二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
228
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 228 | APRIL 2015
Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus
menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga.”
[Lukas 24:46]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 228:
Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim
Bambang Tedjokusumo, Haryono Wong, Hendry Heryanto
Ie David, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM
Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Mengasihi Seperti Kristus
S
halom… memasuki bulan April ini kita memperingati pengorbanan
dan kebangkitan Tuhan Yesus, yang mati di atas kayu salib untuk
menebus kita dari kutuk dan kuasa dosa. Sekalipun tiap tahun kita
memperingatinya, namun kita tidak boleh menjadikannya hanya sebuah
peringatan belaka. Marilah kita menjadikannya sebagai momentum untuk
memperbarui kualitas kasih kita, baik kepada Allah dan sesama. Tuhan
Yesus pernah berkata: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling
mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh. 15:12). Sudahkah kita
memiliki kasih seperti kasih yang Kristus berikan kepada kita?
Kiranya momentum peringatan sengsara dan kebangkitan Tuhan
Yesus mengembalikan kita untuk bersemangat hidup dalam kasih dan
membagikan kasih-Nya kepada sesama. Amin.
01
RABU
APRIL 2015
“...Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia.”
(Hakim-Hakim 13:24)
Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 13-15
Bacaan setahun: Hakim-Hakim 13-15
HAKIM SIMSON
S
etelah Yefta memerintah sebagai Hakim atas orang Israel, selama
enam tahun lamanya, kemudian matilah Yefta, orang Gilead itu. Lalu
Allah membangkitkan Hakim Ebsan, Elon dan Abdon. Setelah ketiga
Hakim ini mati, bangsa Israel kembali melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN, karenanya, TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang
Filistin, empat puluh tahun lamanya.
Maka TUHAN Allah membangkitkan Simson dari Zora, dari keturunan
Dan. Yang ajaib dari Panggilan TUHAN ini adalah, ibu dari Simson, mandul.
Dalam Perjanjian Baru, kita diingatkan akan kesamaan dengan kelahiran
Yohanes Pembaptis, dimana ibunya, Elizabeth juga mandul dan telah lanjut
usia, tetapi TUHAN Allah memakai mereka dalam kehinaannya untuk
pekerjaaan TUHAN, membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan
bangsa lain. Kita dapat melihat bahwa TUHAN, dengan kedaulatan-Nya,
berkuasa untuk merendahkan dan meninggikan siapa yang dikehendakiNya bagi kemuliaan-Nya sendiri.
Kesamaan lain yang dapat kita lihat, antara Simson dan Yohanes
Pembaptis adalah, keduanya harus memiliki hidup kudus di hadapan
TUHAN. Malaikat TUHAN berfirman, “...janganlah minum anggur atau
minuman yang memabukkan/minuman keras, sebab ia akan menjadi Nazir
Allah” atau dalam kasus Yohanes Pembaptis, ia penuh dengan Roh Kudus
sejak dari rahim ibunya (Hak.13:7 bdk. Luk.1:15). Mengapa pengudusan
sangat penting? Sebab Allah sendiri adalah kudus. Kekudusan Allah harus
menjadi ciri kehidupan setiap orang percaya, pelayanan-Nya, atau bagi
murid Kristus. Bagiamana dengan Anda?
Jika kita telah dikuduskan oleh darah Kristus, bukan berarti kemudian
kita tidak perlu lagi memperjuangkan untuk hidup dalam kekudusan. Justru
karena kita telah dikuduskan, maka kita harus hidup dalam kekudusan,
sebagai wujud bahwa kita telah menjadi milik Allah yang tidak lagi hidup
dalam dosa. Karena itu, hidup dan layanilah Allah dalam kekudusan, sebab
Tuhan Allah kita adalah mahakudus.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa tiap orang yang dikhususkan bagi Tuhan atau melayani Dia,
harus hidup dalam kekudusan? (2) Apa jadinya jika pelayan Tuhan tidak hidup kudus?
Berdoalah bagi para pelayan Tuhan agar mereka hidup dalam kekudusan,
sehingga kehidupan maupun pelayanan mereka dapat menjadi berkat dan
diperkenan oleh Tuhan.
02
KAMIS
APRIL 2015
“… Ya TUHAN Allah, ingatlah kiranya kepadaku
dan buatlah aku kuat, sekali ini saja …”
(Hakim-Hakim 16:28)
Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 16-18
Bacaan setahun: Hakim-Hakim 16-18
WASPADALAH, SETIAP KITA ADALAH “SIMSON”
S
etiap kita adalah anak Tuhan, dan Iblis pasti tidak suka, sehingga
Iblis akan memakai berbagai cara untuk menjatuhkan iman kita,
mempermalukan kesaksian kita, dan tujuan akhirnya, bukan hanya
diri kita, tetapi juga untuk menggagalkan rencana Tuhan.
Dalam bagian ini dikisahkan, bahwa Simson memiliki kekuatan besar
dari Tuhan untuk dapat menolong bangsanya, tetapi ia memiliki kelemahan
terhadap lawan jenis. Karena itu, baik orang tuanya maupun hukum Taurat
telah memperingatkannya, tentang hal ini. Sebagai seorang nazir, Allah
pasti dengan berbagai cara mengingatkan Simson tentang identitasnya,
tugasnya, kewaspadaannya terhadap kelemahannya. Sayang dalam hal
ini, Simson gagal, gagal sebagai seorang nazir Allah, gagal dalam godaan
dan gagal dalam tugas membela Israel.
Hari ini sebagai anak Tuhan, kita juga memiliki tugas penting yang
Tuhan telah percayakan kepada setiap kita (Amanat Agung); kita juga telah
diberikan karunia Roh Kudus, namun demikian, kita masih hidup di dalam
kedagingan manusia lama kita, sehingga kita diingatkan agar, “Berjagajagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:
roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41). Rasul Paulus juga
mengatakan, “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh
dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya
bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu
kehendaki” (Gal. 5:17). Sebagai manusia, wajar bila kita memiliki beberapa
kebutuhan yang bersifat dunia/daging, tapi kita harus berhati-hati, karena
manusia lama kita gampang sekali berkompromi dalam mencari kepuasan
belaka, sebagai tujuan hidup yang paling tinggi, dan hal ini sering dipakai
Iblis untuk menjatuhkan kita. Iblis tahu persis kelemahan kita dan
bagaimana cara menjatuhkan diri kita. Iblis telah menjatuhkan Simson.
Bagaimana dengan kita? Karena itu, “Sadarlah dan berjaga-jagalah!
Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum
dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Ptr. 5:8).
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Simson gagal menjalankan tugas sebagai Hakim
bagi bangsa Israel? (2) Mengapa kita perlu waspada terhadap kelemahan kita?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak ceroboh dan hidup
menuruti keinginan daging, sehingga hidup mereka senantiasa memuliakan
Tuhan dan mengalahkan tipu muslihat Iblis.
03
JUMAT
APRIL 2015
“Hal yang demikian belum pernah terjadi
dan belum pernah terlihat, sejak orang Israel berangkat
keluar dari tanah Mesir sampai sekarang…”
(Hakim-Hakim 19:30)
Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 19:1-30
Bacaan setahun: Hakim-Hakim 19-21
HILANGNYA HUKUM, HILANGNYA KETERTIBAN
K
etika hukum tidak ada, maka hasil akhirnya adalah keburukan dan
rusaknya tatanan hidup manusia. Kerusuhan, penjarahan,
pembunuhan, pelanggaran hukum, dan ancaman keamanan dapat
terjadi di mana-mana, dan manusia adalah pelakunya!
Segala cerita kejahatan yang terjadi pada masa kini, seperti
pemutilasian manusia, bukanlah hal baru. Alkitab menceritakan, pada saat
bangsa Israel tidak memiliki pemimpin atau raja yang menegakkan
kebenaran dan keadilan, kehidupan masyarakatnya menjadi liar. Salah
satu peristiwa yang merusak nilai-nilai kemanusiaan dicatat dalam kisah
“perbuatan noda di Gibea” (Hak. 19:1-30). Pencatatan kisah ini
mengingatkan kepada bangsa Israel pada masa itu dan bagi kita masa kini,
bahwa ketika pemimpin tidak ada, ketika hukum diabaikan, dan firman
Tuhan serta moralitas tidak ditegakkan dengan benar, kecenderungan
manusia untuk melakukan yang jahat, tidaklah tertahankan.
Sebuah ironi dengan sengaja dicatat di sini, yaitu seorang Lewi, yang
notabene, adalah keturunan dari salah satu suku Israel, yang dikhususkan
melayani Tuhan, demi menyelamatkan dirinya, rela mengorbankan orang
lain, bahkan kemudian memutilasinya. Dan komentar orang Israel terhadap
peristiwa itu adalah: “Hal yang demikian belum pernah terjadi dan belum
pernah terlihat sejak orang Israel berangkat keluar dari tanah Mesir…” Jika
demikian, apa penyebabnya? Jawabannya terletak pada ayat 1: “Terjadilah
pada zaman itu, ketika tidak ada raja di Israel…”
Raja merupakan simbol otoritas yang menegakkan keadilan dan
kebenaran bagi masyarakatnya. Ketika raja tidak ada berarti hukum juga
tidak ada, maka kebenaran dan keadilanpun tidak ada. Dari kisah ini, kita
dapat menyimpulkan bahwa tanpa hukum, aturan, terlebih firman Tuhan
yang menuntun kehidupan manusia, manusia akan cenderung pada apa
yang jahat (Kej. 6:5, 8:21). Bagaimana dengan kita? Jangan biarkan hawa
nafsu dosa menguasai kita, tetapi latihlah diri kita untuk hidup dalam firman
Tuhan, agar kita hidup memuliakan Dia.
STUDI PRIBADI: (1) Apa sesungguhnya penyebab peristiwa noda di Gibea? (2) Mengapa
penegakan hukum dan firman Tuhan penting bagi manusia?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar taat dan benar-benar mau untuk
menundukkan diri di bawah terang firman Tuhan, sehingga kecenderungan
berbuat dosa dan kehidupan lama dapat ditinggalkan.
04
SABTU
APRIL 2015
“… sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi,
dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam:
bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.”
(Rut 1:16)
Bacaan hari ini: Ruth 1:1-22
Bacaan setahun: Ruth 1-4
KESETIAAN RUT
R
ut adalah seorang wanita yang sangat terkenal di dalam Alkitab.
Kisah hidupnya diceritakan secara detail dalam dalam satu kitab. Di
dalam 66 kitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, hanya dua
orang wanita yang kisah hidupnya diceritakan secara detail dalam satu
kitab. Yang pertama adalah Rut, yang kedua adalah Ester. Pertanyaannya,
mengapa Rut dan Ester (secara khusus Rut), kisah hidupnya diceritakan
dalam satu kitab, sedangkan wanita-wanita lainnya, tidak? Padahal, dalam
Alkitab ada banyak wanita-wanita lain yang baik, yang berani, yang dipakai
Allah dalam kehidupan mereka. Tentu kita tidak bisa memahami secara
utuh mengapa Allah mengizinkan kisah hidup Rut dan Ester dicatat dalam
satu kitab khusus, sedang wanita-wanita lain, tidak. Allah tidak memberikan
jawaban. Namun apabila kita melihat dalam kitab Rut, kualitas karakternya
yang baik, yang membuat Rut dipandang dan dihargai oleh Allah.
Satu karakter yang sangat menonjol adalah mengenai kesetiaannya;
baik itu kesetiaannya kepada mertuanya, maupun kesetiaan kepada Allah.
