BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan konsep, teori, dan ruang
lingkup penelitian.
Tabel 2.1 State of Art
Nama
Cathy
Jurnal
Strategi Komunikasi Persuasif Dalam Meningkatkan Kinerja di
PT Nadi Digital Indonesia
Tahun Terbit
2014
Lokasi
Jakarta, Indonesia
Hasil Penelitian
Strategi komunikasi persuasif, penggunaan teknik komunikasi
yang tepat, sehingga kinerja karyawan yang tidak baik, atau
sedang menurun kembali meningkat. Penting nya fungsi pimpinan
dalam memberikan pendekatan persuasif kepada karyawannya,
sehingga memicu semangat karyawan dalam bekerja.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama
sama memiliki teknik komunikasi yang bersifat persuasif untuk meningkatkan atau
mengsukseskan tujuan. Pada Jurnal ini Strategi yang digunakan adalah Rational
Strategy, Rational / Emotional Strategy, dan Mindful Strategy. Sedangkan perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah objek yang menjadi
target persuasif berbeda, “Strategi Komunikasi persuasif dalam meningkatkan kinerja di
PT Nadi digital Indonesia lebih ke lingkup karyawan, sedangkan penelitian ini nantinya
akan berada pada lingkup konsumen atau target pasar dari Vibiz Group. Pada penelitian
hasil wawancaranya juga berbeda, dalam wawancara Strategi Komunikasi Persuasif
dalam Meningkatkan Kinerja di PT Nadi Digital Indonesia, Management dari dari PT
Nadi Digital Indonesia sering mengganti strategi dalam ketemu kliennya, artinya
setidaknya management mempunyai dua strategi, sedangkan pada management Vibiz
Group, hanya menggunakan satu strategi.
Tabel 2.2 State of Art
Nama
Ahmad Halim Hakim
Jurnal
Komunikasi Persuasif Perawat Dalam Membangun Konsep Diri
Positif Lansia
Tahun Terbit
2014
Lokasi
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Hasil Penelitian
Komunikasi persuasif perawat terhadap lansia yaitu dengan
memberikan motivasi agar lansia lebih kuat, lebih bersemangat
dan masih memiliki gairah dalam menjalani kehidupan di panti
wredha. Komunikasi persuasif perawat dalam memotivasi lansia
dilakukan dengan teknik-teknik khusus yang didapatkan melalui
pengalaman dan belajar dari perawat lainnya. Teknik komunikasi
persuasif perawat tersebut diantaranya : menggunakan bahasa
yang halus dan ramah, disampaikan dengan tegas, menghindari
perlakuan yang kasar, disampaikan pada waktu yang tepat, serta
sabar dan ikhlas. Selain teknik komunikasi yang perawat gunakan,
kedekatan yang baik antara perawat dengan lansia memudahkan
bagi perawat dalam memberikan masukkan berupa bimbingan
maupun nasehat-nasehat yang baik bagi lansia.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama
sama memiliki teknik komunikasi yang bersifat persuasif untuk meningkatkan atau
mengsukseskan tujuan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah ruang lingkup yang berbeda, Jurnal Komunikasi Persuasif Perawat
Dalam membangun Konsep Diri Positif Lansia ini berada pada lingkungan panti asuhan
khusus merawat orang tua, sedangkan skripsi yang peneliti teliti berada pada lingkungan
kantor. Cara Strategi yang dipakai juga berbeda, kalau dari jurnal ini mengatakan
pendekatannya memlalu penggunaan bahasa yang halus dan ramah, disampaikan dengan
tegas, sedangkan dari penelitian skripsi ini, peneliti menitikberatkan pada cara
management Vibiz Group membentuk kerja sama dengan strategi strategi persuasif.
Tabel 2.3 State of Art
Nama
Ioan Constantine dima
Jurnal
Persuasive Communication in Logistic Negotiation
Tahun Terbit
2012
Lokasi
Romanian
Hasil Penelitian
The most commonly used maneuvers of persuasive
communication in the logistic negotiation are “door in the face”
and “low balling”. Persuasive maneuver door in the face starts
with a strikingly high cost compared to quality. By contrast, lowballing – the cost extremely profitable over the quality (also
known as priming) is based on a highly affordable cost in relation
to quality. The idea behind the low ball type handling is that “balls
thrown at low height are easier to catch
Manuver yang sangat umum dalam komunikasi 4ersuasive dalam
negosiasi logistic adalah “door in the face” and “low balling”.
Maneuver komunikasi “door in the face” di mulai dengan biaya
yang mencolok tinggi dibandingkan dengan kualitas. Sebaliknya,
low-balling yaitu biaya yang sangat menguntungkan sesuai
dengan kualitas. Ide ini seperti menangkap bola dengan muda
ketika di lempar rendah
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama
sama memiliki teknik komunikasi yang bersifat 4ersuasive untuk meningkatkan atau
mengsukseskan tujuan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah Ruang lingkup yang berbeda dari jurnal Persuasive Communication in
Logistic Negotiation dengan penelitian yang dilakukan di Vibiz Group, jurnal ini lebih
pada negosiasi pembelian barang produksi, sedangkan skripsi peneliti meneliti tentang
strategi yang digunakan. Target 4ersuasive nya yang berbeda, serta cara strateginya yang
berbeda.
