asuhan keperawatan kehamilan remaja

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
PERKOTAAN : ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN REMAJA DENGAN
KONDILOMA AKUMINATA DI RUANG POSTPARTUM LANTAI 2 ZONA B
GEDUNG A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
LINDA ERNAWATI
1106129921
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI
DEPOK
JULI 2014
i
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
PERKOTAAN : ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN REMAJA DENGAN
KONDILOMA AKUMINATA DI RUANG POSTPARTUM LANTAI 2 ZONA B
GEDUNG A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners Keperawatan
LINDA ERNAWATI
1106129921
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI
DEPOK
JULI 2014
ii
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul
Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan : Asuhan Keperawatan
Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum lantai 2 Zona B
Gedung A RSPUN Cipto Mangunkusumo Jakarta dapat saya selesaikan. Penulisan ini
dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada
Program Studi Profesi Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari dalam menyusun tugas akhir ini terdapat banyak hambatan dan kesulitan.
Namun, berkat bimbingan, dorongan, motivasi dari berbagai pihak akhirnya saya dapat
menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dra. Junaiti Sahar, M. App. Sc., Ph. D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Ns. Tri Budiarti, S.kep.,M.Kep,Sp. Kep. Mat selaku dosen pembimbing Karya
Ilmiah Akhir Ners saya yang selalu sabar dan tidak pernah bosan memberikan
bimbingan masukan, dan motivasi;
3. Ibu Kuntarti S,kp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 dan Profesi Ners FIK
UI;
4. Ibu Fajar Waluyanti S.Kp., M. Kep., selaku Koordinator MA PKKKMP dan KIAN,
sekaligus Penanggungjawab Profesi/ Sekretaris Program Studi Ners FIK UI;
5. Ibu Wiwit Kurniawati, M.Kep., Sp. Mat selaku penguji yang telah memberi
masukan, bimbingan, dan motivasi dan menjadi fasilitator serta pembimbing di
keperawatan maternitas;
6. Seluruh dosen pengajar, narasumber dan staff Fakultas Ilmu Keperawatan yang
telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan;
v
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
7. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun
motivasi serta mendoakan saya demi kelancaran penyelesaian Karya Akhir Ners ini;
8. Suami saya, anak-anak saya yang telah memberi dukungan dan motivasi dan
pengertian serta membantu saya menjalani sebagian peran saya, sehingga dapat
menyelesaikan Karya Akhir Ners ini;
9. Teman-teman satu bimbingan di Maternitas (mbak Ida, mbak Sari, Mbak Neneng,
Anna, Lulu, Kiki,Very, Ria dan Titin), dan teman-teman di kantor yang selalu
memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners
ini;
10. Teman-teman Profesi 2013 yang telah bersama-sama melewati suka duka dan saling
memberikan dukungan;
11. Kakak, adik, seluruh keluarga serta seluruh sahabat dan klien saya yang telah
memberikan doa, dukungan, serta waktu
dan secara tidak langsung turut
mendukung dan memotivasi saya;
12. RSCM dan seluruh staff dan petugas yang telah menyediakan sarana dan prasarana,
juga telah membantu penulis selama menjalankan praktik profesi peminatan
Maternitas;
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun sangat membantu
dalam penyusunan Kaya Ilmiah Akhir ini.
Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu dan saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, oleh karena itu saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun sehingga dimasa yang akan datang menjadi lebih baik dan memberi
manfaat bagi semua pihak.
Depok, 11 Juli 2014
Penulis
vi
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Linda Ernawati
Program Studi
: profesi Ners
Judul Skripsi
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan : Asuhan Keperawatan Kehamilan Remaja dengan
Kondiloma Akuminata di Ruang Postpartum Lantai 2 Zona B
Gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Kehamilan remaja menjadi masalah tersendiri terutama di perkotaan . Kondisi ini
menimbulkan risiko stress baik bio, psikis, kultutal serta spiritual yang terjadi pada ibu ,
bayi dan keluarga. Tujuan penulisan ini adalah memaparkan intervensi keperawatan
prenatal dan postnatal pada Kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata. Kondiloma
Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human
Papiloma Virus, faktor penyebabnya akibat perilaku gaya hidup bertukar-tukar pasangan
yang sangat dekat hubungannya dengan permasalahan kesehatan di perkotaaan. Sectio
Cesaerea adalah cara yang tepat untuk menghindari terkontaminasi bayi karena HPV.
Pemberian teknik relaksasi dan edukasi kesehatan membantu klien mengurangi kecemasan
dan nyeri.
Kata Kunci
: Kehamilan Remaja, Kondiloma Akuminata, Sectio Casaerea
viii
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………… i
LEMBAR PERNYATAAN OROSINALITAS
……………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN
…………………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………….. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
……………………………………………. v
ABSTRAK
……………………………………………………………………………. vi
ABSTRACT
……………………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….viii
DAFTAR TABEL
…………………………………………………………………… xi
……………………………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………………
1
…………………………………………………………. 1 - 4
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………. 4 - 5
1.3 Tujuan Penulisan
...………………………………………………………. 5 - 6
1.4 Manfaat Penulisan
…………………………………………………………...
6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Kehamilan Remaja……………………………………………………………… 8
2.2.1 Defenisi
……………………………………………………………. 8
2.2.2 Penyebab
………………………………………………………….8 - 10
2.2.3 Faktor terjadinya Kehamilan Remaja ...………………………………10 - 11
2.2.4 Masalah yang timbul Akibat Kehamilan Remaja
2.3.5 Kebutuhan Khusus Remaja Hamil
………………...11 - 12
……………………………...…12 - 14
2.3.6 Dampak dan Resiko Kehamilan Remaja
……………………… 14 – 17
ix
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
2.3 Kondiloma Akuminata
2.3.1 Defenisi
…………………………………………………………
17
2.3.2 Etiologi
…………………………………………………………
18
2.3.3 Gejala-gejala Kondiloma Akuminata ………………………………….
18
2.3.4 Cara Penaggulangan Kondiloma Akuminata ……………………….. 18 - 20
2.3.5 Cara Penularan Kondiloma Akuminata
…………………………
20
2.3.6 Cara Pencegahan Kondiloma Akuminata
………………………….
20
2.4 Sectio Cesaerea
………………………………………………………..
21
………………………………………………………………..
21
………………………………………………………..
21
2.4.1 Defenisi
2.4.2 Jenis
2.4.3 Indikasi
2.4.4 Kontraindikasi ………………………………………………………….
22
2.4.5 Komplikasi dan Efek pada dinding abdomen …………………………… 22
2.5 Pengkajian dan Penatalaksanaan Kondisi Maternal yang beresiko tinggi
2.5.1 Perawatan Pre Operatif
…………………………………………… 27
2.5.2 Perawatan Post partum Lanjutan Pasca Operatif
2.5.3 Perencanaan Pulang
……………………. 28
……………………………………………………. 31
BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN…………………………………………….33
3.1 Pengkajian Prenatal
……………………………………………………..33
3.2 Pengkajian Postnatal
……………………………………………………. 36
3.3 Analisa Masalah ……………………………………………………………. 39
3.4 Intervensi Keperawatan ……………………………………………………..41
3.5 Evaluasi ……………………………………………………………………..45
BAB 4. ANALISIS SITUASI…………………………………………………………….49
4.1 Profil Lahan Praktek
……………………………………………………. 49
4.2 Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)
……………………………………………………………………… 50 - 53
x
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
4.3 Analisis Intervensi
……………………………………………… 53 - 60
4.4 Analisis Pemecahan Masalah
……………………………………………. 61
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………….. 62
5.1 Simpulan …………………………………………………………………… 62
5.2 Saran
…………………………………………………………………… 63
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN
xi
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikasi Seksio Sesaerea ……………………………………………………. 25
Tabel 2.2 Rangkuman efek SS dibandingkan dengan Persalinan Pervaginan pada Ibu dan
bayinya……………………………………………………………………………………. 26
Tabel 3.1 Hasil Penunjang
…………………………………………………………….. 39
Tabel 3.2 Analisa Data Prenatal
……………………………………………………. 39
Tabel 3.3 Analisa Data Postnatal
.
…………………………………………….. 40
xii
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Name
: Linda Ernawati
Study Program
: Ners Profesi
Title
: Clinical Practice Analysis of Urban Health Nursing : Nursing Care
In Adolescent Pregnancy with Condiloma Acuminata at Postpartum
Room 2 rd Floor B Zone A Building RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta
Adolescent Pregnancy become problem in urban problem Health, this condition leads to
the of risk of bio-psiko socio-cultural and Spritual stressor that can be occur to mother,
baby and family. The purpose of this script to describe pre and post natal nursing
intervention in Adolescent Pregnancy with Condiloma Acuminata. Condiloma Acuminata
is a sexual transmitted disease that is caused by Human Papiloma Virus. The presdisposing
factor is free sex life style. Sectio Caesarian is the right treatment to aroid HPV
contamination to the baby. Relation technique and Health Education can decrease patient’s
pain post op Sectio Caesarian and anxiety.
Key Words : Adolescent Pregnancy, Condiloma Acuminata, Sectio Cesaerea
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Linda Ernawati
Program Studi
: Profesi Ners
Judul Skripsi
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan : Asuhan Keperawatan Kehamilan Remaja dengan
Kondiloma Akuminata di Ruang Postpartum Lantai 2 Zona B
Gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Kehamilan remaja menjadi masalah tersendiri terutama di perkotaan. Kondisi ini
menimbulkan risiko stress baik bio, psikis, kultutal serta spiritual yang terjadi pada ibu ,
bayi dan keluarga. Tujuan penulisan ini adalah memaparkan intervensi keperawatan
prenatal dan postnatal pada Kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata. Kondiloma
Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human
Papilo Virus, faktor penyebabnya akibat perilaku gaya hidup bertukar-tukar pasangan yang
sangat dekat hubungannya dengan permasalahan kesehatan di perkotaaan. Sectio Cesaerea
adalah cara yang tepat untuk menghindari terkontaminasi bayi karena HPV. Pemberian
teknik relaksasi dan edukasi kesehatan membantu klien mengurangi kecemasan dan nyeri
postnatal.
Kata Kunci
: Kehamilan Remaja, Kondiloma Akuminata, Sectio Casaerea
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Remaja adalah merupakan periode transisi antara anak-anak dan dewasa, sebuah waktu
dimana terjadi perubahan biologis, intelektual, psikososial, dan ekonomi yang sangat
besar. (Wong, 2008). Berbagai masalah dapat muncul saat remaja, diantaranya adalah
kehamilan disaat remaja.
Kehamilan bisa menjadi dambaan sesorang yang baru
menikah dan menginginkan anak segera mungkin tetapi dianggap menjadi petaka jika
kehamilan tersebut belum atau tidak diinginkan dan akan menjadi masalah bagi
pasangan yang tidak menginginkan kehamilan itu. Kehamilan merupakan kehamilan
yang terjadi pada wanita usia antara 14 hingga 19 tahun baik melalui proses pra nikah
atau nikah (Depkes. RI, 2001). Menurut Heamsaw (2010) Kehamilan remaja cenderung
masih kurang untuk negara-negara yang berkembang dibandingkan dengan negaranegara maju. Di Negara Amerika 80% kehamilan remaja terjadi karena kehamilan yang
tidak dikehendaki. (Maurer & Smith, 2010).
Peran perawat di sekolah khususnya
program pendidikan seksual di sekolah merupakan peran besar di kalangan remaja.
Tanpa adanya pengetahuan yang cukup bagi remaja, maka remaja dapat terjun ke hal-hal
yang tidak seharusnya dilakukan seperti halnya yaitu seks bebas yang dapat
mengakibatkan kehamilan remaja.
Kehamilan pada remaja dengan Kondiloma Akuminata menimbulkan tantangan
tersendiri bagi dirinya maupun terhadap janin yang dikandungnya yang berhubungan
terhadap meningkatnya resiko terhadap komplikasi kehamilan dan luaran prenatal yang
buruk seperti preeklamsi, berat badan lahir rendah dan prematuritas.
Kondiloma
Akuminata adalah merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human
Papiloma Virus (HPV). Infeksi Human Papiloma Virus ini dapat menyebar melalui
kontak langsung atau autoinokulasi. Masa inkubasi bervariasi yaitu 1 – 12 bulan dengan
rata-rata 2 – 3 bulan.(Reader, Sharon J, 2011). Penyakit ini selama kehamilan dapat
berproliferasi dengan cepat karena perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Dan kelainan ini dapat muncul secara klinis atau subklinis ( laten ). Bentuk klinis dapat
berupa emosional dan fisik pada klien, oleh karena itu ibu harus melahirkan secara
Sectio Cesaerea (SC) dan jika melahirkan secara spontan akan mengakibatkan
kemungkinan resiko kontaminasi HPV pada bayi.
Kahamilan dan persalinan membawa morbiditas dan mortalitas yang besar pada remaja
dibandingkan dengan perempuan yang usianya diatas 20 tahun. Remaja putri yang
berusia kurang dari 18 tahun mempunyai resiko 2 sampai 5 kali resiko kematian
(maternal mortality) dibandingkan dengan usia diatas 18 – 25 tahun akibat persalinan
lama, persalinan macet, perdarahan maupun faktor lain.
Kegawatdaruratan yang
berkaitan dengan kehamilan terjadi biasanya pada usia remaja. Kematian neonatal
sekitar 50 – 100% terjadi lebih sering pada remaja dibandingkan usia lebih tua. Semakin
muda usia ibu semakin besar resikonya. Tingkat kelahiran prematur, BBLR dan asfiksia
lebih tinggi terjadi pada usia remaja yang berdampak pada kematian dan masalah
kesehatan pada bayi.
Menurut WHO (2009), usia remaja 15 – 19 tahun melahirkan setiap tahunnya sebesar
11% dari semua kelahiran di seluruh dunia yaitu kira-kira 16 juta jiwa. 95% dari
kelahiran tersebut terjadi pada pendapatan negara yang rendah dan menengah. Angka
rata-rata kelahiran di negara yang berpendapatan menengah yaitu salah satunya
Indonesia berbanding lebih tinggi dua kali dibandingkan di negara yang berpendapatan
tinggi. Penelitian di Amerika Serikat menemukan rata-rata berat badan lahir bayi yang
rendah berasal dari ibu yang berusia remaja lebih rendah dibandingkan dari ibu yang
berusia diatas 20 tahun. Di Amerika Serikat Penyakit manular seksual cenderung
meningkat 4-5 kali lipat dalam dua dekade terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia
20-30 tahun.
Setiap tahun ada 500.000-1.000.000 kasus baru yang ditemukan di
Amerika Serikat. Laporan lain telah mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat kali
lebih tinggi dalam dua dekade terakhir ini. Laporan dari klinik penyakit menular seksual
(PMS) di Inggris, bahwa jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam dekade
terakhir ini. Di negara Hongkong penyakit ini menduduki peringkat kedua PMS, dan
akhir-akhir ini insidensi penyakit ini meningkat terus. Data rumah sakit di Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit penular
seksual, sesudah uretritis gonore dan non gonore. Data dari RISKESDA 2012 tercatat
usia menikah pertama kali yaitu usia 10 -14 berjumlah 4,8% dan usia 15 – 19 tahun
berjumlah 41,9%. Dari hasil survey selama 5 minggu praktik di post partum lantai 2
gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan remaja yang
melahirkan diusia remaja 14 – 19 tahun berjumlah 6 orang tetapi remaja hamil yang
kemudian melahirkan secara Sectio Cesaerea dengan Kondiloma Akuminata baru
ditemukan 1 orang.
Remaja yang menikah diusia dini dan hamil dengan penyakit
menular seksual dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun
bayi yang dikandung atau dilahirkannya. oleh sebab itu penting dilakukannya
penanggulangan yang tepat yaitu secara preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Perawat merupakan ujung tombak tenaga kesehatan yang banyak berkecimbung di
pelayanan keperawatan. Keberhasilan tenaga kesehatan dalam memberikan intervensi
kepada masyarakat khususnya klien terhadap permasalahan keperawatan maternitas
merupakan salah satu pencegahan terhadap timbulnya mordilitas dan mortalitas terhadap
ibu maupun bayi. Intervensi keperawatan yang diberikan berdampak pada keberhasilan
pemerintah dalam pencapaian Milleneum Development Goals
(MDG’s).
Menurut
Kalamuss et al 2003, dalam Maurer & Smith, 2010) faktor terjadinya kehamilan remaja
adalah kurangnya peran orangtua, kurangnya pendidikan seksual dari orangtua dan
keluarga serta perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental
yang kuat, semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari
dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus
kearah pergaulan yang salah sehingga timbullah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai
dengan norma agama yang berlaku. Kehamilan remaja yang terus meningkat terutama
di perkotaan menjadi masalah tersendiri yang mesti diperhatian, terkait permasalahan
yang terjadi khususnya keperawatan maternitas perlu melakukan intervensi keperawatan
mengenai kehamilan remaja yang terjadi dengan resiko yang dihadapi, apalagi dengan
permasalahan adanya Kondiloma Akuminata yang teridentifikasi klien ketika usia
kehamilan 5 bulan dan hal ini menjadi perhatian khusus.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Penelitian yang dilakukan Widyoningsih (2011), menyebutkan bahwa pada usia remaja
dengan kehamilan yang tidak diinginkan berisiko mengalami stress baik bio, psiko,
sosial kultural. Tujuan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan adalah untuk
mencegah masalah kesehatan masyarakat yang ada di perkotaan, kehamilan remaja
dengan kondiloma Akuminata yang menjadi salah satu masalah perkotaan erat kaitannya
dengan peran orangtua, keluarga IPTEK yang tidak disadari ini menimbulkan masalah
tersendiri, untuk itu peran perawat harus optimal untuk ikut menangani masalah ini
sehingga penyakit menular seksual yang telah didapat pada seseorang dalam hal ini klien
remaja yang sedang hamil tidak berisiko kepada janin yang dikandungnya dan tidak
terkontaminasi pada bayi saat melahirkan. Tindakan pencegahan mestilah dilakukan
untuk meminimalkan keadaan ini, selain karena kecemasan pasti dialami oleh seseorang
yang sedang hamil terdiagnosa penyakit menular seksual, harus diberikan teknik
relaksasi tarik nafas dalam karena penelitian yang dilakukan oleh dwi Purnama (2005)
bahwa teknik relaksasi mampu membuktikan adaptasi terhadap kecemasan dan nyeri.
Intervensi keperawatan sebaiknya dimulai dari masa prenatal dilanjutkan postnatal
hingga dengan perencanaan pulang, sehingga perawat dapat melakukan evaluasi
implementasi yang diberikan selama di Rumah Sakit sampai dengan kunjungan rumah.
Penelitian yang dilakukan Alfonso dalam Reader, Saron. J (2011) menyebutkan suatu
kunjungan yang dilakukan perawat dari ruang peralihan dan pelahiran yang membantu
selama
melahirkan
sering
kali
memberikan
manfaat
bagi
pasangan
untuk
menginterasikan pengalaman tersebut ke dalam kehidupan mereka. Kunjungan rumah
memberikan kesempatan kepada pasangan untuk membahas perasaan gagal, bersalah
atau mungkin keadaan marah yang mungkin dialami pasangan suami-istri, untuk itu
pemberian informasi atau edukasi kesehatan sangatlah penting. Hal tersebut membuat
penulis perlu menganalisa asuhan keperawatan kehamilan remaja dengan Kondiloma
Akuminata.
1.2. Rumusan Masalah
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Kehamilan merupakan masa yang sangat penting karena pada masa ini seorang anak
sangat ditentukan.