Dalam Rut pasal 1 diceritakan, ketika suami Rut meninggal, mertuanya,
Naomi, meminta menantu-menantunya untuk pulang kembali ke keluarga
mereka masing-masing. Naomi melakukan hal ini, bukan karena dia ingin
mengusir atau karena membenci menantu-menantunya, melainkan Naomi
ingin supaya menantu-menantunya mempunyai kehidupan yang lebih baik
daripada yang mereka alami dalam keluarga Naomi. Saat itu diceritakan,
Orpa pulang kepada keluarganya; namun Rut, tetap ikut dengan Naomi.
Satu perkataannya yang terkenal dicatat dalam Rut 1:16, “Tetapi kata Rut:
Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak
mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi,
dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.”
Bagaimana dengan sikap kita? Teladanilah sikap Rut, yang setia, dan
mau berjalan bersama Naomi melewati segala kepahitan yang terjadi
dalam hidupnya.
STUDI PRIBADI: (1) Sikap apa yang sangat mengagumkan dari seseorang bernama Rut? (2)
Apa yang membuatnya dapat memiki komitmen yang tinggi untuk hidup bersama Naomi?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan, agar dalam segala hal yang mereka lakukan,
menunjukkan kesetiaan dan tangung jawab yang tinggi sehingga menjadi
berkat bagi orang lain.
05
MINGGU
APRIL 2015
“Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah
memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.
Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN…”
(1 Samuel 1:27-28)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 1:1-28
Bacaan setahun: 1 Samuel 1-3
NAZAR HANA
N
azar, menurut kamus besar bahasa Indonesia, berarti janji hendak
berbuat sesuatu jika maksud atau keinginannya tercapai. Di dalam
Alkitab nazar selalu dikaitkan mengenai janji manusia kepada Allah.
Jika Allah memberikan sesuatu yang diinginkan oleh orang tersebut, maka
orang tersebut akan melakukan atau memberikan sesuatu yang dia sudah
janjikan kepada Allah.
Dalam pembacaan Alkitab hari ini kita melihat ada sebuah nazar yang
dibuat oleh Hana. Hana merupakan istri pertama Elkana. Namun ada satu
pergumulan dalam hidup Hana, yaitu dia tidak mempunyai anak. Akibat dari
kemandulannya ini, istri kedua Elkana, Penina, seringkali menyakiti hati
Hana supaya Hana menjadi gusar. Suatu kali, ketika Hana berdoa di bait
Allah, dia bernazar, jika Tuhan membukakan kandungannya, memberikan
seorang anak kepadanya, maka dia akan menyerahkan anak itu menjadi
nazir Allah, yaitu seorang yang seumur hidup6nya akan melayani Tuhan.
Setelah doa tersebut, mengandunglah Hana, dan akhirnya melahirkan
seorang anak laki-laki. Setelah anak itu disapih, Hana menyerahkan anak
itu kepada Imam Eli untuk melayani di dalam bait Allah.
Dalam kisah ini kita bisa mempelajari dua hal yang penting. Pertama,
bahwa Allah mendengar dan menjawab doa kita. Seringkali kita merasa
bahwa doa-doa kita tidaklah memiliki kuasa. Kita merasa doa-doa yang kita
naikkan adalah sia-sia. Sudah sekian lama kita meminta tetapi Tuhan tidak
pernah memberi. Pendapat-pendapat seperti ini tidaklah benar. Allah selalu
mendengar doa kita, bahkan memberi yang terbaik kepada kita. Yang perlu
kita mengerti adalah kehendak kita bukanlah yang utama, tapi kehendak
Tuhanlah yang harusnya menjadi prioritas dalam hidup kita.
Kedua, pada waktu kita berjanji atau bernazar kepada Allah, maka
seharusnya kita menepati janji kita tersebut. Jika kita berani berkomitmen
kepada Allah, maka seharusnyalah kita melakukan komitmen kita kepada
Allah. Hana telah memberi sebuah teladan yang baik bagi kita. Bagaimana
dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apakah nazar itu dan apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang
telah bernazar kepada Tuhan? (2) Apa jadinya jika kita tidak memenuhi nazar kita?
Berdoalah bagi jemaat yang telah bernazar kepada Tuhan agar mereka tidak
melupakan janji mereka, melainkan belajar dan menjaga hidup yang benar di
hadapan Tuhan.
06
SENIN
APRIL 2015
“Katanya: Telah lenyap kemuliaan dari Israel,
sebab tabut Allah telah dirampas.”
(1 Samuel 4:22)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 4:1b-22
Bacaan setahun: 1 Samuel 4-6
MEMBAYAR HARGA MAHAL
S
ejak peperangan pertama dengan bangsa Amalek, kita belajar satu
prinsip penting dalam peperangan: bangsa lain berperang demi
nafsu menjajah, sedangkan Israel berperang sebagai alat TUHAN
menghukum kefasikan mereka. Tapi bangsa Israel lupa prinsip ini. Mereka
mulai terbawa oleh pola dunia. Dikatakan bahwa mereka maju berperang
melawan orang Filistin. Apakah alasannya? Atas perintah siapa? Mereka
berperang atas inisiatif mereka sendiri.
Allah tidak merestui perbuatan mereka. Mereka mengalami
kekalahan; 4000 orang tewas oleh musuh. Para tua-tua berkumpul
mengadakan rapat evaluasi dan menyimpulkan bahwa mereka kalah
karena tabut perjanjian yang melambangkan kehadiran Allah tidak
menyertai mereka. Maka mereka mengambil tabut tersebut dari Silo dan
menghadirkannya di tengah perkemahan, seolah mendapatkan suntikan
semangat baru untuk berperang. Mereka bukan saja tidak menyadari
kesalahan, bahwa peperangan ini tidak boleh dilakukan karena bukan atas
perintah TUHAN, tapi justru melakukan kesalahan kedua yang lebih serius
lagi; mengkultuskan tabut, memaksa Allah harus berpihak kepada mereka
melakukan apa yang salah.
Allah tidak bisa disuap, Allah tidak bisa dipaksa. Mereka berpikir, jika
tabut sudah ada di tengah mereka, maka mereka pasti menang. Bahkan
musuhpun, ketika mengetahui bahwa tabut perjanjian TUHAN yang
terkenal itu sudah hadir, mereka menjadi gentar, tapi tetap maju dengan
nekad demi kehormatan dan gengsi Filistin. Peperangan kedua pun terjadi,
dan kali ini, 30.000 orang Israel tewas, hampir 10 kali lipat dari kekalahan
pertama. Kedua anak Eli ikut tewas, dan tabut Allah dirampas orang Filistin.
Ketika berita ini sampai pada Eli, Eli pun mati seketika. Memang pada
akhirnya, tabut itu dikembalikan atas inisiatif orang Filistin sendiri, tapi
kekalahan besar di pihak Israel dicatat untuk menjadi peringatan keras bagi
umat-Nya, bahwa Allah tidak bisa dipaksa untuk memberkati rencana kita
yang salah, yang tidak sesuai dengan prinsip kebenaran!
STUDI PRIBADI: (1) Sebenarnya, apa yang membuat bangsa Israel tidak dapat mengalahkan Filistin? (2) Apakah Allah bisa kita dikte, sekalipun Ia telah memberikan janji-Nya?
Berdoalah bagi kedewasaan iman jemaat Tuhan agar tidak memperlakukan
Tuhan sebagai “bawahan” mereka, yang harus menuruti keinginan mereka,
melainkan Raja dan Tuhan atas hidup mereka.
07
SELASA
APRIL 2015
“Samuel memerintah sebagai hakim
atas orang Israel seumur hidupnya.”
(1 Samuel 7:15)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 7:15-17
Bacaan setahun: 1 Samuel 7-9
SAMUEL DIPERKENAN TUHAN
A
khir-akhir ini banyak isu miring tentang para hakim; baik isu tentang
ketidakadilan mereka dalam menangani perkara, atau keterlibatan
hakim dalam suap. Isu-isu ini sangat merusak citra seorang hakim
sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum
ini. Jika hakim tidak bisa dipercaya, lalu bagaimana masyarakat mendapat
keadilan dan ketenteraman? Namun, ketika Samuel memerintah sebagai
hakim atas orang Israel, ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
(1) Samuel diperkenan Tuhan untuk memerintah atas Israel seumur
hidup merupakan prestasi yang luar biasa. Hal ini menunjukkan: tidak ada
hakim yang lebih baik daripada dirinya, juga tidak ada pengganti sehebat
Samuel. Menjadi hakim atas bangsa Israel merupakan perkara atau tugas
yang besar dan berat; sebab bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang
tegar tengkuk, suka melawan dan tidak taat. Kepada Tuhan saja mereka
tidak taat, apalagi kepada manusia. Namun Samuel tidak segan-segan
menghukum umat Israel yang berdosa kepada Tuhan (1Sam. 7:6).
(2) Samuel dipakai Tuhan. Ia berkeliling ke Betel, Gilgal & Mizpa demi
menegakkan kebenaran dan disiplin Tuhan atas bangsa Israel. Perlakuan
umat Tuhan yang menyimpang dari ibadah yang sejati menjadi sinkritisme.
Nenek moyang mereka membuat mezbah di Betel untuk menyembah
Tuhan, namun sekarang mereka menyembah patung di tempat yang sama
(1Raj. 12:30), demikian juga terjadi di Gilgal dan Mizpa. Akhirnya mereka
mengaku dosa ketika Samuel datang menghakimi mereka (1Sam. 7:6).
(3) Samuel diberkati Tuhan. Dalam zaman dan situasi yang tidak
kondusif seperti saat itu, dan keadaan moral dan spiritual yang cenderung
memburuk, Samuel tetap setia beribadah kepada Tuhan. Setelah kembali
ke Rama tempat tinggal asalnya, ia mendirikan mezbah kepada Tuhan,
sebagai tanda ibadah dan syukurnya kepada Tuhan yang telah menyertai
dan memberkati tugasnya. Bagaimana dengan kita? Marilah kita melayani
dan berperan seperti Samuel dalam situasi apa pun, sehingga kita dapat
diperkenan dan dipakai Tuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Samuel bisa menjalankan tugasnya sebagai nabi sekaligus
Hakim bagi bangsa Israel? (2) Apa yang dapat kita teladani dari kehidupannya?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka memilih hidup takut akan Tuhan,
daripada takut akan manusia yang akan membuat mereka mengingkari
kebesaran dan kuasa Tuhan.
08
RABU
APRIL 2015
“Maka Roh Tuhan akan berkuasa atasmu.”
(1 Samuel 10:6)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 10:1-16
Bacaan setahun: 1 Samuel 10-12
SAUL RAJA ISRAEL
P
eralihan pemerintahan dari Samuel ke Saul menghadapi perubahan
yang signifikan. Samuel mendasarinya dengan hati yang takut akan
Tuhan, dan Saul memerintah dengan mengandalkan kemampuan
dirinya. Dua karakter pemerintahan yang berbeda menciptakan situasi dan
keadaan yang berbeda pula. Pada zaman Samuel, rakyat atau umat Israel
dikendalikan oleh Samuel, sedangkan pada zaman Saul, rakyat atau umat
Israel lah yang lebih dominan menguasai keadaan, sehingga pemerintahan
Saul tidak berhasil; Saul tidak bersandar pada Tuhan.