Tabel 2.4 State of Art
Nama
Harrold J winfrey
Jurnal
How to Communicate With People in Any Situation:The art of
Effective Persuasive Communication
Tahun Terbit
2013
Lokasi
United States
Hasil Penelitian
Orang-orang yang mendapatkan perhatian dan yang paling
persuasif tahu bahwa teknologi tidak dapat menggantikan
komunikasi kuno yang baik. Ketika anda berbicara dengan
seseorang, mereka bisa mendapatkan manfaat dari melihat wajah
anda, sehingga mereka mendapatkan isyarat komunikasi nonverbal anda. Mereka juga dapat mendengar suara anda, untuk
mendengar bagaimana anda mengucapkan kata-kata anda karena
bagaimana cara anda berbicara sama pentingnya dengan apa yang
anda katakan. Anda bisa menyampaikan banyak makna hanya
dengan mengubah nada anda saat anda berbicara atau dengan
menekankan kata-kata yang berbeda. Orang-orang yang telah
menguasai seni percakapan lebih persuasif karena mereka tahu
bahwa komunikasi dengan semua petunjuk visual yang jauh lebih
efektif daripada email
atau teks message
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama
sama memiliki teknik komunikasi yang bersifat persuasif untuk meningkatkan atau
mengsukseskan tujuan. Teknik komunikasi persuasif pada jurnal ini menggunakan
teknik komunikasi verbal dan nonverbal, Strategy yang digunakan Rational/Emotional
Strategy. Tidak ada perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
peneliti, hanya saja pada jurnal ini hanya membahas satu strategy saja yaitu
Rational/Emotional Strategy, dimana pada skripsi penelitian ini, peneliti akan membahas
ke empat strategi yang ada.
Tabel 2.5 State of Art
Nama
Uiku Demirgoden
Jurnal
The Roots of Research in (political) Persuasion:Ethos,
Pathos,
Logos
and
the
Yale
Studies
of
Persuasive
Communications
Tahun Terbit
2010
Lokasi
Yale, US
Hasil Penelitian
Komunikasi di Universitas Yale dan Program perubahan sikap
dipimpin oleh psikolog Carl Hovland memeriksa bahwa persuasi
atau sikap perubahan dalam berbagai konteks eksperimental.
Pendekatan perubahan sikap tunggal mengedepankan bahwa sikap
mengontrol perilaku manusia; artinya, jika pembujuk ingin
mengubah perilaku target audiens mereka, mereka harus
mengubah sikap-sikap penonton yang mencegah perilaku yang
diinginkan.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama
sama memiliki teknik komunikasi yang bersifat persuasif untuk meningkatkan atau
mengsukseskan tujuan. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah pada jurnal ini lebih membahas tentang cara membujuk serta
mengontrol perilaku manusia, artinya jika pembujuk ingin mengubah prilaku target
audiens, mereka harus mengubah sikap audiens itu sendiri, sedangkan skripsi penelitian
ini, peneliti membahas tentang strategi strategi komunikasi persuasif dalam membentuk
kerja sama.
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata dari
kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah communis paling
sering disebut sebagai cikal bakal kata komunikasi (Mulyana, 2005).
Sedangkan definisi komunikasi sendiri sampai saat ini masih terdapat banyak
perdebatan dikalangan para ahli komunikasi, karena terdapat banyak sekali perbedaan
mereka dalammemberikan definisi komunikasi itu sendiri.Mulai dari yang sempit,
misalnya “komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik” atau
bahkan yang terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk
hidup atau lebih” sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan
ataupun tanaman.
Menurut Harold Laswell, komunikasi adalah Siapa yang mengatakan apa melalui
saluran apa kepada siapa dengan efek apa (who says what in which channel to whom
with what effect)(Purba, 2007) Cara berpikir Lasswell di atas mengindikasikan bahwa
komunikasi mencakup 5 unsur sebagaijawaban atas pertanyaan yang diajukan,
yakni:Komunikator (communicator, source, sender); Komunikan (communicant,
communicatee, receiver, recipient); Media (channel, media); Pesan (message); Efek
(effect, impact, influence)
Keith Davis (2010) dalam bukunya yang berjudul Human Relation At Work
menjelaskan: Communication in the process of passing information and understanding
from one person to another (Komunikasi merupakan proses penyampaian dan
pemahaman dari seseorang kepada orang lain).
Menurut Rogers bersama D Lawrence Kincaid, komunikasi adalah suatu proses
dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya, yang pada giliranya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam
(Cangara, 2006).
Fungsi komunikasi adalah :
a. Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam
beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang
harus dipatuhi oleh karyawan.
b. Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi
dengan
menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja
baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar.
c. Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka
merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam
kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota
menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu komunikasi
menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
d. Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan
kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai dan
menilai pilihan-pilihan alternative.
Dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2007) Rudolph F.
Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi
sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain,
membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu. Judy C.
Pearson dan Paul E. Nelson (Mulyana, 2007) menyebutkan dua fungsi umum
komunikasi. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan
fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain
dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya
untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi berfungsi
untuk menjalin dan memelihara hubungan serta untuk memperbaiki hubungan dengan
orang lain.
Bentuk-bentuk komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Komunikasi vertikal
Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas atau komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara
timbal balik.
b. Komunikasi horisontal
Komunikasi
horisontal
adalah
komunikasi
secara
mendatar,
misalnya
komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan komunikasi ini sering kali
berlangsung tidak formal yang berlainan dengan komunikasi vertikal yang terjadi secara
formal.
c. Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi silang yaitu
seseorang dengan orang lain yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam kedudukan
dan bagian.
Pendapat lainnya menyebutkan, komunikasi dapat mengalir secara vertikal atau
lateral (menyisi).
Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi ke bawah dan ke atas.
a. Ke bawah : Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu kelompok
atau organisasi ke suatu tingkat yang lebih bawah. Kegunaan dari pada komunikasi ini
memberikan penetapan tujuan, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan
kebijakan dan prosedur pada bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan
perhatian dan mengemukakan umpan balik terhadap kinerja.
b. Ke atas : komunikasi yang mengalir ke suatu tingkat yang lebih tinggi dalam
kelompok atau organisasi digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan,
menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke arah tujuan dan meneruskan masalahmasalah yang ada.
2.2.1.1 Proses Komunikasi
Harold Laswell (Mulyana, 2007) mengatakan ada 5 unsur komunikasi yang
saling bergantung satu sama lain, yaitu :
1. Sumber (Source) : Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya
(perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau
pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang idealnya
dipahami oleh penerima pesan. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding).