Kehamilan yang terjadi pada remaja dan terdapat Kondiloma
Akuminata menimbulkan tantangan tersendiri bagi dirinya maupun terhadap janin yang
dikandungnya yang berhubungan terhadap meningkatnya resiko terhadap komplikasi
kehamilan dan luaran prenatal yang buruk seperti preeklamsi, berat badan lahir rendah
dan prematuritas. Selama kehamilan Kondiloma Akuminata dapat berproliferasi dengan
cepat karena perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah. Dan kelainan ini dapat
muncul secara klinis atau subklinis (laten). Bentuk klinis dapat berupa emosional dan
fisik pada klien, oleh karena itu ibu harus melahirkan secara Sectio Cesaerea dan jika
melahirkan secara spontan akan mengakibatkan kemungkinan resiko kontaminasi HPV
pada bayi. Masalah yang timbul pada saat postpartum akan mengakibatkan berbagai
resiko yang dapat terjadi, untuk mengatasi masalah yang timbul penting dilakukan
edukasi. Selama praktek dilapangan yaitu dalam 5 minggu terdapat 6 orang diantara
klien yang lain yang melahirkan diusia remaja dan bayi yang dilahirkan rata-rata
prematuritas sehingga dirawat terpisah dari ibunya. Dengan usia yang masih dini ratarata klien belum mengerti tentang perawatan dirinya serta anak yang dilahirkannya,
kurangnya pengetahuan pada ibu akan berdampak dalam keefektifan pemberian ASI
pada bayi, serta resiko yang akan timbul pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang
terinfeksi Kondiloma Akuminata di usia remaja. Penulisan laporan ini akan membahas
intervensi yang diberikan pada klien untuk mengatasi nyeri, mengefektifan pemberian
ASI dan mencegah infeksi, serta kurang pengetahuan yang dialami klien terkait masalah
yang timbul pada saat pengkajian di ruang postpartum lantai 2 gedung A Zona B
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum dari penulisan ini adalah menganalisa asuhan keperawatan
kesehatan masyarakat
perkotaan dengan masalah kehamilan remaja dengan
Kondiloma Akuminata di lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
1.3.2. Tujuan Khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
1.3.2.1 Memaparkan gambaran pelayanan kesehatan di Ruang postpartum lantai 2
gedung A Zona B di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
1.3.2.1 Memaparkan hasil pengkajian klien Kehamilan Remaja dengan Kondiloma
Akuminata di ruang postpartum lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
1.3.2.3 Memaparkan rencana asuhan keperawatan pada klien Kehamilan Remaja
dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum lantai 2 Gedung A
Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
1.3.2.4
Memaparkan hasil intervensi keperawatan yang telah diberikan pada
Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum
Lantai 2 Gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulisan
Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi mahasiswa
yang sedang atau yang akan praktik di lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta dalam memberikan asuhan keperawatan pada Kehamilan
Remaja dengan Kondiloma Akuminata. Selain itu dapat juga digunakan sebagai
dasar bagi penelitian berikutnya khususnya maternitas yang akan mengambil tema
tentang Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata dan dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi ruang post partum lantai 2 gedung A Zona B RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta serta asuhan keperawatannya sehingga dapat
memberikan ide ataupun gagasan baru untuk mengembangkan keperawatan
maternitas di masa yang akan datang.
1.4.2 Bagi Pelayanan
Hasil penulisan laporan ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan
asuhan keperawatan sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan di ruang postpartum lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
Selain itu laporan ini juga dijabarkan akan dapat
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
membantu memberikan gambaran secara komprehensif dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata di
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
2.1.1
Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) adalah merupakan
suatu proses koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan komunitas KKMP juga diajarkan di
lingkungan pendidikan perguruan tinggi untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas. Proses keperawatan
kesehatan
masyarakat
perkotaan
bertujuan
untuk
mencegah
masalah
keperawatan masyarakat di daerah perkotaan.
Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) adalah mata ajar yang
berfokus pada pemahaman mahasiswa terhadap multidimensial perkotaan
dengan menekankan pada permasalahan kesehatan perkotaan, dan factor yang
mempengaruhi masalah individu dan metode pemberdayaan masyarakat kota
dengan pendekatan lintas program dan lintas sektoral.
Keunggulan
mata
ajar
KKMP
yaitu
membuat
mahasiswa
mampu
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.
Mahasiswa diharapkan mampu merencanakan asuhan keperawatan melalui
penerapan konsep, teori dan modalitas lintas keilmuan di bidang keperawatan
dan ilmu – ilmu yang relevan pada saat menyelesaikan suatu masalah yang
didapat atau ditemui.
Kota adalah merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh
strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak matrialistis. Kota juga
merupakan pusat kreativitas, inovasi, tempat pergerakan politik, lokasi utama
demografi suatu perkotaan sangat mempengaruhi masalah kesehatan pada
lingkungan tersebut. Perkembangan kota yang semakin maju dan pesat sangat
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
mempengaruhi kesehatan lingkungan yang ada di daerah perkotaan. Kesehatan
lingkungan merupakan inti dari kesehatan masyarakat. WHO (2008)
mendefinisikan kesehatan lingkungan meliputi faktor fisik, kimia, dan biologi
di luar manusia serta mempengaruhi perilaku manusia, menekankan analisis
dan kontrol (Achmadi, 2010). Kesehatan lingkungan meliputi delapan area
yaitu gaya hidup, risiko kerja, kualitas udara, kualitas air, rumah, tempat
tinggal, kualitas makanan, control sampah, dan risiko radiasi (McEwen &Nies,
2007).
2.2 Kehamilan Remaja
2.2.1
Defenisi
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah. Menurut perkembangannya,
masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal 10 -12 tahun,
masa remaja tengah 13- 15 tahun, masa remaja akhir 16 -19 tahun (Depkes.RI,
2001).
2.2.2
Faktor yang berhubungan dengan kehamilan Remaja
Berikut akan dijelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan
remaja menurut Maurer & Smith 2010, karena ternyata 80% adalah karena
kehamilan yang tidak diinginkan Haensaw 2001 dalam Maurer & Smith 2010.
2.2.2.1 Perubahan hormonal, timbulnya kesadaran seksual, pear pressure
Menurut Kalmuss et al (2003 dalam Maurer & Smith 2010), masa
remaja adalah masa dimana kesadaran seksual, kingintahuan, dan
keinginan untuk bereksperimen meningkat. Tekanan teman sebaya
mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam aktivitas seksualnya. Hal
ini sebagaimana disebutkan oleh Wong (2000) bahwa remaja
dihadapkan pada harapan adanya perilaku peran seksual yang matang
baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Remaja yang terlibat
dalam aktivitas seksual biasanya mempunyai teman yang melakukan
hal itu juga.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
2.2.2.2 Peran seksual yang pervasive dari media
Remaja sering terekspose dengan paparan dari media terkait seks,
aktivitas seksual, dan pentingnya menjadi orang yang menarik lawan
jenisnya (Maurer & Smith, 2010). Hal ini yang menjadikan remaja
terjerumus dalam perilaku seks pra nikah, yang antara lain lain
berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan.
2.2.2.3 Aktivitas seksual yang terpaksa
Semakin muda usia remaja semakin mudan untuk terlibat dalam
aktivitas seksual yang terpaksa. (Maurer & Smith, 2010). 21% gadis
remaja yang terlibat aktivitas seksual sebelum berusia 15 tahun
melaporkan bahwa hal itu terjadi karena dipaksa (Kalamuss et al 2003,
dalam Maurer & Smith, 2010).
2.2.2.4 Kurangnya pengetahuan tentang seks dan konsepsi
Peningkatan aktivitas seksual remaja tidak diimbangi dengan
peningkatan pengetahuan tenang fungsi seksual, kontrol kehamilan dan
pro-creatin, kurangnya pemahaman remaja tentang masa rentan dalam
siklus menstruasi (Maurer & Smith, 2010).Hal ini yang menyebabkan
remaja kurang dapat menyesuaikan aktivitas seksual dengan masa
subur dalam siklus haidnya.
2.2.2.5 Misase atau Nonuse Kontrasepsi
Remaja kurang mengetahui metode kontrasepsi yang spesifik dan
penggunaan kontrasepsi yang tepat.
Satu dari empat gadis tidak
melanjutkan mengkonsumsi kontrasepsi pil KB meskipun mereka tetap
melanjutkan aktivitas seksualnya.
2.2.2.6 Kesulitan mengkases alat kontrasepsi
Finer dan Zabin (1998 dalam Maurer & Smith, 2010) menemukan
bahwa interval antara intercourse seksual pertama serta kunjungan
terhadap
pelayanan kesehatan adalah 22 bulan.
Pemasangan alat
kontrasepsi efektif seperti IUD, implant ataupun suntik membutuhkan
perjanjian terlebih dahulu dan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan.
Padahal remaja tidak pernah mencari pelayanan kesehatan tanpa ijin
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
orangtua. Selain itu msalah yang terkait keuangan juga menjadi salah
satu kesulitan yang dihadapi remaja untuk mengakses kontrasepsi.
2.2.2.7 Destigmatisasi/Illegiitimacy
Dalam Maurer & Smith, 2010 menyatakan saat ini sudah menjadi hal
yang biasa seorang remaja hamil tanpa menikah dan menjadi single
parent. Penuturan stigma ini seolah-olah menjadi legalisasi bagi remaja
bahwa hamil ketika remaja dan belum menikah adalah menjadi suatu
hal yang biasa dan dapat diterima oleh masyarakat.
2.2.2.8 Usaha untuk mencapai kebebasan
Kehamilan bagi remaja dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang
menunjukkan perlawanan terhadap pembatasan dari orang tua, Hal ini
sebagaimana
disebutkan
dalam
Wong
(2000)
bahwa
terkait
perkembangan sosial, remaja ingin dewasa dan bebas dari orangtua.
Orangtua tentu saja akan melarang anak seorang anak remajanya unruk
melibatkan aktivitas seks di luar nikah. Kehamilan dapat dijadikan
sebagai
sebuah
alasan
menentang
perintah
orang
tua
untuk
menunjukkan kebebasan remaja.
2.2.2.9 Kebutuhan untuk merasa spesial, dicintai dan diinginkan
Beberapa remaja putri mengharapkan adanya bayi dapat memenuhi
kebutuhan mereka untuk dicintai dan diperhatikan (Maurer & Smith,
2010).
2.2.2.10
Kurangnya maturitas dan orientasi masa depan
Perencanaan masa depan remaja minimal.
Mereka kurang berpikir
tentang akibat dari aktivitas seksual mereka (Maurer & Smith, 2010).
Walaupun jika melihat perkembangan kognitif mereka, remaja sudah
dapat memikirkan akibat dari tindakan yang dilakukan (Wong, 2008).
2.2.3
Faktor terjadinya Kehamilan Remaja
Beberapa hal yang menyebabkan kehamilan remaja adalah :
2.2.3.1 Kurangnya peran orangtua
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Perhatian dan peran orangtua adalah berperan sangat besar terhadap
perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak
merasakan ketentraman di dalam keluarganya akan cenderung mencari
ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka
melakukan
hal-hal
yang
banyak
diantaranya
yang
cenderung
melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap
kedua ibu dan bapaknya.
2.2.3.2 Kurangnya pendidikan seks dari orangtua dan keluarga terhadap
remaja. Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September tahun
2007 yang dilakukan pada 4 kota di Indonesia yaitu dengan mengambil
responden berjumlah 450 responden dan dengan kisaran usia antar 15 –
24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial
menengah ke atas dan ke bawah. Di dapatkan informasi bahwa sekitar
65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari 35% dari
film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi seks dari
orangtua.
2.2.3.3 Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan
mental yang kuat. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja
semakin mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks
dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang
kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus kearah pergaulan
yang salah sehingga timbullah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai
dengan norma dan agama yang berlaku.
2.2.4
Masalah yang timbul Akibat Kehamilan Remaja
2.2.4.1 Masalah kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan
perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menih dan
menjadi orangtua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima
sehingga dapat menuunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi
semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah diberalisasi
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang
merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan yntuk hamil
normal, akan besar kemngkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal
dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping dari kehamilannya.
Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya
sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan yang lebih
optimal.
2.2.4.2 Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologi
yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya
sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur
kandungan. Gugur kandungan atau aborsi mempunyai kerugian yang
paling kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Keadaan
akan lebih rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak
bertanggungjawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan
keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit ditengah
masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada
anak gadisnya.
2.2.4.3 Masalah sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang sedatinya dapat menyelesaikan masalah pada kehamilan
remaja tetapi tidak lepas dari kemelut seperti penghasilan yang terbatas
sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai masalah
reproduksi, putus sekolah sehingga pendidikan menjadi terlantar, putus
kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial
ekonomi. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan
stress (tekanan batin). Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknya
sendiri, masyarakat belum siap untuk menerima kelahiran tanpa
pernikahan tetapi berbeda dengan negara maju seperti Amerika, yaitu
masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
2.2.5
Kebutuhan Khusus Remaja Hamil
Menurut Ford et, al (2002) 33 % remaja perempuan yang menjadi ibu tidak
menerima perawatan prenatal yang adekuat. Padahal remaja yang menjadi ibu
dan bayinya mempunyai ibu dan bayinya mempunyai rsiko yang lebih besar
terhadap timbulnya masalah kesehatan jika dibandingkan ibu yang lebih tua
dan bayinya. AGI (2002) ; Martin et,al (2003) juga mengatakan resiko yang
berhubungan dengan kehamilan dini terkait faktor-faktor seperti status ekonomi
yang rendah, perawatan prenatal yang kurang, nutrisi yang tidak adekuat dan
praktik gaya hidup yang tidak sehat (dalam Maurer & Smith, 2007).
Komponen esensial program prenatal untuk mengurangi BBLR harus
mencakup
yaitu scrining perilaku
yang beresiko,
pengkajian resiko
berkelanjutan, perawatan individu, konseling nutrisi, pendidikan kesehatan
yang bertujuan untuk mengurangi kebiasaan yang tidak sehat, dan pelayanan
support social. Program prenatal yang baik juga harus mencakup persiapan
untuk persalinan dan melahirkan, pengenalan perawatan bayi baru lahir dan
pilihan menggunakan kontrasepsi postpartum (Maurer & Smith, 2007).
Menurut Neamsakul (2007), kebutuhan selama hamil menyangkut kebutuhan
remaja diri sendiri serta kebutuhan bayi.
Kebutuhan untuk remaja dibagi
menjadi kebutuhan fisik dan emosional. Kebutuhan fisik selama hamil terdiri
dari pemeriksaan fisik, kebutuhan informasi untuk kesehatan remaja dan janin,
nasehat tentang praktik selama kehamilan dan perawatan bayi baru lahir, cara
untuk mengurangi ketidaknyamanan selama hamil serta dukungan positif dari
pemberi pelayanan kesehatan. Kebutuhan emosional dapat berupa cinta dan
kepedulian, pemahaman, dari orang lain, dukungan, keamanan, perasaan
nyaman, sedangkan kebutuhan untuk bayi antara lain meliputi konfirmasi
tentang kesehatan bayi , jenis dan nasehat untuk melindungi bayi dari penyakit
dan kebutuhan hidup bayi yang akan dilahirkan seperti pakaian, Air Susu Ibu,
dan kasih sayang untuk si bayi.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Keluarga sebagai support sosial utama bagi remaja harus membantu remaja
dalam memenuhi kebutuhannya. Dukungan pada remaja pada masa sulit
menjadi
sangat
penting.
Penelitian
menurut
Neamsakul
(2007)
mengidentifikasi dukungan pada remaja dalam berbagai bentuk. Dukungan
selama hamil adalah merupakan tindakan yang dipersepsikan oleh partisipan
sebagai tindakan yang mendukung orang lain. Persepsi terhada dukungan
berupa jenis support, sumber support, tingkat dukungan dan kontuinitas. Jenis
support meliputi support fisik, emosi, materi, informasional dan finansial.
Dukungan fisik dapat berupa dukungan dari teman lelaki putri agar remaja
yang hamil tidak membawa barang-barang berat. Dukungan emosi dapat
berupa ekspresi perhatian terhadap kehamilan. Dukungan materi dapat berupa
pemberia bantuan berupa uang dari orangtua maupun teman lelaki remaja putri,
sedangkan dukungan informasional dapat berupa pemberian informasi baik
dari pelayanan kesehatan maupun dari orang lain.
Selain itu, Neamsakul (2008) juga membagi jenis sumber dukungan dari
beberapa aspek.
Sumber dukungan dapat berupa dukungan dari orangtua,
teman lelaki remaja putri, orang lain, keluarga dari teman lelaki remaja putri,
tetangga dan pemberi pelayanan kesehatan. Sedangkan kontuinitas dukungan
juga dibagi menjadi tidak pernah, kadang-kadang, sering , biasa dilakukan,
selalu. Selain itu tingkat dukungan dibagi dalam rentang yaitu 1-9.
2.2.6
Dampak dan resiko kehamilan remaja.
Setiap suatu kejadian mempunyai
dampak dan resiko, dari hal tersebut dampak dan resiko kehamilan remaja
adalah kegusuran arau pengguguran kandungan, yang dipengaruhi oleh status
ekonomi sebuah keluarga, keadaan emosional, serta pasangan yang tidak
bertanggung jawab. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak
disengaja. misalnya karena terkejut, cemas, stress, tetapi ada juga keguguran
yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan.
Resiko persalinan yang akan terjadi pre-eklamsi, anemia, bayi prematur,
BBLR, kematian bayi dan peningkatan PMS pada remaja usia 16 tahun.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat
bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia
muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan
berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan
lahir rendah dan cacat bawaan. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah
(BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil.
selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit
sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang
hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang,
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan. Mudah terjadi infeksi.
Pada kehamilan remaja. Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah,
dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
Anemia kehamilan/kekurangan zat besi juga dampak dan resiko kehamilan
remaja. Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda, karena pada
saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam
tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merah janin dan plasenta sehingga lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
Keracunan Kehamilan (Gestosis) terjadi akibat kombinasi keadaan alat
reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya
keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia
dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan
kematian.
Kematian ibu yang tinggi dampak resiko kehamilan remaja. Kematian ibu
pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain
itu angka kematian ibu karena gugur kandungan juga cukup tinggi yang
kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun). Adapun akibat
resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain yaitu resiko bagi
ibunya berupa mengalami perdarahan. Perdarahan pada saat melahirkan antara
lain disebabkan karena otot rahim yang ter lalu lemah dalam proses involusi.
selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal
didalam rahim), kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga
dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir dan kemungkinan keguguran
atau abortus. Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat serta persalinan yang
lama dan sulit. Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin
merupakan penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan
letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta
pimpinan persalinan yang salah, juga dapat menyebabkan
kematian ibu.
Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
Selain itu dari bayinya dapat berupa kemungkinan lahir belum cukup usia
kehamilan. Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini
terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang,
selain itu berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan yang kurang dari 2.500 gram, hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat
hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi
penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil dan cacat bawaan yang
merupakan
kelainan
pertumbuhan
struktur
organ
janin
sejak
saat
pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan
genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan
hormon serta dapat menyebabkan kematian bayi yaitu kematian bayi yang
masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.yang
disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia, serta
perceraian pasangan muda dan hubungan seks usia muda beresiko kanker.
(Manuaba, 2009.
2.3 Kondiloma Akuminata
2.3.1
Defenisi
Kondiloma Akuminata merupakan lesi kulit atau kutil genetalis yang
ditularkan melalui seksual yang disebabkan oleh Human Papilomavirus (HPV).
(Reader, Sharon. J, 2010). Wanita dapat terinfeksi HPV, lesi serviks, vagina,
dan vulva dapat membesar selama kehamilan dan kadang kala menjadi sangat
besar sehingga menggaggu pelahiran pervaginam.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
2.3.2
Etiologi Kondiloma Akuminata
Adapun etiologi atau penyebab penyakit Kondiloma Akuminata ini adalah
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV).