(1) Sebagai formalitas, Samuel menuangkan minyak ke atas kepala
Saul lalu menciumnya. Sebagai tanda bahwa Tuhan telah mengurapi Saul
menjadi raja atas permintaan bangsa Israel sendiri. Juga tanda penyataan
kasih Tuhan terhadap umat-Nya, agar Saul dapat menjalankan tugasnya
dengan sah dan diakui bangsa Israel. Namun urapan Tuhan disalah-gunakan oleh Saul sehingga ia tidak dapat memerintah dengan baik dan bijak.
(2) Saul diberi kepercayaan untuk memegang tampuk pemerintahan
atas umat Tuhan dan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di
sekitarnya. Meski Saul telah beberapa kali mengalahkan pasukan Filistin,
sehingga timbul kebencian mendalam orang Filistin kepada umat Israel,
maka serangan balik orang-orang Filistin dengan tiga ribu kereta, enam
ribu orang pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki membuat Saul dan
tentara Israel, lari pontang-panting. Kegagalan Saul: karena ia lebih fokus
melihat kekuatan musuhnya, daripada kekuatan Allah.
(3) Hanya kepada orang-orang tertentu, Allah mengijinkan Roh-Nya
memenuhi seseorang. Kali ini sangat istimewa, Saul dipenuhi Roh Tuhan
bersama rombongan nabi-nabi lainnya, sehingga orang-orang tercengang
melihat Saul dapat bernubuat bersama-sama dengan nabi-nabi itu. Hal ini
sebagai indikasi bahwa Tuhan melengkapi Saul dengan kuat kuasa-Nya,
namun demikian, ternyata Saul lebih mengandalkan kekuatannya daripada
bersandar pada Tuhan. Apakah kita seperti Saul, mengabaikan Tuhan dan
lebih mengandalkan kekuatan diri sendiri?
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Saul dalam memimpin bangsa Israel? (2) Meskipun
kepemimpinan Saul banyak kelemahan, apa yang membuatnya tetap menjadi pemimpin?
Berdoalah bagi para pemimpin gereja atau rohaniwan, baik majelis, aktivis
atau pengurus agar mereka tidak membanggakan kepandaian mereka tetapi
bergantung kepada Tuhan dan takut akan Dia.
09
KAMIS
APRIL 2015
“… Tuhan telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya
dan Tuhan telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya,
karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan
Tuhan kepadamu.” (1 Samuel 13:14)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 13:8-14
Bacaan setahun: 1 Samuel 13-14
KEGAGALAN RAJA PILIHAN MANUSIA
S
etelah kematian Eli, rakyat mendesak Samuel meminta seorang
raja. Sikap tersebut merupakan wujud penolakan mereka terhadap
TUHAN sendiri (1Sam. 8:4-7). Tapi Tuhan punya rencana lain, Dia
akan bekerja melalui permintaan mereka, Dia akan bekerja melalui pola
umum yang berlaku. Mereka meminta seorang raja, dan Tuhan memberi
mereka seorang raja, yang secara fisik menunjukkan keunggulan; seorang
yang elok rupanya, yang perawakannya unggul atas orang lain (1Sam. 9:2;
10:23). Saul segera mendapatkan simpati dan penerimaan orang banyak,
kecuali sekelompok orang dursila.
Ketika orang-orang dursila menghina otoritas jabatannya sebagai raja,
dia pura-pura tuli. Tetapi orang lain memperhatikannya. Maka ketika Saul
berhasil memenangkan peperangan melawan orang Amon, mereka ingin
menegakkan kehormatan Saul sebagai raja dengan menghukum orang
dursila yang menghina raja sebelumnya, tapi Saul melewatkannya dengan
dalih seolah dia adalah raja yang begitu rohani (1Sam. 11:12-13).
Samuel menyuruh Saul ke Gilgal dengan pesan yang jelas, supaya
Saul menunggu kedatangannya (1Sam.10:8), tapi Saul melanggarnya.
Karena desakan kondisi, Saul lancang melakukan apa yang bukan haknya.
Dia tidak menyadari bahwa Samuel adalah wakil Allah, dan meremehkan
perkataan Samuel adalah sama saja dengan meremehkan perintah Tuhan.
Di catatan-catatan selanjutnya, kita bahkan menemukan lebih banyak kelemahan Saul, yang menunjukkan kualitas pribadinya yang sesungguhnya.
Secara fisik, Saul memang nampak gagah perkasa, tampil dengan
penuh pesona. Tapi dia tidak punya kualitas di dalam dirinya, seperti Daud.
Saul adalah model tipikal pemimpin yang cocok dengan selera publik, yang
berpenampilan menarik, tapi tidak disertai dengan hati yang hormat dan
takut kepada TUHAN. Dia mungkin berbicara dengan bahasa rohani, tapi
tidak punya kualitas kerohanian yang sesungguhnya. Kelancangannya
memang baru satu kali, tapi itu cukup untuk menunjukkan karakter Saul
yang sebenarnya. Bagimana dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Saul pada akhirnya jatuh dari jabatannya dan tidak
diperkenan Allah? (2) Apakah kepemimpinan rohani dapat dimanipulasi & terus “aman”?
Berdoalah bagi para pemimpin gereja agar mereka dimampukan untuk hidup
dalam integritas yang baik dan juga berkenan di hati Tuhan, sehingga tidak
mencari pujian yang sia-sia.
10
JUMAT
APRIL 2015
“Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja,
sebab ia telah berbalik dari pada Aku …”
(1 Samuel 15:11)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 15:1-11
Bacaan setahun: 1 Samuel 15-16
SAUL DITOLAK ALLAH
S
aul kembali gagal, untuk kedua kali. Allah akan membalas kesalahan
bangsa Amalek ketika memerangi orang Israel pada waktu mereka
baru keluar dari perbudakan di Mesir (Kel. 17:8), dan memerintahkan
Saul untuk maju memerangi dan menumpas Amalek seperti yang ditulis
dalam kitab Musa (Ul. 25:17-19). Ini adalah peperangan TUHAN, bukan
karena keinginan mereka seperti ketika berperang melawan Filistin (1Sam.
4). TUHAN akan memakai umat-Nya untuk menghukum kejahatan, karena
itu TUHAN yang menjamin kemenangan mereka secara pasti.
Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur di
sebelah timur Mesir, menumpas segenap rakyatnya, tetapi membiarkan
Agag, raja Amalek untuk tetap hidup. Bersama dengan Agag, juga sejumlah
besar hewan ternak yang sehat dan baik, diselamatkan. Tindakan Saul
tersebut adalah pembangkangan kedua kali atas perintah TUHAN yang
disampaikan kepadanya, melalui Samuel. Tindakan Saul kali ini, segera
ditanggapi TUHAN dengan nada yang dramatis dan penuh emosi; “Aku
menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja...”
Sekilas, sepertinya Allah bereaksi terlalu sensitif. Hanya karena Saul
tidak melaksanakan firman-Nya, menyebabkan Allah berekspresi secara
emosional seperti itu. Tapi kita perlu mengerti bahwa istilah “menyesal” di
sini bukanlah seperti yang sering dialami oleh manusia, karena penyesalan
Allah tidak sama dengan penyesalan manusia (ay. 29). Penyesalan Allah
adalah suatu ungkapan rasa duka karena perbuatan salah manusia, bahwa
perbuatan itu akan membawa konsekuensi logis berupa hal-hal negatif.
Alkitab memang tidak mencatat secara jelas, berapa lama jarak waktu
antara Agag dibiarkan hidup, sampai dia ahirnya dibunuh di Gilgal (ay. 33);
apakah cukup lama untuk dia berhubungan dengan seorang perempuan?
Di kemudian hari, ketika kita membaca kitab Ester, kita bertemu dengan
seorang yang bernama Haman (keturunan Amalek), yang hatinya begitu
jahat dan membenci umat Allah, sehingga dia mengikhtiarkan kematian
seluruh umat Allah yang ada.
STUDI PRIBADI: (1) Pertimbangan apa yang membuat Saul akhirnya gagal di pandangan
Tuhan? (2) Apa yang Tuhan kehendaki dari kita, ketaatan atau persembahan yang besar?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak mempermainkan Tuhan dengan
kehidupan mereka. Berdoalah agar mereka tidak menipu dan memanipulasi
hidup di hadapan Tuhan.
11
SABTU
APRIL 2015
“… Engkau mendatangi aku dengan pedang dan
tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau
dengan nama TUHAN semesta alam ..”
(1 Samuel 17:45)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 17:1-58
Bacaan setahun: 1 Samuel 17-18
TUHAN, FAKTOR KEMENANGAN DAUD
K
isah Daud melawan Goliat adalah kisah yang sering kita dengar.
Bahkan kisah ini menginspirasi pembuatan film “Facing the Giant”
yang menceritakan seseorang yang bergumul dengan berbagai
persoalan hidupnya, yang pada akhirnya, dengan mengandalkan Tuhan, ia
bisa mengatasi dan memenangkan pergumulannya.
Kisah Daud melawan Goliat sesungguhnya mengingatkan kita, bahwa
kemenangan anak Tuhan, terletak pada Tuhan saja. Seberapa besar kita
mengandalkan Tuhan, sebesar itu pula kekuatan kita. Jika kita ragu kepada
Tuhan, kitapun takkan memiliki kemenangan untuk menghadapi kesulitan
kita. Kita perhatikan sikap dan pernyataan Daud ketika melawan Goliat.
(1) Daud berkata: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan
tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN
semesta alam...” (ay. 45). Pernyataan ini menunjukan bahwa Daud sadar
betul, tanpa TUHAN, dirinya tidak mampu mengalahkan Goliat. Kita tahu
postur tubuh, peralatan tempur, atau pengalaman perang Daud, semuanya
itu ada di bawah kemampuan Goliat. Artinya secara kasat mata, Daud pasti
kalah! Namun, Daud sangat bijaksana. Jika tidak ada sesuatu yang dapat
diandalkan, maka ia mengadalkan TUHAN! Itulah faktor kemenangannya.
Bagaimana dengan kita? Nabi Yeremia pernah berkata: “Diberkatilah orang
yang mengandalkan TUHAN!” (Yer. 17:7).
(2) Keterbatasan Daud tidak menghalanginya untuk bersemangat dan
memenangkan pertempuran. Ketika Daud berusaha memakai baju perang,
dan mungkin juga pedang Saul, ternyata semuanya tidak cocok dengan
tubuhnya (ay. 38-39). Putus asakah Daud? Tidak! Sekalipun hanya dengan
ketapel, ia dapat mengalahkan Goliat. Perkataan Daud di atas nampaknya
sangat cocok dengan kondisi Daud saat itu. Andaikata Daud memakai baju
perang dan pedang, mungkin sulit baginya untuk mengatakan kalimat di
atas. Keterbatasannya bukanlah alasan untuk lari dari pertempuran.
Keterbatasannya justru menjadi batu loncatan baginya untuk mendapat
kemenangan dari TUHAN. Bagaimana dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Daud dapat mengatasi keterbatasan & kelemahan dirinya
untuk menang melawan Goliat? (2) Pelajaran apa yang dapat kita terapkan?
Berdoalah bagi jemaat yang saat ini sedang menghadapi pergumulan berat,
agar mereka tidak putus asa, tetapi tetap mau mengandalkan Tuhan dalam
setiap kesulitan mereka.
