8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti
yang telah diketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh
penghasilan dari saham tersebut (Weston dan Copeland, 2004:56). Masyarakat
pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan spekulator. Investor disini adalah
masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan
mendapatkan deviden dan capital gain dalam jangka panjang, sedangkan
spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali
bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui
bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital
gain.
Menurut Sawidji (2003:46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga),
yaitu
1) Harga Nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham
yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang
dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham
karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai
nominal.
8
2) Harga Perdana adalah harga ini merupakan pada waktu harga saham
tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana
biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten.
Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan
dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
3) Harga pasar adalah harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian
emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor
yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham
tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan
emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di
pasar sekunder dan harga inilah yang benar–benar mewakili harga
perusahaan penerbitnya,karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil
sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.
Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain
adalah harga pasar.
2.1.2
Faktor yang mempengaruhi Harga Saham
Menurut Jogiyanto (2003:57), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
naik turunnya harga saham, yaitu :
1) Deviden adalah bagian laba atau pendapatan dalam perusahaan yang
ditetapkan oleh direksi dan disahkan oleh rapat umum pemegang saham
untuk dibagikan kepada pemegang saham.
2) Pemecahan saham adalah pemecahan satu saham lama menjadi beberapa
saham baru. Dalam pemecahan saham, tidak terjadi pemindahbukuan dari
9
laba ditahan ke modal disetor sebagaimana yang dilakukan dalam deviden
saham. Dengan pemecaham saham, jumlah modal yang disetor tidak
berubah, hanya saja jumlah saham biasa yang beredar akan bertambah,
misalnya suatu perusahaan melakukan pemecahan saham dalam bentuk
(2:1), maka dari satu saham biasa yang lama akan dikeluarkan dua saham
biasa baru, dimana nilai nominal masing-masing lembar saham baru akan
menjadi setengah dari nilai saham biasa yang lama.
3) Pembelian kembali saham adalah salah satu pilihan bagi perusahaan dalam
memanfaatkan dana hasil operasi perusahaan. Saham biasa yang telah
beredar itu dibukukan sebagai saham treasuri. Pemikiran logis dari
pembelian kembali saham, saham biasa yang beredar akan berkurang,
berkurangnya sahan biasa yang beredar diharapkan akan meningkatkan
laba per lembar saham. Dengan meningkatnya laba per lembar saham
tersebut maka harga saham perusahaan akan naik. Dengan demikian para
pemegang saham akan memperoleh keuntungan atas modal yang
ditanamkannya sebagai akibat naiknya harga saham biasa perusahaan
tersebut. Dalam hal ini keuntungan modal merupakan kompensasi dari
dividen yang tidak dibagikan yang seharusnya diperoleh para pemegang
saham perusahaan tersebut.
4) Penerbitan saham adalah penawaran saham kepada pemegang saham lama
yang ada, dimana pemegang saham lama berhak untuk membeli saham
baru dengan harga yang ditetapkan. Harga tersebut harus dibawah harga
pasar namun tidak boleh dibawah harga nominal. Besarnya jumlah saham
10
yang akan diterbitkan menentukan dalam rasio saham baru dibanding
saham yang beredar atau yang sudah ada, misalnya perseroan memiliki
saham beredar 10 juta saham dan menawarkan saham baru sebanyak 5
juta, maka rasionya adalah 2:1 dimana setiap pemilik dua saham lama
berhak membeli satu sham baru dengan harga yang ditetapkan. Jadi,
tindakan penebitan saham tersebut akan mempengaruhi harga saham.
2.1.3
Pengertian indeks harga saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan
harga saham.Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan
indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif
atau lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga
saham saat ini, apakah sedang naik, stabil atau turun. Pergerakan indeks menjadi
indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan
menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat 5 jenis indeks, antara lain :
1) Indeks Individual
Menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga
dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI.