HPV terbagi tiga yaitu HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan
pertumbuhan (jengger ayam), HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang
datar dan HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan Karsinoma
Genitalia (kanker ganas pada kelamin), menyerang leher rahim tetapi tidak
menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher
rahim. (Djuanda, A, 2010)
2.3.3
Gejala Kondiloma Akuminata
Adapun gejala penyakit Kondiloma Akuminata adalah sebagai berikut yaitu lesi
berupa benjolan yang dapat berukuran besar, berkelompok seperti kembang
kola tau berupa benjolan kecil, tunggal, berkelompok dekat atau tersebar luas.
Kondiloma biasanya multipel, meskipun dapat terjadi lesi tunggal dan biasanya
ditemukan pada vulva, vagina, serviks, dan rectum. (Reader, Sharon. J, 2010).
2.3.4 Cara Penanggulangan Kondiloma Akuminata
Cara penanggulangan Kondiloma Akuminata adalah secara farmakologis.
Chang GJ, Welton M (2004) menyebutkan beberapa cara penanggulangan
Kondiloma Akuminata secara farmakologis adalah berupa Kemoterapi, yaitu
dengan penggunaan Tingtura Podofilin 25 %, dengan cara daerah sekitarnya
lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk menghindari iritasi. Podofilin
dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas dan pada wanita hamil, jangan
diberikan Podofilin, karena obat ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan
keguguran, juga jangan dipakai untuk pengobatan lesi dalam vagina dan serviks
karena obai ini dapat diabsorbsi sehingga bersifat toksik dan dapat
menyebabkan Karsinoma. Podofilotoksin 0.5 %. Bahan ini merupakan zat aktif
yang terdapat di dalam Podofilin. Setelah pemakaian Podofiloks, dalam
beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada
pemakaian Podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan Podofilin dan
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh
penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. Selanjutnya
bisa menggunakan Asam Trikloroasetat 25-50 %. Pemberiannya adalah
seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang
dalam, dapat diberikan kepada wanita hamil. Cara lain dengan Krim 5Fuorourasil 1-5 %, Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas Meatus
Uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak
miksi selama dua jam setelah pengobatan.
Selanjutnya dapat dengan tindakan bedah. Tindakan bedah terdiri dari Bedah
Skalpel (eksisi), Bedah listrik (elektrokauterisasi), biasanya efektif tetapi
membutuhkan anestesi local atau dengan Bedah beku (N2 N2O dan
sebagainya). Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan Kondiloma
Akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
Chang GJ, Welton M (2004) juga menyebutkan terapi laser juga salah satu
pengobatan Kondiloma Akumintata yaitu Laser Karbondioksida adalah
pengobatan kimiawi, seperti Podofilum Resin atau racun yang dimurnikan atau
Asam Trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil, tetapi pengobatan ini
memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit
di sekelilingnya dan sering gagal. Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti
kanker seperti Tiotepa atau Florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan
kutil dari uretra melalui pembedahan Endoskopik. Kutil genitalis sering
kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum
disunat/khitan, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
Terapi laser ini pertama kali dilaporkan oleh Baggish pada tahun 1980. Sebuah
tingkat keberhasilan keseluruhan dari 88 sampai 95% telah dilaporkan, namun
ablasi laser memiliki tingkat kekambuhan tinggi dan menimbulkan nyeri pasca
operasi.
2.3.5 Cara penularan Kondiloma Akuminata
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Menurut Chang GJ, Welton M (2004) Cara penularan penyakit ini biasanya
melalui kontak langsung seperti melakukan hubungan seksual, menggunakan
pakaian dalam bersama dan kontak lansung lainnya. HPV dapat menembus
sel-sel basal epidermis.
hal ini dapat mengaktifkan pembentukan protein,
meningkatkan sel-sel proliferasi, penebalan lapisan yang keras sehingga
menimbulkan papillomatosa. Meskipun cara penularan paling umum melalui
hubungan seksual namun penyebab non seksual juga dapat terjadi.
2.3.6
Cara Pencegahan
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit
Kondiloma Akuminata ini antara lain yaitu menghindari kontak fisik dengan
pasangan
seksual
yang
terinfeksi,
anjurkan
penggunaan
menghentikan aktivitas seksual selama pengobatan,
kondom,
hubungan seksual
monogamy dengan individu yang sehat dan memeriksakan diri secara teratur
termasuk pula memeriksakan pasangan seksualnya serta Pap Smear secara
teratur pada wanita usia lebih dari 18 tahun ( Pap Smear, untuk deteksi dini
perubahan tingkat seluler meliputi Papillomatosis, Akantosis, Abnormalitas
Koilosistik serta kelainan Nukleus) juga melakukan
pemeriksaan HIV-
AIDS.(Chang GJ, Welton M, 2004).
2.4 Sectio Cesaerea
2.4.1
Defenisi
Seksio Caesaria (SC) adalah suatu persalinan bantuan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut atau dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. ( Wiknjosastro et al,
1989).
2.4.2
Jenis Sectio Casaerea
Jenis SC terdiri dari Seksio Sesaria emergensi (cito) yaitu SS yang diputuskan
mendadak, tanpa perawatan pre-operatif yang memadai dan tanpa direncanakan
sebelumnya. Biasanya karena kondisi gawat pada ibu dan atau bayinya yang
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
tidak diduga sebelumnya dan Seksio Sesaria elektif : yaitu SS yang
direncanakan dan sudah mendapatkan perawatan pre-operatif yang baik.
Termasuk SS elektif adalah semua tindakan operatif yang indikasinya atas
alasan medis ataupun alasan seksio sesaria yang tidak jelas. (Nolan, 2003:
Rasjidi 2009 : Sibuea, 2007).
2.4.3
Indikasi
Indikasi SS menjadi indikasi absolut dan indikasi relatif pada ibu, uteroplasenta
dan janin.
Tabel 2.1
Indikasi persalinan Seksio Sesaria
Ibu
Absolut
Relatif
Induksi persalinan yang
Bedah
gagal
berulang
Proses persalinan tidak maju
Penyakit jantung, diabetes
Disproorsi sefalopelvik
mellitus, kanker serviks,
sesarea
HIV,
elektif
Kondiloma
Akuminata
Uteroplasenta
Bedah uterus sebelumnya
Riwayat
bedah
uterus
(sesaria klasik)
sebelumnya (miomektomi
Riwayat ruptur uterus
dengan ketebalan penuh)
Obstruksi jalan lahir (fibroid) Presentasi funik (tali pusat)
Plasenta previa, abruption
pada saat persalinan
plasenta berukuran besar
Janin
Gawat janin/ pemeriksaan
Malpresentasi
janinyang tidak meyakinkan
(sungsang, presentasi alis,
Prolaps tali pusat
presentasi gabungan
Malpresentasi janin (posisi
Makrosomia
melintang).
Kelainan
(hidrosefalus)
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
janin
janin
Sumber : Norwitz dan Schorge dalam Artsiyanti (2007)
2.4.4 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari Seksio Sesaerea adalah dapat mengakibatkan janin mati,
Ibu menjadi syok, anemia berat sebelum diatasi, dan kelainan kongenital berat
serta infeksi pogenik pada dinding abdomen.
2.4.5
Komplikasi dan efek pada dinding abdomen
Menurut Rasjidi (2009), komplikasi utama Persalinan SS adalah kerusakan
organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi.
Komplikasi anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu juga
lebih besar pada persalinan SS dibandingkan persalinan pervaginam, mestipun
sulit memastikan terjadi karena prosedur operasinya atau karena alas an yang
menyebabkab ibu hamil tersebut harus dioperasi. Takipneu sesaat pada bayi
baru lahir lebih sering terjadi pada persalinan SS, demikian juga akan trauma
persalinan. Tabel 2.2 menunjukkan arah dari komplikasi dan efek yang
ditimbulkan dalam persalinan SS, tetapi tidak menggambarkan besarnya efek
dan komplikasi.
Tabel 2.2
Rangkuman efek seksio sesaria dibandingkan dengan persalinan
pervaginam pada ibu dan bayinya
Meningkat pada SS
Tidak berbeda setelah SS
Berkurang pada SS
Nyeri abdomen
Perdarahan
Nyeri perineum
Perlukaan vesika
Infeksi
Inkontinensia Uin
urunaria
Perlukaan organ
Prolaps
Perlukaan uterus
genital
uretrovaginal
Kebutuhan operasi
Inkontinentia alvi
pada persalinan
Nyeri punggung
selanjutnya
Nyeri saat
Histerektomi
senggama
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Perawatan intensif
Depresi setelah
Penyakit
melahirkan
tromboemboli
Mortalitas
Lama rawat inap
neonates (kecuali
Masuk kembali
sungsang)
setelah keluar dari
Perdarahan
Rumah Sakit
intracranial
Kematian maternal
Perlukaan
Plasenta Previa
pleksusu brakialis
Ruptur uterus
Cerebral palsy
Tidak memiliki
anak lagi
Morbiditas
pernapasan pada
neonatus
Sumber : Rasjidi, I (2009)
2.5 Pengkajian dan Penatalaksanaan Kondisi Maternal yang Beresiko Tinggi
2.5.1
Perawatan Praoperatif
Menurut Reader, Sharon. J (2011) pengkajian keperawatan pada masa
praoperatif meliputi mengevaluasi parameter fisik klien dan kesiapan serta
pemahaman terhadap prosedur dan mengidentifikasi kemungkinan faktor-faktor
risiko yang ada.
Jika sesaria merupakan prosedur elektif, verifikasi usia
kehamilan, merupakan hal yang sangat penting dan perlu dibahas dengan
dokter apabila hal ini belum diverifikasi. Informasi dikumpulkan dari catatan
prenatal klien dan dikirimkan sebelum tanggal pelahiran, hal yang juga mesti
diperhatikan adalah pengkajian fisik (tanda-tanda vital, hasil laboratorium dan
wawancara dengan klien dan orang-orang yang memberi dukungan pada klien
saat masuk RS.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
2.5.2
Diagnosis Keperawatan
Setelah melengkapi pengkajian, hal yang diperhatikan adalah mengidentifikasi
kemungkinan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang mungkin muncul adalah
Risiko cedera pada ibu dan janin, kecemasan yang berhubungan dengan
kelahian sesarea, kecemasan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang prosedur rutin praoperatif, ketidak berdayaan yang berhubungan
dengan kurangnya pilihan dalam pilihan melahirkan serta gangguan harga diri
yang berhubungan dengan ketidak mampuan untuk melakukan kelahiran
pervaginam. (Reader, Sharon. J, 2011).
2.5.3
Perawatan Pascapartum Lanjutan Pascaoperatif
Sesaat setelah masa pascaoperatif, ibu mendapatkan perawatan pascapartum
rutin dan pengamatan meliputi pengkajian tanda-tanda vital, observasi
pengeluaran lokia ; pengkajian fundus uterus; perawatan payudara, perineum
dan luka insisi ; pengamatan eliminasi dari kandung kemih dan usus ; nutrisi ;
ambulasi ; kebersihan; dan penatalaksanaan nyeri.
2.5.4
Pengkajian
Perawatan yang berhubungan dengan pembedahan meliputi pengamatan luka
insisi, pengontrolan nyeri, fungsi pernafasan dan peningkatan kebutuhan
istirahat dan pemulihan. Mandi dapat dilkukan pada hari kedua apabila luka
operasi ditutup dengan staples.Pengkajian dan intervensi tentang perkembangan
keterampilan menjadi ibu dan adaptasi keluarga terhadap kelahiran perseksio
sesarea merupakan inti fokus yang penting.
Respon klien dan keluarga
terhadap proses kelahiran harus secara detail diamati serta dikaji. Menurut
hasil penelitian yang dilakukan lebih dari 15 tahun yang lalu oleh peneliti
Alfonso dan McClellan dalam Reader, Sharon, J (2011) yaitu wanita memiliki
respon emosional yang negatif setelah persalinan sesarea. Tingkat kecemasan,
rasa marah, kekecewaan, dan kebingungan mungkin tinggi, kondisi ini secara
khusus benar terjadi pada kasus kelahiran perseksio sesarea yang tidak
diantipasi. Banyak wanita merasa terbebani dengan kelahiran perseksio sesarea
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
yang tidak terencana dan benar-benar tidak mempersiapkan diri untuk berespon
baik secara fisik maupun emosional.
Ekspresi kecemasan terlihat tentang
kondisi diri dan bayi mereka.
Pada wanita yang hanya memiliki kontak yang singkat dalam 12 jam pertama
setelah melahirkan menemukan diri mereka terbebani dengan prosedur operasi
per abdomen ketika harus merawat bayinya. Kebutuhan ibu akan pemulihan
fisik dan emosional dapat mendominasi perhatiannya pada saat awal menjadi
ibu, terlebih diusia remaja yang melahirkan karena hamil diluar keinginan.
Klien perlu mengatasi penurunan kemampuannya merawat bayi baru lahir,
perpisahan dari bayi baru lahir terutama jika terjadi komplikssi pada ibu atau
bayi baru lahir, rasa tidak nyaman ketika mengendong dan menyusui, dan
khawatir terhadap kesejahteraan bayi baru lahir. Begitu juga dengan ayah atau
orang yang memberi dukungan.
2.5.5
Diagnosis Keperawatan
Setelah mengkaji klien, selanjutnya adalah mengidentifikasi kemungkinan
diagnosis
keperawatan
pascapartum,
dan
kemungkinan
diagnosis
keperawatannya adalah kurang pengetahuan yang berhubungan dengan
kelahiran per sesarea, ketidakmampuan menjadi orang tua, gangguan citra
tubuh, gangguan harga diri, duka cita yang berhubungan dengan kelahiran
persasarea atau kematian janian serta gangguan proses keluarga (Reader,
Sharon.J, 2011).
2.5.6
Perencanaan dan Intervensi
Asuhan keperawatan harus memberikan kesempatan untuk mengkaji ulang
kejadian berusaha memahami tentang apa yang sedang terjadi dan alasannya,
mengingat
respon
dan
memahaminya,
menjawab
pertanyaan
dan
kesalahpahaman, dan mengubah konsep diri dan harapan agar sesuai dengan
realita. Penelitian oleh Alfonso dalam Reader, Sharon.J (2011) suatu kunjungan
yang dilakukan oleh perawat dari ruang peralinan dan pelahiran yang
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
membantu pasangan selama melahirkan sering kali memberikan manfaat bagi
pasangan untuk menginterasikan pengalaman tersebut ke dalam kehidupan
mereka. Hal ini menjadi penting ketika klien berusaha memahami alasan
dilakukannya intervensi pembedahan yang sering kali klien mengharapkannya
agar kelahiran terjadi dalam proses alami. Kunjungan rumah tersebut juga
memberi kesempatan pada pasangan untuk membahas perasaan gagal, bersalah
atau marah yang mungkin mereka alami.
Isu tentang seksualitas juga dapat dibahas pada masa pascapartum. Para ibu
mungkin takut merasa nyeri ketika melakukan koitus atau pembedahan yang
dialaminya akan mempengaruhi konsep pasangannya tentang tubuhnya.
Penenangan informasi faktual pada umumnya akan membantu ibu dalam
menyelesaikan isu tersebut. Keterlibatan pasangan dalam diskusi sering kali
membantu pasangan tersebut dalam penyesuaian diri mereka
2.5.7
Perencanaan Pulang
Perawatan yang dilakukan di Rumah sakit setelah kelahiran dengan cara seksio
sesarea membutuhkan waktu 2 sampai 5 hari, namun sering kali hanya
berlangsung 48 sampai 72 jam. SOP
Ciptomangunkusumo Jakarta juga demikian
Persiapan
pulang
yang dilakukan di RSUPN
yaitu 48 sampai 72 jam.
meliputi perawatan rutin untuk klien pascaoperatif.
Penyuluhan khusus tentang hal-hal yang berhubungan dengan pascaoperatif
harus diberikan. Ibu dapat diberikan resep analgesik berdasarkan kolaborasi
medis untuk persiapan di rumah dan harus diingatkan tentang peningkatan
kebutuhan klien untuk beristirahat. Klien sebaiknya dianjurkankan untuk
melakukan aktivitas yang terbatas saat nyeri abdomen mulai berkurang.
Mengangkat beban yang lebih berat daripada berat bayi baru lahir harus
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
dihindari selama 2 sampai 3 minggu. Olahraga tambahan sebaiknya dihindari
sampai setelah klien menemui dokternya kembali untuk tindak lanjut.
Pemberian informasi mengenai komplikasi yang dapat terjadi merupakan hal
yang penting.
Tanda-tanda komplikasi diinformasikan pada klien, yang
mencakup tanda-tanda infeksi (demam, dysuria, nyeri pinggang), hemoragi,
thrombosis (nyeri dada atau tungkai hebat, pembengkakan tungkai), dan jahitan
luka yang terbuka. Panduan untuk menghubungi dokter atau klinik sebaiknya
juga diinformasikan pada klien. Klien harus diinformasikan
bahwa koitus
dapat dilakukan ketika lokia telah berhenti dan tidak ada ketidaknyamanan
yang berlebihan pada abdomen atau perineum. Informasi mengenai kontrasepsi
harus diberikan seperti yang diberikan untuk klien pascapartum lainnya.
Melakukan kunjungan ulang seperti pada jadwal yang dicantumkan pada surat
pulang. Dan dijadwalkan kembali untuk ke klinik atau fasilitas kesehatan
terdekat setelah 3 minggu dan 6 minggu setelahnya.
Pembuatan
rujukan tindak lanjut oleh perawat kesehatan atau pemberi
pelayanan kesehatan di rumah adalah hal yang tepat jika perawat mengamati
ibu menunjukkan kesulitan yang berlebihan dalam beradaptasi dengan bayinya,
jika ibu usia remaja tidak memiliki sistem dukungan di rumah atau jika bantuan
yang berkelanjutan mungkin diinginkan.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN
3.1 Pengkajian Prenatal
3.1.1
Latar Belakang Klien
Ibu N.F berusia 16 tahun, masuk ke RSCM di IGD tanggal 24 mei 2014 dengan
keluhan keluar air-air sejak 2 hari yang lalu, usia kehamilan saat ini yaitu 32
minggu, kehamilan pertama, tanpa abortus. Klien merupakan anak ketiga dari 4
bersaudara dengan latar pendidikan terakhir SMP. Menikah dengan suami yaitu
Bpk.B.S berusia 26 tahun pada tanggal 16 April 2014 yang lalu, bertempat tinggal
di Utan Kayu Matraman.
3.1.2
Riwayat Kehamilan saat ini
Hari Pertama Haid Terakhir ( HPHT ) tanggal 20 september 2013, tafsiran partus
27 juni 2014, BB sebelum hamil yaitu 49 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmHg.
Klien melakukan ANC baru tiga kali karena kehamilan diketahui pada saat usia
kehamilan 16 minggu, menurut klien kehamilan baru diketahui karena klien
sering mengalami keterlambatan haid sehingga klien tidak menyangka bahwa
dirinya hamil.
3.1.3
Data Umum Kesehatan Saat ini
Status Obstetri klien adalah G1 P0 A0 Hamil 32 minggu. Pengkajian dimulai dari
kepala sampai kaki klien (head to toe), keadaan umum klien baik, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 84x/mt, suhu,36oC, pernapasan
20 x/mt, tinggi badan 155 cm dan berat badan 58 cm. Kebersihan sistematik dan
perorangan yang dilakukan yaitu meliputi kepala dengan hasil normochepal,
warna rambut hitam kekuningan, benjolan tidak ada, dan tidak terdapat lesi. Mata
keduanya simetris, bersih, gerakan bola mata baik, konjungtiva berwarna merah
muda, tidak anemis dan tidak ikterik. Hidung tidak terdapat sekret maupun polip.