12
MINGGU
APRIL 2015
“Saul mengatakan kepada Yonatan,
anaknya, dan kepada semua pegawainya,
bahwa Daud harus dibunuh…”
(1 Samuel 19:1)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 19:1-24
Bacaan setahun: 1 Samuel 19-21
BERTAHAN DALAM KESESAKAN
K
emenangan melawan Goliat, nampaknya tidak otomatis membuat
Daud ditakuti atau disegani oleh banyak orang, termasuk Saul. Ini
menunjukkan bahwa sekalipun Daud disertai Tuhan, hal ini tidak
menjamin bahwa dirinya bebas dari permasalahan. Dimulai dari kebencian
Saul (1Sam.18:6-30) sampai pada rencana pembunuhan terhadap dirinya
(1Sam. 19-24), semuanya itu dialami oleh Daud. Mengapa semuanya ini
dicatat? Apakah penulis Kitab 1 Samuel ingin mempermalukan Daud yang
melarikan diri dari Saul? Tentu tidak demikian! Mari kita perhatikan kisah ini.
(1) Daud adalah orang yang mampu bertahan dalam kesesakan. Sejak
nyawanya diancam oleh Saul, Daud menjadi seorang pelarian (pasal 1824). Luar biasanya adalah Daud tidak pernah sedikitpun mempersalahkan
TUHAN, atau kemudian melakukan menyimpangan dari jalan TUHAN.
Daud tetap bertahan dalam kesesakan. Sikap Daud ini menunjukkan
kepercayaannya kepada TUHAN, sehingga baik dalam kemenangan yang
TUHAN berikan, maupun persoalan yang TUHAN izinkan menimpa dirinya,
semuanya disyukuri dan dihadapi dengan berani. Bagaimana dengan kita?
(2) Daud menyerahkan semua persoalannya kepada TUHAN. Dalam
menghadapi Saul, Daud memegang prinsip bahwa dirinya tidak akan
melakukan apa yang jahat terhadap orang yang diurapi TUHAN (bdk.
1Sam. 24:6). Sekalipun Saul merancangkan yang jahat terhadap dirinya,
tapi ia tidak mau melakukan hal yang sama kepada Saul. Alasannya bukan
karena ia tidak bisa mengalahkan Saul, tetapi karena ia adalah orang yang
telah diurapi TUHAN, milik TUHAN dan kiranya TUHAN yang membalas
perbuatannya. Dengan kata lain yaitu, apa yang menjadi hak TUHAN untuk
membalaskan kejahatan, Daud tidak mengambilnya, tetapi
menyerahkannya kepada TUHAN. Dari sikap Daud ini kita dapat belajar,
bahwa ada hal-hal yang kita tidak perlu menuntut balas, atau melakukan
kejahatan yang sama, tetapi menyerahkannya kepada TUHAN (bdk. Rm.
12:17-21). Siapa yang berbuat jahat akan menuai hukuman, tetapi siapa
membawa damai akan dicintai.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Daud menghadapai kebencian Saul? Apakah alasan Daud
tidak membunuh Saul? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari sikap Daud ini?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak membalaskan kejahatan dengan
melakukan kejahatan yang sama, bahkan berlaku lebih jahat dari orang yang
berbuat jahat kepadanya.
13
SENIN
APRIL 2015
“Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku
untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku,
kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia,
sebab dialah orang yang diurapi TUHAN!” (1 Samuel 24:7)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 24:1-23
Bacaan setahun: 1 Samuel 22-24
DAUD TIDAK MEMBUNUH SAUL
R
aja Saul mempunyai satu tujuan dalam hidupnya, yaitu untuk
membunuh Daud terutama setelah Daud mulai terkenal di antara
bangsa Israel. Tidak heran ketika mendapat kabar bahwa Daud ada
di padang gurun En-Gedi, Saul pun langsung memimpin pasukan menuju
ke sana untuk mencari Daud. Situasi menjadi berbalik ketika Saul berada di
dalam gua dan Daud beserta orang-orangnya ternyata berada tidak jauh
dari sana. Kesempatan ada di tangan Daud untuk membunuh Saul, tetapi
herannya kesempatan itu tidak diambilnya. Daud hanya memotong punca
jubah Saul untuk menunjukkan betapa dia tidak pernah memiliki maksud
jahat terhadap Saul sehingga Saul tidak perlu terus-menerus memburunya
untuk membunuh dia.
Mengapa Daud melakukan hal itu? Daud adalah seseorang yang peka
akan kehendak Tuhan dalam hidup. Ini ditunjukkan ketika Daud kemudian
memutuskan benar-benar tidak akan membunuh Saul ketika jantungnya
berdebar-debar (terjemahan lain mengatakan hati Daud menjadi susah)
memotong punca jubah Saul. Bukan berarti setiap kita melakukan sesuatu
dan jantung kita berdebar, maka itu berarti perbuatan kita tidak sesuai
kehendak Tuhan. Tetapi Daud peka akan apa yang Tuhan kehendaki untuk
dia lakukan terhadap Saul. Kesusahan hatinya ketika memotong punca
jubah Saul adalah tanda supaya dia membuang jauh-jauh rencana atau
keinginannya untuk membunuh Saul. Dan itu yang terjadi, Daud melarang
orang-orangnya untuk membunuh Saul, Daud tidak membunuh Saul ketika
ada kesempatan kedua setelah peristiwa pertama ini (1Sam. 26), dan Daud
menyerahkan permasalahan dia dan Saul ke dalam tangan Tuhan yang adil
(ay. 12). Pada akhirnya, Daud menjadi raja karena pengakuan dari seluruh
bangsa Israel, bukan karena dia melakukan yang kurang pantas kepada
Saul (2Sam. 5).
Bagaimana dengan kita? Mari kita melatih kepekaan rohani kita akan
Tuhan. Ketika kita mulai berpikir dan mau bertindak yang jahat, dan kita
diingatkan akan firman Tuhan, mari kita berdoa dan memohon pertolongan
Tuhan untuk tidak melakukan yang jahat.
STUDI PRIBADI: (1) Apa maksudnya kepekaan rohani? (2) Bagaimana kita melatihnya?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar terus-menerus bertumbuh dalam iman
dan kerohanian sehingga boleh menjadi saksi Tuhan yang baik di tengahtengah lingkungan masyarakat.
14
SELASA
APRIL 2015
“Lalu berkatalah Daud kepada Abigail:
Terpujilah TUHAN, Allah Israel,
yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini.”
(1 Samuel 25:32)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 25:1-38
Bacaan setahun: 1 Samuel 25-26
HAMPIR SAJA, DAUD!
D
alam bagian firman Tuhan sebelumnya kita melihat satu kepekaan
rohani Daud yang akhirnya melepaskan Saul dan tidak membunuhnya. Tetapi ketika kita membaca bagian firman Tuhan hari ini, maka
kita menjadi terkejut karena kepekaan seperti yang lalu, nampak tidak ada.
Sebaliknya, Daud nampak sebagai seorang yang ber-ego tinggi dan ingin
membalas dendam dengan begitu hebat. Bersyukurlah, di tengah situasi
yang seperti itu, Tuhan memakai Abigail untuk mengingatkan Daud, agar
menjauhi dosa yang telah begitu rupa menguasai dirinya.
Bila pada kejadian sebelumnya diungkapkan, bahwa Daud peka ketika
dia merasa hatinya susah, maka kali inipun Daud diingatkan melalui
seseorang. Demikian juga, ini bisa terjadi dalam kehidupan kita sebagai
orang percaya. Ketika kita mulai membiarkan dosa menguasai pikiran atau
perasaan kita, atau ketika kita mulai merancangkan suatu perbuatan jahat,
Tuhan bisa memakai orang-orang di sekitar kita untuk mengingatkan kita,
sebelum semuanya berjalan terlalu jauh. Orang itu mungkin, pasangan
kita, atau teman kita, atau sesama pelayan Tuhan di Gereja. Hanya saja,
terkadang kita tidak mau mendengarkan mereka karena ego kita. Atau,
seseorang tersebut adalah orang yang menjengkelkan dalam kehidupan
kita. Daud menjadi teladan dalam hal ini ketika dia cepat untuk menyadari
kesalahannya dan segera membatalkan rencana jahatnya terhadap Nabal.
Bagaimana dengan kita?
Mari kita hidup sebagai anak-anak Tuhan yang dipakai-Nya sebagai
alat untuk menegur atau mengingatkan sesama kita. Marilah kita hidup
sebagai suami/istri yang berani menegur atau mengingatkan pasangan kita
ketika dia mulai bermain-main dengan yang jahat. Mari kita belajar rendah
hati untuk mau menerima masukan atau teguran ketika orang lain melihat,
bahwa kita berada di jalan yang salah. Bahkan mari kita belajar rendah hati
ditegur oleh mereka yang kita anggap selama ini menjengkelkan. Karena
siapa tahu melalui mereka Tuhan ingin mengingatkan sesuatu kepada kita.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk hal ini.
STUDI PRIBADI: (1) Apa artinya jika Tuhan menegur kita melalui orang lain? (2) Bagaimana
perasaan Anda ketika Tuhan menahan Anda untuk melakukan yang jahat?
Berdoalah agar jemaat Tuhan menjadi satu tubuh Kristus yang dapat saling
memperhatikan & menumbuhkan persekutuan yang penuh kasih, sehingga
melaluinya kita boleh mengerti kehendak Tuhan.
15
RABU
APRIL 2015
“Dan Saul bertanya kepada TUHAN,
tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi,
baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.”
(1 Samuel 28:6)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 28:1-25
Bacaan setahun: 1 Samuel 27-29
SAUL MENCARI TUKANG TENUNG
D
alam kisah ini, Saul mencari Tuhan karena dia sedang ketakutan
menghadapi pasukan Filistin yang menyerang Israel (ay. 5). Tetapi
Tuhan tidak menjawab doa Saul dalam berbagai cara, baik melalui
mimpi, melalui Urim, ataupun para nabi. Hal ini makin menggelisahkan Saul
sehingga dia kemudian mencari cara terakhir, yaitu mencari tukang tenung,
seseorang yang dipercaya bisa meramal masa depan. Padahal, tindakan
ini sangat dibenci oleh Tuhan (Ul. 18:10,14). Apa yang bisa kita pelajari dari
peristiwa ini?
Sebagai orang percaya, kita harus mengandalkan Tuhan dan bukan
“manusia pandai” seperti tukang tenung, atau dukun, atau semacamnya,
dalam kondisi terjepit seperti yang Saul rasakan. Terkadang dalam situasi
terjepit, misalnya, sakit keras atau menghadapi kondisi ekonomi dan
pekerjaan yang menurun, orang Kristen tergoda untuk nekad melakukan
tindakan seperti yang Saul lakukan, demi membuat kehidupannya kembali
aman dan nyaman, padahal sebenarnya tidaklah demikian.
Bagaimana jika Tuhan diam seperti Dia tidak menjawab Saul? Dalam
kasus Saul, harus diperhatikan bahwa Saul telah berulang kali melakukan
tindakan yang mengabaikan Tuhan dan firman-Nya. Lagipula, dia mencari
Tuhan bukan untuk mencari kehendak Tuhan, tetapi hanya supaya menang
perang. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri dan bukan Tuhan, maka
tidak heran, Tuhan diam. Karena itu, jangan mudah mengatakan Tuhan itu
diam hanya karena kita tidak segera mendapatkan jawaban permohonan
kita. Di sinilah, kita belajar untuk bersabar dan berharap di dalam Tuhan
yang Maha Bijaksana. Dia mempunyai rencana yang terkadang melebihi
apa yang kita bisa pikirkan, rencanakan, dan mintakan. Bahkan terkadang
rencana dan hal yang Dia berikan bisa di luar perkiraan dan keinginan kita.