2) Indeks Harga Saham Sektoral
Menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor,
misalnya sektor keuangan, pertambangan dan lain sebagainya. Di BEI indeks
sektoral terbagi atas sembilan sektor, yaitu :
11
a. Pertanian
1) Perkebunan
2) Peternakan
3) Perikanan
4) Lainnya
b. Pertambangan
1) Pertambangan batu bara
2) Pertambangan minyak dan gas bumi
3) Pertambangan logam dan mineral lainnya
4) Pertambangan batu-batuan
c. Industri Dasar dan Kimia
1)
Semen
2)
Keramik, porselen dan kaca
3)
Logam dan sejenisnya
4)
Kimia
5)
Plastik dan kemasan
6)
Pakan ternak
7)
Kayu dan pengolahannya
8)
Pulp dan kertas
12
d. Aneka Industri
1)
Otomotif dan komponennya
2)
Tekstil dan garmen
3)
Alas kaki
4)
Kabel
5)
Elektronika
6)
Lainnya
e. Industri Barang Konsumsi
f.
g.
1)
Makanan dan minuman
2)
Rokok
3)
Farmasi
4)
Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga
Properti dan Real Estate
1)
Properti dan real estate
2)
Konstruksi bangunan
3)
Lainnya
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
1)
Energi
2)
Jalan tol, pelabuhan, bandara dan sejenisnya
3)
Telekomunikasi
4)
Transportasi
5)
Konstruksi non bangunan
13
h.
i.
Keuangan
1)
Bank
2)
Lembaga pembiayaan
3)
Perusahaan efek
4)
Asuransi
5)
Lainnya
Perdagangan, Jasa dan Investasi
1)
Perdagangan besar barang produksi
2)
Perdagangan eceran
3)
Restoran
4)
Hotel dan pariwisata
5)
Advertising, printing dan media
6)
Jasa komputer dan perangkatnya
7)
Perusahaan investasi
8)
Lainnya
3) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks LQ 45
Indeks harga saham gabungan menggunakan semua saham yang
tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Sedangkan indeks yang
terdiri dari 45 saham pilihan dengan mengacu kepada dua variabel yaitu
likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat sahamsaham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut.
14
4) Indeks Syariah atau JII
JII merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham mengakomodasi
syariat investasi dalam Islam atau indeks yang berdasarkan syariah Islam.
Dengan kata lain, dalam indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi
kriteria investasi dalam syariah Islam.
5) Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan dan Indeks Kompas 100
Indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok
saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok papan utama dan papan
pengembangan sedangkan indeks harga saham hasil kerja sama BEI dengan
harian kompas dengan meliputi 100 saham yang terdapat dalam perhitungan
IHSG.
2.2 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio merupakan cara terpenting untuk mengutamakan hubungan
yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan keuangan. Angka
rasio diperoleh dengan jalan membagi satu data dengan data lainnya.
Rasio-rasio keuangan biasanya dinyatakan dalam persentase (%) atau kali
(x). Analisis
rasio
keuangan
akan
menyederhanakan
informasi
yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya yang
dilaporkan. Ada tiga kelompok yang paling berkepentingan dengan rasio-rasio
keuangan perusahaan yaitu pemegang saham atau calon pemegang saham,
kreditur atau calon kreditur serta manajemen perusahaan.
15
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos laporan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan.
Rasio
menggambarkan
suatu
hubungan
atau
pertimbangan
(mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain
dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan atau memberikan gambaran kepada analis mengenai baik atau
buruknya kondisi keuangan suatu perusahaan (Munawir, 2002:64). Berdasarkan
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis rasio
keuangan
adalah suatu alat analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan
dan menjelaskan kinerja serta kondisi keuangan perusahaan melalui
angka-angka rasio yang telah diinterpretasikan oleh analis. Menurut Gill
(2003:36), rasio keuangan terbagi atas empat jenis model rasio yaitu :
1) Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur jumlah uang yang tersedia untuk membayar biaya jangka pendek
maupun jangka panjang.
2) Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur dan membantu mengendalikan pendapatan, yaitu dengan cara
memperbesar penjualan, memperbesar margin, mendapatkan manfaat yang
lebih besar dari pengeluaran biaya-biaya, dan atau kombinasi ketiga hal ini.
3) Rasio efisiensi (efficiency ratio) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur dan mengendalikan operasi perusahaan. Rasio ini melengkapi
rasio lainnya untuk membantu perusahaan meningkatkan pendapatan dengan
16
menilai
transaksi-transaksi
penting,
seperti
penggunaan
pinjaman,
pengendalian persediaan, dan manajemen asset.
4) Rasio modal saham adalah rasio yang digunakan oleh investor untuk
menentukan apakah ia membeli saham sebuah perusahaan atau tidak.