Telinga bentuknya simetris, bersih, nyeri negatif, gangguan pendengaran negatif.
Mulut bersih, lembab, simetris, gigi bersih, tidak ada karies, mengunyah baik,
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
lidah bersih warna merah muda, tonsil negatif, lendir tidak ada. Pada daerah leher
yaitu tidak terdapat benjolan dan pembesaran kelenjar bening negatif, nyeri leher
negatif, peningkatan JVP negatif. Tidak ada masalah khusus pada area kepala
sampai leher.
3.1.4
Daerah dada/Thorak : Inspeksi terdapat tato di bagian dada kiri atas, pada jantung
B1 dan B2 iramanya regular, gallop negatif, mur-mur negatif. Pada Paru simetris,
vesikuler, pengembangan dada kiri dan kanan sama, iktus kordis negatif, lesi
negatif, ronkhi negatif, wheezing negatif. Payudara simetris, lembek, pengeluaran
ASI belum ada, putting susu everted, masalah khusus tidak ada.
3.1.5
Abdomen : pada uterus yaitu tinggi fundus uteri 28 cm, kontraksi tidak ada, pada
leopold I teraba bokong, leopold II teraba pada sebelah kanan yaitu punggung,
leopold III teraba presentase kepala, penurunan kepala belum terjadi.
Pada
abdomen pigmentasi linea nigra ada, striae tidak terlihat, fungsi pencernaan
hasilnya baik, bising usus 10 x/mt, masalah khusus tidak ada.
3.1.6
Perineum dan Genital
Vagina tidak terdapat varises, kebersihan baik, terdapat Kondiloma Akuminata,
keputihan tidak ada, hemoroid tidak ada, nyeri negatif. Masalah khusus terdapat
Kondiloma Akuminata pada kiri dan kanan labia mayor ukuran 1 mm.
3.1.7
Ekstremitas
Ekstremitas atas tidak terdapat edema, LILA 27 cm. Inspeksi terdapat tato di
tangan sebelah kiri dan palpasi varises negatif, pada ektremitas bawah dilakukan
Inspeksi edema tidak ada, terdapat tato di paha sebelah kanan , palpasi varices
tidak ada, hasil reflek patella positif kanan dan kiri yaitu + 2.
3.1.8
Eliminasi
Kebiasaan B.A.K yaitu 5 – 7 x/hr, sedangkan kebiasaan BAB 1 hari hanya 1 x.
Masalah khusus pada eliminasi tidak ada.
3.1.9
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur dalam 1 hari 7 – 8 jam, frekuensi 2 kali, pola tidur
saan ini teratur. Keluhan ketidaknyamanan tidak dirasakan.
3.1.10 Mobilisasi dan latihan
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Tingkat mobilisasi aktif dan mandiri, latihan senam tidak pernah dilakukan karena
ketidaktahuan.
3.1.11 Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi klien adalah 3 x sehari, nafsu makan baik, asupan cairan 7 – 8
gelas sehari, cukup, masalah khusus pada klien tentang nutrisi dan cairan tidak
ada.
3.1.12 Keadaan mental
Adaptasi psikologis ibu saat ini sedang mengalami kecemasan. Penerimaan
terhadap kehamilan awalnya kaget dan tidak percaya karena klien biasa
mengalami keterlambatan menstruasi dan tidak teratur tapi saat ini baik, masalah
khusus yang dialami klien adalah kecemasan. Pola hidup yang meningkatkan
risiko kehamilan adalah pada saat klien belum mengetahui hamil, klien mengakui
merokok tapi sejak mengetahui hamil kebiasaan merokok sudah ditinggalkan.
3.1.13 Persiapan persalinan
Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu sudah ada, rencana tempat melahirkan
sudah tahu.
3.2 Pengkajian Postpartum
3.2.1
Data Umum Klien
Klien Ny .N.F berusia 16 tahun status perkawinan menikah baru satu bulan yang
lalu yaitu pada tanggal 16 april 2014, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dengan
pendidikan terakhir yaitu SMP sejak 1 tahun yang lalu, suami bernama Tn.B.S
(26 tahun), pekerjaan sebagai pedagang dengan pendidikan terakhir SMP.
3.2.2 Riwayat kehamilan saat ini
Klien selama hamil baru 3 kali memeriksakan kehamilannya sebelum masuk ke
RS, masalah kehamilan adalah Ketuban Pecah Dini (KPD) sudah dua hari,
Oligohidramion dan Kondiloma Akuminata.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
3.2.3
Riwayat Persalinan
Jenis persalinan yang dialami adalah dengan cara Sectio Cesaerea pada tanggal 26
Mei 2014 jam 19.00 wib dengan jenis kelamin bayi adalah perempuan, BB/BP :
1800 gram/45 cm., Afgar Score : 8/9 dengan perdarahan : _+ 300cc, masalah
selama dalam persalinan tidak ditemukan.
3.2.4
Riwayat Ginekologi
Masalah Ginekologi tidak ada, klien mengaku belum pernah menggunakan
kontrasepsi, tetapi menurut suami klien pernah menggunakan kondom.
3.2.5
Data Umum Kesehatan Saat ini
Status Obstetrik : G1 P0 A0 H32 minggu, keadaan umum baik, Kesadaran
compos mentis, BB/TB : 51 kg/155 cm, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 88
x/mt, suhu : 37o C, Pernafasan 20 x/mt.
3.2.5.1 Kepala Leher
Kepala : Normochepal, tidak ada benjolan, distribusi merata, Mata : tidak
ikterik, konjuntiva tidak anemis, hidung : tidak ada cairan, sumbatan pada
kedua lubang hidung tidak ada, telinga : tidak ada serumen, nyeri tidak ada,
leher : tidak ada peningkatan JVP, benjolan tidak ada, dan pembesaran
kelenjar getah bening tidak ada. Masalah khusus pada kepala dan leher tidak
ada.
3.2.5.2 Dada
Pada jantung : BJ1 & BJ 2 irama regular, gallop negatif, mur-mur negatif,
paru bunyi vesikuler, ronkhi negatif, wheezing negatif, payudara simetris,
terdapat tato di kiri atas payudara, lembek, pengeluaran ASI belum ada,
putting susu : everted, masalah khusus adalah pengeluaran ASI belum terjadi.
3.2.5.3 Abdomen
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Involusi Uterus pada pemeriksaan fundus uteri : kontraksi baik, posisi 2 jari
dibawah pusat. Kandung kemih kosong terpasang dower khateter, fungsi
pencernaan masalah khusus: tidak ada.
3.2.5.4 Perineum dan Genital
Vagina : Integritas kulit tidak ada, edema negative, memar : negatif , hematom
: negatif, terdapat kondiloma pada kiri dan kanan labio mayor sebesar 1 mm.,
perineum : utuh, Tanda REEDA pada luka operasi belum terkaji pada hari
pertama, tetapi pada inspeksi daerah verban tidak terdapat rembesan darah.
Kebersihan : baik. Lokia ; jumlahnya 50 cc, jenis/warna ; merah, konsistensi :
kental, bau : khas, hemorrhoid : tidak ada, masalah khusus yang temui adalah
terdapat kondiloma Akuminata pada labia mayor kiri dan kanan.
3.2.5.5 Ektremitas
Ektremitas Atas : tidak terdapat edema, ektremitas bawah : inspeksi dan
palpasi varises tidak ada, edema tidak ada, tanda human : negatif, masalah
khusus : tidak ada.
3.2.5.6 .Eliminasi
Kebiasaan BAK secara mandiri yaitu 4 – 6 kali sehari, BAK saat ini adalah
masih menggunakan dower chateter karena belum 24 jam. Nyeri : tidak ada.
BAB : kebiasaan BAB 1X/hari, saat ini belum BAB. Masalah khusus : tidak
ada.
3.2.5.7 Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 7-8 jam/ hari, frekuensi 2x /hari. Pola tidur
saat ini 7- 8 jam /hari, keluhan ketidaknyamanan yaitu nyeri dirasakan pada
luka operasi di abdomen, sifatnya seperti diiris-iris hilang timbul, dengan
intensitas 5 “.
3.2.5.8 Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi ; agak terbatas karena masih menggunakan dower khateter,
latihan senam tidak pernah. Masalah khusus : nyeri pada luka operasi di
abdomen.
3.2.5.9 Nutrisi dan cairan
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Asupan nutrisi, nafsu makan : baik, asupan cairan : kurang mengaku hanya 1
liter. Masalah khusus : asupan cairan masih kurang.
3.2.5.10
Keadaan mental
Adaptasi psikologis, ibu beradaptasi dengan baik, penerimaan terhadap bayi
mengaku senang dan bahagia hanya saja saat ini bayi masih terpisah dengan
klien karena BBLR.Kemampuan menyusui belum adekuat.
3.2.6
Obat –obatan yang didapat klien saat ini profenid sup 3 x 1, Metronidazole 500mg
3 x 1, PYCIN 4 X 1,5 mg, vitamin C 3 X 1.
3.2.7
Hasil pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.1
Hasil Pemeriksaan Penunjang tanggal 28 mei 2014
3.2.8
Jenis Pemeriksaan
Hasil
HB
9,9 gr/dl
HT
29 %
Leukosit
18,62
Trombosit
247
Eritrosit
3.69 /ul
VER
78.6 fl
HER
26.8 pg
KHER
34.1 g/dl
Rangkuman Hasil Pengkajian
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
3.2.8.1 Masalah keperawatan yang ditemui praoperatif di ruang 210 lantai 2 Zona B
gedung A RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta adalah Ansietas, resiko gawat
janin.
3.2.8.2 Masalah yang muncul pada saat postpartum adalah kurang pengetahuan,
nyeri, diskontuinitas ASI dan resiko Infeksi
3.2.9
Perencanaan Pulang
Perencanan pulang pada klien adalah tanggal 29 mei 2014, kontrol 1 minggu
setelah pulang. Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik,
pembatasan aktivitas, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan kontrasepsi,
serta perawatan bayi.
3.3 Analisa Masalah
3.3.1
Analisa Masalah Prenatal
Tabel 3.2
Analisa Masalah Prenatal
No
Data
Masalah
1
DS : Klien mengatakan cemas dengan keadaan Ansietas
bayinya
Klien mengatakan takut karena mau dilakukan
operasi
DO: Klien tampak tegang, gelisah
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 x / mt
2
DS : Klien mengatakan masuk ke RS karena Resiko gawat janin
keluar air-air rembes sejak 2 hari yang lalu
DO : Hasil USG oligohidramion
Indek Cairan Amnion 2.0
Umur kehamilan 32 minggu
3.3.2
Analisa Masalah Postnatal
Tabel 3.3
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Analisa Masalah Postnatal
No
Data
Masalah
1
DS : Klien menyatakan blm bisa merawat Kesiapan
bayinya dan merawat dirinya
Klien
mengatakan
ingin
meningkatkan
pengetahuan Pascapartum
tahu
tentang
perawatan setelah melahirkan
DO : menunjukkan perilaku keingintahuan
perawatan setelah melahirkan dan bayinya
2
Ds : Klien menyatakan nyeri pada daerah luka Nyeri Akut
operasi di abdomen
Skala nyeri 4
Do :
Tampak meringis
Memegang area abdomen
Tampak perilaku berhati-hati
TD 110/70 mmhg, nadi 92 x/mt,
Pernapasan 20 x/mt.
3
DS : Klien menyatakan keinginan memberikan Ketidakefektifan
ASI untuk bayinya
Pemberian ASI
Klien menyatakan ASInya belum keluar
Klien menyatakan tidak mengerti tentang
pengeluaran dan penyimpanan ASI
Do : bayi berada di SCN 5
Bayi tidak menerima ASI
4
Ds : klien menyatakan dirinya melahirkan Resiko Infeksi
dengan cara Section Sesaerea
Do : tampak Kondiloma Akuminata pada labia
mayor kiri dan kanan sebesar 1mm
Tampak balutan/verban pada abdomen bagian
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
bawah
Terpasang dower chateter
Terpasang Infus cairan asering 20 tpm
3.4 Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang dilAkukan mahasiswa dibagi menjadi dua yaitu rencana asuhan keperawatan
sebelum operasi dan postpartum. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
3.4.1
Rencana asuhan keperawatan sebelum operasi
3.4.1.1 Ansietas
Tujuannya setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam, kecemasan
berkurang atau hilang dengan kriteria : wajah tampak tenang, gelisah tidak
terjadi, klien tampak rileks, klien dapat istirahat dengan tenang, tanda-tanda
vital dalam batas normal.
Intervensi yang dilakukan adalah dengan memberikan privasi dan lingkungan
yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam, batasi staf perawat/
petugas kesehatan yang menangani klien, observasi bahasa non verbal dan
bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan, temani klien bila gejala-gejala
kecemasan timbul, berikan kesempatan bagi klien untuk mengekspresikan
perasaannya, hindari konfrontasi dengan klien, berikan informasi tentang
program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien, lakukan
intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi teraupetik,
anjurkan
klien
istrirahat sesuai dengan diprogramkan, libatkan keluarga
untuk memberi dukungan serta beri reinforcemen positif.
3.4.1.2 Resiko gawat janin
Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, gawat
janin tidak terjadi, dengan kriteria hasil djj dalam batas normal, teratur dan
kuat, gerakan janin kuat, menyatakan pemahaman alasan pemeriksaan dan
terapi.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah kaji dan dapatkan riwayat dari
klien untuk mengkaji status dasar, tentukan usia gestasi janin untuk
memberikan dasar pengkajian di masa mendatang, lakukan pengukuran tinggi
fundus untuk mengkaji pertumbuhan internal janin, melakukan pemeriksaan
denyut jantung janin, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan serta beritahu
pada klien untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan klien.
3.4.2
Rencana asuhan keperawatan postpartum
3.4.2.1 Kesiapan Meningkatkan pengetahuan Pascapartum
Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
pengetahuan kesehatan pascapartum
pada ibu dan bayi terpenuhi dengan
kriteria yaitu klien menyatakan mengetahui perawatan dirinya dan bayi,
mendemonstrasikan perawatan diri dan bayi.
Intervensi yang dilakukan adalah kaji tingkat pengetahuan klien dan tentukan
kebutuhan pengajaran klien, berikan pengajaran tentang perawatan ibu dan
bayinya yang sesuai tentang tingkat pemahaman klien, demonstrasikan
tentang perawatan ibu pasca melahirkan dan perawtan bayinya, berikan
lingkungan yang kondusif, minta klien untuk mengulang informasi yang telah
diberikan, dan ikut sertakan keluarga atau anggota keluarga lain. Intervensi
pada saat kunjungan rumah yang dilakukan mahasiswa adalah mengevaluasi
perawatan diri klien terutama fisik berupa, Involusi (fundus, lokia, afterpain),
cara mandi, perawatan perineum, nutrisi pascapartum, serta melatih ambulasi,
tanda-tanda bahaya yang harus dilaporkan dengan segera. Intervensi
keperawatan untuk perawatan bayi dilanjutkan dirumah karena saat ini bayi
masih di ruang SCN 5.
3.4.2.2 Nyeri
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam, nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria : nyeri berkurang/hilang, klien tidak mengeluh nyeri
(skala nyeri 0), dapat beristirahat dengan tenang, klien tampak rileks, klien
sudah tidak memegang area nyeri.
Intervensi yang dilakukan adalah kaji tingkat nyeri, kaji intensitas, lokasi dan
area serta penjalaran dari nyeri, observasi adanya aftenpain, jelaskan kepada
klien penyebab rasa sakit/nyeri pada daerah abdomen tersebut, anjurkan
teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi, berikan posisi yang nyaman
dan lingkungan yang tenang dan nyaman serta berikan analgetik sesuai
program (profenid supp).
3.4.2.3 Ketidakefektifan Pemberian ASI
Tujuan dari intervensi keperawatan pada masalah ketidakefektifan pemberian
ASI adalah setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam, Pemberian ASI menjadi
efektif dengan kriteria pengeluaran ASI lancar, memilih dan menunjukkan
teknik yang dipilih untuk mengeluarkan ASI, menggambarkan teknik
penyimpanan ASI yang telah dikeluarkan secara aman, bayi menerima ASI
selama waktu yang diinginkan.
Intervensi yang dilakukan adalah kaji keinginan dan motivasi ibu untuk
meneruskan proses menyusui, berikan edukasi tentang laktasi dan pengeluaran
ASI (secara manual atau dengan pompa listrik), pengumpulan dan
menyimpanan, berikan informasi untuk mencapai volume ASI, seperti
istirahat yang adekuat, secara teratur mengeluarkan ASI, peningkatan asupan
cairan untuk ibu, ajarkan ibu tentang cara perlekatan bayi yaitu posisikan bayi
dengan satu tangan menyangga kepala, membiarkan tangan yang lain bebas
untuk memanipulasi payudara, telinga, bahu dan paha bayi sejajar sehingga
payudara ibu tidak menjadi lecet, ajarkan dan demonstrasikan ibu perawatan
payudara.
3.4.2.4 Resiko Infeksi
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, tidak terjadi infeksi
dengan kriteria : tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam, bengkak,
nyeri, ada pus : leukosit 5.000-10.000 ul/dl, tanda REEDA, red tidak ada,
edema tidak ada, echymosis tidak ada, discharge tidak ada, approximate
menyatu.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah observasi tanda-tanda infeksi
dan tanda REEDA, tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik pada semua yang berhubungan dengan klien termasuk klien
sendiri, pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif, berikan obat
antibiotik yang sesuai berdasarkan kolaborasi medis.
Rencana asuhan keperawatan yang lengkap dapat dilihat di lampiran 1 dan
implementasi keperawatan bisa dilihat di lampiran 2.
3.5 Evaluasi
Hasil dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan sesuai dengan masalah
keperawatan adalah sebagai berikut :
3.5.1 Evaluasi diagnosa prenatal (preoperatif)
Evaluasi pada diagnosa prenatal yang pertama adalah ansietas, pada saat klien
sebelum diantar ke ruang operasi di IGD klien menyatakan kecemasan yang
dirasakannya berkurang, klien tampak tenang, menyatakan keluarga telah
memberi dukungan untuk operasi yang akan dijalaninya.
Klien menyatakan
teknik relaksasi yang telah diajarkan dan sudah dilakukan olehnya dapat
mengurangi kecemasan yang dirasakannya, merasa lebih lega saat ini. Klien
mengungkapkan bahwa rasa cemas dan takutnya terhadap kondisinya dan
keadaan janinnya berkurang.
Evaluasi untuk diagnosa resiko janin yaitu klien mengatakan gerakan bayinya
ada, kuat, klien tampak mengusap perutnya. Hasil pemeriksaan djj 148 x/mt,
kuat, teratur. Masalah ketiga adalah resiko komplikasi kehamilan yang
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
berhubungan dengan praktik seksual yang tidak aman, setelah dilakukan
intervensi keperawatan evaluasi yang didapat adalah klien menyatakan sudah
mengerti tentang penyebab dilakukan operasi pada kehamilannya selain jumlah
air ketubannya sudah sangat berkurang adalah karena penyakit kelamin yang
didapatnya dan klien menyatakan akan berperilaku seks yang lebih aman.
.