2. Pesan (Message) : yaitu apa yang akan dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga
komponen : makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk
atau organisasi pesan.
3. Saluran atau Media (Channel) : yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada
bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran
nonverbal.
4. Penerima (Receiver) : yaitu orang yang menerima pesan dari sumber.
Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola piker dan
perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat
symbolverbal atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami.
Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).
5. Efek (Effect) : yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan
keyakinan, perubahan perilaku, dan sebagainya.
2.2.1.2 Element Komunikasi
Ada sembilan elemen dalam komunikasi (Kotler dan Keller, 2010), yaitu:
1. Sender
Orang yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2. Encoding
Adalah proses mengatur pemikiran pokok menjadi bentuk bentuk symbol yang lebih
sederhana.
3. Message
Adalah sejumlah simbol simbol yang dikirimkan oleh pengirim pesan.
4. Media
Adalah saluran komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan pesan dari
pengirim ke penerima.
5. Decoding
Adalah proses pengartian pesan dari simbol simbol oleh sang penerima pesan
6. Receiver
Adalah pihak yang menerima pesan yang diberikan dari pihak lain.
7. Response
Adalah reaksi yang timbul dari penerima pesan setelah pesan tersebut diterima
8. Feedback
Adalah bagian dimana penerima pesan mengirimkan respons balik kepada pengirim
pesan.
9. Noise
Adalah gangguan yang tidak direncakan selama proses komunikasi,sehingga pihak
penerima tidak bisa menerima pesan dengan baik dan kehilangan inti dari pesan yang
ingin disampaikan.
2.2.1.3 Tujuan Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy (2009:8)
Komunikasi tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
1.
Perubahan Sosial/Mengubah Masyarakat ( to change the society )
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhir supaya
masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan.
Misalnya supaya masyarakat ikut serta dalam pemilu, ikut serta dalam berperilaku
sehat,dan lain sebagainya.
2.
Perubahan Sikap ( to change the attitude )
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya
masyarakat akan berubah sikapnya.
3.
Perubahan Opini, Pendapat ( to change the opinion )
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya
masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu
disampaikan.
4.
Perubahan Perilaku ( to change behavior )
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya
masyarakat akan berubah perilakunya.
2.2.2 Komunikasi Organisasi
Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran
pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi
tertentu.Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis
antara yang satu dengan yang lainnya.Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah
penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota organisasi. Bagaimana
komunikasi berlangsung dalam organisasi dan apa maknanya bergantung pada konsepsi
seseorang mengenai organisasi. (Pace & Faules, 2010)
Hubungan baik antara karyawan dan manajemen dapat menghasilkan banyak
manfaat. Ide-ide baru dari karyawan mengenai solusi dari masalah yang terjadi di
perusahaan akan mudah terselesaikan. Produktivitas pun juga meningkat karena
karyawan dengan suka rela memberikan tenaga dan pikiran pada perusahaan. Beberapa
definisi mengenai komunikasi organisasi yang disampaikan oleh beberapa ahli
komunikasi sesuai dengan perspektif mereka.
Komunikasi organisasi menurut Liliweri (2007) adalah komunikasi berstruktur
yang dapat dilakukan oleh pribadi atau kelompok dalam suatu organisasi.Jalur
komunikasi organisasi terbagi menjadi beberapa jalur, yaitu jalur vertikal dan
horizontal.Komunikasi organisasi juga berkenaan dengan komunikasi dalam hal
kerjasama antar pribadi dan antar kelompok.Beberapa persoalan dalam bidang
komunikasi organisasi adalah peran, tanggungjawab, jaringan komunikasi, struktur
organisasi, serta budaya organisasi (Pawito, 2007).
Berdasarkan ruang lingkupnya Effendy (2009), komunikasi organisasi dibedakan
atas dua, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal”. Komunikasi internal
adalah komunikasi yang berlangsung dalam ruang lingkup organisasi atau instansi
tersebut saja sedangkan komunikasi ekternal adalah komunikasi yang berlangsung antara
organisasi dengan pihak masyarakat yang ada diluar lingkup organisasi atau instansi.
Untuk lebih jelasnya, keduanya akan di jelaskan sebagai berikut:
1. Komunikasi Eksternal
Menurut Effendy (2009), “Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara
pimpinan organisasi atau instansi dengan khalayak diluar organisasi”. Pada instansi
pemerintah seperti departemen, direktorat, jawatan dan pada perusahaan-perusahaan,
dan pada perusahaan-perusahaan besar , disebabakan oleh luasnya ruang lingkup,
komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat daripada oleh
pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal
yang dianggap sangat penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain,
umpamanya perundingan yang menyangkut kebijakan organisasi. Yang lainnya
dilakukan oleh kepala humas yang dalam kegiatan komunikasi eksternal merupakan
tangan kanan pimpinan
Menurut Effendy (2009), komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara
timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak
kepada organisasi.
1. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
Komunikasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidak-tidaknya ada
hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan satu masalah jika
terjadi tanpa diduga.
2. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada orgnisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari
kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi yang disebarkan
kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya kontoversial maka ini disebut
opini publik. Opini publik sering sekali merugikan organisasi, karenanya harus
diusahakan agar segera dapat diatasi dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan.
2. Komunikasi Internal
Menurut Brennan dalam (Effendy, 2009), komunikasi internal organisasi adalah
proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk
kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara
sesama bawahan, dan lain-lain.komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara
para administrator dan pegawai dalam suatu organisasi atau instansi yang menyebabkan
terwujudnya organisasi tersebut lengkap dengan strukuturya yang khas dan pertukaran
gagasan secara horizontal dan vertikal dalam suatu organisasi yang menyebabkan
pekerjaan berlansung (operasi manajemen).
Komunikasi akan berhasil dengan baik apabila timbul saling pengertian.
Komunikasi yang baik dimaksudkan jalinan pengertian antara pihak yang satu ke pihak
yang lain, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan
dilaksanakan. Tanpa adanya komunikasi yang baik pekerjaan akan menjadi simpang siur
dan kacau balau sehingga tujuan organisasi kemungkinan besar tidak akan tercapai.