Tetapi, pada saat inilah kita boleh belajar melihat dan peka akan apa yang
menjadi kehendak-Nya. Satu hal, Tuhan tidak pernah meninggalkan orang
yang mengasihi-Nya. Terlebih lagi, Dia bekerja dalam segala hal untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28).
STUDI PRIBADI: Apa yang menjadi pengharapan kita ketika kita merasa permohonan di
tengah pergumulan hidup kita belum dijawab Tuhan?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang sedang dalam pergumulan hidup, agar
mereka diberi kesabaran dan pengharapan dalam Tuhan, dan dihindarkan
dari memilih jalan yang salah.
16
KAMIS
APRIL 2015
“Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa senjatanya,
dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu.”
(1 Samuel 31:6)
Bacaan hari ini: 1 Samuel 31:1-13
Bacaan setahun: 1 Samuel 30-31
KEPERGIAN SEORANG PEMIMPIN
S
eorang pemimpin adalah seorang yang dapat menggerakkan atau
memberi pengaruh pada para anggotanya untuk melakukan segala
sesuatu, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, baik secara
pribadi maupun kolektif. Oleh sebab itu, keberadaan seorang pemimpin
merupakan hal yang mendasar bagi pergerakan sebuah organisasi atau
kehidupan ini. Pengaruh yang baik akan membuat setiap anggotanya
memberikan rasa hormat (respect) kepada diri seorang pemimpin. Apabila
seorang pemimpin memberi pengaruh yang jelek maka anggotanya akan
pergi meninggalkannya. Jadi sebenarnya, keberadaan seorang pemimpin
merupakan simbol yang sangat berkaitan erat dengan keberadaan sebuah
bangsa atau organisasi.
Raja Saul merupakan simbol kepemimpinan bangsa Israel. Ketika
pertempuran bangsa Israel melawan bangsa Filistin semakin hebat, maka
sesuatu yang tidak dapat dihindari, terjadi dalam pertempuran tersebut.
Pertempuran itu telah membuat Raja Saul dan ketiga anaknya gugur dalam
medan pertempuran. Hal ini tentu membuat para tentara Israel mengalami
kekalahan besar dalam pertempuran itu. Kekalahan ini membuat bangsa
Filistin memiliki hak untuk merampas segala sesuatu dari bangsa Israel.
Peristiwa kematian Saul juga dicatat dalam kitab I Tawarikh 10:9,10, ditulis
bahwa kepala Raja Saul ditaruh di depan Kuil Dewa Dagon, Dewa Bangsa
Filistin. Kejadian itu menyatakan bahwa Dewa Dagon telah memberikan
kemenangan bagi bangsa Filistin. Kekalahan sebuah bangsa dari bangsa
lain, menunjukkan kekalahan dari para dewa bangsa yang kalah. Dengan
kata lain, ketika kekalahan terjadi pada sebuah bangsa setelah
pertempuran, maka keruntuhan bangsa itu bukan saja meliputi kehancuran
kota dan kerajaan, tetapi juga ideologi serta iman bangsa tersebut.
Hari ini, ketika menjalani kehidupan ini, marilah kita selalu menyadari
bahwa hidup ini adalah peperangan rohani. Kemenangan kita membuat
nama Tuhan dipermuliakan, namun sebaliknya, kekalahan kita membuat
hati Tuhan terlukai.
STUDI PRIBADI: (1) Seorang raja atau pemimpin suatu bangsa yang terkalahkan akan
berakibat apa pada bangsa itu? (2) Apa yang dimaksud dengan peperangan rohani?
Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka selalu waspada dan tetap bersandar
kepada Tuhan dalam kehidupan mereka, sehingga Iblis tidak memperoleh
keuntungan untuk menjatuhkan mereka.
17
JUMAT
APRIL 2015
“Kemudian datanglah orang-orang Yehuda, lalu mengurapi
Daud di sana menjadi raja atas kaum Yehuda.”
(2 Samuel 2:4)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 2:1-4
Bacaan setahun: 2 Samuel 1-2
DIPILIH UNTUK MEMIMPIN
A
da sebagian orang menjadi pemimpin karena memang memiliki
kharisma untuk memimpin; atau dengan kata lain, orang tersebut
memang dilahirkan menjadi seorang pemimpin. Namun, ada juga
orang yang menjadi pemimpin dikarenakan mereka dipercayai. Di sini,
untuk menjadi seorang pemimpin, orang tersebut perlu dilengkapi, diberi
tanggung jawab dan didukung untuk menjadi seorang pemimpin.
Peristiwa kematian Saul mengakhiri kitab 1Samuel, & pengangkatan
Daud sebagai raja di suku Yehuda merupakan awal kitab 2Samuel, yang
hendak menyatakan bahwa kitab ini akan berbicara panjang lebar dalam
masa pemerintahan raja Daud. Uniknya, selain menceritakan kebesaran
raja Daud, bagian ini juga menyoroti kehidupannya secara utuh sebagai
manusia, termasuk jatuh bangunnya dalam kerohanian dan ketidakharmonis-an keluarganya. Dalam hal ini, kita belajar makna dipilih untuk
memimpin, ternyata bukan saja memimpin dalam berorganisasi (struktural)
tetapi juga menjadi teladan hidup. Karena itu, seorang pemimpin adalah
seorang yang dipanggil untuk menjadi teladan dalam segala aspek
hidupnya di hadapan Tuhan, dan orang-orang yang dipimpinnya. Teladan
yang ditunjukkan raja Daud di awal kitab 2 Samuel ini adalah: (1) Raja Daud
sangat menghargai orang yang diurapi oleh Tuhan. Karena itu, ia langsung
menghukum orang Amalek yang mengaku telah membunuh Raja Saul. Hal
ini menunjukkan bahwa, Raja Daud tidak pernah dikuasai oleh kebencian
terhadap Raja Saul yang mengejar ingin membunuhnya, justru ia sangat
menghormatinya. (2) Raja Daud mulai menjalani pemerintahannya dengan
bertanya kepada Allah. Yang artinya, bahwa ia sangat ingin melakukan
segala sesuatu dalam hidupnya, sesuai dengan kehendak Allah. Di sini,
Raja Daud menunjukkan bagaimana seorang pemimpin harus sabar dalam
menantikan waktu Tuhan. Raja Daud sangat memahami bahwa dipilih
Tuhan, bukan berarti bisa bertindak seenak hatinya, tetapi bagaimana
dapat selalu rindu belajar untuk mengutamakan kehendak Tuhan di tempat
yang terutama. Bagaimana dengan kita?
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Daud terhadap orang yang mengaku telah membunuh raja Saul? Bagaimana pendapat Anda? (2) Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan?
Berdoalah bagi setiap anak Tuhan yang duduk dalam kepemimpinan untuk
memerintah negeri ini, agar mereka benar-benar melakukan apa yang benar
dan memuliakan Tuhan.
18
SABTU
APRIL 2015
“Bertanyalah Daud kepada TUHAN: Apakah aku harus maju
melawan orang Filistin itu? … Tuhan menjawab Daud:
Majulah, sebab Aku pasti akan menyerahkan
orang Filistin itu ke dalam tanganmu.” (2 Samuel 5:19)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 5:17-25
Bacaan setahun: 2 Samuel 3-5
MINTA PETUNJUK TUHAN
D
aud baru saja diurapi menjadi raja Israel, dan karena hal itu, bangsa
Filistin tidak suka sehingga memutuskan maju menangkap Daud.
Alkitab menggunakan kata-kata “majulah semua orang Filistin,” ini
menggambarkan bahwa pada saat itu orang Filistin mengerahkan seluruh
tentara dan pasukannya untuk mengepung dan menangkap Daud (ay.17a).
Daud yang baru diangkat menjadi raja Israel, dengan segala kekuasaan
dan kewenangan yang ia miliki, bisa saja terpancing untuk mengerahkan
seluruh rakyat Israel untuk melawan bangsa Filistin (secara perhitungan
matematis, jumlah rakyat Israel jauh lebih besar daripada jumlah rakyat
Filistin). Daud pergi ke kubu pertahanan, dan mengambil posisi bertahan di
kubu pertahanan di Yerusalem (ay. 17b), serta mencari pimpinan Tuhan
dengan bertanya kepada-Nya.
Jika mengacu pada strategi perang, hal ini merupakan hal yang bisa
dibilang salah. Yerusalem memang berada di bukit, dengan lembah pada
sisi-sisinya, sehingga orang yang bertahan di Yerusalem dapat bertahan
dengan baik. Akan tetapi, orang Filistin mengerahkan seluruh pasukannya
dan memencar di lembah Refaim (ay. 18), mencoba untuk mengepung
Daud, mencegahnya untuk mengumpulkan bala bantuan dari suku-suku
Israel lainnya. Saat itu, Daud dalam keadaan terkepung. Daud yang baru
saja diangkat menjadi raja, bisa saja meminta nasihat dari para penasihat
yang dimilikinya. Namun demikian, Daud lebih memilih untuk bertanya
kepada “Penasihat di atas segala penasihat,” yaitu Tuhan yang hidup (ay.
19, 23).
Daud mencari tahu kehendak Allah. Daud tidak bertindak berdasarkan
pikiran dan kehendaknya sendiri. Mencari tahu dan mengerti kehendak
Allah dalam doa adalah kunci keberhasilan kita dalam menghadapi setiap
persoalan/peperangan. Dalam menghadapi serangan musuh, Raja Daud
senantiasa bertanya kepada Tuhan, apakah yang harus ia perbuat.
Demikianlah yang harus kita lakukan, yaitu senantiasa meminta petunjuk
Tuhan dalam segala tindakan kita.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud lakukan ketia dirinya di kepung musuh? (2) Pelajaran
rohani apa yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita?
Bedoalah bagi tiap anak Tuhan agar mereka tidak mengandalkan kekuatan
sendiri, melainkan menaruh pengharapan dan kekuatannya ke dalam kuat
kuasa Tuhan sendiri.
19
MINGGU
APRIL 2015
“Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.
Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku
akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang...”
(2 Samuel 7:14)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 7:1-16
Bacaan setahun: 2 Samuel 6-8
YANG TERBAIK BAGI TUHAN
S
eorang yang mencintai kekasih hatinya pasti akan memberikan yang
terbaik bagi kekasihnya. Sama halnya dengan orang yang mencintai
Tuhan, pastilah ia memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Namun
permasalahannya adalah, yang terbaik untuk Tuhan, kadangkala bukan
yang terbaik menurut manusia.
Firman Tuhan yang kita baca menunjukkan bagaimana kecintaan
Daud kepada Tuhan. Daud mengalami kegalauan, karena dia hidup di
istana yang mewah (dari kayu aras ay. 1), sementara tabut Tuhan berada di
bawah tenda, alias berada di tempat yang sederhana. Tentu wajar baginya,
sebagai rasa wujud cintanya kepada Tuhan, ia hendak membangun rumah
yang indah bagi tempat tabut Tuhan tersebut. Rupanya, cerita ini tidak
berhenti sampai di sini saja. Pada malam yang sama, Tuhan memberikan
firman-Nya kepada nabi Natan untuk mengingatkan Daud bahwa apa yang
menjadi keinginan hatinya (untuk membangun rumah bagi tabut) ternyata
bukan keinginan yang terbaik bagi Tuhan. Ini terbukti ketika Tuhan berkata,
“pernahkah Aku berkata... mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras (ay.
7)?” Malah Tuhan-lah yang akan membuatkan rumah (kerajaan) bagi Daud
yang tidak akan hilang untuk selama-lamanya (ay.12). Dilanjutkan dengan
ayat 14, yang menjadi kunci keinginan Tuhan, yaitu menjadikan Ia seorang
Bapa yang mendidik Daud.
