BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi Manusia sebagai keseluruhan yang komplit dan independen, holistik secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang keseluruhannya tidak dapat dipisahkan, teori Henderson mempunyai 14 kebutuhan dasar manusia yaitu: bernafas secara normal, makan dan minum cukup, eliminasi, bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki (mobilisasi), istirahat, tidur, memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepas pakaian, mempertahankan temperatur suhu tubuh dalam rentang normal, menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, menghindari bahaya dari lingkungan, berkomunikasi dengan orang lain, beribadah menurut keyakinan, bekerja yang menjanjikan prestasi, bermain dan berpatisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi, belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan kesehatan normal (Potter dan Perry, 2005). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang butuh bergerak. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit, khususnya penyakit degeneratif, dan aktualisasi diri. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan (Mubarak dan Cahyatin, 2008). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk dapat bergerak dengan bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian (Potter dan Perry, 2006). Menurut Hidayat (2009), mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memnuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. Menurut Hidayat (2009), imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas). Potter dan Perry (2006), imobilisasi didefinisikan oleh North American 5 Universitas Sumatera Utara Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik. Imobilisasi adalah suatu kondisi dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total tetapi juga mengalami penuruna aktivitas dari kebiasaan normal. Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai dampak, secara psikologis dapat menyebabkan penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri. Sedangkan secara fisik dapat terjadi osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, kekauan, serta nyeri pada sendi (Mubarak dan Cahyatin, 2008). Menurut Hidayat (2009), mobilisasi berdasarkan jenisnya terbagi dua yaitu: 1. Mobilisasi Penuh Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh sesorang. 2. Mobilisasi Sebagian Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian dibagi menjadi dua yaitu: a. Mobilitas sebagian temporer Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Contohnya adalah dislokasi sendi dan tulang. b. Mobilitas sebagian permanen Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Contohnya adalah terjadinya hemiplegia karena stroke. 6 Universitas Sumatera Utara Menurut Hidayat (2009), mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 1. Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari. 2. Proses Penyakit/Cedera Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sitem tubuh. Contoh orang yang mengalami fraktur fremur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah. 3. Kebudayaan Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Contoh orang yang memilki kebudayaan sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang lebih kuat. 4. Tingkat Energi Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas, agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik dibutuhkan energi yang cukup. 5. Usia dan Status Perkembangan Terdapat perbedaan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemapuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan berkembangan usia. 1. Pengkajian Mobilisasi Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Menurut Hidayat (2009), pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan immobilitas adalah sebagai berikut: 1. Riwayat keperawatan sekarang Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas. 2. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis 7 Universitas Sumatera Utara (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernafasan (penyakit paru obstruktif menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedative, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lain-lain. 3. Kemampuan fungsi motorik Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis. 4. Kemampuan mobilitas Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut: Tingkat Aktivitas/Mobilitas Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh. Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat Memerlukan bantuan atau pengawasan orang Tingkat 2 lain. Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, Tingkat 3 dan peralatan. Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan Tingkat 4 5. Kategori atau berpartisipasi dalam perawatan. Kemampuan rentang gerak Pengkajian rentang gerak (range of motion–ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki. 1. Bahu a. Adduksi: Gerakan lengan ke lateral 180 dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh 8 Universitas Sumatera Utara Lanjutan 2. Siku a. Fleksi: Angkat lengan bawah 150 ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu 3. Pergelangan Tangan a. Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke 80-90 arah bagian dalam lengan bawah. b. Ekstensi: Luruskan pergelangan 80-90 tangan dari posisi fleksi. c. Hiperekstensi: Tekuk jari-jari 70-90 tangan ke arah belakang sejauh mungkin. d. Abduksi: Tekuk pergelangan 0-20 tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas. e. Adduksi: Tekuk pergelangan 30-50 tangan ke arah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas. 4. Tangan dan Jari a. Fleksi: Buat kepalan tangan. 90 b. Ekstensi: Luruskan jari. 90 c. Hiperekstensi: tangan ke Tekuk jari-jari belakang sejauh 30 mungkin. d. Abduksi: Kembangkan jari tangan. 20 e. Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi. 20 9 Universitas Sumatera Utara 6. Perubahan intoleransi aktivitas Pengkajian intoleransi yang berhubungan dengan perubahan pada sistem pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi. 7. Kekuatan otot Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan: Skala Persentase Kekuatan Normal Karakteristik 0 0 Paralisis sempurna 1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat 2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan 3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi 4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal 5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh 8. Perubahan psikologis Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain. 10 Universitas Sumatera Utara 2. Analisa Data Stroke iskemik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Hipertensi Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah Emboli serebral Stroke Defisit neurologis Kehilangan kontrol volunter Hemiparesis sinistra Gangguan mobilitas fisik 3. Rumusan Masalah Menurut Smeltzer dan Bare (2002), diagnosa keperawatan utama untuk pasien stroke meliputi: 1. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas, dan cedera otak. 2. Nyeri (bahu nyeri) yang berhubungan dengan hemiplegia. 3. Kurang perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah, makan) yang berhubungan dengan gejala sisa stroke. 4. Inkontensia yang berhubungan dengan kandung kemih flaksid, ketidakstabilan detrusor, kesulitan dalam berkomunikasi. 11 Universitas Sumatera Utara 5. Perubahan proses berpikir yang berhubungan dengan kerusakan otak, konfusi, ketidakmampuan untuk mengikuti instruksi. 6. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan otak 7. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan hemiparesis/hemiplegia, penurunan mobilitas 8. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan penyakit berat dan beban pemberian perawatan. Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual dan potensial. Berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian, dimana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter dan Perry, 2006). NANDA dalam Potter dan Perry (2006), Diagnosa yang mungkin muncul pada ketidaktepatan mekanika tubuh dan hambatan mobilisasi yaitu: 1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan a. Penurunan rentang gerak b. Tirah baring c. Penurunan kekuatan 2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan a. Kesejajaran tubuh yang buruk b. Penurunan mobilisasi 3. Resiko cedera yang berhunngan dengan a. Ketidaktepatan mekanika tubuh b. Ketidaktepatan posisi c. Ketidaktepatan teknik pemindahan 4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan a. Statis sekresi paru b. Ketidaktepatan posisi tubuh 5. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan a. Pola nafas tidak simetris b. Penurunan pengembangan paru c. Penumpukan sekresi paru 12 Universitas Sumatera Utara 6. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan a. Penurunan pengembangan paru b. Penumpukan sekresi paru c. Ketidaktepatan posisi tubuh 7. Gangguan integritas kulit atau resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan a. Keterbatasan mobilisasi b. Tekanan permukaan kulit c. Gaya gesek 8. Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan a. Keterbatasan mobilisasi b. Resiko infeksi c. Retensi urin 9. Resiko infeksi yang berhubungan dengan a. Statisnya sekresi paru b. Kerusakan integritas kulit c. Statisnya urine 10. Inkontinensia total yang berhubungan dengan a. Perubahan pola eliminasi b. Keterbatasan pola eliminasi 11. Resiko kekurangan volume yang berhubungan dengan a. Penurunan asupan cairan 12. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan a. Pengurangan tingkataktivitas b. Isolasi sosial 13. Gangguan pola tidur a. Keterbatasan mobilisasi b. Ketidaknyamanan 14. Nyeri kepala berhubungan dengan a. Penurunan darah ke jaringan otak b. Peningkatan tekanan intracranial 13 Universitas Sumatera Utara 15. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang a. Kelemahan otot mengunyah b. Kelemahan menelan 4. Perencanaan Perawat membuat perencanaan terapi sesuai dengan derajat resiko klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan dengan perkembangan klien, tingkat kesehatan dan gaya hidup. Perencanaan perawatan juga termasuk pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungsi motorik dan kemandirian. Perawat dan klien bekerja sama membuat cara-cara untuk mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobillisasi yang optimal dimana klien berada di rumah sakit ataupun di rumah (Potter dan Perry, 2006). Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidakpastian kesejajaran tubuh dan gangguan mobilisasi, membutuhkan cara keperawatan langsung malalui pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi. Lingkungan klien merupakan hal yang penting dipertimbangkan dalam merencanakan terapi dalam mempertahankan atau meningkatkan kesejajaran tubuh dan mobilisasi (Potter dan Perry, 2006). Menurut Potter dan Perry (2006), rencana asuhan keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan berikut ini: 1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat 2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada tingkat optimal 3. Meningkatkan kekuatan, kelemahan otot, dan fleksibilitas sendi 4. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan muskuloskeletal dan ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran 5. Mencapai ROM penuh atau optimal 6. Mencegah kontraktur 7. Mempertahankan kepatenan jalan napas 8. Mencapai ekspansi paru dan dan pertukaran gas optimal 9. Memobilisasi sekresi jalan napas 10. Mempertahankan fungsi kardiovaskuler 14 Universitas Sumatera Utara 11. Meningkatkan toleransi aktivitas 12. Mencapai pola eliminasi normal 13. Mempertahankan pola tidur normal 14. Mencapai sosialisasi 15. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan 16. Mencapai stimulasi fisik dan mental Berikut contoh perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan mobilisasi berdasarkan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC dengan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik. No. Dx 1. Perencanaan Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil 1. Pasien akan melakukan rentang gerak sendi/ ekstremitas yang lumpuh secara mandiri 2. Pasien menunjukkan peningkatan mobilitas fisik dan kekuatan otot 3. Pasien akan melakukan aktivitas duduk secara mandiri dengan memegang sanggahan tempat tidur 4. Pasien akan menyangga berat badan 5. Pasien akan berpindah dari dan ke kursi atau kursi roda Rencana Tindakan 1. Kaji kekuatan kemampuan Rasional otot/ fungsional 1. Menentukan perkembangan peningkatan kekuatan otot mobilitas sendi 2. Dukung pasien dan 2. Meningkatkan harapan terhadap keluarga untuk memandang perkembangan dan meningkatkan keterbatasan perasaan kontrol/kemandirian dengan realistis 3. Berikan penguatan positif selama aktivitas 3. Memberikan respon positif setiap hasil yang dilakukan pasien 15 Universitas Sumatera Utara Lanjutan 4. Ubah posisi pasien yang imobilisasi setiap 2 jam 4. Menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan dan meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis 5. Dukung latihan ROM 5. Latihan aktif/pasif secara rutin mempertahankan dapat dan meningkatkan kekuatan otot 6. Observasi tanda-tanda vital 6. Untuk mengetahui keadaan umum pasien yang mempengaruhi keadaan 16 Universitas Sumatera Utara B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. Biodata 1. Identitas Pasien Nama : Ny. K Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 45 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : Tamat SLTA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jalan Camar 2 No. 181 Tanggal Masuk RS : 26 Mei 2014 No. Register : 00.92.68.78 Ruangan/Kamar : Kenanga 2/IMZ Golongan Darah :B TB : 153 cm BB : 42 kg Tanggal Pengkajian : 2 Juni 2014 Diagnosa Medis : Hemiparise sinistra+stroke nonhemoragik 2. Tanda-Tanda Vital a. Tekanan darah : 150/90 mmHg b. Nadi : 90x/menit c. Pernafasan : 25x/menit d. Suhu tubuh : 36,70c 17 Universitas Sumatera Utara II. Keluhan Utama Pasien mengeluh tangan dan kaki sebelah kiri sulit untuk digerakkan pada pagi hari ketika pasien berada di dalam kamar mandi. III. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh tangan dan kaki kiri sulit digerakkan dan pasien mengatakan tangan dan kaki kiri terasa kebas, pasien terlihat lemah dan tidak mampu menggerakkan tangan dan kaki kiri. IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, tindakan pengobatan yang dilakukan adalah berobat ke rumah sakit dan dirawat di RS. Pirngadi Kota Medan disebabkan penyakit hipertensi selama 1 minggu. V. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan orang tua klien tidak pernah mengalami penyakit hipertensi, jantung, dan diabetes militus. Orang tua pasien meninggal disebabkan karena sudah tua dan tidak mengalami penyakit yang sama. VI. Kemampuan Fungsi Motorik Tangan dan kaki kiri pasien mengalami kelemahan VII. Kemampuan Mobilitas Mobilitas Tingkat Aktivitas Posisi miring 3 Duduk 3 Berdiri 4 Bangun 4 Berpindah tanpa bantuan 4 18 Universitas Sumatera Utara VIII. Kemampuan Rentang Gerak Pengkajian rentang gerak (Range Of Motion-ROM) dilakukan pada daerah tangan dan kaki yang mengalami kelemahan. 1. Bahu a. Adduksi: Gerakan lengan ke 0 lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh 2. Siku a. Fleksi: Angkat lengan bawah 0 ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu 3. Pergelangan Tangan a. Fleksi: Tekuk jari-jari tangan 0 ke arah bagian dalam lengan bawah. b. Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan 0 dari posisi fleksi. c. Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah 0 belakang sejauh mungkin. d. Abduksi: Tekuk pergelangan 0 tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas. e. Adduksi: Tekuk pergelangan 0 tangan ke arah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas. 19 Universitas Sumatera Utara Lanjutan 4. Tangan dan Jari a. Fleksi: Buat kepalan tangan. 