| 228 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 228 | APRIL 2015 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga.” [Lukas 24:46] Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 228: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim Bambang Tedjokusumo, Haryono Wong, Hendry Heryanto Ie David, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Mengasihi Seperti Kristus S halom… memasuki bulan April ini kita memperingati pengorbanan dan kebangkitan Tuhan Yesus, yang mati di atas kayu salib untuk menebus kita dari kutuk dan kuasa dosa. Sekalipun tiap tahun kita memperingatinya, namun kita tidak boleh menjadikannya hanya sebuah peringatan belaka. Marilah kita menjadikannya sebagai momentum untuk memperbarui kualitas kasih kita, baik kepada Allah dan sesama. Tuhan Yesus pernah berkata: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh. 15:12). Sudahkah kita memiliki kasih seperti kasih yang Kristus berikan kepada kita? Kiranya momentum peringatan sengsara dan kebangkitan Tuhan Yesus mengembalikan kita untuk bersemangat hidup dalam kasih dan membagikan kasih-Nya kepada sesama. Amin. 01 RABU APRIL 2015 “...Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia.” (Hakim-Hakim 13:24) Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 13-15 Bacaan setahun: Hakim-Hakim 13-15 HAKIM SIMSON S etelah Yefta memerintah sebagai Hakim atas orang Israel, selama enam tahun lamanya, kemudian matilah Yefta, orang Gilead itu. Lalu Allah membangkitkan Hakim Ebsan, Elon dan Abdon. Setelah ketiga Hakim ini mati, bangsa Israel kembali melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, karenanya, TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin, empat puluh tahun lamanya. Maka TUHAN Allah membangkitkan Simson dari Zora, dari keturunan Dan. Yang ajaib dari Panggilan TUHAN ini adalah, ibu dari Simson, mandul. Dalam Perjanjian Baru, kita diingatkan akan kesamaan dengan kelahiran Yohanes Pembaptis, dimana ibunya, Elizabeth juga mandul dan telah lanjut usia, tetapi TUHAN Allah memakai mereka dalam kehinaannya untuk pekerjaaan TUHAN, membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan bangsa lain. Kita dapat melihat bahwa TUHAN, dengan kedaulatan-Nya, berkuasa untuk merendahkan dan meninggikan siapa yang dikehendakiNya bagi kemuliaan-Nya sendiri. Kesamaan lain yang dapat kita lihat, antara Simson dan Yohanes Pembaptis adalah, keduanya harus memiliki hidup kudus di hadapan TUHAN. Malaikat TUHAN berfirman, “...janganlah minum anggur atau minuman yang memabukkan/minuman keras, sebab ia akan menjadi Nazir Allah” atau dalam kasus Yohanes Pembaptis, ia penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Hak.13:7 bdk. Luk.1:15). Mengapa pengudusan sangat penting? Sebab Allah sendiri adalah kudus. Kekudusan Allah harus menjadi ciri kehidupan setiap orang percaya, pelayanan-Nya, atau bagi murid Kristus. Bagiamana dengan Anda? Jika kita telah dikuduskan oleh darah Kristus, bukan berarti kemudian kita tidak perlu lagi memperjuangkan untuk hidup dalam kekudusan. Justru karena kita telah dikuduskan, maka kita harus hidup dalam kekudusan, sebagai wujud bahwa kita telah menjadi milik Allah yang tidak lagi hidup dalam dosa. Karena itu, hidup dan layanilah Allah dalam kekudusan, sebab Tuhan Allah kita adalah mahakudus. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa tiap orang yang dikhususkan bagi Tuhan atau melayani Dia, harus hidup dalam kekudusan? (2) Apa jadinya jika pelayan Tuhan tidak hidup kudus? Berdoalah bagi para pelayan Tuhan agar mereka hidup dalam kekudusan, sehingga kehidupan maupun pelayanan mereka dapat menjadi berkat dan diperkenan oleh Tuhan. 02 KAMIS APRIL 2015 “… Ya TUHAN Allah, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali ini saja …” (Hakim-Hakim 16:28) Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 16-18 Bacaan setahun: Hakim-Hakim 16-18 WASPADALAH, SETIAP KITA ADALAH “SIMSON” S etiap kita adalah anak Tuhan, dan Iblis pasti tidak suka, sehingga Iblis akan memakai berbagai cara untuk menjatuhkan iman kita, mempermalukan kesaksian kita, dan tujuan akhirnya, bukan hanya diri kita, tetapi juga untuk menggagalkan rencana Tuhan. Dalam bagian ini dikisahkan, bahwa Simson memiliki kekuatan besar dari Tuhan untuk dapat menolong bangsanya, tetapi ia memiliki kelemahan terhadap lawan jenis. Karena itu, baik orang tuanya maupun hukum Taurat telah memperingatkannya, tentang hal ini. Sebagai seorang nazir, Allah pasti dengan berbagai cara mengingatkan Simson tentang identitasnya, tugasnya, kewaspadaannya terhadap kelemahannya. Sayang dalam hal ini, Simson gagal, gagal sebagai seorang nazir Allah, gagal dalam godaan dan gagal dalam tugas membela Israel. Hari ini sebagai anak Tuhan, kita juga memiliki tugas penting yang Tuhan telah percayakan kepada setiap kita (Amanat Agung); kita juga telah diberikan karunia Roh Kudus, namun demikian, kita masih hidup di dalam kedagingan manusia lama kita, sehingga kita diingatkan agar, “Berjagajagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41). Rasul Paulus juga mengatakan, “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki” (Gal. 5:17). Sebagai manusia, wajar bila kita memiliki beberapa kebutuhan yang bersifat dunia/daging, tapi kita harus berhati-hati, karena manusia lama kita gampang sekali berkompromi dalam mencari kepuasan belaka, sebagai tujuan hidup yang paling tinggi, dan hal ini sering dipakai Iblis untuk menjatuhkan kita. Iblis tahu persis kelemahan kita dan bagaimana cara menjatuhkan diri kita. Iblis telah menjatuhkan Simson. Bagaimana dengan kita? Karena itu, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Ptr. 5:8). STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Simson gagal menjalankan tugas sebagai Hakim bagi bangsa Israel? (2) Mengapa kita perlu waspada terhadap kelemahan kita? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak ceroboh dan hidup menuruti keinginan daging, sehingga hidup mereka senantiasa memuliakan Tuhan dan mengalahkan tipu muslihat Iblis. 03 JUMAT APRIL 2015 “Hal yang demikian belum pernah terjadi dan belum pernah terlihat, sejak orang Israel berangkat keluar dari tanah Mesir sampai sekarang…” (Hakim-Hakim 19:30) Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 19:1-30 Bacaan setahun: Hakim-Hakim 19-21 HILANGNYA HUKUM, HILANGNYA KETERTIBAN K etika hukum tidak ada, maka hasil akhirnya adalah keburukan dan rusaknya tatanan hidup manusia. Kerusuhan, penjarahan, pembunuhan, pelanggaran hukum, dan ancaman keamanan dapat terjadi di mana-mana, dan manusia adalah pelakunya! Segala cerita kejahatan yang terjadi pada masa kini, seperti pemutilasian manusia, bukanlah hal baru. Alkitab menceritakan, pada saat bangsa Israel tidak memiliki pemimpin atau raja yang menegakkan kebenaran dan keadilan, kehidupan masyarakatnya menjadi liar. Salah satu peristiwa yang merusak nilai-nilai kemanusiaan dicatat dalam kisah “perbuatan noda di Gibea” (Hak. 19:1-30). Pencatatan kisah ini mengingatkan kepada bangsa Israel pada masa itu dan bagi kita masa kini, bahwa ketika pemimpin tidak ada, ketika hukum diabaikan, dan firman Tuhan serta moralitas tidak ditegakkan dengan benar, kecenderungan manusia untuk melakukan yang jahat, tidaklah tertahankan. Sebuah ironi dengan sengaja dicatat di sini, yaitu seorang Lewi, yang notabene, adalah keturunan dari salah satu suku Israel, yang dikhususkan melayani Tuhan, demi menyelamatkan dirinya, rela mengorbankan orang lain, bahkan kemudian memutilasinya. Dan komentar orang Israel terhadap peristiwa itu adalah: “Hal yang demikian belum pernah terjadi dan belum pernah terlihat sejak orang Israel berangkat keluar dari tanah Mesir…” Jika demikian, apa penyebabnya? Jawabannya terletak pada ayat 1: “Terjadilah pada zaman itu, ketika tidak ada raja di Israel…” Raja merupakan simbol otoritas yang menegakkan keadilan dan kebenaran bagi masyarakatnya. Ketika raja tidak ada berarti hukum juga tidak ada, maka kebenaran dan keadilanpun tidak ada. Dari kisah ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tanpa hukum, aturan, terlebih firman Tuhan yang menuntun kehidupan manusia, manusia akan cenderung pada apa yang jahat (Kej. 6:5, 8:21). Bagaimana dengan kita? Jangan biarkan hawa nafsu dosa menguasai kita, tetapi latihlah diri kita untuk hidup dalam firman Tuhan, agar kita hidup memuliakan Dia. STUDI PRIBADI: (1) Apa sesungguhnya penyebab peristiwa noda di Gibea? (2) Mengapa penegakan hukum dan firman Tuhan penting bagi manusia? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar taat dan benar-benar mau untuk menundukkan diri di bawah terang firman Tuhan, sehingga kecenderungan berbuat dosa dan kehidupan lama dapat ditinggalkan. 