Firman ini memberitahukan kita pentingnya menjadikan Tuhan, Bapa
kita. Menjadikan Tuhan, “Bapa kita”, adalah pemberian yang terbaik yang
Tuhan inginkan dalam kehidupan kita. Bukan berarti bahwa kita tidak perlu
memberikan persembahan materi terbaik, namun lebih dari itu, menjadikan
Tuhan, Bapa kita, adalah bagian terbaik yang Tuhan ingin kita kerjakan.
Ketika ini terjadi, justru persembahan materi yang terbaik menjadi bagian di
dalamnya. Daud menyadari, menjadikan Tuhan sebagai Bapanya, serta
memberikan material yang terbaik untuk membangun bait Allah.
Bagaimana dengan kita hari ini? Mari kita mencintai Tuhan dengan
mengerjakan kehendak-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud rindu dan harapkan, ketika ia memberikan yang terbaik
bagi Tuhan? (2) Apakah persembahan yang terbaik, yang layak kita berikan kepada Tuhan?
Berdoalah untuk jemaat Tuhan agar mereka sungguh-sungguh menjadikan
Tuhan sebagai Bapa mereka, yang mengatur serta mengontrol kehidupan
mereka, sehingga jemaat belajar untuk menyenangkan hati-Nya.
20
SENIN
APRIL 2015
“Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu
adalah jahat di mata TUHAN.”
(2 Samuel 11:27c)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 11:1-27
Bacaan setahun: 2 Samuel 9-11
WASPADALAH TERHADAP SKANDAL ROHANI
S
eorang bernama X adalah seseorang yang giat melayani Tuhan. Ia
melayani sebagai pemusik, liturgos, penyambutan, juga pengajar
KTB. Tidak hanya itu saja, setiap seminar, ibadah, persekutuan doa,
tidak pernah ia lewatkan. Ia dikenal sebagai orang yang mencintai Tuhan
dengan segenap hatinya, oleh jemaat. Namun siapa sangka, diam-diam ia
memiliki seorang anak, hasil hubungan gelap dengan mantan pacarnya.
Noda ini ia tutupi sedemikian rupa dengan “kehidupan yang saleh.”
Daud, seseorang yang dikatakan “a man of God’s own heart” juga
berlaku demikian. Seorang yang mampu mengalahkan Goliat karena
percaya kepada Allah, mencintai Tuhan dengan luar biasa, dan menjadi
anak kesayangan Allah, tidak luput dari skandal rohani. Di balik ketaatan
dan ketulusan hatinya mencintai Tuhan, ia melakukan dosa. Setidaknya,
ada 2 kesalahan yang dilakukannya; (1) Ia berselingkuh dengan Batsyeba.
Ia mengintip Batsyeba mandi dan tidur dengannya sehingga hamil (ay. 1-5);
(2) Ia bersepakat untuk membunuh Uria, suami Batsyeba dan menutupi
dosanya dengan pura-pura berbelas kasihan terhadap Batsyeba dengan
mengambil dia sebagai istrinya (ay. 6-27).
Daud pun tidak kebal terhadap dosa, yang membuatnya melakukan
skandal. Celakanya, skandalnya ini ditutupi dengan hal-hal rohani, dengan
menyuruh Uria tidur dengan istrinya. Ketika gagal, diteruskan dengan
skandal berikutnya, dengan meninggalkan Uria di medan perang hingga ia
tewas terbunuh. Daud seolah-olah menaruh kasihnya kepada Uria dengan
menikahi Batsyeba, menghidupi Batsyeba karena kehilangan suaminya.
Ini adalah jahat di mata Tuhan. Tuhan bukanlah tuhan yang bisa disogok
dengan berbagai macam kebaikan sementara seseorang melakukan dosa.
Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita untuk waspada terhadap skandal
rohani. Mungkin kita melakukan pelayanan begitu rupa yang saleh di mata
manusia, tapi melakukan dosa. Kita koreksi hati kita, adakah dosa/skandal
rohani yang kita sembunyikan? Jika ya, mari kita meminta ampunan-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud lakukan ketika segala perbuatan jahatnya mengancam
reputasi dirinya? (2) Apakah seseorang bisa saja nampak rohani, tetapi sebenarnya dia
menyimpan dosa?
Berdoalah meminta ampunan dari Tuhan untuk dosa-dosa yang kita lakukan
dan yang seringkali kita tutupi dengan kesalehan, sehingga kita mendapat
anugerah dan dipulihkan-Nya.
21
SELASA
APRIL 2015
“‘Aku sudah berdosa kepada Tuhan.’ Dan Natan
berkata kepada Daud: Tuhan telah menjauhkan dosamu itu:
engkau tidak akan mati.” (2 Samuel 12:13)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 12:1-25
Bacaan setahun: 2 Samuel 12-13
BERTOBAT DARI DOSA
K
onteks 2 Samuel 12 adalah kisah Daud ditegur oleh Natan karena ia
berzinah dengan Batsyeba dan juga merencanakan pembunuhan
Uria, suami Batsyeba, dengan menempatkannya pada garis depan
medan peperangan. Karena dosa yang dilakukannya, Allah menegurnya
melalui Natan dan menimpakan beberapa hukuman kepadanya.
(1) Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanya. (2) Istri-istri Daud
akan menjadi milik orang lain. Hal ini tergenapi pada masa dimana Absalom
melakukan kudeta terhadap Daud, dengan maksud ingin menggantikan
Daud sebagai raja. Absalom menghampiri banyak gundik-gundik ayahnya,
dengan tujuan agar Daud membenci Absalom dan dengan demikian maka
Absalom akan memperoleh banyak pengikut. (3) Anak hasil perzinahan
antara Daud dan Batsyeba akan mati, walau Daud telah memohon ampun
kepada Allah, namun konsekuensi hukuman tetap berjalan. Dari kesalahan
fatal yang telah dilakukannya, Daud mengakui segala perbuatannya dan
memohon ampun kepada Allah.
Kisah Daud ini memberikan dua pesan penting. Pertama, Allah dapat
menggunakan berbagai macam cara agar manusia bertobat dan tidak lagi
berbuat dosa. Sama halnya, Allah menggunakan Natan sebagai alat-Nya,
demikian juga dengan orang-orang di sekeliling kita (orang tua, sahabat,
rekan kerja, saudara), Allah mungkin memakai mereka untuk menegur kita,
ketika kita berdosa di hadapan-Nya. “Karena Allah berfirman dengan satu
dua cara,... dalam mimpi, dalam penglihatan malam... untuk menahan
nyawanya dari pada liang kubur” (Ayb. 33:14-18). Dalam hal ini, Allah
berfirman kepada manusia dengan berbagai macam cara-Nya yang unik.
Kedua, tatkala Tuhan mengutus seseorang untuk menegur kita, maka
kita pun harus segera meresponi teguran itu, dengan bertobat. Seorang
yang tidak merespon teguran Tuhan dan tetap terus hidup dalam dosa akan
binasa. Ketika kita mau bertobat, maka Tuhan akan mengampuni dosa kita.
Bagaimana dengan kita hari ini? Janganlah kita menyimpan dosa, tetapi
bertobatlah!
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Tuhan lakukan agar Daud menyadari keberdosaannya dan
kembali kepada jalan Tuhan? (2) Sikap apa yang tepat dalam merespons dosa?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak menyembunyikan dosa mereka,
tetapi dengan rendah hati dan terus terang mengakuinya di hadapan Tuhan
dan memohonkan ampun dari-Nya.
22
RABU
APRIL 2015
“Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini!
Maka setiap orang yang mempunyai perkara atau pertikaian
hukum boleh datang kepadaku, dan aku akan menyelesaikan
perkaranya dengan adil.” (2 Samuel 15:4)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 14-15
Bacaan setahun: 2 Samuel 14-15
PAPA TIDAK ADIL!
P
ernahkah Anda melihat dan mendengar seorang anak berteriakteriak dengan marahnya: “Papa Tidak Adil! Papa Tidak Adil! Tidak
Adil!” Lalu sambil menangis ia pergi keluar dari rumah, dan sang
papa hanya diam dan tidak berespon sebagaimana sang anak harapkan?
Demikianlah kira-kira kekecewaan dan kemarahan Absalom atas respons
Daud terhadap aib yang menimpa adiknya, Tamar.
Hati Absalom pedih sekali melihat Tamar, si adik, menangis pilu,
karena telah diperkosa Amnon, saudaranya. Absalom berharap ayahnya,
Daud, dapat bertindak adil dengan menghukum Amnon. Tetapi Daud tidak
melakukan apa-apa. Melihat reaksi papa yang tidak berlaku adil tersebut
membuat Absalom menjadi sangat kecewa dan sakit hati kepada papanya.
Akhirnya Absalom pun bertindak main hakim sendiri. Ia merekayasa dan
menyuruh para pengikutnya untuk membunuh Amnon, saudaranya itu.
Walaupun demikian, hati Absalom tetap saja menyimpan kepahitan dan
kemarahan kepada Daud, ayahnya itu.
Bertahun-tahun kemarahan itu disimpan oleh Absalom; hal tersebut
terlihat saat setiap orang yang mempunyai perkara dan yang mau masuk
menghadap raja untuk diadili perkaranya, orang itu akan dipanggil Absalom
dan katanya: “Lihat, perkaramu itu baik dan benar, tetapi dari pihak raja
tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan engkau.” Lagi kata
Absalom: “Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini! Maka setiap
orang yang mempunyai perkara atau pertikaian hukum boleh datang
kepadaku, dan aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil” (ayat 34). Sesunguhnya apa yang Absalom katakan tersebut merupakan unekuneknya terhadap papanya, yang tidak dapat menyatakan: yang benar itu
benar, dan yang salah itu salah. Bahkan ia menggunakan momen tersebut
untuk mempromosikan dirinya menjadi raja yang akan mengadili perkara
rakyatnya dengan benar dan adil, tidak seperti apa yang telah papanya
perbuat terhadap perkara keluarganya (2Sam 15:1-6). Bagaimana dengan
sikap kita sebagai orang tua terhadap anak-anak kita?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Absalom begitu marah dan dendam pada papanya? (2) Jika
Anda seorang papa, bagaimanakah Anda menyelesaikan permasalahan dalam keluarga?
Berdoalah agar Tuhan menganugerahkan hikmat dan bijaksana kepada kita
sebagai orangtua atau anak dalam mengahadapi permasalahan dalam
keluarga, sehingga segala persoalan dapat terselesaikan dengan baik.
23
KAMIS
APRIL 2015
“Ketika dilihat Ahitofel, bahwa nasihatnya tidak dipedulikan,
dipasangnyalah pelana keledainya, lalu berangkatlah ia
ke rumahnya, ke kotanya; ia mengatur urusan rumah
tangganya, kemudian menggantung diri.” (2 Samuel 17:23)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 17:1-23
Bacaan setahun: 2 Samuel 16-18
“NYANYIAN” AHITOFEL
A
hitofel adalah seorang penasihat yang sangat diandalkan oleh raja
Daud. Ia hidup mengasihi dan melayani Tuhan dengan segenap
hati, dan ia sangat diurapi oleh Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa
pada waktu itu nasihat yang diberikan Ahitofel sama dengan nasihat dari
Tuhan! (2Sam. 16:23).
