universitas indonesia karakteristik bayi prematur yang mengalami

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
KARAKTERISTIK BAYI PREMATUR YANG MENGALAMI
ANEMIA DAN TRANSFUSI PRC
SEBELUM USIA KRONOLOGIS 4 MINGGU
DI UNIT PERINATOLOGI
RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
TESIS
MADE SATRIA MURTI
0806359990
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ILMU KESEHATAN ANAK
JAKARTA
JULI 2014
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
KARAKTERISTIK BAYI PREMATUR YANG MENGALAMI
ANEMIA DAN TRANFUSI PRC
SEBELUM USIA KRONOLOGIS 4 MINGGU
DI UNIT PERINATOLOGI
RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Spesialis Anak
MADE SATRIA MURTI
0806359990
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
ILMU KESEHATAN ANAK
JAKARTA
JULI 2014
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAI{ ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
Made Satria iVfurti
NPM
0806359990
Tanda Tangan
Tanggal
OQ,#^_
16 Juli 2014
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tugas akhir ini disusun untuk
memenuhi persyaratan pendidikan sebagai peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya pada Dr. Lily Rundjan, SpA(K) selaku pembimbing materi yang
dengan penuh perhatian dan sabar senantiasa membimbing saya sejak penulisan
sari pustaka, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, sampai penulisan tesis
ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada Dr. Aman
B. Pulungan, SpA(K) selaku pembimbing metodologi yang telah meluangkan
waktunya untuk mengkoreksi makalah saya dan membimbing saya dengan penuh
kesabaran. Kepada tim penguji tesis DR. Dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K), Dr.
Novie Amelia, Sp.A(K) dan Dr. Dina Muktiarti, Sp.A(K), dengan rasa hormat
sedalam dalamnya, saya haturkan terima kasih untuk bimbingan, kritik dan saran
yang sangat bermanfaat untuk menyempurnakan penulisan tesis ini.
Rasa
hormat
dan
terima
kasih
saya
sampaikan
kepada
DR. Dr. Partini P. Trihono, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak FKUI/RSCM
periode 2008-2013 dan Dr. Bambang
Tridjaja, Sp.A(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
FKUI/RSCM saat ini yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat untuk
segera menyelesaikan program studi ini. Terimakasih juga saya ucapkan kepada
Prof. DR. Dr Bambang Supriyatno, SpA(K) selaku Kepala Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM periode 2009-2013, dan DR. Dr. Aryono Hendarto,
Sp.A(K) selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM saat ini
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Pogram
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak. Terimakasih juga saya
sampaikan kepada seluruh Dosen dan staf pengajar di departemen IKA
iv
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
FKUI/RSCM yang telah mencurahkan ilmu selama saya menempuh proses
pendidikan. Kepada seluruh staf Divisi Perinatologi, terimakasih atas izin dan
kemudahan yang diberikan kepada saya dalam melaksanakan penelitian ini.
Terima kasih juga saya ucapkan untuk seluruh sejawat PPDS IKA, khususnya
teman-teman PPDS IKA angkatan Juli 2008 Alvi, Ayijati, Anisa, Dave, Dewi,
Debora, Dede, Daniel, Emilda, Fathy, Fijri, Ihat, Ina, Liza, Adhi, Reni, Renno,
Sita, Swanty, Rita dan Teti yang senantiasa menemani dan mendukung dalam
suka dan duka selama masa pendidikan. Untuk seluruh paramedis serta karyawan
di departemen IKA FKUI/RSCM saya ucapkan terimakasih atas kerjasamanya
yang luar biasa selama ini.
Saya persembahkan tesis ini untuk istri saya tercinta dr. Putu Siska dan anak kami
tersayang Putu Dhananjaya. Terima kasih atas segala pengertian, perhatian dan
pengorbanan baik waktu, tenaga dan perasaan yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis mampu mencapai tahap ini. Kupersembahkan pula tesis ini
untuk orangtua saya tercinta Ketut Lilamurti dan Ni Nyoman Triati yang telah
dengan sabar membesarkan, mendidik dan membantu saya sehingga saya dapat
menggapai cita-cita ini.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pendidikan
ini yang belum saya sebutkan namanya, saya haturkan rasa terima kasih yang
tulus atas segala bantuan pikiran, tenaga, serta dukungan yang telah diberikan.
Tentunya tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan memerlukan
penyempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis
harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga penelitian ini dapat
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan di Indonesia.
Jakarta, Juli 2014
Made Satria Murti
v
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
IIALAhf,AN PER|{-r'ATAAN FTR.SETUJUAF{ PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertancia tangan di
bawah ini
it-
l-
C
a-:-
tt
,L:
Nama
tvlaue Jatrta lvlurlt
NPM
0806359990
Program Studi
Program Pendidikarr Dokter Spesiaiis Anak
Departemen
Ilmu Kesehatan Anak
F-I
raKultas
f7
Jenis Karya
Tesis
17.
t\cu()Kleran
1L
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepaeia
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-Exclusive
Royalty-Free Right) atas karya iirrriah saya
ya.rrg
berjudul:
Karakteristik Bayi Prematur Yang Mengalami Anemia dan
Transiusi PRC Sebelum Usia Kronologis 4 Nfinggu
di Unit Perinatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
beseria perangkat yang ada
(ika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalii Non-
eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalih
rriedia/formatkarr, mengelola dalam benftrk pangkalarr data (daiabase), nterawat
dan mepublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/perrcipta r.ian sebagai penriiik Hak Cipta
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
Dibuai di iakarta
Pada tanggal 16
(N1ade Sairia
Juli2014
lviurti)
vi
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Made Satria Murti
Program studi : Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak
Judul
: Karakteristik bayi prematur yang mengalami anemia dan transfusi
PRC sebelum usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
Latar belakang. Indonesia merupakan salah satu dari 11 negara di dunia yang
memiliki angka kelahiran prematur terbanyak. Salah satu morbiditas bayi
prematur yang umum dijumpai adalah anemia. Hal ini menyebabkan mereka
sering mendapatkan transfusi darah di minggu-minggu pertama kehidupannya.
Mencegah anemia akan mengurangi kemungkinan tranfusi dan risiko
komplikasinya.
Tujuan. Mengetahui karakteristik bayi prematur yang mengalami anemia dan
transfusi PRC sebelum usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen
Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta
Metode. Studi potong lintang terhadap rekam medis semua bayi baru lahir
prematur yang menjalani perawatan di Unit Perinatologi RSCM periode 1 Januari
2012 sampai dengan 31 Desember 2013. Pemilihan subyek penelitian secara
simple random sampling. Penilaian karakteristik bayi prematur meliputi kadar Hb,
berat lahir, usia gestasi, status transfusi PRC, status sepsis, lama rawat dan status
keluar.
Hasil. Sebanyak 393 subjek memenuhi kriteria penelitian, terdapat 94 (23,9%)
kasus baru anemia dan 123 (31,3%) kasus baru transfusi PRC. Frekuensi tersering
seorang subjek mengalami anemia adalah 4 kali sedangkan frekuensi tersering
pemberian PRC adalah 7 kali. Usia pertama kali anemia dan transfusi PRC paling
banyak ditemukan pada usia ≤7 hari. Perbedaan proporsi anemia secara statistik
bermakna pada variabel jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, status transfusi
PRC, status sepsis, lama rawat, dan status keluar. Sedangkan perbedaan proporsi
kejadian transfusi PRC secara statistik bermakna pada variabel usia gestasi, berat
lahir, status sepsis, lama rawat, dan status keluar.
Simpulan. Insidens bayi prematur yang mengalami anemia adalah 23,9%
sedangkan insidens transfusi PRC adalah 31,3%. Kejadian anemia dan transfusi
PRC paling banyak dialami pada usia satu minggu pertama kehidupan. Perbedaan
proporsi anemia dan kejadian transfusi PRC memiliki hasil yang sama-sama
bermakna pada variabel usia gestasi, berat lahir, status sepsis, lama rawat, dan
status keluar.
Kata kunci: anemia pada bayi prematur, transfusi sel darah merah, karakteristik,
insidens, kadar hemoglobin
vii
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
ABSTRACT
Name
: Made Satria Murti
Study program : Pediatrics
Title
: Characteristic of premature infants with anemia and PRC
transfusion before 4 weeks chronological age in Perinatology
unit Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta
Background. Indonesia is one of 11 countries with high number of premature
birth rate. One of the morbidity commonly seen ini premature infants is anemia
This cause frequent blood transfusion on their first weeks of life. Anemia
prevention will reduce transfusion and its complication.
Objectives. To study characteristics of premature infants with anemia and PRC
transfusion before 4 weeks chronological age in Perinatology Unit Cipto
Mangunkusumo Hospital, Jakarta
Methods. A cross-sectional study of medical records of newborn premature
infants hospitalized in perinatology unit Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta
from January 1st 2012 until Desember 31st 2013. Subjects was selected by simple
random sampling. Characteristics evaluation include Hb concentration, birth
weight, gestational age, PRC transfusion status, sepsis status, length of stay, and
discharge status.
Results. There were 393 subjects included, with 94 (23,9%) new cases of anemia
and 123 (31,3%) new cases of PRC transfusion.. The most frequent anemia
episode is 4 times while PRC transfusion is 7 times. First episode of anemia and
PRC transfusion were mostly found at age ≤7 days. Statistically significant
difference in proportion of anemia was shown in variables gender, gestational
age, birth weight, PRC transfusion status, sepsis status, length of stay, and
discharge status. While difference in proportion of PRC transfusion was
statistically significant in variables gestational age, birth weight, PRC transfusion,
septic status, length of stay, and discharge status.
Conclusions. Incidence of anemia in premature infants was 23,9% while
incidence of PRC transfusion was 31,3%. First episode of anemia and PRC
transfusion were mostly found at the first week of life. Difference in proportion of
anemia and PRC transfusion have similar significant result in variables gestational
age, birth weight, sepsis status, length of stay, and discharge status.
Keywords: anemia in premature infant, PRC transfusion, characteristic,
incidence, Hb concentration.
viii
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......………………………
HALAMAN PENGESAHAN …………………….......................................
KATA PENGANTAR ……… ……………………......................................
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................
ABSTRAK ……………...........…………......……….………..…………….
ABSTRACT ……...……...........…………......……….………..……………..
DAFTAR ISI ……...........…………......……….………..…………………..
DAFTAR TABEL ……...........…………......……….………..……………..
DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ………………...…………………………………..
DAFTAR SINGKATAN ………....………...………….......……..………...
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ..........................................................................
1.1. Latar belakang …………………………………………………….........
1.2. Pertanyaan penelitian …………………………………………………..
1.3. Tujuan penelitian ………………………………………………………
1.3.1.Tujuan umum ……………………………………………………
1.3.2.Tujuan khusus ……………………………………………………
1.4. Manfaat penelitian ……………………………………………………..
1.4.1.Bidang akademik ………………………………………………..
1.4.2.Bidang masyarakat ………………………………………………
1.4.3.Bidang penelitian ................……………………………………..
1
1
2
2
2
2
3
3
4
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
2.1. Prematuritas ...............................…………….………............................
2.1.1 Definisi .........................................................................................
2.1.2 Epidemiologi .........………………………………….....………..
2.1.3 Komplikasi kelahiran prematur ....................................................
2.2. Anemia yang dialami bayi prematur dalam 4 minggu pertama
kehidupan …………………………………………………………….
2.2.1 Definisi .........................................................................................
2.2.2 Insidens anemia dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi
prematur ……………………………...........……….....………..
2.2.3 Penyebab anemia dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi
prematur .........………………………………………....……….
2.2.4 Manifestasi klinis .........................................................................
2.2.5 Laboratorium .................………………………………………..
2.2.5 Pencegahan ….................………………………………………..
2.2.6 Tata laksana .....................................……………………............
5
5
5
5
6
9
11
12
12
13
BAB 3. KERANGKA KONSEP ...............................................................
16
6
6
8
ix
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ………..……………………….
4.1. Rancangan penelitian ..........………………………………...………...
4.2. Lokasi dan waktu penelitian .......…………………………….……….
4.3. Populasi penelitian dan subyek ..........................……………………..
4.4. Kriteria inklusi dan eksklusi ......……………………………………..
4.5. Cara pengambilan sampel ......................……………………………
4.6. Estimasi besar sampel ………………………………………………...
4.7. Pelaksanaan penelitian .....…………………………………………….
4.8. Alur penelitian ..........…………………………………………………
4.9. Identifikasi variabel penelitian ….........................................................
4.10. Definisi operasional .............................................................................
4.11. Manajemen dan analisis data ...............................................................
17
17
17
17
17
18
18
18
19
19
20
22
BAB 5. HASIL PENELITIAN …................................................................
5.1. Penelusuran subjek penelitian ….…………………………...………...
5.2. Karakteristik bayi prematur ….…………………………….………....
5.3. Insidens anemia ………………………………...……………………..
5.4. Karakteristik subjek anemia ……….………………………..…….…..
5.5. Perbedaan proporsi kejadian anemia ………………….......………….
5.6. Perbandingan proporsi frekuensi anemia pada variabel usia gestasi
dan berat lahir ……………………….....……………………………..