04 SABTU APRIL 2015 “… sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.” (Rut 1:16) Bacaan hari ini: Ruth 1:1-22 Bacaan setahun: Ruth 1-4 KESETIAAN RUT R ut adalah seorang wanita yang sangat terkenal di dalam Alkitab. Kisah hidupnya diceritakan secara detail dalam dalam satu kitab. Di dalam 66 kitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, hanya dua orang wanita yang kisah hidupnya diceritakan secara detail dalam satu kitab. Yang pertama adalah Rut, yang kedua adalah Ester. Pertanyaannya, mengapa Rut dan Ester (secara khusus Rut), kisah hidupnya diceritakan dalam satu kitab, sedangkan wanita-wanita lainnya, tidak? Padahal, dalam Alkitab ada banyak wanita-wanita lain yang baik, yang berani, yang dipakai Allah dalam kehidupan mereka. Tentu kita tidak bisa memahami secara utuh mengapa Allah mengizinkan kisah hidup Rut dan Ester dicatat dalam satu kitab khusus, sedang wanita-wanita lain, tidak. Allah tidak memberikan jawaban. Namun apabila kita melihat dalam kitab Rut, kualitas karakternya yang baik, yang membuat Rut dipandang dan dihargai oleh Allah. Satu karakter yang sangat menonjol adalah mengenai kesetiaannya; baik itu kesetiaannya kepada mertuanya, maupun kesetiaan kepada Allah. Dalam Rut pasal 1 diceritakan, ketika suami Rut meninggal, mertuanya, Naomi, meminta menantu-menantunya untuk pulang kembali ke keluarga mereka masing-masing. Naomi melakukan hal ini, bukan karena dia ingin mengusir atau karena membenci menantu-menantunya, melainkan Naomi ingin supaya menantu-menantunya mempunyai kehidupan yang lebih baik daripada yang mereka alami dalam keluarga Naomi. Saat itu diceritakan, Orpa pulang kepada keluarganya; namun Rut, tetap ikut dengan Naomi. Satu perkataannya yang terkenal dicatat dalam Rut 1:16, “Tetapi kata Rut: Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.” Bagaimana dengan sikap kita? Teladanilah sikap Rut, yang setia, dan mau berjalan bersama Naomi melewati segala kepahitan yang terjadi dalam hidupnya. STUDI PRIBADI: (1) Sikap apa yang sangat mengagumkan dari seseorang bernama Rut? (2) Apa yang membuatnya dapat memiki komitmen yang tinggi untuk hidup bersama Naomi? Berdoalah bagi jemaat Tuhan, agar dalam segala hal yang mereka lakukan, menunjukkan kesetiaan dan tangung jawab yang tinggi sehingga menjadi berkat bagi orang lain. 05 MINGGU APRIL 2015 “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN…” (1 Samuel 1:27-28) Bacaan hari ini: 1 Samuel 1:1-28 Bacaan setahun: 1 Samuel 1-3 NAZAR HANA N azar, menurut kamus besar bahasa Indonesia, berarti janji hendak berbuat sesuatu jika maksud atau keinginannya tercapai. Di dalam Alkitab nazar selalu dikaitkan mengenai janji manusia kepada Allah. Jika Allah memberikan sesuatu yang diinginkan oleh orang tersebut, maka orang tersebut akan melakukan atau memberikan sesuatu yang dia sudah janjikan kepada Allah. Dalam pembacaan Alkitab hari ini kita melihat ada sebuah nazar yang dibuat oleh Hana. Hana merupakan istri pertama Elkana. Namun ada satu pergumulan dalam hidup Hana, yaitu dia tidak mempunyai anak. Akibat dari kemandulannya ini, istri kedua Elkana, Penina, seringkali menyakiti hati Hana supaya Hana menjadi gusar. Suatu kali, ketika Hana berdoa di bait Allah, dia bernazar, jika Tuhan membukakan kandungannya, memberikan seorang anak kepadanya, maka dia akan menyerahkan anak itu menjadi nazir Allah, yaitu seorang yang seumur hidup6nya akan melayani Tuhan. Setelah doa tersebut, mengandunglah Hana, dan akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki. Setelah anak itu disapih, Hana menyerahkan anak itu kepada Imam Eli untuk melayani di dalam bait Allah. Dalam kisah ini kita bisa mempelajari dua hal yang penting. Pertama, bahwa Allah mendengar dan menjawab doa kita. Seringkali kita merasa bahwa doa-doa kita tidaklah memiliki kuasa. Kita merasa doa-doa yang kita naikkan adalah sia-sia. Sudah sekian lama kita meminta tetapi Tuhan tidak pernah memberi. Pendapat-pendapat seperti ini tidaklah benar. Allah selalu mendengar doa kita, bahkan memberi yang terbaik kepada kita. Yang perlu kita mengerti adalah kehendak kita bukanlah yang utama, tapi kehendak Tuhanlah yang harusnya menjadi prioritas dalam hidup kita. Kedua, pada waktu kita berjanji atau bernazar kepada Allah, maka seharusnya kita menepati janji kita tersebut. Jika kita berani berkomitmen kepada Allah, maka seharusnyalah kita melakukan komitmen kita kepada Allah. Hana telah memberi sebuah teladan yang baik bagi kita. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah nazar itu dan apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang telah bernazar kepada Tuhan? (2) Apa jadinya jika kita tidak memenuhi nazar kita? Berdoalah bagi jemaat yang telah bernazar kepada Tuhan agar mereka tidak melupakan janji mereka, melainkan belajar dan menjaga hidup yang benar di hadapan Tuhan. 06 SENIN APRIL 2015 “Katanya: Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas.” (1 Samuel 4:22) Bacaan hari ini: 1 Samuel 4:1b-22 Bacaan setahun: 1 Samuel 4-6 MEMBAYAR HARGA MAHAL S ejak peperangan pertama dengan bangsa Amalek, kita belajar satu prinsip penting dalam peperangan: bangsa lain berperang demi nafsu menjajah, sedangkan Israel berperang sebagai alat TUHAN menghukum kefasikan mereka. Tapi bangsa Israel lupa prinsip ini. Mereka mulai terbawa oleh pola dunia. Dikatakan bahwa mereka maju berperang melawan orang Filistin. Apakah alasannya? Atas perintah siapa? Mereka berperang atas inisiatif mereka sendiri. Allah tidak merestui perbuatan mereka. Mereka mengalami kekalahan; 4000 orang tewas oleh musuh. Para tua-tua berkumpul mengadakan rapat evaluasi dan menyimpulkan bahwa mereka kalah karena tabut perjanjian yang melambangkan kehadiran Allah tidak menyertai mereka. Maka mereka mengambil tabut tersebut dari Silo dan menghadirkannya di tengah perkemahan, seolah mendapatkan suntikan semangat baru untuk berperang. Mereka bukan saja tidak menyadari kesalahan, bahwa peperangan ini tidak boleh dilakukan karena bukan atas perintah TUHAN, tapi justru melakukan kesalahan kedua yang lebih serius lagi; mengkultuskan tabut, memaksa Allah harus berpihak kepada mereka melakukan apa yang salah. Allah tidak bisa disuap, Allah tidak bisa dipaksa. Mereka berpikir, jika tabut sudah ada di tengah mereka, maka mereka pasti menang. Bahkan musuhpun, ketika mengetahui bahwa tabut perjanjian TUHAN yang terkenal itu sudah hadir, mereka menjadi gentar, tapi tetap maju dengan nekad demi kehormatan dan gengsi Filistin. Peperangan kedua pun terjadi, dan kali ini, 30.000 orang Israel tewas, hampir 10 kali lipat dari kekalahan pertama. Kedua anak Eli ikut tewas, dan tabut Allah dirampas orang Filistin. Ketika berita ini sampai pada Eli, Eli pun mati seketika. Memang pada akhirnya, tabut itu dikembalikan atas inisiatif orang Filistin sendiri, tapi kekalahan besar di pihak Israel dicatat untuk menjadi peringatan keras bagi umat-Nya, bahwa Allah tidak bisa dipaksa untuk memberkati rencana kita yang salah, yang tidak sesuai dengan prinsip kebenaran! STUDI PRIBADI: (1) Sebenarnya, apa yang membuat bangsa Israel tidak dapat mengalahkan Filistin? (2) Apakah Allah bisa kita dikte, sekalipun Ia telah memberikan janji-Nya? Berdoalah bagi kedewasaan iman jemaat Tuhan agar tidak memperlakukan Tuhan sebagai “bawahan” mereka, yang harus menuruti keinginan mereka, melainkan Raja dan Tuhan atas hidup mereka. 07 SELASA APRIL 2015 “Samuel memerintah sebagai hakim atas orang Israel seumur hidupnya.” (1 Samuel 7:15) Bacaan hari ini: 1 Samuel 7:15-17 Bacaan setahun: 1 Samuel 7-9 SAMUEL DIPERKENAN TUHAN A khir-akhir ini banyak isu miring tentang para hakim; baik isu tentang ketidakadilan mereka dalam menangani perkara, atau keterlibatan hakim dalam suap. Isu-isu ini sangat merusak citra seorang hakim sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum ini. Jika hakim tidak bisa dipercaya, lalu bagaimana masyarakat mendapat keadilan dan ketenteraman? Namun, ketika Samuel memerintah sebagai hakim atas orang Israel, ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. (1) Samuel diperkenan Tuhan untuk memerintah atas Israel seumur hidup merupakan prestasi yang luar biasa. Hal ini menunjukkan: tidak ada hakim yang lebih baik daripada dirinya, juga tidak ada pengganti sehebat Samuel. Menjadi hakim atas bangsa Israel merupakan perkara atau tugas yang besar dan berat; sebab bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk, suka melawan dan tidak taat. Kepada Tuhan saja mereka tidak taat, apalagi kepada manusia. Namun Samuel tidak segan-segan menghukum umat Israel yang berdosa kepada Tuhan (1Sam. 7:6). (2) Samuel dipakai Tuhan. Ia berkeliling ke Betel, Gilgal & Mizpa demi menegakkan kebenaran dan disiplin Tuhan atas bangsa Israel. Perlakuan umat Tuhan yang menyimpang dari ibadah yang sejati menjadi sinkritisme. Nenek moyang mereka membuat mezbah di Betel untuk menyembah Tuhan, namun sekarang mereka menyembah patung di tempat yang sama (1Raj. 12:30), demikian juga terjadi di Gilgal dan Mizpa. Akhirnya mereka mengaku dosa ketika Samuel datang menghakimi mereka (1Sam. 7:6). (3) Samuel diberkati Tuhan. Dalam zaman dan situasi yang tidak kondusif seperti saat itu, dan keadaan moral dan spiritual yang cenderung memburuk, Samuel tetap setia beribadah kepada Tuhan. Setelah kembali ke Rama tempat tinggal asalnya, ia mendirikan mezbah kepada Tuhan, sebagai tanda ibadah dan syukurnya kepada Tuhan yang telah menyertai dan memberkati tugasnya. Bagaimana dengan kita? Marilah kita melayani dan berperan seperti Samuel dalam situasi apa pun, sehingga kita dapat diperkenan dan dipakai Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Samuel bisa menjalankan tugasnya sebagai nabi sekaligus Hakim bagi bangsa Israel? (2) Apa yang dapat kita teladani dari kehidupannya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka memilih hidup takut akan Tuhan, daripada takut akan manusia yang akan membuat mereka mengingkari kebesaran dan kuasa Tuhan. 