UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN : ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN REMAJA DENGAN KONDILOMA AKUMINATA DI RUANG POSTPARTUM LANTAI 2 ZONA B GEDUNG A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR NERS LINDA ERNAWATI 1106129921 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI DEPOK JULI 2014 i Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN : ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN REMAJA DENGAN KONDILOMA AKUMINATA DI RUANG POSTPARTUM LANTAI 2 ZONA B GEDUNG A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners Keperawatan LINDA ERNAWATI 1106129921 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI DEPOK JULI 2014 ii Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan : Asuhan Keperawatan Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum lantai 2 Zona B Gedung A RSPUN Cipto Mangunkusumo Jakarta dapat saya selesaikan. Penulisan ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program Studi Profesi Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari dalam menyusun tugas akhir ini terdapat banyak hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan, motivasi dari berbagai pihak akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dra. Junaiti Sahar, M. App. Sc., Ph. D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 2. Ibu Ns. Tri Budiarti, S.kep.,M.Kep,Sp. Kep. Mat selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah Akhir Ners saya yang selalu sabar dan tidak pernah bosan memberikan bimbingan masukan, dan motivasi; 3. Ibu Kuntarti S,kp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 dan Profesi Ners FIK UI; 4. Ibu Fajar Waluyanti S.Kp., M. Kep., selaku Koordinator MA PKKKMP dan KIAN, sekaligus Penanggungjawab Profesi/ Sekretaris Program Studi Ners FIK UI; 5. Ibu Wiwit Kurniawati, M.Kep., Sp. Mat selaku penguji yang telah memberi masukan, bimbingan, dan motivasi dan menjadi fasilitator serta pembimbing di keperawatan maternitas; 6. Seluruh dosen pengajar, narasumber dan staff Fakultas Ilmu Keperawatan yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan; v Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 7. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun motivasi serta mendoakan saya demi kelancaran penyelesaian Karya Akhir Ners ini; 8. Suami saya, anak-anak saya yang telah memberi dukungan dan motivasi dan pengertian serta membantu saya menjalani sebagian peran saya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Akhir Ners ini; 9. Teman-teman satu bimbingan di Maternitas (mbak Ida, mbak Sari, Mbak Neneng, Anna, Lulu, Kiki,Very, Ria dan Titin), dan teman-teman di kantor yang selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini; 10. Teman-teman Profesi 2013 yang telah bersama-sama melewati suka duka dan saling memberikan dukungan; 11. Kakak, adik, seluruh keluarga serta seluruh sahabat dan klien saya yang telah memberikan doa, dukungan, serta waktu dan secara tidak langsung turut mendukung dan memotivasi saya; 12. RSCM dan seluruh staff dan petugas yang telah menyediakan sarana dan prasarana, juga telah membantu penulis selama menjalankan praktik profesi peminatan Maternitas; 13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun sangat membantu dalam penyusunan Kaya Ilmiah Akhir ini. Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, oleh karena itu saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun sehingga dimasa yang akan datang menjadi lebih baik dan memberi manfaat bagi semua pihak. Depok, 11 Juli 2014 Penulis vi Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 ABSTRAK Nama : Linda Ernawati Program Studi : profesi Ners Judul Skripsi : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan : Asuhan Keperawatan Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di Ruang Postpartum Lantai 2 Zona B Gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Kehamilan remaja menjadi masalah tersendiri terutama di perkotaan . Kondisi ini menimbulkan risiko stress baik bio, psikis, kultutal serta spiritual yang terjadi pada ibu , bayi dan keluarga. Tujuan penulisan ini adalah memaparkan intervensi keperawatan prenatal dan postnatal pada Kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata. Kondiloma Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus, faktor penyebabnya akibat perilaku gaya hidup bertukar-tukar pasangan yang sangat dekat hubungannya dengan permasalahan kesehatan di perkotaaan. Sectio Cesaerea adalah cara yang tepat untuk menghindari terkontaminasi bayi karena HPV. Pemberian teknik relaksasi dan edukasi kesehatan membantu klien mengurangi kecemasan dan nyeri. Kata Kunci : Kehamilan Remaja, Kondiloma Akuminata, Sectio Casaerea viii Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………… i LEMBAR PERNYATAAN OROSINALITAS ……………………………………. ii LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………….. iii KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………………………………. v ABSTRAK ……………………………………………………………………………. vi ABSTRACT ……………………………………………………………………………. vii DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….viii DAFTAR TABEL …………………………………………………………………… xi ……………………………………………………………. xii DAFTAR LAMPIRAN BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1 …………………………………………………………. 1 - 4 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………. 4 - 5 1.3 Tujuan Penulisan ...………………………………………………………. 5 - 6 1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………………... 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Kehamilan Remaja……………………………………………………………… 8 2.2.1 Defenisi ……………………………………………………………. 8 2.2.2 Penyebab ………………………………………………………….8 - 10 2.2.3 Faktor terjadinya Kehamilan Remaja ...………………………………10 - 11 2.2.4 Masalah yang timbul Akibat Kehamilan Remaja 2.3.5 Kebutuhan Khusus Remaja Hamil ………………...11 - 12 ……………………………...…12 - 14 2.3.6 Dampak dan Resiko Kehamilan Remaja ……………………… 14 – 17 ix Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 2.3 Kondiloma Akuminata 2.3.1 Defenisi ………………………………………………………… 17 2.3.2 Etiologi ………………………………………………………… 18 2.3.3 Gejala-gejala Kondiloma Akuminata …………………………………. 18 2.3.4 Cara Penaggulangan Kondiloma Akuminata ……………………….. 18 - 20 2.3.5 Cara Penularan Kondiloma Akuminata ………………………… 20 2.3.6 Cara Pencegahan Kondiloma Akuminata …………………………. 20 2.4 Sectio Cesaerea ……………………………………………………….. 21 ……………………………………………………………….. 21 ……………………………………………………….. 21 2.4.1 Defenisi 2.4.2 Jenis 2.4.3 Indikasi 2.4.4 Kontraindikasi …………………………………………………………. 22 2.4.5 Komplikasi dan Efek pada dinding abdomen …………………………… 22 2.5 Pengkajian dan Penatalaksanaan Kondisi Maternal yang beresiko tinggi 2.5.1 Perawatan Pre Operatif …………………………………………… 27 2.5.2 Perawatan Post partum Lanjutan Pasca Operatif 2.5.3 Perencanaan Pulang ……………………. 28 ……………………………………………………. 31 BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN…………………………………………….33 3.1 Pengkajian Prenatal ……………………………………………………..33 3.2 Pengkajian Postnatal ……………………………………………………. 36 3.3 Analisa Masalah ……………………………………………………………. 39 3.4 Intervensi Keperawatan ……………………………………………………..41 3.5 Evaluasi ……………………………………………………………………..45 BAB 4. ANALISIS SITUASI…………………………………………………………….49 4.1 Profil Lahan Praktek ……………………………………………………. 49 4.2 Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) ……………………………………………………………………… 50 - 53 x Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 4.3 Analisis Intervensi ……………………………………………… 53 - 60 4.4 Analisis Pemecahan Masalah ……………………………………………. 61 BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………….. 62 5.1 Simpulan …………………………………………………………………… 62 5.2 Saran …………………………………………………………………… 63 DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN xi Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Indikasi Seksio Sesaerea ……………………………………………………. 25 Tabel 2.2 Rangkuman efek SS dibandingkan dengan Persalinan Pervaginan pada Ibu dan bayinya……………………………………………………………………………………. 26 Tabel 3.1 Hasil Penunjang …………………………………………………………….. 39 Tabel 3.2 Analisa Data Prenatal ……………………………………………………. 39 Tabel 3.3 Analisa Data Postnatal . …………………………………………….. 40 xii Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 ABSTRACT Name : Linda Ernawati Study Program : Ners Profesi Title : Clinical Practice Analysis of Urban Health Nursing : Nursing Care In Adolescent Pregnancy with Condiloma Acuminata at Postpartum Room 2 rd Floor B Zone A Building RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Adolescent Pregnancy become problem in urban problem Health, this condition leads to the of risk of bio-psiko socio-cultural and Spritual stressor that can be occur to mother, baby and family. The purpose of this script to describe pre and post natal nursing intervention in Adolescent Pregnancy with Condiloma Acuminata. Condiloma Acuminata is a sexual transmitted disease that is caused by Human Papiloma Virus. The presdisposing factor is free sex life style. Sectio Caesarian is the right treatment to aroid HPV contamination to the baby. Relation technique and Health Education can decrease patient’s pain post op Sectio Caesarian and anxiety. Key Words : Adolescent Pregnancy, Condiloma Acuminata, Sectio Cesaerea Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 ABSTRAK Nama : Linda Ernawati Program Studi : Profesi Ners Judul Skripsi : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan : Asuhan Keperawatan Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di Ruang Postpartum Lantai 2 Zona B Gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Kehamilan remaja menjadi masalah tersendiri terutama di perkotaan. Kondisi ini menimbulkan risiko stress baik bio, psikis, kultutal serta spiritual yang terjadi pada ibu , bayi dan keluarga. Tujuan penulisan ini adalah memaparkan intervensi keperawatan prenatal dan postnatal pada Kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata. Kondiloma Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papilo Virus, faktor penyebabnya akibat perilaku gaya hidup bertukar-tukar pasangan yang sangat dekat hubungannya dengan permasalahan kesehatan di perkotaaan. Sectio Cesaerea adalah cara yang tepat untuk menghindari terkontaminasi bayi karena HPV. Pemberian teknik relaksasi dan edukasi kesehatan membantu klien mengurangi kecemasan dan nyeri postnatal. Kata Kunci : Kehamilan Remaja, Kondiloma Akuminata, Sectio Casaerea Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah merupakan periode transisi antara anak-anak dan dewasa, sebuah waktu dimana terjadi perubahan biologis, intelektual, psikososial, dan ekonomi yang sangat besar. (Wong, 2008). Berbagai masalah dapat muncul saat remaja, diantaranya adalah kehamilan disaat remaja. Kehamilan bisa menjadi dambaan sesorang yang baru menikah dan menginginkan anak segera mungkin tetapi dianggap menjadi petaka jika kehamilan tersebut belum atau tidak diinginkan dan akan menjadi masalah bagi pasangan yang tidak menginginkan kehamilan itu. Kehamilan merupakan kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14 hingga 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah (Depkes. RI, 2001). Menurut Heamsaw (2010) Kehamilan remaja cenderung masih kurang untuk negara-negara yang berkembang dibandingkan dengan negaranegara maju. Di Negara Amerika 80% kehamilan remaja terjadi karena kehamilan yang tidak dikehendaki. (Maurer & Smith, 2010). Peran perawat di sekolah khususnya program pendidikan seksual di sekolah merupakan peran besar di kalangan remaja. Tanpa adanya pengetahuan yang cukup bagi remaja, maka remaja dapat terjun ke hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan seperti halnya yaitu seks bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan remaja. Kehamilan pada remaja dengan Kondiloma Akuminata menimbulkan tantangan tersendiri bagi dirinya maupun terhadap janin yang dikandungnya yang berhubungan terhadap meningkatnya resiko terhadap komplikasi kehamilan dan luaran prenatal yang buruk seperti preeklamsi, berat badan lahir rendah dan prematuritas. Kondiloma Akuminata adalah merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Infeksi Human Papiloma Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung atau autoinokulasi. Masa inkubasi bervariasi yaitu 1 – 12 bulan dengan rata-rata 2 – 3 bulan.(Reader, Sharon J, 2011). Penyakit ini selama kehamilan dapat berproliferasi dengan cepat karena perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Dan kelainan ini dapat muncul secara klinis atau subklinis ( laten ). Bentuk klinis dapat berupa emosional dan fisik pada klien, oleh karena itu ibu harus melahirkan secara Sectio Cesaerea (SC) dan jika melahirkan secara spontan akan mengakibatkan kemungkinan resiko kontaminasi HPV pada bayi. Kahamilan dan persalinan membawa morbiditas dan mortalitas yang besar pada remaja dibandingkan dengan perempuan yang usianya diatas 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai resiko 2 sampai 5 kali resiko kematian (maternal mortality) dibandingkan dengan usia diatas 18 – 25 tahun akibat persalinan lama, persalinan macet, perdarahan maupun faktor lain. Kegawatdaruratan yang berkaitan dengan kehamilan terjadi biasanya pada usia remaja. Kematian neonatal sekitar 50 – 100% terjadi lebih sering pada remaja dibandingkan usia lebih tua. Semakin muda usia ibu semakin besar resikonya. Tingkat kelahiran prematur, BBLR dan asfiksia lebih tinggi terjadi pada usia remaja yang berdampak pada kematian dan masalah kesehatan pada bayi. Menurut WHO (2009), usia remaja 15 – 19 tahun melahirkan setiap tahunnya sebesar 11% dari semua kelahiran di seluruh dunia yaitu kira-kira 16 juta jiwa. 95% dari kelahiran tersebut terjadi pada pendapatan negara yang rendah dan menengah. Angka rata-rata kelahiran di negara yang berpendapatan menengah yaitu salah satunya Indonesia berbanding lebih tinggi dua kali dibandingkan di negara yang berpendapatan tinggi. Penelitian di Amerika Serikat menemukan rata-rata berat badan lahir bayi yang rendah berasal dari ibu yang berusia remaja lebih rendah dibandingkan dari ibu yang berusia diatas 20 tahun. Di Amerika Serikat Penyakit manular seksual cenderung meningkat 4-5 kali lipat dalam dua dekade terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia 20-30 tahun. Setiap tahun ada 500.000-1.000.000 kasus baru yang ditemukan di Amerika Serikat. Laporan lain telah mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat kali lebih tinggi dalam dua dekade terakhir ini. Laporan dari klinik penyakit menular seksual (PMS) di Inggris, bahwa jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir ini. Di negara Hongkong penyakit ini menduduki peringkat kedua PMS, dan akhir-akhir ini insidensi penyakit ini meningkat terus. Data rumah sakit di Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit penular seksual, sesudah uretritis gonore dan non gonore. Data dari RISKESDA 2012 tercatat usia menikah pertama kali yaitu usia 10 -14 berjumlah 4,8% dan usia 15 – 19 tahun berjumlah 41,9%. Dari hasil survey selama 5 minggu praktik di post partum lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan remaja yang melahirkan diusia remaja 14 – 19 tahun berjumlah 6 orang tetapi remaja hamil yang kemudian melahirkan secara Sectio Cesaerea dengan Kondiloma Akuminata baru ditemukan 1 orang. Remaja yang menikah diusia dini dan hamil dengan penyakit menular seksual dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun bayi yang dikandung atau dilahirkannya. oleh sebab itu penting dilakukannya penanggulangan yang tepat yaitu secara preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Perawat merupakan ujung tombak tenaga kesehatan yang banyak berkecimbung di pelayanan keperawatan. Keberhasilan tenaga kesehatan dalam memberikan intervensi kepada masyarakat khususnya klien terhadap permasalahan keperawatan maternitas merupakan salah satu pencegahan terhadap timbulnya mordilitas dan mortalitas terhadap ibu maupun bayi. Intervensi keperawatan yang diberikan berdampak pada keberhasilan pemerintah dalam pencapaian Milleneum Development Goals (MDG’s). Menurut Kalamuss et al 2003, dalam Maurer & Smith, 2010) faktor terjadinya kehamilan remaja adalah kurangnya peran orangtua, kurangnya pendidikan seksual dari orangtua dan keluarga serta perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat, semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah sehingga timbullah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma agama yang berlaku. Kehamilan remaja yang terus meningkat terutama di perkotaan menjadi masalah tersendiri yang mesti diperhatian, terkait permasalahan yang terjadi khususnya keperawatan maternitas perlu melakukan intervensi keperawatan mengenai kehamilan remaja yang terjadi dengan resiko yang dihadapi, apalagi dengan permasalahan adanya Kondiloma Akuminata yang teridentifikasi klien ketika usia kehamilan 5 bulan dan hal ini menjadi perhatian khusus. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Penelitian yang dilakukan Widyoningsih (2011), menyebutkan bahwa pada usia remaja dengan kehamilan yang tidak diinginkan berisiko mengalami stress baik bio, psiko, sosial kultural. Tujuan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan adalah untuk mencegah masalah kesehatan masyarakat yang ada di perkotaan, kehamilan remaja dengan kondiloma Akuminata yang menjadi salah satu masalah perkotaan erat kaitannya dengan peran orangtua, keluarga IPTEK yang tidak disadari ini menimbulkan masalah tersendiri, untuk itu peran perawat harus optimal untuk ikut menangani masalah ini sehingga penyakit menular seksual yang telah didapat pada seseorang dalam hal ini klien remaja yang sedang hamil tidak berisiko kepada janin yang dikandungnya dan tidak terkontaminasi pada bayi saat melahirkan. Tindakan pencegahan mestilah dilakukan untuk meminimalkan keadaan ini, selain karena kecemasan pasti dialami oleh seseorang yang sedang hamil terdiagnosa penyakit menular seksual, harus diberikan teknik relaksasi tarik nafas dalam karena penelitian yang dilakukan oleh dwi Purnama (2005) bahwa teknik relaksasi mampu membuktikan adaptasi terhadap kecemasan dan nyeri. Intervensi keperawatan sebaiknya dimulai dari masa prenatal dilanjutkan postnatal hingga dengan perencanaan pulang, sehingga perawat dapat melakukan evaluasi implementasi yang diberikan selama di Rumah Sakit sampai dengan kunjungan rumah. Penelitian yang dilakukan Alfonso dalam Reader, Saron. J (2011) menyebutkan suatu kunjungan yang dilakukan perawat dari ruang peralihan dan pelahiran yang membantu selama melahirkan sering kali memberikan manfaat bagi pasangan untuk menginterasikan pengalaman tersebut ke dalam kehidupan mereka. Kunjungan rumah memberikan kesempatan kepada pasangan untuk membahas perasaan gagal, bersalah atau mungkin keadaan marah yang mungkin dialami pasangan suami-istri, untuk itu pemberian informasi atau edukasi kesehatan sangatlah penting. Hal tersebut membuat penulis perlu menganalisa asuhan keperawatan kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata. 1.2. Rumusan Masalah Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Kehamilan merupakan masa yang sangat penting karena pada masa ini seorang anak sangat ditentukan. Kehamilan yang terjadi pada remaja dan terdapat Kondiloma Akuminata menimbulkan tantangan tersendiri bagi dirinya maupun terhadap janin yang dikandungnya yang berhubungan terhadap meningkatnya resiko terhadap komplikasi kehamilan dan luaran prenatal yang buruk seperti preeklamsi, berat badan lahir rendah dan prematuritas. Selama kehamilan Kondiloma Akuminata dapat berproliferasi dengan cepat karena perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah. Dan kelainan ini dapat muncul secara klinis atau subklinis (laten). Bentuk klinis dapat berupa emosional dan fisik pada klien, oleh karena itu ibu harus melahirkan secara Sectio Cesaerea dan jika melahirkan secara spontan akan mengakibatkan kemungkinan resiko kontaminasi HPV pada bayi. Masalah yang timbul pada saat postpartum akan mengakibatkan berbagai resiko yang dapat terjadi, untuk mengatasi masalah yang timbul penting dilakukan edukasi. Selama praktek dilapangan yaitu dalam 5 minggu terdapat 6 orang diantara klien yang lain yang melahirkan diusia remaja dan bayi yang dilahirkan rata-rata prematuritas sehingga dirawat terpisah dari ibunya. Dengan usia yang masih dini ratarata klien belum mengerti tentang perawatan dirinya serta anak yang dilahirkannya, kurangnya pengetahuan pada ibu akan berdampak dalam keefektifan pemberian ASI pada bayi, serta resiko yang akan timbul pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi Kondiloma Akuminata di usia remaja. Penulisan laporan ini akan membahas intervensi yang diberikan pada klien untuk mengatasi nyeri, mengefektifan pemberian ASI dan mencegah infeksi, serta kurang pengetahuan yang dialami klien terkait masalah yang timbul pada saat pengkajian di ruang postpartum lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan Umum dari penulisan ini adalah menganalisa asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dengan masalah kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata di lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. 1.3.2. Tujuan Khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut : Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 1.3.2.1 Memaparkan gambaran pelayanan kesehatan di Ruang postpartum lantai 2 gedung A Zona B di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta 1.3.2.1 Memaparkan hasil pengkajian klien Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. 1.3.2.3 Memaparkan rencana asuhan keperawatan pada klien Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum lantai 2 Gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. 1.3.2.4 Memaparkan hasil intervensi keperawatan yang telah diberikan pada Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum Lantai 2 Gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. 1.4. Manfaat Penulisan 1.4.1 Bagi Penulisan Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi mahasiswa yang sedang atau yang akan praktik di lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam memberikan asuhan keperawatan pada Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata. Selain itu dapat juga digunakan sebagai dasar bagi penelitian berikutnya khususnya maternitas yang akan mengambil tema tentang Kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata dan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi ruang post partum lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta serta asuhan keperawatannya sehingga dapat memberikan ide ataupun gagasan baru untuk mengembangkan keperawatan maternitas di masa yang akan datang. 1.4.2 Bagi Pelayanan Hasil penulisan laporan ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan asuhan keperawatan sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan di ruang postpartum lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Selain itu laporan ini juga dijabarkan akan dapat Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 membantu memberikan gambaran secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan kepada kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan 2.1.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) adalah merupakan suatu proses koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan komunitas KKMP juga diajarkan di lingkungan pendidikan perguruan tinggi untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas. Proses keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan bertujuan untuk mencegah masalah keperawatan masyarakat di daerah perkotaan. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) adalah mata ajar yang berfokus pada pemahaman mahasiswa terhadap multidimensial perkotaan dengan menekankan pada permasalahan kesehatan perkotaan, dan factor yang mempengaruhi masalah individu dan metode pemberdayaan masyarakat kota dengan pendekatan lintas program dan lintas sektoral. Keunggulan mata ajar KKMP yaitu membuat mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Mahasiswa diharapkan mampu merencanakan asuhan keperawatan melalui penerapan konsep, teori dan modalitas lintas keilmuan di bidang keperawatan dan ilmu – ilmu yang relevan pada saat menyelesaikan suatu masalah yang didapat atau ditemui. Kota adalah merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak matrialistis. Kota juga merupakan pusat kreativitas, inovasi, tempat pergerakan politik, lokasi utama demografi suatu perkotaan sangat mempengaruhi masalah kesehatan pada lingkungan tersebut. Perkembangan kota yang semakin maju dan pesat sangat Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 mempengaruhi kesehatan lingkungan yang ada di daerah perkotaan. Kesehatan lingkungan merupakan inti dari kesehatan masyarakat. WHO (2008) mendefinisikan kesehatan lingkungan meliputi faktor fisik, kimia, dan biologi di luar manusia serta mempengaruhi perilaku manusia, menekankan analisis dan kontrol (Achmadi, 2010). Kesehatan lingkungan meliputi delapan area yaitu gaya hidup, risiko kerja, kualitas udara, kualitas air, rumah, tempat tinggal, kualitas makanan, control sampah, dan risiko radiasi (McEwen &Nies, 2007). 2.2 Kehamilan Remaja 2.2.1 Defenisi Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14 19 tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah. Menurut perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal 10 -12 tahun, masa remaja tengah 13- 15 tahun, masa remaja akhir 16 -19 tahun (Depkes.RI, 2001). 2.2.2 Faktor yang berhubungan dengan kehamilan Remaja Berikut akan dijelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan remaja menurut Maurer & Smith 2010, karena ternyata 80% adalah karena kehamilan yang tidak diinginkan Haensaw 2001 dalam Maurer & Smith 2010. 2.2.2.1 Perubahan hormonal, timbulnya kesadaran seksual, pear pressure Menurut Kalmuss et al (2003 dalam Maurer & Smith 2010), masa remaja adalah masa dimana kesadaran seksual, kingintahuan, dan keinginan untuk bereksperimen meningkat. Tekanan teman sebaya mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam aktivitas seksualnya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Wong (2000) bahwa remaja dihadapkan pada harapan adanya perilaku peran seksual yang matang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Remaja yang terlibat dalam aktivitas seksual biasanya mempunyai teman yang melakukan hal itu juga. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 2.2.2.2 Peran seksual yang pervasive dari media Remaja sering terekspose dengan paparan dari media terkait seks, aktivitas seksual, dan pentingnya menjadi orang yang menarik lawan jenisnya (Maurer & Smith, 2010). Hal ini yang menjadikan remaja terjerumus dalam perilaku seks pra nikah, yang antara lain lain berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan. 2.2.2.3 Aktivitas seksual yang terpaksa Semakin muda usia remaja semakin mudan untuk terlibat dalam aktivitas seksual yang terpaksa. (Maurer & Smith, 2010). 21% gadis remaja yang terlibat aktivitas seksual sebelum berusia 15 tahun melaporkan bahwa hal itu terjadi karena dipaksa (Kalamuss et al 2003, dalam Maurer & Smith, 2010). 2.2.2.4 Kurangnya pengetahuan tentang seks dan konsepsi Peningkatan aktivitas seksual remaja tidak diimbangi dengan peningkatan pengetahuan tenang fungsi seksual, kontrol kehamilan dan pro-creatin, kurangnya pemahaman remaja tentang masa rentan dalam siklus menstruasi (Maurer & Smith, 2010).Hal ini yang menyebabkan remaja kurang dapat menyesuaikan aktivitas seksual dengan masa subur dalam siklus haidnya. 2.2.2.5 Misase atau Nonuse Kontrasepsi Remaja kurang mengetahui metode kontrasepsi yang spesifik dan penggunaan kontrasepsi yang tepat. Satu dari empat gadis tidak melanjutkan mengkonsumsi kontrasepsi pil KB meskipun mereka tetap melanjutkan aktivitas seksualnya. 2.2.2.6 Kesulitan mengkases alat kontrasepsi Finer dan Zabin (1998 dalam Maurer & Smith, 2010) menemukan bahwa interval antara intercourse seksual pertama serta kunjungan terhadap pelayanan kesehatan adalah 22 bulan. Pemasangan alat kontrasepsi efektif seperti IUD, implant ataupun suntik membutuhkan perjanjian terlebih dahulu dan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan. Padahal remaja tidak pernah mencari pelayanan kesehatan tanpa ijin Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 orangtua. Selain itu msalah yang terkait keuangan juga menjadi salah satu kesulitan yang dihadapi remaja untuk mengakses kontrasepsi. 2.2.2.7 Destigmatisasi/Illegiitimacy Dalam Maurer & Smith, 2010 menyatakan saat ini sudah menjadi hal yang biasa seorang remaja hamil tanpa menikah dan menjadi single parent. Penuturan stigma ini seolah-olah menjadi legalisasi bagi remaja bahwa hamil ketika remaja dan belum menikah adalah menjadi suatu hal yang biasa dan dapat diterima oleh masyarakat. 2.2.2.8 Usaha untuk mencapai kebebasan Kehamilan bagi remaja dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang menunjukkan perlawanan terhadap pembatasan dari orang tua, Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Wong (2000) bahwa terkait perkembangan sosial, remaja ingin dewasa dan bebas dari orangtua. Orangtua tentu saja akan melarang anak seorang anak remajanya unruk melibatkan aktivitas seks di luar nikah. Kehamilan dapat dijadikan sebagai sebuah alasan menentang perintah orang tua untuk menunjukkan kebebasan remaja. 2.2.2.9 Kebutuhan untuk merasa spesial, dicintai dan diinginkan Beberapa remaja putri mengharapkan adanya bayi dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk dicintai dan diperhatikan (Maurer & Smith, 2010). 2.2.2.10 Kurangnya maturitas dan orientasi masa depan Perencanaan masa depan remaja minimal. Mereka kurang berpikir tentang akibat dari aktivitas seksual mereka (Maurer & Smith, 2010). Walaupun jika melihat perkembangan kognitif mereka, remaja sudah dapat memikirkan akibat dari tindakan yang dilakukan (Wong, 2008). 2.2.3 Faktor terjadinya Kehamilan Remaja Beberapa hal yang menyebabkan kehamilan remaja adalah : 2.2.3.1 Kurangnya peran orangtua Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Perhatian dan peran orangtua adalah berperan sangat besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman di dalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu dan bapaknya. 2.2.3.2 Kurangnya pendidikan seks dari orangtua dan keluarga terhadap remaja. Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September tahun 2007 yang dilakukan pada 4 kota di Indonesia yaitu dengan mengambil responden berjumlah 450 responden dan dengan kisaran usia antar 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Di dapatkan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi seks dari orangtua. 2.2.3.3 Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus kearah pergaulan yang salah sehingga timbullah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku. 2.2.4 Masalah yang timbul Akibat Kehamilan Remaja 2.2.4.1 Masalah kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menih dan menjadi orangtua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima sehingga dapat menuunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah diberalisasi Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan yntuk hamil normal, akan besar kemngkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping dari kehamilannya. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan yang lebih optimal. 2.2.4.2 Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologi yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur kandungan. Gugur kandungan atau aborsi mempunyai kerugian yang paling kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Keadaan akan lebih rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggungjawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada anak gadisnya. 2.2.4.3 Masalah sosial dan ekonomi keluarga Perkawinan yang sedatinya dapat menyelesaikan masalah pada kehamilan remaja tetapi tidak lepas dari kemelut seperti penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai masalah reproduksi, putus sekolah sehingga pendidikan menjadi terlantar, putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial ekonomi. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress (tekanan batin). Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknya sendiri, masyarakat belum siap untuk menerima kelahiran tanpa pernikahan tetapi berbeda dengan negara maju seperti Amerika, yaitu masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 2.2.5 Kebutuhan Khusus Remaja Hamil Menurut Ford et, al (2002) 33 % remaja perempuan yang menjadi ibu tidak menerima perawatan prenatal yang adekuat. Padahal remaja yang menjadi ibu dan bayinya mempunyai ibu dan bayinya mempunyai rsiko yang lebih besar terhadap timbulnya masalah kesehatan jika dibandingkan ibu yang lebih tua dan bayinya. AGI (2002) ; Martin et,al (2003) juga mengatakan resiko yang berhubungan dengan kehamilan dini terkait faktor-faktor seperti status ekonomi yang rendah, perawatan prenatal yang kurang, nutrisi yang tidak adekuat dan praktik gaya hidup yang tidak sehat (dalam Maurer & Smith, 2007). Komponen esensial program prenatal untuk mengurangi BBLR harus mencakup yaitu scrining perilaku yang beresiko, pengkajian resiko berkelanjutan, perawatan individu, konseling nutrisi, pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk mengurangi kebiasaan yang tidak sehat, dan pelayanan support social. Program prenatal yang baik juga harus mencakup persiapan untuk persalinan dan melahirkan, pengenalan perawatan bayi baru lahir dan pilihan menggunakan kontrasepsi postpartum (Maurer & Smith, 2007). Menurut Neamsakul (2007), kebutuhan selama hamil menyangkut kebutuhan remaja diri sendiri serta kebutuhan bayi. Kebutuhan untuk remaja dibagi menjadi kebutuhan fisik dan emosional. Kebutuhan fisik selama hamil terdiri dari pemeriksaan fisik, kebutuhan informasi untuk kesehatan remaja dan janin, nasehat tentang praktik selama kehamilan dan perawatan bayi baru lahir, cara untuk mengurangi ketidaknyamanan selama hamil serta dukungan positif dari pemberi pelayanan kesehatan. Kebutuhan emosional dapat berupa cinta dan kepedulian, pemahaman, dari orang lain, dukungan, keamanan, perasaan nyaman, sedangkan kebutuhan untuk bayi antara lain meliputi konfirmasi tentang kesehatan bayi , jenis dan nasehat untuk melindungi bayi dari penyakit dan kebutuhan hidup bayi yang akan dilahirkan seperti pakaian, Air Susu Ibu, dan kasih sayang untuk si bayi. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Keluarga sebagai support sosial utama bagi remaja harus membantu remaja dalam memenuhi kebutuhannya. Dukungan pada remaja pada masa sulit menjadi sangat penting. Penelitian menurut Neamsakul (2007) mengidentifikasi dukungan pada remaja dalam berbagai bentuk. Dukungan selama hamil adalah merupakan tindakan yang dipersepsikan oleh partisipan sebagai tindakan yang mendukung orang lain. Persepsi terhada dukungan berupa jenis support, sumber support, tingkat dukungan dan kontuinitas. Jenis support meliputi support fisik, emosi, materi, informasional dan finansial. Dukungan fisik dapat berupa dukungan dari teman lelaki putri agar remaja yang hamil tidak membawa barang-barang berat. Dukungan emosi dapat berupa ekspresi perhatian terhadap kehamilan. Dukungan materi dapat berupa pemberia bantuan berupa uang dari orangtua maupun teman lelaki remaja putri, sedangkan dukungan informasional dapat berupa pemberian informasi baik dari pelayanan kesehatan maupun dari orang lain. Selain itu, Neamsakul (2008) juga membagi jenis sumber dukungan dari beberapa aspek. Sumber dukungan dapat berupa dukungan dari orangtua, teman lelaki remaja putri, orang lain, keluarga dari teman lelaki remaja putri, tetangga dan pemberi pelayanan kesehatan. Sedangkan kontuinitas dukungan juga dibagi menjadi tidak pernah, kadang-kadang, sering , biasa dilakukan, selalu. Selain itu tingkat dukungan dibagi dalam rentang yaitu 1-9. 2.2.6 Dampak dan resiko kehamilan remaja. Setiap suatu kejadian mempunyai dampak dan resiko, dari hal tersebut dampak dan resiko kehamilan remaja adalah kegusuran arau pengguguran kandungan, yang dipengaruhi oleh status ekonomi sebuah keluarga, keadaan emosional, serta pasangan yang tidak bertanggung jawab. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya karena terkejut, cemas, stress, tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Resiko persalinan yang akan terjadi pre-eklamsi, anemia, bayi prematur, BBLR, kematian bayi dan peningkatan PMS pada remaja usia 16 tahun. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan. Mudah terjadi infeksi. Pada kehamilan remaja. Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi juga dampak dan resiko kehamilan remaja. Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda, karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta sehingga lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis. Keracunan Kehamilan (Gestosis) terjadi akibat kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian. Kematian ibu yang tinggi dampak resiko kehamilan remaja. Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandungan juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun). Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain yaitu resiko bagi ibunya berupa mengalami perdarahan. Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang ter lalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim), kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir dan kemungkinan keguguran atau abortus. Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat serta persalinan yang lama dan sulit. Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin merupakan penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah, juga dapat menyebabkan kematian ibu. Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi. Selain itu dari bayinya dapat berupa kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan. Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang, selain itu berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram, hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil dan cacat bawaan yang merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon serta dapat menyebabkan kematian bayi yaitu kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia, serta perceraian pasangan muda dan hubungan seks usia muda beresiko kanker. (Manuaba, 2009. 2.3 Kondiloma Akuminata 2.3.1 Defenisi Kondiloma Akuminata merupakan lesi kulit atau kutil genetalis yang ditularkan melalui seksual yang disebabkan oleh Human Papilomavirus (HPV). (Reader, Sharon. J, 2010). Wanita dapat terinfeksi HPV, lesi serviks, vagina, dan vulva dapat membesar selama kehamilan dan kadang kala menjadi sangat besar sehingga menggaggu pelahiran pervaginam. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 2.3.2 Etiologi Kondiloma Akuminata Adapun etiologi atau penyebab penyakit Kondiloma Akuminata ini adalah Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). HPV terbagi tiga yaitu HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam), HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar dan HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan Karsinoma Genitalia (kanker ganas pada kelamin), menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. (Djuanda, A, 2010) 2.3.3 Gejala Kondiloma Akuminata Adapun gejala penyakit Kondiloma Akuminata adalah sebagai berikut yaitu lesi berupa benjolan yang dapat berukuran besar, berkelompok seperti kembang kola tau berupa benjolan kecil, tunggal, berkelompok dekat atau tersebar luas. Kondiloma biasanya multipel, meskipun dapat terjadi lesi tunggal dan biasanya ditemukan pada vulva, vagina, serviks, dan rectum. (Reader, Sharon. J, 2010). 2.3.4 Cara Penanggulangan Kondiloma Akuminata Cara penanggulangan Kondiloma Akuminata adalah secara farmakologis. Chang GJ, Welton M (2004) menyebutkan beberapa cara penanggulangan Kondiloma Akuminata secara farmakologis adalah berupa Kemoterapi, yaitu dengan penggunaan Tingtura Podofilin 25 %, dengan cara daerah sekitarnya lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk menghindari iritasi. Podofilin dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas dan pada wanita hamil, jangan diberikan Podofilin, karena obat ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan keguguran, juga jangan dipakai untuk pengobatan lesi dalam vagina dan serviks karena obai ini dapat diabsorbsi sehingga bersifat toksik dan dapat menyebabkan Karsinoma. Podofilotoksin 0.5 %. Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam Podofilin. Setelah pemakaian Podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemakaian Podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan Podofilin dan Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. Selanjutnya bisa menggunakan Asam Trikloroasetat 25-50 %. Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam, dapat diberikan kepada wanita hamil. Cara lain dengan Krim 5Fuorourasil 1-5 %, Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas Meatus Uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama dua jam setelah pengobatan. Selanjutnya dapat dengan tindakan bedah. Tindakan bedah terdiri dari Bedah Skalpel (eksisi), Bedah listrik (elektrokauterisasi), biasanya efektif tetapi membutuhkan anestesi local atau dengan Bedah beku (N2 N2O dan sebagainya). Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan Kondiloma Akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah. Chang GJ, Welton M (2004) juga menyebutkan terapi laser juga salah satu pengobatan Kondiloma Akumintata yaitu Laser Karbondioksida adalah pengobatan kimiawi, seperti Podofilum Resin atau racun yang dimurnikan atau Asam Trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil, tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal. Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti Tiotepa atau Florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan Endoskopik. Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat/khitan, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan. Terapi laser ini pertama kali dilaporkan oleh Baggish pada tahun 1980. Sebuah tingkat keberhasilan keseluruhan dari 88 sampai 95% telah dilaporkan, namun ablasi laser memiliki tingkat kekambuhan tinggi dan menimbulkan nyeri pasca operasi. 2.3.5 Cara penularan Kondiloma Akuminata Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Menurut Chang GJ, Welton M (2004) Cara penularan penyakit ini biasanya melalui kontak langsung seperti melakukan hubungan seksual, menggunakan pakaian dalam bersama dan kontak lansung lainnya. HPV dapat menembus sel-sel basal epidermis. hal ini dapat mengaktifkan pembentukan protein, meningkatkan sel-sel proliferasi, penebalan lapisan yang keras sehingga menimbulkan papillomatosa. Meskipun cara penularan paling umum melalui hubungan seksual namun penyebab non seksual juga dapat terjadi. 2.3.6 Cara Pencegahan Adapun pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit Kondiloma Akuminata ini antara lain yaitu menghindari kontak fisik dengan pasangan seksual yang terinfeksi, anjurkan penggunaan menghentikan aktivitas seksual selama pengobatan, kondom, hubungan seksual monogamy dengan individu yang sehat dan memeriksakan diri secara teratur termasuk pula memeriksakan pasangan seksualnya serta Pap Smear secara teratur pada wanita usia lebih dari 18 tahun ( Pap Smear, untuk deteksi dini perubahan tingkat seluler meliputi Papillomatosis, Akantosis, Abnormalitas Koilosistik serta kelainan Nukleus) juga melakukan pemeriksaan HIV- AIDS.(Chang GJ, Welton M, 2004). 2.4 Sectio Cesaerea 2.4.1 Defenisi Seksio Caesaria (SC) adalah suatu persalinan bantuan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut atau dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. ( Wiknjosastro et al, 1989). 2.4.2 Jenis Sectio Casaerea Jenis SC terdiri dari Seksio Sesaria emergensi (cito) yaitu SS yang diputuskan mendadak, tanpa perawatan pre-operatif yang memadai dan tanpa direncanakan sebelumnya. Biasanya karena kondisi gawat pada ibu dan atau bayinya yang Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 tidak diduga sebelumnya dan Seksio Sesaria elektif : yaitu SS yang direncanakan dan sudah mendapatkan perawatan pre-operatif yang baik. Termasuk SS elektif adalah semua tindakan operatif yang indikasinya atas alasan medis ataupun alasan seksio sesaria yang tidak jelas. (Nolan, 2003: Rasjidi 2009 : Sibuea, 2007). 2.4.3 Indikasi Indikasi SS menjadi indikasi absolut dan indikasi relatif pada ibu, uteroplasenta dan janin. Tabel 2.1 Indikasi persalinan Seksio Sesaria Ibu Absolut Relatif Induksi persalinan yang Bedah gagal berulang Proses persalinan tidak maju Penyakit jantung, diabetes Disproorsi sefalopelvik mellitus, kanker serviks, sesarea HIV, elektif Kondiloma Akuminata Uteroplasenta Bedah uterus sebelumnya Riwayat bedah uterus (sesaria klasik) sebelumnya (miomektomi Riwayat ruptur uterus dengan ketebalan penuh) Obstruksi jalan lahir (fibroid) Presentasi funik (tali pusat) Plasenta previa, abruption pada saat persalinan plasenta berukuran besar Janin Gawat janin/ pemeriksaan Malpresentasi janinyang tidak meyakinkan (sungsang, presentasi alis, Prolaps tali pusat presentasi gabungan Malpresentasi janin (posisi Makrosomia melintang). Kelainan (hidrosefalus) Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 janin janin Sumber : Norwitz dan Schorge dalam Artsiyanti (2007) 2.4.4 Kontra Indikasi Kontra indikasi dari Seksio Sesaerea adalah dapat mengakibatkan janin mati, Ibu menjadi syok, anemia berat sebelum diatasi, dan kelainan kongenital berat serta infeksi pogenik pada dinding abdomen. 2.4.5 Komplikasi dan efek pada dinding abdomen Menurut Rasjidi (2009), komplikasi utama Persalinan SS adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi. Komplikasi anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu juga lebih besar pada persalinan SS dibandingkan persalinan pervaginam, mestipun sulit memastikan terjadi karena prosedur operasinya atau karena alas an yang menyebabkab ibu hamil tersebut harus dioperasi. Takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada persalinan SS, demikian juga akan trauma persalinan. Tabel 2.2 menunjukkan arah dari komplikasi dan efek yang ditimbulkan dalam persalinan SS, tetapi tidak menggambarkan besarnya efek dan komplikasi. Tabel 2.2 Rangkuman efek seksio sesaria dibandingkan dengan persalinan pervaginam pada ibu dan bayinya Meningkat pada SS Tidak berbeda setelah SS Berkurang pada SS Nyeri abdomen Perdarahan Nyeri perineum Perlukaan vesika Infeksi Inkontinensia Uin urunaria Perlukaan organ Prolaps Perlukaan uterus genital uretrovaginal Kebutuhan operasi Inkontinentia alvi pada persalinan Nyeri punggung selanjutnya Nyeri saat Histerektomi senggama Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Perawatan intensif Depresi setelah Penyakit melahirkan tromboemboli Mortalitas Lama rawat inap neonates (kecuali Masuk kembali sungsang) setelah keluar dari Perdarahan Rumah Sakit intracranial Kematian maternal Perlukaan Plasenta Previa pleksusu brakialis Ruptur uterus Cerebral palsy Tidak memiliki anak lagi Morbiditas pernapasan pada neonatus Sumber : Rasjidi, I (2009) 2.5 Pengkajian dan Penatalaksanaan Kondisi Maternal yang Beresiko Tinggi 2.5.1 Perawatan Praoperatif Menurut Reader, Sharon. J (2011) pengkajian keperawatan pada masa praoperatif meliputi mengevaluasi parameter fisik klien dan kesiapan serta pemahaman terhadap prosedur dan mengidentifikasi kemungkinan faktor-faktor risiko yang ada. Jika sesaria merupakan prosedur elektif, verifikasi usia kehamilan, merupakan hal yang sangat penting dan perlu dibahas dengan dokter apabila hal ini belum diverifikasi. Informasi dikumpulkan dari catatan prenatal klien dan dikirimkan sebelum tanggal pelahiran, hal yang juga mesti diperhatikan adalah pengkajian fisik (tanda-tanda vital, hasil laboratorium dan wawancara dengan klien dan orang-orang yang memberi dukungan pada klien saat masuk RS. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 2.5.2 Diagnosis Keperawatan Setelah melengkapi pengkajian, hal yang diperhatikan adalah mengidentifikasi kemungkinan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang mungkin muncul adalah Risiko cedera pada ibu dan janin, kecemasan yang berhubungan dengan kelahian sesarea, kecemasan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur rutin praoperatif, ketidak berdayaan yang berhubungan dengan kurangnya pilihan dalam pilihan melahirkan serta gangguan harga diri yang berhubungan dengan ketidak mampuan untuk melakukan kelahiran pervaginam. (Reader, Sharon. J, 2011). 2.5.3 Perawatan Pascapartum Lanjutan Pascaoperatif Sesaat setelah masa pascaoperatif, ibu mendapatkan perawatan pascapartum rutin dan pengamatan meliputi pengkajian tanda-tanda vital, observasi pengeluaran lokia ; pengkajian fundus uterus; perawatan payudara, perineum dan luka insisi ; pengamatan eliminasi dari kandung kemih dan usus ; nutrisi ; ambulasi ; kebersihan; dan penatalaksanaan nyeri. 2.5.4 Pengkajian Perawatan yang berhubungan dengan pembedahan meliputi pengamatan luka insisi, pengontrolan nyeri, fungsi pernafasan dan peningkatan kebutuhan istirahat dan pemulihan. Mandi dapat dilkukan pada hari kedua apabila luka operasi ditutup dengan staples.Pengkajian dan intervensi tentang perkembangan keterampilan menjadi ibu dan adaptasi keluarga terhadap kelahiran perseksio sesarea merupakan inti fokus yang penting. Respon klien dan keluarga terhadap proses kelahiran harus secara detail diamati serta dikaji. Menurut hasil penelitian yang dilakukan lebih dari 15 tahun yang lalu oleh peneliti Alfonso dan McClellan dalam Reader, Sharon, J (2011) yaitu wanita memiliki respon emosional yang negatif setelah persalinan sesarea. Tingkat kecemasan, rasa marah, kekecewaan, dan kebingungan mungkin tinggi, kondisi ini secara khusus benar terjadi pada kasus kelahiran perseksio sesarea yang tidak diantipasi. Banyak wanita merasa terbebani dengan kelahiran perseksio sesarea Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 yang tidak terencana dan benar-benar tidak mempersiapkan diri untuk berespon baik secara fisik maupun emosional. Ekspresi kecemasan terlihat tentang kondisi diri dan bayi mereka. Pada wanita yang hanya memiliki kontak yang singkat dalam 12 jam pertama setelah melahirkan menemukan diri mereka terbebani dengan prosedur operasi per abdomen ketika harus merawat bayinya. Kebutuhan ibu akan pemulihan fisik dan emosional dapat mendominasi perhatiannya pada saat awal menjadi ibu, terlebih diusia remaja yang melahirkan karena hamil diluar keinginan. Klien perlu mengatasi penurunan kemampuannya merawat bayi baru lahir, perpisahan dari bayi baru lahir terutama jika terjadi komplikssi pada ibu atau bayi baru lahir, rasa tidak nyaman ketika mengendong dan menyusui, dan khawatir terhadap kesejahteraan bayi baru lahir. Begitu juga dengan ayah atau orang yang memberi dukungan. 2.5.5 Diagnosis Keperawatan Setelah mengkaji klien, selanjutnya adalah mengidentifikasi kemungkinan diagnosis keperawatan pascapartum, dan kemungkinan diagnosis keperawatannya adalah kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kelahiran per sesarea, ketidakmampuan menjadi orang tua, gangguan citra tubuh, gangguan harga diri, duka cita yang berhubungan dengan kelahiran persasarea atau kematian janian serta gangguan proses keluarga (Reader, Sharon.J, 2011). 2.5.6 Perencanaan dan Intervensi Asuhan keperawatan harus memberikan kesempatan untuk mengkaji ulang kejadian berusaha memahami tentang apa yang sedang terjadi dan alasannya, mengingat respon dan memahaminya, menjawab pertanyaan dan kesalahpahaman, dan mengubah konsep diri dan harapan agar sesuai dengan realita. Penelitian oleh Alfonso dalam Reader, Sharon.J (2011) suatu kunjungan yang dilakukan oleh perawat dari ruang peralinan dan pelahiran yang Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 membantu pasangan selama melahirkan sering kali memberikan manfaat bagi pasangan untuk menginterasikan pengalaman tersebut ke dalam kehidupan mereka. Hal ini menjadi penting ketika klien berusaha memahami alasan dilakukannya intervensi pembedahan yang sering kali klien mengharapkannya agar kelahiran terjadi dalam proses alami. Kunjungan rumah tersebut juga memberi kesempatan pada pasangan untuk membahas perasaan gagal, bersalah atau marah yang mungkin mereka alami. Isu tentang seksualitas juga dapat dibahas pada masa pascapartum. Para ibu mungkin takut merasa nyeri ketika melakukan koitus atau pembedahan yang dialaminya akan mempengaruhi konsep pasangannya tentang tubuhnya. Penenangan informasi faktual pada umumnya akan membantu ibu dalam menyelesaikan isu tersebut. Keterlibatan pasangan dalam diskusi sering kali membantu pasangan tersebut dalam penyesuaian diri mereka 2.5.7 Perencanaan Pulang Perawatan yang dilakukan di Rumah sakit setelah kelahiran dengan cara seksio sesarea membutuhkan waktu 2 sampai 5 hari, namun sering kali hanya berlangsung 48 sampai 72 jam. SOP Ciptomangunkusumo Jakarta juga demikian Persiapan pulang yang dilakukan di RSUPN yaitu 48 sampai 72 jam. meliputi perawatan rutin untuk klien pascaoperatif. Penyuluhan khusus tentang hal-hal yang berhubungan dengan pascaoperatif harus diberikan. Ibu dapat diberikan resep analgesik berdasarkan kolaborasi medis untuk persiapan di rumah dan harus diingatkan tentang peningkatan kebutuhan klien untuk beristirahat. Klien sebaiknya dianjurkankan untuk melakukan aktivitas yang terbatas saat nyeri abdomen mulai berkurang. Mengangkat beban yang lebih berat daripada berat bayi baru lahir harus Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 dihindari selama 2 sampai 3 minggu. Olahraga tambahan sebaiknya dihindari sampai setelah klien menemui dokternya kembali untuk tindak lanjut. Pemberian informasi mengenai komplikasi yang dapat terjadi merupakan hal yang penting. Tanda-tanda komplikasi diinformasikan pada klien, yang mencakup tanda-tanda infeksi (demam, dysuria, nyeri pinggang), hemoragi, thrombosis (nyeri dada atau tungkai hebat, pembengkakan tungkai), dan jahitan luka yang terbuka. Panduan untuk menghubungi dokter atau klinik sebaiknya juga diinformasikan pada klien. Klien harus diinformasikan bahwa koitus dapat dilakukan ketika lokia telah berhenti dan tidak ada ketidaknyamanan yang berlebihan pada abdomen atau perineum. Informasi mengenai kontrasepsi harus diberikan seperti yang diberikan untuk klien pascapartum lainnya. Melakukan kunjungan ulang seperti pada jadwal yang dicantumkan pada surat pulang. Dan dijadwalkan kembali untuk ke klinik atau fasilitas kesehatan terdekat setelah 3 minggu dan 6 minggu setelahnya. Pembuatan rujukan tindak lanjut oleh perawat kesehatan atau pemberi pelayanan kesehatan di rumah adalah hal yang tepat jika perawat mengamati ibu menunjukkan kesulitan yang berlebihan dalam beradaptasi dengan bayinya, jika ibu usia remaja tidak memiliki sistem dukungan di rumah atau jika bantuan yang berkelanjutan mungkin diinginkan. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN 3.1 Pengkajian Prenatal 3.1.1 Latar Belakang Klien Ibu N.F berusia 16 tahun, masuk ke RSCM di IGD tanggal 24 mei 2014 dengan keluhan keluar air-air sejak 2 hari yang lalu, usia kehamilan saat ini yaitu 32 minggu, kehamilan pertama, tanpa abortus. Klien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara dengan latar pendidikan terakhir SMP. Menikah dengan suami yaitu Bpk.B.S berusia 26 tahun pada tanggal 16 April 2014 yang lalu, bertempat tinggal di Utan Kayu Matraman. 3.1.2 Riwayat Kehamilan saat ini Hari Pertama Haid Terakhir ( HPHT ) tanggal 20 september 2013, tafsiran partus 27 juni 2014, BB sebelum hamil yaitu 49 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmHg. Klien melakukan ANC baru tiga kali karena kehamilan diketahui pada saat usia kehamilan 16 minggu, menurut klien kehamilan baru diketahui karena klien sering mengalami keterlambatan haid sehingga klien tidak menyangka bahwa dirinya hamil. 3.1.3 Data Umum Kesehatan Saat ini Status Obstetri klien adalah G1 P0 A0 Hamil 32 minggu. Pengkajian dimulai dari kepala sampai kaki klien (head to toe), keadaan umum klien baik, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 84x/mt, suhu,36oC, pernapasan 20 x/mt, tinggi badan 155 cm dan berat badan 58 cm. Kebersihan sistematik dan perorangan yang dilakukan yaitu meliputi kepala dengan hasil normochepal, warna rambut hitam kekuningan, benjolan tidak ada, dan tidak terdapat lesi. Mata keduanya simetris, bersih, gerakan bola mata baik, konjungtiva berwarna merah muda, tidak anemis dan tidak ikterik. Hidung tidak terdapat sekret maupun polip. Telinga bentuknya simetris, bersih, nyeri negatif, gangguan pendengaran negatif. Mulut bersih, lembab, simetris, gigi bersih, tidak ada karies, mengunyah baik, Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 lidah bersih warna merah muda, tonsil negatif, lendir tidak ada. Pada daerah leher yaitu tidak terdapat benjolan dan pembesaran kelenjar bening negatif, nyeri leher negatif, peningkatan JVP negatif. Tidak ada masalah khusus pada area kepala sampai leher. 3.1.4 Daerah dada/Thorak : Inspeksi terdapat tato di bagian dada kiri atas, pada jantung B1 dan B2 iramanya regular, gallop negatif, mur-mur negatif. Pada Paru simetris, vesikuler, pengembangan dada kiri dan kanan sama, iktus kordis negatif, lesi negatif, ronkhi negatif, wheezing negatif. Payudara simetris, lembek, pengeluaran ASI belum ada, putting susu everted, masalah khusus tidak ada. 3.1.5 Abdomen : pada uterus yaitu tinggi fundus uteri 28 cm, kontraksi tidak ada, pada leopold I teraba bokong, leopold II teraba pada sebelah kanan yaitu punggung, leopold III teraba presentase kepala, penurunan kepala belum terjadi. Pada abdomen pigmentasi linea nigra ada, striae tidak terlihat, fungsi pencernaan hasilnya baik, bising usus 10 x/mt, masalah khusus tidak ada. 3.1.6 Perineum dan Genital Vagina tidak terdapat varises, kebersihan baik, terdapat Kondiloma Akuminata, keputihan tidak ada, hemoroid tidak ada, nyeri negatif. Masalah khusus terdapat Kondiloma Akuminata pada kiri dan kanan labia mayor ukuran 1 mm. 3.1.7 Ekstremitas Ekstremitas atas tidak terdapat edema, LILA 27 cm. Inspeksi terdapat tato di tangan sebelah kiri dan palpasi varises negatif, pada ektremitas bawah dilakukan Inspeksi edema tidak ada, terdapat tato di paha sebelah kanan , palpasi varices tidak ada, hasil reflek patella positif kanan dan kiri yaitu + 2. 3.1.8 Eliminasi Kebiasaan B.A.K yaitu 5 – 7 x/hr, sedangkan kebiasaan BAB 1 hari hanya 1 x. Masalah khusus pada eliminasi tidak ada. 3.1.9 Istirahat dan Kenyamanan Pola tidur : Kebiasaan tidur dalam 1 hari 7 – 8 jam, frekuensi 2 kali, pola tidur saan ini teratur. Keluhan ketidaknyamanan tidak dirasakan. 3.1.10 Mobilisasi dan latihan Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Tingkat mobilisasi aktif dan mandiri, latihan senam tidak pernah dilakukan karena ketidaktahuan. 3.1.11 Nutrisi dan cairan Asupan nutrisi klien adalah 3 x sehari, nafsu makan baik, asupan cairan 7 – 8 gelas sehari, cukup, masalah khusus pada klien tentang nutrisi dan cairan tidak ada. 3.1.12 Keadaan mental Adaptasi psikologis ibu saat ini sedang mengalami kecemasan. Penerimaan terhadap kehamilan awalnya kaget dan tidak percaya karena klien biasa mengalami keterlambatan menstruasi dan tidak teratur tapi saat ini baik, masalah khusus yang dialami klien adalah kecemasan. Pola hidup yang meningkatkan risiko kehamilan adalah pada saat klien belum mengetahui hamil, klien mengakui merokok tapi sejak mengetahui hamil kebiasaan merokok sudah ditinggalkan. 3.1.13 Persiapan persalinan Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu sudah ada, rencana tempat melahirkan sudah tahu. 3.2 Pengkajian Postpartum 3.2.1 Data Umum Klien Klien Ny .N.F berusia 16 tahun status perkawinan menikah baru satu bulan yang lalu yaitu pada tanggal 16 april 2014, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dengan pendidikan terakhir yaitu SMP sejak 1 tahun yang lalu, suami bernama Tn.B.S (26 tahun), pekerjaan sebagai pedagang dengan pendidikan terakhir SMP. 3.2.2 Riwayat kehamilan saat ini Klien selama hamil baru 3 kali memeriksakan kehamilannya sebelum masuk ke RS, masalah kehamilan adalah Ketuban Pecah Dini (KPD) sudah dua hari, Oligohidramion dan Kondiloma Akuminata. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 3.2.3 Riwayat Persalinan Jenis persalinan yang dialami adalah dengan cara Sectio Cesaerea pada tanggal 26 Mei 2014 jam 19.00 wib dengan jenis kelamin bayi adalah perempuan, BB/BP : 1800 gram/45 cm., Afgar Score : 8/9 dengan perdarahan : _+ 300cc, masalah selama dalam persalinan tidak ditemukan. 3.2.4 Riwayat Ginekologi Masalah Ginekologi tidak ada, klien mengaku belum pernah menggunakan kontrasepsi, tetapi menurut suami klien pernah menggunakan kondom. 3.2.5 Data Umum Kesehatan Saat ini Status Obstetrik : G1 P0 A0 H32 minggu, keadaan umum baik, Kesadaran compos mentis, BB/TB : 51 kg/155 cm, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 88 x/mt, suhu : 37o C, Pernafasan 20 x/mt. 3.2.5.1 Kepala Leher Kepala : Normochepal, tidak ada benjolan, distribusi merata, Mata : tidak ikterik, konjuntiva tidak anemis, hidung : tidak ada cairan, sumbatan pada kedua lubang hidung tidak ada, telinga : tidak ada serumen, nyeri tidak ada, leher : tidak ada peningkatan JVP, benjolan tidak ada, dan pembesaran kelenjar getah bening tidak ada. Masalah khusus pada kepala dan leher tidak ada. 3.2.5.2 Dada Pada jantung : BJ1 & BJ 2 irama regular, gallop negatif, mur-mur negatif, paru bunyi vesikuler, ronkhi negatif, wheezing negatif, payudara simetris, terdapat tato di kiri atas payudara, lembek, pengeluaran ASI belum ada, putting susu : everted, masalah khusus adalah pengeluaran ASI belum terjadi. 3.2.5.3 Abdomen Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Involusi Uterus pada pemeriksaan fundus uteri : kontraksi baik, posisi 2 jari dibawah pusat. Kandung kemih kosong terpasang dower khateter, fungsi pencernaan masalah khusus: tidak ada. 3.2.5.4 Perineum dan Genital Vagina : Integritas kulit tidak ada, edema negative, memar : negatif , hematom : negatif, terdapat kondiloma pada kiri dan kanan labio mayor sebesar 1 mm., perineum : utuh, Tanda REEDA pada luka operasi belum terkaji pada hari pertama, tetapi pada inspeksi daerah verban tidak terdapat rembesan darah. Kebersihan : baik. Lokia ; jumlahnya 50 cc, jenis/warna ; merah, konsistensi : kental, bau : khas, hemorrhoid : tidak ada, masalah khusus yang temui adalah terdapat kondiloma Akuminata pada labia mayor kiri dan kanan. 3.2.5.5 Ektremitas Ektremitas Atas : tidak terdapat edema, ektremitas bawah : inspeksi dan palpasi varises tidak ada, edema tidak ada, tanda human : negatif, masalah khusus : tidak ada. 3.2.5.6 .Eliminasi Kebiasaan BAK secara mandiri yaitu 4 – 6 kali sehari, BAK saat ini adalah masih menggunakan dower chateter karena belum 24 jam. Nyeri : tidak ada. BAB : kebiasaan BAB 1X/hari, saat ini belum BAB. Masalah khusus : tidak ada. 3.2.5.7 Istirahat dan Kenyamanan Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 7-8 jam/ hari, frekuensi 2x /hari. Pola tidur saat ini 7- 8 jam /hari, keluhan ketidaknyamanan yaitu nyeri dirasakan pada luka operasi di abdomen, sifatnya seperti diiris-iris hilang timbul, dengan intensitas 5 “. 3.2.5.8 Mobilisasi dan latihan Tingkat mobilisasi ; agak terbatas karena masih menggunakan dower khateter, latihan senam tidak pernah. Masalah khusus : nyeri pada luka operasi di abdomen. 3.2.5.9 Nutrisi dan cairan Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Asupan nutrisi, nafsu makan : baik, asupan cairan : kurang mengaku hanya 1 liter. Masalah khusus : asupan cairan masih kurang. 3.2.5.10 Keadaan mental Adaptasi psikologis, ibu beradaptasi dengan baik, penerimaan terhadap bayi mengaku senang dan bahagia hanya saja saat ini bayi masih terpisah dengan klien karena BBLR.Kemampuan menyusui belum adekuat. 3.2.6 Obat –obatan yang didapat klien saat ini profenid sup 3 x 1, Metronidazole 500mg 3 x 1, PYCIN 4 X 1,5 mg, vitamin C 3 X 1. 3.2.7 Hasil pemeriksaan Penunjang Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Penunjang tanggal 28 mei 2014 3.2.8 Jenis Pemeriksaan Hasil HB 9,9 gr/dl HT 29 % Leukosit 18,62 Trombosit 247 Eritrosit 3.69 /ul VER 78.6 fl HER 26.8 pg KHER 34.1 g/dl Rangkuman Hasil Pengkajian Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 3.2.8.1 Masalah keperawatan yang ditemui praoperatif di ruang 210 lantai 2 Zona B gedung A RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta adalah Ansietas, resiko gawat janin. 3.2.8.2 Masalah yang muncul pada saat postpartum adalah kurang pengetahuan, nyeri, diskontuinitas ASI dan resiko Infeksi 3.2.9 Perencanaan Pulang Perencanan pulang pada klien adalah tanggal 29 mei 2014, kontrol 1 minggu setelah pulang. Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan aktivitas, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan kontrasepsi, serta perawatan bayi. 3.3 Analisa Masalah 3.3.1 Analisa Masalah Prenatal Tabel 3.2 Analisa Masalah Prenatal No Data Masalah 1 DS : Klien mengatakan cemas dengan keadaan Ansietas bayinya Klien mengatakan takut karena mau dilakukan operasi DO: Klien tampak tegang, gelisah Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 x / mt 2 DS : Klien mengatakan masuk ke RS karena Resiko gawat janin keluar air-air rembes sejak 2 hari yang lalu DO : Hasil USG oligohidramion Indek Cairan Amnion 2.0 Umur kehamilan 32 minggu 3.3.2 Analisa Masalah Postnatal Tabel 3.3 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Analisa Masalah Postnatal No Data Masalah 1 DS : Klien menyatakan blm bisa merawat Kesiapan bayinya dan merawat dirinya Klien mengatakan ingin meningkatkan pengetahuan Pascapartum tahu tentang perawatan setelah melahirkan DO : menunjukkan perilaku keingintahuan perawatan setelah melahirkan dan bayinya 2 Ds : Klien menyatakan nyeri pada daerah luka Nyeri Akut operasi di abdomen Skala nyeri 4 Do : Tampak meringis Memegang area abdomen Tampak perilaku berhati-hati TD 110/70 mmhg, nadi 92 x/mt, Pernapasan 20 x/mt. 3 DS : Klien menyatakan keinginan memberikan Ketidakefektifan ASI untuk bayinya Pemberian ASI Klien menyatakan ASInya belum keluar Klien menyatakan tidak mengerti tentang pengeluaran dan penyimpanan ASI Do : bayi berada di SCN 5 Bayi tidak menerima ASI 4 Ds : klien menyatakan dirinya melahirkan Resiko Infeksi dengan cara Section Sesaerea Do : tampak Kondiloma Akuminata pada labia mayor kiri dan kanan sebesar 1mm Tampak balutan/verban pada abdomen bagian Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 bawah Terpasang dower chateter Terpasang Infus cairan asering 20 tpm 3.4 Intervensi Keperawatan Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dilAkukan mahasiswa dibagi menjadi dua yaitu rencana asuhan keperawatan sebelum operasi dan postpartum. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : 3.4.1 Rencana asuhan keperawatan sebelum operasi 3.4.1.1 Ansietas Tujuannya setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jam, kecemasan berkurang atau hilang dengan kriteria : wajah tampak tenang, gelisah tidak terjadi, klien tampak rileks, klien dapat istirahat dengan tenang, tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi yang dilakukan adalah dengan memberikan privasi dan lingkungan yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam, batasi staf perawat/ petugas kesehatan yang menangani klien, observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan, temani klien bila gejala-gejala kecemasan timbul, berikan kesempatan bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya, hindari konfrontasi dengan klien, berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien, lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi teraupetik, anjurkan klien istrirahat sesuai dengan diprogramkan, libatkan keluarga untuk memberi dukungan serta beri reinforcemen positif. 3.4.1.2 Resiko gawat janin Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, gawat janin tidak terjadi, dengan kriteria hasil djj dalam batas normal, teratur dan kuat, gerakan janin kuat, menyatakan pemahaman alasan pemeriksaan dan terapi. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah kaji dan dapatkan riwayat dari klien untuk mengkaji status dasar, tentukan usia gestasi janin untuk memberikan dasar pengkajian di masa mendatang, lakukan pengukuran tinggi fundus untuk mengkaji pertumbuhan internal janin, melakukan pemeriksaan denyut jantung janin, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan serta beritahu pada klien untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan klien. 3.4.2 Rencana asuhan keperawatan postpartum 3.4.2.1 Kesiapan Meningkatkan pengetahuan Pascapartum Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, pengetahuan kesehatan pascapartum pada ibu dan bayi terpenuhi dengan kriteria yaitu klien menyatakan mengetahui perawatan dirinya dan bayi, mendemonstrasikan perawatan diri dan bayi. Intervensi yang dilakukan adalah kaji tingkat pengetahuan klien dan tentukan kebutuhan pengajaran klien, berikan pengajaran tentang perawatan ibu dan bayinya yang sesuai tentang tingkat pemahaman klien, demonstrasikan tentang perawatan ibu pasca melahirkan dan perawtan bayinya, berikan lingkungan yang kondusif, minta klien untuk mengulang informasi yang telah diberikan, dan ikut sertakan keluarga atau anggota keluarga lain. Intervensi pada saat kunjungan rumah yang dilakukan mahasiswa adalah mengevaluasi perawatan diri klien terutama fisik berupa, Involusi (fundus, lokia, afterpain), cara mandi, perawatan perineum, nutrisi pascapartum, serta melatih ambulasi, tanda-tanda bahaya yang harus dilaporkan dengan segera. Intervensi keperawatan untuk perawatan bayi dilanjutkan dirumah karena saat ini bayi masih di ruang SCN 5. 3.4.2.2 Nyeri Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam, nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria : nyeri berkurang/hilang, klien tidak mengeluh nyeri (skala nyeri 0), dapat beristirahat dengan tenang, klien tampak rileks, klien sudah tidak memegang area nyeri. Intervensi yang dilakukan adalah kaji tingkat nyeri, kaji intensitas, lokasi dan area serta penjalaran dari nyeri, observasi adanya aftenpain, jelaskan kepada klien penyebab rasa sakit/nyeri pada daerah abdomen tersebut, anjurkan teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi, berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang dan nyaman serta berikan analgetik sesuai program (profenid supp). 3.4.2.3 Ketidakefektifan Pemberian ASI Tujuan dari intervensi keperawatan pada masalah ketidakefektifan pemberian ASI adalah setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam, Pemberian ASI menjadi efektif dengan kriteria pengeluaran ASI lancar, memilih dan menunjukkan teknik yang dipilih untuk mengeluarkan ASI, menggambarkan teknik penyimpanan ASI yang telah dikeluarkan secara aman, bayi menerima ASI selama waktu yang diinginkan. Intervensi yang dilakukan adalah kaji keinginan dan motivasi ibu untuk meneruskan proses menyusui, berikan edukasi tentang laktasi dan pengeluaran ASI (secara manual atau dengan pompa listrik), pengumpulan dan menyimpanan, berikan informasi untuk mencapai volume ASI, seperti istirahat yang adekuat, secara teratur mengeluarkan ASI, peningkatan asupan cairan untuk ibu, ajarkan ibu tentang cara perlekatan bayi yaitu posisikan bayi dengan satu tangan menyangga kepala, membiarkan tangan yang lain bebas untuk memanipulasi payudara, telinga, bahu dan paha bayi sejajar sehingga payudara ibu tidak menjadi lecet, ajarkan dan demonstrasikan ibu perawatan payudara. 3.4.2.4 Resiko Infeksi Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, tidak terjadi infeksi dengan kriteria : tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam, bengkak, nyeri, ada pus : leukosit 5.000-10.000 ul/dl, tanda REEDA, red tidak ada, edema tidak ada, echymosis tidak ada, discharge tidak ada, approximate menyatu. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah observasi tanda-tanda infeksi dan tanda REEDA, tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua yang berhubungan dengan klien termasuk klien sendiri, pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif, berikan obat antibiotik yang sesuai berdasarkan kolaborasi medis. Rencana asuhan keperawatan yang lengkap dapat dilihat di lampiran 1 dan implementasi keperawatan bisa dilihat di lampiran 2. 3.5 Evaluasi Hasil dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan sesuai dengan masalah keperawatan adalah sebagai berikut : 3.5.1 Evaluasi diagnosa prenatal (preoperatif) Evaluasi pada diagnosa prenatal yang pertama adalah ansietas, pada saat klien sebelum diantar ke ruang operasi di IGD klien menyatakan kecemasan yang dirasakannya berkurang, klien tampak tenang, menyatakan keluarga telah memberi dukungan untuk operasi yang akan dijalaninya. Klien menyatakan teknik relaksasi yang telah diajarkan dan sudah dilakukan olehnya dapat mengurangi kecemasan yang dirasakannya, merasa lebih lega saat ini. Klien mengungkapkan bahwa rasa cemas dan takutnya terhadap kondisinya dan keadaan janinnya berkurang. Evaluasi untuk diagnosa resiko janin yaitu klien mengatakan gerakan bayinya ada, kuat, klien tampak mengusap perutnya. Hasil pemeriksaan djj 148 x/mt, kuat, teratur. Masalah ketiga adalah resiko komplikasi kehamilan yang Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 berhubungan dengan praktik seksual yang tidak aman, setelah dilakukan intervensi keperawatan evaluasi yang didapat adalah klien menyatakan sudah mengerti tentang penyebab dilakukan operasi pada kehamilannya selain jumlah air ketubannya sudah sangat berkurang adalah karena penyakit kelamin yang didapatnya dan klien menyatakan akan berperilaku seks yang lebih aman. . 3.5.2 Evaluasi keperawatan postpartum post operatif Sectio Cesaerea 3.5.2.1 Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Pascapartum Pada hari pertama klien mengatakan belum mengerti tentang perawatan bayi dan dirinya, penyebabnya karena klien baru pertama kali mengalami proses melahirkan, dan kehamilan tersebut pada dasarnya adalah kehamilan yang tidak direncanakan yaitu kehamilan tidak dikehendaki, dengan pendidikan yang hanya tamat SMP dengan usia saat ini 16 tahun tampak perilaku yang tidak mengikuti anjuran yang diberikan tetapi secara bertahap dengan pendekatan hubungan yang baik (trust) yang telah terjalin dengan mahasiswa sehingga pengetahuan klien baik berupa edukasi secara lisan dan demonstrasi dapat diikuti klien dan pada hari ketiga dievaluasi hasilnya adalah klien mengatakan sudah mengerti tentang cara perawatan ibu atau dirinya dan bayinya, klien tampak mampu merawat dirinya yaitu cara membersihkan diri sendiri dengan keadan adanya balutan di perut dengan cara balutan tetap dilindungi dengan handuk untuk melindungi air mengenai langsung pada balutan, nutrisi di rumah dengan diet TKTP yaitu perbanyak makan sayur dan buah-buahan selain menu lauk utama, ditambah dengan putih telor setiap harinya yaitu minimal 6 buah putih telor, sedangkan untuk perawatan bayi mahasiswa akan melanjutkan evaluasinya melalui kunjungan rumah. Hasil dari kunjungan rumah yaitu tanggal 8 juni 2014 didapatkan klien sudah mampu merawat bayinya, mendemonstrasikan cara memandikan bayi serta merawat bayinya, tali pusat bayi sudah pupus, bersih dan kering serta tidak berbau. Hasil kunjungan rumah untuk perawatan diri klien yaitu tampak perineum bersih, darah hanya flek-flek saja yang keluar berwarna coklat muda dan hanya sedikit kelihatan di pembalut. Klien dapat menyebutkan tanda- Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 tanda bahaya yang harus dilaporkan dengan segera seperti perdarahan, nyeri yang hebat pada luka operasi. 3.5.2.2 Nyeri (akut) Pada hari pertama klien mengatakan nyeri dengan skala 3 - 4 dibagian abdomen yaitu pada luka operasi, sifat nyeri seperti diiris-iris hilang timbul, kondisi ini bertambah jika mengubah posisi. Namun setelah diajari teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi klien mengatakan lebih lega, nyeri berkurang, skala nyeri menjadi 2 dalam waktu 2 hari dan pada hari terakhir di ruang postpartum yaitu hari ketiga intervensi klien mengatakan nyeri sudah sangat berkurang, skala nyeri menjadi 1 yang dirasakan klien saat ini dan klien tidak menganggap nyeri sebagai masalah baginya karena klien bisa mengaplikasikan yang diajarkan mahasiswa maupun perawat padanya. 3.5.2.3 Ketidakefektifan Pemberian ASI Hasil evaluasi setelah diberikan intervensi keperawatan yaitu pada hari pertama ASI belum lancar, tetapi setelah dilakukan perawatan payudara, intake cairan yang adekuat hasilnya ASI sudah lancar dan klien mampu menunjukkan cara memerah ASInya dengan tangan klien dan menyimpan dalam botol yang tersedia serta meminta perawat untuk menyimpankan ASI terlebih dahulu ditempat penyimpanan ASI sebelum keluarga datang untuk mengantar ASI tersebut pada bayinya yang berada di SCN 5 karena kondisi bayi yang lahir prematur dan BBLR. Semua tindakan yang dilakukan klien dimulai dan diakhiri dengan mencuci tangan. 3.5.2.4 Resiko Infeksi Awalnya hasil leukosit pada tanggal 27 mei 2014 berjumlah 18620 ul tetapi setelah dilakukan tindakan cuci tangan baik oleh perawat maupun klien dan keluarga yang berkunjung sebelum kontak dengan klien maupun setelah kontak klien klien serta pemberian antibiotik sesuai program serta anjuran minum air yang banyak dan juga melakukan tindakan teknik aseptik pada Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 setiap tindakan invasif, menjaga kebersihan diri serta lingkungan sehingga hari berikutnya leukosit turun menjadi 11750 ul, warna urin kuning jernih suhu 37oC, tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, rembesan cairan tidak tampak pada balutan verban dan pembengkan di luka operasi tidak ada. Ketika dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 8 juni 2014 hasil dari perawatan luka juga tidak menimbulkan tanda-tanda infeksi, jahitan menyatu dan kering. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 BAB 4 ANALISIS SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktek RSUPN Cipto Mangunkusumo merupakan sebuah Rumah Sakit pemerintah yang terletak di Jakarta Pusat, selain menjadi RS pemerintah yang juga merupakan Rujukan Nasional yang sudah berstandar Joint C Internasional (JCI), RSCM juga berfungsi sebagai RS pendidikan, yang didirikan pada tanggal 19 november 1919. Pada tahun 2008 diresmikan oleh Presiden RI gedung perawatan baru dengan ketinggian 8 lantai yaitu Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A. Gedung ini merupakan gedung rawat inap utama utama RSCM dengan kapasitas tempat tidur 700 Bed. Tipe RS ini adalah Akreditasi A Utama. Pelayanan Rawat Inap terpadu di Gedung A salah satunya adalah pelayanan rawat inap kandungan dan kebidanan yang terletak di lantai 2 Zona B gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Ruang kandungan dan kebidanan ini terdiri dari dua Zona yaitu Zona A dan Zona B, tetapi lahan praktek yang digunakan mahasiswa selama 5 minggu di ruang rawat kandungan dan kebidanan lebih dikhususkan pada Zona B yang merupakan ruang postpartumdengan perawatan kelas III. Adapun kapasitas dari ruangan ini adalah berjumlah 24 kapasitas tempat tidur yang dibagi dalam 4 ruangan, yang setiap kamarnya terdiri dari masing-masing 6 kapasitas tempat tidur. Unggulan salah satu ruang perawatan postpartum ini adalah Kangguru Metode Care (KMC) yang terdapat pada kamar 214 pada lantai 2 zona B gedung A di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini. Spesifik klien di ruang ini adalah postpartum dengan Sectio Casaerea. 4.2 Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) KKMP merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas. Namun konsep keperawatan komunitas ini bisa diterapkan dilahan klinik dengan memberikan asuhan keperawatan Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 sesuai dengan prosedur yang ada dan terkait penyakit yang ada di masyarakat. Proses keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini bertujuan untuk mencegah masalah keperawatan masyarakat di perkotaan. Menurut Maurer & Smith, (2010) salah satu faktor terjadinya kehamilan remaja adalah selain kurangnya peran orangtua, kurangnya pendidikan seks dari orangtua dan keluarga terhadap remaja adalah perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat. Remaja sering ter-ekspose dengan paparan dari media terkait seks, aktivitas seksual, dan pentingnya menjadi orang yang menarik lawan jenisnya. Hal ini yang menjadikan remaja terjerumus dalam perilaku seks pra nikah, yang antara lain berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan, tidak hanya kehamilan yang terjadi pada kalangan remaja yang banyak terjadi di daerah perkotaan, tetapi masalah yang sering terjadi terkait penyakit adalah salah satunya penyakit menular seksual (PMS) yang salah satunya selain HIV/AIDS yang menjadi masalah tertinggi yaitu didapatnya Kondiloma Akuminata yang terjadi pada remaja yang penyebabnya adalah Human Papiloma Virus (HPV). Penyakit ini dapat menyerang wanita ataupun pria yang sering berganti-ganti pasangan. Data penelitian terbaru mengenai penyakit Kondiloma Akuminata ini banyak terjadi di negara-negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Banyak remaja hamil berasal dari kalangan keluarga yang sosial ekonominya tidak mapan. Perawat dapat membantu para remaja berisiko ini mengubah perilaku mereka sendiri sehingga sistem pemberi pelayanan kesehatan dan sumber-sumbernya dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Menurut Reader, Sharon, J,(2010), asuhan keperawatan pada remaja yang sehat ditujukan untuk mengoptimalkan status kesehatan. Asuhan keperawatan pada remaja sebenarnya terdiri dari pencegahan primier, sekunder, dan pencegahan tertier. Tujuan utama asuhan keperawatan pada pencegahan primier adalah untuk mencegah terjadinya konsepsi, baik melalui promosi pantang melakukan hubungan seksual atau dengan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif secara teratur. Penyuluhan seks seharusnya dimulai seawal mungkin seiring dengan ungkapan rasa ingin tahu anak mengenai seks dan sesuatu hal yang terkait serta dapat memahami penjelasan yang komprehensif, Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 sedangkan masuknya remaja yang hamil lebih awal ke dalam sistem perawatan kesehatan sangat penting dalam pencegahan sekunder, karena keterlambatan mulainya perawatan prenatal atau lebih sedikitnya kunjungan prenatal meningkatkan resiko hasil akhir obstetrik yang buruk. Pencegahan tertier memfokuskan pada pengembalikan klien ke status kesehatan dan fungsi yang maksimal. pencegahan tertier sangat bervariasi. Peran perawat dalam program Pada beberapa program, perawat mengemban tanggungjawab yang luas sebagai seorang manajer kasus yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan layanan; pada sisi lainnya, perawat memiliki ruang lingkup yang lebih sempit (misalnya, keluarga berencana, pemberi petunjuk penting menjadi orangtua, memimpin dalam kelompok pendukung). Ny. N.F adalah merupakan sebagian kecil dari penderita penyakit menular seksual yang terjadi yang hamil di luar kehendak pada kalangan remaja, kasus ini lebih kecil dibandingkan dengan penyakit menular seksual lainnya. Menurut Norwitz dan Schorge dalam Artsiyanti (2007) disebutkan pasien dengan Kondiloma Akuminata disaat kehamilannya dianjurkan untuk terminasi kehamilannya dengan cara Sectio Cesaerea, hal ini untuk mengurangi kontaminasi bayi pada area labia ibu pada saat proses melahirkan alami karena memberi resiko pada bayi yang dilahirkannya. Pada ibu hamil di usia remaja dan kehamilan tidak dikehendaki ini yang terjadi pada Ny. N.F tentunya berisiko mengalami stress baik bio, psiko, sosial kultural maupun spiritual hal ini dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan widyoningsih (2011). Dari tindakan yang diambil yaitu Sectio Cesarea tentunya perlu intervensi dan dukungan perawat serta keluarga untuk masalah yang timbul preoperatif dan pasca melahirkan (postpartum). Masalah keperawatan utama pada prenatal oleh Ny. N.F ( 16 tahun) adalah Ansietas/ kecemasan dan resiko gawat janin. Klien dengan usia kehamilan yang masih remaja dan awalnya kehamilan tersebut tidak dikehendaki membuat kecemasan semakin bertambah dikala didapatkan pada usia kehamilan 32 minggu telah terjadi rembesan air ketuban (KPD) yang mengakibatkan dari hasil USG didapatkan Indek Cairan Amnion (ICA) berjumlah 2.0 berati terjadi oligohidramion dan dikarenakan juga adanya Kondiloma Akuminata pada labia mayor kanan dan kiri klien sehingga untuk mengindari terjadinya Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 resiko terkontaminasinya bayi yang akan dilahirkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) maka dengan kolaborasi medis klien diharuskan untuk terminasi kehamilan dengan cara dilakukan Sectio Cesaerea (SC). Faktor-faktor tersebut semakin memperberat kondisi kecemasan klien terlihat dari wajah klien tampak tegang, tampak gelisah menanyakan apa yang harus dilakukan, bisakah orangtua berkunjung diluar jam kunjungan dan terjadi peningkatan tanda-tanda vital. Teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi adalah salah satu merupakan tindakan manajemen stress yang dapat dilakukan dan sangat mudah untuk diaplikasikannya. Masalah keperawatan yang timbul pada saat postpartum adalah adalah kesiapan meningkatkan pengetahuan pascapartum, terutama pengetahuan tentang perawatan ibu dan bayi, selain itu masalah yang timbul yaitu nyeri (Akut), ketidakefektifan pemberian ASI dan resiko infeksi terutama karena masih terdapatnya Kondiloma Akuminata pada klien. Dampak dari kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan ibu dan bayi akan beresiko pada diri ibu sendiri dan bayi tentunya. 4.3 Analisis Intervensi 4.3.1 Analisis Intervensi prenatal (preoperatif) Rencana tindakan kelahiran Preterm dengan cara Sectio Cesaerea (SC) yang akan dilakukan pada Ny. N.F menimbulkan kecemasan pada klien. Tindakan yang diberikan pada klien sebelum dilakukan tindakan operatif adalah tindakan medis yang dilakukan dokter yaitu pemberian terapi pematangan janin. Penatalaksanaan kelahiran preterm difokuskan pada pengamatan terhadap status janin secara terusmenerus dan seksama. Wanita yang mengalami persalinan preterm dan keluarganya secara mendadak pastinya menimbulkan kecemasan yang tinggi. Hal ini dapat dimengerti, sebab mereka pada umumnya tidak siap menghadapi persalinan baik secara fisik ataupun secara emosional, dan dapat merasa tkut bahwa janin yang akan dilahirkan kemungkinan tidak selamat. Dukungan dari seorang perawat primer yang mendampingi klien dan keluarga melewati proses masuk dan akan memberikan informasi tentang apa dan yang akan terjadi nantinya. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Intervensi keperawatan dilakukan untuk meningkatkan rasa nyaman. Perawat harus memberikan penjelasan singkat, sederhana, dan ringkas tentang operasi dan prosedur yang harus dilakukan. Perawat harus memberikan sebanyak mungkin penenangan tentang kondisi klien dan janinnya yang masuk akal, walaupun tingkat kecemasan klien dan pasangannya tinggi, dan mereka mungkin tidak mengingat banyak informasi yang diberikan. Intervensi keperawatan untuk diagnosa resiko cedera pada ibu dan janin adalah dengan membantu orangtua untuk mengungkapkan perasaan mereka, seperti rasa takut, rasa kecewa, berduka, tidak bertenaga, dan sebagainya adalah merupakan tindakan untuk meredakan kecemasan mereka, memberikan informasi dan penenangan dengan menemani klien merupakan cara mengurangi rasa cemas klien. Selain itu persiapan yang dilakukan untuk kelahiran dengan sesarea yang dilakukan di ruang 210 lantai 2 Zona B gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta meliputi mempersiapkan klien untuk pembedahan dan melakukan persiapan yang diperlukan untuk bayi baru lahir. Pengkajian yang dilakukan mendapatkan analisa data dengan masalah yang muncul selain ansietas, resiko cidera pada ibu serta resiko cidera pada janin terlebih pada kasus yang dialami Ny. N.F usia kehamilannya adalah 32 minggu serta telah mengalami oligihidramion karena sudah dua hari mengalami keluarnya/rembesan air ketuban mengakibatkan bayi lahir dengan kondisi yang prematur, perawat melakukan pemeriksaan denyut jantung janin untuk memastikan kondisi jantung janin sehingga dengan memberikan penjelasan kondisi janin akan mengurangi kecemasan pada klien. Selama persiapan preoperatif, orang terdekat yang menyokongnya ataupun yang mendukungnya diminta untuk tetap bersama klien selama mungkin untuk memberikan dukungan emosional secara berkelanjutan (Shearoer, Shiono, Rhodads, 1998 dalam Bobak, 2005). Selama persiapan operasi, perawat memberikan informasi yang esensial, sambil menunggu klien diantar ke ruang operasi perawat mengajarkan klien Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 tentang harapan pasca operasi, cara meredakan nyeri, mengubah posisi, batuk dan teknik tarik napas dalam, hal ini dapat membantu klien mengurangi rasa cemasnya. Pengamatan keperawatan yang cepat dan efisien serta penjelasan dan penenangan yang tepat dapat membantu meredakan kekhawatiran klien dan pasangannya. Pemantauan janin adalah merupakan salah satu tindakan yang dilakukan perawat untuk memantau janin, perawat harus membuat klien tahu bahwa denyut jantung janin (DJJ) secara konsisten selalu berubah dan bahwa rentang normal bervariasi luas. Perawat harus dapat menyakinkan klien bahwa dengan rekaman grafik DJJ secara eksternal, gerakan yang dibuat ibu atau janin dapat menyebabkan hilangnya sinyal DJJ sementara pada monitor. Klien harus mengetahui hal ini adalah merupakan fenomena mekanik dan tidak mencerminkan kehilangan DJJ yang sebenarnya. Perawat harus kompeten, penuh perhatian, dan klien merasa aman yang dapat membantu memahami tujuan dan prosedur yang dilakukan pada pemantauan janin. 4.3.2 Analisis Intervensi Pascapartum Secara fisik, perawatan yang dibutuhkan oleh ibu pascapartum bergantung pada kondisi umumnya dan tipe pelahirannya. Tujuan asuhan keperawatan pada masa pascapartum adalah membantu ibu baru dan keluarganya berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak dan tuntutan menjadi orangtua dikutip dari Reader, Sharon, J (2011). Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini adalah pada pengkajian dan modifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemulihan ibu dari persalinan dan pelahiran, kemampuannya untuk mengemban peran perawatan bayi baru lahir, dan transisi peran dan kemampuan fungsional ibu serta keluarganya. Menurut Neamsakul (2007), kebutuhan selama hamil menyangkut kebutuhan remaja diri sendiri serta kebutuhan bayi. Kebutuhan untuk remaja dibagi manjadi kebutuhan fisik dan emosional. Kebutuhan fisik selama hamil terdiri dari pemeriksaan fisik, kebutuhan informasi untuk kesehatan remaja dan janin, nasehat tentang praktik selama kehamilan dan perawatan bayi Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 baru lahir, cara untuk mengurangi ketidaknyamanan selama hamil serta dukungan positif dari pemberi pelayanan kesehatan. Kebutuhan emosional dapat berupa cinta dan kepedulian, pemahaman, dari orang lain, dukungan, keamanan, perasaan nyaman. Sedangkan kebutuhan untuk bayi antara lain meliputi konfirmasi tentang kesehatan bayi, jenis dan nasehat untuk melindungi bayi dari penyakit dan kebutuhan hidup bayi yang akan dilahirkan seperti pakaian, Air Susu Ibu, dan kasih sayang untuk si bayi. Kesiapan meningkatkan pengetahuan pascapartum tampak pada klien, kebutuhan pengetahuan yang terjadi pada klien, terlebih klien adalah seorang ibu berusia remaja yang baru pertama kali melahirkan menjadikan peran seorang perawat di ruang postpartum sangatlah penting untuk bekal perawatan ibu mengenai dirinya sendiri serta bayi yang dilahirkannya, karena apa yang telah diberikan baik secara lisan maupun demonstrasi yang benar akan menjadi pengetahuan klien yang diterapkan dirumah, peran keluarga sangat penting, makanya mahasiswa dalam memberikan pengetahuan mengenai perawatan diri klien serta bayi yang dilahirkannya ditambah dengan kunjungan rumah akan mempengaruhi pelaksanaan yang dilakukan klien setelah pulang dari rumah sakit. Pemahaman dan kemampuan masing-masing ibu dalam memberikan perawatan pada bayi baru lahir sangat tergantung pada latar belakang dan pengalaman sebelumnya. Banyak ibu baru yang takut pada awalnya karena mereka tidak tahu apa yang mungkin terjadi pada bayi mereka atau takut melukai bayinya terutama ketika memandikan, hal ini juga terjadi pada Ny. N.F, peran perawat mengajarkan perawatan bayi baru lahir sangat penting sehingga klien mampu melakukan perawatan pada bayi yang dilahirkannya. Mahasiswa telah memberikan edukasi panduan latihan dalam mengganti popok, mengenakan baju bayi, teknik cara menyusui yang benar, mengendong bayi, memandikan bayi serta melakukan perawatan tali pusat. Hal-hal yang juga tidak boleh dilupakan oleh klien adalah membawa bayinya untuk diimunisasi sesuai jadwal dan melaporkan tanda-tanda bahaya jika terjadi pada bayinya seperti tidak mau menyusui, rewel, bayi demam. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Diet pascapartum harus memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang dengan cukup kalori untuk memenuhi kebutuhan tambahan untuk menyusui, ketika klien ingin menyusui bayinya. Asupan nutrisi yang adekuat akan mempercepat fase pemulihan tenaganya lebih cepat, jumlah dan kualitas ASI-nya juga akan lebih baik. Ibu dengan gizi baik juga akan lebih mampu menghadapi infeksi (guiterez, 1994 dalam Reader (2011). Biasanya, ibu akan mempunyai nafsu makan yang baik dan merasa lapar diantara waktu makan, terutama ibu-ibu yang menyusui. Kudapan diantara waktu makan , termasuk susu dan produk atau makanan cemilan lainnya, akan membantu memenuhi kebutuhan tambahan pada ibu menyusui. Peningkatan asupan cairan dan nutisi sangat penting bagi ibu menyusui. Kunjungan lanjutan pascapartum dan hubungan telepon yang dilakukan oleh mahasiswa memberikan pengajaran dan dukungan bagi ibu baru dan keluarganya. Nyeri setelah kelahiran persesarea kebanyakan akibat oleh luka di tempat insisi, kembung karena tertahannya gas saat fungsi usus dalam pemulihan, nyeri pinggang akibat regangan otot-otot abdomen selama pembedahan, nyeri otot akibat imobilisasi, afterpain, dan kadang kala merasakan ketidaknyamanan akibat distensi kandung kemih. Mengajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi bertujuan memberikan kenyamanan dan mengurangi nyeri yang dirasakan klien. Posisi klien selama masa awal pascaoperatif di tempat tidur adalah dianjurkan mengubah posisi miring kiri dan ke kanan setiap satu jam. Ambulasi dianjurkan pada klien mulai 12 – 24 jam setelah melahirkan, hal ini sangat membantu untuk mempertahankan fungsi kandung kemih dan fungsi intestinal yang adekuat, mengurangi pembentukan thrombus, dan mencegah terjadinya pneumonia. (Reader, Sharon, J 2011). Ibu dianjurkan turun tempat tidur sidini mungkin setelah persalinan, kecuali ada kontraindikasi. Klien yang mendapatkan anestesi lokal, epidural atau kaudal selama melahirkan dapat melakukan ambulasi sedini mungkin ketika ibu merasa mampu melakukannya, jika klien mendapatkan anestesi spinal sub arachnoid intratekal, maka klien harus Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 tetap telentang minimal 8 jam sebelum ambulasi. Ibu harus tetap telentang tidak boleh mengangkat kepalanya sehingga perawat harus meletakkan bayi pada posisi yang dapat dilihat dan disentuh tanpa ibu perlu mengangkat kepala. Pada saat pertama kali ibu bangun ibu harus mengayun-ayunkan tungkainya di tepi tempat tidur selama beberapa menit. Perawat mengkaji keadaan klien apakah ada pusing atau kelemahan, kemudian klien dibantu berdiri, setelah itu berjalan beberapa langkah untuk menetapkan keseimbangan. Penting untuk perawat menjelaskan pentingnya tujuan dan manfaat ambulasi dini pada klien. Aktifitas mesti ditambah secara bertahap sesuai kemampuan klien. Teknik napas dalam, harus dintervensi, setelah teknik tersebut telah diajarkan barulah mahasiswa memberikan profenid sup berdasarkan kolaborasi medis, karena penelitian yang dilakukan oleh Dwi Purnama (2005) menyebutkan bahwa teknik relaksasi mampu menaikkan adaptasi terhadap nyeri. Pemberian obat analgetik seharusnya diberikan tepat waktu untuk memaksimalkan mengurangan nyeri selama ibu menyusui dan merawat bayinya. Analgesia yang dikontrolpasien sering digunakan untuk mengatasi nyeri dan memungkinkan klien memiliki rasa kendali terhadap situasi tersebut. Klien dapat mengerahkan energinya untuk merawat bayinya dan menghindari distraksi dari nyeri pasca pembedahan. Tujuan perawatan payudara adalah untuk mencegah infeksi, menyangga payudara secara adekuat, memperlancar produksi air susu dan kenyaman ibu. Payudara harus dipegang dengan lembut dan hati-hati untuk menghindari gesekan yang keras atau tekanan yang tidak perlu. Ibu yang menyusui dapat membersihkan putingnya dengan air biasa tanpa menggunakan sabun maupun alkohol, serta zat-zat yang bersifat kering lainnya pada putting payudara. Ibu menyusui ataupun tidak menyusui secara langsung dapat mengalami pembengkakan dengan nyeri yang berdenyut pada payudara yang meluas sampai aksila. Ibu menyusui dapat mengurangi ASI dari payudara dengan cara menyusui Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 bayi lebih sering, menggunakan pompa payudara yang dianjurkan, atau melakukan masase payudara. Pencegahan infeksi penting dilakukan selama siklus maternitas. Edukasi kesehatan ditekankan, klien dianjurkan untuk menghindari kemungkinan sumbersumber infeksi. Setiap klien pascapartum harus memiliki peralatan pribadi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang. Mekanisme utama untuk mencegah infeksi saat merawat bayi baru lahir dan ibunya adalah sering mencuci tangan dengan menggunakan deterjen antiseptik atau sabun. Mencuci tangan harus dilakukan, perawat perlu sering mengingatkan pentingnya mencuci tangan dalam mencegah infeksi yang didapat di rumah sakit baik pada klien maupun pada neonatus. Studi mengenai perilaku mencuci tangan di rumah sakit telah menunjukkan bahwa frekuensi mencuci tangan diantara kontak dengan klien masih sangat rendah, orangtua juga perlu diberikan petunjuk mengenai manfaat dan teknik mencuci tangan dengan benar. Penguatan harus diberikan selama klien di rawat di rumah sakit. Antibiotik yang diresepkan oleh dokter diberikan sesuai dengan jadwal. Klien diyakinkan bahwa resiko infeksi pada ibu dan bayi baru lahir adalah minimal jika teknik pencegahan dilakukan secara maksimal. Perawat mesti memberikan edukasi saat pemulangan, yang mencakup motivasi minum sebanyak 8 sampai 10 gelas air per hari, makan makanan dengan kandungan tinggi vitamin dan protein, memantau tanda-tanda infeksi dan membuat jadwal pertemuan selanjutnya. 4.4 Analisis Pemecahan Masalah Intervensi untuk mengatasi masalah yang dialami klien yaitu kurang pengetahuan resiko infeksi selain yang telah dilakukan di ruang postpartum lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 3 hari perawatan adalah dengan melakukan kunjungan rumah dan kontak klien melalui telepon. Kunjungan rumah menjadi alternatif pemecahan masalah karena kita dapat mengevaluasi sesuatu yang telah diimplementasikan selama perawatan, baik evaluasi tentang pengetahuan perawatan pada ibu serta pada perawatan bayi yang ketika klien dirawat di ruang postpartum terpisah Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 dari bayinya yang berada di SCN 5 dikarenakan kondisi bayi prematur serta BBLR. Penelitian oleh Alfonso dalam Reader, Sharon (2011) suatu kunjungan yang dilakukan oleh perawat dari ruang peralinan dan pelahiran yang membantu pasangan selama melahirkan sering kali memberikan manfaat bagi pasangan untuk menginterasikan pengalaman tersebut ke dalam kehidupan mereka. Hal ini menjadi penting ketika klien berusaha memahami alasan dilakukannya intervensi pembedahan yang sering kali klien mengharapkannya agar kelahiran terjadi dalam proses alami. Kunjungan rumah tersebut juga memberi kesempatan pada pasangan untuk membahas perasaan. keperawatan dipakai Proses pada perawatan kunjungan rumah agar dapat berfokus pada kemajuan proses involusi, kondisi dan pemulihan fisik ibu, adaptasi keluarga terhadap bayi baru lahir, hubungan seksual klien dan kebutuhan kontrasepsi dan tumbuh kembang bayi baru lahir sehingga sangatlah penting kunjungan rumah menjadi alternatif pemecahan masalah yang banyak terjadi pada kehamilan remaja terutama bagi remaja yang juga mendapatkan masalah penyakit hubungan seksual seperti Kondiloma Akuminata karena penyakit ini menjadi privasi baginya. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Karya Ilmiah Akhir (NERS) ini sesuai dengan tujuan dan telah mengidentifikasi analisis kesehatan Masalah Perkotaan pada Kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata di Ruang Postpartum lantai 2 Gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa praktik klinik keperawatan masyarakat perkotaan pada Klien Ny. N.F pada kehamilan Remaja dengan Kondiloma Akuminata di ruang postpartum lantai 2 Gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta kesimpulannya adalah sebagai berikut : 5.1.1 Kehamilan Remaja sering terdapat diperkotaan, kondisi ini terjadi menimbulkan risiko stress baik bio, psikis, kultural serta spiritual yang bisa terjadi pada ibu, bayi serta keluarga. 5.1.2 Kondiloma Akuminata adalah penyakit yang sering terdapat di perkotaan dan sangat dekat berhubungan dengan permasalahan kesehatan yang terjadi di perkotaan. Kondiloma Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan faktor penyebabnya salah satunya akibat dari perilaku gaya hidup yang sering bertukar-tukar pasangan. 5.1.3 Perawat dapat melakukan tindakan pemberian edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, serta teknik relaksasi tarik nafas dalam yang diajarkan pada klien yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan mengurangi rasa nyeri. Cara ini adalah yang paling mudah untuk diaplikasikan tanpa memerlukan bantuan alat. 5.1.4 Kondisi pasien setelah dilakukan tindakan intervensi pasca operatif Sectio Cesaerea adalah yang paling utama nyeri dan resiko infeksi tetapi pada kasus yang terjadi area maternitas kurang pengetahuan tentang perawatan ibu dan bayi sama pentingnya untuk ditangani beserta ketidakefektifan pemberian ASI yang terjadi. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 5.2 Saran Berdasarkan keterbatasan dan pembahasan hasil penulisan ini, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi kepada penulis selanjutnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pascaoperasi Sectio Cesaerea karena kehamilan remaja dengan Kondiloma Akuminata, dan bayi dalam kondisi BBLR terpisah dari ibunya, untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI yaitu : 5.2.1 Penulis selanjutnya dapat melakukan gabungan terapi perilaku mengatasi dketidakefektifan pemberian ASI setelah operasi. Pada saat melakukan asuhan keperawatan terutama Breast Care, teknik menyusui yang baik serta cara memerah dan menyimpan ASI sebaiknya tidak diberikan kepada hanya klien kelolaan saja tetapi kepada semua klien dalah satu ruangan tersebut secara bersamaan dengan tetap menjaga privacy klien. Selain itu penulis selanjutnya dapat mencari jurnal yang lebih banyak tentang perawatan kasus-kasus terkait maternitas. 5.2.2 Dalam bidang keperawatan, khususnya perawat maternitas sebaiknya dapat meneruskan edukasi kepada semua klien yang dirawat dan menggunakan ruang edukasi yang tersedia serta melakukan kunjungan rumah dan tindak lanjut melalui hubungan telepon setelah pulang untuk mengevaluasi intervensi yang telah diberikan. 5.2.3 Institusi pendidikan sebaiknya memberikan tambahan informasi kepada mahasiswa mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah sistem kulit dan kelamin khususnya mengenai penyakit Kondiloma Akuminata. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 DAFTAR REFERENSI Badan Litbangkes, Riset Kesehatan Dasar (Riskesda ) 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Jakarta Bick D, Et al. (2002), Postnatal Care Evidance And Guidelines For Management, Churchill Livingstone Bobak IM and Lowdermilk DL. (2005), Buku Ajar Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4. Mosby-Year Book Inc, 1995. Alih bahasa : Wijayarini MA & Anugerah PI. Jakarta : EGC Badan Pusat Statistik. (BPS, (2007)), Departemen Kesehatan dan Macro Internasional ; Survei Kesehatan Reproduksi Remaja , Jakarta : BKKBN Chang GJ, Welton M. (2004), Human Papilloma Virus, Condyloma Acuminata, and Anal Noplasia, Clinic in Colon an Rectal Surgery, 17 (4),p 221-230 Departemen Kesehatan RI. (2010), Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA), Laporan nasional 2010, Jakarta : Depkes RI Harahap, SC (2010), Bab 1 Pendahuluan http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/19918/5/chapter%201.pdf diunduh tanggal 26/5/2015 jam 22.30 Haurani M, Ziade F, and Rajab M. (2011), Timing of Planned Caesarean Sectionand themordibities of the Neuborn. North American Journal of Medical Sciences 2011, October, Volume 3. No. 10. http://www.najms.org Djuanda A. (2010), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 6, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kementerian Kesehatan RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta Mansjoer, A. (2000), Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1, Jakarta : Media Aesculapius Maurer & Smith. (2010), Community Public Health Nursing Practice ; Health for Family and Populations, 3 th edition, Elsevier ; Toronto Manuaba, AC et al. (2009), Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC NANDA Internasional. (2010). Diagnosis Keperawatan : defenisi dan klasifikasi 20092011. Alih bahasa : Made Sumarwati,…et al. Jakarta : EGC NANDA International. (2012). Nursing diagnoses defenitions and Classification 20121014. Oxford : Wiley-Blackwell Nolan. M dalam Purwoko, S. (2003), Kehamilan dan Melahirkan, Jakarta : Arcan Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Neamsakul. (2008). Unintented thai adolescent pregnancy : A grounded thery study, University of California, dissertation. http;//www.proquest.com Norwitz, ER & Schorge, JO dalam Artsiyanti. D. (2007), At a Glance Obstetri dan Ginekologi, : Surabaya : Erlangga Nurkholis. (2002) Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan Persalinan Seksio Sesarea di Pelayanan Kesehatan (PK) Santa Corulus Jakarta Tahun 2001 (Skripsi), Depok : FKM UI Universitas Indonesia. (2008). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa. Universitas Indonesia. Tharpe, Nell. (2009), Clinical Practice Guidelines for Midifery & Women’Health 3rd ed, Jones and Bartlett Publishers Rasjidi, I. (2009), Manual Seksio Sesaria & Laparatomi Kelainan Adneksa Berdasarkan Evidance Based, Jakarta : CV Sagung Seto Sastrawinata, S et al. (2003), Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi 2, Jakarta : EGC Sherwen, Laurie Nehls. (1999), Maternity Nursing Care of The Childbering Family 3rd ed, : Appleton & Lange Sally, b, Marcia, Fatricia. (2000), Maternal–Newborn Nursing A family and CommunityBased Approach 8rd ed, Brenth Hall Health Syaifudin, Hamidah. (2009), Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC Sibuea. DH. (2007), Manajemen SC Emergensi ; Masalah dan tantangan, Medan : Universitas Sumatera Utara Reader, Sharon J. (2011), Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi & keluarga volume 1 ; ahli bahasa Yati Afiyati et al, Edisi 18, Jakarta : EGC Reader, Sharon J. (2011), Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, bayi & keluarga volume 2 ; ahli bahasa Yati Afiyati et al, Edisi 18, Jakarta : EGC Widyasari, (2007). Stress Kerj. http://rumahbelajarpsikologi.com/Index.php/streskerja.htm diunduh tanggal 24/5/2014 jam 21.30 Widyoningsih. (2011), Pengalaman Keluarga merawat anak remaja dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Studi Fenomenologi, Depok : FIK UI Wiknjosastro, H, et al (1989), Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Wilkinson, J.m. (2012), Buku Saku Diagnosa Keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ahli bahasa Esty Wahyuningsih, Edisi 9 Jakarta : EGC Wong, Donna L. (2008), Buku Ajar Keperawatan pediatric. Vol 1 & 2. Alih bahasa Agus Sutarna, Neti Juniarti, H.Y Kuncara: editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha. Ed 6. Jakarta : EGC Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 http ://Jurnal/CDC/Pregnancy Complications Reproductive Health.htm diunduh tanggal 22/6/2014 jam 23.30 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 PENGKAJIAN PRENATAL Nama Mahasiswa : Linda Ernawati Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2014 NPM : 1106129921 Ruang/RS : Ruang 210 lantai 2 Gedung A RSCM JAKARTA I. PENGKAJIAN DATA UMUM KLIEN 1. 