BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar setelah Amazon, ini dibuktikan dengan ditemukannya berbagai tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan (Elfahmi et al., 2014). Tanaman obat sejak lama digunakan oleh nenek moyang dan dilestarikan secara turun menurun (Hernani, 2011). Jamu dapat digunakan untuk kesehatan ternak selain untuk kesehatan manusia. Pemberian jamu untuk ternak berdampak pada peningkatan nafsu makan, menjadi lebih sehat, dan tidak menimbulkan bau yang menyengat. Masyarakat cenderung memilih menggunakan obat alami karena diyakini tidak memiliki efek samping dan harga lebih terjangkau (Zainuddin, 2006). Pemberian jamu pada air minum atau bahan pakan memiliki beberapa manfaat. Wardiny dan Sinar (2013) mengungkapkan bahwa pemberian jamu pada ayam dapat meningkatkan efisiensi pakan. Peningkatan efisiensi pakan dapat dilihat dari pertumbuhan berat badan menjadi lebih besar dengan konsumsi pakan yang rendah. Hal ini dapat menekan kerugian ekonomi akibat konsumsi pakan yang berlebihan dan keuntungan dari produksi ayam dapat dimaksimalkan. SUPERJAMU merupakan salah satu jamu untuk hewan yang memiliki komposisi Sauropus androgynus, Curcuma domestica, Kemferia galangal, Allium sativum, Zingiber officinale, Alpinia galangal, Chavica auriculata, dan Curcuma xanthoriza. Komposisi SUPERJAMU 1 tersebut dapat digunakan untuk 2 mempercepat pertumbuhan, menambah nafsu makan, menurunkan konversi pakan, dan meningkatkan sistem kekebalan. Tyasningsih (2010) mengungkapkan bahwa peternakan unggas merupakan peternakan yang mampu memberikan kebutuhan protein hewani yang cukup besar bagi masyarakat. Keberhasilan dalam usaha ternak unggas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor pakan. Kerugian akibat pakan dapat berupa tingginya tingkat konsumsi pakan tanpa diimbangi dengan pertumbuhan berat badan yang optimal dan tercemarnya pakan akibat penyimpanan pakan yang tidak benar sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada unggas. Kerugian ekonomi paling tinggi dapat disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen pakan. Sultoni et al., (2006) mengungkapkan pakan merupakan faktor yang sangat berperan dalam usaha peternakan. Biaya pakan mencapai 70% dari biaya produksi. Pertumbuhan dan produksi dapat maksimal jika kualitas dan kuantitas pakan tercukupi. Beberapa hatchery sering mengabaikan keberadaan ayam layer jantan karena mayoritas peternakan lebih memilih ayam layer betina untuk dikembangkan telurnya, sehingga ayam layer jantan dapat digunakan sebagai ayam pedaging. Beberapa kesamaan ayam layer jantan dengan ayam kampung adalah untuk mencapai bobot ± 1,2 kg memerlukan waktu 3 – 4 bulan dan kandungan lemak daging hampir setara dengan ayam kampung sehingga memiliki flavor hampir sama dengan ayam kampung (Setiadi et al., 2013). Semakin lama pemeliharaan ayam maka semakin banyak pula pakan yang dibutuhkan. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak, sehingga peternak mengharapkan efisiensi pakan dapat ditingkatkan. Beberapa upaya yang 3 dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemberian jamu. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian SUPERJAMU dengan dosis yang berbeda terhadap feed convertion ratio ayam pejantan layer. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemberian dosis SUPERJAMU yang efisien terhadap feed convertion ratio ayam pejantan layer.