Namun ada suatu peristiwa mengubah hidupnya. Ketika raja Daud
melakukan kesalahan yang diketahui semua orang, yaitu berzinah dengan
Batsyeba, yang oleh beberapa orang, Daud dianggap memperkosa istri
bawahannya, yang adalah cucu Ahitofel, maka peristiwa itu menyakitkan
hati Ahitofel. Dia sangat tersinggung dan menyimpan sakit hati dan dendam
terhadap Daud. Ahitofel memilih untuk tidak mengampuni Daud. Karena
bagi Ahitofel apa yang diperbuat Daud itu sangat menyakitkan hatinya.
Saat itu Absalom, anak Daud yang pernah membunuh saudara tirinya
(Amnon), memimpin pemberontakan. Dan, Ahitofel bergabung bersama
Absalom untuk memberontak terhadap raja Daud (2Sam. 15:31). Ahitofel
membalas mengkhianati Daud, hingga Daud sangat ketakutan (Mzm. 55:56, 13-15). Daud berseru kepada Tuhan supaya nasihat Ahitofel dikacaukan
(2Sam. 17), dan agar Absalom tidak mengikuti nasihat Ahitofel. Doa Daud
dijawab, Absalom tidak mengikuti nasihat Ahitofel. Ahitofel menjadi sangat
malu dan sakit hatinya menjadi semakin parah. Akhirnya dia memilih untuk
pulang ke Gilo dan gantung diri karena depresi (2 Sam. 17:23).
Bayangkan, seorang penasihat raja yang begitu diurapi Tuhan, yang
nasihatnya dianggap sebagai nasihat dari Tuhan, akhirnya mati bunuh diri.
Semua bermula dari peristiwa yang sangat melukai hatinya dan tidak mau
mengampuni Daud yang pernah berbuat salah. Bagaimana dengan kita?
Sehebat apapun kerohanian Anda, dan seberhasil apapun pelayanan
Anda, jika Anda tidak dapat menjaga hati Anda dari kepahitan dan bahkan
terus mendendam, serta tidak mau mengampuni orang lain yang bersalah
kepada Anda, maka hati-hatilah, jangan Anda seperti Ahitofel! Karena itu,
bereskan dan berikanlah pengampunan!
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Ahitofel begitu sakit hatinya kepada Daud? (2) Mengapa dan
siapakah yang telah membuat Anda sakit hati? Dapatkah Anda mengampuninya?
Berdoalah agar Tuhan menganugerahkan kita, kelepasan dari kepahitan
masa lalu serta memampukan kita untuk mengampuni orang yang bersalah
kepada kita.
24
JUMAT
APRIL 2015
“Raja menyelubungi mukanya, dan dengan suara nyaring
merataplah raja: Anakku Absalom, Absalom, anakku, anakku!”
(2 Samuel 19:4)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 19:1-4
Bacaan setahun: 2 Samuel 19-20
HATI BAPA
W
alaupun Absalom telah berlaku kurang ajar dengan memberontak
dan mempermalukan orangtuanya, Daud sebagai seorang bapa,
tetap mengasihinya. Ketika mendengar kabar bahwa Absalom,
anaknya itu telah mati, sebagai bapa, Daud sedih sekali. Kemenangan para
prajuritnya tidaklah membuatnya bersorak-sorai dengan sukacita, tetapi
sebaliknya Daud merasakan dukacita medalam. Karena kemenangannya
adalah kematian bagi Absalom, anak yang dikasihinya.
Daud menangisi kematian Absalom; sampai-sampai tangisan dan
ratapannya terdengar begitu keras di telinga para tentara yang berperang
untuknya. Saat mereka pulang dari medan pertempuran, mereka tidak lagi
pulang dengan sorak-sorai kemenangan seperti biasanya, tapi sebaliknya
mereka pulang dengan suasana hati berkabung. Dikatakan pula bahwa
ketika mereka pulang, mereka memasuki kota secara diam-diam pada hari
itu, seperti tentara yang kena malu kembali dengan diam-diam karena
melarikan diri dari medan pertempuran (2Sam. 19:1-3). Demikianlah
suasana kesedihan hati seorang Bapa atas kematian anaknya.
Senakal-nakalnya atau bahkan sejahat-jahatnya perilaku seorang
anak, hati bapa tetap mengasihi anaknya, meski kadangkala sang anak
berperilaku mengecewakan, bahkan durhaka. Demikianlah yang diperbuat
Daud sebagai bapa Absalom, anaknya. Meski Absalom begitu membenci
dirinya dan bahkan ingin membunuhnya, hati Daud tetap mengasihinya.
Sayang sekali, Absalom sebagai anak, tidak pernah mengetahui isi hati
bapanya yang sangat mengasihinya.
Sebagai seorang bapa, bagaimanakah dengan Anda? Apakah Anda
masih bisa mengasihi anak-anak Anda saat mereka menunjukkan sikap
memberontak dan bahkan mendurhakakan Anda? Apakah masih ada hati
bapa yang tetap mengasihi mereka di dalam hati kita? Adakah sikap kasih
Anda membuat mereka menyadari bahwa sesungguhnya Anda sangat
mengasihi mereka? Marilah kita menunjukkan kasih kita kepada anak-anak
kita, agar mereka tahu bahwa kita sungguh mengasihi mereka.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud begitu berduka atas kematian Absalom? (2) Apa yang
membuat anak-anak tidak dapat merasakan kasih bapanya? Mengapa?
Berdoalah agar para bapa dimampukan untuk dapat menunjukkan kasihnya
kepada anak-anak mereka. Juga agar anak-anak dapat menyadari akan hati
bapa yang selalu mengasihinya.
25
SABTU
APRIL 2015
“Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku
dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku,
tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku,
kota bentengku!” (Mazmur 18:3)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 22:2-3
Bacaan setahun: 2 Samuel 21-22
TUHAN GUNUNG BATU KESELAMATANKU
S
ecara umum, Kitab 2 Samuel 22 dan Mazmur 18 memiliki kesamaan.
Kedua bagian kitab suci ini menggambarkan latar belakang ucapan
syukur Daud kepada TUHAN. Hal ini dilakukan Daud sebagaimana
dicatat dalam ayat 1, “Daud mengatakan perkataan nyanyian ini kepada
TUHAN pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman
semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul.” Mengapa TUHAN
melepaskan Daud dari tangan para musuh-Nya dan Saul? Bukan sematamata, karena Daud itu dikasihi oleh TUHAN. Namun lebih dari itu, bahwa
TUHAN sudah mengikat perjanjian dengan Daud (bdk. 2Sam. 7:1-17).
Salah satu isi perjanjian itu adalah penyertaan dan perlindungan TUHAN
atas kehidupan Daud serta keturunannya (bdk. 2 Sam. 7:9,11).
Daud mengucap syukur sebab telah melewati berbagai pergumulan
dan kesulitan yang ditimbulkan para musuhnya, termasuk Saul. Semua itu
merupakan karya dan pemeliharaan TUHAN atas hidupnya. Daud berkata:
“Ya, TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku,
gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku,
kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau
menyelamatkan aku dari kekerasan” (ay. 2-3). Daud ingin mengungkapkan
bahwa hanya TUHAN lah satu-satunya tempat untuk berlindung; hanya
TUHAN lah satu-satunya sumber keselamatan. Ini hanya bisa diungkapkan
dan dinyatakan, apabila Daud benar-benar telah mengalami pertolongan
TUHAN di dalam hidupnya.
Bagian ini mengajarkan kita bahwa TUHAN satu-satunya tempat untuk
berlindung. TUHAN lah satu-satunya sumber keselamatan kita. Ketika kita
menghadapi kesulitan demi kesulitan, pergumulan demi pergumulan,
sangat mungkin nyawa kita terancam,—tapi TUHAN sanggup dan mampu
melepaskan kita dari segala kesulitan dan pergumulan itu. TUHAN sudah
menyediakan jalan keluar bagi segala kesulitan dan pergumulan hidup
yang kita hadapi. Persoalannya adalah, apakah kita menaruh harap dan
sungguh-sungguh bersandar hanya kepada-Nya?
STUDI PRIBADI: (1) Bagi Daud, siapakah tempat perlindungannya? Mengapa? (2) Apa
yang membuat seseorang gagal menempatkan TUHAN sebagai perlindungannya?
Berdoalah bagi jemaat yang sedang mengalami tantangan hidup agar tetap
bersandar dan percaya segala pemeliharaan Tuhan dalam hidup mereka,
sehingga mereka memiliki damai dan kekuatan-Nya.
26
MINGGU
APRIL 2015
“Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini;
maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan
hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.”
(2 Samuel 24:10)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 24:10-14
Bacaan setahun: 2 Samuel 23-24
AKIBAT KESOMBONGAN
2
Samuel 24:1-17 menggambarkan kesombongan Daud. Daud yang
pernah ditolong dan disertai TUHAN merasa menjadi lebih kuat
karena para pahlawan yang menyertainya (bdk. 2Sam. 23). Karena
itu, Daud memerintahkan supaya seluruh pasukan Israel itu dihitung. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah seluruh pasukan Israel
yang dapat berperang dengan baik, dengan skill dan kemampuan yang
mereka miliki (ay. 2).
Namun apa yang dilakukan Daud ternyata tidak dibenarkan TUHAN.
Daud terjebak dalam keangkuhan dan kesombongan. Dalam hal ini, Daud
seakan-akan sedang mengandalkan kekuatannya sendiri dan tidak lagi
mengandalkan TUHAN. Di sinilah kejatuhan Daud. Lalu, Daud menyadari
bahwa apa yang ia lakukan itu berdosa di hadapan TUHAN. Daud bertobat
di hadapan TUHAN. Ia menyadari bahwa perbuatannya sangat bodoh (ay.
10) karena telah mengandalkan manusia. Akibat perbuatannya, TUHAN
menghukum orang Israel dengan penyakit sampar (ay. 15-16).
Kisah kesombongan Daud ini hendaknya menjadi pelajaran penting
bagi orang Kristen masa kini. Ada banyak pertolongan TUHAN boleh kita
alami. TUHAN menyediakan jalan keluar bagi pergumulan dan kesulitan
hidup kita. Kita mensyukuri semua itu. Namun di waktu selanjutnya, ada
banyak orang Kristen yang kemudian jatuh kepada kesombongan. Mereka
tidak lagi mengharapkan dan mengandalkan TUHAN di dalam hidupnya,
tetapi lebih mengandalkan kekuatannya sendiri. Inilah yang menyebabkan
TUHAN mendisiplin umat-Nya. Firman TUHAN mengingatkan setiap kita:
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan
kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan
seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami
datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di
negeri padang asin yang tidak berpenduduk” (Yeremia 17:5-6). Marilah kita
membuang kesombongan dan keangkuhan kita, diganti dengan berharap
dan bersandar kepada-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud bisa begitu takabur, sehingga menaruh harapannya
pada kekuatan manusia daripada TUHAN? (2) Bagaimana TUHAN menyadarkan Daud?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak mengandalkan kekuatan
diri sendiri dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, melainkan tetap
mengandalkan TUHAN dan setia kepada-Nya.
27
SENIN
APRIL 2015
“Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN,
Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya,
.... supaya engkau beruntung …” ( 1 Raja-Raja 2:3)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 2:1-4
Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 1-2
BERLAKULAH SETIA KEPADA TUHAN
B
agian yang kita baca merupakan pesan terakhir Daud pada Salomo,
raja yang akan menggantikan Daud memerintah di Israel. Apa yang
Daud harapkan dari Salomo? Daud mengharapkan Salomo berlaku
setia terhadap TUHAN, sehingga dirinya akan beruntung dalam hidupnya.