Dengan komunikasi maka seseorang akan menerima berita dan informasi sesuai dengan
apa yang ada dalam pikiran atau perasaan sehingga orang lain dapat mengerti.
2.2.2.1 Aliran Komunikasi Formal Dalam Organisasi
Menurut Romli (2011:), aliran komunikasi dalam organisasi merupakan
pedoman ke mana seseorang dapat berkomunikasi. Aliran komunikasi formal dalam
organisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu komunikasi dari atas ke bawah,
komunikasi dari bawah ke atas, horizontal, dan diagonal.
1. Komunikasi dari atas ke bawah
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari tingkat atas ke tingkat
bawah melalui hierarki organisasi. Bentuk aliran komunikasi dari atas ke bawah berupa
prosedur organisasi, instruksi tentang bagaimana melakukan tugas,umpan balik,
terhadap perstasi bawahan, penjelasan tentang tujuan organisasi dan lain sebagainya.
Salah satu kelemahan komunikasi dari atas ke bawah adalah ketidakakuratan informasi
karena harus melewati beberapa tingkatan. Pesan yang disampaikan dengan suatu bahasa
yang tepatuntuk suatu tingkat, tetapi tidak tepat, untuk tingkat paling bawah yang
menjadi sasaran dari informasi tersebut.
2. Komunikasi dari bawah ke atas
Komunikasi dari bawah ke atas dirancang untuk menyediakan umpan balik tentang
seberapa baik organisasi telah berfungsi. Bawahan diharapkan memberikan informasi
tentang prestasinya, praktik serta kebijakan organisasi. Komunikasi dari bawah ke atas
dapat berbentuk laporan tertulis maupun lisan, kotak saran, pertemuan kelompok
dan lain sebagainya.
3. Komunikasi Horisontal
Komunikasi horizontal merupakan aliran komunikasi kepada orang-orang yang memiliki
hierarki yang sama dalam suatu organisasi,misalnya komunikasi yang terjadi antara
manajer bagian pemasaran dengan manajer bagian produksi atau antara
karyawan bagian produksi atau antara karyawan bagian produksi dengan karyawan
bagian keuangan.
4. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal merupakan aliran komunikasi dari orang-orang yang memiliki
hierarki yang berbeda dan tidak memiliki hubungan kewewenangan secara langsung.
Misalnya komunikasi antara manajer pemasaran dengan kepala subbagian pengendali
mutu.
2.2.3 Komunikasi Persuasif
Persuasif merupakan komponen penting dalam suatu bisnis karena komunikasi
dan pertukaran ide yang ada dalam organisasi membutuhkan rekan bisnis untuk
menyetujuinya dan memilki pandangan yang sama akan suatu hal tersebut untuk
mencapai kesepakatan. Untuk menjadi seorang persuader yang baik kita tidak bisa
memaksakan kehendak, justru dengan teknik perusasi kita mempelajari apa langkah –
langkah yang tepat agar persuasi tersampaikan secara tidak langsung.
“Persuasive is a symbolic process in which communicators try to convince other
people to change their attitudes or behaviors regarding as issue through the
transmission of a message in atmosphere of free choices “(Perloff, 2010), dalam
bukunya Perloff mengatakan bahwa peruasif adalah proses simbolik dimana
komunikator berusaha meyakinkan orang lain untuk sikap dan prilaku atas suatu isu
melalui transmisi pesan di lingkungan bebas memilih.
Persuasif adalah bentuk dari pengaruh dan juga proses dalam mengarahkan orang
terhadap adaptasi perilaku, sikap, kepercayaan yang dipilih oleh persuader. Hal ini
mencakup persiapan dan presentasi yang pantas dari argumen dan bukti pendukung di
dalam iklim emosional. Tidak seperti manipulasi, persuasi tidak menekankan pada
dorongan atau paksaan dan tidak juga berupa perintah secara langsung (Janasz, Dowd, &
Schneider, 2009).
Oleh karena itu dapat disimpulkan persuasif adalah suatu proses dimana
komunikator memperngaruhi audiencenya sehingga terjadi perubahan perilaku, sikap
dan keputusan sesuai dengan keinginan komunikator secara tidak langsung dan tidak
memaksa. Jadi seseorang melakukan sesuatu bukan karna diharuskan tetapi karena
mereka mau melakukan hal itu dengan kesadaran sendiri, kesadaran inilah yang
dibentuk dan dipengaruhi oleh teknik persuasif.
Menurut Suzzane C. De Janasz, Karen O. Dowd, & Beth Z. Schheider (2009) ,
persuasif memiliki 3 karakter, yaitu :
1. Approprietness : “The right thing to do , based on generally accepted standards or
norms or in some cases, rules of law or morality. Appropriateness appelas are
geared to the persuadee’s or audience’s belief system and interest”,
Hal yang benar dilakukan, berdasarkan hal yang secara standart pada umumnya
diterimaatau norma – norma ataupada beberapa hal, aturan akan hukum atau
moralitas. Banding kesesuaian diarahkan untuk pembujuk atau sistem kepercayaan
audiens dan ketertarikan.
2. Consistency : “The degree to which the action or belief proposed compares to that
of similar others or to their own past behaviors or espoused beliefs. Appelas to
consistency demonstrate that the persuader understand the beliefs or past behavior
of similar others and present arguments that makes sense or track with these beliefs
or beahiours” ,
Sejauh mana tindakan atau keyakinan yang diusulkan dibandingkan dengan orang
lain yang mirip atau perilaku masa lalu mereka sendiri atau didukung keyakinan.
Appelas konsistensi menunjukkan bahwa pembujuk memahami keyakinan atau
perilaku masa lalu orang lain yang sama dan argumen hadir yang masuk akal atau
melacak dengan keyakinan atau perilaku.
