakan cara yang harus dikuasai oleh pemain regu
lapangan, terutama untuk memperoleh nilai tangkap bola dari pukulan lawan
dan untuk mematikan lawan dalam bermain.
Posisi telapak tangan dalam menangkap bola ada 3 macam :
a. Membentuk kantong : kedua pangkal telapak tangan dan ibu jari saling
berdekatan, sedangkan jari-jari yang lain agak renggang. Kedua lengan
sedikit diputar ke kiri sehingga tangan kanan berada di atas.
b. Seperti cara a tersebut di atas, tetapi posisi telapak tangan tidak perlu
diputar ke kiri, sedangkan ibu jari benar-benar berada di atas.
c. Posisi telapak tangan seperti saat men-set-up bola pada permainan bola
volley. Kedua telapak tangan hamper seluruhnya menghadap kea rah
datangnya bola, sedangkan kedua sisi ibu jari dan kedua ujung jari telunjuk
saling berdekatan.
Menangkap bola mendatar setinggi dada.
1. Sikap permulaan
Seperti pada menangkap bola melambung tinggi.
2. Sikap kedua
Kedua lengan kiri dan kanan sejajar dijulurkan lurus di depan dada ke arah
datangnya bola. Posisi pangkal telapak tangan rapat, ujung ibu jari kiri rapat
dengan ujung ibu jari kanan, ujung kelingking tangan kiri rapat dengan
ujung kelingking tangan kanan, sedang jari-jari yang lain diregangkan dan
kedua tangan membentuk mangkuk menunjuk datar kea rah datangnya bola.
3. Pada waktu menyentuh tangan semua jari kedua tangan dirapatkan kedua
tangan segera ditarik hingga depan dada mengikuti arah jalannya bola,
semua otot-otot kendor.
4. Gerak terakhir dari kiri dipindahkan ke depan siap untuk melemparkan
bola.
F. Alat Bantu
Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan sekurangkurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang
meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian
tujuan pengajaran yang diharapkan.
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan
isi pelajaran saat itu.
Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat
media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :
a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga
d) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya
mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) media pendidikan memiliki pengertian alat
bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Tetapi ada
sedikit perbedaan penggunaan istilah media dan alat bantu. Media adalah alat
yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, dan alat bantu
(peraga) digunakan untuk membantu proses pembelajaran agar bahan pelajaran
yang disampaikan oleh guru lebih konkret/jelas karena ada model atau replika
yang dapat diamati siswa sehingga mudah diterima atau dipahami peserta
didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses
pembelajaran dan efektif serta efesien.
Menurut Amir Hamzah (1988: 110) penekanan alat bantu belajar terdapat pada
visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya
menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan, dan
grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu
panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan
barang contoh).
E. Modifikasi Alat Pembelajaran
Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang
dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh.
yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan
adanya alat pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung
tentang materi yang akan dibeikan kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah
dipahami dan dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.
Lutan ( 1998 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi,
fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan
aslinya. Lutan (1998) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran
diperlukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti
pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan
siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana
Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) Media pendidikan memiliki pengertian alat
bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
pendidikan, alat bantu ( peraga ) sangat penting. Alat tersebut berguna
agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah diterima
atau dipahami peserta didik. Dalam proses belajar mengajar alat peraga
dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa
Sedangkan menurut Amir Hamzah ( 1988 ) Penekanan media pendidikan
terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua
dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar ( seperti: gambar,
bagan, dan grafik ) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga
ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi ( seperti: benda asli, model, alat tiruan
sederhana, dan barang contoh ).
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat bermain
merupakan suatu upaya seseorang untuk merubah alat bermain yang
sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat
dicapai dengan sebaik-baiknya. Modifikasi alat bermain merupakan bagian dari
inovasi yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. Adapun kegiatan
inovatif dalam hal ini antara lain pengembangan dan produksi alat-alat
pelajaran.
Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan bola plastik dan kantong plastik yang relatif lebih ringan dan
tidak keras. Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi anak dalam usahanya
menuju gerak dasar menangkap bola mendatar seperti yang diharapkan, karena
anak dapat mencoba secara berulang-ulang melakukan gerakan menangkap
bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang ditimbulkan saat menangkap
bola.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya
melalui penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang
dikemukakan diatas, maka dapat dirumus- kan hipotesis penelitian ini sebagai
berikut:
dan alat bantu kantong plastik mulutnya dan
berdiameter 20-25 cm dan 15-20 cm, dapat memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran gerak dasar menangkap bola mendatar dalam bermain Kasti
pada Siswa Kelas V SDN 1 Margoyoso Sumberejo
Download