08 RABU APRIL 2015 “Maka Roh Tuhan akan berkuasa atasmu.” (1 Samuel 10:6) Bacaan hari ini: 1 Samuel 10:1-16 Bacaan setahun: 1 Samuel 10-12 SAUL RAJA ISRAEL P eralihan pemerintahan dari Samuel ke Saul menghadapi perubahan yang signifikan. Samuel mendasarinya dengan hati yang takut akan Tuhan, dan Saul memerintah dengan mengandalkan kemampuan dirinya. Dua karakter pemerintahan yang berbeda menciptakan situasi dan keadaan yang berbeda pula. Pada zaman Samuel, rakyat atau umat Israel dikendalikan oleh Samuel, sedangkan pada zaman Saul, rakyat atau umat Israel lah yang lebih dominan menguasai keadaan, sehingga pemerintahan Saul tidak berhasil; Saul tidak bersandar pada Tuhan. (1) Sebagai formalitas, Samuel menuangkan minyak ke atas kepala Saul lalu menciumnya. Sebagai tanda bahwa Tuhan telah mengurapi Saul menjadi raja atas permintaan bangsa Israel sendiri. Juga tanda penyataan kasih Tuhan terhadap umat-Nya, agar Saul dapat menjalankan tugasnya dengan sah dan diakui bangsa Israel. Namun urapan Tuhan disalah-gunakan oleh Saul sehingga ia tidak dapat memerintah dengan baik dan bijak. (2) Saul diberi kepercayaan untuk memegang tampuk pemerintahan atas umat Tuhan dan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Meski Saul telah beberapa kali mengalahkan pasukan Filistin, sehingga timbul kebencian mendalam orang Filistin kepada umat Israel, maka serangan balik orang-orang Filistin dengan tiga ribu kereta, enam ribu orang pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki membuat Saul dan tentara Israel, lari pontang-panting. Kegagalan Saul: karena ia lebih fokus melihat kekuatan musuhnya, daripada kekuatan Allah. (3) Hanya kepada orang-orang tertentu, Allah mengijinkan Roh-Nya memenuhi seseorang. Kali ini sangat istimewa, Saul dipenuhi Roh Tuhan bersama rombongan nabi-nabi lainnya, sehingga orang-orang tercengang melihat Saul dapat bernubuat bersama-sama dengan nabi-nabi itu. Hal ini sebagai indikasi bahwa Tuhan melengkapi Saul dengan kuat kuasa-Nya, namun demikian, ternyata Saul lebih mengandalkan kekuatannya daripada bersandar pada Tuhan. Apakah kita seperti Saul, mengabaikan Tuhan dan lebih mengandalkan kekuatan diri sendiri? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Saul dalam memimpin bangsa Israel? (2) Meskipun kepemimpinan Saul banyak kelemahan, apa yang membuatnya tetap menjadi pemimpin? Berdoalah bagi para pemimpin gereja atau rohaniwan, baik majelis, aktivis atau pengurus agar mereka tidak membanggakan kepandaian mereka tetapi bergantung kepada Tuhan dan takut akan Dia. 09 KAMIS APRIL 2015 “… Tuhan telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan Tuhan telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu.” (1 Samuel 13:14) Bacaan hari ini: 1 Samuel 13:8-14 Bacaan setahun: 1 Samuel 13-14 KEGAGALAN RAJA PILIHAN MANUSIA S etelah kematian Eli, rakyat mendesak Samuel meminta seorang raja. Sikap tersebut merupakan wujud penolakan mereka terhadap TUHAN sendiri (1Sam. 8:4-7). Tapi Tuhan punya rencana lain, Dia akan bekerja melalui permintaan mereka, Dia akan bekerja melalui pola umum yang berlaku. Mereka meminta seorang raja, dan Tuhan memberi mereka seorang raja, yang secara fisik menunjukkan keunggulan; seorang yang elok rupanya, yang perawakannya unggul atas orang lain (1Sam. 9:2; 10:23). Saul segera mendapatkan simpati dan penerimaan orang banyak, kecuali sekelompok orang dursila. Ketika orang-orang dursila menghina otoritas jabatannya sebagai raja, dia pura-pura tuli. Tetapi orang lain memperhatikannya. Maka ketika Saul berhasil memenangkan peperangan melawan orang Amon, mereka ingin menegakkan kehormatan Saul sebagai raja dengan menghukum orang dursila yang menghina raja sebelumnya, tapi Saul melewatkannya dengan dalih seolah dia adalah raja yang begitu rohani (1Sam. 11:12-13). Samuel menyuruh Saul ke Gilgal dengan pesan yang jelas, supaya Saul menunggu kedatangannya (1Sam.10:8), tapi Saul melanggarnya. Karena desakan kondisi, Saul lancang melakukan apa yang bukan haknya. Dia tidak menyadari bahwa Samuel adalah wakil Allah, dan meremehkan perkataan Samuel adalah sama saja dengan meremehkan perintah Tuhan. Di catatan-catatan selanjutnya, kita bahkan menemukan lebih banyak kelemahan Saul, yang menunjukkan kualitas pribadinya yang sesungguhnya. Secara fisik, Saul memang nampak gagah perkasa, tampil dengan penuh pesona. Tapi dia tidak punya kualitas di dalam dirinya, seperti Daud. Saul adalah model tipikal pemimpin yang cocok dengan selera publik, yang berpenampilan menarik, tapi tidak disertai dengan hati yang hormat dan takut kepada TUHAN. Dia mungkin berbicara dengan bahasa rohani, tapi tidak punya kualitas kerohanian yang sesungguhnya. Kelancangannya memang baru satu kali, tapi itu cukup untuk menunjukkan karakter Saul yang sebenarnya. Bagimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Saul pada akhirnya jatuh dari jabatannya dan tidak diperkenan Allah? (2) Apakah kepemimpinan rohani dapat dimanipulasi & terus “aman”? Berdoalah bagi para pemimpin gereja agar mereka dimampukan untuk hidup dalam integritas yang baik dan juga berkenan di hati Tuhan, sehingga tidak mencari pujian yang sia-sia. 10 JUMAT APRIL 2015 “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku …” (1 Samuel 15:11) Bacaan hari ini: 1 Samuel 15:1-11 Bacaan setahun: 1 Samuel 15-16 SAUL DITOLAK ALLAH S aul kembali gagal, untuk kedua kali. Allah akan membalas kesalahan bangsa Amalek ketika memerangi orang Israel pada waktu mereka baru keluar dari perbudakan di Mesir (Kel. 17:8), dan memerintahkan Saul untuk maju memerangi dan menumpas Amalek seperti yang ditulis dalam kitab Musa (Ul. 25:17-19). Ini adalah peperangan TUHAN, bukan karena keinginan mereka seperti ketika berperang melawan Filistin (1Sam. 4). TUHAN akan memakai umat-Nya untuk menghukum kejahatan, karena itu TUHAN yang menjamin kemenangan mereka secara pasti. Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur di sebelah timur Mesir, menumpas segenap rakyatnya, tetapi membiarkan Agag, raja Amalek untuk tetap hidup. Bersama dengan Agag, juga sejumlah besar hewan ternak yang sehat dan baik, diselamatkan. Tindakan Saul tersebut adalah pembangkangan kedua kali atas perintah TUHAN yang disampaikan kepadanya, melalui Samuel. Tindakan Saul kali ini, segera ditanggapi TUHAN dengan nada yang dramatis dan penuh emosi; “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja...” Sekilas, sepertinya Allah bereaksi terlalu sensitif. Hanya karena Saul tidak melaksanakan firman-Nya, menyebabkan Allah berekspresi secara emosional seperti itu. Tapi kita perlu mengerti bahwa istilah “menyesal” di sini bukanlah seperti yang sering dialami oleh manusia, karena penyesalan Allah tidak sama dengan penyesalan manusia (ay. 29). Penyesalan Allah adalah suatu ungkapan rasa duka karena perbuatan salah manusia, bahwa perbuatan itu akan membawa konsekuensi logis berupa hal-hal negatif. Alkitab memang tidak mencatat secara jelas, berapa lama jarak waktu antara Agag dibiarkan hidup, sampai dia ahirnya dibunuh di Gilgal (ay. 33); apakah cukup lama untuk dia berhubungan dengan seorang perempuan? Di kemudian hari, ketika kita membaca kitab Ester, kita bertemu dengan seorang yang bernama Haman (keturunan Amalek), yang hatinya begitu jahat dan membenci umat Allah, sehingga dia mengikhtiarkan kematian seluruh umat Allah yang ada. STUDI PRIBADI: (1) Pertimbangan apa yang membuat Saul akhirnya gagal di pandangan Tuhan? (2) Apa yang Tuhan kehendaki dari kita, ketaatan atau persembahan yang besar? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak mempermainkan Tuhan dengan kehidupan mereka. Berdoalah agar mereka tidak menipu dan memanipulasi hidup di hadapan Tuhan. 11 SABTU APRIL 2015 “… Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam ..” (1 Samuel 17:45) Bacaan hari ini: 1 Samuel 17:1-58 Bacaan setahun: 1 Samuel 17-18 TUHAN, FAKTOR KEMENANGAN DAUD K isah Daud melawan Goliat adalah kisah yang sering kita dengar. Bahkan kisah ini menginspirasi pembuatan film “Facing the Giant” yang menceritakan seseorang yang bergumul dengan berbagai persoalan hidupnya, yang pada akhirnya, dengan mengandalkan Tuhan, ia bisa mengatasi dan memenangkan pergumulannya. Kisah Daud melawan Goliat sesungguhnya mengingatkan kita, bahwa kemenangan anak Tuhan, terletak pada Tuhan saja. Seberapa besar kita mengandalkan Tuhan, sebesar itu pula kekuatan kita. Jika kita ragu kepada Tuhan, kitapun takkan memiliki kemenangan untuk menghadapi kesulitan kita. Kita perhatikan sikap dan pernyataan Daud ketika melawan Goliat. (1) Daud berkata: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam...” (ay. 45). Pernyataan ini menunjukan bahwa Daud sadar betul, tanpa TUHAN, dirinya tidak mampu mengalahkan Goliat. Kita tahu postur tubuh, peralatan tempur, atau pengalaman perang Daud, semuanya itu ada di bawah kemampuan Goliat. Artinya secara kasat mata, Daud pasti kalah! Namun, Daud sangat bijaksana. Jika tidak ada sesuatu yang dapat diandalkan, maka ia mengadalkan TUHAN! Itulah faktor kemenangannya. Bagaimana dengan kita? Nabi Yeremia pernah berkata: “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN!” (Yer. 17:7). (2) Keterbatasan Daud tidak menghalanginya untuk bersemangat dan memenangkan pertempuran. Ketika Daud berusaha memakai baju perang, dan mungkin juga pedang Saul, ternyata semuanya tidak cocok dengan tubuhnya (ay. 38-39). Putus asakah Daud? Tidak! Sekalipun hanya dengan ketapel, ia dapat mengalahkan Goliat. Perkataan Daud di atas nampaknya sangat cocok dengan kondisi Daud saat itu. Andaikata Daud memakai baju perang dan pedang, mungkin sulit baginya untuk mengatakan kalimat di atas. Keterbatasannya bukanlah alasan untuk lari dari pertempuran. Keterbatasannya justru menjadi batu loncatan baginya untuk mendapat kemenangan dari TUHAN. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Daud dapat mengatasi keterbatasan & kelemahan dirinya untuk menang melawan Goliat? (2) Pelajaran apa yang dapat kita terapkan? Berdoalah bagi jemaat yang saat ini sedang menghadapi pergumulan berat, agar mereka tidak putus asa, tetapi tetap mau mengandalkan Tuhan dalam setiap kesulitan mereka. 