3. Effectiveness : ”The degree to which an action or idea leads to desirable state or
outcome. By knowing what the persuadee or audience wants or need, a persuader
can demonstrate how adoption of the proposed idea or action will help those needs”.
Sejauh mana suatu tindakan atau ide mengarah ke keadaan yang diinginkan atau
hasil. Dengan mengetahui apa persuadee atau apa yang diinginkan dan diperlukan
audience pembujuk dapat mendemonstrasikan bagaimana adopsi ide atau tindakan
yang diusulkan akan membantu kebutuhan tersebut.
Menurut Onong Uchyana Effendi (2010), komunikasi persuasif adalah proses
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan cara membujuk sehingga si
penerima pesan dengan kesadaran sendiri bersedia melakukan kegiatan tertentu. Karena
komunikasi persuasif ini bertujuan mengubah tingkah laku orang lain agar melakukan
kegiatan tertentu dengan kesadaran, komunikasi persuasif di lakukan secara langsung.
Jadi pengertian persuasif adalah suatu teknik mempengaruhi manusia dengan
jalan memanfaatkan atau mengunakan data dan fakta pshycolos dan sosiologi dari
komunikasi yang hendak dipengaruhi.
Pada umumnya sikap-sikap individu atau kelompok yang hendak dipengaruhi ini
terdiri dari tiga komponen (Suprapto, 2009):
1. Kognitif – perilaku dimana individu mencapai tingkat “tahu” pada objek yang
diperkenalkan.
2. Afektif – perilaku dimana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak
suka pada objek.
3. Konatif – perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu
(perbuatan) terhadap objek.
Kepercayaan atau
pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat
mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku dan tindakan
mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat
merubah perilaku mereka. Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif –
keterkaitan ini tidak selalu berlaku lurus atau langsung.
2.2.3.1 Komponen Komunikasi Persuasif
Menurut M.Ghozali Bagus (2010) dalam komunikasi persuasi terdapat
komponen atau elemen sehingga dapat disebut sebagai komunikasi persuasi. Komponen
tersebut antaranya;
1. Claim, yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang tersurat (eksplisit) maupun tersirat
(implisit). Misalnya, iklan pada umumnya menyatakan dengan lugas ajakannya
untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu. Namun ada yang implisit misalnya,
iklan rokok yang tidak pernah menyatakan terang-terangan untuk mengajak
audience-nya merokok. Mereka akan mengidentikkan dengan suatu fenomena
menarik dan mudah diingat. Oleh karena itu, biasanya iklan rokok akan tampil
kreatif karena larangan menampilkan secara terbuka ajakan untuk merokok.
2. Warrant, yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan sehingga
terkesan tidak memaksa. Misalnya iklan yang diikuti dengan kata “ayo”, “mari” dan
lain sebagainya.
3. Data, yaitu data-data atau fakta yang digunakan untuk memperkuat argumentasi
keunggulan pesan dari komunikator.
2.2.3.3 Model Komunikasi Persuasif
Model komunikasi persuasif dibagi menjadi lima macam(Newsom dan Haynes, 2012) yaitu
1. Stimulus Respons
Model persuasi ini cara yang paling sederhana, yaitu berdasarkan konsep asosiasi. Misalnya
jika seseorang selalu kelihatan berdua terus menerus sepanjang waktu dan satu saat hanya
terlihat sendiri, maka orang lain akan merasakan ada sesuatu yang kurang lengkap dan sudah
dipastikan orang akan bertanya ke mana temannya itu. Melalui slogan atau magic word
tertentu dalam iklan seperti kata-kata “High risk Voltage”, orang akan ingat dengan bahaya
listrik atau waspada akan ada bahaya jika melewati area tersebut.
2. Kognitif
Model ini berkaitan dengan nalar, pikiran dan rasio untuk peningkatan pemahaman, mudah
dimengerti, dan logis bisa diterima. Dalam melakukan persuasi pada posisi ini, komunikator
dan komunikan lebih menekankan penjelasan yang rasional dan logis. Artinya, ide atau
informasi yang disampaikan tersebut tidak bisa diterima sebelum dikenakan alasan yang
jelas dan wajar.
3. Motivasi
Motivasi yaitu persuasi dengan model membujuk seseorang agar mau mengubah opininya
atau agar kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi dengan menawarkan sesuatu ganjaran
tertentu. Dengan memotivasi melalui pujian, hadiah, dan iming-iming janji tertentu melalui
berkomunikasi, maka lambat-laun orang bersangkutan bisa mengubah opininya.
4. Sosial
Model persuasi ini menganjurkan pada pertimbangan aspek sosial dari publik atau
komunikan, artinya pesan yang disampaikan itu sesuai dengan status sosial yang
bersangkutan sehingga proses komunikasi akan lebih mudah dilakukan. Misalnya,
kampanye iklan mobil mewah lebih berhasil kalau menonjolkan sesuatu yang “prestige”
daripada menampilkan kelebihan mesin dan irit bahan bakarnya karena konsumen berduit
lebih memperhatikan penampilan status sosialnya.
5. Personalitas
Model persuasi di sini memperhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan untuk melihat
respon dari khalayak tertentu. Dimensi komunikasi persuasif dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kesukaan adalah penampilan yang menarik, cara menyampaikan pesan yang baik, cara
memberikan pengertian mengenai suatu hal dengan jelas.
b. Konsensus adalah meyakinkan orang bahwa mereka melakukan pilihan yang tepat dengan
memberikan data dan fakta tentang jumlah orang yang sudah memakai produk atau jasa
tersebut.
c. Konsistensi adalah kesamaan antara janji dan hasil yang didapatkan.
2.2.3.4 Tujuan Komunikasi Persuasif
Menurut Devito (2011), tujuan dari bicara persuasif antara lain :
1. Untuk memperkuat/ memperlemah perilaku, kepercayaan, dan nilai. Persusif
digunakan untuk memperkuat suatu pandangan dari audience seperti pada inovasi
baru tertentu yang terjadi dalam perusahaan, sedangkan persuasif juga digunakan
untuk memperlemah point of view seseorang bahwa tidak semua yang mereka
percaya itu benar.