2. 3. 4. 5. Initial Klien : Ny. N.F Usia : 16 Tahun Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : IRT Pendidikan Terakhir : SMP 6. Initial Suami 7. Usia 8. Status Perkawinan 9. Pekerjaan 10. Pendidikan Terakhir : Tn. B.S : 26 tahun : Kawin : Pedagang : SMP Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu Pengalaman menyusui : tidak ada Berapa lama : Riwayat Ginekologi 1. Masalah Ginekologi : Tidak ada 2. Riwayat KB : Tidak ada Riwayat Kehamilan Saat Ini HPHT : 20 – September - 2013 BB sebelum hamil : 49 kg TD BB/TD Taksiran Partus : 27- Juni - 2014 TD sebelum hamil : 110/70 mmHg TFU Letak/Presentasi Janin DJJ Usia Gestasi Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Keluhan DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI Status Obstetrik : G1 P0 A0, H 32 Minggu Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : CM , BB/TB : 58 kg / 155 cm Tanda Vital Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi 84 x/menit Kepala Leher : Tidak ada pembesaran KGB Kepala : Rambut hitam kekuningan, bersih tak berketombe, benjolan dan luka tidak ada Mata : Tak anemis, sklera tak ikterik, tidak menggunakan kacamata. Hidung : simetris, tidak ada sekret maupun polip Mulut : Tak berbau, gigi utuh, stomatitis tidak ada Telinga : Simetris, Sekret tidak ada, bersih, pendengaran baik Leher : Tidak ada pembesara KGB, JVP Masalah Khusus : Tidak ada Dada : Jantung : BJ I & II irama regular, mur-mur dan gallop tida ada Paru : vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada Payudara : Membesar, terdapat tato di dada kiri atas Pengeluaran ASI : belum ada keluar Puting susu : menonjol (everted) Masalah Khusus : Tidak ada Abdomen Uterus : Tinggi Fundus Uterus : 28 cm, kontraksi : tidak ada Leopold I : TFU 28 cm, teraba bokong Leopold II : Kiri teraba bagian kecil, kanan teraba punggung Leoplod III : Teraba presentase kepala, belum masuk PAP Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Leopold IV : Pigmentasi : Linea nigra : Positif Striae : tidak ada Fungsi pencernaan : Tidak ada keluhan, bising usus 10 x/mt Masalah khusus : tidak ada Perineum dan Genital : Vagina : terdapat kondiloma akuminata ukuran 1 mm pada kedua labia mayor kiri dan kanan Varises : Tidak ada Kebersihan : telihat lendir Keputihan : tidak ada Jenis / warna : agak kekuningan Konsistensi : Encer Bau : Tidak berbau Hemorroid : Tidak ada Masalah khusus : Terdapat Kondiloma Akuminata Ekstremitas Ekstremitas Atas : Tidak ada edema, LILA 27 cm Inspeksi terdapat tato di tangan sebelah kiri Palpasi : Varises : Tidak ada Ekstremitas Bawah : tidak ada edema Inspeksi Palpasi Varises : Tidak ada Reflek Patela : + 2 Masalah khusus : Tidak ada Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Eliminasi Urin : Kebiasaan BAK : 5 – 7 x/hr BAB : Kebiasaan BAB : 1 hari sekali Masalah khusus : Tidak ada Istirahat dan Kenyamanan Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama 7 - 8 jam, frekuensi 2 kali Pola tidur saat ini : Tidak ada masalah, teratur Keluhan ketidaknyamanan : tidak dirasakan Mobilisasi dan latihan Tingkat mobolisasi : aktif dan mandiri Latihan/senam :tidak pernah dilakukan Masalah khusus : tidak ada Nutrisi dan Cairan Asupan Nutrisi : 3 x sehari. Nafsu makan : Baik Asupan cairan : 7 – 8 gelas sehari, cukup Masalah khusus : Tidak ada Keadaan Mental Adaptasi psikologis : Penerimaan terhadap kehamilan : Mengalami kecemasan. Penerimaan terhadap kehamilan awalnya kaget dan tidak percaya karena klien biasa mengalami keterlambatan menstruasi dn tidak teratur tetapi saat ini dapat menerima kehamilan. Masalah khusus : Kecemasan dengan keadaan bayi yang belum cukup bulan Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan ; Klien mengakui sebelum mengetahui didrinya hamil klien merokok tetapi sejak mengetahui kehamilannya klien langsung berhenti merokok, hanya saja tempat tinggal klien termasuk padat, kondisi kontrakan sangat sempit ventilasi tidak baik. Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Persiapan persalinan Senam hamil : klien mengatakan tidak pernah melakukan senam hamil selama kehamilannya Rencana tempat melahirkan : rencana sebelumnya klien akan melahirkan di bidan yang dekat dari rumah, tetapi karena ada masalah Kondiloma pada alat kelamin dan rembesan air ketuban sebelum waktunya sehingga dirujuk ke RS Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu: sudah ada Kesiapan metal ibu dan keluarga: klien mengatakan menyiapan kesiapan menjadi orang tua dan keluarga mendukung menyambut kelahiran bayinya. Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan: klien mengatakan tidak tahu karena belum pernah mengalaminya. Perawatan payudara : klien tidak mengetahui cara perawatan payudara. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini : - Folamil genio1 x 1 Hasil Pemeriksaan Penunjang : Hasil USG Fetomaternal di RSCM tanggal 24 mei 2014 didapatkan hasil : hamil 32 minggu dengan pertumbuhan dan aktifitas janin normal, plasenta letak normal. Tidak tampak tanda hipoperfusi. Indeks cairan amnion (ICA) : 2.0 cm. Hasil laboraturium tanggal 24 Mei 2014 Hb : 11,6 g/dl, Ht: 32,5 , Leukosit : 14,3 1000/UL , Trombosit : 260 1000/UL, MCV/VER ; 80,1 fL, MCH/HER : 26,8 pg, MCHC/KHER : 33,6 g/dl. Therapi saat klien dikamar 210 dexamethasone 2 x 6 mg IV, ampicilin sulbactan 4x1,5 mg IV. II. ANALISA DATA No Data Masalah Keperawatan 1. .DS : Ansietas b/d krisis situasi klien mengatakan khawatir dengan persalinannya ini (NANDA, 2014) Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 klien mengatakan khawatir dengan kondisi kesejahteraan janinnya. DO ; wajah ibu tampak tegang, klien selalu bertanya tentang proses persalinannya, TD 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 16x/menit, suhu 36,5 derajat celcius. Klien tampak memegangi perutnya klien dianjurkan bedrest 2. Resiko gawat janin DS : klien mengatakan air ketubannya masih keluar sedikit sedikit. Klien mengatakan rembesan air ketubannya sudah keluar sejak 2 hari DO : tampak rembesan air ketuban dan lendir saat inspeksi pervaginam cairan berwarna jernih, tidak berbau klien menggunakan under pat Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Suhu tubuh klien 36,5 0 C Leukosit : 14,3 1000/U, DJJ 148 x/mnt Gerakan janin ada, teratur III. Diagnosa Prioritas 1. Ansietas 2. Resiko gawat janin NANDA, 2012 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Lampiran 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PRENATAL (PREOPERASI) No 1 Diagnosa Keperawatan Tujuan & Intervensi Ansietas berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan situasi dan kondisi yang keperawatan selama 2 x pertemuan (60 menit) diharapkan cemas klien berkurang dihadapi sebelum dan sesudah sampai hilang. melahirkan. Kriteria Hasil : - - - Klien mengatakan cemas berkurang Klien akan mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat. Klien tampak tenang Klien dapat mengerti dan mengetahui tanda-tanda persalinan, prosedur operasi dan manajemen yang dapat dilakukan di Klien dapat menyebutkan dan mempraktekkan kembali manajemen nyeri yang akan dilakukan. Intervensi : 1. Kaji tingkat kecemasan klien 2. Kaji kemampuan klien untuk mengurangi rasa cemas 3. Berikan edukasi kepada klien tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi 4. Beri kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaannya. 5. Beri suport pada klien 6. Anjurkan klien untuk menggunakan cara distraksi yang dikuasai untuk mengurangi cemas. 7. Beri dorongan kepada orangtua Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Lampiran 3 dan suami (keluarga) untuk menemani klien atau memberi suport kepada klien. 8. Hargai setiap pendapat dan keputusan klien. 9. Kaji tingkat pengetahuan klien dan tentukan dan tentukan kebutuhan pengajaran klien. 10. Berikan pengajaran tentang tandatanda persalinan 11. Berikan pengajaran tentang prosedur operasi SC. 12. Berikan pengajaran dan demonstrasikan tentang teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri. 13. Berikan lingkungan yang kondusif untuk belajar. 14. Minta klien untuk mengulangi informasi yang sudah diberikan. 15. Ikut sertakan suami dan anggota keluarga klien dalam pengajaran Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 PENGKAJIAN POSTPARTUM Lampiran PENGKAJIANPOSTPARTUM NamaMahasiswa NPM : Linda Ernawati : 1106129921 Tanggal Pengkajian: 24 Mei 2014 Ruang/RS: Post Partum lantai 2 zona B RSCM I. PENGKAJIAN A. Data Umum 1. Inisial Klien 2. Usia 3. No RM 4. Status Perkawinan 5. Pekerjaan 6. Pendidikan Terakhir 7. Suku 8. Agama 9. Alamat : Ny. N.F : 16 Tahun : 393-65-24 : Kawin : IRT : SMP : Betawi : Islam : Utan Kayu Matraman, Jakarta B. Keluhan Saat Ini Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, dan bertambah sakit saat berubah posisi. Klien mengeluhkan ASI-nya belum keluar, belum mengerti tentang perawatan diri dan bayinya. C. Riwayat Penyakit Dahulu Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu. D. Riwayat Penyakit Keluaga Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM (-), Asma (-), Jantung (-), Hipertensi (-),Hepatitis (-) E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu No Tahun Jenis Penolong Jenis Persalinan Kelamin Keadaan Bayi Waktu Lahir Pengalaman menyusui : belum pernah Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Masalah F. Riwayat Kehamilan Saat Ini Klien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Budi Asih, Jakarta Timur dengan riwayat dengan Kondiloma Akuminata. Dilakukan terminasi pada usia kehamilan 32 minggu karena Ketuban Pecah Dini sudah 2 hari, Oligohidramion dan Kondiloma Akuminata. G.Riwayat Persalinan Klien(P3A0) melahirkan secara Sectio pada tanggal 26 Mei 2014 pukul 19.00 WIB. Klien melahirkan bayi dengan jenis kelamin perempuan, BB: 1800 gram, PB : 45 cm, AS: 8/9. Perdarahan 300 ml. H.Riwayat Ginekologi Klien tidak memiliki riwayat masalah ginekologi. I. Data Umum Kesehatan Saat Ini 1. Status Obstetri : P1 A0 postpartum SC, nifas hari pertama : baik, kesadaran compos mentis, BB: 51Kg, TB: 2. Kesadaran umum 155 cm. 3. Tanda-tanda Vital : TD: 110/70 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20 x/menit, S: 370C. 4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe a. Kepala Rambut dan kulit kepala Bentuk simetris, rambut hitam kekuningan, persebaran merata dan kulit kepala klien bersih, klien mengatakan keramas 2 hari sekali, tetapi selama di RS belum keramas. Muka dan Mata Pada muka tidak terdapat kloasma gravidarum, mata klien simetris, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis (+),sklera an-ikterik. Hidung Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-), polip (-), Pengeluaran cairan berlebih atau sekret (-) Mulut Mukosa lembab, bersih,sariawan(-), terdapat gigi berlubang, tidak ada karies gigi, tidak ada pembesaran tonsil. Telinga Bentuk simetris, keadaan bersih, berdengung (-), pengeluaran cairan berlebih (-) Leher Tidak ada gangguan menelan,Tidak ada peningkatan JVP,tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan b. Dada Inspeksi Bentuk simetris, terdapat tato di payudara kiri atas, tidak ada spider nevi, hiperpigmentasi areola, putting susu everted, tidak ada tonjolan yang mencurigakan Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa yang mencurigakan, ASI belum keluar, payudara keras (-). Auskultasi BJ 1&2 reguler, tidak ada mumur, tidak ada gallops, suara napas vesikuler (+), Bronkovesikuler (+), Bronkial(+), Ronchi -/-, wheezing negatif Perkusi Paru: resonan (+), Jantung: Pekak Masalah Khusus : Tidak ada masalah keperawatan c. Abdomen Inspeksi bersih, linea nigra (+), strie gravidarum(-), hiperpigmentasi (-), terdapat luka operasi SC yang tertutup balutan kasa kering steril sepanjang 10 cm, dan hasil observasi terlihat ada rembesan darah pada bagian dalam balutan. Palpasi Fundus uteri tidak teraba (klien histerektomi), kandung kemih kosong, diastasis rektus abdomninis tidak teraba (abdomen distensi dan klien merasa nyeri jika dipalpasi), nyeri pada bagian luka operasi dan daerah sekitarnya. Auskultasi Bising usus aktif di empat kuadran dengan 8 kali/menit Masalah Khusus : Tidak ada masalah keperawatan d. Ekstremitas Ekstremitas atas Edema (-), CRT <3 detik, reflex bisep dan trisep +2 Ekstremitas bawah Edema (-), Varises (-), Refleks patella +2, tanda human sign (-) Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan e. Genetalia Perineum utuh. Tidak ada tanda-tanda REEDA. Terlihat bercak-bercak merah terang pada pembalut klien, tidak berbau, volume 10-20 cc. Pada labia mayor kanan dan kiri terdapat Kondiloma Akuminata ukuran 1 mm Anus: Tidak ada hemoroid. Masalah Khusus : Resiko Infeksi 5. Pola Kesehatan Fungsional a. Pola persepsi dan pemeliharanan kesehatan Analisis praktik ..., Linda Ernawati, UI, 2014 Persepsi terhadap kesehatan cukupFIKbaik, namun klien baru 3 kali memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit. Namun klien masih bingung dan belum mengerti tentang perawatan diri setelah melahirkan, seperti perawatan payudara serta memerah ASI, perawatan bayi baru lahir. Klien takut untuk bergerak karena takut sakit, iritasi dan jahitan takut robek. b. Pola nutrisi dan metabolik Selama hamil klien mengatakan pola makan baik tidak ada gangguan. Frekuensi makan 3 kali sehari tetapi terkadang dihabiskan dalam satu porsi. Selama hamil tidak ada perubahan pola makan, alergi terhadap makanan tidak ada, minum air putih 5-6 gelas sehari(1000-1200 ml) Setelah melahirkan klien mengkonsumsit 3 x sehari tetapi tidak pernah habis, hanya habis 1/2 porsi. c. Pola Eliminasi Klien mengatakan sejak kehamilan trimester III, frekuensi BAK 8-10 kali, warna kuning, bau khas, tidak ada keluhan dengan BAK. Klien mengatakan sudah flatus. d. Pola istirahat dan latihan klien mengatakan bahwa pola istirahat dan tidur selama hamil ini tidak terganggu. e. Pola persepsi sensori dan kognitif Kemampuan klien dalam mengingat dan berorientasi baik. Dalam mengambil keputusan untuk masalah klien klien selalu bermusyawarah dengan suaminya. f. Pola hubungan dengan orang lain Hubungan klien dengan orang tua, suami, saudara baik. Selama dirawat, klien mengatakan mampu berkomunikasi baik dengan perawat, klien juga kooperatif dengan perawat dan dokter. g. Pola reproduksi dan seksualitas Klien selama hamil tidak melakukan hubungan seksual karena takut terjadi apa-apa dengan bayinya. Setelah melahirkan klien belum melakukan hubungan seksual. h. Persepsi diri 1. Persepsi diri Klien mengatakan dirinya saat ini sudah menjadi orang tua yang memiliki ketiga orang anak. Klien akan memberikan yang terbaik untuk anak ketiganya seperti ASI eksklusif. Namun, klien khawatir dengan ASI nya yang saat ini masih keluar sedikit dan bayi perlekatannya tidak bagus . Masalah Khusus: Ketidakefektifan pemberian ASI J. Obat-Obat yang dikonsumsi saat ini 1. Pycin 4x1,5 gr 2. Metronidazol 3x500 mg 3. Profenid sup 3x1 Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 K.Hasil Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium (pemeriksaan tanggal 28 mei 2014) No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal 1 DarahLengkap 12.00-15.00 g/dl a. Hemoglobin 9,9 g/dl (L) 36.0-46.0 % 29 % (L) b. Hematokrit 150-400 ribu/ul 247 ribu/ul c. Trombosit 5.00-10.00 11.75 ribu/ul (H) d. Leukosit ribu/ul 2 Glukosa Darah Sewaktu a. Gula darah sewaktu 98 mg/dl <200 mg/dl Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 II. ANALISA DATA No 1 Data DS: Klien mengatakan nyeri dan sakit pada luka operasinya klien mengatakan nyeri semakin terasa saat merubah posisi. DO: Masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). Klien tampak meringis kesakitan Wajah klien tampak tegang Klien tampak menangis, VAS 4. Tampak perilakuk berhati-hati TD 110/70 mmHg, nadi 88 x/mnt, pernapasan 20 x/mnt.. Terdapat luka jahitan post operasi SC di abdomen tertutup kassa kering sepanjang 10 cm, terdapat rembesan pada balutan 2 DS: Ketidakefektifan pemberian ASI Klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui berhubungan dengan posisi yang benar dengan kurang Klien mengatakan ASInya belum keluar Klien mengatakan tidak mengerti tentang pengeluaran pengetahuan (NANDA, 2014). ASI dan menyimpan ASI DO: Bayi klien prematur Bayi klien berada di scn 5 DS : Kesiapan meningkatkan klien menyatakan keinginan untuk mengetahui pengetahuan pengetahuan tentang perawatan dirinya dan bayinya Kesehatan Pasca menyatakan belum pernah tahu tentang perawatan Partus melahirkan karena operasi SC (NANDA,2014) DO : tampak keinginan untuk belajar Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 tampak mengikuti petunjuk yang diberikan perawat DS : Klien mengatakan dirinya melahirkan dengan cara SC Klien mengatakan dirinya dirujuk karena KPD sudah 2 hari dan terdapat kutil di kemaluannya Resiko Infeksi (NANDA, 2014) DO : Tampak balutan verban pada abdomen sebesar 10 cm Tampak Kondiloma Akuminata pada labia mayor kiri dan kanan ukuran 1mm Terpasang dower khateter Terpasang Infus cairan Asering 20 tpm III PRIORITAS DIAGNOSA 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). 2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu (NANDA, 2014). 3. Resiko Infeksi (NANDA, 2014). 4. Kesiapan meningkatkan pengetahuan kesehatan pascapartus (NANDA, 2014). Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No 1 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). Tujuan & Kriteria Hasil Tujuan: Setelahdilakukan tindakan keperawatan pada Ny.N.F sebanyak 3x24 jam diharapkan nyeri pada Ny.N.F berkurang dan hilang. KriteriaHasil: Klien akan mengungkapkan skala nyeri kurang dari 2. Klien dapat memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan Klien menunjukkan TTV dalam batas normal Klien menunjukkan selera makan dan pola tidur yang baik Wajah klien tampak rileks ketika kembali beraktivitas Klien menunjukkan Intervensi Rasional 1. Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat 1. Evaluasi nyeri tiap shift dapat menentukan rencana intervensi penanganan nyeri selanjutnya 2. Teknik relaksasi meringankan nyeri 3. Mobilisasi bertahap meningkatkan aliran darah yamg meningkatkan proses penyembuhan luka, meringankan nyeri 4. Posisi yang nyaman membuat klien menjadi lebih rileks 5. Klien yang merasakan nyeri akan terhambat dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya 6. Kolaborasi medikamentos a diberikan jika skala nyeri lebih 2. Ajarkan relaksasi napas dalam saat timbul nyeri 3. Motivasi klien untuk melakukan mobilisasi bertahap 4. Berikan posisi nyaman untuk klien 5. Bimbing klien untuk memenuhi kebutuhan dasar 6. Kolaborasi pemberian analgetik Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi tingkat mobilisasi yang baik tanpa adanya nyeri 2 Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas dan kurang pengetahuan ibu (NANDA, 2014). Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pada Ny.N.F, klien dan bayi akan mengalami keefektifan pemberian ASI. Kriteria Hasil: Kesejajaran dan pelekatan yang benar antara bayi dan payudara Bayi dapat mencengkeram dan mengompresi areola dengan tepat Bayi dapat mengisap dan menempatkan lidah bayi dengan benar Suara menelan yang dapat didengar Minimal Rasional dari VAS 4/ skala nyeri sedang 1. Siapkan ibu untuk menyusui bayinya 2. Kaji pengetahuan ibu tentang proses laktasi dan menyusui 3. Perbaiki salah konsepsi dan informasi mengenai produksi ASI 4. Informasikan tentang pola buang air besar dan buang air kecil bayi yang menjadi tolok ukur kecukupan nutrisi bayi. 5. Ajarkan ibu untuk melakukan Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 1. Pastikan bahwa klien benar-benar ingin menyusui anaknya dan ikhlas 2. Seberapa jauh pengetahuan klien tentang laktasi akan mempengaruhi rencana intervensi dan cara penyampaian 3. Setelah mengetahui seberapa jauh pengetahuan klien tentang laktasi, nilai konsep klien tentang laktasi dan perbaiki konsep yang salah 4. Informasi tentang pola BAB dan BAK bayi merupakan indikator yang mudah No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil menyusui delapan kali perhari (atau sesuai permintaan) Kepuasan bayi setelah menyusu Kenaikan berat badan sesuai usia Ibu tidak mengalami nyeri tekan pada puting Ibu mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera Intervensi perawatan payudara dan massase payudara agar produksi ASI maksimal 6. Dorong ibu untuk menyusui sesuai keinginan bayi (min 2 jam sekali) anjurkan untuk tidak memberikan makanan tambahan 7. Anjurkan kepada ibu untuk memompa asi secukupnya untuk mengurangi kongesti payudara dan memungkinka n puting menonjol 8. Tawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Rasional digunakan oleh klien untuk menentukan pakah ASI yang diberikan cukup atau tidak 5. Rangsangan dengan melakukan massase pada payudara serta sentuhan pada puting akan menstimulasi reseptor pada ujung puting yang akan menyampaika n impuls ke otak dan memerintahka n hipotalamus untuk memproduksi ASI 6. Menyusui sesering mungkin akan lebih baik, terutama bagi bayi prematur dan BBLR 7. Menurunkan risiko breast engorgement No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional menyusui 8. Nutrisi cukup sebelum menyusui akan menambah produksi Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Prenatal Tanggal 26-6-2014 Jam 08.00- 14.00 wib Diagnosa Ansietas - Implementasi Mengkaji tingkat kecemasan pasien S = - Menemani - pasien untuk - - - Pasien mengatakan cemas dengan tindakan Memberi privacy dan lingkungan yang akan dilakukan. Pasien mengatakan Memberikan informasi mengenai setelah diberikan pengobatan dan perawatan yang penjelasan sekarang akan dilakukan merasa lega dan tenang Memberi dorongan kepada pasien untuk untuk meningkatkan harga dirinya operasi. - Mengajarkan teknik relaksasi tarik - menjalankan Pasien mengatakan siap napas dalam untuk Menjelaskan pada klien persiapan tindakan oprasi. yang harus dibawa ke - Menganjurkan klien untuk berdoa . dilakukan ruang O = operasi - - mengungkapkan perasaannya yang nyaman - Evaluasi Wajah tampak sedikit tegang dan gelisah - Setelah diberi penjelasan wajah tampak tenang, tampak Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 tersenyum ketika disapa - Antusius mendengarkan penjelasan - Tampak mampu melakukan relaksasi teknik tarik napas dalam - TD = 110 /70 mmhg, nadi = 84 x/mt A = Ansietas teratasi P= - Temani saat menju ruang opearasi - Motivasi untuk melakukan teknik relaksasi - Motivasi untuk selalu berdoa. Resiko gawat janin - Melakukan pemeriksaan leopold S = untuk memastikan usia gestasi - Melakukan pemeriksaan jantung janin - denyut Klien mengatakan gerakan anaknya kuat O= Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 - Mendokumentasikan hasil - pemeriksaan hasil pemeriksaan Leopold I = teraba bokong, TFU 27cm, leopold II kanan = teraba punggung, kiri teraba kecil-kecil, kosong, leopold III = teraba presentase kepala belum masuk PAP A = masalah belum teratasi P= - observasi djj tiap 30 menit - Anjurkan klien bedrest Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN POSTPARTUM Tanggal 27 -6 -2014 Diagnosa Nyeri (akut) Implementasi - Mengkaji lokasi nyeri,frekuensi, skala dan durasi Evaluasi S= - Pasien mengatakan - Mengobservasi TTV nyerinya berkurang, vas - Mendorong pasien untuk 2 melakukan teknik napas dalam - - - - Pasien mengatakan jika Mengatur posisi yang nyaman berbaring nyeri terasa menurut klien berkurang Menganjurkan klien untuk istirahat - Klien mengatakan bisa jika nyeri berkurang melakukan teknik tarik Memberikan analgetik, profenid napas dalam supp yang sesuai dengan program O= - Tampak mampu melakukan teknik taris napas dalam - Tampak pasien mengatur posisi yang nyaman - Profenid sup telah diberikan jam 12.00 wib Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 - Jam 13.30 tampak klien tidur dengan posisi supine Kesiapan meningkatkan - pengetahuan kesehatan Ibu Pascapartum Mengkaji pengetahuan pasien S= tentang perawatan diri - - - - Klien mengatakan Mengkaji pengetahuan pasien belum tentang perawatan bayi hanya melap saja Memberikan lingkungan yang - berani Klien mandi, mengatakan kondusif untuk memberikan sudah melihat edukasi memandikan bayi cara Menjelaskan pada klien untuk tidak O = menekuk kakinya untuk - memperlancar sirkulasi Tampak pembalut sudah diganti - Tampak klien meluruskan kakinya A = masalah belum teratasi P= - Ajarkan personal hygiene, cara mandi - Demonstrasikan perawatan bayi pada Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 klien dan pasien lainnya - Motivasi nutrisi TKTP yang adekuat Ketidakefektifan Pemberian - ASI Mengkaji keinginan dan motivasi ibu - - S= - Pasien mentakan Memberikan edukasi tentang keinginan laktasi memberikan ASI pada Mengajarkan cara perawatan bayinya payudara (Breast Care) - Pasien sekarang untuk mengatakan mengerti tentang cara perawatan payudara - Pasien mentakan mengerti cara memerah ASI, dan menyimpan ASI O= - Tampak suami pasien mengantar ASI KE scn 5 - Tampak pasien Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 memerah ASI, 1X perah 15 cc - Pasien mampu melakukan perawatan payudara A = Masalah teratasi sebagian P= - Motivasi intake cairan yang adekuat - Motivasi ibu melakukan masase payudara dan memerah ASI sesering mungkin Resiko Infeksi - Mengkaji tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, adanya pus S= - Klien mengatakan telah pada luka) mencuci - Mengkaji tanda REEDA sebelum - Mencuci tangan sebelum dan melakukan tindakan sesudah tindakan - - dan setelah Klien mengatakan Memotivasi pasien untuk menjaga sudah mengganti personal hygiene dan lingkungan pembalutnya Mempertahankan teknik aseptik - tangan - Klien mengatakan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 pada prosedur invasive - Memberikan antibiotik sesuai dirinya tidak demam O= program berdasarkan kolaborasi - Tampak pembalut medis yaitu pycin 4 x 1,5 gram/iv, sudah diganti, perineum metronidazole 3 x 500mg utuh, lokia rubra 30 cc - Terpasang dower kateter - Terpasang infus cairan asering 20 tpm A = Masalah belum teratasi P= - Cuci tangan - Pertahankan teknik septik dan antiseptic - Anjurkan klien untuk mengganti balutan maksimal 4 jam sekali - Aff kateter jam 19.30 wib - Berikan terapi obat- obatan sesuai jadwal Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Catatan Perkembangan postpartum hari ke 2 Tanggal 28 – 6 - 2014 Diagnosa Nyeri Akut Implementasi - Evaluasi Mengkaji lokasi nyeri, frekuensi, S= skala dan durasi nyeri Pasien mengatakan - Mengobservasi TTV berkurang, vas 2 - Mendorong pasien untuk Pasien melakukan teknik napas dalam berbaring Menganjurkan klien mobilisasi berkurang secara bertahap Klien Memberikan analgetik, profenid melakukan teknik tarik napas supp yang sesuai dengan program dalam - - nyerinya mengatakan nyeri jika terasa mengatakan bisa O= Tampak mampu melakukan teknik napas dalamTampak pasien mengatur posisi yang nyaman Profenid sup telah diberikan jam 12.00 wib Jam 13.30 tampak klien tidur Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 dengan posisi supine Kesiapan pengetahuan pascapartum meningkatkan kesehatan - Ibu - - - Ajarkan personal hygiene, cara Subjektif: - Klien mengatakan mandi keinginannya untuk makan makanan yang Demonstrasikan perawatan bayi banyak sayur dan buahpada klien dan pasien lainnya buahan - Klien mengatakan Motivasi nutrisi TKTP yang sudah mandi dan tetap adekuat melindungi area luka operasi dengan handuk Informasikan tanda-tanda yang - klien mengatakan akan harus diwaspadai pascapartum mencoba melakukan perawatan bayi jika bayinya sudah bisa gabung bersamanya Objektif : - porsi makan habis - dalam 1 hari 1 ½ botol aqua besar habis (2000 – 2500 liter) - klien tampak bersih, rapi dan harum - pakaian klien tampak berganti Analisis : Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 kesiapan meningkatkan pengetahuan kesehatan ibu pascapartum belum teratasi Planning : Evaluasi diet dan perawatan diri klien dan bayi Evaluasi tanda-tanda bahaya pascapartum Ketidakefektifan Pemberian - ASI Mengkaji keinginan dan motivasi ibu - Memberikan edukasi cara melakukan kompres payudara dan membersihkan putting pada payudara - Memotivasi klien masase payudara dan memerah ASI secara teratur - Menganjurkan klien istirahat yang cukup - Menganjurkan klien intake cairan dan nutrisi yang adekuat - Menganjurkan klien perbanyak makan kacang-kacangan untuk Subjektif : - Klien tampak antusias untuk menyusui bayinya. - Klien mengutarakan keinginan melihat bayinya dan ingin mencoba menyusui Objektif: - Klien kooperatif saat diajarkan - Klien tampak melalukan masase payudara dan memerah asi dengan benar - tampak klien tertidur setelah memompa ASI - Tampak porsi yang diberikan habis Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Analisis : - Ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. meningkatkan produksi ASI Resiko Infeksi - Planning: - Motivasi ibu untuk menyusui - Bantu dan instruksikan klien untuk menyusui dengan posisi yang benar di SCN 5 - Anjurkan klien untuk makan dan minum yang cukup - Evaluasi pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bayi sudah puas menyusui. S= Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan - Klien mengatakan telah Mengkaji tanda-tanda infeksi mencuci (demam, kemerahan, adanya pus sebelum pada luka) melakukan tindakan - Mengkaji tanda REEDA - Motivasi - - asupan nutrisi yang Klien tangan dan setelah mengatakan sudah mandi di kamar adekuat mandi Memonitor tanda-tanda vital membersihkan dan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 kemaluannya dengan sabun - Klien mengatakan dirinya tidak demam O= - Suhu 36,5oC - Tanda kemerahan pada luka incise tidak ada, dema tidak ekimosisi tidak ada, ada, rembesan cairan/nanah/ darah tidak ada, tampak jahitan menyatu A = Masalah teratasi sebagian P= - Observasi cairan rembesan pada verban staples - Kaji tanda-tanda infeksi - Kolaborasi pemeriksaan laboratorium - Observasi tanda-tanda Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 vital - Pertahankan teknik aseptic dan antiseptic Catatan Perkembangan hari ke 3 Tanggal 29 – 6 - 2014 Diagnosa Nyeri Akut - Implementasi Mengobservasi TTV - Mendorong pasien untuk melakukan teknik napas dalam - Mengatur posisi yang nyaman menurut klien - Menganjurkan klien untuk istirahat jika nyeri berkurang - Memberikan analgetik oral yang sesuai dengan program Evaluasi - Klien mengatakan nyeri sudah berkurang VAS 1. Objektif : - Klien mampu mengatasi nyeri dengan teknik napas dalam - Wajah klien tampak rileks - Mobilisasi klien aktif - Luka operasi tidak ada tanda infeksi tidak ada Analisis : - Nyeri akut teratasi. Kesiapan pengetahuan meningkatkan kesehatan Ibu - Memotivasi nutrisi dan asupan cairan yang adekuat Mengingatkan untuk mobilisasi bertahap Planning : - Evaluasi manajemen nyeri saat kunjungan rumah Subjektif: - Klien mengatakan mesti makan makanan yang banyak sayur dan buahUniversitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 - pascapartum motivasi tentang personal hygiene Ingatkan istirahat yang cukup - - buahan Klien mengatakan sudah mandi dan tetap melindungi area luka operasi dengan handuk klien mengatakan sudah bisa beraktifitas mandiri secara perlahan Objektif : - porsi makan habis - dalam 1 hari 1 ½ botol aqua besar habis (2000 – 2500 liter) - klien tampak bersih, rapi dan harum - pakaian klien tampak berganti Analisis : kesiapan meningkatkan pengetahuan kesehatan ibu pascapartum teratasi Planning : Evaluasi diet dan perawatan diri klien Informasikan jadwal kunjungan ulang pascapartum Ketidakefektifan Pemberian - Memotivasi klien masase payudara Subjektif : - Klien senang diajarkan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 ASI dan memerah ASI secara teratur - Memotivasi klien intake cairan yang adekuat - Menganjurkan klien untuk - cara masase dan memeras ASI Klien mengatakan terasa sakit saat dilakukan pemerahan payudaranya. konsentrasi saat memerah ASI - Mengingatkan klien dan suami atau keluarga untuk mengantarkan ASI ke ruang SCN 5 Objektif - : ASI klien tampak banyak keluar didapatkan 50 cc setelah diperah - Payudara klien tampak mulai lunak - Klien merasa nyaman setelah diperah payudaranya tidak terlalu kencang. Analisis : - Ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. Planning: - Evaluasi pada klien cara masase payudara dan cara memerah ASI - Motivasi ibu untuk memerah payudara dan jika di rumah menyusui bayinya dengan payudara secara Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 bergantian. Resiko Infeksi - Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan - P= - Mempertahankan teknik aseptik dan antiseptik - Mengobservasi tanda-tanda infeksi - Membersihkan luka dan - Ajarkan pada klien perawatan luka operasi selama dirumah Ajarkan untuk mengenal adanya tandatanda infeksi pada luka operasi menggantikan verban luka incisi klien dengan verban staples - Memotivasi klien perbanyak makan sayur, buah-buahan dan putih telor minimal 1 hari enam buah putih telor - Beritahu klien tanda waspada yang harus diperhatikan tentang tandatanda infeksi Catatan Perkembangan Kunjungan Rumah Tanggal 8 – 6 – 2014 Diagnosa Kesiapan meningkatkan - pengetahuan kesehatan Ibu pascapartum Implementasi Mengevaluasi klien tentang perawatan bayi di rumah - Menganjurkan klien untuk mengontrol kembali ke pelayanan Evaluasi Subjektif : - klien mengatakan mengerti tentang resiko penyakit kelamin yang dideritanya - klien menyatakan keinginan untuk kontrol Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 Objektif : - Klien menunjukkan Akuminata yang dialami klien keinginan untuk mengobati Kondiloma Menganjurkan klien sebaiknya jika akuminata pada dirinya melakukan hubungan seksual agar - Mampu menjawab jadwal kontrol dirinya menggunakan kondom walaupun dan bayinya telah menggunakan alat kontrasepsi - Mobilisasi klien aktif - mampu melakukan IUD perawatan bayi Mengingatkan klien untuk - Klien menunjukkan keinginan control ulang memeriksakan bayinya dan sesuai jadwal yang mengikuti jadwal imunisasi secara ditentukan - mampu menyebutkan rutin sesuai jadwal pengetahuan tentang kesehatan ibu pascapartum kesehatan untuk terapi Kondiloma - - Analisis : - pengetahuan kesehatan ibu meningkat Planning : - Evaluasi pengetahuan klien melalui telepon Resiko Infeksi - Mengkaji tanda-tanda infeksi - Mengkaji REEDA - Mangganti verban pada luka S= - Klien mengatakan telah mencuci tangan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 - operasi sebelum Menganjurkan klien agar selalu melakukan tindakan tetap menjaga kebersihan diri - - - Klien dan setelah mengatakan Menganjurkan klien senantiasa sudah mandi di kamar mencuci tangan sebelum dan mandi setelah menyentuh bayi atau membersihkan melakukan tindakan kemaluannya Menganjurkan klien sabun mengkonsumsi nutrisi tinggi - vitamin dan protein seperti perbanyak sayur, buah-buahan dan Klien dan dengan mengatakan dirinya tidak demam O= putih telor setiap hari - Suhu 36,5oC - Tanda kemerahan pada luka incise tidak ada, dema ekimosisi tidak tidak ada, ada, rembesan cairan/nanah/ darah tidak ada, tampak jahitan menyatu A = Masalah teratasi sebagian P= - Evaluasi edukasi tanda Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014 tanda infeksi pada klien - Kontrak waktu kunjungan rumah. - Terminasi Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Linda Ernawati, FIK UI, 2014