12 MINGGU APRIL 2015 “Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh…” (1 Samuel 19:1) Bacaan hari ini: 1 Samuel 19:1-24 Bacaan setahun: 1 Samuel 19-21 BERTAHAN DALAM KESESAKAN K emenangan melawan Goliat, nampaknya tidak otomatis membuat Daud ditakuti atau disegani oleh banyak orang, termasuk Saul. Ini menunjukkan bahwa sekalipun Daud disertai Tuhan, hal ini tidak menjamin bahwa dirinya bebas dari permasalahan. Dimulai dari kebencian Saul (1Sam.18:6-30) sampai pada rencana pembunuhan terhadap dirinya (1Sam. 19-24), semuanya itu dialami oleh Daud. Mengapa semuanya ini dicatat? Apakah penulis Kitab 1 Samuel ingin mempermalukan Daud yang melarikan diri dari Saul? Tentu tidak demikian! Mari kita perhatikan kisah ini. (1) Daud adalah orang yang mampu bertahan dalam kesesakan. Sejak nyawanya diancam oleh Saul, Daud menjadi seorang pelarian (pasal 1824). Luar biasanya adalah Daud tidak pernah sedikitpun mempersalahkan TUHAN, atau kemudian melakukan menyimpangan dari jalan TUHAN. Daud tetap bertahan dalam kesesakan. Sikap Daud ini menunjukkan kepercayaannya kepada TUHAN, sehingga baik dalam kemenangan yang TUHAN berikan, maupun persoalan yang TUHAN izinkan menimpa dirinya, semuanya disyukuri dan dihadapi dengan berani. Bagaimana dengan kita? (2) Daud menyerahkan semua persoalannya kepada TUHAN. Dalam menghadapi Saul, Daud memegang prinsip bahwa dirinya tidak akan melakukan apa yang jahat terhadap orang yang diurapi TUHAN (bdk. 1Sam. 24:6). Sekalipun Saul merancangkan yang jahat terhadap dirinya, tapi ia tidak mau melakukan hal yang sama kepada Saul. Alasannya bukan karena ia tidak bisa mengalahkan Saul, tetapi karena ia adalah orang yang telah diurapi TUHAN, milik TUHAN dan kiranya TUHAN yang membalas perbuatannya. Dengan kata lain yaitu, apa yang menjadi hak TUHAN untuk membalaskan kejahatan, Daud tidak mengambilnya, tetapi menyerahkannya kepada TUHAN. Dari sikap Daud ini kita dapat belajar, bahwa ada hal-hal yang kita tidak perlu menuntut balas, atau melakukan kejahatan yang sama, tetapi menyerahkannya kepada TUHAN (bdk. Rm. 12:17-21). Siapa yang berbuat jahat akan menuai hukuman, tetapi siapa membawa damai akan dicintai. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Daud menghadapai kebencian Saul? Apakah alasan Daud tidak membunuh Saul? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari sikap Daud ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak membalaskan kejahatan dengan melakukan kejahatan yang sama, bahkan berlaku lebih jahat dari orang yang berbuat jahat kepadanya. 13 SENIN APRIL 2015 “Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN!” (1 Samuel 24:7) Bacaan hari ini: 1 Samuel 24:1-23 Bacaan setahun: 1 Samuel 22-24 DAUD TIDAK MEMBUNUH SAUL R aja Saul mempunyai satu tujuan dalam hidupnya, yaitu untuk membunuh Daud terutama setelah Daud mulai terkenal di antara bangsa Israel. Tidak heran ketika mendapat kabar bahwa Daud ada di padang gurun En-Gedi, Saul pun langsung memimpin pasukan menuju ke sana untuk mencari Daud. Situasi menjadi berbalik ketika Saul berada di dalam gua dan Daud beserta orang-orangnya ternyata berada tidak jauh dari sana. Kesempatan ada di tangan Daud untuk membunuh Saul, tetapi herannya kesempatan itu tidak diambilnya. Daud hanya memotong punca jubah Saul untuk menunjukkan betapa dia tidak pernah memiliki maksud jahat terhadap Saul sehingga Saul tidak perlu terus-menerus memburunya untuk membunuh dia. Mengapa Daud melakukan hal itu? Daud adalah seseorang yang peka akan kehendak Tuhan dalam hidup. Ini ditunjukkan ketika Daud kemudian memutuskan benar-benar tidak akan membunuh Saul ketika jantungnya berdebar-debar (terjemahan lain mengatakan hati Daud menjadi susah) memotong punca jubah Saul. Bukan berarti setiap kita melakukan sesuatu dan jantung kita berdebar, maka itu berarti perbuatan kita tidak sesuai kehendak Tuhan. Tetapi Daud peka akan apa yang Tuhan kehendaki untuk dia lakukan terhadap Saul. Kesusahan hatinya ketika memotong punca jubah Saul adalah tanda supaya dia membuang jauh-jauh rencana atau keinginannya untuk membunuh Saul. Dan itu yang terjadi, Daud melarang orang-orangnya untuk membunuh Saul, Daud tidak membunuh Saul ketika ada kesempatan kedua setelah peristiwa pertama ini (1Sam. 26), dan Daud menyerahkan permasalahan dia dan Saul ke dalam tangan Tuhan yang adil (ay. 12). Pada akhirnya, Daud menjadi raja karena pengakuan dari seluruh bangsa Israel, bukan karena dia melakukan yang kurang pantas kepada Saul (2Sam. 5). Bagaimana dengan kita? Mari kita melatih kepekaan rohani kita akan Tuhan. Ketika kita mulai berpikir dan mau bertindak yang jahat, dan kita diingatkan akan firman Tuhan, mari kita berdoa dan memohon pertolongan Tuhan untuk tidak melakukan yang jahat. STUDI PRIBADI: (1) Apa maksudnya kepekaan rohani? (2) Bagaimana kita melatihnya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar terus-menerus bertumbuh dalam iman dan kerohanian sehingga boleh menjadi saksi Tuhan yang baik di tengahtengah lingkungan masyarakat. 14 SELASA APRIL 2015 “Lalu berkatalah Daud kepada Abigail: Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini.” (1 Samuel 25:32) Bacaan hari ini: 1 Samuel 25:1-38 Bacaan setahun: 1 Samuel 25-26 HAMPIR SAJA, DAUD! D alam bagian firman Tuhan sebelumnya kita melihat satu kepekaan rohani Daud yang akhirnya melepaskan Saul dan tidak membunuhnya. Tetapi ketika kita membaca bagian firman Tuhan hari ini, maka kita menjadi terkejut karena kepekaan seperti yang lalu, nampak tidak ada. Sebaliknya, Daud nampak sebagai seorang yang ber-ego tinggi dan ingin membalas dendam dengan begitu hebat. Bersyukurlah, di tengah situasi yang seperti itu, Tuhan memakai Abigail untuk mengingatkan Daud, agar menjauhi dosa yang telah begitu rupa menguasai dirinya. Bila pada kejadian sebelumnya diungkapkan, bahwa Daud peka ketika dia merasa hatinya susah, maka kali inipun Daud diingatkan melalui seseorang. Demikian juga, ini bisa terjadi dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Ketika kita mulai membiarkan dosa menguasai pikiran atau perasaan kita, atau ketika kita mulai merancangkan suatu perbuatan jahat, Tuhan bisa memakai orang-orang di sekitar kita untuk mengingatkan kita, sebelum semuanya berjalan terlalu jauh. Orang itu mungkin, pasangan kita, atau teman kita, atau sesama pelayan Tuhan di Gereja. Hanya saja, terkadang kita tidak mau mendengarkan mereka karena ego kita. Atau, seseorang tersebut adalah orang yang menjengkelkan dalam kehidupan kita. Daud menjadi teladan dalam hal ini ketika dia cepat untuk menyadari kesalahannya dan segera membatalkan rencana jahatnya terhadap Nabal. Bagaimana dengan kita? Mari kita hidup sebagai anak-anak Tuhan yang dipakai-Nya sebagai alat untuk menegur atau mengingatkan sesama kita. Marilah kita hidup sebagai suami/istri yang berani menegur atau mengingatkan pasangan kita ketika dia mulai bermain-main dengan yang jahat. Mari kita belajar rendah hati untuk mau menerima masukan atau teguran ketika orang lain melihat, bahwa kita berada di jalan yang salah. Bahkan mari kita belajar rendah hati ditegur oleh mereka yang kita anggap selama ini menjengkelkan. Karena siapa tahu melalui mereka Tuhan ingin mengingatkan sesuatu kepada kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk hal ini. STUDI PRIBADI: (1) Apa artinya jika Tuhan menegur kita melalui orang lain? (2) Bagaimana perasaan Anda ketika Tuhan menahan Anda untuk melakukan yang jahat? Berdoalah agar jemaat Tuhan menjadi satu tubuh Kristus yang dapat saling memperhatikan & menumbuhkan persekutuan yang penuh kasih, sehingga melaluinya kita boleh mengerti kehendak Tuhan. 15 RABU APRIL 2015 “Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.” (1 Samuel 28:6) Bacaan hari ini: 1 Samuel 28:1-25 Bacaan setahun: 1 Samuel 27-29 SAUL MENCARI TUKANG TENUNG D alam kisah ini, Saul mencari Tuhan karena dia sedang ketakutan menghadapi pasukan Filistin yang menyerang Israel (ay. 5). Tetapi Tuhan tidak menjawab doa Saul dalam berbagai cara, baik melalui mimpi, melalui Urim, ataupun para nabi. Hal ini makin menggelisahkan Saul sehingga dia kemudian mencari cara terakhir, yaitu mencari tukang tenung, seseorang yang dipercaya bisa meramal masa depan. Padahal, tindakan ini sangat dibenci oleh Tuhan (Ul. 18:10,14). Apa yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini? Sebagai orang percaya, kita harus mengandalkan Tuhan dan bukan “manusia pandai” seperti tukang tenung, atau dukun, atau semacamnya, dalam kondisi terjepit seperti yang Saul rasakan. Terkadang dalam situasi terjepit, misalnya, sakit keras atau menghadapi kondisi ekonomi dan pekerjaan yang menurun, orang Kristen tergoda untuk nekad melakukan tindakan seperti yang Saul lakukan, demi membuat kehidupannya kembali aman dan nyaman, padahal sebenarnya tidaklah demikian. Bagaimana jika Tuhan diam seperti Dia tidak menjawab Saul? Dalam kasus Saul, harus diperhatikan bahwa Saul telah berulang kali melakukan tindakan yang mengabaikan Tuhan dan firman-Nya. Lagipula, dia mencari Tuhan bukan untuk mencari kehendak Tuhan, tetapi hanya supaya menang perang. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri dan bukan Tuhan, maka tidak heran, Tuhan diam. Karena itu, jangan mudah mengatakan Tuhan itu diam hanya karena kita tidak segera mendapatkan jawaban permohonan kita. Di sinilah, kita belajar untuk bersabar dan berharap di dalam Tuhan yang Maha Bijaksana. Dia mempunyai rencana yang terkadang melebihi apa yang kita bisa pikirkan, rencanakan, dan mintakan. Bahkan terkadang rencana dan hal yang Dia berikan bisa di luar perkiraan dan keinginan kita. Tetapi, pada saat inilah kita boleh belajar melihat dan peka akan apa yang menjadi kehendak-Nya. Satu hal, Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang mengasihi-Nya. Terlebih lagi, Dia bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). STUDI PRIBADI: Apa yang menjadi pengharapan kita ketika kita merasa permohonan di tengah pergumulan hidup kita belum dijawab Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang sedang dalam pergumulan hidup, agar mereka diberi kesabaran dan pengharapan dalam Tuhan, dan dihindarkan dari memilih jalan yang salah. 