5.7. Insidens transfusi PRC ……….………………...……………………..
5.8. Karakteristik transfusi PRC …….…….…………………………..…..
5.9. Perbedaan proporsi kejadian transfusi PRC …………………….........
5.10. Perbandingan proporsi frekuensi transfusi PRC pada variabel usia
gestasi dan berat lahir ……………….……........……………………..
23
23
24
26
26
28
BAB 6. PEMBAHASAN …..........................................................................
6.1. Keterbatasan penelitian ..........……………………….……...………...
6.2. Insidens anemia dan transfusi PRC …….…………………….……….
6.3. Karakteristik subjek dengan anemia dan transfusi PRC ……………...
6.4. Perbedaan proporsi kejadian anemia dan transfusi PRC …….……….
6.5. Proporsi kejadian anemia dan proporsi kejadian transfusi PRC ……..
6.6. Morbiditas dan mortalitas …………………………………………….
35
35
36
38
39
40
42
BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................
7.1. Simpulan ………….............………………………………...………...
7.2. Saran …………………….......…………………………….…………
44
44
45
DAFTAR PUSTAKA …...............................................................................
46
LAMPIRAN …..............................................................................................
50
30
31
31
32
34
x
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Nilai Normal Hematologi Hari Pertama pada Bayi Prematur
Berdasarkan Usia Gestasi……………................................…..….
7
Tabel 2.2. Nilai Sel Darah Merah pada Bayi Prematur …................................ 8
Tabel 2.3. Protokol Pemberian Transfusi ..……………................................
14
Tabel 5.1.
Karakteristik subjek penelitian…..……..............................…..…. 25
Tabel 5.2.
Karakteristik subjek dengan anemia……..........................…..….
27
Tabel 5.3.
Karakteristik subjek dengan anemia pertama <7 hari .......…..….
28
Tabel 5.4.
Perbedaan proporsi anemia dan tidak anemia ...................…..….
29
Tabel 5.5.
Perbedaan proporsi antar frekuensi anemia ......................…..….
30
Tabel 5.6.
Karakteristik transfusi PRC …………….................................….
32
Tabel 5.5.
Perbedaan proporsi subjek yang mendapatkan transfusi PRC
Tabel 5.5.
dengan subjek tanpa transfusi PRC ……….…........................….
33
Perbedaan proporsi antar frekuensi transfusi PRC ............…..….
34
xi
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1. Ringkasan hasil penelusuran rekam medis ..........................
22
Gambar 5.2. Insidens bayi prematur yang mengalami anemia .................
25
Gambar 5.3. Insidens transfusi PRC …………………………………….
28
xii
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Keterangan Lolos Kaji Etik dari FKUI-RSCM................ 48
xiii
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
DAFTAR SINGKATAN
AAP
American Academy of Pediatrics
BBLR
Bayi berat lahir rendah
CPAP
Continuous Positive Airway Pressure
Hb
Hemoglobin
HbF
Hemoglobin janin
HbA
Hemoglobin dewasa
Ht
Hematokrit
IGD
Instalasi Gawat Darurat
IKA
Ilmu Kesehatan Anak
MCV
Mean corpuscular volume
NICU
Neonatal Intensive Care Unit
PINT
Premature Infant in Need of Transfusion
RSCM
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
PRC
Packed red cell
SC
Sectio Caesaria
xiv
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prematuritas adalah penyebab terbesar kematian neonatus di dunia dan peringkat
kedua penyebab kematian anak di bawah usia 5 tahun setelah pneumonia.
Berdasarkan data Wold Health Organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 1,1
juta bayi meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia akibat komplikasi kelahiran
prematur. Indonesia merupakan salah satu dari 11 negara di dunia yang memiliki
angka kelahiran prematur terbanyak, yaitu >15% dari seluruh kelahiran hidup.
Estimasi jumlah kelahiran hidup di Indonesia adalah sebesar 4,6 juta bayi per
tahun (Sensus Penduduk 2010), berarti terdapat sekitar 675.000 kelahiran bayi
prematur per tahun.1–3 Salah satu upaya global untuk meningkatkan kesintasan
dan kesehatan anak adalah dengan mengatasi berbagai morbiditas yang terkait
dengan kelahiran prematur.1
Bayi prematur memiliki risiko untuk mengalami berbagai morbiditas dan
mortalitas pasca lahir. Anemia merupakan salah satu komplikasi yang sering
dialami oleh bayi prematur.1,4 Anemia yang dialami bayi prematur merupakan
anemia yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir terutama bayi dengan
usia gestasi kurang dari 32 minggu.5 Dalam penelitiannya, De Freitas dkk6
mendapatkan sebanyak 39,4% bayi prematur memperoleh transfusi sel darah
merah (packed red cell/PRC) minimal satu kali selama perawatan. Sedangkan
dalam penelitian yang lain terhadap bayi dengan berat lahir kurang dari 1500
gram, Jeon dkk7 mendapatkan sebanyak 78% subjek mengalami tranfusi minimal
satu kali selama perawatan.
Transfusi PRC merupakan salah satu tata laksana yang diberikan pada neonatus
dengan anemia, dan hingga saat ini masih menjadi terapi pilihan pada bayi
prematur yang mengalami anemia.8 Bayi prematur merupakan salah satu populasi
pasien terbanyak yang mendapatkan transfusi.9–11 Transfusi pada kelompok usia
ini sebagian besar terjadi pada minggu-minggu pertama kehidupannya.11,12
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
2
Mencegah anemia akan mengurangi kemungkinan bayi prematur mendapatkan
transfusi serta akan menurunkan risiko komplikasi transfusi seperti penularan
agen infeksi, graft-versus-host disease, gangguan asam basa dan elektrolit,
gangguan eritropoesis dan lainnya10,13 Banyak penelitian telah dilakukan di luar
negeri berkaitan dengan kejadian anemia pada bayi prematur, namun hingga saat
ini penelitian serupa di Indonesia belum ada.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Dengan memperhatikan latar belakang seperti yang diuraikan di atas, peneliti
merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
-
Bagaimana karakteristik bayi prematur yang mengalami anemia sebelum
usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM?
-
Bagaimana karakteristik bayi prematur yang mendapatkan transfusi PRC
sebelum usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA
RSCM?
-
Berapa besar insidens anemia yang dialami bayi prematur sebelum usia
kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan
Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
-
Berapa besar insidens transfusi PRC yang dialami bayi prematur sebelum
usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen Ilmu
Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui karakteristik bayi prematur yang mengalami anemia dan transfusi
PRC sebelum usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA
RSCM?
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui insidens bayi prematur yang mengalami anemia sebelum usia
kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
3
2. Mengetahui karakteristik bayi prematur yang mengalami anemia sebelum
usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM,
yang meliputi: frekuensi mengalami anemia dan
usia pertama kali
mengalami anemia.
3. Mengetahui proporsi kejadian anemia yang dialami bayi prematur sebelum
usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM,
pada variabel: usia gestasi, berat lahir, kejadian transfusi PRC, status
sepsis, lama rawat dan status keluar.
4. Mengetahui insidens bayi prematur yang mendapatkan transfusi PRC
sebelum usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA
RSCM.
5. Mengetahui karakteristik bayi prematur yang mendapatkan transfusi PRC
sebelum usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA
RSCM, yang meliputi: frekuensi transfusi PRC dan usia pertama kali
mendapatkan transfusi PRC.
6. Mengetahui proporsi kejadian transfusi PRC yang dialami bayi prematur
sebelum usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA
RSCM, pada variabel: usia gestasi, berat lahir, status sepsis, lama rawat
dan status keluar.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1.Bidang akademik
1.
Menambah informasi dan pengetahuan mengenai insidens anemia dan
kejadian transfusi PRC pada bayi prematur yang dirawat sebelum usia
kronologis 4 minggu.
2.
Menambah pengetahuan mengenai karakteristik bayi prematur yang
mengalami anemia sebelum usia kronologis 4 minggu.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
4
1.4.2. Bidang masyarakat
1. Memberikan masukan bagi pelaksanaan program rumah sakit mengenai upaya
untuk mengurangi kejadian anemia pada bayi prematur.
2. Mencegah dan mengurangi kejadian anemia pada bayi prematur.
3. Mencegah dan mengurangi kejadian transfusi pada bayi prematur
1.4.3. Bidang penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
landasan atau data dasar bagi penelitian selanjutnya mengenai bayi prematur yang
masih jarang dilakukan di Indonesia.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Prematuritas
2.1.1. Definisi
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum usia gestasi lengkap 37
minggu. Kelahiran prematur berdasarkan usia gestasi dapat dibagi lagi menjadi:
amat sangat prematur (<28 minggu), sangat prematur (28-<32 minggu), prematur
moderat (32-<34 minggu) dan late preterm (34-<37 minggu).1 Kelahiran prematur
merupakan sebuah sindrom dengan beragam penyebab yang secara garis besar
dapat dibedakan menjadi 2 subtipe, yaitu (1) kelahiran prematur spontan, yang
mencakup sebagian besar kelahiran prematur dan (2) kelahiran prematur karena
inisiatif tenaga kesehatan, baik dengan indikasi ibu maupun bayi.1,3
2.1.2.
Epidemiologi
Setiap tahun terdapat sekitar 15 juta bayi yang lahir prematur di seluruh dunia,
dan jumlah ini masih terus meningkat. Sekitar 1 juta bayi meninggal akibat
komplikasi dari kelahiran prematur. Kelahiran prematur merupakan penyebab
utama kematian neonatal dan penyebab kedua terbanyak kematian anak usia
dibawah 5 tahun setelah pneumonia. Sebanyak tiga-perempat dari mereka yang
lahir prematur seharusnya dapat diselamatkan dengan intervensi terkini yang
murah dan bahkan tidak memerlukan fasilitas perawatan intensif. Dari 184 negara
di dunia, rentang angka kejadian kelahiran prematur adalah 5-18% dari
keseluruhan kelahiran.1,3
Indonesia merupakan negara kelima terbanyak dalam jumlah kelahiran
prematur per tahun yaitu sebesar 675.700 kelahiran dan negara kesembilan
terbanyak yang memiliki angka kelahiran prematur per 100 kelahiran hidup yaitu
sebesar 15,5%.3 Selama tahun 2012 insidens bayi lahir prematur di RSCM adalah
sebesar 25,1%. Sedangkan dari penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan
terhadap 196 status bayi yang menjalani perawatan di Unit Perinatologi
Departemen IKA RSCM pada trimester pertama tahun 2013, didapatkan sebanyak
109 (55,8%) diantaranya merupakan bayi prematur.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
6
2.1.3. Komplikasi kelahiran prematur
Neonatus adalah makhluk yang rentan terhadap gangguan, hal ini menyebabkan
kelahiran dan periode neonatal sebagai periode paling berisiko sepanjang hidup
seorang manusia. Bagi bayi yang lahir prematur risiko itu bertambah, karena
mereka lebih rentan terhadap infeksi, hipoglikemia, instabilitas suhu, kesulitan
pemberian makan, dan gangguan pernapasan. Bayi prematur juga memiliki risiko
komplikasi penyakit akut spesifik seperti perdarahan otak, enterokolitis
nekrotikan, retinopathy of prematurity, dan anemia pada bayi prematur. 1
Kelahiran prematur berhubungan dengan 75% kematian perinatal dan lebih
dari 50% morbiditas perinatal dan jangka panjang. Penelitian menunjukkan angka
kejadian yang lebih tinggi dalam hal morbiditas neurodevelopmental, disabilitas
lain seperti palsi serebral, gangguan visual, auditori, sensorineural dan intelektual,
serta peningkatan kejadian komplikasi dari sistem pernapasan, gastrointestinal dan
ginjal. Meskipun saat ini angka mortalitas dan morbiditas kelahiran prematur
telah jauh menurun, namun bayi prematur masih tetap memiliki risiko yang lebih
besar dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan.14
2.2. Anemia Yang Dialami Bayi Prematur Dalam 4 Minggu Pertama
Kehidupan
2.2.1. Definisi
Anemia secara umum didefinisikan sebagai keadaan konsentrasi Hb atau
hematokrit (Ht) lebih dari 2 simpang baku di bawah rentang normal sesuai dengan
siar.15 Fungsi utama hemoglobin dalam sel darah merah adalah
membawa
oksigen dari paru-paru dan melepasnya ke seluruh jaringan tubuh. Kondisi anemia
berpotensi mengurangi kapasitas angkut oksigen dan menurunkan tingkat
oksigenasi jaringan. Pada banyak rumah sakit, semakin berat sakit seorang anak,
terutama yang dengan disfungsi jantung-paru, transfusi darah akan diberikan
untuk mempertahankan nilai Hb dan Ht mendekati nilai normal sesuai usianya.15
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
7
Tabel 2. 1. Nilai Hematologi pada Hari Pertama Berdasarkan Usia Gestasi 16
26-27
minggu
28-29
minggu
30-31
minggu
32-33
minggu
34-35
minggu
36-37
minggu
Hb (g/dL)
19,0 ± 2,5
19,3 ± 1,8
19,1 ± 2,2
18,5 ± 2,0
19,6 ± 2,1
19,2±1,7
Ht (%)
62 ± 8
60 ± 7
60 ± 8
60 ± 8
61 ± 7
64±7
MCV (fl)
132 ± 14,4
131± 13,5
127 ± 12,7
123 ± 15,7
122 ± 10
121 ± 12,5
Retikulosit (%)
9,6 ± 3,2
7,5 ± 2,5
5,8 ± 2
5,0 ± 1,9
3,9 ± 1,6
4,2 ± 1,8
Hb, hemoglobin; Ht, hematokrit; MCV, mean corpuscular volume
Nilai yang ditampilkan adalah nilai rerata ± simpang baku
Berbeda dengan anemia pada umumnya, untuk menilai apakah kadar Hb/Ht pada
neonatus sudah cukup rendah hingga dapat disebut anemia juga harus
memperhatikan kondisi berat lahir, usia gestasi dan usia kronologis neonatus
tersebut.11,17 Saat ini belum banyak data mengenai rentang nilai optimal Hb untuk
bayi prematur, terutama yang mempertimbangkan ketiga hal tersebut diatas.