Menurut Warsono (2003:34), analisis rasio keuangan adalah suatu alat
analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan kinerja
serta kondisi keuangan perusahaan melalui angka-angka rasio yang telah
diinterpretasikan oleh analis. Adapun kriteria untuk menentukan sehat atau
tidaknya posisi keuangan suatu perusahaan, dapat diklasifikasikan menjadi lima
kelompok rasio keuangan, sebagai berikut :
1) Rasio likuiditas adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya yang harus dipenuhi.
2) Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana
perusahaan mengelola aktiva-aktivanya.
3) Rasio leverage/hutang adalah rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibankewajibannya kepada kreditur.
4) Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan.
5) Rasio nilai pasar memberikan suatu indikasi kepada manajemen
mengenai apa yang dipikirkan oleh para investor ekuitas tentang
kinerja masa lalu perusahaan dan prospeknya di masa yang akan
datang.
17
2.3 Pengertian PBV, DER, EPS, DPR dan ROA
2.3.1
Price Book Value (PBV)
Menurut Santosa (www.wisdommarket.com, 2009), secara umum PBV
adalah sebuah indikator penting dalam investasi walaupun sebagian menganggap
sudah kurang relevan lagi karena berbagai alasan. Rasio PBV ini di definisikan
sebagai perbandingan nilai pasar suatu saham terhadap nilai bukunya sendiri.
Semakin rendah nilai PBV suatu saham maka saham tersebut dikategorikan
undervalued yang mana sangat baik untuk investasi jangka panjang. Namun hal
ini juga dapat berarti ada sesuatu yang merupakan kesalahan mendasar pada
perusahaan tersebut. Menurut Hartawan (www.geocities.com, 2007), Price Book
Value atau PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek
perusahaan tersebut.
2.3.2
Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio DER (Andarini, 2007:20) dipergunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan utang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.
Total debt merupakan total liabilities (baik jangka pendek maupun jangka
panjang), sedangkan total shareholder’s equity menunjukkan total modal sendiri
yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban
perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang
saham (dalam bentuk deviden). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi
minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih
18
tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan
kata lain DER berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
2.3.3
Earning per Share (EPS)
Rasio Earning per Share digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Angka
tersebut adalah jumlah yang disediakan bagi para pemegang saham umum setelah
dilakukan pembayaran seluruh biaya dan pajak untuk periode akuntansi terkait.
Jika rasio yang didapat rendah berarti perusahan tidak menghasilkan
kinerja yang baik dengan memperhatikan pendapatan. Pendapatan yang rendah
karena penjualan yang tidak lancar atau berbiaya tinggi. Jika rasio yang didapat
tinggi berarti perusahaan yang sudah mapan (mature) dan atau memilki lembar
saham terbatas. Sangat tergantung pada keadaan ekonomi secara umum, industri
khusus, usia perusahaan, dan jumlah saham yang beredar. Biasanya para
pemegang saham kurang menyukai penurunan pendapatan per lembar saham.
Penurunan pendapatan per lembar saham menunjukan adanya penurunan laba
perusahaan dan menyita perhatian lebih banyak terhadap pertumbuhan dan
profitabilitas perusahaan. Sebaliknya peningkatan pendapatan per lembar saham
dianggap baik sepanjang peningkatan tersebut diikuti dengan harapan pasar.
2.3.4
Deviden Payout Ratio (DPR)
Menurut Warsono (2003:275), deviden payout ratio merupakan rasio hasil
perbandingan antara deviden dengan laba yang tersedia bagi para pemegang
saham biasa. Deviden payout ratio banyak digunakan dalam penilaian sebagai
cara pengestimasian deviden untuk periode yang akan datang, sedangkan
19
kebanyakan analis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba
ditahan lebih baik daripada deviden.
2.3.5
Return On Assets (ROA)
Menurut Andarini (2007:16), aktiva suatu perusahaan di danai oleh
pemegang saham dan kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja
bagi perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan
dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau net income after tax (NIAT). ROA
merupakan rasio antara laba setelah pajak (NIAT) terhadap total aset. ROA
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah
pajak dari total aset yang digunakan untuk operasional perusahaan.
Menurut Andarini (2007:17), Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
bahwa perusahaan semakin efektif dalam
memanfaatkan aktiva untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA,
kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya
tarik perusahaan kepada investor, karena tingkat pengembalian akan semakin
besar
Menurut Gitman (2003:65) menyatakan bahwa “Return On Assets (ROA)
meansures the overall effectiveness of management generating profits with its
available assets also called the Return On Investement (ROI). Profit yaitu
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut (Martono, 2001:18).