16 KAMIS APRIL 2015 “Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu.” (1 Samuel 31:6) Bacaan hari ini: 1 Samuel 31:1-13 Bacaan setahun: 1 Samuel 30-31 KEPERGIAN SEORANG PEMIMPIN S eorang pemimpin adalah seorang yang dapat menggerakkan atau memberi pengaruh pada para anggotanya untuk melakukan segala sesuatu, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, baik secara pribadi maupun kolektif. Oleh sebab itu, keberadaan seorang pemimpin merupakan hal yang mendasar bagi pergerakan sebuah organisasi atau kehidupan ini. Pengaruh yang baik akan membuat setiap anggotanya memberikan rasa hormat (respect) kepada diri seorang pemimpin. Apabila seorang pemimpin memberi pengaruh yang jelek maka anggotanya akan pergi meninggalkannya. Jadi sebenarnya, keberadaan seorang pemimpin merupakan simbol yang sangat berkaitan erat dengan keberadaan sebuah bangsa atau organisasi. Raja Saul merupakan simbol kepemimpinan bangsa Israel. Ketika pertempuran bangsa Israel melawan bangsa Filistin semakin hebat, maka sesuatu yang tidak dapat dihindari, terjadi dalam pertempuran tersebut. Pertempuran itu telah membuat Raja Saul dan ketiga anaknya gugur dalam medan pertempuran. Hal ini tentu membuat para tentara Israel mengalami kekalahan besar dalam pertempuran itu. Kekalahan ini membuat bangsa Filistin memiliki hak untuk merampas segala sesuatu dari bangsa Israel. Peristiwa kematian Saul juga dicatat dalam kitab I Tawarikh 10:9,10, ditulis bahwa kepala Raja Saul ditaruh di depan Kuil Dewa Dagon, Dewa Bangsa Filistin. Kejadian itu menyatakan bahwa Dewa Dagon telah memberikan kemenangan bagi bangsa Filistin. Kekalahan sebuah bangsa dari bangsa lain, menunjukkan kekalahan dari para dewa bangsa yang kalah. Dengan kata lain, ketika kekalahan terjadi pada sebuah bangsa setelah pertempuran, maka keruntuhan bangsa itu bukan saja meliputi kehancuran kota dan kerajaan, tetapi juga ideologi serta iman bangsa tersebut. Hari ini, ketika menjalani kehidupan ini, marilah kita selalu menyadari bahwa hidup ini adalah peperangan rohani. Kemenangan kita membuat nama Tuhan dipermuliakan, namun sebaliknya, kekalahan kita membuat hati Tuhan terlukai. STUDI PRIBADI: (1) Seorang raja atau pemimpin suatu bangsa yang terkalahkan akan berakibat apa pada bangsa itu? (2) Apa yang dimaksud dengan peperangan rohani? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka selalu waspada dan tetap bersandar kepada Tuhan dalam kehidupan mereka, sehingga Iblis tidak memperoleh keuntungan untuk menjatuhkan mereka. 17 JUMAT APRIL 2015 “Kemudian datanglah orang-orang Yehuda, lalu mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum Yehuda.” (2 Samuel 2:4) Bacaan hari ini: 2 Samuel 2:1-4 Bacaan setahun: 2 Samuel 1-2 DIPILIH UNTUK MEMIMPIN A da sebagian orang menjadi pemimpin karena memang memiliki kharisma untuk memimpin; atau dengan kata lain, orang tersebut memang dilahirkan menjadi seorang pemimpin. Namun, ada juga orang yang menjadi pemimpin dikarenakan mereka dipercayai. Di sini, untuk menjadi seorang pemimpin, orang tersebut perlu dilengkapi, diberi tanggung jawab dan didukung untuk menjadi seorang pemimpin. Peristiwa kematian Saul mengakhiri kitab 1Samuel, & pengangkatan Daud sebagai raja di suku Yehuda merupakan awal kitab 2Samuel, yang hendak menyatakan bahwa kitab ini akan berbicara panjang lebar dalam masa pemerintahan raja Daud. Uniknya, selain menceritakan kebesaran raja Daud, bagian ini juga menyoroti kehidupannya secara utuh sebagai manusia, termasuk jatuh bangunnya dalam kerohanian dan ketidakharmonis-an keluarganya. Dalam hal ini, kita belajar makna dipilih untuk memimpin, ternyata bukan saja memimpin dalam berorganisasi (struktural) tetapi juga menjadi teladan hidup. Karena itu, seorang pemimpin adalah seorang yang dipanggil untuk menjadi teladan dalam segala aspek hidupnya di hadapan Tuhan, dan orang-orang yang dipimpinnya. Teladan yang ditunjukkan raja Daud di awal kitab 2 Samuel ini adalah: (1) Raja Daud sangat menghargai orang yang diurapi oleh Tuhan. Karena itu, ia langsung menghukum orang Amalek yang mengaku telah membunuh Raja Saul. Hal ini menunjukkan bahwa, Raja Daud tidak pernah dikuasai oleh kebencian terhadap Raja Saul yang mengejar ingin membunuhnya, justru ia sangat menghormatinya. (2) Raja Daud mulai menjalani pemerintahannya dengan bertanya kepada Allah. Yang artinya, bahwa ia sangat ingin melakukan segala sesuatu dalam hidupnya, sesuai dengan kehendak Allah. Di sini, Raja Daud menunjukkan bagaimana seorang pemimpin harus sabar dalam menantikan waktu Tuhan. Raja Daud sangat memahami bahwa dipilih Tuhan, bukan berarti bisa bertindak seenak hatinya, tetapi bagaimana dapat selalu rindu belajar untuk mengutamakan kehendak Tuhan di tempat yang terutama. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Daud terhadap orang yang mengaku telah membunuh raja Saul? Bagaimana pendapat Anda? (2) Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan? Berdoalah bagi setiap anak Tuhan yang duduk dalam kepemimpinan untuk memerintah negeri ini, agar mereka benar-benar melakukan apa yang benar dan memuliakan Tuhan. 18 SABTU APRIL 2015 “Bertanyalah Daud kepada TUHAN: Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu? … Tuhan menjawab Daud: Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan orang Filistin itu ke dalam tanganmu.” (2 Samuel 5:19) Bacaan hari ini: 2 Samuel 5:17-25 Bacaan setahun: 2 Samuel 3-5 MINTA PETUNJUK TUHAN D aud baru saja diurapi menjadi raja Israel, dan karena hal itu, bangsa Filistin tidak suka sehingga memutuskan maju menangkap Daud. Alkitab menggunakan kata-kata “majulah semua orang Filistin,” ini menggambarkan bahwa pada saat itu orang Filistin mengerahkan seluruh tentara dan pasukannya untuk mengepung dan menangkap Daud (ay.17a). Daud yang baru diangkat menjadi raja Israel, dengan segala kekuasaan dan kewenangan yang ia miliki, bisa saja terpancing untuk mengerahkan seluruh rakyat Israel untuk melawan bangsa Filistin (secara perhitungan matematis, jumlah rakyat Israel jauh lebih besar daripada jumlah rakyat Filistin). Daud pergi ke kubu pertahanan, dan mengambil posisi bertahan di kubu pertahanan di Yerusalem (ay. 17b), serta mencari pimpinan Tuhan dengan bertanya kepada-Nya. Jika mengacu pada strategi perang, hal ini merupakan hal yang bisa dibilang salah. Yerusalem memang berada di bukit, dengan lembah pada sisi-sisinya, sehingga orang yang bertahan di Yerusalem dapat bertahan dengan baik. Akan tetapi, orang Filistin mengerahkan seluruh pasukannya dan memencar di lembah Refaim (ay. 18), mencoba untuk mengepung Daud, mencegahnya untuk mengumpulkan bala bantuan dari suku-suku Israel lainnya. Saat itu, Daud dalam keadaan terkepung. Daud yang baru saja diangkat menjadi raja, bisa saja meminta nasihat dari para penasihat yang dimilikinya. Namun demikian, Daud lebih memilih untuk bertanya kepada “Penasihat di atas segala penasihat,” yaitu Tuhan yang hidup (ay. 19, 23). Daud mencari tahu kehendak Allah. Daud tidak bertindak berdasarkan pikiran dan kehendaknya sendiri. Mencari tahu dan mengerti kehendak Allah dalam doa adalah kunci keberhasilan kita dalam menghadapi setiap persoalan/peperangan. Dalam menghadapi serangan musuh, Raja Daud senantiasa bertanya kepada Tuhan, apakah yang harus ia perbuat. Demikianlah yang harus kita lakukan, yaitu senantiasa meminta petunjuk Tuhan dalam segala tindakan kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud lakukan ketia dirinya di kepung musuh? (2) Pelajaran rohani apa yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita? Bedoalah bagi tiap anak Tuhan agar mereka tidak mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan menaruh pengharapan dan kekuatannya ke dalam kuat kuasa Tuhan sendiri. 19 MINGGU APRIL 2015 “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang...” (2 Samuel 7:14) Bacaan hari ini: 2 Samuel 7:1-16 Bacaan setahun: 2 Samuel 6-8 YANG TERBAIK BAGI TUHAN S eorang yang mencintai kekasih hatinya pasti akan memberikan yang terbaik bagi kekasihnya. Sama halnya dengan orang yang mencintai Tuhan, pastilah ia memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Namun permasalahannya adalah, yang terbaik untuk Tuhan, kadangkala bukan yang terbaik menurut manusia. Firman Tuhan yang kita baca menunjukkan bagaimana kecintaan Daud kepada Tuhan. Daud mengalami kegalauan, karena dia hidup di istana yang mewah (dari kayu aras ay. 1), sementara tabut Tuhan berada di bawah tenda, alias berada di tempat yang sederhana. Tentu wajar baginya, sebagai rasa wujud cintanya kepada Tuhan, ia hendak membangun rumah yang indah bagi tempat tabut Tuhan tersebut. Rupanya, cerita ini tidak berhenti sampai di sini saja. Pada malam yang sama, Tuhan memberikan firman-Nya kepada nabi Natan untuk mengingatkan Daud bahwa apa yang menjadi keinginan hatinya (untuk membangun rumah bagi tabut) ternyata bukan keinginan yang terbaik bagi Tuhan. Ini terbukti ketika Tuhan berkata, “pernahkah Aku berkata... mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras (ay. 7)?” Malah Tuhan-lah yang akan membuatkan rumah (kerajaan) bagi Daud yang tidak akan hilang untuk selama-lamanya (ay.12). Dilanjutkan dengan ayat 14, yang menjadi kunci keinginan Tuhan, yaitu menjadikan Ia seorang Bapa yang mendidik Daud. Firman ini