0 b. Ekstensi: Luruskan jari. 0 c. Hiperekstensi: Tekuk jari-jari 0 tangan ke belakang sejauh mungkin. d. Abduksi: Kembangkan jari 0 tangan. e. Adduksi: Rapatkan jari-jari 0 tangan dari posisi abduksi. IX. Perubahan Intoleransi Aktivitas Pada saat pasien dibantu duduk pasien mengeluh sakit pada kepala dan pasien tampak meringis, sakit yang dirasakan seperti benda tumpul dengan skala nyeri sedang yaitu 4. X. Kekuatan Otot Pada tangan dan kaki kiri didapat kekuatan otot 1 yaitu tidak ada gerakan, kontraksi dapat di palpasi atau dilihat. XI. Perubahan Psikologis A. Persepsi pasien tentang penyakitnya Pasien mengatakan ia yakin dapat sembuh dari penyakitnya. B. Konsep Diri a. Gambaran diri : Pasien mengatakan menyukai bagian tubuhnya. b. Ideal diri : Pasien mengatakan ia ingin sembuh dan ingin cepat kumpul bersama keluarga. c. Harga diri : Pasien mengatakan dapat menerima keadaan dirinya yang sekarang. d. Peran diri : Pasien adalah seorang istri dan ibu dari kedua orang anaknya. 20 Universitas Sumatera Utara e. Identitas : Pasien sadar bahwa dirinya adalah wanita dan merupakan anggota masyarakat. XII. Pemeriksaan Integumen Pasien mengeluh rasa panas dan gatal pada bagian yang mengalami kelemahan, kelembaban berlebih di temukan di bagian yang mengalami tekanan karena imobilisasi dan kulit terasa panas dan kemerahan. XIII. Pemeriksaan Neurologi 1. Nervus Olfaktorius (N I) Pasien dapat mengidentifikasi bau makanan. 2. Nervus Optikus (N II) Pasien dapat melihat dan membaca jelas. 3. Nervus Okulomotorius (N III), Nervus Trochlearis (N IV), Nervus Abdusen (N VI) Pasien dapat menggerakkan bola mata kesegala arah. 4. Nervus Trigeminus (N V) Tidak ada paralisis di wajah dan tidak ada kesulitan mengunyah. 5. Nervus Fasialis (N VII) Pasien dapat menggembungkan kedua pipi. 6. Nervus Vestibulocochlearis (N VIII) Pasien dapat mendengar dengan baik. 7. Nervus Glossopharingeus (N IX), Nervus Vagus ( N X) Tidak ada kesulitan menelan. 8. Nervus Asesorius (N XI) Pasien tidak dapat menggangkat kedua bahu bersamaan dan tidak dapat menahan tekanan yang diberikan kepada pasien, pasien dapat menoleh kekanan dan kekiri. 9. Nervus Hipoglossus ( N XII) Pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat mengerakkan lidah kesegala arah. 21 Universitas Sumatera Utara XVI. Pola Kebiasaan Sehari-Hari 1. Pola tidur a. Waktu tidur : Malam pukul 21.00 WIB b. Waktu bangun : Pagi pukul 05.00 WIB c. Masalah tidur : Tidak ada keluhan d. Hal-hal yang mempermudah tidur : Pasien meminum air hangat dan keadaan yang nyaman dan lingkungan yang tenang 2. Pola Makanan dan Minuman a. Frekuensi makanan/hari : 3 kali sehari. b. Nafsu/selera makan : Baik c. Nyeri ulu hati : Tidak ada. d. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan e. Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah f. Waktu pemberian makan : Waktu pemberikan makan pasien pagi pukul 7.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB, dan malam 18.00 WIB g. Jumlah dan jenis makan : Porsi sedang dan jenis makan biasa h. Waktu dan pemberian cairan/minum : Pasien mengatakan minum ketika pasien haus dan pasien terpasang infus RL 20 tts/ menit Masalah makan dan minum 3. : Tidak ada masalah Pola Kegiatan/Aktivitas a. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total Pasien mandi dengan bantuan total dari perawat dan keluarga. Pada saat makan pasien butuh bantuan keluarga yaitu disuapi oleh anaknya. Pada saat eliminasi urine pasien menggunakan pampers. Pada saat eliminasi feses pasien dibantu total dari perawat dan keluarga. Pada saat ganti pakaian pasien membutuhkan bantuan total dari perawat dan keluarga. 22 Universitas Sumatera Utara b. Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Pasien jarang menunaikan ibadah sholat sebagaimana diwajibkan dalam agama islam tetapi pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya. 4. Pola Eliminasi a. BAB 1) Pola BAB : Normal 2) Karakter feses : Kuning, lunak 3) Riwayat perdarahan : tidak ada 4) BAB terakhir : 1 Juni 2014 5) Diare : Tidak diare 6) Pengguanaan laksatif : Tidak ada penggunaan laksanatif b. BAK 1) Pola BAK : Terpasang Pampers 2) Karakter Urine : Kuning 3) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: Tidak ada 4) Pengunaan diuretik : Tidak ada 5) Upaya mengatasi masalah : Tidak ada 23 Universitas Sumatera Utara 2. Analisa Data No. 1. Data Masalah Penyebab DS : Keperawatan Hipertensi Pasien Gangguan mengatakan mobilitas fisik tangan