Kesulitan ini disebabkan karena secara etik pemeriksaan darah tidak perlu
dilakukan terhadap neonatus sehat dan normal hanya untuk membuat nilai normal
tersebut. Penelitian yang dilakukan selama ini hanya dapat memperoleh rentang
“nilai rujukan” yang berasal dari pasien-pasien neonatus dengan kondisi patologis
minimal sehingga dianggap tidak akan mempengaruhi hasil pemeriksaan darah.
Nilai rujukan seperti ini semakin sulit diperoleh pada bayi prematur kecil karena
masalah perancu seperti adanya flebotomi dan transfusi darah.17
Beberapa
kepustakaan banyak yang hanya mencantumkan nilai rujukan kadar Hb
berdasarkan usia gestasi untuk hari pertama kelahiran saja
(Tabel 2.1).
Sedangkan kepustakaan lainnya menyebutkan rentang rujukan kadar Hb bayi
prematur dengan hanya mempertimbangkan usia kronologisnya saja (Tabel 2.2).
Saat ini di Indonesia, baik UKK Neonatologi maupun UKK Hematologi-Onkologi
belum mengeluarkan konsensus terkait hal ini.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
8
Tabel 2. 2.. Nilai Sel Darah Merah pada Bayi Prematur18
Hari
RBC (x106/uL)
Hb (g/dL)
MCV (fl)
MCH (pg)
MCHC (g/L)
1
4,71 ± 0,75
18,2 ± 2,7
115 ± 5
38,9 ± 1,7
33,5 ± 1,2
3
4,4 ± 0,83
16,2 ± 2,9
112 ± 4
39,0 ± 3,4
33,8 ± 1
7
4,45 ±0,83
16,3 ± 2,9
110 ± 5
37,3 ± 1,8
33,9 ± 1,3
14
4,10 ± 0,69
14,5 ± 2,4
106 ± 5
36,3 ± 1,9
33,9 ± 1
21
3,71 ± 0,59
12,9 ± 2
102 ± 5
35,3 ± 2,2
34,2 ± 1,1
28
3,17 ± 0,6
10,9 ± 1,9
100 ± 5
35,1 ± 1,9
34,4 ± 1
35
2,97 ± 0,45
10 ± 1,4
98 ± 5
34,4 ± 1,5
34,5 ± 0,7
42
2,94 ± 0,49
9,5 ± 1,5
97 ± 5
32,2 ± 1,7
33,7 ± 0,9
49
3,21 ± 0,59
10,1 ± 1,7
95 ± 5
32,1 ± 1,6
33,5 ± 1
RBC, red blood cell count; Hb, hemoglobin; Ht, hematokrit; MCV, mean corpuscular volume; MCH, mean
corpuscular hemoglobin; MCHC, mean corpuscular hemoglobin concentration.
Nilai yang ditampilkan adalah nilai rerata ± simpang baku
2.2.2 Insidens anemia dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi prematur.
Saat ini belum ada penelitian terkait insidens anemia yang dialami bayi prematur
dalm 4 minggu pertama kehidupannya. Penelitian yang ada selama ini lebih
banyak mempelajari tentang insidens kejadian transfusi. Paul dkk19 dalam
penelitiannya terhadap 199 bayi BBLR, mendapatkan sebanyak 65% bayi
memperoleh transfusi PRC minimal 1 kali. Dalam penelitian terhadap 254 bayi
prematur, De Freitas dkk6 mendapatkan sebanyak 39,4% bayi memperoleh
transfusi PRC minimal 1 kali selama perawatan. Penelitian
terbaru yang
dilakukan oleh Jeon dkk7 tahun 2013 terhadap 50 bayi BBLR yang bertahan hidup
hingga usia 28 hari, didapatkan sebanyak 78% bayi mendapatkan minimal 1 kali
transfusi PRC. Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan di luar negeri,
namun di Indonesia data ini belum ada.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
9
2.2.3. Penyebab anemia dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi prematur
Seperti halnya anemia pada bayi baru lahir, anemia yang terjadi pada bayi
prematur sebelum usia kronologis 4 minggu dapat dibagi menjadi tiga kategori
utama yaitu anemia akibat hilangnya darah, anemia akibat proses hemolisis dan
anemia karena produksi sel darah merah yang berkurang.16
Kehilangan darah sebagai penyebab anemia dapat terjadi pada masa prenatal, saat
persalinan atau setelah persalinan. Kehilangan darah dapat terjadi sebagai akibat
perdarahan tersamar yang terjadi sebelum lahir, trauma akibat tindakan obstetrik,
perdarahan organ dalam, ataupun pengambilan sampel darah yang berlebihan
untuk pemeriksaan laboratorium.16 Kehilangan darah dapat terjadi secara akut
atau kronik. Anemia yang terjadi karena kehilangan darah kronik umumnya lebih
dapat ditoleransi, hal ini karena bayi akan melakukan kompensasi bertahap
terhadap terjadinya perdarahan kronis tersebut.5
Perdarahan darah tersamar sebelum kelahiran dapat terjadi akibat darah janin
masuk ke sirkulasi ibu atau dapat juga dikibatkan transfusi dari satu janin ke janin
lain pada kehamilan kembar. Kehilangan darah akibat komplikasi persalinan
meliputi plasenta previa, prolaps tali pusat atau insisi plasenta pada sectio
caesaria. Di negara maju, penyebab tersering anemia pada bayi yang dirawat di
NICU adalah seringnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
Pada bayi berat lahir sangat rendah (<1500 gram) 1 ml darah mewakili 1% lebih
volume darah total. Pengambilan darah pada populasi ini selama 4 minggu
pertama perawatan dapat mencapai 5%-45% volume darah total.16
Hemolisis umumnya diterjemahkan sebagai proses patologis yang menyebabkan
usia sel darah merah memendek dari normal. Pada neonatus cukup bulan usia sel
darah merah berkisar 60-80 hari sedangkan pada bayi prematur dapat hanya
mencapai 20-30 hari. Umumnya proses hemolisis akan disertai dengan
hiperbilirubinemia. Anemia karena proses hemolisis ini dapat dibedakan menjadi
anemia hemolitik karena proses imun dan non-imun. Hemolisis akibat proses
imun yang sering dijumpai adalah hemolisis akibat inkompatibilitas ABO dan
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
10
Rhesus. Proses hemolisis non-imun dapat disebabkan oleh infeksi ataupun akibat
kelainan pada sel darah merah (defek membran, abnormalitas enzim). 5,16
Anemia akibat terjadinya gangguan produksi sel darah merah dapat ditemukan
pada
anemia Diamond-Blackfan yang terjadi akibat kegagalan eritropoesis,
sindrom
Pearson’s,
infeksi
kongenital
seperti
rubella,
sitomegalovirus,
adenovirus, dan human parvovirus, atau leukemia kongenital. Semua hal tersebut
diatas dapat menyebabkan anemia pada awal kehidupan akibat proses eritropoesis
yang tidak memadai.16
Selain semua penyebab patologis diatas, semua bayi baru lahir secara fisiologis
akan mengalami penurunan kadar hemoglobin. Penurunan hemoglobin ini terjadi
karena proses simultan yang berhubungan dengan proses kelahiran dan transisi ke
kehidupan ekstrauterin.20 Pada saat lahir bayi memiliki kadar hemoglobin (Hb)
yang tinggi sebagai akibat tingginya kadar eritropoetin dalam kandungan. Hal ini
dianggap sebagai respon terhadap keadaan intrauterin yang relatif hipoksia.
Segera setelah bayi lahir dan bernapas, terjadi perubahan mendadak oksigenasi
bayi, dari yang sebelumnya bergantung pada plasenta menjadi pada paru-paru.
Hal ini akan meningkatkan tekanan oksigen arteri (PaO2) secara cepat sehingga
saturasi oksigen yang terikat pada hemoglobin juga meningkat.20,21 Saturasi
oksigen akan meningkat dari sekitar 50% menjadi 90% atau lebih. Disamping itu
hemoglobin yang dibentuk juga mengalami peralihan dari hemoglobin janin
(HbF) dengan afinitas oksigen yang tinggi menjadi hemoglobin dewasa (HbA)
yang rendah afinitasnya terhadap oksigen. Hemoglobin dewasa ini akan
melepaskan fraksi oksigen yang lebih banyak ke jaringan.21
Peningkatan kadar oksigen darah dan suplai oksigen ke jaringan yang terjadi
segera setelah lahir ini akan mengakibatkan supresi terhadap pembentukan
eritropoetin dan selanjutnya akan menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.
Kadar hemoglobin akan terus turun sampai satu saat kebutuhan oksigen jaringan
melampaui suplai oksigen. Pada saat keadaan hipoksia ini dideteksi oleh sensor
oksigen di hati atau ginjal maka eritropoetin akan kembali diproduksi dan proses
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
11
eritropoesis akan kembali berlangsung.20,21 Pada bayi cukup bulan kadar
hemoglobin
saat lahir adalah sekitar 17-19 g/dL yang kemudian akan turun
mencapai titik nadir sekitar 12 g/dL di usia sekitar 8-10 minggu.12 Kadar
hemoglobin saat lahir pada bayi prematur hampir sama dengan kadar hemoglobin
bayi cukup bulan. Namun penurunan kadar hemoglobin pada bayi prematur,
mencapai titik nadir lebih dini (4-6 minggu) dan dengan kadar yang lebih rendah
(7-10 g/dL).12,21 Pada bayi prematur yang sangat kecil kadar ini bisa lebih rendah
lagi.21
Beberapa penelitian di luar negeri telah mencoba menyelidiki faktor-faktor yang
berperan dalam kejadian anemia pada bayi prematur, dengan hasil yang beragam.
Pada penelitian potong lintang data rekam medis 254 bayi prematur di Brasil
tahun 2012, De Freitas dkk6 menyimpulkan usia gestasi dan terjadinya sepsis
awitan lambat sebagai faktor risiko seorang bayi prematur mendapatkan transfusi.
Pada tahun 2013, Jeon dkk7 melakukan penelitian terhadap data rekam medis 50
bayi prematur dengan berat lahir < 1500 gram. Dari penelitiannya tersebut
didapatkan kesimpulan bahwa anemia pada bayi prematur berhubungan dengan
flebotomi, berat lahir, durasi pemberian nutrisi parenteral dan kenaikan berat
badan.
2.2.4. Manifestasi klinis
Beberapa gejala klinis yang seringkali dihubungkan dengan anemia pada bayi
prematur adalah pucat, pertambahan berat badan yang tidak adekuat,
berkurangnya nafsu makan, penurunan aktivitas/letargi, sesak, gangguan
pemberian makan, takipnu, takikardi, meningkatnya episode apnu dan bradikardi,
peningkatan kebutuhan oksigen, bising jantung dan asidosis metabolik.
Obladen dkk
22
5,16
dalam penelitiannya mendapatkan gejala anemia yang paling
sering muncul adalah pucat dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
12
2.2.5. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorum untuk menilai anemia pada bayi prematur adalah:5
•
Darah perifer lengkap
Hitung leukosit dan trombosit dalam batas normal. Kadar hemoglobin
kurang dari 10 g/dL tetapi dapat mencapai 6-7g/dL. Kadar terendah
umumnya ditemukan pada bayi dengan berat badan yang lebih kecil. Sel
darah merah dalam batas normal (normositik normokromik).
•
Hitung retikulosit
Hitung retikulosit menjadi rendah karena anemia terjadi akibat penurunan
kadar eritropoetin.
•
Apusan darah tepi tidak menunjukkan abnormalitas.
•
Pemeriksaan golongan darah ibu dan bayi, tes antibodi langsung (Coombs)
dan
pemeriksaan
kadar
bilirubin
serum dapat
dilakukan
untuk
mengevaluasi kemungkinan anemia akibat proses hemolisis.
2.2.6. Pencegahan
Mencegah agar anemia pada bayi prematur tidak bertambah berat dapat dilakukan
dengan cara membatasi pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium. Setiap pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan harus benarbenar dipertimbangkan dengan seksama. Dan setiap rumah sakit yang mempunyai
unit perawatan bayi prematur hendaknya mempunyai fasilitas laboratorium yang
hanya membutuhkan sedikit darah untuk berbagai pemeriksaan laboratorium. 23
Teknologi pemeriksaan laboratorium saat ini sedang mengembangkan teknik
pengambilan sampel dengan jumlah darah yang seminimal mungkin. Peralatan
untuk mengukur gas darah atau kimia serum dengan hanya menempelkan pada
kateter tali pusat sedang dikembangkan. Manfaat teknologi ini terhadap kejadian
anemia pada bayi prematur belum banyak diketahui. Penggunaan alat pemantauan
noninvasif seperti alat monitor transkutan untuk memantau saturasi oksigen,
tekanan parsial oksigen dan tekanan parsial karbondioksida diharapkan dapat
mengurangi pengambilan sampel darah dalam rangka pemantauan keadaan pasien.