3.5.2
Evaluasi keperawatan postpartum post operatif Sectio Cesaerea
3.5.2.1 Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Pascapartum
Pada hari pertama klien mengatakan belum mengerti tentang perawatan bayi
dan dirinya, penyebabnya karena klien baru pertama kali mengalami proses
melahirkan, dan kehamilan tersebut pada dasarnya adalah kehamilan yang
tidak direncanakan yaitu kehamilan tidak dikehendaki, dengan pendidikan
yang hanya tamat SMP dengan usia saat ini 16 tahun tampak perilaku yang
tidak mengikuti anjuran yang diberikan tetapi secara bertahap dengan
pendekatan hubungan yang baik (trust) yang telah terjalin dengan mahasiswa
sehingga pengetahuan klien baik berupa edukasi secara lisan dan demonstrasi
dapat diikuti klien dan pada hari ketiga dievaluasi hasilnya adalah klien
mengatakan sudah mengerti tentang cara perawatan ibu atau dirinya dan
bayinya, klien tampak mampu merawat dirinya yaitu cara membersihkan diri
sendiri dengan keadan adanya balutan di perut dengan cara balutan tetap
dilindungi dengan handuk untuk melindungi air mengenai langsung pada
balutan, nutrisi di rumah dengan diet TKTP yaitu perbanyak makan sayur dan
buah-buahan selain menu lauk utama, ditambah dengan putih telor setiap
harinya yaitu minimal 6 buah putih telor, sedangkan untuk perawatan bayi
mahasiswa akan melanjutkan evaluasinya melalui kunjungan rumah. Hasil
dari kunjungan rumah yaitu tanggal 8 juni 2014 didapatkan klien sudah
mampu merawat bayinya, mendemonstrasikan cara memandikan bayi serta
merawat bayinya, tali pusat bayi sudah pupus, bersih dan kering serta tidak
berbau. Hasil kunjungan rumah untuk perawatan diri klien yaitu tampak
perineum bersih, darah hanya flek-flek saja yang keluar berwarna coklat muda
dan hanya sedikit kelihatan di pembalut. Klien dapat menyebutkan tanda-
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
tanda bahaya yang harus dilaporkan dengan segera seperti perdarahan, nyeri
yang hebat pada luka operasi.
3.5.2.2 Nyeri (akut)
Pada hari pertama klien mengatakan nyeri dengan skala 3 - 4 dibagian
abdomen yaitu pada luka operasi, sifat nyeri seperti diiris-iris hilang timbul,
kondisi ini bertambah jika mengubah posisi. Namun setelah diajari teknik
relaksasi tarik napas dalam dan distraksi klien mengatakan lebih lega, nyeri
berkurang, skala nyeri menjadi 2 dalam waktu 2 hari dan pada hari terakhir di
ruang postpartum yaitu hari ketiga intervensi klien mengatakan nyeri sudah
sangat berkurang, skala nyeri menjadi 1 yang dirasakan klien saat ini dan
klien tidak menganggap nyeri sebagai masalah baginya karena klien bisa
mengaplikasikan yang diajarkan mahasiswa maupun perawat padanya.
3.5.2.3 Ketidakefektifan Pemberian ASI
Hasil evaluasi setelah diberikan intervensi keperawatan yaitu pada hari
pertama ASI belum lancar, tetapi setelah dilakukan perawatan payudara,
intake cairan yang adekuat hasilnya ASI sudah lancar dan klien mampu
menunjukkan cara memerah ASInya dengan tangan klien dan menyimpan
dalam botol yang tersedia serta meminta perawat untuk menyimpankan ASI
terlebih dahulu ditempat penyimpanan ASI sebelum keluarga datang untuk
mengantar ASI tersebut pada bayinya yang berada di SCN 5 karena kondisi
bayi yang lahir prematur dan BBLR. Semua tindakan yang dilakukan klien
dimulai dan diakhiri dengan mencuci tangan.
3.5.2.4 Resiko Infeksi
Awalnya hasil leukosit pada tanggal 27 mei 2014 berjumlah 18620 ul tetapi
setelah dilakukan tindakan cuci tangan baik oleh perawat maupun klien dan
keluarga yang berkunjung sebelum kontak dengan klien maupun setelah
kontak klien klien serta pemberian antibiotik sesuai program serta anjuran
minum air yang banyak dan juga melakukan tindakan teknik aseptik pada
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
setiap tindakan invasif, menjaga kebersihan diri serta lingkungan sehingga
hari berikutnya leukosit turun menjadi 11750 ul, warna urin kuning jernih
suhu 37oC, tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, rembesan
cairan tidak tampak pada balutan verban dan pembengkan di luka operasi
tidak ada. Ketika dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 8 juni 2014 hasil
dari perawatan luka juga tidak menimbulkan tanda-tanda infeksi, jahitan
menyatu dan kering.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
BAB 4
ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktek
RSUPN Cipto Mangunkusumo merupakan
sebuah Rumah Sakit pemerintah yang
terletak di Jakarta Pusat, selain menjadi RS pemerintah yang juga merupakan Rujukan
Nasional yang sudah berstandar Joint C Internasional (JCI), RSCM juga berfungsi
sebagai RS pendidikan, yang didirikan pada tanggal 19 november 1919. Pada tahun 2008
diresmikan oleh Presiden RI gedung perawatan baru dengan ketinggian 8 lantai yaitu
Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A. Gedung ini merupakan gedung rawat inap utama
utama RSCM dengan kapasitas tempat tidur 700 Bed. Tipe RS ini adalah Akreditasi A
Utama.
Pelayanan Rawat Inap terpadu di Gedung A salah satunya adalah pelayanan rawat inap
kandungan dan kebidanan yang terletak di lantai 2 Zona B gedung A RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Ruang kandungan dan kebidanan ini terdiri dari dua Zona yaitu
Zona A dan Zona B, tetapi lahan praktek yang digunakan mahasiswa selama 5 minggu di
ruang rawat kandungan dan kebidanan lebih dikhususkan pada Zona B yang merupakan
ruang postpartumdengan perawatan kelas III. Adapun kapasitas dari ruangan ini adalah
berjumlah 24 kapasitas tempat tidur yang dibagi dalam 4 ruangan, yang setiap kamarnya
terdiri dari masing-masing 6 kapasitas tempat tidur.
Unggulan salah satu ruang
perawatan postpartum ini adalah Kangguru Metode Care (KMC) yang terdapat pada
kamar 214 pada lantai 2 zona B gedung A di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini. Spesifik
klien di ruang ini adalah postpartum dengan Sectio Casaerea.
4.2 Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)
KKMP merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas. Namun konsep keperawatan
komunitas ini bisa diterapkan dilahan klinik dengan memberikan asuhan keperawatan
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
sesuai dengan prosedur yang ada dan terkait penyakit yang ada di masyarakat. Proses
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini bertujuan untuk mencegah masalah
keperawatan masyarakat di perkotaan.
Menurut Maurer & Smith, (2010) salah satu faktor terjadinya kehamilan remaja adalah
selain kurangnya peran orangtua, kurangnya pendidikan seks dari orangtua dan keluarga
terhadap remaja adalah perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan
mental yang kuat. Remaja sering ter-ekspose dengan paparan dari media terkait seks,
aktivitas seksual, dan pentingnya menjadi orang yang menarik lawan jenisnya. Hal ini
yang menjadikan remaja terjerumus dalam perilaku seks pra nikah, yang antara lain
berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan, tidak hanya kehamilan yang terjadi pada
kalangan remaja yang banyak terjadi di daerah perkotaan, tetapi masalah yang sering
terjadi terkait penyakit adalah salah satunya penyakit menular seksual (PMS) yang salah
satunya selain HIV/AIDS yang menjadi masalah tertinggi yaitu didapatnya Kondiloma
Akuminata yang terjadi pada remaja yang penyebabnya adalah Human Papiloma Virus
(HPV). Penyakit ini dapat menyerang wanita ataupun pria yang sering berganti-ganti
pasangan. Data penelitian terbaru mengenai penyakit Kondiloma Akuminata ini banyak
terjadi di negara-negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Banyak remaja hamil
berasal dari kalangan keluarga yang sosial ekonominya tidak mapan. Perawat dapat
membantu para remaja berisiko ini mengubah perilaku mereka sendiri sehingga sistem
pemberi pelayanan kesehatan dan sumber-sumbernya dapat meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan mereka.
Menurut Reader, Sharon, J,(2010), asuhan keperawatan pada remaja
yang sehat
ditujukan untuk mengoptimalkan status kesehatan. Asuhan keperawatan pada remaja
sebenarnya terdiri dari pencegahan primier, sekunder, dan pencegahan tertier. Tujuan
utama asuhan keperawatan pada pencegahan primier adalah untuk mencegah terjadinya
konsepsi, baik melalui promosi pantang melakukan hubungan
seksual atau dengan
penggunaan metode kontrasepsi yang efektif secara teratur. Penyuluhan seks seharusnya
dimulai seawal mungkin seiring dengan ungkapan rasa ingin tahu anak mengenai seks
dan sesuatu hal yang terkait serta dapat memahami
penjelasan yang komprehensif,
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
sedangkan
masuknya remaja yang hamil lebih awal ke dalam sistem perawatan
kesehatan sangat penting dalam pencegahan sekunder, karena keterlambatan mulainya
perawatan prenatal atau lebih sedikitnya kunjungan prenatal meningkatkan resiko hasil
akhir obstetrik yang buruk. Pencegahan tertier memfokuskan pada pengembalikan klien
ke status kesehatan dan fungsi yang maksimal.
pencegahan tertier sangat bervariasi.
Peran perawat dalam program
Pada beberapa program, perawat mengemban
tanggungjawab yang luas sebagai seorang manajer kasus yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan layanan; pada sisi lainnya, perawat memiliki ruang lingkup yang
lebih sempit (misalnya, keluarga berencana, pemberi petunjuk penting menjadi orangtua,
memimpin dalam kelompok pendukung).
Ny. N.F adalah merupakan sebagian kecil dari penderita penyakit menular seksual yang
terjadi yang hamil di luar kehendak pada kalangan remaja, kasus ini lebih kecil
dibandingkan dengan penyakit menular seksual lainnya. Menurut Norwitz dan Schorge
dalam Artsiyanti (2007) disebutkan pasien dengan Kondiloma Akuminata disaat
kehamilannya dianjurkan untuk terminasi kehamilannya dengan cara Sectio Cesaerea, hal
ini untuk mengurangi kontaminasi bayi pada area labia ibu pada saat proses melahirkan
alami karena memberi resiko pada bayi yang dilahirkannya. Pada ibu hamil di usia
remaja dan kehamilan tidak dikehendaki ini yang terjadi pada Ny. N.F tentunya berisiko
mengalami stress baik bio, psiko, sosial kultural maupun spiritual hal ini dibuktikan
dengan penelitian yang telah dilakukan widyoningsih (2011). Dari tindakan yang diambil
yaitu Sectio Cesarea tentunya perlu intervensi dan dukungan perawat serta keluarga
untuk masalah yang timbul preoperatif dan pasca melahirkan (postpartum).
Masalah keperawatan utama pada prenatal oleh Ny. N.F ( 16 tahun) adalah Ansietas/
kecemasan dan resiko gawat janin. Klien dengan usia kehamilan yang masih remaja dan
awalnya kehamilan tersebut tidak dikehendaki membuat kecemasan semakin bertambah
dikala didapatkan pada usia kehamilan 32 minggu telah terjadi rembesan air ketuban
(KPD) yang mengakibatkan dari hasil USG didapatkan Indek Cairan Amnion (ICA)
berjumlah 2.0 berati terjadi oligohidramion dan dikarenakan juga adanya Kondiloma
Akuminata pada labia mayor kanan dan kiri klien sehingga untuk mengindari terjadinya
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
resiko terkontaminasinya bayi yang akan dilahirkan oleh Human Papiloma Virus (HPV)
maka dengan kolaborasi medis klien diharuskan untuk terminasi kehamilan dengan cara
dilakukan Sectio Cesaerea (SC). Faktor-faktor tersebut semakin memperberat kondisi
kecemasan klien terlihat dari wajah klien tampak tegang, tampak gelisah menanyakan apa
yang harus dilakukan, bisakah orangtua berkunjung diluar jam kunjungan dan terjadi
peningkatan tanda-tanda vital. Teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi adalah
salah satu merupakan tindakan manajemen stress yang dapat dilakukan dan sangat mudah
untuk diaplikasikannya.
Masalah keperawatan yang timbul pada saat postpartum adalah adalah
kesiapan
meningkatkan pengetahuan pascapartum, terutama pengetahuan tentang perawatan ibu
dan bayi, selain itu masalah yang timbul yaitu nyeri (Akut), ketidakefektifan pemberian
ASI dan resiko infeksi terutama karena masih terdapatnya Kondiloma Akuminata pada
klien. Dampak dari kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan ibu dan bayi akan
beresiko pada diri ibu sendiri dan bayi tentunya.
4.3 Analisis Intervensi
4.3.1
Analisis Intervensi prenatal (preoperatif)
Rencana tindakan kelahiran Preterm dengan cara Sectio Cesaerea (SC) yang akan
dilakukan pada Ny. N.F menimbulkan kecemasan pada klien. Tindakan yang
diberikan pada klien sebelum dilakukan tindakan operatif adalah tindakan medis
yang dilakukan dokter yaitu pemberian terapi pematangan janin. Penatalaksanaan
kelahiran preterm difokuskan pada pengamatan terhadap status janin secara terusmenerus dan seksama. Wanita yang mengalami persalinan preterm dan
keluarganya secara mendadak pastinya menimbulkan kecemasan yang tinggi. Hal
ini dapat dimengerti, sebab
mereka pada umumnya tidak siap menghadapi
persalinan baik secara fisik ataupun secara emosional, dan dapat merasa tkut
bahwa janin yang akan dilahirkan kemungkinan tidak selamat. Dukungan dari
seorang perawat primer yang mendampingi klien dan keluarga melewati proses
masuk dan akan memberikan informasi tentang apa dan yang akan terjadi
nantinya.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Intervensi keperawatan dilakukan untuk meningkatkan rasa nyaman. Perawat
harus memberikan penjelasan singkat, sederhana, dan ringkas tentang operasi dan
prosedur yang harus dilakukan. Perawat harus memberikan sebanyak mungkin
penenangan tentang kondisi klien dan janinnya yang masuk akal, walaupun
tingkat kecemasan klien dan pasangannya tinggi, dan mereka mungkin tidak
mengingat banyak informasi yang diberikan.
Intervensi keperawatan untuk diagnosa resiko cedera pada ibu dan janin adalah
dengan membantu orangtua untuk mengungkapkan perasaan mereka, seperti rasa
takut, rasa kecewa, berduka, tidak bertenaga, dan sebagainya adalah merupakan
tindakan untuk meredakan kecemasan mereka, memberikan informasi dan
penenangan dengan menemani klien merupakan cara mengurangi rasa cemas
klien. Selain itu persiapan yang dilakukan untuk kelahiran dengan sesarea yang
dilakukan di ruang 210 lantai 2 Zona B gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta meliputi mempersiapkan klien untuk pembedahan dan melakukan
persiapan yang diperlukan untuk bayi baru lahir.
Pengkajian yang dilakukan mendapatkan analisa data dengan masalah yang
muncul selain ansietas, resiko cidera pada ibu serta resiko cidera pada janin
terlebih pada kasus yang dialami Ny. N.F usia kehamilannya adalah 32 minggu
serta telah mengalami oligihidramion karena sudah dua hari mengalami
keluarnya/rembesan air ketuban mengakibatkan bayi lahir dengan kondisi yang
prematur, perawat melakukan pemeriksaan denyut jantung janin untuk
memastikan kondisi jantung janin sehingga dengan memberikan penjelasan
kondisi janin akan mengurangi kecemasan pada klien. Selama persiapan
preoperatif, orang terdekat yang menyokongnya ataupun yang mendukungnya
diminta untuk tetap bersama klien selama mungkin untuk memberikan dukungan
emosional secara berkelanjutan (Shearoer, Shiono, Rhodads, 1998 dalam Bobak,
2005). Selama persiapan operasi, perawat memberikan informasi yang esensial,
sambil menunggu klien diantar ke ruang operasi perawat mengajarkan klien
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
tentang harapan pasca operasi, cara meredakan nyeri, mengubah posisi, batuk
dan teknik tarik napas dalam, hal ini dapat membantu klien mengurangi rasa
cemasnya. Pengamatan keperawatan yang cepat dan efisien serta penjelasan dan
penenangan yang tepat dapat membantu meredakan kekhawatiran klien dan
pasangannya.
Pemantauan janin adalah merupakan salah satu tindakan yang dilakukan perawat
untuk memantau janin, perawat harus membuat klien tahu bahwa denyut jantung
janin (DJJ) secara konsisten selalu berubah dan bahwa rentang normal bervariasi
luas. Perawat harus dapat menyakinkan klien bahwa dengan rekaman grafik DJJ
secara eksternal, gerakan yang dibuat ibu atau janin dapat menyebabkan
hilangnya sinyal DJJ sementara pada monitor. Klien harus mengetahui hal ini
adalah merupakan fenomena mekanik dan tidak mencerminkan kehilangan DJJ
yang sebenarnya. Perawat harus kompeten, penuh perhatian, dan klien merasa
aman yang dapat membantu memahami tujuan dan prosedur yang dilakukan pada
pemantauan janin.
4.3.2
Analisis Intervensi Pascapartum
Secara fisik, perawatan yang dibutuhkan oleh ibu pascapartum bergantung pada
kondisi umumnya dan tipe pelahirannya. Tujuan asuhan keperawatan pada masa
pascapartum adalah membantu ibu baru dan keluarganya berhasil beradaptasi
pada masa transisi setelah kelahiran anak dan tuntutan menjadi orangtua dikutip
dari Reader, Sharon, J (2011). Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini
adalah pada pengkajian dan
modifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemulihan ibu dari persalinan dan pelahiran, kemampuannya untuk mengemban
peran perawatan bayi baru lahir, dan transisi peran dan kemampuan fungsional
ibu serta keluarganya. Menurut Neamsakul (2007), kebutuhan selama hamil
menyangkut kebutuhan remaja diri sendiri serta kebutuhan bayi.
Kebutuhan
untuk remaja dibagi manjadi kebutuhan fisik dan emosional. Kebutuhan fisik
selama hamil terdiri dari pemeriksaan fisik, kebutuhan informasi untuk kesehatan
remaja dan janin, nasehat tentang praktik selama kehamilan dan perawatan bayi
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
baru lahir, cara untuk mengurangi ketidaknyamanan selama hamil serta dukungan
positif dari pemberi pelayanan kesehatan. Kebutuhan emosional dapat berupa
cinta dan kepedulian, pemahaman, dari orang lain, dukungan, keamanan, perasaan
nyaman.
Sedangkan kebutuhan untuk bayi antara lain meliputi konfirmasi
tentang kesehatan bayi, jenis dan nasehat untuk melindungi bayi dari penyakit dan
kebutuhan hidup bayi yang akan dilahirkan seperti pakaian, Air Susu Ibu, dan
kasih sayang untuk si bayi.
Kesiapan meningkatkan pengetahuan pascapartum tampak pada klien, kebutuhan
pengetahuan yang terjadi pada klien, terlebih klien adalah seorang ibu berusia
remaja yang baru pertama kali melahirkan menjadikan peran seorang perawat di
ruang postpartum sangatlah penting untuk bekal perawatan ibu mengenai dirinya
sendiri serta bayi yang dilahirkannya, karena apa yang telah diberikan baik secara
lisan maupun demonstrasi yang benar akan menjadi pengetahuan klien yang
diterapkan dirumah, peran keluarga sangat penting, makanya mahasiswa dalam
memberikan pengetahuan mengenai perawatan diri klien serta bayi yang
dilahirkannya
ditambah
dengan
kunjungan
rumah
akan
mempengaruhi
pelaksanaan yang dilakukan klien setelah pulang dari rumah sakit.
