BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri
seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik
faktor-faktor intern maupun faktor-faktor ekstern (Winardi, 2000:47). Robbins
(2007:49)
mendefinisikan
kepemimpinan
sebagai
kemampuan
untuk
mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian
tujuan yang ditetapkan.
Menurut Stoner (dalam Handoko 2003:294) kepemimpinan manajerial
didefenisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang berhubungan tugasnya. Ada tiga
imlikasi penting dari defenisi tersebut:
Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut.
Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota
kelompok membantu menemukan status/kedudukan pemimpin dan membuat
proses kepemimpinan dapat
berjalan.
Tanpa bawahan,
semua kuliatas
kepemimpinan seseorang akan menjadi tidak relevan.
Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin
mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota
7
Universitas Sumatera Utara
8
kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatankegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara
secara tidak langsung.
Ketiga, selain dapat memberiakn pengarahan kepada para bawahan atau
pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan
tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
2.1.2 Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan
sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku dan situasional (contingency)
dalam
studi
tentang
kepemimpinan.
Pendekatan
pertama
memandang
kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak. Seorang
pemimpin memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang menyebabkan mereka
dapat memimpin para pengikutnya. Sifat-sifat ini mencakup energi, pandangan,
pengetahuan dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri, integritas, kepandaian
berbicara, pengendalian dan keseimbangan mental maupun emosional, bentuk
fisik, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan, antusiasme, berani dan lainlain.
Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku
(behaviors) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Pendekatan
ini mencoba menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif yaitu
bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi
Universitas Sumatera Utara
9
dengan dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka menjalankan tugastugas, dan sebagainya.
Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang
memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan
muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada.
Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional menganggap bahwa kondisi yang
menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dangan situasi (tugas-tugas yang
dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi,
pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya).
2.1.3 Teori Situasional
Kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard (dalam Thoha,
2007:63) adalah didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal berikut
ini:
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.
Perilaku pengarahan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang
pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah. Bentuk pengarahan dalam
komunikasi satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang seharusnya
dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa
dikerjakan, di mana melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya, dan
melakukan pengawasan secara ketat kepada pengikutnya.
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan.
Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan
diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan
Universitas Sumatera Utara
10
dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam
mengambil keputusan.
Kedua poros tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan
berbeda seperti Gambar 2.1 sehingga dengan demikian dapat diketahui empat
gaya dasar kepemimpinan.
Tinggi Dukungan dan
Rendah Pengarahan
G3
Rendah Dukungan dan
Rendah Pengarahan
G4
Tinggi Pengarahan dan
Tinggi Dukungan
G2
Tinggi Pengarahan dan
Rendah Dukungan
G1
Gambar 2.1 Empat Dasar Gaya Kepemimpinan
Sumber: Miftah Thoha ( 2007)
Dalam gaya 1 (G1), seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang
banyak memberikan pengarahan namun sedikit dukungan. Pemimpin ini
memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi para
pengikutnya, dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka.
Dalam gaya 2 (G2), seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang
banyak mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya
seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksaan yang ia ambil dan mau
menerima pendapat pengikutnya. Tetapi pemimpin dalam gaya ini masih tetap
harus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian tugas-tugas
pengikutnya.
Dalam gaya 3 (G3), perilaku pemimpin menekankan pada banyak
memberikan dukungan namun sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini
pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan para pengikutnya, dan
mendukung usaha-usaha mereka dalam menyeelsaikan tugas.
Universitas Sumatera Utara
11
Adapun gaya 4 (G4), pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit
pengarahan. Pemimpin dengan gaya seperti ini mendelegasikan keputusankeputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas keada pengikutnya.
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Kematangan dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam
mengarahkan perilakunya sendiri. Kemampuan yang merupakan salah satu unsur
dalam kematangan, berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat
diperoleh dari pendidikan, latihan dan atau pengalaman. Adapun unsur yang lain
dari kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang.
Ada empat tingkat kematangan menurut Hersey dan Blanchard (dalam
Thoha, 2007:71), yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
Mampu dan Mau
M4
Mampu tetapi
Tidak Mau atau
kurang yakin
M3
Tidak Mampu
tetapai Mau
M2
Tidak Mampu dan
Tidak Mau atau
tidak yakin
M1
Gambar 2.2 Empat Tingkat Kematangan
Sumber: Thoha (2007)
Tabel 2.2 menggambarkan hubungan antara tingkat kematangan para
pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan
ketika para pengikut bergerak dari kematangan yang sedang ke kematangan yang
telah berkembang (dari M1 sampai dengan M4).
Ada empat dasar perilaku pemimpin dalam pengambilan keputusan pada
berbagai situasi tersebut menurut Hersey dan Blanchard (dalam Thoha, 2007:67),
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
12
1. Instruksi.
Gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan
batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa,
bagaimana, bilamana dan di mana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan
oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan, dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
2. Konsultasi.
Pada gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih
membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan
meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung,
dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang
dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin.
3. Partisipasi.
Dengan gaya ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah
ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar. Tanggung
jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar
berada ada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut
mempunyai kemampuan melaksanakan tugas.