2. Untuk merubah perilaku, kepercayaan, dan nilai.Terkadang kita ingin mengubah
bagaimana yang audience rasakan terhadap sesuatu.
3. Untuk memotifasi untuk mengambil tindakan. Pada dasarnyatujuan melakukan
persuasif.
2.2.3.5 Prinsip – Prinsip Komunikasi Persuasif
Prinsip Persuasi menurut (H.L. Goodall, Goodall, & Schiefelbein, 2010)
1. antisipasi eksposur selektif
Listener cenderung mnghindari informasi yang berbeda dari nilai – nilai yang
dianutnya oleh sebab itu sebagai pembicara harus mengantisipasi kemungkinan ini.
2. Meminta perubahan yang sesuai
Lebih banyak perubahan yang ingin kita dapatkan dari audience berarti juga
usaha yang lebih. Ketika menyampaikan suatu pesan persuasif atau ide persuasif, kita
harus paham tentang berapa besar penerimaan mereka sampai merubah attitude atau
behavior. Jangan mengharapkan perubahan atau penerimaan ide yang tidak sesuai
dengan apa yang kita sampaikan.
3. Identifikasi audiens
Mencari kesamaan dengan audience agar apa yang disampaikan pembicara lebih
mudah diterima.
4.
Gunakan banding logis
Melakukan
persuasif
menggunakan
logic
sehingga
pendengar
akan
mudahpercaya dan tidak bisa disangkal. Yang dimaksud logic adalah pesan yang
pembicara sampaikan dapat diterima secara akal sehat dan dibuktikan dengan
menggunakan teori pasti.
5. Gunakan banding emosional
Analisis yang digunakan di emotional appelas ini adalah Teori Hirarki Maslow
tentang kebutuhan manusia. Teori ini merupakan piramida kebutuhan manusia dari yang
paling dasar yaitu kebutuhan pokok seperti pangan sampai pada aktualisasi diri diposisi
atas piramida Maslow. Ketika basic need terpenuhi maka kebutuhannya akan naik ke
tingkatan selanjutnya. Oleh sebab itu sebagai pembicara perlu menganalisa kebutuhan
dari pendengar, apa yang belum
terpenuhi dan apa yang dicari.
2.2.3.6 Unsur-unsur dalam Komunikasi Persuasif
Komunikasi Persuasif (soemirat,2010),
komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang
fundamental, yakni
1. orang yang berbicara
2. materi pembicaraan yang dihasilkannya, dan
3. orang yang mendengarkannya.
Aspek yang pertama disebut komunikator atau persuader, yang merupakan sumber
komunikasi, aspek yang kedua adalah pesan, dan aspek yang ketiga disebut komunikan
atau persuadee, yang merupakan penerima komunikasi. Persuader adalah orang dan atau
sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi
sikap, pendapat, dan perilaku orang lain baik secara verbal maupun nonverbal.
Dalam komunikasi persuasif, eksistensi persuader benar-benar diper-taruhkan.
Oleh karena itu, ia harus memiliki ethos yang tinggi. Ethos adalah nilai diri
seseorang yang merupakan paduan dan aspek kognisi, afeksi, dan konasi. Seorang
persuader yang memiliki ethos tinggi, dicirikan oleh kesiapan, kesungguhan, ketulusan,
kepercayaan, ketenangan, keramah-an, dan kesederhanaan. Jika komunikasi persuasif
ingin berhasil seorang persuader harus memiliki sikap reseptif, selektif, digestif,
asimilatif, dan transitif.
Persuadee adalah orang dan atau sekelompok orang yang menjadi tujuan pesan
itu disampaikan dan disalurkan oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal.
Pesan adalah segala sesuatu yang memberikan pengertian kepada penerima. Pesan bisa
berbentuk verbal dan nonverbal. Pesan verbal terdiri dari pesan verbal yang disengaja
dan tak disengaja. Pesan nonverbal juga terdiri atas pesan nonverbal disengaja dan tak
disengaja. Saluran merupakan perantara, di antara orang-orang yang berkomunikasi.
Bentuk saluran tergantung pada jenis komunikasi yang dilakukan. Umpan balik
adalah balasan atas perilaku yang diperbuat, umpan balik bisa berbentuk internal dan
eksternal.
Umpan
balik
internal
adalah
reaksi
persuader
atas
pesan
yang
disampaikannya. Umpan balik eksternal adalah reaksi penerima (persuadee) atas pesan
yang disampaikannya. Umpan balik eksternal bisa bersifat langsung, dapat pula tidak
langsung.
Efek komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri persuader
sebagai akibat dan diterimanya pesan melalui proses komunikasi, efek yang bisa terjadi
berbentuk perubahan sikap pendapat dan tingkah laku. Lingkungan komunikasi
persuasif adalah konteks situasional di mana proses komunikasi
persuasif ini terjadi. Hal itu bisa berupa konteks historis, konteks fisik temporal,
kejadiankejadian kontemporer, impending events dan norma-norma sosiokultural.
2.2.3.7 Media Komunikasi Persuasif
Didalam komunikasi persuasif, juga dikenal adanya beberapa media, yaitu:
1. Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata kata
yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tertulis. Komunikasi verbal
merupakan karakteristik khusus manusia, tidak ada makhluk lain yang dapat
menyampaikan macam-macam arti melalui kata-kata. Kata-kata dapat juga
dimanipulasi untuk menyampaikan secara eksplisit sejumlah arti.