11,24
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
13
2.2.7. Tata Laksana
Pilihan tata laksana terhadap anemia bayi prematur meliputi transfusi darah,
terapi eritropoetin rekombinan dan suplementasi nutrisi esensial yang memadai.5
2.2.7.1 Transfusi darah
Transfusi PRC masih menjadi pilihan terapi untuk anemia bayi prematur namun
masih terdapat perdebatan mengenai hal ini. Kirpalani dkk25 dalam penelitian The
Premature Infant in Need of Transfusion (PINT) mendapatkan bahwa menjaga
hemoglobin pada kadar yang lebih tinggi (8,5-13,5 g/dL) hanya akan
menyebabkan lebih banyak bayi mendapatkan transfusi namun tidak signifikan
dalam memperbaiki mortalitas, morbiditas, ataupun kejadian apnu. Oleh karena
itu keputusan pemberian transfusi harus memperhatikan banyak faktor karena
dapat terjadi komplikasi berupa infeksi, gangguan imunologis, hematologis dan
metabolik.26 Saat ini masih belum ada pedoman pemberian transfusi pada bayi
prematur yang disepakati bersama. Beberapa pusat pelayanan kesehatan memiliki
protokol/pedoman transfusi sendiri yang bertujuan untuk mengurangi jumlah
transfusi yang diberikan.24,27 Tabel 2.2 menunjukkan salah satu bentuk protokol
pemberian transfusi.
Risiko pemberian transfusi darah merupakan hal yang harus diperhatikan,
diantaranya yang penting adalah kemungkinan reaksi transfusi dan transmisi
penyakit. Reaksi transfusi meskipun jarang terjadi pada bayi prematur, tetap
harus menjadi perhatian. Transmisi infeksi terutama HIV dan hepatitis dapat
diminimalisasi dengan metode skrining donor dan proses pengolahan darah yang
baik. Program single-donor transfusion untuk bayi prematur yang membutuhkan
beberapa serial transfusi juga membantu mengurangi risiko infeksi.24,28
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
14
Tabel 2.3. Protokol Pemberian Transfusi 27
Ht / Hb
Bantuan Pernapasan dan/atau Gejala-gejala
Volume Transfusi
Ht ≤35 /
Bayi yang membutuhkan ventilasi mekanik
15 mL/kg PRC
Hb ≤11
sedang atau berat (MAP >8 cm H2O dan FiO2
dalam 2-4 jam
>0,4)
Ht ≤30 /
Bayi yang membutuhkan bantuan pernapasan
15 mL/kg PRC
Hb ≤10
minimal (semua jenis ventilasi mekanik atau
dalam 2-4 jam
CPAP nasal/endotrakea >6 cm H2O dan FiO2
≤0,4)
Ht ≤25/
Bayi yang tidak membutuhkan ventilasi
20 mL/kg PRC
Hb ≤8
mekanik tapi dalam suplementasi O2 atau CPAP
dalam 2-4 jam
dengan FiO2 ≤0,4 dan berada dalam 1 atau
lebih keadaaan berikut :
-
Takikardia (FDJ >180) atau takipnu (FP
>80) ≤24 jam
-
Peningkatan kebutuhan oksigen dari 48 jam
sebelumnya, yaitu peningkatan ≥4x aliran
kanul nasal (misal 0,25 L/m menjadi 1 L/m)
atau peningkatan CPAP nasal ≥20% (misal
5 cm menjadi 6 cm H2O)
-
Pertambahan berat badan <10gr/kg/hari
dalam 4 hari terakhir walaupun menerima
≥100 kkal/kg/hari
-
Peningkatan episode apnu dan bradikardia
(>9 episode dalam 24 jam atau ≥2 episode
dalam 24 jam yang memerlukan VTP)
walaupun sedang mendapat terapi
metilxantin
Ht ≤20 /
Hb ≤7
Sedang menjalani operasi
Asimtomatis dan dengan hitung retikulosit
20 mL/kg PRC
<100.000 sel/µL
dalam 2-4 jam
Ht, hematokrit; Hb, hemoglobin; MAP, tekanan nadi rata-rata; CPAP, continuous positive airway
pressure; FiO2, fraksi oksigen inspirasi; FDJ, laju denyut jantung; FP, laju pernapasan
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
15
Akter dkk29 dalam penelitiannya mendapatkan bahwa transfusi darah saat minggu
pertama kehidupan (p=.002, OR 1.15; C.I. 1.01– 1.32) dan volume transfusi darah
kumulatif (ml/kg) (p=.002, OR2.8, CI: 1.65-4.41) secara signifikan berhubungan
dengan kejadian ROP. Sedangkan dalam penelitian yang lain, Ke dkk30
menemukan variabel yang bermakna signifikan pada kejadian ROP salah satunya
adalah frekuensi transfusi darah (P=0.032). Beberapa penelitian lain juga
menyebutkan transfusi darah memiliki risiko potensial berupa meningkatnya
angka kematian, meningkatnya timbunan zat besi,
meningkatnya risiko
retinopathy of premturity (ROP) dan berhubungan dengan kejadian necrotizing
enterocolitis (NEC).13
2.2.7.2. Terapi eritropoetin rekombinan
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pemberian eritropoetin yang dimulai baik
pada minggu pertama kehidupan atau setelahnya, dapat menurunkan angka
transfusi pada bayi prematur.31–35 Namun dalam penelitian metaanalisis yang
dilakukan oleh Ohlsson dkk33 ternyata didapatkan bahwa pemberian eritropoetin
awal (usia kurang dari 8 hari) berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya
retinopati pada bayi prematur.33 Pengobatan dengan eritropoetin ini belum dapat
diterima secara universal sebagai terapi standar untuk anemia bayi prematur.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai keamanan, waktu, dosis, rute,
atau durasi terapi.32,33
.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
16
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Faktor fisiologis:
- Kadar eritropoetin rendah
- Usia sel darah merah
lebih pendek
- Pergeseran kurva
disosiasi oksihemoglobin
ke kiri
- Ambang sensor oksigen
lebih rendah
Bayi prematur
(lahir)
Karakteristik:
ANEMIA
Faktor patologis:
-
- Pengambilan sampel
berulang
- Sepsis
- Kehilangan darah akibat
sebab lain
Usia gestasi
Berat lahir
Frekuensi
transfusi PRC
Status sepsis
Lama rawat
Status keluar
Usia
kronologis
4 minggu
- - - - - - Ruang lingkup penelitian
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
17
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang yang bertujuan
untuk mengetahui insidens dan karakteristik bayi prematur yang mengalami
anemia dan transfusi PRC sebelum usia kronologis 4 minggu.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama bulan Mei 2014 di RSCM Jakarta setelah lolos kaji
etik dari Panitia Tetap Etik Penelitian Kedokteran/Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) – RSCM.
4.3. Populasi Penelitian
4.3.1. Populasi target
Populasi target penelitian ini adalah semua bayi baru lahir prematur yang
menjalani perawatan.
4.3.2. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah semua bayi baru lahir prematur yang menjalani
perawatan di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM Jakarta periode 1 Januari
2012 sampai dengan 31 Desember 2013.
4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1. Kriteria Inklusi
1. Bayi dengan riwayat kelahiran prematur (usia gestasi <37 minggu).
2. Bayi dirawat di Unit Perinatologi RSCM.
3. Bayi memiliki data pemeriksaan Hb dalam usia kronologis ≤ 4 minggu.
4.4.2. Kriteria Eksklusi
Tidak ada kriteria eksklusi.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
18
4.5. Cara Pengambilan Sampel
Subjek penelitian adalah bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
penelitian. Pemilihan subjek dilakukan secara simple random sampling.
4.6. Estimasi Besar Sampel
Rumus besar sampel yang digunakan pada rancangan penelitian ini adalah:
•
Untuk menilai besar insidens bayi prematur yang mengalami anemia, dipakai
rumus:36
n = z α 2.PQ
d2
Keterangan :
n
= besar sampel penelitian yang dibutuhkan.
α = tingkat kemaknaan, ditetapkan oleh peneliti, pada penelitian ini 0,05
sehingga Zα = 1,96.
z α = interval kepercayaan yang ditetapkan, yaitu 95% =1,96.
d
= kesalahan prediksi yang masih dapat diterima (presisi), ditetapkan 5 %
(0,05).
P = proporsi kejadian anemia pada bayi prematur, diperoleh dari penelitian
sebelumnya yaitu 0,38 (38%)37.
Q
= 1-P = 0,62.
Jadi besar sampel adalah:
n
= (1,96)2 x 0,38 x 0,62 = 362 sampel.
(0,05)2
4.7. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran secara retrospektif data rekam
medis bayi-bayi yang menjalani perawatan di Unit Perinatologi Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM pada tahun 2012 dan 2013. Berdasarkan data tersebut
secara simple random sampling dengan bantuan program komputer, bayi-bayi
yang memenuhi kriteria penelitian diikutsertakan dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
19
Tahap berikutnya adalah melakukan pengambilan data setiap subjek penelitian
yang meliputi identitas bayi (nama, jenis kelamin, tanggal lahir dan nomor rekam
medis), kadar Hb, usia gestasi, berat lahir, kejadian transfusi PRC, status sepsis,
lama rawat dan status saat keluar. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dan
pelaporan hasil penelitian.
4.8. Alur Penelitian
Penelusuran retrospektif data rekam medis
Unit Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan anak RSCM
Kriteria inklusi
Pengambilan data:
Identitas bayi (nama, jenis kelamin, tanggal lahir dan nomor rekam medis), kadar Hb,,
usia gestasi, berat lahir, kejadian transfusi PRC, status sepsis, lama rawat dan
status keluar.
Pengolahan data
Pelaporan hasil penelitian
4.9. Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kejadian anemia pada bayi
prematur.
2. Variabel bebas adalah variabel yang dinilai memiliki hubungan terhadap
variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia gestasi,
berat lahir, kejadian transfusi PRC, status sepsis, lama rawat dan status saat
keluar.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
20
4.10. Definisi Operasional
-
Bayi prematur: bayi yang lahir dengan usia gestasi <37 minggu
berdasarkan Ballard score, diambil dari data rekam medis.
-
Anemia dalam penelitian ini adalah keadaan kadar Hb lebih dari 2
simpang baku di bawah rentang normal berdasarkan rujukan Tabel 2.3.
Status anemia dinyatakan sebagai anemia dan tidak anemia. Batas anemia
dibedakan berdasarkan usia kronologis bayi prematur, yaitu sebagai
berikut:
o Usia 0 hari: anemia adalah jika Hb <12,8 g/dL
o Usia 1-7 hari: anemia adalah jika Hb <10,5 g/dL
o Usia 8-14 hari: anemia adalah jika Hb <9,7 g/dL
o Usia 15-21 hari: anemia adalah jika Hb <8,9 g/dL
o Usia 22-28 hari: anemia adalah jika Hb <7,1 g/dL
-
Insidens anemia adalah proporsi kasus baru mengalami anemia,
dinyatakan dalam % (persen).
-
Transfusi PRC adalah tindakan pemberian transfusi pack red cell (sel
darah merah) pada bayi prematur, dinyatakan sebagai:
o Ya yaitu mendapatkan transfusi PRC
o Tidak yaitu tidak mendapatkan transfusi PRC
-
Insidens transfusi PRC adalah proporsi kasus baru mendapatkan
transfusi PRC, dinyatakan dalam % (persen).
-
Frekuensi anemia adalah frekuensi didapatkannya hasil pemeriksaan
kadar Hb sesuai dengan anemia yang belum mendapatkan koreksi
(transfusi) PRC sebelumnya, dinyatakan dalam x (kali).
-
Frekuensi PRC adalah frekuensi pemberian transfusi PRC kepada bayi
prematur sesuai dengan target yang telah ditentukan.
-
Usia kronologis: usia bayi terhitung sejak tanggal dilahirkan, dinyatakan
dalam hari.
-
Usia pertama kali anemia adalah usia kronologis bayi prematur saat
pertama kali memiliki hasil pemeriksaan kadar Hb sesuai dengan anemia,
dinyatakan dalam hari.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
21
-
Berat lahir adalah berat badan bayi saat lahir, dinyatakan dalam gram.
Dikelompokkan menjadi <1000 gram, 1000-1499 gram, 1500-1999 gram,
2000-2499 gram dan ≥2500 gram.
-
Usia gestasi adalah usia konsepsi/kehamilan yang dinilai berdasarkan
Ballard score, dinyatakan dalam minggu. Dikelompokkan menjadi <28
minggu. 28-<32 minggu, dan 32-<37 minggu.
-
Gemelli adalah kelahiran kembar; kelahiran 2 atau lebih bayi yang berasal
dari kehamilan yang sama.