Pemahaman dan kemampuan masing-masing ibu dalam memberikan perawatan
pada bayi baru lahir sangat tergantung pada latar belakang dan pengalaman
sebelumnya. Banyak ibu baru yang takut pada awalnya karena mereka tidak tahu
apa yang mungkin terjadi pada bayi mereka atau takut melukai bayinya terutama
ketika memandikan, hal ini juga terjadi pada Ny. N.F, peran perawat mengajarkan
perawatan bayi baru lahir sangat penting sehingga klien mampu melakukan
perawatan pada bayi yang dilahirkannya. Mahasiswa telah memberikan edukasi
panduan latihan dalam mengganti popok, mengenakan baju bayi, teknik cara
menyusui yang benar, mengendong bayi, memandikan bayi serta melakukan
perawatan tali pusat. Hal-hal yang juga tidak boleh dilupakan oleh klien adalah
membawa bayinya untuk diimunisasi sesuai jadwal dan melaporkan tanda-tanda
bahaya jika terjadi pada bayinya seperti tidak mau menyusui, rewel, bayi demam.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Diet pascapartum harus memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang dengan cukup
kalori untuk memenuhi kebutuhan tambahan untuk menyusui, ketika klien ingin
menyusui bayinya.
Asupan nutrisi yang adekuat akan mempercepat fase
pemulihan tenaganya lebih cepat, jumlah dan kualitas ASI-nya juga akan lebih
baik. Ibu dengan gizi baik juga akan lebih mampu menghadapi infeksi (guiterez,
1994 dalam Reader (2011). Biasanya, ibu akan mempunyai nafsu makan yang
baik dan merasa lapar diantara waktu makan, terutama ibu-ibu yang menyusui.
Kudapan diantara waktu makan , termasuk susu dan produk atau makanan
cemilan lainnya, akan membantu memenuhi kebutuhan tambahan pada ibu
menyusui.
Peningkatan asupan cairan dan nutisi sangat penting bagi ibu
menyusui. Kunjungan lanjutan pascapartum dan hubungan telepon yang
dilakukan oleh mahasiswa memberikan pengajaran dan dukungan bagi ibu baru
dan keluarganya.
Nyeri setelah kelahiran persesarea kebanyakan akibat oleh luka di tempat insisi,
kembung karena tertahannya gas saat fungsi usus dalam pemulihan, nyeri
pinggang akibat regangan otot-otot abdomen selama pembedahan, nyeri otot
akibat imobilisasi, afterpain, dan kadang kala merasakan ketidaknyamanan akibat
distensi kandung kemih. Mengajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam dan
distraksi bertujuan memberikan kenyamanan dan mengurangi nyeri yang
dirasakan klien. Posisi klien selama masa awal pascaoperatif di tempat tidur
adalah dianjurkan mengubah posisi miring kiri dan ke kanan setiap satu jam.
Ambulasi dianjurkan pada klien mulai 12 – 24 jam setelah melahirkan, hal ini
sangat membantu untuk mempertahankan fungsi kandung kemih dan fungsi
intestinal yang adekuat, mengurangi pembentukan thrombus, dan mencegah
terjadinya pneumonia. (Reader, Sharon, J 2011). Ibu dianjurkan turun tempat tidur
sidini mungkin setelah persalinan, kecuali ada kontraindikasi. Klien yang
mendapatkan anestesi lokal, epidural atau kaudal selama melahirkan dapat
melakukan ambulasi sedini mungkin ketika ibu merasa mampu melakukannya,
jika klien mendapatkan anestesi spinal sub arachnoid intratekal, maka klien harus
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
tetap telentang minimal 8 jam sebelum ambulasi. Ibu harus tetap telentang tidak
boleh mengangkat kepalanya sehingga perawat harus meletakkan bayi pada posisi
yang dapat dilihat dan disentuh tanpa ibu perlu mengangkat kepala. Pada saat
pertama kali ibu bangun ibu harus mengayun-ayunkan tungkainya di tepi tempat
tidur selama beberapa menit. Perawat mengkaji keadaan klien apakah ada pusing
atau kelemahan, kemudian klien dibantu berdiri, setelah itu berjalan beberapa
langkah untuk menetapkan keseimbangan. Penting untuk perawat menjelaskan
pentingnya tujuan dan manfaat ambulasi dini pada klien.
Aktifitas mesti
ditambah secara bertahap sesuai kemampuan klien.
Teknik napas dalam, harus dintervensi, setelah teknik tersebut telah diajarkan
barulah mahasiswa memberikan profenid sup berdasarkan kolaborasi medis,
karena penelitian yang dilakukan oleh Dwi Purnama (2005) menyebutkan bahwa
teknik relaksasi mampu menaikkan adaptasi terhadap nyeri. Pemberian obat
analgetik seharusnya diberikan tepat waktu untuk memaksimalkan mengurangan
nyeri selama ibu menyusui dan merawat bayinya. Analgesia yang dikontrolpasien sering digunakan untuk mengatasi nyeri dan memungkinkan klien
memiliki rasa kendali terhadap situasi tersebut.
Klien dapat mengerahkan
energinya untuk merawat bayinya dan menghindari distraksi dari nyeri pasca
pembedahan.
Tujuan perawatan payudara adalah untuk mencegah
infeksi, menyangga
payudara secara adekuat, memperlancar produksi air susu dan kenyaman ibu.
Payudara harus dipegang dengan
lembut dan hati-hati untuk menghindari
gesekan yang keras atau tekanan yang tidak perlu. Ibu yang menyusui dapat
membersihkan putingnya dengan air biasa tanpa menggunakan sabun maupun
alkohol, serta zat-zat yang bersifat kering lainnya pada putting payudara. Ibu
menyusui
ataupun
tidak
menyusui
secara
langsung
dapat
mengalami
pembengkakan dengan nyeri yang berdenyut pada payudara yang meluas sampai
aksila. Ibu menyusui dapat mengurangi ASI dari payudara dengan cara menyusui
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
bayi lebih sering, menggunakan pompa payudara yang dianjurkan, atau
melakukan masase payudara.
Pencegahan
infeksi penting dilakukan selama siklus maternitas.
Edukasi
kesehatan ditekankan, klien dianjurkan untuk menghindari kemungkinan sumbersumber infeksi. Setiap klien pascapartum harus memiliki peralatan pribadi untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang.
Mekanisme utama untuk
mencegah infeksi saat merawat bayi baru lahir dan ibunya adalah sering mencuci
tangan dengan menggunakan deterjen antiseptik atau sabun. Mencuci tangan
harus dilakukan, perawat perlu sering mengingatkan pentingnya mencuci tangan
dalam mencegah infeksi yang didapat di rumah sakit baik pada klien maupun
pada neonatus. Studi mengenai perilaku mencuci tangan di rumah sakit telah
menunjukkan bahwa frekuensi mencuci tangan diantara kontak dengan klien
masih sangat rendah, orangtua juga perlu diberikan petunjuk mengenai manfaat
dan teknik mencuci tangan dengan benar. Penguatan harus diberikan selama klien
di rawat di rumah sakit. Antibiotik yang diresepkan oleh dokter diberikan sesuai
dengan jadwal. Klien diyakinkan bahwa resiko infeksi pada ibu dan bayi baru
lahir adalah minimal jika teknik pencegahan dilakukan secara maksimal. Perawat
mesti memberikan edukasi saat pemulangan, yang mencakup motivasi minum
sebanyak 8 sampai 10 gelas air per hari, makan makanan dengan kandungan
tinggi vitamin dan protein, memantau tanda-tanda infeksi dan membuat jadwal
pertemuan selanjutnya.
4.4 Analisis Pemecahan Masalah
Intervensi untuk mengatasi masalah yang dialami klien yaitu kurang pengetahuan resiko
infeksi selain yang telah dilakukan di ruang postpartum lantai 2 gedung A zona B
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 3 hari perawatan adalah dengan
melakukan kunjungan
rumah dan kontak klien melalui telepon. Kunjungan rumah
menjadi alternatif pemecahan masalah karena kita dapat mengevaluasi sesuatu yang telah
diimplementasikan selama perawatan, baik evaluasi tentang pengetahuan perawatan pada
ibu serta pada perawatan bayi yang ketika klien dirawat di ruang postpartum terpisah
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
dari bayinya yang berada di SCN 5 dikarenakan kondisi bayi prematur serta BBLR.
Penelitian oleh Alfonso dalam Reader, Sharon (2011) suatu kunjungan yang dilakukan
oleh perawat dari ruang peralinan dan pelahiran yang membantu pasangan selama
melahirkan sering kali memberikan manfaat bagi pasangan untuk menginterasikan
pengalaman tersebut ke dalam kehidupan mereka. Hal ini menjadi penting ketika klien
berusaha memahami alasan dilakukannya intervensi pembedahan yang sering kali klien
mengharapkannya agar kelahiran terjadi dalam proses alami. Kunjungan rumah tersebut
juga memberi kesempatan pada pasangan untuk membahas perasaan.
keperawatan dipakai
Proses
pada perawatan kunjungan rumah agar dapat berfokus pada
kemajuan proses involusi, kondisi dan pemulihan fisik ibu, adaptasi keluarga terhadap
bayi baru lahir, hubungan seksual klien dan kebutuhan kontrasepsi dan tumbuh kembang
bayi baru lahir sehingga sangatlah penting kunjungan rumah menjadi alternatif
pemecahan masalah yang banyak terjadi pada kehamilan remaja terutama bagi remaja
yang juga mendapatkan masalah penyakit hubungan seksual seperti Kondiloma
Akuminata karena penyakit ini menjadi privasi baginya.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Karya Ilmiah Akhir (NERS) ini sesuai dengan tujuan dan telah mengidentifikasi analisis
kesehatan Masalah Perkotaan pada Kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata di Ruang
Postpartum lantai 2 Gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Berdasarkan
uraian dari bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisa praktik klinik keperawatan masyarakat perkotaan pada Klien Ny.
N.F pada kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum lantai 2
Gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta kesimpulannya adalah sebagai
berikut :
5.1.1 Kehamilan Remaja sering terdapat diperkotaan, kondisi ini terjadi menimbulkan risiko
stress baik bio, psikis, kultural serta spiritual yang bisa terjadi pada ibu, bayi serta
keluarga.
5.1.2 Kondiloma Akuminata adalah penyakit yang sering terdapat di perkotaan dan sangat
dekat berhubungan dengan permasalahan kesehatan yang terjadi di perkotaan. Kondiloma
Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human
Papiloma Virus (HPV) dan faktor penyebabnya salah satunya akibat dari perilaku gaya
hidup yang sering bertukar-tukar pasangan.
5.1.3 Perawat dapat melakukan tindakan pemberian edukasi kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan, serta teknik relaksasi tarik nafas dalam yang diajarkan pada klien yang
bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan mengurangi rasa nyeri. Cara ini adalah yang
paling mudah untuk diaplikasikan tanpa memerlukan bantuan alat.
5.1.4 Kondisi pasien setelah dilakukan tindakan intervensi pasca operatif Sectio Cesaerea
adalah yang paling utama nyeri dan resiko infeksi tetapi pada kasus yang terjadi area
maternitas kurang pengetahuan tentang perawatan ibu dan bayi sama pentingnya untuk
ditangani beserta ketidakefektifan pemberian ASI yang terjadi.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
5.2 Saran
Berdasarkan keterbatasan dan pembahasan hasil penulisan ini, maka penulis memberikan
beberapa rekomendasi kepada penulis selanjutnya dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien pascaoperasi Sectio Cesaerea karena kehamilan remaja dengan Kondiloma
Akuminata, dan bayi dalam kondisi BBLR terpisah dari ibunya, untuk mengatasi masalah
ketidakefektifan pemberian ASI yaitu :
5.2.1 Penulis
selanjutnya
dapat
melakukan
gabungan
terapi
perilaku
mengatasi
dketidakefektifan pemberian ASI setelah operasi. Pada saat melakukan asuhan
keperawatan terutama Breast Care, teknik menyusui yang baik serta cara memerah dan
menyimpan ASI sebaiknya tidak diberikan kepada hanya klien kelolaan saja tetapi
kepada semua klien dalah satu ruangan tersebut secara bersamaan dengan tetap menjaga
privacy klien. Selain itu penulis selanjutnya dapat mencari jurnal yang lebih banyak
tentang perawatan kasus-kasus terkait maternitas.
5.2.2 Dalam bidang keperawatan, khususnya perawat maternitas sebaiknya dapat meneruskan
edukasi kepada semua klien yang dirawat dan menggunakan ruang edukasi yang tersedia
serta melakukan kunjungan rumah dan tindak lanjut melalui hubungan telepon setelah
pulang untuk mengevaluasi intervensi yang telah diberikan.
5.2.3 Institusi pendidikan sebaiknya memberikan tambahan informasi kepada mahasiswa
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah sistem kulit dan kelamin
khususnya mengenai penyakit Kondiloma Akuminata.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
DAFTAR REFERENSI
Badan Litbangkes, Riset Kesehatan Dasar (Riskesda ) 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI), Jakarta
Bick D, Et al. (2002), Postnatal Care Evidance And Guidelines For Management, Churchill
Livingstone
Bobak IM and Lowdermilk DL. (2005), Buku Ajar Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4.
Mosby-Year Book Inc, 1995. Alih bahasa : Wijayarini MA & Anugerah PI. Jakarta :
EGC
Badan Pusat Statistik. (BPS, (2007)), Departemen Kesehatan dan Macro Internasional ;
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja , Jakarta : BKKBN
Chang GJ, Welton M. (2004), Human Papilloma Virus, Condyloma Acuminata, and Anal
Noplasia, Clinic in Colon an Rectal Surgery, 17 (4),p 221-230
Departemen Kesehatan RI. (2010), Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA), Laporan nasional
2010, Jakarta : Depkes RI
Harahap,
SC
(2010),
Bab
1
Pendahuluan
http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/19918/5/chapter%201.pdf
diunduh
tanggal 26/5/2015 jam 22.30
Haurani M, Ziade F, and Rajab M. (2011), Timing of Planned Caesarean Sectionand
themordibities of the Neuborn. North American Journal of Medical Sciences 2011,
October, Volume 3. No. 10. http://www.najms.org
Djuanda A. (2010), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 6, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta
Mansjoer, A. (2000), Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1, Jakarta : Media
Aesculapius
Maurer & Smith. (2010), Community Public Health Nursing Practice ; Health for Family
and Populations, 3 th edition, Elsevier ; Toronto
Manuaba, AC et al. (2009), Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta : EGC
NANDA Internasional. (2010). Diagnosis Keperawatan : defenisi dan klasifikasi 20092011. Alih bahasa : Made Sumarwati,…et al. Jakarta : EGC
NANDA International. (2012). Nursing diagnoses defenitions and Classification 20121014. Oxford : Wiley-Blackwell
Nolan. M dalam Purwoko, S. (2003), Kehamilan dan Melahirkan, Jakarta : Arcan
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Neamsakul. (2008). Unintented thai adolescent pregnancy : A grounded thery study,
University of California, dissertation. http;//www.proquest.com
Norwitz, ER & Schorge, JO dalam Artsiyanti. D. (2007), At a Glance Obstetri dan
Ginekologi, : Surabaya : Erlangga
Nurkholis. (2002) Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan Persalinan Seksio
Sesarea di Pelayanan Kesehatan (PK) Santa Corulus Jakarta Tahun 2001 (Skripsi),
Depok : FKM UI
Universitas Indonesia. (2008). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa.
Universitas Indonesia.
Tharpe, Nell. (2009), Clinical Practice Guidelines for Midifery & Women’Health 3rd ed,
Jones and Bartlett Publishers
Rasjidi, I. (2009), Manual Seksio Sesaria & Laparatomi Kelainan Adneksa Berdasarkan
Evidance Based, Jakarta : CV Sagung Seto
Sastrawinata, S et al. (2003), Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi 2,
Jakarta : EGC
Sherwen, Laurie Nehls. (1999), Maternity Nursing Care of The Childbering Family 3rd ed,
: Appleton & Lange
Sally, b, Marcia, Fatricia. (2000), Maternal–Newborn Nursing A family and CommunityBased Approach 8rd ed, Brenth Hall Health
Syaifudin, Hamidah. (2009), Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Sibuea. DH. (2007), Manajemen SC Emergensi ; Masalah dan tantangan, Medan :
Universitas Sumatera Utara
Reader, Sharon J. (2011), Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi & keluarga
volume 1 ; ahli bahasa Yati Afiyati et al, Edisi 18, Jakarta : EGC
Reader, Sharon J. (2011), Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi & keluarga
volume 2 ; ahli bahasa Yati Afiyati et al, Edisi 18, Jakarta : EGC
Widyasari, (2007). Stress Kerj. http://rumahbelajarpsikologi.com/Index.php/streskerja.htm
diunduh tanggal 24/5/2014 jam 21.30
Widyoningsih. (2011), Pengalaman Keluarga merawat anak remaja dengan Kehamilan
Tidak Diinginkan (KTD) di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Studi
Fenomenologi, Depok : FIK UI
Wiknjosastro, H, et al (1989), Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wilkinson, J.m. (2012), Buku Saku Diagnosa Keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC, ahli bahasa Esty Wahyuningsih, Edisi 9 Jakarta : EGC
Wong, Donna L. (2008), Buku Ajar Keperawatan pediatric. Vol 1 & 2. Alih bahasa Agus
Sutarna, Neti Juniarti, H.Y Kuncara: editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara
Yudha. Ed 6. Jakarta : EGC
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
http ://Jurnal/CDC/Pregnancy Complications Reproductive Health.htm diunduh tanggal
22/6/2014 jam 23.30
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
PENGKAJIAN PRENATAL
Nama Mahasiswa : Linda Ernawati
Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2014
NPM : 1106129921
Ruang/RS : Ruang 210 lantai 2 Gedung A
RSCM JAKARTA
I. PENGKAJIAN
DATA UMUM KLIEN
1.
2.
3.
4.
5.
Initial Klien
: Ny. N.F
Usia
: 16 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan Terakhir : SMP
6. Initial Suami
7. Usia
8. Status Perkawinan
9. Pekerjaan
10. Pendidikan Terakhir
: Tn. B.S
: 26 tahun
: Kawin
: Pedagang
: SMP
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
Pengalaman menyusui : tidak ada Berapa lama : Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : Tidak ada
2. Riwayat KB : Tidak ada
Riwayat Kehamilan Saat Ini
HPHT : 20 – September - 2013
BB sebelum hamil : 49 kg
TD
BB/TD
Taksiran Partus : 27- Juni - 2014
TD sebelum hamil : 110/70 mmHg
TFU
Letak/Presentasi
Janin
DJJ
Usia
Gestasi
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Keluhan
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status Obstetrik : G1 P0 A0, H 32 Minggu
Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : CM , BB/TB : 58 kg / 155 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi 84 x/menit
Kepala Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Kepala : Rambut hitam kekuningan, bersih tak berketombe, benjolan dan luka tidak ada
Mata
: Tak anemis, sklera tak ikterik, tidak menggunakan kacamata.