2. Non-verbal
Komunikasi non-verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak
menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh,
intonasi nada (tinggi rendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan
sentuhan-sentuhan. Komunikasi non verbal ini paling banyak pengaruhnya dalam proses
komunikasi persuasif, karena dalam prosesnya komunikan lebih banyak dan lebih
mempercayai tandatanda non-verbal daripada verbal
2.2.3.8 Tipe Strategi Komunikasi Persuasif
Strategi Komunikasi Persuasif memiliki beberapa strategi dalam berkomunikasi
atau menyampaikan pesan kepada audience nya. Setiap strategi memiliki pemakaian dan
tujuan tersendiri tergantung bagaimana sikap dan perilaku audience tesebut. Pentingnya
mempelajari karakteristik latar belakang audience terlebih dahulu sebelum memilih
strategi komunikasi, sehingga tepat sasaran. Harold J. Winfrey (2013) dalam jurnalnya
How to Communicate With People in Any Situation: The art of Effective Persuasive
Communication juga menyatakan bahwa orang-orang yang telah menguasai seni
percakapan lebih persuasif karena mereka tahu bahwa komunikasi dengan semua
petunjuk visual yang jauh lebih efektif daripada email atau teks message.
Berikut beberapa strategi komunikasi persuasif menurut (H.L. Goodall, Goodall, &
Schiefelbein, 2010) :
1. Brutal Strategy
Pesan yang disampaikan secara jelas, seperti terkesan tidak menawarkan pilihan
lain pada audience. Dengan kata lain menegaskan bahwa cara ini adalah cara terbaik dan
satu – satunya pilihan yang ada. Karena itulah pesan ini harus dibuat dan disampaikan
dengan sangat jelas sehingga tidak ada pertanyaan dari penerima pesan dan bersifat pasti
tanpa bisa diganggu –gugat. Tujuan strategi ini secara spesifik adalah pemenuhan,
dimana hasil akhirnya harus tercapai.
2. Rational Strategy
Penyampaian pesan secara rasional dimana pembicara menawarkan beberapa
alternatif sehingga penerima pesan dapat menyampaikan pendapat juga.Kemampuan
persuasi terhadap audience dipengaruhi oleh penguasaan tentang materi yang kita
sampaikan serta kredibilitas kita di bidang tersebut.Tujuan dari strategi ini secara
spesifik adalah persetujuan.
3. Rational /Emotional Strategy
Cara ini disampaikan dengan rasional tetapi juga dengan memperhatikan segi
emosional penerima pesan, pembicara harus menemukan titik kebutuhan penerima
sehingga apa yang disampaikan lebih diterima dan dipahami. Penyampaian pesan ini
juga membutuhkan keseimbangan antara verbal dan non – verbal sehingga penerima
pesan secara emosional menyadari apa dan bagaimana cara penyampaian pesan kita.
Tujuan dari strategi ini secara spesifik adalah action.
4. Mindful Strategy
Strategi ini sedikit berbeda karena penyampaian pesan ini sangat hati-hati dan
penerimaan feedback adalah hasil akhir yang penting.Sebelum memulai pembicaraan,
pengirim pesan perlu menganalisa situasi baik dari pembicaraan maupun posisi dari
audience. Mendengarkan adalah salah satu bentuk “mindful” yang dimaksud dalam
strategi ini, dengarkan semua intensi, penolakan dan emotion yang ada. Setelah itu
melakukan recap juga penting untuk konfirmasi atas apa yang telah disampaikan
audience.
2.3 Kepercayaan
Pada umumnya kepercayaan adalah identik dengan kejujuran.Dan ini memang
berlaku pada tingkat hubungan antar pribadi. Namun dalam hubungan sosial baik
dengan karyawan, dengan kolega usaha dan masyarakat, kejujuran seseorang harus
didukung oleh tingkat reputasi dan pengalaman dari yang bersangkutan. Agar orangorang bisa bekerja sama untuk mencapai tujuan mereka, mereka tidak perlu hanya untuk
mengenal satu yang lain, tetapi juga untuk saling percaya satu sama lain sehingga
mereka tidak akan mengeksploitasi atau menipu dalam mereka berhubungan, dan bisa
benar-benar berharap untuk mendapatkan keuntungan dari kerja sama mereka.
(Sulitinih.com, 2012)
Di dalam dunia bisnis, baik bisnis online maupun bisnis offline, mendapatkan
kepercayaan dari konsumen merupakan hal yang sangat penting. Rasa percaya yang
diberikan konsumen sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Hasil dari
kepercayaan tersebut bisa membuat konsumen royal dan tidak bisa berpaling dari apa
yang ditawarkan. Oleh karena itu membangun dan mendapatkan kepercayaan dari
konsumen adalah hal yang sangat perlu untuk diusahakan (MediaBisnisOnline.com,
2014). Berikut cara untuk mendapatkan kepercayaan konsumen:
1. Tunjukan kredibilitas Anda
Secara umum, kredibilitas dapat diartikan sebagai kualitas diri untuk dapat
dipercaya.Tunjukanlah
sikap
yang
memang
menunjukan
pantas
mendapatkan
kepercayaan dari konsumen. Mulai dari caramemperlakukan mereka, misal selalu tepat
janji, baik saat membuat janji temu, atau saat mengantarkan produk ke konsumen.
Kuasailah pengetahuan mengenai produk dengan baik, dan gunakan pengetahuan
tersebut
untuk
membantu
konsumen
dalam
memecahkan
masalah
mereka.
Rekomendasikan produk untuk membantu konsumen secara tulus.
2. Pastikan produk Anda berkualitas
Jangan mencoba untuk membohongi konsumen dalam hal kualitas. Karena jika
pada akhirnya mereka menemukan celah dari kurangnya kualitas produk maka itu akan
membuat celah customer untuk meninggalkan Anda. Carilah produk yang berkualitas,
karena kepuasan pelanggan adalah tanggung jawab Anda.Jangan pernah membuat
konsumen kecewa dengan memberikan produk dengan kualitas rendah. Jika mereka
kecewa, kepercayaan mereka kepada Anda akan pudar. Jika telah memiliki produk yang
berkualitas, tugasakan menjadi sedikit lebih ringan. Anda hanya cukup meyakinkan
mereka, dan kualitas produk yang nantinya akan berbicara.