-
Cara lahir adalah metode persalinan bayi prematur. Dikelompokkan
menjadi persalinan per vaginam dan persalinan dengan bedah Caesar
(SC).
o Persalinan per vaginam meliputi persalinan spontan, persalinan
dengan bantuan ekstraksi forceps dan ekstraksi vakum.
o Persalinan SC merupakan persalinan per abdominam
-
Diagnosis ibu adalah diagnosis ibu subjek penelitian seperti tercantum
dalam data dasar rekam medis perinatologi. Dikelompokkan menjadi:
o Diagnosis terkait anemia pada bayi meliputi plasenta previa,
solusio
plasenta, ruptur tali pusat, tersangka twin-to-twin
transfusion syndrome
o Diagnosis tidak terkait anemia pada bayi meliputi eklampsi,
pre-eklampsi berat (PEB), pre-eklampsi ringan (PER), ketuban
pecah dini (KPD), janin gemelli duplet/triplet, ancaman partus
prematurus, oligohidramnion, bekas sectio-caesaria, dan gawat
janin
-
Diagnosis bayi adalah diagnosis subjek penelitian seperti tercantum dalam
rekam medis. Dikelompokkan menjadi:
o Diagnosis terkait anemia meliputi diagnosis akibat perdarahan
(perdarahan
saluran
cerna,
perdarahan
paru,
perdarahan
intraventrikular, perdarahan kulit/hematoma, gangguan faktor
koagulasi dan perdarahan pasca operasi) dan diagnosis akibat
hemolisis (inkompatibilitas ABO dan resus)
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
22
o Diagnosis tidak terkait anemia meliputi distres pernapasan
(pneumonia neonatal, penyakit membran hialin, pneumotoraks),
hiperbilirubinemia, kolestasis, apnoe of prematurity, meningitis,
hidrosefalus.
-
Status sepsis adalah kondisi medis
bayi prematur terkait sepsis.
Dikelompokkan menjadi:
o Terbukti sepsis yaitu adanya diagnosis klinis tersangka sepsis
yang disertai hasil positif biakan darah dan/atau spesimen lain.
o Sepsis klinis yaitu adanya diagnosis klinis tersangka sepsis yang
tanpa disertai hasil positif biakan darah dan/atau spesimen lain.
o Tidak sepsis yaitu tidak didiagnosis sebagai sepsis.
-
Lama rawat adalah durasi waktu perawatan terhitung sejak bayi prematur
masuk dirawat hingga keluar, dinyatakan dalam hari. Dikelompokkan
menjadi ≤7 hari, 8-14 hari, 15-21 hari, 22-28 hari dan >28 hari.
-
Status keluar adalah
status saat
bayi keluar
dari perawatan.
Dikelompokkan menjadi:
o Dipulangkan yaitu status bayi dengan kondisi medis tertentu yang
diperbolehkan untuk menjalani rawat jalan.
o Pulang paksa yaitu status keluar dari perawatan meskipun belum
ada persetujuan/indikasi medis.
o Transfer yaitu status keluar dari perawatan untuk menjalani
perawatan di institusi kesehatan lain.
o Meninggal yaitu status keluar karena pasien meninggal.
4.11. Manajemen dan Analisis Data
Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir laporan penelitian yang telah
disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam database komputer. Data akan diolah
dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Data deskriptif disajikan secara
tekstular dan tabular. Perbandingan proporsi antar kelompok dianalisa dengan uji
Chi square. Nilai p<0,05 dianggap secara statistik bermakna.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
23
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Penelusuran Subjek Penelitian
Data penelitian didapatkan dari rekam medis pasien periode 1 Januari 2012
sampai dengan 31 Desember 2013 di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM.
Penelusuran data rekam medis melalui
komputer menggunakan kriteria usia
gestasi kurang dari 37 minggu menghasilkan 1012 kasus bayi prematur. Untuk
mewakili populasi berdasarkan besar sampel minimal diperlukan 362 subjek
penelitian. Dari data tersebut secara simple random sampling diambil 426 status
bayi prematur. Penelusuran rekam medis secara fisis di Rekam Medis Pusat dan
Unit Perinatologi RSCM menghasilkan 393 rekam medis yang memenuhi kriteria
penelitian. Dengan jumlah tersebut berarti minimal besar sampel penelitian telah
terpenuhi. Gambar 5.1 menjelaskan hasil penelusuran rekam medis pada
penelitian ini.
Penelusuran data rekam medis komputer berdasarkan kriteria
usia gestasi kurang dari 37 minggu
1012 kasus dengan UG < 37 minggu
Pemilihan subjek penelitian secara simple random sampling
426 kasus dengan UG < 37 minggu
Tidak memiliki data Hb
saat usia kronologis <4
minggu)
33 (7,7%) rekam medis
Kasus sesuai kriteria penelitian
393 (92,3%) rekam medis
Gambar 5.1 Ringkasan Hasil Penelusuran Rekam Medis
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
24
5.2. Karakteristik Bayi Prematur
Secara keseluruhan dari 393 bayi prematur yang ikut dalam penelitian, didapatkan
proporsi jenis kelamin bayi laki-laki dan perempuan yang hampir sama dengan
perbandingan 1,05:1. Sebagian besar bayi-bayi prematur ini (95,7%) dirawat di
Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM sejak lahir. Median usia gestasi bayibayi ini adalah 33 minggu (24-36 minggu) dengan kelompok usia gestasi 32-36
minggu menjadi kelompok dengan subjek terbanyak dalam penelitian ini yaitu
245 subjek (62,3%). Median berat lahir bayi prematur adalah 1700 gram (3853750 gram) dengan kelompok berat lahir 1500-1999 gram menjadi kelompok
dengan jumlah bayi terbanyak dalam penelitian ini yaitu 169 subjek (43%).
Dari 371 (94,4%) bayi prematur yang data usia ibunya diketahui, median usia ibu
adalah 29 tahun (15-46 tahun) dengan kelompok usia ibu <20 tahun sebanyak 44
(11,2%) subjek, kelompok dengan usia ibu 20-35 tahun sebanyak 257 (65,4%)
bayi, dan kelompok dengan usia ibu >35 tahun sebanyak 70 (17,8%) bayi. Median
Hb ibu adalah 11,6 g/dL (5,8-20,4 g/dL) dengan kelompok Hb ibu <11 g/dL
sebanyak 101 (31,3%) bayi dan kelompok Hb ibu ≥11 g/dLsebanyak 222 (68,7%)
bayi.
Sebagian besar bayi (96,2%) di diagnosis secara klinis sebagai sepsis dan
mendapat tata laksana sepsis, namun hanya 56 (14,2) bayi yang terbukti sepsis.
Hanya sebagian kecil (3,8%) bayi yang tidak didiagnosis sebagai sepsis. Median
lama rawat bayi-bayi ini adalah 17 hari (0-123 hari). Pada penelitian ini
didapatkan sebagian besar (74%) bayi menjalani perawatan ≤28 hari dengan bayi
meninggal sebanyak 82 (20,9%) bayi. Data lengkap karakteristik bayi prematur
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
25
Tabel 5.1. Karakteristik bayi prematur (n=393)
Karakteristik
n
%
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
202
191
51,4
48,6
38
110
245
9,7
28
62,3
Berat lahir
- <1000 gram
- 1000 – 1499 gram
- 1500 – 1999 gram
- 2000 – 2499 gram
- ≥2500 gram
34
88
169
82
20
8,7
22,4
43
20,9
5,1
Gemelli
- Ya
- Tidak
64
329
16,3
83,7
Cara lahir
- Per vaginam
- SC
143
250
36,4
63,6
Cara lahir
- Per vaginam
- SC
143
250
36,4
63,6
Status sepsis
- Terbukti sepsis
- Sepsis klinis
- Tidak sepsis
56
322
15
14,2
81,9
3,8
78
87
70
56
102
19,8
22,2
17,8
14,2
26
245
61
5
82
62,3
15,5
1,3
20,9
Usia gestasi
- <28 minggu
- 28-<32 minggu
- 32-36 minggu
Lama rawat
- ≤7 hari
- 8-14 hari
- 15-21 hari
- 22-28 hari
- >28 hari
Status keluar
- Dipulangkan
- Pulang paksa
- Transfer
- Meninggal
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
26
5.3. Insidens Anemia
Pada penelitian ini didapatkan insidens bayi prematur yang mengalami anemia
sebelum usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi RSCM adalah sebesar
23,9% (94 subjek dari 393 total subjek penelitian)(Gambar 5.2).
Anemia
Tidak anemia
23.9%
76.1%
Gambar 5.2 Insidens Bayi Prematur Yang Mengalami Anemia
5.4. Karakteristik Subjek Anemia
5.4.1. Frekuensi anemia
Terdapat 94 subjek yang mengalami anemia pada penelitian ini, dari jumlah
tersebut sebanyak 74 (78,7%) subjek mengalami anemia sebanyak 1 kali, 18
(19,1%) subjek mengalami anemia sebanyak 2 kali, 1 (1,1%) subjek mengalami
anemia sebanyak 3 kali dan 1 (1,1%) subjek mengalami anemia sebanyak 4 kali
(1,1%).
5.4.2. Usia pertama kali anemia
Median usia subjek saat pertama kali mengalami anemia adalah 5 hari (0-28 hari)
dengan kelompok usia ≤7 hari sebanyak 62 (66%) subjek, kelompok usia 8-14
hari sebanyak 14 (14,9%) subjek, kelompok usia 15-21 hari sebanyak 10 (10,6%)
subjek, dan kelompok usia 22-28 hari sebanyak 8 (8,5%) subjek. Data lengkap
karakteristik subjek dengan anemia dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
27
Tabel 5.2. Karakteristik subjek anemia (n=94)
Karakteristik
Frekuensi anemia
- 1x
- 2x
- 3x
- 4x
n
%
74
18
1
1
78,7
19,1
1,1
1,1
Usia pertama kali anemia
- ≤7 hari
- 8-14 hari
- 15-21 hari
- 22-28 hari
62
14
10
8
66
14,9
10,6
8,5
5.4.3. Karakteristik subjek dengan anemia pertama kali pada usia ≤7 hari
Usia pertama kali seorang subjek mengalami anemia ditemukan paling banyak
pada kelompok usia ≤7 hari yaitu sebanyak 62 subjek. Dari jumlah tersebut
didapatkan jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan (1,2:1). Pada kelompok
ini diagnosis ibu hanya didapatkan pada 54 subjek, yang dikelompokkan menjadi
diagnosis terkait anemia pada bayi dan diagnosis tidak terkait anemia pada bayi.
Diagnosis terkait anemia pada bayi meliputi diagnosis plasenta previa yang
ditemukan pada 6 subjek dan diagnosis janin tersangka twin-to-twin transfusion
syndrome (TTTS) yang ditemukan pada 2 subjek. Sedangkan diagnosis yang tidak
terkait anemia pada bayi diadapatkan pada 46 subjek yang lain, meliputi eklampsi,
pre-eklampsi berat (PEB), pre-eklampsi ringan (PER), ketuban pecah dini (KPD),
janin gemelli duplet/triplet, ancaman partus prematurus, oligohidramnion, bekas
sectio-caesaria, dan gawat janin. Diagnosis bayi terkait anemia meliputi diagnosis
akibat perdarahan dan diagnosis akibat hemolisis. Diagnosis terkait anemia
didapatkan pada 23 (37,1%) subjek, yang seluruhnya akibat perdarahan.
Sedangkan diagnosis bayi tidak terkait anemia didapatkan
pada 39 (62,9%)
subjek. Sebagian besar (98,4%) subjekyang mengalami anemia pada usia ≤7 hari
didiagnosis secara klinis sebagai sepsis, walaupun hanya 8 (12,9%) subjek yang
biakan darah minggu pertamanya terbukti sepsis. Data lengkap karakteristik
subjek yang mengalami anemia pertama kali pada usia ≤7 hari dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
28
Tabel 5.3. Karakteristik subjek dengan anemia pertama kali
≤7 hari (n=62)
Karakteristik
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Diagnosis ibu (n=54)
- Diagnosis terkait anemia
pada bayi
- Diagnosis tidak terkait
anemia pada bayi
Diagnosis bayi
- Diagnosis terkait
anemia
- Diagnosis tidak terkait
anemia
Status sepsis
- Terbukti sepsis
- Sepsis klinis
- Tidak sepsis
n
%
34
28
54,8
45,2
8
14,8
46
85,2
23
37,1
39
62,9
8
53
1
12,9
85,5
1,6
5.5. Perbandingan Proporsi Kejadian Anemia
Hasil penelitian menunjukkan 23,9% subjek mengalami anemia. Tabel 5.4
memperlihatkan perbandingan proporsi kejadian anemia pada berbagai variabel
yaitu jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, kejadian transfusi PRC, status sepsis,
lama rawat, dan status keluar. Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna proporsi kejadian anemia pada variabel jenis kelamin, usia
gestasi, berat lahir, kejadian transfusi PRC, status sepsis, lama rawat dan status
keluar.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
29
Tabel 5.4. Perbandingan proporsi kejadian anemia (n=393)
Karakteristik
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Status anemia
Anemia
Tidak anemia
n (%)
n (%)
nilai p*
57 (28,2)
37 (19,4)
145 (71,8)
154 (80,6)
0,04
11 (28,9)
41 ( 37,3)
42 (17,1)
27 (71,1)
69 (62.7)
203 (82,9)
<0,0001
Berat lahir
- <1000 gram
- 1000–1499 gram
- 1500–1999 gram
- 2000–2499 gram
- ≥2500 gram
10 (29,4)
38 (43,2)
34 (20,1)
11 (13,4)
1 (5)
24 (70,6)
50 (56,8)
135 (79,9)
71 (86,6)
19 (95)
<0,0001
Transfusi PRC
- Ya
- Tidak
73 (59,3)
21 (7,8)
50 (40,7)
249 (92,2)
<0,0001
Status sepsis
- Terbukti sepsis
- Sepsis klinis
- Tidak sepsis
26 (46,4)
67 (20,9)
1 (6,3)
30 (53,6)
254 (79,1)
15 (93,8)
<0,0001
18 (23,4)
13 (14,9)
12 (16,9)
7 (12,5)
44 (43,1)
59 (76,6)
74 (85,1)
59 (83,1)
49 (87,5)
58 (56,9)
<0,0001
46 (18,8)
11 (16,7)
37 (45,1)
199 (81,2)
55 (83,3)
45 (54,9)
<0,0001
Usia gestasi
- <28 minggu
- 28-<32 minggu
- 32-36 minggu
Lama rawat
- ≤7 hari
- 8-14 hari
- 15-21 hari
- 22-28 hari
- >28 hari
Status keluar
- Dipulangkan
- Pulang paksa dan transfer
- Meninggal
* uji
Pearson Chi-Square
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
30
5.6. Perbandingan Proporsi Frekuensi Anemia pada Variabel Usia Gestasi
dan Berat Lahir.