Hidung : simetris, tidak ada sekret maupun polip
Mulut : Tak berbau, gigi utuh, stomatitis tidak ada
Telinga : Simetris, Sekret tidak ada, bersih, pendengaran baik
Leher : Tidak ada pembesara KGB, JVP
Masalah Khusus : Tidak ada
Dada :
Jantung
: BJ I & II irama regular, mur-mur dan gallop tida ada
Paru
: vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Payudara
: Membesar, terdapat tato di dada kiri atas
Pengeluaran ASI
: belum ada keluar
Puting susu
: menonjol (everted)
Masalah Khusus
: Tidak ada
Abdomen
Uterus :
Tinggi Fundus Uterus : 28 cm, kontraksi : tidak ada
Leopold I : TFU 28 cm, teraba bokong
Leopold II : Kiri teraba bagian kecil, kanan teraba punggung
Leoplod III : Teraba presentase kepala, belum masuk PAP
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Leopold IV : Pigmentasi :
Linea nigra : Positif
Striae : tidak ada
Fungsi pencernaan : Tidak ada keluhan, bising usus 10 x/mt
Masalah khusus : tidak ada
Perineum dan Genital :
Vagina : terdapat kondiloma akuminata ukuran 1 mm pada kedua labia mayor kiri dan
kanan
Varises
: Tidak ada
Kebersihan
: telihat lendir
Keputihan
: tidak ada
Jenis / warna
: agak kekuningan
Konsistensi
: Encer
Bau
: Tidak berbau
Hemorroid
: Tidak ada
Masalah khusus
: Terdapat Kondiloma Akuminata
Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Tidak ada edema, LILA 27 cm
Inspeksi terdapat tato di tangan sebelah kiri
Palpasi : Varises : Tidak ada
Ekstremitas Bawah : tidak ada edema
Inspeksi
Palpasi Varises : Tidak ada
Reflek Patela : + 2
Masalah khusus : Tidak ada
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Eliminasi
Urin : Kebiasaan BAK : 5 – 7 x/hr
BAB : Kebiasaan BAB : 1 hari sekali
Masalah khusus : Tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama 7 - 8 jam, frekuensi 2 kali
Pola tidur saat ini : Tidak ada masalah, teratur
Keluhan ketidaknyamanan : tidak dirasakan
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobolisasi : aktif dan mandiri
Latihan/senam :tidak pernah dilakukan
Masalah khusus : tidak ada
Nutrisi dan Cairan
Asupan Nutrisi
: 3 x sehari. Nafsu makan : Baik
Asupan cairan
: 7 – 8 gelas sehari, cukup
Masalah khusus
: Tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis :
Penerimaan terhadap kehamilan : Mengalami kecemasan. Penerimaan terhadap
kehamilan awalnya kaget dan tidak percaya karena klien biasa mengalami keterlambatan
menstruasi dn tidak teratur tetapi saat ini dapat menerima kehamilan.
Masalah khusus : Kecemasan dengan keadaan bayi yang belum cukup bulan
Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan ;
Klien mengakui sebelum mengetahui didrinya hamil klien merokok tetapi sejak
mengetahui kehamilannya klien langsung berhenti merokok, hanya saja tempat tinggal
klien termasuk padat, kondisi kontrakan sangat sempit ventilasi tidak baik.
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Persiapan persalinan
Senam hamil : klien mengatakan tidak pernah melakukan senam hamil selama kehamilannya
Rencana tempat melahirkan : rencana sebelumnya klien akan melahirkan di bidan yang dekat
dari rumah, tetapi karena ada masalah Kondiloma pada alat kelamin dan rembesan
air ketuban sebelum waktunya sehingga dirujuk ke RS
Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu: sudah ada
Kesiapan metal ibu dan keluarga: klien mengatakan menyiapan kesiapan menjadi orang tua dan
keluarga mendukung menyambut kelahiran bayinya.
Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan: klien
mengatakan tidak tahu karena belum pernah mengalaminya.
Perawatan payudara : klien tidak mengetahui cara perawatan payudara.
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
-
Folamil genio1 x 1
Hasil Pemeriksaan Penunjang : Hasil USG Fetomaternal di RSCM tanggal 24 mei 2014
didapatkan hasil : hamil 32 minggu dengan pertumbuhan dan aktifitas janin normal, plasenta
letak normal. Tidak tampak tanda hipoperfusi. Indeks cairan amnion (ICA) : 2.0 cm.
Hasil laboraturium tanggal 24 Mei 2014 Hb : 11,6 g/dl, Ht: 32,5 , Leukosit : 14,3 1000/UL
, Trombosit : 260 1000/UL, MCV/VER ; 80,1 fL, MCH/HER : 26,8 pg, MCHC/KHER :
33,6 g/dl. Therapi saat klien dikamar 210 dexamethasone 2 x 6 mg IV, ampicilin sulbactan
4x1,5 mg IV.
II. ANALISA DATA
No
Data
Masalah
Keperawatan
1.
.DS :
Ansietas b/d krisis situasi
klien
mengatakan
khawatir
dengan
persalinannya ini
(NANDA, 2014)
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
klien
mengatakan
khawatir dengan kondisi
kesejahteraan janinnya.
DO ;
wajah ibu tampak
tegang,
klien
selalu
bertanya tentang
proses
persalinannya,
TD
110/70
mmHg,
nadi
80x/menit,
pernapasan
16x/menit, suhu
36,5
derajat
celcius.
Klien
tampak
memegangi
perutnya
klien dianjurkan
bedrest
2.
Resiko gawat janin
DS :
klien
mengatakan
air
ketubannya masih keluar
sedikit sedikit.
Klien
mengatakan
rembesan air ketubannya
sudah keluar sejak 2 hari
DO :
tampak
rembesan
air
ketuban dan lendir saat
inspeksi pervaginam
cairan berwarna jernih,
tidak berbau
klien menggunakan under
pat
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Suhu tubuh klien 36,5 0 C
Leukosit : 14,3 1000/U,
DJJ 148 x/mnt
Gerakan janin ada, teratur
III. Diagnosa Prioritas
1. Ansietas
2. Resiko gawat janin
NANDA, 2012
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Lampiran 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PRENATAL
(PREOPERASI)
No
1
Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Intervensi
Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
situasi dan kondisi yang keperawatan selama 2 x pertemuan (60
menit) diharapkan cemas klien berkurang
dihadapi sebelum dan sesudah
sampai hilang.
melahirkan.
Kriteria Hasil :
-
-
-
Klien
mengatakan
cemas
berkurang
Klien akan mengkomunikasikan
kebutuhan dan perasaan negatif
secara tepat.
Klien tampak tenang
Klien
dapat
mengerti
dan
mengetahui tanda-tanda persalinan,
prosedur operasi dan manajemen
yang dapat dilakukan di
Klien dapat menyebutkan dan
mempraktekkan
kembali
manajemen nyeri yang akan
dilakukan.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Kaji kemampuan klien untuk
mengurangi rasa cemas
3. Berikan edukasi kepada klien
tentang pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi
4. Beri kesempatan klien untuk
mengekspresikan perasaannya.
5. Beri suport pada klien
6. Anjurkan
klien
untuk
menggunakan cara distraksi yang
dikuasai untuk mengurangi cemas.
7. Beri dorongan kepada orangtua
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Lampiran 3
dan suami (keluarga) untuk
menemani klien atau memberi
suport kepada klien.
8. Hargai setiap pendapat dan
keputusan klien.
9. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
tentukan dan tentukan kebutuhan
pengajaran klien.
10. Berikan pengajaran tentang tandatanda persalinan
11. Berikan
pengajaran
tentang
prosedur operasi SC.
12. Berikan
pengajaran
dan
demonstrasikan tentang teknik
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri.
13. Berikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.
14. Minta klien untuk mengulangi
informasi yang sudah diberikan.
15. Ikut sertakan suami dan anggota
keluarga klien dalam pengajaran
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
PENGKAJIAN POSTPARTUM
Lampiran
PENGKAJIANPOSTPARTUM
NamaMahasiswa
NPM
: Linda Ernawati
: 1106129921
Tanggal Pengkajian: 24 Mei 2014
Ruang/RS: Post Partum lantai 2 zona B
RSCM
I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Inisial Klien
2. Usia
3. No RM
4. Status Perkawinan
5. Pekerjaan
6. Pendidikan Terakhir
7. Suku
8. Agama
9. Alamat
: Ny. N.F
: 16 Tahun
: 393-65-24
: Kawin
: IRT
: SMP
: Betawi
: Islam
: Utan Kayu Matraman, Jakarta
B. Keluhan Saat Ini
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, dan bertambah sakit saat berubah
posisi. Klien mengeluhkan ASI-nya belum keluar, belum mengerti tentang
perawatan diri dan bayinya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
D. Riwayat Penyakit Keluaga
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM (-), Asma (-), Jantung (-),
Hipertensi (-),Hepatitis (-)
E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
No Tahun
Jenis
Penolong
Jenis
Persalinan
Kelamin
Keadaan
Bayi Waktu
Lahir
Pengalaman menyusui : belum pernah
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Masalah
F. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Klien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Budi Asih, Jakarta Timur dengan
riwayat dengan Kondiloma Akuminata. Dilakukan terminasi pada usia
kehamilan 32 minggu karena Ketuban Pecah Dini sudah 2 hari,
Oligohidramion dan Kondiloma Akuminata.
G.Riwayat Persalinan
Klien(P3A0) melahirkan secara Sectio pada tanggal 26 Mei 2014 pukul
19.00 WIB. Klien melahirkan bayi dengan jenis kelamin perempuan, BB:
1800 gram, PB : 45 cm, AS: 8/9. Perdarahan 300 ml.
H.Riwayat Ginekologi
Klien tidak memiliki riwayat masalah ginekologi.
I. Data Umum Kesehatan Saat Ini
1. Status Obstetri
: P1 A0 postpartum SC, nifas hari pertama
: baik, kesadaran compos mentis, BB: 51Kg, TB:
2. Kesadaran umum
155 cm.
3. Tanda-tanda Vital : TD: 110/70 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20 x/menit,
S: 370C.
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
 Rambut dan kulit kepala
Bentuk simetris, rambut hitam kekuningan, persebaran merata dan
kulit kepala klien bersih, klien mengatakan keramas 2 hari sekali,
tetapi selama di RS belum keramas.
 Muka dan Mata
Pada muka tidak terdapat kloasma gravidarum, mata klien simetris,
tidak menggunakan alat bantu penglihatan, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis (+),sklera an-ikterik.
 Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-),
polip (-), Pengeluaran cairan berlebih atau sekret (-)
 Mulut
Mukosa lembab, bersih,sariawan(-), terdapat gigi berlubang, tidak
ada karies gigi, tidak ada pembesaran tonsil.
 Telinga
Bentuk simetris, keadaan bersih, berdengung (-), pengeluaran
cairan berlebih (-)
 Leher
Tidak ada gangguan menelan,Tidak ada peningkatan JVP,tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
b. Dada
 Inspeksi
Bentuk simetris, terdapat tato di payudara kiri atas, tidak ada spider
nevi, hiperpigmentasi areola, putting susu everted, tidak ada tonjolan
yang mencurigakan
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa yang mencurigakan, ASI
belum keluar, payudara keras (-).
 Auskultasi
BJ 1&2 reguler, tidak ada mumur, tidak ada gallops, suara napas
vesikuler (+), Bronkovesikuler (+), Bronkial(+), Ronchi -/-, wheezing
negatif
 Perkusi
Paru: resonan (+), Jantung: Pekak
Masalah Khusus : Tidak ada masalah keperawatan
c. Abdomen
 Inspeksi
bersih, linea nigra (+), strie gravidarum(-), hiperpigmentasi (-),
terdapat luka operasi SC yang tertutup balutan kasa kering steril
sepanjang 10 cm, dan hasil observasi terlihat ada rembesan darah
pada bagian dalam balutan.
 Palpasi
Fundus uteri tidak teraba (klien histerektomi), kandung kemih
kosong, diastasis rektus abdomninis tidak teraba (abdomen distensi
dan klien merasa nyeri jika dipalpasi), nyeri pada bagian luka operasi
dan daerah sekitarnya.
 Auskultasi
Bising usus aktif di empat kuadran dengan 8 kali/menit
Masalah Khusus : Tidak ada masalah keperawatan
d. Ekstremitas
 Ekstremitas atas
Edema (-), CRT <3 detik, reflex bisep dan trisep +2
 Ekstremitas bawah
Edema (-), Varises (-), Refleks patella +2, tanda human sign (-)
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
e. Genetalia
Perineum utuh. Tidak ada tanda-tanda REEDA.
Terlihat bercak-bercak merah terang pada pembalut klien, tidak berbau,
volume 10-20 cc.
Pada labia mayor kanan dan kiri terdapat Kondiloma Akuminata ukuran
1 mm
Anus: Tidak ada hemoroid.
Masalah Khusus : Resiko Infeksi
5. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharanan kesehatan
Analisis
praktik ...,
Linda Ernawati,
UI, 2014
Persepsi
terhadap
kesehatan
cukupFIKbaik,
namun klien baru 3 kali
memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit. Namun klien masih
bingung dan belum mengerti tentang perawatan diri setelah melahirkan,
seperti perawatan payudara serta memerah ASI, perawatan bayi baru
lahir. Klien takut untuk bergerak karena takut sakit, iritasi dan jahitan
takut robek.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Selama hamil klien mengatakan pola makan baik tidak ada gangguan.
Frekuensi makan 3 kali sehari tetapi terkadang dihabiskan dalam satu
porsi. Selama hamil tidak ada perubahan pola makan, alergi terhadap
makanan tidak ada, minum air putih 5-6 gelas sehari(1000-1200 ml)
Setelah melahirkan klien mengkonsumsit 3 x sehari tetapi tidak pernah
habis, hanya habis 1/2 porsi.
c. Pola Eliminasi
Klien mengatakan sejak kehamilan trimester III, frekuensi BAK 8-10
kali, warna kuning, bau khas, tidak ada keluhan dengan BAK. Klien
mengatakan sudah flatus.
d. Pola istirahat dan latihan
klien mengatakan bahwa pola istirahat dan tidur selama hamil ini tidak
terganggu.
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
Kemampuan klien dalam mengingat dan berorientasi baik. Dalam
mengambil keputusan untuk masalah klien klien selalu bermusyawarah
dengan suaminya.
f. Pola hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan orang tua, suami, saudara baik. Selama dirawat,
klien mengatakan mampu berkomunikasi baik dengan perawat, klien
juga kooperatif dengan perawat dan dokter.
g. Pola reproduksi dan seksualitas
Klien selama hamil tidak melakukan hubungan seksual karena takut
terjadi apa-apa dengan bayinya. Setelah melahirkan klien belum
melakukan hubungan seksual.
h. Persepsi diri
1. Persepsi diri
Klien mengatakan dirinya saat ini sudah menjadi orang tua yang
memiliki ketiga orang anak. Klien akan memberikan yang terbaik
untuk anak ketiganya seperti ASI eksklusif. Namun, klien khawatir
dengan ASI nya yang saat ini masih keluar sedikit dan bayi
perlekatannya tidak bagus .
Masalah Khusus: Ketidakefektifan pemberian ASI
J. Obat-Obat yang dikonsumsi saat ini
1. Pycin 4x1,5 gr
2. Metronidazol 3x500 mg
3. Profenid sup 3x1
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
K.Hasil Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (pemeriksaan tanggal 28 mei 2014)
No Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
1
DarahLengkap
12.00-15.00 g/dl
a. Hemoglobin
9,9 g/dl (L)
36.0-46.0 %
29 % (L)
b. Hematokrit
150-400 ribu/ul
247 ribu/ul
c. Trombosit
5.00-10.00
11.75
ribu/ul
(H)
d. Leukosit
ribu/ul
2
Glukosa Darah Sewaktu
a. Gula darah sewaktu 98 mg/dl
<200 mg/dl
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
II. ANALISA DATA
No
1
Data
DS:
Klien mengatakan nyeri dan sakit pada luka operasinya
klien mengatakan nyeri semakin terasa saat merubah
posisi.
DO:
Masalah
keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
injuri fisik luka
post sectio
(NANDA, 2014).
Klien tampak meringis kesakitan
Wajah klien tampak tegang
Klien tampak menangis, VAS 4.
Tampak perilakuk berhati-hati
TD 110/70 mmHg, nadi 88 x/mnt, pernapasan 20
x/mnt..
Terdapat luka jahitan post operasi SC di abdomen
tertutup kassa kering sepanjang 10 cm, terdapat
rembesan pada balutan
2
DS:
Ketidakefektifan
pemberian ASI
Klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui
berhubungan
dengan posisi yang benar
dengan kurang
Klien mengatakan ASInya belum keluar
Klien mengatakan tidak mengerti tentang pengeluaran pengetahuan
(NANDA, 2014).
ASI dan menyimpan ASI
DO:
Bayi klien prematur
Bayi klien berada di scn 5
DS :
Kesiapan
meningkatkan
klien menyatakan
keinginan untuk mengetahui
pengetahuan
pengetahuan tentang perawatan dirinya dan bayinya
Kesehatan Pasca
menyatakan belum pernah tahu tentang perawatan
Partus
melahirkan karena operasi SC
(NANDA,2014)
DO :
tampak keinginan untuk belajar
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
tampak mengikuti petunjuk yang diberikan perawat
DS :
Klien mengatakan dirinya melahirkan dengan cara
SC
Klien mengatakan dirinya dirujuk karena KPD sudah
2 hari dan terdapat kutil di kemaluannya
Resiko Infeksi
(NANDA, 2014)
DO :
Tampak balutan verban pada abdomen sebesar 10 cm
Tampak Kondiloma Akuminata pada labia mayor kiri
dan kanan ukuran 1mm
Terpasang dower khateter
Terpasang Infus cairan Asering 20 tpm
III PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014).
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu
(NANDA, 2014).
3. Resiko Infeksi (NANDA, 2014).
4. Kesiapan meningkatkan pengetahuan kesehatan pascapartus (NANDA, 2014).
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
injuri fisik luka
post sectio
(NANDA,
2014).
Tujuan & Kriteria
Hasil
Tujuan:
Setelahdilakukan
tindakan
keperawatan pada
Ny.N.F sebanyak
3x24 jam diharapkan
nyeri pada Ny.N.F
berkurang dan
hilang.
KriteriaHasil:
Klien akan
mengungkapkan
skala nyeri
kurang dari 2.
Klien dapat
memperlihatkan
teknik relaksasi
secara individual
yang efektif
untuk mencapai
kenyamanan
Klien
menunjukkan
TTV dalam
batas normal
Klien
menunjukkan
selera makan
dan pola tidur
yang baik
Wajah klien
tampak rileks
ketika kembali
beraktivitas
Klien
menunjukkan
Intervensi
Rasional
1. Kaji skala nyeri,
lokasi,
karakteristik dan
laporkan
perubahan nyeri
dengan cepat
1. Evaluasi nyeri
tiap shift dapat
menentukan
rencana
intervensi
penanganan
nyeri
selanjutnya
2. Teknik
relaksasi
meringankan
nyeri
3. Mobilisasi
bertahap
meningkatkan
aliran darah
yamg
meningkatkan
proses
penyembuhan
luka,
meringankan
nyeri
4. Posisi yang
nyaman
membuat klien
menjadi lebih
rileks
5. Klien yang
merasakan
nyeri akan
terhambat
dalam
pemenuhan
kebutuhan
dasarnya
6. Kolaborasi
medikamentos
a diberikan
jika skala
nyeri lebih
2. Ajarkan relaksasi
napas dalam saat
timbul nyeri
3. Motivasi klien
untuk melakukan
mobilisasi
bertahap
4. Berikan posisi
nyaman untuk
klien
5. Bimbing klien
untuk memenuhi
kebutuhan dasar
6. Kolaborasi
pemberian
analgetik
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi
tingkat
mobilisasi yang
baik tanpa
adanya nyeri
2
Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
dengan
prematuritas dan
kurang
pengetahuan ibu
(NANDA,
2014).
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam pada
Ny.N.F, klien dan bayi
akan mengalami
keefektifan pemberian
ASI.
Kriteria Hasil:
Kesejajaran dan
pelekatan yang
benar antara bayi
dan payudara
Bayi dapat
mencengkeram
dan
mengompresi
areola dengan
tepat
Bayi dapat
mengisap dan
menempatkan
lidah bayi
dengan benar
Suara menelan
yang dapat
didengar
Minimal
Rasional
dari VAS 4/
skala nyeri
sedang
1. Siapkan ibu
untuk
menyusui
bayinya
2. Kaji
pengetahuan
ibu tentang
proses laktasi
dan menyusui
3. Perbaiki salah
konsepsi dan
informasi
mengenai
produksi ASI
4. Informasikan
tentang pola
buang air
besar dan
buang air kecil
bayi yang
menjadi tolok
ukur
kecukupan
nutrisi bayi.