Universitas Sumatera Utara
13
4. Delegasi.
Pada gaya ini bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan
tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan
kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukan
mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk
memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.
2.1.4 Kinerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2009:9), kinerja karyawan adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Mahsun (2006:25), kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning
suatu organisasi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah
prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai
SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja (performance) dapat dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor (Hennry
Simamora dalam Mangkunegara 2009:14), yaitu:
a. Faktor individual yang terdiri dari:
1. Kemampuan dan keahlian
2. Latar belakang
3. Demografi
Universitas Sumatera Utara
14
b. Faktor psikologis yang terdiri dari:
1. Persepsi
2. Attitude
3. Personality
4. Pembelajaran
5. Motivasi
c. Faktor organisasi yang terdiri dari:
1. Sumber daya
2. Kepemimpinan
3. Penghargaan
4. Struktur
5. Job design
2.1.5 Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan (BPKP dalam Mahsun 2006:71). Mathis dan Jackson
(2006:378)
menyatakan beberapa indikator kinerja yaitu:
1. Kuantitas dari hasil
2. Kualitas dari hasil
3. Ketepatan waktu
4. Kehadiran
5. Kemampuan bekerja sama
Universitas Sumatera Utara
15
2.2 Penelitian Terdahulu
Ulfa Maulida Nur (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Perilaku Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT.
Bank Syariah Bukopin Cabang Medan Jalan S. Parman No 77 Medan). Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan sebesar 0,830 atau
sangat kuat antara perilaku kepemimpinan situasional terhadap kinerja. Dari hasil
uji determinan maka pengaruh perilaku kepemimpinan situasional terhadap
kinerja karyawan sebesar 68,89%, sehingga ada pengaruh antara perilaku
kepemimpinan situasional terhadap kinerja karyawan dengan hipotesis (Ha)
positif dapat diterima.
Refani (2006), dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Perilaku Gaya
Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. BANK
RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK CABANG BINJAI”. Menggunakan
alat analisis regresi berganda menunjukkan: ada hubungan yang positif dan
signifikan antara variabel gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja
karyawan. Dari hasil uji determinan maka pengaruh perilaku kepemimpinan
situasional terhadap kinerja karyawan sebesar 69,3%. Persamaan regresi linear
berganda yang didapat, yaitu y = 5,910 +0,143X1 + 15,434X2. Dari persamaan
ini maka tingkat keeratan hubungan keduanya sebesar 82%.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa dari tinjauan teori dan penelitian
terdahulu yang mencerminkan keterikatan objek yang diteliti dan merupakan
Universitas Sumatera Utara
16
tuntunan untuk memecahkan masalah dalam penelitian serta merumuskan
hipotesis yang berbentuk bagan alur yang dilengkapi data kualitatif. Menurut Dale
(dalam Mangkunegara 2009:14) faktor-faktor yang mempegaruhi kinerja terdiri
dari:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang
seperti tipe pekerja keras.
2. Faktor eksternal, berasal dari lingkungan seperti rekan kerja, pimpinan,
fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Hennry Simamora (dalam Mangkunegara 2009:14) juga mendukung
pendapat bahwa aspek kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seseorang. Kepemimpinan situasional menurut Hersey dan
Blanchard (dalam Thoha, 2007:63) didasarkan pada saling berhubungannya halhal berikut ini:
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan,
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam
melakasanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Konsepsi ini dikembangkan untuk membantu orang menjalankan
kepemimpinan dengan memperhatikan peranannya, yang lebih efektif di dalam
interaksinya dengan orang lain setiap harinya. Berdasarkan hal tersebut Hersey
dan Blanchard (dalam Miftah Thoha, 2007:66) mengidentifikasi empat gaya
perilaku pemimpin yang khusus, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
17
1. Instruksi: Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan
memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan di mana
melaksanakan berbagai tugas.
2. Konsultasi: Pemimpin masih banyak memberikan pengarahan, tetapi hal
ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan
perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut
tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka.
3. Partisipasi: Pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
4. Delegasi: Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan
untuk melaksanakan pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki
kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam
pengarahan perilaku mereka sendiri.
Menurut Mangkunegara (2009:9), kinerja karyawan adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Mathis dan Jacson (2004:378) menyatakan kinerja karyawan dalam perusahaan
dapat diukur melalui:
1. Kuantitas dari hasil
2. Kualitas dari hasil
3. Ketepatan waktu
4. Kehadiran
5. Kemampuan bekerja sama
Universitas Sumatera Utara
18
Dari penjelasan ini maka gaya kepemimpinan situasional (instruksi,
konsultasi, partisipasi, dan delegasi) berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Adapun kerangka pemikiran tersebut dapat diperlihatkan pada gambar berikut ini:
Gaya Kepemimpinan Situasional
1. Instruksi
2. Konsultasi
3. Partisipasi
4. Delagasi
Kinerja Karyawan
Sumber : Thoha (2007), Matis dan Jakson (2006) (Diolah)
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka hipotesis
penelitian
ini
adalah:
“Gaya
Kepemimpinan
Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap
Situasional
Konsultasi
Peningkatan Kinerja
Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Medan
Iskandar Muda”.
Universitas Sumatera Utara
Download