Tabel 5.5. menunjukkan perbandingan proporsi frekuensi anemia pada variabel
usia gestasi dan berat lahir. Tabel ini memperlihatkan bahwa perbedaan proporsi
frekuensi mengalami anemia secara statistik tidak bermakna baik pada variabel
usia gestasi maupun variabel berat lahir.
Tabel 5.5. Perbandingan proporsi frekuensi anemia (n=94)
Karakteristik
Frekuensi anemia
nilai p*
1 kali
n (%)
>1 kali
n (%)
Usia gestasi
- <28 minggu
- 28-<32 minggu
- 32-36 minggu
7 (63,6)
30 ( 73,2)
37 (88,1)
4 (36,4)
11 (26,8)
5 (11,9)
0,108
Berat lahir
- <1000 gram
- 1000–1499 gram
- ≥1500 gram
7 (70)
28 (73,7)
39 (84,8)
3 (30)
10 (26,3)
7 (15,2)
0,361
* uji
Pearson Chi-Square
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
31
5.7. Insidens Transfusi PRC
Transfusi PRC adalah pemberian transfusi komponen darah berupa packed red
blood cells yang berasal dari donor, diproses dan disimpan dalam kantong darah
sebagai unit-unit produk darah. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 123
(31,3%) subjek pernah mendapatkan transfusi PRC minimal 1 kali selama
perawatan (Gambar 5.3).
Transfusi PRC
Tidak transfusi
PRC
31.3%
68.7%
Gambar 5.3. Insidens Transfusi PRC
5.8. Karakteristik Subjek yang Mendapatkan Transfusi PRC
5.8.1. Frekuensi transfusi PRC
Dari 123 subjek yang mendapatkan transfusi PRC pada penelitian ini, sebanyak
54 (43,9%) subjek mendapatkan transfusi PRC sebanyak 1 kali. Sedangkan
frekuensi transfusi PRC tersering adalah sebanyak 7 kali yang dialami hanya pada
1 (0,8%) subjek. Dari 242 praktik pemberian transfusi PRC terhadap 123 subjek
dalam penelitian ini, median volume transfusi adalah 20 ml/kgBB (9,7-25
ml/kgBB).
5.8.2. Usia pertama kali transfusi PRC
Median usia subjek saat pertama kali mendapatkan transfusi PRC adalah 6 hari (027 hari). Pada kelompok usia ≤7 hari, yang mendapatkan transfusi PRC sebanyak
63 (51,2%) subjek, kelompok usia 8-14 hari sebanyak 31 (25,2%) subjek,
kelompok usia 15-21 hari sebanyak 16 (13%) subjek, dan pada kelompok usia 2228 hari sebanyak 13 (10,6%) subjek. Karakteristik pemberian transfusi PRC pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
32
Tabel 5.6. Karakteristik transfusi PRC (n=123)
Karakteristik
n
%
Frekuensi transfusi
- 1x
- 2x
- 3x
- 4x
- 5x
- 6x
- 7x
54
43
10
10
4
1
1
43,9
35
8,1
8,1
3,3
0,8
0,8
Usia pertama kali transfusi
- ≤7 hari
- 8-14 hari
- 15-21 hari
- 22-28 hari
63
31
16
13
51,2
25,2
13
10,6
5.9. Perbandingan Proporsi Kejadian Transfusi PRC
Pada penelitian ini terdapat 31,3% subjek yang memperoleh transfusi PRC. Tabel
5.7 memperlihatkan perbandingan proporsi kejadian transfusi PRC pada variabel
jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, status sepsis, lama rawat, dan status keluar.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa proporsi kejadian transfusi PRC memiliki
perbedaan yang bermakna secara statistik pada variable usia gestasi, berat lahir,
status sepsis, lama rawat dan status keluar.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
33
Tabel 5.7. Perbandingan proporsi kejadian transfusi PRC (n=393)
Karakteristik
Tranfusi PRC
Ya
Tidak
n (%)
n (%)
nilai p*
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
72 (35,6)
51 (26,7)
130 (64,4)
140 (73,3)
0,056
Usia gestasi
- <28 minggu
- 28-<32 minggu
- 32-36 minggu
21 (55,3)
59 ( 53,6)
43 (17,6)
17 (44,7)
51 (46.4)
202 (82,4)
<0,0001
Berat lahir
- <1000 gram
- 1000 – 1499 gram
- 1500 – 1999 gram
- 2000 – 2499 gram
- ≥2500 gram
18 (52,9)
50 (56,8)
44 (26)
10 (12,2)
1 (0,8)
16 (47,1)
38 (43,2)
125 (74)
72 (87,8)
19 (99,2)
<0,0001
Status sepsis
- Terbukti sepsis
- Sepsis klinis
- Tidak sepsis
44 (78,6)
79 (24,6)
0 (0)
12 (21,4)
242 (75,4)
16 (100)
<0,0001
Lama rawat
- ≤7 hari
- 8-14 hari
- 15-21 hari
- 22-28 hari
- >28 hari
18 (23,4)
9 (10,3)
15 (21,1)
10 (17,9)
71 (69,6)
59 (76,6)
78 (89,7)
56 (78,9)
46 (82,1)
31 (30.4)
<0,0001
Status keluar
- Dipulangkan
- Pulang paksa dan transfer
- Meninggal
52 (21,2)
16 (24,2)
55 (67,1)
193 (78,8)
50 (75,8)
27 (32,8)
<0,0001
* uji
Pearson Chi-Square
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
34
5.10. Perbandingan Proporsi Frekuensi Transfusi PRC pada Variabel Usia
Gestasi dan Berat Lahir.
Tabel 5.8. menunjukkan perbandingan proporsi frekuensi transfusi PRC pada
variabel usia gestasi dan berat lahir. Tabel ini memperlihatkan bahwa proporsi
frekuensi transfusi PRC secara statistik tidak memiliki perbedaan bermakna baik
pada variabel usia gestasi maupun variabel berat lahir.
Tabel 5.8. Perbandingan proporsi frekuensi transfusi PRC (n=123)
Karakteristik
Frekuensi transfusi PRC
1 kali
2 kali
>2 kali
n (%)
n (%)
n (%)
nilai
p*
Usia gestasi
- <28 minggu
- 28-<32 minggu
- 32-36 minggu
6 (28,6)
24 (40,7)
24 (55,8)
7 (33,3)
23 (39)
13 (30,2)
8 (38,1)
12 (20,3)
6 (14)
0,129
Berat lahir
- <1000 gram
- 1000–1499 gram
- ≥1500 gram
5 (27,8)
21 (42)
28 (50,9)
8 (44,4)
16 (32)
19 (34,5)
5 (27,8)
13 ( 26)
8 (14,6)
0,357
* uji
Pearson Chi-Square
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
35
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui karakteristik dan
insidens bayi prematur yang mengalami anemia sebelum usia kronologis 4
minggu. Data yang diambil dari penelitian ini merupakan kumpulan data
retrospektif yang berasal dari rekam medis RSCM sehingga data yang diperoleh
hanya terbatas dengan apa yang tercantum dalam rekam medis.
Penentuan anemia pada penelitian ini didasarkan pada hasil pemeriksaan kadar
Hb. Sedangkan pemeriksaan kadar Hb bukanlah pemeriksaan yang selalu
dilakukan. Pemeriksaan kadar Hb menjadi bagian dari pemeriksaan rutin hanya
terhadap bayi-bayi yang dicurigai secara klinis bermasalah seperti mengalami
distres pernapasan, takipnu, takikardi, pucat, letargi, malas minum, muntah dan
sejenisnya. Kondisi ini menyebabkan profil anemia pada penelitian ini lebih
menggambarkan kondisi anemia yang terjadi pada bayi-bayi dengan kondisi
medis tertentu.
Nilai kadar Hb yang didapat dalam penelitian ini merupakan hasil pemeriksaan
salah satu dari 3 laboratorium di RSCM berikut ini, yaitu laboratorium
perinatologi, laboratorium Patologi Klinik 24 jam, dan laboratorium Instalasi
Gawat Darurat (IGD). Data yang ideal hasil pemeriksaan kadar Hb adalah
mendapatkan hasil tertulis (print-out) dari masing-masing laboratorium. Namun
seringkali
hasil tersebut tidak ditemukan, sehingga catatan dokter, catatan
perawat dan atau kombinasi keduanya menjadi alternatif pengambilan data hasil
laboratorium.
Hal lain yang menjadi keterbatasan penelitian menggunakan data rekam medis
adalah data klinis yang tidak selalu ada terkait kondisi klinis pasien saat diketahui
mengalami anemia atau mendapatkan transfusi. Oleh karena setiap pemeriksaan
darah termasuk pemeriksaan kadar Hb dan transfusi PRC dilakukan berdasarkan
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
36
indikasi klinis, maka kondisi klinis yang tercantum dalam 24 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan Hb atau transfusi PRC dianggap sebagai kondisi klinis
terkait anemia atau transfusi tersebut.
6.2. Insidens Anemia dan Transfusi PRC
Dalam penelitian ini terdapat 1012 bayi prematur yang di rawat di Unit
Perinatologi RSCM pada periode 1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2013.
Sebanyak 393 subjek yang memenuhi kriteria penelitian terpilih pada penelitian
ini dengan 94 (23,9%) subjek diantaranya mengalami anemia. Anemia dalam
penelitian ini adalah keadaan kadar Hb lebih dari 2 simpang baku di bawah
rentang normal berdasarkan rujukan Tabel 2.3, dikelompokkan sebagai berikut:
pada usia kronologis <1 hari, anemia adalah jika Hb<12,8 g/dL; pada usia
kronologis 1-7 hari, anemia adalah jika Hb <10,5 g/d; pada usia kronologis 8-14
hari, anemia adalah jika Hb <9,7 g/dL; pada usia kronologis 15-22 hari, anemia
adalah jika Hb <8,9 g/dL, dan pada usia kronologis 22-28 hari, anemia adalah
jika Hb <7,1 g/dL.
Secara umum anemia didefinisikan sebagai keadaan konsentrasi Hb atau Ht lebih
dari 2 simpang baku di bawah rentang normal sesuai dengan usia.15 Namun hal ini
sedikit berbeda pada bayi baru lahir terutama bayi prematur. Keputusan untuk
menilai kadar Hb sudah cukup rendah untuk dinyatakan sebagai anemia juga
harus mempertimbangkan berat lahir, usia gestasi dan usia kronologis bayi.11,17
Banyak kepustakaan mencantumkan nilai rujukan kadar Hb berdasarkan usia
gestasi atau berat lahir hanya untuk hari pertama saja.15,16 Padahal secara
fisiologis kadar Hb akan turun sejalan dengan usia kronologis pasien. Hingga saat
ini belum didapatkan rujukan mengenai nilai optimal rentang kadar Hb/Ht yang
mempertimbangkan semua faktor tersebut hingga dapat dipergunakan pada bayi
prematur. Di Indonesia sendiri belum ada konsensus baik dari UKK Neonatologi
maupun UKK Hematologi-Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait
hal ini. Dalam salah satu kepustakaan lain didapatkan rentang nilai normal Hb
bayi prematur yang mempertimbangkan juga usia kronologis.18 Kekurangan dari
rujukan ini adalah tidak mengelompokkan lagi nilai-nilai tersebut menurut usia
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
37
gestasi. Kepustakaan inilah yang dijadikan rujukan untuk menentukan batas
anemia dalam penelitian ini.
Insidens anemia dalam penelitian ini sedikit berbeda jika dibandingkan dengan
insidens kejadian transfusi PRC. Dalam penelitian ini didapatkan sebanyak 123
(31,3%) kasus baru transfusi PRC selama masa neonatus, lebih banyak
dibandingkan hanya 94 (23,9%) kasus baru anemia. Perbedaan angka insidens ini
dapat dipahami mengingat lebih banyak subjek mendapatkan transfusi sebelum
kadar Hb turun dibawah nilai batas anemia yang ditetapkan dalam penelitian ini.