20
2.4 Stuktur Pasar Modal Indonesia
Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal.Berdasarkan Undang-Undang ini, kebijakan di
bidang Pasar Modal ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Secara Umum, Struktur
Pasar Modal Indonesia adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Pasar Modal
Menteri Keuangan
Badan Pengawas Pasar Modal
BAPEPAM
Bursa Efek
LKP
LPP
Perusahaan Efek
Lembaga Penunjang
-Penjamin
Emisi
-Perantara
Pedagang Efek
-Manajer Investasi
-BiroAdministrasi Efek
-Bank Kustodian
-Wali Amanat
-Penasihat Investasi
-Pemeringkat Efek
Sumber : BEI
21
Profesi
Penunjang
-Akuntan
-Konsultan
Hukum
-Penilai
-Notaris
Pemodal
-Domestik
-Asing
Emiten,
Perusahaan
Publik,
Dan
Reksa Dana
2.5 Kajian Penelitian Sejenis
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mereview kembali penelitian
mahasiswa lain sebelum melakukan penelitian sendiri. Penulis mereview terhadap
hasil penelitian skripsi sejenis yang memiliki kesamaan topik atau variabel dengan
yang akan dan sedang diteliti penulis seperti Hermawati (2008) dengan hasil
penelitian menunjukan hanya Earning Per Share (EPS) yang mempengaruhi harga
saham secara parsial, sedangkan rasio keuangan lainnya tidak berpengaruh. Secara
simultan semua rasio keuangan (NPM, ROA, ROE, EPS dan DER) berpengaruh
terhadap harga saham. Dengan menguji pengaruh rasio keuangan utama
perusahaan terhadap harga saham LQ45 dengan menggunakan sampel data yang
terdaftar di BEI tahun 2007 serta variabel yang digunakan adalah NPM, ROA,
ROE, EPS dan DER terhadap harga saham.
Penelitian selanjutnya yaitu Kesuma (2006) dengan hasil penelitian secara
simultan menunjukan bahwa kedua variabel bebas (EPS dan Tingkat Bunga)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan pengujian
secara parsial, diketahui bahwa kedua variabel bebas (EPS dan Tingkat Bunga)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dengan meneliti
pengaruh EPS dan tingkat bunga terhadap harga saham perusahaan food and
beverage yang menggunakan sampel sebanyak 14 perusahaan yang terdaftar di
BEI serta variabel yang digunakan adalah EPS dan tingkat bunga.
Selanjutnya yang ketiga Andarini (2007) dengan hasil penelitian
menunjukkan hanya faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi
22
harga saham secara parsial, sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak
berpengaruh. Secara simultan semua faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DPR,
DER dan r) dan risiko sistematik (beta) berpengaruh terhadap harga saham.
Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan
yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, profitabilitas, rasio
efisiensi dan rasio modal saham (Gill, 2003:36). Dengan analisis tersebut, para
analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan
mengestimasi nilai dari rasio-rasio keuangan perusahan yang mempengaruhi
harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor
tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Selain itu rasio keuangan yang
digunakan sebagai variabel bebas akan dibandingkan antar rasio apakah
berbanding lurus atau terbalik dengan rasio keuangan tahun 2006-2010.
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Dependent Variable (Y) yang dalam hal ini adalah harga saham pada
setiap perusahaan objek penelitian saat penutupan akhir tahun 20062010.
2) Independent Variable (X) merupakan variabel-variabel yang yang
diduga mempengaruhi variabel terkait Y (harga saham) perusahaan
yang diteliti. Variabel bebas tersebut terdiri dari X1 = Price Book
Value, X2 = Debt to Equity Ratio, X3= Earning Per Share, X4 =
Deviden Payout Ratio dan X5= Return On Assets.
23
2.6 Rumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis, yaitu sebagai berikut:
H1b : Price Book Value mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
H1b : Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
H1c : Earning Per Share mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
H1d : Deviden Payout Ratio mempunyai pengaruh terhadap harga saham
H1e :. Return On Assets mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
H1f : Variabel DER, EPS, DPR, ROA secara bersama-sama mempunyai
pengaruh terhadap harga saham.
24
Download