Chapter II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Antenatal Care
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil
untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil
normal atau bermasalah. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun
emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga, memantau perubahanperubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga
mendeteksi dan serta menatalaksanakan kondisi yang tidak normal. Pada
umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran
bayi sehat dan cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan (Saifudin, 2002 : 90).
Oleh karena itu, pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara penting
untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu
dengan kehamilan normal. Ibu hamil dianjurkan mengunjungi dokter atau bidan
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan
atau asuhan antenatal (JNPKKR/POGI, 2002 :89).
1.
Tujuan Asuhan Kehamilan
Menurut Rukiyah, dkk (2009) tujuan asuhan kehamilan adalah sebagai
berikut:
a.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi.
b.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu dan bayi.
c.
Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan.
d.
Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e.
Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
2.
Standar Asuhan Kehamilan ( Antenatal care )
a)
Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan menurut (Saifudin, 2002) adalah :
b).
1.
Satu kali pada triwulan pertama.
2.
Satu kali pada triwulan kedua
3.
Dua kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan atau asuhan standar minimal “7T”
1.
Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan.
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu
berdasarkan masa tubuh (BMI : Boody Masa Indeks) dimana mode ini
untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal selam masa
kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI
wamita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang
normal 11,5-16 kg. Adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul
ibu, ukuran tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain yaitu <
145cm (Prawirohardjo, 2005).
2.
Ukuran tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai
dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140
mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat
mengindikasi potensi hipertensi.
3.
Ukuran tinggi fundus uteri
Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran, dilakukan
dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai
pengukuran mc donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus
memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditemukan
sesuai rumusnya (Depkes RI, 2001).
4.
Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada kehamilan umumnya
diberikan 2 kali saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan
16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian. Akan
tetapi untuk memastikan perlindungan maka dibentuk program jadwal
pemberian imunisasi pada ibu hamil.
5.
Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil 90 Fe adalah mencegah
defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar
hemoglobin. Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60
mg/hari, kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester II
karena absobsi usus yang tinggi. Fe diberikan satu tablet sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90
tablet semasa kehamilan. Tablet zat besi sebaiknya tidak diminum
bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Jika
ditemukan atau diduga anemia berikan 2-3 tablet zat besi per hari.
Selain itu untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan darah
hemoglobin untuk mengetahui kadar Hb yang dilakukan 2 kali selam
masa kehamilan yaitu pada saat kunjungan awal dan pada usia
kehamilan 28 minggu atau lebih sering jika ada tanda-tanda anemia
(Depkes RI, 2001)
6.
Tes terhadap penyakit menular seksual
Menganjurkan untuk pemeriksaan Infeksi Menular seksual (IMS) lain
pada kecurigaan adanya resiko IMS
7.
Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah) (Saifudin, 2002)
Anamnese meliputi biodata, riwayat mentruasi, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas.
3.
Kunjungan awal
Menurut Pujiawati (2012), kunjungan awal kehamilan adalah kunjungan
yang dilakukan oleh ibu hamil ke tempat bidan pada trimester pertama yaitu pada
minggu pertama kehamilan hingga sebelum minggu ke-14.
Tujuan dari kunjungan awal adalah sebagai berikut :
a. Mendapatkan perawatan kehamilan
b. Memperoleh rujukan konseling genetik
c. Menentukan apakah kehamilan akan dilanjutkan atau tidak
d. Menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan
e. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
f. Menentukan status kesehatan ibu dan janin
g. Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/tidaknya factor
resiko kehamilan
h. Menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksaan selanjutnya
4.
Kunjungan ulang
Menurut Yeyeh, dkk (2009) Yang dimaksud dengan kunjungan ulang
adalah kontak ibu hamil dengan tenaga keehatan yang kedua dan seterusnya untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal selama 1
periode kehamilan berlangsung. Pada saat melakukan pemeriksaan kunjungan
ulang baik itu kunjungan kedua, ketiga dan keempat hal-hal yang harus menjadi
focus anamnese adakah ibu mendapatkan tanda dan gejala seperti : Nyeri
pembesaran payudara, rasa kelelahan yang sangat, mual dan muntah, kenaikan
berat badan, perubahan utareus, perubahan kulit, sering BAK, sulit tidur, sakit
pinggang, nyeri pada tungkai.
Tabel 2.1 Kunjungan Minimal ANC
Kunjungan
Trimester I
Waktu
Sebelum
minggu
Trimester II
14-28 minggu
Trimester III
Alasan
14 a. Medeteksi masalah yg dapat ditangani
sebelum membahayakan jiwa.
b. Mencegah masalah, misal : tetanus
neonatorum,
anemia,
kebiasaan
tradisional yang berbahaya.
c. Membangun hubungan saling percaya.
d. Memulai persiapan kelahiran dan
kesipan menghadapi komplikasi.
e. Mendorong prilaku sehat (nutrisi,
kebersihan, olahraga, istirahat, seks,
dsb).
Sama dengan trimester I ditambah:
kewaspadaan
khusus
terhadap
hipertensi kehamilan (deteksi gejala
preeklamsia, pantau TD, evaluasi
edema, proteinuria)
28-36 minggu
Sama, ditambah : deteksi kehamilan
ganda
Setelah 36 minggu
Sama, ditambah : deteksi kelainan letak
atau
kondisi
yang
memerlukan
persalinan di RS
Sumber (Puji, 2012)
5.
Standar Pelayanan Kebidanan Pada Pelayanan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan Antenatal selama masa
hamil. Pelayanan meliputi anamnese dan pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga
harus mengenal kehamilan resiko tinggi atau adanya kelainan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi HIV/AIDS,
memberikan pelayanan imunisasi, konseling dan penyuluhan kesehatan. Bidan
juga harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan
kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
melakukan rujukan (Mufdlilah, 2009).
Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama hamil secara berkala
sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk
memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan
kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan
bayi sehat. Pelayan antenatal yang berkualitas dimulai dari pelayanan di tempat
pendaftaran, pelayanan kesehatan, meliputi anamnese, pelayanan fisik maupun
laboratorium, penyuluhan perorangan atau konseling sampai dengan pelayanan
obat dan atau rujukan. Proses pelayanan tersebut dipengaruhi tenaga profesional,
dana, sarana dan prosedur kerja yang tersedia agar mendapatkan kualitas yang
baik.
Secara operasional, untuk pelayanan antenatal dikenal dengan adanya
standar pelayanan dan pemantauan pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal
merupakan salah kegiatan dari program kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini
bias dilaksanakan oleh bidan di poliklinik, BPS, dan Rumah Sakit. Selain itu,
pelayanan antenatal juga bias diberikan pada waktu pelaksanaan Posyandu, di
tempat praktek dokter, di rumah bersalin ataupun puskesmas.
Standar
pelayanan
antenatal
Departemen Kesehatan RI (2003) meliputi :
yang
berkualitas
ditetapkan
oleh
a.
Memberikan pelayan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trimester dua, dan 2 kali pada trimester
tiga untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga
dapat mendeteksi cecara dini dan dapat memberikan intervensi secara
cepat dan tepat.
b.
Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar
lengan atas (LLA) secara teratur mempunyai arti klinis penting.
c.
Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan
secara rutin dengan tujuan utnuk melakukan deteksi dini terhadap
terjadinya tiga ejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urine
positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas atas. Apabila
pada kehamilan trimester tiga terjadi kenaikan berat badan lebih dari 1
Kg, dalam waktu satu minggu kemungkinan disebabkan terjadinya
oedema, apabila disertai dengan kenaikan tekanan darah dan tekanan
diagnostic yang mencapai > 140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15
mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak 1 jam. Eklampsi
merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang seharusnya
dapat dicegah atau dideteksi secara dini, melalui monitoring kenaikan
tekanan darah dan kenaikan berat bedan yang berlebihan, disebabkan
adanya oedema.
d.
Pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara
dini terhadap berat badan janin. Indicator pertumbuhan berat janin
intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini
terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang
ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kejadian maternal.
e.
Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui
usia kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung,menentukan janin
tunggal atau kembar dan mendengarkan denyut jantung janin untuk
menentukan asuhan selanjutnya.
f.
Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak
dua kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari
terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
g.
Pemeriksaan hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama dan pada
kehamilan 30 minggu. Saat ini, anemia dalam kandungan ditetapkan
kadar Hb < 11 gr% pada trimester I dan III atau Hb < 10,5 gr% pada
trimester II, Hb < 8 gr% harus dilakukan pengobatan, beri 2-3 kali zat
besi perhari, rujuk ibu hamil untuk pengobatan selanjutnya dengan Hb
rendah harus diberikan suplemen zat besi dan penyuluhan gizi.
h.
Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama tiga bulan, diminum setiap
hari, ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami atau
keluarga hendaknya selalu dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi,
untuk meyakinkan bahwa tablet zat besi betul-betul diminum.
i.
Pemeriksaan urine jika ada indikasi (tes protein dan glukosa),
pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS)
j.
Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan
payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan
pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan
dalan
perawatan
selanjutnya
dan
mendengarkan
keluhan
yang
disampaikan oleh ibu dengan penuh minat, beri nasehat dan rujuk bila
diperlukan.
k.
Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada
trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman, dan
suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya untuk
merujuk.
l.
Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat
digunakan obat-obat yang diperlukan waktu pencatatan kehamilan dan
mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil untuk menetukan tidakan
selanjutnya.
B.
Berat Badan Lahir Bayi
Berat badan lahir bayi adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran,
ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Bayi Berat Lahir cukup adalah
bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
atau Low birthweight infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1500 sampai
kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLRS) atau Very low
birthweigh infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1000-1500 gram. Bayi
berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau Extremely very low birthweight
infant adalah bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram.
(Muslihatun, 2010).
1.
Bayi Berat Lahir Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 gram- 4000 gram, nilai
Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan.( Rukiyah dkk, 2010).
Tanda –tanda Bayi Berat Lahir Normal:
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara
lain: Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh kemerah-merahan, pulse
(heart rate) atau frekuensi jantung >100x/menit, Grimace (reaksi terhadap
rangsangan), menangis kuat, batuk/bersin, Activity (tonus otot), gerakan aktif,
Respiration (usaha nafas).
2.
Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)
(Prawironardjo, 2006).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematuritas dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang
berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir prematur .
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam : (1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1.5002.500 gram; (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500
gram; (3) Bayi Berat Lahir Ektrem Rendah (BBLER) berat lahir <1.000 gram.
a.
Klasifikasi BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2
golongan, yaitu (Pantiawati, 2010) :
1) Dengan Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk
masa gestasi itu dan biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas
Bayi lahir dengan badan kurang dari berat seharusnya untuk masa
gestasinya tersebut. Dalam hal ini bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intra uterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2
menurut (Rukiyah dkk, 2010):
1) Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Terdapat derajat prematuritas, menurut Usher di golongankan menjadi 3
kelompok : Bayi sangat prematuritas (extremely premature) :
24-30
minggu; Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu;
Borderiline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat
premature dan mature. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering
timbul masalah seperti yang dialami bayi prematur misalnya gangguan
pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya isap yang lemah.
2) Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini
dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine
growth retardation = IUGR). Setiap bayi baru lahir (premature, matur dan
postmature) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan
masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada lamanya,
intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi
bayi tersebut.
Download