Sebanyak 50 (40,7%) dari 123 subjek yang mendapatkan transfusi tidak
mengalami anemia. Kondisi sebaliknya juga terjadi meskipun dalam jumlah yang
lebih sedikit yaitu terdapat 21 (7,8%) subjek anemia pada 249 subjek yang tidak
mendapatkan transfusi. Hal ini biasanya terjadi karena meskipun memiliki nilai
kadar Hb dibawah rentang normal, subjek-subjek tersebut tidak menunjukkan
tanda patologis apapun yang dapat menjadi indikasi pemberian transfusi. Bayi
prematur yang tumbuh normal dengan disertai toleransi asupan yang baik jarang
sekali memerlukan transfusi PRC.21.
Kepentingan klinis menetapkan nilai kadar Hb sebagai batas anemia adalah untuk
menentukan apakah kadar Hb seorang bayi prematur termasuk normal atau tidak,
mengidentifikasi penyebab jika kadarnya tidak normal dan selanjutnya
menentukan perlu tidaknya dilakukan intervensi. Transfusi PRC adalah intervensi
pilihan utama pada bayi baru lahir yang dianggap mengalami anemia.8 Nilai batas
Hb yang digunakan dalam menentukan perlu tidaknya seorang bayi ditransfusi
seringkali dicampuradukkan sebagai nilai batas anemia. Padahal anemia adalah
definisi berdasarkan nilai Hb, sedangkan pertimbangan melakukan transfusi tidak
hanya melihat nilai Hb melainkan juga mempertimbangkan keseluruhan kondisi
klinis bayi.21
Pada penelitiannya, De Freitas dkk6 mendapatkan sebanyak 39,4% bayi prematur
yang dirawat memerlukan minimal satu kali transfusi PRC selama dirawat.
Perbedaan insidens tersebut kemungkinan disebabkan karena penelitian tersebut
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
38
tidak mengikutsertakankan bayi prematur dengan berat lahir >2500 gram. Selain
itu penelitian mereka juga memperhitungkan periode waktu yang lebih lama dari
penelitian ini. Pada penelitian ini bayi prematur dengan berat lahir >2500 gram
juga ikut dimasukkan dan tindakan transfusi hanya dinilai hingga pasien berusia
kronologis 4 minggu.
6.3. Karakteristik Subjek dengan Anemia dan Transfusi PRC
Frekuensi paling banyak seorang subjek mengalami episode anemia adalah 4 kali
(1 subjek), sedangkan frekuensi terbanyak seorang subjek mendapatkan transfusi
PRC adalah 7 kali (1 subjek). Subjek yang mengalami episode anemia hingga 4
kali kebetulan adalah subjek yang sama yang mendapatkan transfusi PRC hingga
7 kali. Pada subjek tersebut semua episode anemia yang dialami tercatat
mendapatkan terapi transfusi PRC sedangkan 3 transfusi lainnya diberikan saat
nilai Hb belum berada dibawah batas anemia. Hal ini kembali menegaskan bahwa
ada kondisi klinis lain yang lebih menjadi pertimbangan dalam memberikan
transfusi PRC pada bayi prematur ketimbang semata-mata nilai Hb.
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 62 (66%) dari 94 subjek mengalami
anemia pertama kali di minggu pertama kehidupannya. Angka yang hampir sama
didapatkan pada kejadian transfusi PRC yaitu sebanyak 63 (51,2%) dari 123
subjek mendapatkan transfusi PRC pertama kali pada minggu pertama
kehidupannya. Anemia pada masa neonatus dapat disebabkan oleh kehilangan
darah baik akut maupun kronik, proses hemolisis dan berkurangnya produksi sel
darah merah. Proses kehilangan darah pada bayi prematur dapat diakibatkan
beberapa sebab antara lain twin-to-twin transfusion syndrome, ruptur tali pusat,
dan plasenta previa.. Proses hemolisis dapat disebabkan oleh inkompatibilitas
rhesus atau ABO, proses hemolisis akibat infeksi ataupun akibat kelainan pada sel
darah merah (defek membran, abnormalitas enzim). Sedangkan kegagalan
produksi sel darah merah dapat terjadi akibat kelainan pada sumsum tulang seperti
pada anemia Diamond-Blackfan, atau dapat juga akibat proses infeksi5,16
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
39
Berdasarkan diagnosis ibu, dari 62 subjek yang mengalami anemia di minggu
pertama pasca lahir, terdapat 6 subjek dengan riwayat ibu mengalami perdarahan
ante partum berupa plasenta previa dan 2 subjek tersangka twin-to-twin
transfusion syndrome. Sedangkan diagnosis pada bayi terkait anemia seluruhnya
merupakan diagnosis terkait perdarahan yaitu berjumlah 37,1% (23 dari 62)
subjek, tanpa ada yang didiagnosis terkait hemolisis. Diagnosis terkait perdarahan
meliputi perdarahan saluran cerna, perdarahan paru, perdarahan intraventrikular,
perdarahan kulit/hematoma, gangguan faktor koagulasi dan perdarahan pasca
operasi. Di lain pihak, meskipun hanya terdapat 8 (12,9%) subjek yang hasil
biakan darah minggu pertamanya terbukti sepsis namun secara klinis sebagian
besar (98,4%) subjek pada kelompok ini didiagnosis sebagai sepsis.
Jika merunut pada kepustakaan yang ada hasil penelitian ini tampak sedikit
berbeda. Pada minggu pertama hingga minggu kedua setelah lahir, bayi prematur
terutama dengan berat lahir rendah yang dirawat di unit perawatan intensif
seringkali mengalami anemia akibat tindakan flebotomi. Dan sekitar 50% dari
bayi-bayi ini akan mendapatkan transfusi PRC pertama mereka pada 2 minggu
pertama kehidupannya.11,38 Namun di institusi tempat penelitian ini berlangsung,
sepertinya kondisi sepsis lebih memiliki peranan terhadap kejadian anemia dan
transfusi PRC. Seperti diketahui, angka kejadian infeksi perinatal masih cukup
tinggi di Indonesia dan hal ini mungkin yang menyebabkan tingginya angka
kejadian anemia dan transfusi PRC pada satu minggu pertama kehidupan. Selain
itu perbedaan yang ada mungkin juga terkait dengan perbedaan fasilitas unit rawat
intensif masing-masing institusi. Kebanyakan penelitian yang menjadi rujukan
dalam kepustakaan dilakukan di negara-negara yang relatif lebih maju fasilitas
unit rawat intensifnya.
6.4. Perbandingan Proporsi Kejadian Anemia dan Transfusi PRC
Pada penelitian ini terdapat 94 (23,9%) subjek yang mengalami anemia dan 123
(31,3%) subjek yang mendapatkan transfusi PRC. Perbandingan proporsi kejadian
anemia menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik pada variabel
jenis kelamin (p=0,04), usia gestasi (p<0,0001), berat lahir (p<0,0001), status
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
40
sepsis (p<0,0001), lama rawat (p<0,0001) dan status keluar (p=0,001). Hasil yang
hampir sama juga didapatkan pada pemberian transfusi PRC. Perbandingan
proporsi kejadian transfusi PRC menunjukkan perbedaan yang bermakna secara
statistik pada variabel usia gestasi (p<0,0001), berat lahir (p<0,0001), status sepsis
(p<0,0001), lama rawat (p<0,0001) dan status keluar (p<0,0001). Hasil penelitian
ini dapat mengindikasikan bahwa variabel-variabel tersebut di atas mungkin
memiliki hubungan dengan kejadian anemia dan tansfusi PRC.
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah ada
sebelumnya. De Freitas dkk6 melakukan penelitian terhadap 254 subjek bayi
prematur di Brasil. Berdasarkan hasil analisis univariat pada beberapa variabel
dalam penelitiannya didapatkan bahwa transfusi PRC secara statistik memiliki
hubungan bermakna dengan usia gestasi, berat lahir dan kejadian sepsis awitan
lambat. Penelitian lain oleh Paul dkk19 terhadap 199 bayi BBLR yang dirawat di
neonatal intensive care unit (NICU) mendapatkan beberapa faktor yang
berhubungan secara independen dengan kejadian transfusi diantaranya adalah
berat lahir dan lama perawatan di rumah sakit. Pada penelitian terhadap 50 bayi
prematur BBLR, Jeon dkk7 menemukan bahwa kelompok subjek yang
mendapatkan transfusi PRC memiliki usia gestasi dan berat lahir yang lebih kecil,
kejadian sepsis yang lebih sering dan lama rawat yang lebih panjang
dibandingkan kelompok subjek yang tidak mendapatkan transfusi PRC.
6.5. Proporsi Kejadian Anemia dan Proporsi Kejadian Transfusi PRC
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa semakin kecil usia gestasi dan berat lahir
maka proporsi subjek mengalami anemia lebih dari satu kali juga semakin banyak.
Hasil yang serupa juga tampak dari proporsi subjek yang mendapatkan transfusi
PRC. Semakin kecil usia gestasi dan berat lahir maka proporsi subjek yang
mendapatkan transfusi PRC lebih dari 2 kali juga semakin besar. Namun
perbedaan proporsi ini ternyata tidak bermakna secara statistik, baik perbedaan
proporsi frekuensi anemia pada variabel usia gestasi (p=0,108) dan berat lahir
(p=0,361), maupun perbedaan proporsi frekuensi transfusi PRC pada variabel usia
gestasi (p=0,129) dan berat lahir (0,357). Hal ini masih mungkin disebabkan
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
41
karena jumlah subjek yang mengalami anemia maupun yang mendapatkan
transfusi PRC tidak cukup banyak untuk menunjukkan perbedaan yang bermakna
secara statistik.
Jika dilakukan penelusuran data lebih lanjut terhadap subjek dengan berat lahir
<1500 gram, didapatkan 55 subjek yang bertahan hidup hingga usia >28 hari. Dari
jumlah tersebut, proporsi subjek yang mendapatkan transfusi minimal satu kali
selama periode neonatal adalah sebesar 76,4% subjek. Penelitian Jeon dkk yang
melibatkan 50 bayi prematur dengan berat lahir <1500 gram dan mampu bertahan
hidup hingga usia >28 hari juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Sebanyak 39 (78%) subjek dari 50 subjek penelitiannya mendapatkan transfusi
PRC pada periode neonatal.7 Hasil yang sedikit berbeda didapatkan dari penelitian
Paul dkk. Dalam penelitian yang melibatkan 199 bayi dengan berat lahir <1500
gram dan dirawat hingga >28 hari didapatkan 65% subjek yang mendapatkan
transfusi PRC.19 Kedua penelitian tersebut menggunakan batasan lama rawat >28
hari dengan maksud menghindarkan kerancuan, apakah seorang subjek tidak
mendapatkan transfusi karena memang tidak memerlukannya atau tidak
mendapatkan transfusi karena subjek keluar dari perawatan.
Pada penelitian ini proporsi kejadian anemia didapatkan lebih banyak pada
kelompok subjek meninggal (45,1% subjek) dibandingkan pada kelompok subjek
pulang paksa dan transfer (16,7% subjek) maupun pada kelompok subjek
dipulangkan (18,8%). Hal serupa juga terjadi, proporsi kejadian transfusi PRC
lebih banyak terdapat pada kelompok subjek meninggal (67,1% subjek)
dibandingkan pada kelompok subjek yang pulang paksa dan transfer (24,2%
subjek) maupun pada kelompok subjek dipulangkan (21,2%). Perbedaan proporsi
ini secara statistik menunjukkan hasil yang bermakna dengan nilai p <0,05.
Temuan ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Santos dkk.40 Pada
penelitiannya tersebut ditemukan bahwa risiko kematian selama dirawat
meningkat 1,49 kali pada bayi-bayi yang mendapatkan transfusi PRC minimal 1
kali pada 28 hari pertama, dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
42
transfusi PRC. Penelitian Santos dkk berbeda dalam hal subjek yang
digunakannya adalah bayi prematur dengan berat lahir <1500 gram.
6.6. Morbiditas dan Mortalitas
Banyaknya bayi prematur dalam penelitian ini yang mengalami anemia dan juga
tranfusi PRC pertama kali di usia kurang dari 7 hari mengindikasikan tingginya
risiko morbiditas dan mortalitas yang dialami bayi-bayi ini di masa neonatal dini.