3. Berikan bukti nyata
Berikan bukti jika produk memang berhasil. Tunjukan bukti jika produk
bermanfaat. Perusahaan dapat memperlihatkan testimoni-testimoni yang telah memakai
produknya. Begitu juga dengan tawaran bisnisnya. Tunjukan ada berapa banyak orang
yang telah berhasil menjalan tawaran bisnis ini, siapa saja mereka, berasal dari latar
belakang apa saja. Perlu informasi yang transparan dengan penghasilan yang telah
didapat dari bisnis yang ditawarkan tersebut.
4.Biarkan prospek menguji Anda
Terkadang tentu menjumpai prospek yang banyak melontarkan pertanyaan
kepada Anda. Bersabarlah, biarkan mereka menguji kemampuan Anda. Ingat, semakin
banyak ujian yang Anda hadapi, tentu akan membuat Anda menjadi semakin ahli. Dan
yang terpenting ketika prospek Anda selesai memberikan ujian kepada Anda, biasanya
mereka sungguh percaya kepada Anda. Seiring berjalannya waktu, mungkin Anda juga
akan mendapatkan komplain dari pelanggan Anda. Tunjukan sikap profesional dan
segera selesaikan masalah tersebut.
5. Bangun komunikasi yang baik
Lancarnya proses komunikasi Anda dan calon konsumen berperan besar terhadap
terbangunnya rasa percaya. Nah dalam bisnis online kita dapat mulai membangun
komunikasi dengan.Jangan mereject keluhan mereka.
2.3.1 Dimensi kepercayaan
Menurut McKnight, Kacmar, dan Choudry (dalam Bachmann & Zaheer, 2006),
kepercayaan dibangun antara pihak-pihak yang belum saling mengenal baik dalam
interaksi maupun proses transkasi. Ada dua dimensi kepercayaan konsumen, yaitu:
a. Trusting Belief
Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin terhadap
orang lain dalam suatu situasi. Trusting belief adalah persepsi pihak yang percaya
(konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (penjual toko maya) yang mana penjual
memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen. Ada tiga elemen yang
membangun trusting belief, yaitu benevolence, integrity, competence.
1. Benevolence
Benevolence (niat baik) berarti seberapa besar seseorang percaya kepada penjual
untuk berperilaku baik kepada konsumen. Benevolence merupakan kesediaan penjual
untuk melayani kepentingan konsumen.
2. Integrity
Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseorang terhadap
kejujuran penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat kepada
konsumen.
3. Competence
Competence (kompetensi) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan
yang dimiliki penjual untuk membantu konsumen dalam melakukan sesuatu sesuai
dengan yang dibutuhkan konsumen tersebut. Esensi dari kompetensi adalah seberapa
besar keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal yang diinginkan oleh konsumen. Inti
dari kompetensi adalah kemampuan penjual untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
b. Trusting Intention
Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap
bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan mengarah
langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada kepercayaan kognitif
seseorang kepada orang lain. Ada dua elemen yang membangun trusting intention yaitu
willingness to depend dan subjective probability of depending.
1. Willingness to depend
Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung kepada
penjual berupa penerimaan resiko atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi.
2. Subjective probability of depending
Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara subjektif
berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan transaksi, serta bersedia
untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual.
2.4 Hambatan
Faktor faktor penghambat komunikasi
1) Hambatan Sosio-Antro-Psikologis: Proses komunikasi berlangsung dalam
konteks situasional. Ini berarti bahwa komunikator komunikator harus
memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat
berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang
berhubungan dengan faktor faktor sosiologis-antropologis-psikologis
a) Hambatan Sosiologis: Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan
lapisan masyarakat, yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial,
agama, ideology, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya,
yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.
b) Hambatan Antropologis: Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu
pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara
tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan
dalam pengertian acceptedatau secara rohani. Seorang pemirsa televise
mungkin menerma acara yang disiarkan dengan baik karena gambar yang
tampil pada pesawat televise amat terang dan suara yang keluar amat
jelas, tetapi mungkin ia tidak dapat menerima ketika seorang pembicara
pada acara itu mengatakan bahwa daging babi lezat sekali. Sipemirsa tadi
hanya
menerimanya
dalam
pengertian
accepted.
Jadi
teknologi
komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi
c) Hambatan
Psikologis:
Komunikasi
sulit
untuk
berhasil
apabila
komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri
hati, dan kondisi psikologis lainnya: juga jika komunikas menaruh
prasangka (prejudice) kepada komunikator.
2) Hambatan Semantis: hambatan sosiologis-antropologis-psikologis yang
terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantic terdapat pada diri
komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan
komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya
kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya, seorang komunikator
harus benar benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap
atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau
salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah
komunikasi (misscomunication).
3) Hambatan Mekanis: Hal ini dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan
sehari hari; suara telepon yang krotokan, ketika huruf yang buram pada surat,
suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit
dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk liuk pada pesawat televisi,
dan lain lain.
4) Hambatan Ekologis: Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan
terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan.
Contohnya adalah suara riuh orang orang atau kebisingan lalu lntas, suara
hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain lain pada saat
komunikator sedang berpidato (Effendy, 2008)
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
Komunikasi
Media Komunikasi Persuasif
-
Verbal
- Non Verbal
Sumber : Soemirat (2010)
Strategi persuasif
-
-
Brutal Strategy
- Rational Strategy
Rational Emotional Strategy
- Mindful Strategy
Sumber : H.L Goodhall (2010)
Hambatan
dan Solusi
Kepercayaan
Kerja sama
(Studi pada divisi media partner pada Vibiz Media, 2015)
Penelitian ini memiliki kerangka berpikir dimulai dari adanya komunikasi yang
membangkitkan perhatian yang menggunakan media komunikasi persuasif yaitu verbal
dan non verbal, kemudian menggunakan strategi persuasif untuk membentuk kerja sama,
dan dalam komunikasi persuasif ini akan terbentuk kepercayaan serta adanya timbul
hambatan serta solusi untuk memecahkan hambatan tersebut.
Download