Bagaimanakah caranya agar Salomo untuk berlaku setia terhadap
TUHAN? Daud menasihati agar Salomo hidup menurut jalan yang telah
ditunjukkan kepadanya, mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan
dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa. Hal ini telah
dilakukan oleh Daud sebagai raja yang memerintah di Israel. Dengan
mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya (meski
tidak dapat dipungkiri, Daud juga pernah jatuh dalam dosa), Daud sering
mengalami pertolongan dan pemeliharaan TUHAN. Dalam keadaan yang
sangat sulit sekalipun, TUHAN tidak meninggalkan Daud. Bahkan, dalam
keputusasaan yang hebat, TUHAN menguatkan dan memberikan jawaban
atas doa Daud, sehingga ia beroleh kelepasan. Pengalaman yang Daud
alami ini hanya dapat dialami oleh mereka yang berlaku setia terhadap
TUHAN. Daud sangat mengharapkan agar Salomo pun dapat berlaku setia
terhadap TUHAN, sehingga ia dapat merasakan pertolongan serta
penyertaan TUHAN atas hidupnya.
Bagian ini mengajarkan kepada orang Kristen masa kini untuk berlaku
setia kepada TUHAN. Berlaku setia kepada TUHAN pada masa ini mungkin
diartikan sebagai kesetiaan mengikuti ritual ibadah dan keagamaan yang
ada, misalnya: rajin berdoa, rajin beribadah, mengambil bagian di dalam
pelayanan, memberikan persembahan, memperhatikan mereka yang
kekurangan, dsb. Meskipun aktivitas itu penting dan perlu, namun yang
dimaksudkan berlaku setia kepada TUHAN, adalah lebih kepada mengikuti
perintah dan ketetapan TUHAN, sebagaimana tercantum di dalam Alkitab
yang adalah Firman Allah. TUHAN menghendaki agar setiap orang yang
percaya kepada-Nya, memahami dan mengikuti kehendak-Nya sesuai
dengan Firman-Nya. Maukah Anda?
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang diminta Daud dari Salomo ketika menjabat sebagai raja? (2)
Apa kaitannya antara berlaku setia dengan segala berkat & penyertaan Tuhan? Jelaskan!
Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka masing-masing dimampukan
untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan, sehingga mereka bisa merasakan
kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup mereka.
28
SELASA
APRIL 2015
“Lalu adalah baik di mata Tuhan
bahwa Salomo meminta hal yang demikian.”
(1 Raja-raja 3:10)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 3
Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 3-5
HATI YANG PENUH HIKMAT DAN PENGERTIAN
K
etika membaca kisah Salomo ini, pernahkah kita bertanya dalam
hati, “Andai, Tuhan mengajukan pertanyaan yang sama kepadaku,
apa yang aku minta?” Mungkin kita akan minta diberkati secara
materi dan rohani, keluarga dilindungi dari yang jahat, meminta kecakapan
dalam melakukan pekerjaan, dsbnya. Tapi yang pasti kita tidak akan terpikir
untuk meminta seperti yang diminta oleh Salomo?!
Melihat kondisi Salomo yang masih muda dan baru menjadi raja,
seyogianya ketika Tuhan memberikan kesempatan kepadanya untuk
meminta, bukankah seharusnya dia meminta umur panjang, takhta yang
kekal dan kokoh, kekuatan militer yang kuat sehingga musuh-musuhnya
dapat dengan gampang ditaklukkan. Tetapi bukan itu yang diinginkan oleh
Salomo. Dia justru meminta hati yang penuh hikmat untuk dapat memimpin
bangsanya dengan baik. Dengan kata lain, Dia meminta hati yang bisa
membedakan mana yang benar dan salah di hadapan Tuhan.
Jarang sekali kita menemukan orang yang ingin memiliki hati yang
mau berkenan kepada Tuhan dalam hidupnya, seperti Salomo. Hati yang
bisa menimbang mana yang benar dan salah, mana yang adil dan tidak,
mana yang baik dan buruk. Buktinya, dalam doa-doa kita, yang sering kita
minta adalah berkat secara materi, kesehatan, umur panjang, keberhasilan
dan sebagainya. Tidak heran, kalau Tuhan senang mendengar permintaan
Salomo ini, bahkan kemudian Tuhan memberikan kepadanya bonus berkat
lainnya, yang bahkan tidak dimintanya.
Dalam hidup ini, ketika kita memilih mencari kehendak Tuhan lebih
dahulu, memiliki hati yang berhikmat, tahu mana yang baik dan tidak, maka
Tuhan pun akan menambahkan kepada kita berkat-berkat yang melampaui
apa yang pernah kita pikirkan dan harapkan. Harta, kekuatan, umur yang
panjang, pada akhirnya akan hilang dan habis, tetapi hati yang berhikmat
akan menuntun kita menjalani hidup yang singkat ini dengan baik. Firman
Tuhan dalam Matius mengatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka
semuanya akan ditambahkan kepadamu.”
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Salomo lebih memilih meminta hati yang penuh hikmat dan
pengertian dibandingkan hal lainnya? (2) Bagaimana hikmat Tuhan menolong Salomo?
Berdoalah agar jemaat Tuhan lebih mengejar hikmat Tuhan daripada berkatberkat materi, dan agar jemaat sadar bahwa hikmat datang dari sikap takut
akan Tuhan.
29
RABU
“... jika engkau hidup menurut segala ketetapan-Ku dan melakukan
segala peraturan-Ku dan tetap mengikuti segala perintah-Ku
dan tidak menyimpang dari padanya, maka Aku akan
APRIL 2015
menepati janji-Ku kepadamu ...” (1 Raja-raja 6:12-13)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 6
Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 6-7
KETAATAN
P
embangunan Bait Suci sebenarnya merupakan ide dan kerinduan
Raja Daud (2Sam.7:2). Tapi Tuhan tidak mau Daud membangunnya
karena tangannya telah menumpahkan banyak darah (1Taw. 22:8).
Tuhan memilih Salomo, anak Daud, untuk melakukan tugas besar ini.
Namun, sekalipun Daud tidak diizinkan membangun sendiri, dia berusaha
sungguh-sungguh untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
untuk pembangunan Bait Allah tersebut. Ia mengumpulkan tukang-tukang
pahat, menyediakan sangat banyak besi, tembaga, kayu aras, emas, perak
dan banyak batu-batu mulia yang berharga.
Akhirnya, Bait Suci pun dibangun pada zaman Salomo memerintah.
Bait Suci ini dibangun begitu detail dan megah, dilapisi dengan emas yang
mewah. Tetapi ada satu hal penting terjadi di dalam proses pembangunan
bait Suci ini. Di tengah kesibukan pembangunan, kita menemukan di ayat
11-12, Tuhan berfirman kepada Salomo agar ia hidup menurut segala
ketetapan Tuhan. Dari sini kita melihat, bahwa sekalipun Salomo sedang
mengerjakan proyek besar bagi Tuhan, tapi yang lebih penting bagi Tuhan
adalah ketaatan pada Tuhan, yakni hidup yang menuruti segala ketetapan
Tuhan dan melakukan segala peraturan-Nya. Dan Tuhan berjanji bahwa
apabila mereka melakukannya, maka Ia akan diam di tengah-tengah orang
Israel dan tidak akan meninggalkan mereka.
Melalui bagian ini kita belajar, bahwa Tuhan memang senang ketika
kita bisa mengerjakan satu proyek besar bagi Dia, memberikan harta kita
sebagai persembahan, atau melayani Dia dengan penuh semangat. Tetapi
lebih daripada itu, yang terpenting bagi Tuhan adalah bila kita mau hidup
menaati-Nya. Bila kita bergiat melayani Tuhan, tapi hati kita jauh daripadaNya dan tidak menaati FirmanNya, maka semuanya itu akan menjadi siasia, karena Tuhan tidak berkenan akan persembahan demikian. Karena itu,
mari kita mengintrospeksi diri kita. Sekian lama kita menjadi orang Kristen,
sekian lama kita melayani dan menjadi aktivis gereja, adakah hati kita
terpaut dan taat kepada-Nya?
STUDI PRIBADI: Bandingkan lamanya waktu yang dipakai Salomo dalam membangun bait
Suci dan membangun istananya, apa yang bisa kita pelajari dari hal tersebut?
Berdoalah agar jemaat tidak terjebak dalam kehidupan dualisme; yaitu aktif
beribadah dan melayani, tetapi tidak mau menaati firman Tuhan atau hidup
menurut keinginan daging.
30
KAMIS
APRIL 2015
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal,
sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil
dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”
(2 Timotius 4:5)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 8:1-13
Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 8-9
KEMULIAAN ALLAH
D
i tengah tantangan kehidupan manusia akhir zaman ini, seseorang
yang sudah menjadi percaya kepada Kristus, bukan melulu hanya
mempelajari kebenaran firman Tuhan, namun juga menyelesaikan
tugas pelayanannya di dunia ini. Apabila kita sungguh-sungguh berusaha
melakukan firman Allah dalam hidup kita, maka kita pasti akan selalu siap
memberitakan firman Allah kepada orang lain. Dalam 2 Timotius 4:5, Rasul
Paulus mengingatkan Timotius agar terus memberitakan Injil. Berita Injil
adalah bagian firman Allah yang paling dibutuhkan manusia, yaitu kabar
baik tentang Tuhan Yesus Kristus yang mati di kayu salib, untuk menebus
dosa manusia. Berita Injil inilah yang memungkinkan seorang pendosa
yang telah mempercayai Yesus Kristus, bisa mengalami perubahan hidup
menjadi manusia baru di dalam Kristus. Apabila kita telah menjadi manusia
baru, Roh Kudus pasti mendorong kita untuk menyampaikan kabar baik itu
kepada dunia yang berdosa.
Ada empat alasan agar kita tetap dikuatkan untuk melayani dalam
pemberitaan Injil Tuhan: (1) Kristus akan segera datang, (2) pemurtadan
akan terjadi, (3) pertandingan akan segera diakhiri, dan (4) pertolongan
akan segera datang. Keempat hal itu membuat pelayanan pemberitaan Injil
menjadi sesuatu yang sangat “urgent”.
Saat ini, walau ada berbagai hambatan, kesempatan memberitakan
Injil masih sangat terbuka. Bila kita sungguh-sungguh menginginkan agar
kehendak Allah terlaksana melalui kehidupan kita, maka sebagai orang
Kristen, kita harus memakai setiap kesempatan yang ada, bukan hidup
bagi diri kita sendiri, tetapi bagi Kerajaan Allah di muka bumi ini. Mulailah
dengan mendoakan orang-orang yang akan kita Injili; kemudian jalin relasi
yang baik dengan mereka, dan kabarkanlah berita Injil dengan kasih dan
hikmat. Apabila kita belum mendapatkan buah pemberitaan Injil yang kita
lakukan, janganlah kita menjadi putus asa. Kerjakan tugas Anda dengan
setia. Kiranya Tuhan menguatkan Anda untuk menyelesaikan tugas
pelayanan ini.
STUDI PRIBADI: Apa saja tanda-tanda dari akhir zaman? Apa saja yang harus kita lakukan,
sebelum Kristus datang untuk kedua kalinya?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat menggunakan waktu atau
kesampatan hidup mereka bukan untuk melakukan dosa, melainkan untuk
mengerjakan terang Tuhan melalui kesaksian hidup mereka.
Catatan...
Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu:
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" ”
(Galatia 5:14)
Download