Hal ini tampak sesuai dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007. Berdasarkan hasil survei nasional ini didapatkan sebanyak 78,5% kematian
neonatal di Indonesia terjadi sebelum usia 7 hari (periode neonatal dini). Tiga
penyebab terbanyak yang menjadi penyebab kematian pada periode ini adalah
gangguan pernapasan, prematuritas dan sepsis.2
Tujuan pembangunan milenium (Millenium Developmental Goals/MDG) nomor
4 adalah menurunkan angka kematian anak, dengan indikatornya antara lain
adalah angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKBal). Hingga
pada tahun 2007, AKB dan AKBal di Indonesia telah banyak mengalami
penurunan yaitu masing-masing menjadi 34 dan 44 kematian per 1000 kelahiran
hidup. Namun sayangnya pada tahun-tahun terakhir penurunan ini mengalami
perlambatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, AKB dan AKBal hanya turun masing-masing menjadi 32 da 40
kematian per 1000 kelahiran hidup. Masih sama seperti pola yang ditemukan pada
SDKI tahun 2007, lebih dari tiga perempat kematian balita terjadi dalam tahun
pertama dan lebih dari separuh kematian bayi terjadi pada periode neonatal.2
Angka kematian neonatal di Indonesia adalah 19 kematian per 1000 kelahiran
hidup. Angka ini bahkan tidak berubah dari angka kematian neonatal di tahun
2007. Dibandingkan dengan angka tersebut di atas, angka kematian bayi pada
penelitian ini yang berjumlah 82 kematian dari total 392 bayi memang tampak
jauh lebih besar. Namun hal ini dapat dimengerti mengingat subjek dari penelitian
ini adalah bayi prematur yang memang memiliki risiko morbiditas dan mortalitas
lebih tinggi dibandingkan bayi aterm. Selain itu juga, institusi tempat penelitian
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
43
ini dilakukan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Indonesia, yang
mengakibatkan kasus-kasus yang ditangani pun memiliki risiko morbiditas dan
mortalitas lebih tinggi. Hal ini terlihat dari angka kematian neonatal di RSCM
tahun 2012 yang memang lebih besar dari angka nasional yaitu sebesar 45
kematian per 1000 kelahiran hidup. Hal lain yang menyebabkan angka kematian
tampak tinggi adalah karena penelitian ini memperhitungkan jumlah kematian
yang terjadi hingga subjek keluar dari perawatan, tidak hanya selama periode
neonatal.2
Masalah lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah perawatan panjang yang
akan banyak dialami oleh bayi-bayi prematur di rumah sakit. Seperti ditunjukkan
dalam penelitian ini yaitu terdapat 102 (26%) subjek yang dirawat >28 hari.. Hal
tersebut dapat menjadi masalah di era penerapan sistem Jaminan kesehatan
Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) dengan pola pembiayaan kesehatan berdasarkan INA-CBG (Indonesian
Case-Based Group) yaitu pembayaran klaim berbasis kasus (case-based
payment/casemix). Dengan metode pembiayaan seperti ini maka semakin panjang
lama rawat seorang pasien akan berpotensi merugikan rumah sakit. Sehingga
imbas dari hal tersebut selanjutnya adalah kecenderungan turunnya kualitas
pelayanan demi mencegah kerugian. Masalah ini seringkali menjadi suatu dilema
yang sulit dicari jalan keluarnya. Kerja sama antar semua pihak terkait sangat
diperlukan agar setiap keputusan dan tindakan yang diambil bertujuan seoptimal
mungkin demi kebaikan pasien.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
44
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
1. Insidens bayi prematur yang mengalami anemia sebelum usia kronologis 4
minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM adalah 23,9%.
2. Karakteristik bayi prematur yang mengalami anemia sebelum usia
kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM adalah:
a. Sebanyak 78,7% subjek mengalami anemia 1 kali.
b. Frekuensi tersering seorang subjek mengalami anemia adalah 4
kali, yang ditemukan pada 1 subjek.
c. Usia pertama kali mengalami anemia ditemukan paling banyak
pada usia ≤7 hari (66% subjek).
3. Proporsi kejadian anemia pada bayi prematur sebelum usia kronologis 4
minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM menunjukkan
perbedaan bermakna pada variabel: jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir,
transfusi PRC, status sepsis, lama rawat, dan status keluar.
4. Insidens bayi prematur yang mendapatkan transfusi PRC sebelum usia
kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM adalah
31,3%.
5. Karakteristik bayi prematur yang mendapatkan transfusi PRC sebelum
usia kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM
adalah:
a. Sebanyak 43,9% subjek mendapatkan transfusi PRC sebanyak 1
kali.
b. Frekuensi tersering seorang subjek mendapatkan transfusi PRC
adalah 7 kali, yang ditemukan pada 1 subjek.
c. Usia pertama kali mendapatkan transfusi PRC ditemukan paling
banyak pada usia ≤7 hari (51,2%).
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
45
6. Proporsi kejadian transfusi PRC pada bayi prematur sebelum usia
kronologis 4 minggu di Unit Perinatologi Departemen IKA RSCM
menunjukkan perbedaan bermakna pada variabel: usia gestasi, berat lahir,
status sepsis, lama rawat, status keluar.
7.2. Saran
1. Diperlukan definisi dan batasan anemia yang jelas untuk bayi prematur,
sebaiknya dengan mempertimbangkan usia gestasi, berat lahir dan usia
kronologis bayi.
2. Sebelum dibuat batasan anemia yang ideal untuk bayi prematur maka
batasan anemia yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam menegakkan diagnosis anemia pada kelompok ini.
3. Dalam menegakkan diagnosis dan memberikan tata laksana pada bayi
prematur agar tidak mencampur-adukkan batasan anemia dengan batasan
untuk melakukan transfusi PRC.
4. Kelengkapan data rekam medis merupakan faktor penting dalam penelitian
ini, sehingga diperlukan perbaikan dalam pencatatan data rekam medis
sehingga dapat menunjang penelitian-penelitian selanjutnya.
5. Diperlukan penelitian lebih lanjut secara prospektif untuk mengetahui
faktor risiko terjadinya anemia yang dialami bayi prematur sebelum usia
kronologis 1 bulan.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
46
Daftar Pustaka
1.
March of Dimes, PMNCH, Save the Children, WHO. Born too soon: The
global action report on preterm birth. Geneva: World Health Organization;
2012.
2.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2012.
3.
Blencowe H, Cousens S, Oestergaard MZ, Chou D, Moller A-B, Narwal R,
dkk. National, regional, and worldwide estimates of preterm birth rates in
the year 2010 with time trends since 1990 for selected countries: a
systematic analysis and implications. Lancet. 2012;379:2162–72.
4.
Eichenwald EC, Stark AR. Management and outcomes of very low birth
weight. N Eng J Med. 2008;358:1700–11.
5.
Hafidh Y, Hidayah DS. Anemia pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim S,
Yunanto A, Dewi R, penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi Pertama.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. h.199–200.
6.
De Freitas BAC, Franceschini SDCC. Factors associated with packed red
blood cell transfusions in premature infants in an intensive care unit. Rev
Bras Ter Intensiva. 2012;24:224–9.
7.
Jeon GW, Sin JB. Risk factors of transfusion in anemia of very low birth
weight infants. Yonsei Med J. 2013;54:366–73.
8.
Fredrickson LK, Bell EF, Cress G a, Johnson KJ, Zimmerman MB,
Mahoney LT, dkk. Acute physiological effects of packed red blood cell
transfusion in preterm infants with different degrees of anaemia. Arch Dis
Child Fetal Neonatal Ed. 2011;96:F249–53.
9.
Luban NLC. Management of anemia in the newborn. Early Hum Dev.
2008;84:493–8.
10.
Bell E, Strauss R, Widness J, Mahoney L, Mock D, Seward V, dkk.
Randomized trial of liberal versus restrictive guidelines for red blood cell
transfusion in preterm infants. Pediatrics. 2005;115:1685–91.
11.
Widness J. Pathophysiology, diagnosis, and prevention of neonatal anemia.
Neoreviews. 2000;1:61–8.
12.
Strauss RG. Anaemia of prematurity: pathophysiology & treatment. Blood
Rev. 2010;24:221–5.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
47
13.
Guillén Ú, Cummings JJ, Bell EF, Hosono S, Frantz AR, Maier RF, dkk.
International survey of transfusion practices for extremely premature
infants. Semin Perinatol. 2012;36:244–7.
14.
Goldenberg RL, McClure EM. The epidemiology of preterm birth. Dalam:
Berghella V, penyunting. Preterm birth: prevention and management. West
Sussex: Blackwell Publishing; 2010. h.22–39.
15.
Luchtman-Jones L, Wilson DB. Hematologic problems in the fetus dan
neonate. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff
and Martin’s neonatal-perinatal medicine. Edisi ke-9. Missouri: Mosby
Elsevier; 2011. h.1303–60.
16.
Brugnara C, Platt OS. The neonatal erythrocyte and its disorders. Dalam:
Orkin S, Nathan D, Ginsburg D, Look A, Fisher D, Lux S, penyunting.
Nathan and Oski’s hematology of infancy and childhood. Edisi ke-7.
Philadelphia: Saunders; 2009. h.21–66.
17.
Jopling J, Henry E, Wiedmeier SE, Christensen RD. Reference ranges for
hematocrit and blood hemoglobin concentration during the neonatal period:
Data from a multihospital health care system. Pediatrics. 2009;123:e333–7.
18.
De Alarcon PA, Johnson C, Werner EJ. Eruthropoiesis, red cells, and the
approach to anemia. Dalam: De Alarcon PA, Werner EJ, penyunting.
Neonatal Hematology. Cambridge: Cambridge University Press; 2005.
h.40–57.
19.
Paul DA, Pearlman SA, Leef KH, Stefano JL. Predicting red blood cell
transfusions in very low birth weight infants based on clinical risk factors.
Del Med J. 1997;69:555–61.
20.
Widness JA. Pathophysiology of Anemia During the Neonatal Period,
Including Anemia of Prematurity. Neoreviews. 2008;9:e520–e525.
21.
Lerner NB. Physiologic Anemia of Infancy. Dalam: Kliegman RM, Stanton
BF, St.Geme JW, Schor NF, Behrman RE, penyunting. Nelson textbook of
pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Inc.; 2011. h.1654–5.
22.
Obladen M, Sachsenweger M, Stahnke M. Blood sampling in very low
birth weight infants receiving different levels of intensive care. Eur J
Pediatr. 1988;147:399–404.
23.
Lin JC, Strauss RG, Kulhavy JC, Johnson KJ, Bridget M, Cress GA, dkk.
Phlebotomy overdraw in the neonatal intensive care nursery. Pediatrics.
2000;106:e19.
24.
Widness JA. Treatment and prevention of neonatal anemia. Neoreviews.
2008;9:526–33.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
48
25.
Kirpalani H, Whyte R, Andersen C, Asztalos E, Heddle N, Blajchman M,
dkk. The premature infants in need of transfusion (PINT) study: A
randomized, controlled trial of a restrictive (low) versus liberal (high)
transfusion threshold for extremely low birth weight infants. J Pediatr.
2006;149:301–7.
26.
Bell E. When to transfuse preterm babies. Arch Dis Child Fetal Neonatal
Ed. 2008;93:F469–73.
27.
Maheshwari A, Carlo WA. Anemia in the newborn infant. Dalam:
Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF, Behrman RE,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia:
Elsevier Inc.; 2011. h.612–21.
28.
Schwarz K, Dear PRF, Gill a B, Newell SJ, Richards M. Effects of
transfusion in anemia of prematurity. Pediatr Hematol Oncol. 2005;22:551–
9.
29.
Akter S, Hossain MM, Shirin M, Khalil I, Anwar KS. Blood transfusion: A
risk factor in retinopathy of prematurity. J Child Heal. 2010;34:38–43.
30.
Ke X, Ju R, Zhang J, Chen H, Wei E, Chen X. Risk factors for severe
retinopathy of prematurity in premature infants: A single-center study. J
South Med Univ. 2011;31:1963–7.
31.
Shannon KM, Keith JF, Mentzer WC, Ehrenkranz RA, Brown M, Widness
JA, dkk. Recombinant human erythropoietin stimulates erythropoiesis and
reduces erythrocyte transfusions in very low birth weight preterm infants.
Pediatrics. 1995;95:1–8.
32.
Aher S, Ohlsson A. Late erythropoietin for preventing red blood cell
transfusion in preterm and/or low birth weight infants. Cochrane Database
Syst Rev. 2012;issue 9:1–22.
33.
Ohlsson A, Aher S. Early erythropoietin for preventing red blood cell
transfusion in preterm and / or low birth weight infants. Cochrane Database
Syst Rev. 2012;issue 9:1–11.
34.
Maier RF, Obladen M, Scigalla P, Linderkamp O, Duc G, Hieronimi G,
dkk. The effect of epoetin beta (recombinant human erythropoietin) on the
need for transfusion in very-low-birth-weight infants. N Eng J Med.
1994;330:1173–8.
35.
Bechensteen A, Haga P, Halvorsen S, Whitelaw A, Liestol K, Lindemann
R, dkk. Erythropoietin, protein, and iron supplementation and the
prevention of anaemia of prematurity. Arch Dis Child. 1993;69:19–23.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
49
36.
Dahlan MS. Menggunakan rumus besar sampel secara benar. Dalam:
Dahlan MS, penyunting. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam
penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
h.35–76.
37.
Peng H, Tong X-M. Related factors in the development of anemia in
preterm infants. Chin J Contemp Pediatr. 2008;10:589–92.
38.
Bishara N, Ohls RK. Current controversies in the management of the
anemia of prematurity. Semin Perinatol. 2009;33:29–34.
39.
Dos Santos AMN, Guinsburg R, de Almeida MFB, Procianoy RS, Leone
CR, Marba STM, dkk. Red blood cell transfusions are independently
associated with intra-hospital mortality in very low birth weight preterm
infants. J Pediatr. 2011;159:371–376.e1–3.
Universitas Indonesia
Karakteristik bayi ..., Made Satria Murti, FK UI, 2014
Download