5. Ajarkan ibu
untuk
melakukan
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
1. Pastikan
bahwa klien
benar-benar
ingin
menyusui
anaknya dan
ikhlas
2. Seberapa jauh
pengetahuan
klien tentang
laktasi akan
mempengaruhi
rencana
intervensi dan
cara
penyampaian
3. Setelah
mengetahui
seberapa jauh
pengetahuan
klien tentang
laktasi, nilai
konsep klien
tentang laktasi
dan perbaiki
konsep yang
salah
4. Informasi
tentang pola
BAB dan
BAK bayi
merupakan
indikator yang
mudah
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria
Hasil
menyusui
delapan kali
perhari (atau
sesuai
permintaan)
Kepuasan bayi
setelah menyusu
Kenaikan berat
badan sesuai usia
Ibu tidak
mengalami nyeri
tekan pada
puting
Ibu mengenali
isyarat lapar dari
bayi dengan
segera
Intervensi
perawatan
payudara dan
massase
payudara agar
produksi ASI
maksimal
6. Dorong ibu
untuk
menyusui
sesuai
keinginan bayi
(min 2 jam
sekali)
anjurkan untuk
tidak
memberikan
makanan
tambahan
7. Anjurkan
kepada ibu
untuk
memompa asi
secukupnya
untuk
mengurangi
kongesti
payudara dan
memungkinka
n puting
menonjol
8. Tawarkan
makanan atau
cairan untuk
ibu selama
siang dan sore
hari sebelum
waktu
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Rasional
digunakan
oleh klien
untuk
menentukan
pakah ASI
yang diberikan
cukup atau
tidak
5. Rangsangan
dengan
melakukan
massase pada
payudara serta
sentuhan pada
puting akan
menstimulasi
reseptor pada
ujung puting
yang akan
menyampaika
n impuls ke
otak dan
memerintahka
n hipotalamus
untuk
memproduksi
ASI
6. Menyusui
sesering
mungkin akan
lebih baik,
terutama bagi
bayi prematur
dan BBLR
7. Menurunkan
risiko breast
engorgement
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria
Hasil
Intervensi
Rasional
menyusui
8. Nutrisi cukup
sebelum
menyusui akan
menambah
produksi
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Prenatal
Tanggal
26-6-2014
Jam 08.00- 14.00 wib
Diagnosa
Ansietas
-
Implementasi
Mengkaji tingkat kecemasan pasien S =
-
Menemani
-
pasien
untuk
-
-
-
Pasien
mengatakan
cemas dengan tindakan
Memberi privacy dan lingkungan
yang akan dilakukan.
Pasien
mengatakan
Memberikan informasi mengenai
setelah
diberikan
pengobatan dan perawatan yang
penjelasan
sekarang
akan dilakukan
merasa lega dan tenang
Memberi dorongan kepada pasien
untuk
untuk meningkatkan harga dirinya
operasi.
-
Mengajarkan teknik relaksasi tarik
-
menjalankan
Pasien mengatakan siap
napas dalam
untuk
Menjelaskan pada klien persiapan
tindakan oprasi.
yang
harus
dibawa
ke
-
Menganjurkan klien untuk berdoa
.
dilakukan
ruang O =
operasi
-
-
mengungkapkan perasaannya
yang nyaman
-
Evaluasi
Wajah tampak sedikit
tegang dan gelisah
-
Setelah
diberi
penjelasan
wajah
tampak tenang, tampak
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
tersenyum ketika disapa
-
Antusius mendengarkan
penjelasan
-
Tampak
mampu
melakukan
relaksasi
teknik
tarik
napas
dalam
-
TD = 110 /70 mmhg,
nadi = 84 x/mt
A = Ansietas teratasi
P=
-
Temani
saat
menju
ruang opearasi
-
Motivasi
untuk
melakukan
teknik
relaksasi
-
Motivasi untuk selalu
berdoa.
Resiko gawat janin
-
Melakukan pemeriksaan leopold S =
untuk memastikan usia gestasi
-
Melakukan
pemeriksaan
jantung janin
-
denyut
Klien
mengatakan
gerakan anaknya kuat
O=
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
-
Mendokumentasikan
hasil
-
pemeriksaan
hasil
pemeriksaan
Leopold
I
=
teraba
bokong,
TFU
27cm,
leopold
II
kanan
=
teraba punggung, kiri
teraba
kecil-kecil,
kosong, leopold III =
teraba presentase kepala
belum masuk PAP
A = masalah belum teratasi
P=
-
observasi djj tiap 30
menit
-
Anjurkan klien bedrest
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN POSTPARTUM
Tanggal
27 -6 -2014
Diagnosa
Nyeri (akut)
Implementasi
-
Mengkaji lokasi nyeri,frekuensi,
skala dan durasi
Evaluasi
S=
-
Pasien
mengatakan
-
Mengobservasi TTV
nyerinya berkurang, vas
-
Mendorong pasien untuk
2
melakukan teknik napas dalam
-
-
-
-
Pasien mengatakan jika
Mengatur posisi yang nyaman
berbaring nyeri terasa
menurut klien
berkurang
Menganjurkan klien untuk istirahat
-
Klien mengatakan bisa
jika nyeri berkurang
melakukan teknik tarik
Memberikan analgetik, profenid
napas dalam
supp yang sesuai dengan program
O=
-
Tampak
mampu
melakukan teknik taris
napas dalam
-
Tampak
pasien
mengatur posisi yang
nyaman
-
Profenid
sup
telah
diberikan jam 12.00 wib
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
-
Jam 13.30 tampak klien
tidur
dengan
posisi
supine
Kesiapan meningkatkan
-
pengetahuan kesehatan Ibu
Pascapartum
Mengkaji pengetahuan pasien
S=
tentang perawatan diri
-
-
-
-
Klien
mengatakan
Mengkaji pengetahuan pasien
belum
tentang perawatan bayi
hanya melap saja
Memberikan lingkungan yang
-
berani
Klien
mandi,
mengatakan
kondusif untuk memberikan
sudah
melihat
edukasi
memandikan bayi
cara
Menjelaskan pada klien untuk tidak O =
menekuk kakinya untuk
-
memperlancar sirkulasi
Tampak
pembalut
sudah diganti
-
Tampak
klien
meluruskan kakinya
A = masalah belum teratasi
P=
-
Ajarkan
personal
hygiene, cara mandi
-
Demonstrasikan
perawatan
bayi
pada
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
klien dan pasien lainnya
-
Motivasi nutrisi TKTP
yang adekuat
Ketidakefektifan Pemberian
-
ASI
Mengkaji keinginan dan motivasi
ibu
-
-
S=
-
Pasien
mentakan
Memberikan edukasi tentang
keinginan
laktasi
memberikan ASI pada
Mengajarkan cara perawatan
bayinya
payudara (Breast Care)
-
Pasien
sekarang
untuk
mengatakan
mengerti
tentang cara perawatan
payudara
-
Pasien
mentakan
mengerti cara memerah
ASI, dan menyimpan
ASI
O=
-
Tampak suami pasien
mengantar ASI KE scn
5
-
Tampak
pasien
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
memerah ASI, 1X perah
15 cc
-
Pasien
mampu
melakukan
perawatan
payudara
A = Masalah teratasi sebagian
P=
-
Motivasi intake cairan
yang adekuat
-
Motivasi ibu melakukan
masase payudara dan
memerah ASI sesering
mungkin
Resiko Infeksi
-
Mengkaji tanda-tanda infeksi
(demam, kemerahan, adanya pus
S=
-
Klien mengatakan telah
pada luka)
mencuci
-
Mengkaji tanda REEDA
sebelum
-
Mencuci tangan sebelum dan
melakukan tindakan
sesudah tindakan
-
-
dan
setelah
Klien
mengatakan
Memotivasi pasien untuk menjaga
sudah
mengganti
personal hygiene dan lingkungan
pembalutnya
Mempertahankan teknik aseptik
-
tangan
-
Klien
mengatakan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
pada prosedur invasive
-
Memberikan antibiotik sesuai
dirinya tidak demam
O=
program berdasarkan kolaborasi
-
Tampak
pembalut
medis yaitu pycin 4 x 1,5 gram/iv,
sudah diganti, perineum
metronidazole 3 x 500mg
utuh, lokia rubra 30 cc
-
Terpasang
dower
kateter
-
Terpasang infus cairan
asering 20 tpm
A = Masalah belum teratasi
P=
-
Cuci tangan
-
Pertahankan
teknik
septik dan antiseptic
-
Anjurkan klien untuk
mengganti
balutan
maksimal 4 jam sekali
-
Aff kateter jam 19.30
wib
-
Berikan
terapi
obat-
obatan sesuai jadwal
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Catatan Perkembangan postpartum hari ke 2
Tanggal
28 – 6 - 2014
Diagnosa
Nyeri Akut
Implementasi
-
Evaluasi
Mengkaji lokasi nyeri, frekuensi,
S=
skala dan durasi nyeri
Pasien mengatakan
-
Mengobservasi TTV
berkurang, vas 2
-
Mendorong pasien untuk
Pasien
melakukan teknik napas dalam
berbaring
Menganjurkan klien mobilisasi
berkurang
secara bertahap
Klien
Memberikan analgetik, profenid
melakukan teknik tarik napas
supp yang sesuai dengan program
dalam
-
-
nyerinya
mengatakan
nyeri
jika
terasa
mengatakan
bisa
O=
Tampak
mampu
melakukan
teknik
napas dalamTampak
pasien mengatur posisi yang
nyaman
Profenid sup telah diberikan
jam 12.00 wib
Jam 13.30 tampak klien tidur
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
dengan posisi supine
Kesiapan
pengetahuan
pascapartum
meningkatkan
kesehatan
-
Ibu
-
-
-
Ajarkan personal hygiene, cara Subjektif:
- Klien mengatakan
mandi
keinginannya untuk
makan makanan yang
Demonstrasikan perawatan bayi
banyak sayur dan buahpada klien dan pasien lainnya
buahan
- Klien mengatakan
Motivasi nutrisi TKTP yang
sudah mandi dan tetap
adekuat
melindungi area luka
operasi dengan handuk
Informasikan tanda-tanda yang
- klien mengatakan akan
harus diwaspadai pascapartum
mencoba melakukan
perawatan bayi jika
bayinya sudah bisa
gabung bersamanya
Objektif :
- porsi makan habis
- dalam 1 hari 1 ½ botol
aqua besar habis (2000
– 2500 liter)
- klien tampak bersih, rapi
dan harum
-
pakaian klien tampak
berganti
Analisis :
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
kesiapan meningkatkan
pengetahuan kesehatan ibu
pascapartum belum teratasi
Planning :
Evaluasi diet dan perawatan
diri klien dan bayi
Evaluasi tanda-tanda bahaya
pascapartum
Ketidakefektifan
Pemberian
-
ASI
Mengkaji keinginan dan motivasi
ibu
-
Memberikan edukasi cara
melakukan kompres payudara dan
membersihkan putting pada
payudara
-
Memotivasi klien masase payudara
dan memerah ASI secara teratur
-
Menganjurkan klien istirahat yang
cukup
-
Menganjurkan klien intake cairan
dan nutrisi yang adekuat
-
Menganjurkan klien perbanyak
makan kacang-kacangan untuk
Subjektif :
- Klien tampak antusias
untuk
menyusui
bayinya.
- Klien
mengutarakan
keinginan
melihat
bayinya
dan
ingin
mencoba menyusui
Objektif:
- Klien kooperatif saat
diajarkan
- Klien
tampak
melalukan
masase
payudara dan memerah
asi dengan benar
- tampak klien tertidur
setelah memompa ASI
- Tampak porsi yang
diberikan habis
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Analisis :
- Ketidakefektifan
pemberian ASI teratasi
sebagian.
meningkatkan produksi ASI
Resiko Infeksi
-
Planning:
- Motivasi ibu untuk
menyusui
- Bantu dan instruksikan
klien untuk menyusui
dengan posisi yang
benar di SCN 5
- Anjurkan klien untuk
makan dan minum yang
cukup
- Evaluasi pengetahuan
ibu tentang tanda-tanda
bayi
sudah
puas
menyusui.
S=
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
-
Klien mengatakan telah
Mengkaji tanda-tanda infeksi
mencuci
(demam, kemerahan, adanya pus
sebelum
pada luka)
melakukan tindakan
-
Mengkaji tanda REEDA
-
Motivasi
-
-
asupan
nutrisi
yang
Klien
tangan
dan
setelah
mengatakan
sudah mandi di kamar
adekuat
mandi
Memonitor tanda-tanda vital
membersihkan
dan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
kemaluannya
dengan
sabun
-
Klien
mengatakan
dirinya tidak demam
O=
-
Suhu 36,5oC
-
Tanda kemerahan pada
luka incise tidak ada,
dema
tidak
ekimosisi
tidak
ada,
ada,
rembesan cairan/nanah/
darah tidak ada, tampak
jahitan menyatu
A = Masalah teratasi sebagian
P=
-
Observasi
cairan
rembesan
pada
verban
staples
-
Kaji tanda-tanda infeksi
-
Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium
-
Observasi
tanda-tanda
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
vital
-
Pertahankan
teknik
aseptic dan antiseptic
Catatan Perkembangan hari ke 3
Tanggal
29 – 6 - 2014
Diagnosa
Nyeri Akut
-
Implementasi
Mengobservasi TTV
-
Mendorong pasien untuk
melakukan teknik napas dalam
-
Mengatur posisi yang nyaman
menurut klien
-
Menganjurkan klien untuk istirahat
jika nyeri berkurang
-
Memberikan analgetik oral yang
sesuai dengan program
Evaluasi
- Klien mengatakan nyeri
sudah berkurang VAS
1.
Objektif :
- Klien mampu mengatasi
nyeri dengan teknik
napas dalam
- Wajah klien tampak
rileks
- Mobilisasi klien aktif
- Luka operasi tidak ada
tanda infeksi tidak ada
Analisis :
- Nyeri akut teratasi.
Kesiapan
pengetahuan
meningkatkan
kesehatan
Ibu
-
Memotivasi nutrisi dan asupan
cairan yang adekuat
Mengingatkan untuk mobilisasi
bertahap
Planning :
- Evaluasi
manajemen
nyeri saat kunjungan
rumah
Subjektif:
- Klien mengatakan mesti
makan makanan yang
banyak sayur dan buahUniversitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
-
pascapartum
motivasi tentang personal hygiene
Ingatkan istirahat yang cukup
-
-
buahan
Klien mengatakan
sudah mandi dan tetap
melindungi area luka
operasi dengan handuk
klien mengatakan sudah
bisa beraktifitas mandiri
secara perlahan
Objektif :
- porsi makan habis
- dalam 1 hari 1 ½ botol
aqua besar habis (2000
– 2500 liter)
- klien tampak bersih, rapi
dan harum
-
pakaian klien tampak
berganti
Analisis :
kesiapan meningkatkan
pengetahuan kesehatan ibu
pascapartum teratasi
Planning :
Evaluasi diet dan perawatan
diri klien
Informasikan jadwal kunjungan
ulang pascapartum
Ketidakefektifan
Pemberian
-
Memotivasi klien masase payudara
Subjektif :
- Klien senang diajarkan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
ASI
dan memerah ASI secara teratur
-
Memotivasi klien intake cairan
yang adekuat
-
Menganjurkan klien untuk
-
cara
masase
dan
memeras ASI
Klien
mengatakan
terasa
sakit
saat
dilakukan pemerahan
payudaranya.
konsentrasi saat memerah ASI
-
Mengingatkan klien dan suami atau
keluarga untuk mengantarkan ASI
ke ruang SCN 5
Objektif
- : ASI klien tampak
banyak
keluar
didapatkan 50 cc setelah
diperah
- Payudara klien tampak
mulai lunak
- Klien merasa nyaman
setelah
diperah
payudaranya
tidak
terlalu kencang.
Analisis :
- Ketidakefektifan
pemberian ASI teratasi
sebagian.
Planning:
- Evaluasi pada klien
cara masase payudara
dan cara memerah ASI
- Motivasi ibu untuk
memerah payudara dan
jika di rumah menyusui
bayinya
dengan
payudara
secara
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
bergantian.
Resiko Infeksi
-
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
-
P=
-
Mempertahankan teknik aseptik
dan antiseptik
-
Mengobservasi tanda-tanda infeksi
-
Membersihkan luka dan
-
Ajarkan pada klien
perawatan luka operasi
selama dirumah
Ajarkan
untuk
mengenal adanya tandatanda infeksi pada luka
operasi
menggantikan verban luka incisi
klien dengan verban staples
-
Memotivasi klien perbanyak
makan sayur, buah-buahan dan
putih telor minimal 1 hari enam
buah putih telor
-
Beritahu klien tanda waspada yang
harus diperhatikan tentang tandatanda infeksi
Catatan Perkembangan Kunjungan Rumah
Tanggal
8 – 6 – 2014
Diagnosa
Kesiapan meningkatkan
-
pengetahuan kesehatan Ibu
pascapartum
Implementasi
Mengevaluasi klien tentang
perawatan bayi di rumah
-
Menganjurkan klien untuk
mengontrol kembali ke pelayanan
Evaluasi
Subjektif :
- klien
mengatakan
mengerti tentang resiko
penyakit kelamin yang
dideritanya
- klien
menyatakan
keinginan untuk kontrol
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Objektif :
- Klien
menunjukkan
Akuminata yang dialami klien
keinginan
untuk
mengobati Kondiloma
Menganjurkan klien sebaiknya jika
akuminata pada dirinya
melakukan hubungan seksual agar
- Mampu
menjawab
jadwal kontrol dirinya
menggunakan kondom walaupun
dan bayinya
telah menggunakan alat kontrasepsi
- Mobilisasi klien aktif
- mampu
melakukan
IUD
perawatan bayi
Mengingatkan klien untuk
- Klien
menunjukkan
keinginan control ulang
memeriksakan bayinya dan
sesuai jadwal yang
mengikuti jadwal imunisasi secara
ditentukan
- mampu menyebutkan
rutin sesuai jadwal
pengetahuan
tentang
kesehatan
ibu
pascapartum
kesehatan untuk terapi Kondiloma
-
-
Analisis :
- pengetahuan kesehatan
ibu meningkat
Planning :
- Evaluasi pengetahuan
klien melalui telepon
Resiko Infeksi
-
Mengkaji tanda-tanda infeksi
-
Mengkaji REEDA
-
Mangganti verban pada luka
S=
-
Klien mengatakan telah
mencuci
tangan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
-
operasi
sebelum
Menganjurkan klien agar selalu
melakukan tindakan
tetap menjaga kebersihan diri
-
-
-
Klien
dan
setelah
mengatakan
Menganjurkan klien senantiasa
sudah mandi di kamar
mencuci tangan sebelum dan
mandi
setelah menyentuh bayi atau
membersihkan
melakukan tindakan
kemaluannya
Menganjurkan klien
sabun
mengkonsumsi nutrisi tinggi
-
vitamin dan protein seperti
perbanyak sayur, buah-buahan dan
Klien
dan
dengan
mengatakan
dirinya tidak demam
O=
putih telor setiap hari
-
Suhu 36,5oC
-
Tanda kemerahan pada
luka incise tidak ada,
dema
ekimosisi
tidak
tidak
ada,
ada,
rembesan cairan/nanah/
darah tidak ada, tampak
jahitan menyatu
A = Masalah teratasi sebagian
P=
-
Evaluasi edukasi tanda
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
tanda infeksi pada klien
-
Kontrak
waktu
kunjungan rumah.
-
Terminasi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014
Download