kiri dan kaki kiri Penyumbatan pembuluh sulit darah otak oleh bekuan digerakkan dan terasa kebas darah DO : Tangan kiri dan kaki kiri Emboli serebral pasien sulit digerakkan dan pasien mempunyai Stroke riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, Defisit neurologis kekuatan otot 1 yaitu tidak ada gerakan, Kehilangan kontrol kontraksi dapat dipalpasi atau dilihat, memerlukan volunter pasien bantuan Hemiparesis sinistra total dalam memenuhi kebutuhan mandi, Gangguan mobilitas fisik makan, eliminasi, dan ganti pakaian 24 Universitas Sumatera Utara 2. DS : Patofisiologi penyakit Pasien mengeluh sakit Nyeri kepala stroke pada kepala dan timbul sekali-kali dibantu pada ketika saat pasien Penurunan sirkulasi darah ke jaringan otak duduk DO : Peningkatan tekanan Pasien tampak meringis intrakranial Lanjutan dengan skala nyeri 4 dan nyeri pada kepala yang Nyeri kepala dirasakan seperti benda tumpul 3. DS : Stroke non hemoragik Pasien mengeluh panas dan gatal pada ektremitas yang Resiko kerusakan integritas kulit Hemiparise sinistra mengalami kelemahan Hambatan mobilisasi DO : Tirah baring yang lama Penekanan jaringan terjadi kelembaban yang setempat berlebih, kulit terasa panas dan kemerahan Resiko kerusakan integritas kulit 25 Universitas Sumatera Utara 3. Rumusan Masalah 1. Masalah Keperawatan a. Mobilisasi fisik b. Nyeri Kepala c. Resiko kerusakan integritas kulit 2. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) a. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak akibat kelemahan tangan dan kaki kiri ditandai dengan pasien mengatakan tangan dan kaki sebelah kiri sulit digerakkan dan terasa kebas, memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, kekuatan otot 1 yaitu tidak ada gerakan, kontraksi dapat dipalpasi atau dilihat, dan pasien memerlukan bantuan total dalam memenuhi kebutuhan mandi, makan, eliminasi, dan ganti pakaian. b. Nyeri kepala berhubungan dengan penurunan darah ke jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan pasien mengeluh sakit pada kepala, pasien tampak meringis, pasien mengatakan nyeri kepala timbul pada saat dibantu ketika pasien duduk dan nyeri yang timbul seperti benda tumpul. c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama ditandai dengan pasien mengeluh rasa panas dan gatal, terdapat kelembapan yang berlebih, kulit terasa panas dan kemerahan. 26 Universitas Sumatera Utara 4. Perencanaan No. Dx 1 Perencanaan Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil 1. Pasien akan melakukan rentang gerak sendi/ ekstremitas yang lumpuh secara mandiri 2. Pasien menunjukkan peningkatan mobilitas fisik dan kekuatan otot 3. Pasien akan melakukan aktivitas duduk secara mandiri dengan memegang sanggahan tempat tidur 4. Pasien akan menyangga berat badan 5. Pasien akan berpindah dari dan ke kursi atau kursi roda Rencana Tindakan 1. Kaji Rasional kekuatan 1. Menentukan otot/kemampuan fungsional perkembangan peningkatan kekuatan otot mobilitas sendi 2. Dukung pasien keluarga dan 2. Meningkatkan harapan terhadap untuk memandang keterbatasan perkembangan dan meningkatkan perasaan kontrol/kemandirian dengan realistis 3. Berikan penguatan positif selama aktivitas 3. Memberikan respon positif setiap hasil yang dilakukan pasien 4. Ubah posisi pasien yang imobilisasi setiap 2 jam 4. Menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan dan meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis 27 Universitas Sumatera Utara Lanjutan 5. Dukung 5. Latihan latihan ROM aktif/pasif 6. Observasi secara rutin mempertahankan dapat dan meningkatkan kekuatan otot tanda-tanda 6. Untuk mengetahui keadaan umum vital pasien yang mempengaruhi keadaan No. Dx 2. Perencanaan Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil 1. Pasien akan menunjukkan teknik relaksasi secara efektif untuk mencapai kenyamanan 2. Pasien akan mempertahankan nyeri pada 2 atau kurang 3. Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri 4. Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan 5. Pasien menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan non analgesik secara cepat 6. Tanda-tanda vital normal Rencana Tindakan Raisonal 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui derajat/skala nyeri yang komprehensif meliputi yang sedang dialami lokasi, karakteristi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan 2. Merupakan indikator nyeri yang tidak langsung dialami 28 Universitas Sumatera Utara Lanjutan 3. Kaji tanda-tanda vital 3. Nyeri yang berlanjut akan berdampak pada peningkatan tanda-tanda vital 4. Ajarkan teknik pengendalian nyeri sebelum 4. Jika kondisi nyeri keluhan nyeri menjadi berat seperti tarik tahap awal, baiknya berikan napas dalam langsung sebagai pengendalian nyeri 5. Modifikasi lingkungan yang tenang dan nyaman 5. Lingkungan yang tenang mempengaruhi persepsi nyeri yang dialami pasien lebih sedikit No. Dx 3. Perencanaan Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil 1. Pasien dapat mempertahankan keutuhan kulit 2. Menghindari terjadinya luka 3. Pasien mengetahui tanda dan gejala luka Rencana Tindakan 1. Bantu untuk Rasional melakukan ROM pasif 1. Meningkatkan aliran darah ke semua daerah 2. Ubah posisi tiap 2 jam 2. Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah 3. Lakukan daerah masase pada yang baru 3. Hangat dan pelunakan adalah tanda perusakan jaringan mengalami tekanan pada waktu perubahan posisi 29 Universitas Sumatera Utara Lanjutan 4. Observasi terhadap eritema 4. Menghindari kerusakan kapiler dan kepucatan, lalu palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi 5. Jaga kebersihan kulit dan 5. Mempertahankan keutuhan kulit seminimal mungkin, hindari trauma dan panas terhadap kulit 30 Universitas Sumatera Utara 5. Implementasi dan Evaluasi Pelaksanaan Keperawatan Hari/ No. Implementasi Tanggal Dx Keperawatan Senin, 1 1. Mengkaji Evaluasi Keperawatan kekuatan S: 2 Juni otot/kemampuan 2014 fungsional Pasien mengatakan belum mobilitas mampu melakukan pergerakan sendi yaitu kekuatan O: otot 1 Pasien masih terlihat susah menggerakkan tangan dan kaki 2. Memberikan penguatan sebelah kiri, kekuatan otot 1, positif selama aktivitas tingkat mobillisasi 3 yaitu memberikan TD : 140/80mmHg semangat kepada HR : 80x/i pasien untuk RR : 22x/i melakukan pergerakan Temp : 36,7oC pada tangan dan kaki A: Masalah belum teratasi yaitu sebelah kiri pasien belum mampu melakukan 3. Memberikan ROM pasif mengerakkan latihan pergerakan pada tangan dan kaki yaitu sebelah kiri tangan P: dan kaki kiri pasien Intervensi dilanjutkan untuk melakukan ROM pasif pada 4. Mengobservasi tanda- tangan dan kaki kiri pasien tanda vital setelah dilakukan ROM pasif 31 Universitas Sumatera Utara Hari/ No. Implementasi Tanggal Dx Keperawatan Senin, 2 Evaluasi Keperawatan 1. Melakukan pengkajian S: 2 Juni nyeri 2014 komprehensif meliputi kepala lokasi, yang Pasien mengeluh nyeri pada dan sensasi yang karakteristi, dirasakan seperti benda tumpul durasi, frekuensi, O: kualitas, intensitas atau Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan dengan skala keparahan nyeri nyeri 4 2. Mengobservasi isyarat TD : 140/80mmHg nonverbal HR : 80x/i ketidaknyamanan RR : 22x/i Temp : 36,7oC 3. Mengkaji tanda-tanda vital Lanjutan A: 4. Mengajarkan teknik Masalah belum teratasi yaitu pengendalian nyeri untuk nyeri pada saat dibantu yaitu tarik napas dalam duduk P: 5. Memberikan posisi Intervensi dilanjutkan yang nyaman 32 Universitas Sumatera Utara Hari/ No. Implementasi Tanggal Dx Keperawatan Senin, 3 1. Mengubah Evaluasi Keperawatan posisi S: 2 Juni pasien miring kiri dan Pasien mengeluhkan rasa hangat 2014 kanan dan gatal pada daerah yang mengalami tekanan 2. Lakukan masase pada O: daerah yang mengalami baru Tampak tekanan kelembaban kemerahan dan berlebih pada pada waktu perubahan daerah yang mengalami tekanan posisi A: Masalah belum teratasi pada 3. Observasi terhadap bagian yang tampak kemerahan eritema dan P: kepucatan, lalu Intervensi dilanjutkan untuk palpasi area sekitar mengubah posisi pasien terhadap dan kehangatan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi 33 Universitas Sumatera Utara