memberitahukan kita pentingnya menjadikan Tuhan, Bapa kita. Menjadikan Tuhan, “Bapa kita”, adalah pemberian yang terbaik yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita. Bukan berarti bahwa kita tidak perlu memberikan persembahan materi terbaik, namun lebih dari itu, menjadikan Tuhan, Bapa kita, adalah bagian terbaik yang Tuhan ingin kita kerjakan. Ketika ini terjadi, justru persembahan materi yang terbaik menjadi bagian di dalamnya. Daud menyadari, menjadikan Tuhan sebagai Bapanya, serta memberikan material yang terbaik untuk membangun bait Allah. Bagaimana dengan kita hari ini? Mari kita mencintai Tuhan dengan mengerjakan kehendak-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud rindu dan harapkan, ketika ia memberikan yang terbaik bagi Tuhan? (2) Apakah persembahan yang terbaik, yang layak kita berikan kepada Tuhan? Berdoalah untuk jemaat Tuhan agar mereka sungguh-sungguh menjadikan Tuhan sebagai Bapa mereka, yang mengatur serta mengontrol kehidupan mereka, sehingga jemaat belajar untuk menyenangkan hati-Nya. 20 SENIN APRIL 2015 “Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN.” (2 Samuel 11:27c) Bacaan hari ini: 2 Samuel 11:1-27 Bacaan setahun: 2 Samuel 9-11 WASPADALAH TERHADAP SKANDAL ROHANI S eorang bernama X adalah seseorang yang giat melayani Tuhan. Ia melayani sebagai pemusik, liturgos, penyambutan, juga pengajar KTB. Tidak hanya itu saja, setiap seminar, ibadah, persekutuan doa, tidak pernah ia lewatkan. Ia dikenal sebagai orang yang mencintai Tuhan dengan segenap hatinya, oleh jemaat. Namun siapa sangka, diam-diam ia memiliki seorang anak, hasil hubungan gelap dengan mantan pacarnya. Noda ini ia tutupi sedemikian rupa dengan “kehidupan yang saleh.” Daud, seseorang yang dikatakan “a man of God’s own heart” juga berlaku demikian. Seorang yang mampu mengalahkan Goliat karena percaya kepada Allah, mencintai Tuhan dengan luar biasa, dan menjadi anak kesayangan Allah, tidak luput dari skandal rohani. Di balik ketaatan dan ketulusan hatinya mencintai Tuhan, ia melakukan dosa. Setidaknya, ada 2 kesalahan yang dilakukannya; (1) Ia berselingkuh dengan Batsyeba. Ia mengintip Batsyeba mandi dan tidur dengannya sehingga hamil (ay. 1-5); (2) Ia bersepakat untuk membunuh Uria, suami Batsyeba dan menutupi dosanya dengan pura-pura berbelas kasihan terhadap Batsyeba dengan mengambil dia sebagai istrinya (ay. 6-27). Daud pun tidak kebal terhadap dosa, yang membuatnya melakukan skandal. Celakanya, skandalnya ini ditutupi dengan hal-hal rohani, dengan menyuruh Uria tidur dengan istrinya. Ketika gagal, diteruskan dengan skandal berikutnya, dengan meninggalkan Uria di medan perang hingga ia tewas terbunuh. Daud seolah-olah menaruh kasihnya kepada Uria dengan menikahi Batsyeba, menghidupi Batsyeba karena kehilangan suaminya. Ini adalah jahat di mata Tuhan. Tuhan bukanlah tuhan yang bisa disogok dengan berbagai macam kebaikan sementara seseorang melakukan dosa. Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita untuk waspada terhadap skandal rohani. Mungkin kita melakukan pelayanan begitu rupa yang saleh di mata manusia, tapi melakukan dosa. Kita koreksi hati kita, adakah dosa/skandal rohani yang kita sembunyikan? Jika ya, mari kita meminta ampunan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud lakukan ketika segala perbuatan jahatnya mengancam reputasi dirinya? (2) Apakah seseorang bisa saja nampak rohani, tetapi sebenarnya dia menyimpan dosa? Berdoalah meminta ampunan dari Tuhan untuk dosa-dosa yang kita lakukan dan yang seringkali kita tutupi dengan kesalehan, sehingga kita mendapat anugerah dan dipulihkan-Nya. 21 SELASA APRIL 2015 “‘Aku sudah berdosa kepada Tuhan.’ Dan Natan berkata kepada Daud: Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.” (2 Samuel 12:13) Bacaan hari ini: 2 Samuel 12:1-25 Bacaan setahun: 2 Samuel 12-13 BERTOBAT DARI DOSA K onteks 2 Samuel 12 adalah kisah Daud ditegur oleh Natan karena ia berzinah dengan Batsyeba dan juga merencanakan pembunuhan Uria, suami Batsyeba, dengan menempatkannya pada garis depan medan peperangan. Karena dosa yang dilakukannya, Allah menegurnya melalui Natan dan menimpakan beberapa hukuman kepadanya. (1) Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanya. (2) Istri-istri Daud akan menjadi milik orang lain. Hal ini tergenapi pada masa dimana Absalom melakukan kudeta terhadap Daud, dengan maksud ingin menggantikan Daud sebagai raja. Absalom menghampiri banyak gundik-gundik ayahnya, dengan tujuan agar Daud membenci Absalom dan dengan demikian maka Absalom akan memperoleh banyak pengikut. (3) Anak hasil perzinahan antara Daud dan Batsyeba akan mati, walau Daud telah memohon ampun kepada Allah, namun konsekuensi hukuman tetap berjalan. Dari kesalahan fatal yang telah dilakukannya, Daud mengakui segala perbuatannya dan memohon ampun kepada Allah. Kisah Daud ini memberikan dua pesan penting. Pertama, Allah dapat menggunakan berbagai macam cara agar manusia bertobat dan tidak lagi berbuat dosa. Sama halnya, Allah menggunakan Natan sebagai alat-Nya, demikian juga dengan orang-orang di sekeliling kita (orang tua, sahabat, rekan kerja, saudara), Allah mungkin memakai mereka untuk menegur kita, ketika kita berdosa di hadapan-Nya. “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara,... dalam mimpi, dalam penglihatan malam... untuk menahan nyawanya dari pada liang kubur” (Ayb. 33:14-18). Dalam hal ini, Allah berfirman kepada manusia dengan berbagai macam cara-Nya yang unik. Kedua, tatkala Tuhan mengutus seseorang untuk menegur kita, maka kita pun harus segera meresponi teguran itu, dengan bertobat. Seorang yang tidak merespon teguran Tuhan dan tetap terus hidup dalam dosa akan binasa. Ketika kita mau bertobat, maka Tuhan akan mengampuni dosa kita. Bagaimana dengan kita hari ini? Janganlah kita menyimpan dosa, tetapi bertobatlah! STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Tuhan lakukan agar Daud menyadari keberdosaannya dan kembali kepada jalan Tuhan? (2) Sikap apa yang tepat dalam merespons dosa? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak menyembunyikan dosa mereka, tetapi dengan rendah hati dan terus terang mengakuinya di hadapan Tuhan dan memohonkan ampun dari-Nya. 22 RABU APRIL 2015 “Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini! Maka setiap orang yang mempunyai perkara atau pertikaian hukum boleh datang kepadaku, dan aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil.” (2 Samuel 15:4) Bacaan hari ini: 2 Samuel 14-15 Bacaan setahun: 2 Samuel 14-15 PAPA TIDAK ADIL! P ernahkah Anda melihat dan mendengar seorang anak berteriakteriak dengan marahnya: “Papa Tidak Adil! Papa Tidak Adil! Tidak Adil!” Lalu sambil menangis ia pergi keluar dari rumah, dan sang papa hanya diam dan tidak berespon sebagaimana sang anak harapkan? Demikianlah kira-kira kekecewaan dan kemarahan Absalom atas respons Daud terhadap aib yang menimpa adiknya, Tamar. Hati Absalom pedih sekali melihat Tamar, si adik, menangis pilu, karena telah diperkosa Amnon, saudaranya. Absalom berharap ayahnya, Daud, dapat bertindak adil dengan menghukum Amnon. Tetapi Daud tidak melakukan apa-apa. Melihat reaksi papa yang tidak berlaku adil tersebut membuat Absalom menjadi sangat kecewa dan sakit hati kepada papanya. Akhirnya Absalom pun bertindak main hakim sendiri. Ia merekayasa dan menyuruh para pengikutnya untuk membunuh Amnon, saudaranya itu. Walaupun demikian, hati Absalom tetap saja menyimpan kepahitan dan kemarahan kepada Daud, ayahnya itu. Bertahun-tahun kemarahan itu disimpan oleh Absalom; hal tersebut terlihat saat setiap orang yang mempunyai perkara dan yang mau masuk menghadap raja untuk diadili perkaranya, orang itu akan dipanggil Absalom dan katanya: “Lihat, perkaramu itu baik dan benar, tetapi dari pihak raja tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan engkau.” Lagi kata Absalom: “Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini! Maka setiap orang yang mempunyai perkara atau pertikaian hukum boleh datang kepadaku, dan aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil” (ayat 34). Sesunguhnya apa yang Absalom katakan tersebut merupakan unekuneknya terhadap papanya, yang tidak dapat menyatakan: yang benar itu benar, dan yang salah itu salah. Bahkan ia menggunakan momen tersebut untuk mempromosikan dirinya menjadi raja yang akan mengadili perkara rakyatnya dengan benar dan adil, tidak seperti apa yang telah papanya perbuat terhadap perkara keluarganya (2Sam 15:1-6). Bagaimana dengan sikap kita sebagai orang tua terhadap anak-anak kita? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Absalom begitu marah dan dendam pada papanya? (2) Jika Anda seorang papa, bagaimanakah Anda menyelesaikan permasalahan dalam keluarga? Berdoalah agar Tuhan menganugerahkan hikmat dan bijaksana kepada kita sebagai orangtua atau anak dalam mengahadapi permasalahan dalam keluarga, sehingga segala persoalan dapat terselesaikan dengan baik. 23 KAMIS APRIL 2015 “Ketika dilihat Ahitofel, bahwa nasihatnya tidak dipedulikan, dipasangnyalah pelana keledainya, lalu berangkatlah ia ke rumahnya, ke kotanya; ia mengatur urusan rumah tangganya, kemudian menggantung diri.” (2 Samuel 17:23) Bacaan hari ini: 2 Samuel 17:1-23 Bacaan setahun: 2 Samuel 16-18 “NYANYIAN” AHITOFEL A hitofel adalah seorang penasihat yang sangat diandalkan oleh raja Daud. Ia hidup mengasihi dan melayani Tuhan dengan segenap hati, dan ia sangat diurapi oleh Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa pada waktu itu nasihat yang diberikan Ahitofel sama dengan nasihat dari Tuhan! (2Sam. 16:23). Namun ada suatu peristiwa mengubah hidupnya. Ketika raja Daud melakukan kesalahan yang diketahui semua orang, yaitu berzinah dengan Batsyeba, yang oleh beberapa orang, Daud dianggap memperkosa istri bawahannya, yang adalah cucu Ahitofel, maka peristiwa itu menyakitkan hati Ahitofel. Dia sangat tersinggung dan menyimpan sakit hati dan dendam terhadap Daud. Ahitofel memilih untuk tidak mengampuni Daud. Karena bagi Ahitofel apa yang diperbuat Daud itu sangat menyakitkan hatinya. Saat itu Absalom, anak Daud yang pernah membunuh saudara tirinya (Amnon), memimpin pemberontakan. Dan, Ahitofel bergabung bersama Absalom untuk memberontak terhadap raja Daud (2Sam. 15:31). Ahitofel membalas mengkhianati Daud, hingga Daud sangat ketakutan (Mzm. 55:56, 13-15). Daud berseru kepada Tuhan supaya nasihat Ahitofel dikacaukan (2Sam. 17), dan agar Absalom tidak mengikuti nasihat Ahitofel. Doa Daud dijawab, Absalom tidak mengikuti nasihat Ahitofel. Ahitofel menjadi sangat malu dan sakit hatinya menjadi semakin parah. Akhirnya dia memilih untuk pulang ke Gilo dan gantung diri karena depresi (2 Sam. 17:23). Bayangkan, seorang penasihat raja yang begitu diurapi Tuhan, yang nasihatnya dianggap sebagai nasihat dari Tuhan, akhirnya mati bunuh diri. Semua bermula dari peristiwa yang sangat melukai hatinya dan tidak mau mengampuni Daud yang pernah berbuat salah. Bagaimana dengan kita? Sehebat apapun kerohanian Anda, dan seberhasil apapun pelayanan Anda, jika Anda tidak dapat menjaga hati Anda dari kepahitan dan bahkan terus mendendam, serta tidak mau mengampuni orang lain yang bersalah kepada Anda, maka hati-hatilah, jangan Anda seperti Ahitofel! Karena itu, bereskan dan berikanlah pengampunan! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Ahitofel begitu sakit hatinya kepada Daud? (2) Mengapa dan siapakah yang telah membuat Anda sakit hati? Dapatkah Anda mengampuninya? Berdoalah agar Tuhan menganugerahkan kita, kelepasan dari kepahitan masa lalu serta memampukan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. 24 JUMAT APRIL 2015 “Raja menyelubungi mukanya, dan dengan suara nyaring merataplah raja: Anakku Absalom, Absalom, anakku, anakku!” (2 Samuel 19:4) Bacaan hari ini: 2 Samuel 19:1-4 Bacaan setahun: 2 Samuel 19-20 HATI BAPA W alaupun Absalom telah berlaku kurang ajar dengan memberontak dan mempermalukan orangtuanya, Daud sebagai seorang bapa, tetap mengasihinya. Ketika mendengar kabar bahwa Absalom, anaknya itu telah mati, sebagai bapa, Daud sedih sekali. Kemenangan para prajuritnya tidaklah membuatnya bersorak-sorai dengan sukacita, tetapi sebaliknya Daud merasakan dukacita medalam. Karena kemenangannya adalah kematian bagi Absalom, anak yang dikasihinya. Daud menangisi kematian Absalom; sampai-sampai tangisan dan ratapannya terdengar begitu keras di telinga para tentara yang berperang untuknya. Saat mereka pulang dari medan pertempuran, mereka tidak lagi pulang dengan sorak-sorai kemenangan seperti biasanya, tapi sebaliknya mereka pulang dengan suasana hati berkabung. Dikatakan pula bahwa ketika mereka pulang, mereka memasuki kota secara diam-diam pada hari itu, seperti tentara yang kena malu kembali dengan diam-diam karena melarikan diri dari medan pertempuran (2Sam. 19:1-3). Demikianlah suasana kesedihan hati seorang Bapa atas kematian anaknya. Senakal-nakalnya atau bahkan sejahat-jahatnya perilaku seorang anak, hati bapa tetap mengasihi anaknya, meski kadangkala sang anak berperilaku mengecewakan, bahkan durhaka. Demikianlah yang diperbuat Daud sebagai bapa Absalom, anaknya. Meski Absalom begitu membenci dirinya dan bahkan ingin membunuhnya, hati Daud tetap mengasihinya. Sayang sekali, Absalom sebagai anak, tidak pernah mengetahui isi hati bapanya yang sangat mengasihinya. Sebagai seorang bapa, bagaimanakah dengan Anda? Apakah Anda masih bisa mengasihi anak-anak Anda saat mereka menunjukkan sikap memberontak dan bahkan mendurhakakan Anda? Apakah masih ada hati bapa yang tetap mengasihi mereka di dalam hati kita? Adakah sikap kasih Anda membuat mereka menyadari bahwa sesungguhnya Anda sangat mengasihi mereka? Marilah kita menunjukkan kasih kita kepada anak-anak kita, agar mereka tahu bahwa kita sungguh mengasihi mereka. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud begitu berduka atas kematian Absalom? (2) Apa yang membuat anak-anak tidak dapat merasakan kasih bapanya? Mengapa? Berdoalah agar para bapa dimampukan untuk dapat menunjukkan kasihnya kepada anak-anak mereka. Juga agar anak-anak dapat menyadari akan hati bapa yang selalu mengasihinya. 25 SABTU APRIL 2015 “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” (Mazmur 18:3) Bacaan hari ini: 2 Samuel 22:2-3 Bacaan setahun: 2 Samuel 21-22 TUHAN GUNUNG BATU KESELAMATANKU S ecara umum, Kitab 2 Samuel 22 dan Mazmur 18 memiliki kesamaan. Kedua bagian kitab suci ini menggambarkan latar belakang ucapan syukur Daud kepada TUHAN. Hal ini dilakukan Daud sebagaimana dicatat dalam ayat 1, “Daud mengatakan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul.” Mengapa TUHAN melepaskan Daud dari tangan para musuh-Nya dan Saul? Bukan sematamata, karena Daud itu dikasihi oleh TUHAN. Namun lebih dari itu, bahwa TUHAN sudah mengikat perjanjian dengan Daud (bdk. 2Sam. 7:1-17). Salah satu isi perjanjian itu adalah penyertaan dan perlindungan TUHAN atas kehidupan Daud serta keturunannya (bdk. 2 Sam. 7:9,11). Daud mengucap syukur sebab telah melewati berbagai pergumulan dan kesulitan yang ditimbulkan para musuhnya, termasuk Saul. Semua itu merupakan karya dan pemeliharaan TUHAN atas hidupnya. Daud berkata: “Ya, TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan” (ay. 2-3). Daud ingin mengungkapkan bahwa hanya TUHAN lah satu-satunya tempat untuk berlindung; hanya TUHAN lah satu-satunya sumber keselamatan. Ini hanya bisa diungkapkan dan dinyatakan, apabila Daud benar-benar telah mengalami pertolongan TUHAN di dalam hidupnya. Bagian ini mengajarkan kita bahwa TUHAN satu-satunya tempat untuk berlindung. TUHAN lah satu-satunya sumber keselamatan kita. Ketika kita menghadapi kesulitan demi kesulitan, pergumulan demi pergumulan, sangat mungkin nyawa kita terancam,—tapi TUHAN sanggup dan mampu melepaskan kita dari segala kesulitan dan pergumulan itu. TUHAN sudah menyediakan jalan keluar bagi segala kesulitan dan pergumulan hidup yang kita hadapi. Persoalannya adalah, apakah kita menaruh harap dan sungguh-sungguh bersandar hanya kepada-Nya? STUDI PRIBADI: (1) Bagi Daud, siapakah tempat perlindungannya? Mengapa? (2) Apa yang membuat seseorang gagal menempatkan TUHAN sebagai perlindungannya? Berdoalah bagi jemaat yang sedang mengalami tantangan hidup agar tetap bersandar dan percaya segala pemeliharaan Tuhan dalam hidup mereka, sehingga mereka memiliki damai dan kekuatan-Nya. 26 MINGGU APRIL 2015 “Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.” (2 Samuel 24:10) Bacaan hari ini: 2 Samuel 24:10-14 Bacaan setahun: 2 Samuel 23-24 AKIBAT KESOMBONGAN 2 Samuel 24:1-17 menggambarkan kesombongan Daud. Daud yang pernah ditolong dan disertai TUHAN merasa menjadi lebih kuat karena para pahlawan yang menyertainya (bdk. 2Sam. 23). Karena itu, Daud memerintahkan supaya seluruh pasukan Israel itu dihitung. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah seluruh pasukan Israel yang dapat berperang dengan baik, dengan skill dan kemampuan yang mereka miliki (ay. 2). Namun apa yang dilakukan Daud ternyata tidak dibenarkan TUHAN. Daud terjebak dalam keangkuhan dan kesombongan. Dalam hal ini, Daud seakan-akan sedang mengandalkan kekuatannya sendiri dan tidak lagi mengandalkan TUHAN. Di sinilah kejatuhan Daud. Lalu, Daud menyadari bahwa apa yang ia lakukan itu berdosa di hadapan TUHAN. Daud bertobat di hadapan TUHAN. Ia menyadari bahwa perbuatannya sangat bodoh (ay. 10) karena telah mengandalkan manusia. Akibat perbuatannya, TUHAN menghukum orang Israel dengan penyakit sampar (ay. 15-16). Kisah kesombongan Daud ini hendaknya menjadi pelajaran penting bagi orang Kristen masa kini. Ada banyak pertolongan TUHAN boleh kita alami. TUHAN menyediakan jalan keluar bagi pergumulan dan kesulitan hidup kita. Kita mensyukuri semua itu. Namun di waktu selanjutnya, ada banyak orang Kristen yang kemudian jatuh kepada kesombongan. Mereka tidak lagi mengharapkan dan mengandalkan TUHAN di dalam hidupnya, tetapi lebih mengandalkan kekuatannya sendiri. Inilah yang menyebabkan TUHAN mendisiplin umat-Nya. Firman TUHAN mengingatkan setiap kita: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk” (Yeremia 17:5-6). Marilah kita membuang kesombongan dan keangkuhan kita, diganti dengan berharap dan bersandar kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud bisa begitu takabur, sehingga menaruh harapannya pada kekuatan manusia daripada TUHAN? (2) Bagaimana TUHAN menyadarkan Daud? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, melainkan tetap mengandalkan TUHAN dan setia kepada-Nya. 27 SENIN APRIL 2015 “Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, .... supaya engkau beruntung …” ( 1 Raja-Raja 2:3) Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 2:1-4 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 1-2 BERLAKULAH SETIA KEPADA TUHAN B agian yang kita baca merupakan pesan terakhir Daud pada Salomo, raja yang akan menggantikan Daud memerintah di Israel. Apa yang Daud harapkan dari Salomo? Daud mengharapkan Salomo berlaku setia terhadap TUHAN, sehingga dirinya akan beruntung dalam hidupnya. Bagaimanakah caranya agar Salomo untuk berlaku setia terhadap TUHAN? Daud menasihati agar Salomo hidup menurut jalan yang telah ditunjukkan kepadanya, mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa. Hal ini telah dilakukan oleh Daud sebagai raja yang memerintah di Israel. Dengan mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya (meski tidak dapat dipungkiri, Daud juga pernah jatuh dalam dosa), Daud sering mengalami pertolongan dan pemeliharaan TUHAN. Dalam keadaan yang sangat sulit sekalipun, TUHAN tidak meninggalkan Daud. Bahkan, dalam keputusasaan yang hebat, TUHAN menguatkan dan memberikan jawaban atas doa Daud, sehingga ia beroleh kelepasan. Pengalaman yang Daud alami ini hanya dapat dialami oleh mereka yang berlaku setia terhadap TUHAN. Daud sangat mengharapkan agar Salomo pun dapat berlaku setia terhadap TUHAN, sehingga ia dapat merasakan pertolongan serta penyertaan TUHAN atas hidupnya. Bagian ini mengajarkan kepada orang Kristen masa kini untuk berlaku setia kepada TUHAN. Berlaku setia kepada TUHAN pada masa ini mungkin diartikan sebagai kesetiaan mengikuti ritual ibadah dan keagamaan yang ada, misalnya: rajin berdoa, rajin beribadah, mengambil bagian di dalam pelayanan, memberikan persembahan, memperhatikan mereka yang kekurangan, dsb. Meskipun aktivitas itu penting dan perlu, namun yang dimaksudkan berlaku setia kepada TUHAN, adalah lebih kepada mengikuti perintah dan ketetapan TUHAN, sebagaimana tercantum di dalam Alkitab yang adalah Firman Allah. TUHAN menghendaki agar setiap orang yang percaya kepada-Nya, memahami dan mengikuti kehendak-Nya sesuai dengan Firman-Nya. Maukah Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang diminta Daud dari Salomo ketika menjabat sebagai raja? (2) Apa kaitannya antara berlaku setia dengan segala berkat & penyertaan Tuhan? Jelaskan! Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka masing-masing dimampukan untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan, sehingga mereka bisa merasakan kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup mereka. 28 SELASA APRIL 2015 “Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian.” (1 Raja-raja 3:10) Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 3 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 3-5 HATI YANG PENUH HIKMAT DAN PENGERTIAN K etika membaca kisah Salomo ini, pernahkah kita bertanya dalam hati, “Andai, Tuhan mengajukan pertanyaan yang sama kepadaku, apa yang aku minta?” Mungkin kita akan minta diberkati secara materi dan rohani, keluarga dilindungi dari yang jahat, meminta kecakapan dalam melakukan pekerjaan, dsbnya. Tapi yang pasti kita tidak akan terpikir untuk meminta seperti yang diminta oleh Salomo?! Melihat kondisi Salomo yang masih muda dan baru menjadi raja, seyogianya ketika Tuhan memberikan kesempatan kepadanya untuk meminta, bukankah seharusnya dia meminta umur panjang, takhta yang kekal dan kokoh, kekuatan militer yang kuat sehingga musuh-musuhnya dapat dengan gampang ditaklukkan. Tetapi bukan itu yang diinginkan oleh Salomo. Dia justru meminta hati yang penuh hikmat untuk dapat memimpin bangsanya dengan baik. Dengan kata lain, Dia meminta hati yang bisa membedakan mana yang benar dan salah di hadapan Tuhan. Jarang sekali kita menemukan orang yang ingin memiliki hati yang mau berkenan kepada Tuhan dalam hidupnya, seperti Salomo. Hati yang bisa menimbang mana yang benar dan salah, mana yang adil dan tidak, mana yang baik dan buruk. Buktinya, dalam doa-doa kita, yang sering kita minta adalah berkat secara materi, kesehatan, umur panjang, keberhasilan dan sebagainya. Tidak heran, kalau Tuhan senang mendengar permintaan Salomo ini, bahkan kemudian Tuhan memberikan kepadanya bonus berkat lainnya, yang bahkan tidak dimintanya. Dalam hidup ini, ketika kita memilih mencari kehendak Tuhan lebih dahulu, memiliki hati yang berhikmat, tahu mana yang baik dan tidak, maka Tuhan pun akan menambahkan kepada kita berkat-berkat yang melampaui apa yang pernah kita pikirkan dan harapkan. Harta, kekuatan, umur yang panjang, pada akhirnya akan hilang dan habis, tetapi hati yang berhikmat akan menuntun kita menjalani hidup yang singkat ini dengan baik. Firman Tuhan dalam Matius mengatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Salomo lebih memilih meminta hati yang penuh hikmat dan pengertian dibandingkan hal lainnya? (2) Bagaimana hikmat Tuhan menolong Salomo? Berdoalah agar jemaat Tuhan lebih mengejar hikmat Tuhan daripada berkatberkat materi, dan agar jemaat sadar bahwa hikmat datang dari sikap takut akan Tuhan. 29 RABU “... jika engkau hidup menurut segala ketetapan-Ku dan melakukan segala peraturan-Ku dan tetap mengikuti segala perintah-Ku dan tidak menyimpang dari padanya, maka Aku akan APRIL 2015 menepati janji-Ku kepadamu ...” (1 Raja-raja 6:12-13) Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 6 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 6-7 KETAATAN P embangunan Bait Suci sebenarnya merupakan ide dan kerinduan Raja Daud (2Sam.7:2). Tapi Tuhan tidak mau Daud membangunnya karena tangannya telah menumpahkan banyak darah (1Taw. 22:8). Tuhan memilih Salomo, anak Daud, untuk melakukan tugas besar ini. Namun, sekalipun Daud tidak diizinkan membangun sendiri, dia berusaha sungguh-sungguh untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pembangunan Bait Allah tersebut. Ia mengumpulkan tukang-tukang pahat, menyediakan sangat banyak besi, tembaga, kayu aras, emas, perak dan banyak batu-batu mulia yang berharga. Akhirnya, Bait Suci pun dibangun pada zaman Salomo memerintah. Bait Suci ini dibangun begitu detail dan megah, dilapisi dengan emas yang mewah. Tetapi ada satu hal penting terjadi di dalam proses pembangunan bait Suci ini. Di tengah kesibukan pembangunan, kita menemukan di ayat 11-12, Tuhan berfirman kepada Salomo agar ia hidup menurut segala ketetapan Tuhan. Dari sini kita melihat, bahwa sekalipun Salomo sedang mengerjakan proyek besar bagi Tuhan, tapi yang lebih penting bagi Tuhan adalah ketaatan pada Tuhan, yakni hidup yang menuruti segala ketetapan Tuhan dan melakukan segala peraturan-Nya. Dan Tuhan berjanji bahwa apabila mereka melakukannya, maka Ia akan diam di tengah-tengah orang Israel dan tidak akan meninggalkan mereka. Melalui bagian ini kita belajar, bahwa Tuhan memang senang ketika kita bisa mengerjakan satu proyek besar bagi Dia, memberikan harta kita sebagai persembahan, atau melayani Dia dengan penuh semangat. Tetapi lebih daripada itu, yang terpenting bagi Tuhan adalah bila kita mau hidup menaati-Nya. Bila kita bergiat melayani Tuhan, tapi hati kita jauh daripadaNya dan tidak menaati FirmanNya, maka semuanya itu akan menjadi siasia, karena Tuhan tidak berkenan akan persembahan demikian. Karena itu, mari kita mengintrospeksi diri kita. Sekian lama kita menjadi orang Kristen, sekian lama kita melayani dan menjadi aktivis gereja, adakah hati kita terpaut dan taat kepada-Nya? STUDI PRIBADI: Bandingkan lamanya waktu yang dipakai Salomo dalam membangun bait Suci dan membangun istananya, apa yang bisa kita pelajari dari hal tersebut? Berdoalah agar jemaat tidak terjebak dalam kehidupan dualisme; yaitu aktif beribadah dan melayani, tetapi tidak mau menaati firman Tuhan atau hidup menurut keinginan daging. 30 KAMIS APRIL 2015 “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2 Timotius 4:5) Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 8:1-13 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 8-9 KEMULIAAN ALLAH D i tengah tantangan kehidupan manusia akhir zaman ini, seseorang yang sudah menjadi percaya kepada Kristus, bukan melulu hanya mempelajari kebenaran firman Tuhan, namun juga menyelesaikan tugas pelayanannya di dunia ini. Apabila kita sungguh-sungguh berusaha melakukan firman Allah dalam hidup kita, maka kita pasti akan selalu siap memberitakan firman Allah kepada orang lain. Dalam 2 Timotius 4:5, Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar terus memberitakan Injil. Berita Injil adalah bagian firman Allah yang paling dibutuhkan manusia, yaitu kabar baik tentang Tuhan Yesus Kristus yang mati di kayu salib, untuk menebus dosa manusia. Berita Injil inilah yang memungkinkan seorang pendosa yang telah mempercayai Yesus Kristus, bisa mengalami perubahan hidup menjadi manusia baru di dalam Kristus. Apabila kita telah menjadi manusia baru, Roh Kudus pasti mendorong kita untuk menyampaikan kabar baik itu kepada dunia yang berdosa. Ada empat alasan agar kita tetap dikuatkan untuk melayani dalam pemberitaan Injil Tuhan: (1) Kristus akan segera datang, (2) pemurtadan akan terjadi, (3) pertandingan akan segera diakhiri, dan (4) pertolongan akan segera datang. Keempat hal itu membuat pelayanan pemberitaan Injil menjadi sesuatu yang sangat “urgent”. Saat ini, walau ada berbagai hambatan, kesempatan memberitakan Injil masih sangat terbuka. Bila kita sungguh-sungguh menginginkan agar kehendak Allah terlaksana melalui kehidupan kita, maka sebagai orang Kristen, kita harus memakai setiap kesempatan yang ada, bukan hidup bagi diri kita sendiri, tetapi bagi Kerajaan Allah di muka bumi ini. Mulailah dengan mendoakan orang-orang yang akan kita Injili; kemudian jalin relasi yang baik dengan mereka, dan kabarkanlah berita Injil dengan kasih dan hikmat. Apabila kita belum mendapatkan buah pemberitaan Injil yang kita lakukan, janganlah kita menjadi putus asa. Kerjakan tugas Anda dengan setia. Kiranya Tuhan menguatkan Anda untuk menyelesaikan tugas pelayanan ini. STUDI PRIBADI: Apa saja tanda-tanda dari akhir zaman? Apa saja yang harus kita lakukan, sebelum Kristus datang untuk kedua kalinya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat menggunakan waktu atau kesampatan hidup mereka bukan untuk melakukan dosa, melainkan untuk mengerjakan terang Tuhan melalui kesaksian hidup mereka. Catatan... Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" ” (Galatia 5:14)