bab ii tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
2.1.1 Defenisi
Anemia secara fungsional didefenisikan sebagai punurunan jumlah
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan
oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit. Tetapi yang
paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Pada
keadaan tertentu ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit,
seperti dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan (Bakta, 2006).
2.1.2 Etiologi
Terdapat tiga kategori utama penyebab anemia adalah:
1. Gangguan pembentukan sel darah merah:
a. Penyakit defisiensi
b. Anemia hipoproliferatif (sumsum tulang yang secara fungsional
berkurang)
c. Eritropoiesis yang tidak efektif
2. Kehilangan sel darah merah yang berlebihan:
a. Perdarahan
b. Hemolisis
3. Kelainan distribusi sel darah merah (Sancher, 2004
2.1.3 Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasi menurut Hb dan faktor-faktor morfologik sel
darah merah dan indeks-indeksnya (Price, 2005).
Berdasarkan gambaran morfologi dengan melihat indeks eritrosit atau
hapusan darah tepi dalam klasifikasi ini anemia di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1) anemia hipokromik mikrositer, bila Mean Corpuscular Volume (MCV) <80fl
dan Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) <27pg, 2) anemia normokromik
normositer, bila MCV 80 – 95fl dan MCH 27- 34pg c, 3) anemia makrositer bila
MCV >95fl.
Table 2.1 Klasifikasi berdasarkan morfologi (Bakta, 2006)
Hipokromik
Normokromik
Mikrositer
Normositer
1. Anemia defisiensi
1. Anemia pasca
besi
1. Anemia defisiensi
perdarahan akut
2. Thalasemia
Makrositer
2. Anemia aplastik
3. Anemia sideroblastik 3. Anemia hemolitik
4. Anemia pada gagal
ginjal kronik
besi
2. Anemia defisiensi
B12
3. Anemia pada
penyakit hati
5. Anemia penyakit
kronis
4. Anemia pada
hipotirodisme
2.1.4 Gejala klinis
Secara klinis didapati keluhan-keluhan seperti lemah,pucat, mudah
pingsan, mata berkunang-kunang,walaupun tekanan darah masih dalam batas
normal (Ayu Wuryanti,2010)
2.1.5 Diagnosis
1. Anamnesis
a. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
1) Kebutuhan
meningkat
secara
fisiologis
terutama
pada
masa
pertumbuhan yang cepat, menstruasi, dan infeksi kronis
2) Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak
adekuat (malabsorpsi besi)
Universitas Sumatera Utara
3) Perdarahan terutama perdarahan saluran cerna (tukak lambung,
penyakit Crohn, colitis ulserativa)
b. Pucat, lemah, lesu, gejala pika (gangguan makan yang biasanya
didefinisikan sebagai konsumsi terus menerus zat non nutritive) (Bakta,
2006).
2. Pemeriksaan fisik
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multi
sistem dan untuk menilai beratnya kondisi penderita.
Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan:
a. Adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural.
b. Pucat dapat di lihat pada telapak tangan,kuku,wajah, dan konjungtiva.
c. Ikterus menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik.
d. Penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada
talasemia.
e. Atrofi papil pada anemia defisiensi Fe.
f. Limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri
tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infiltratif
(seperti pada leukemia mielositik kronik), lesi litik ( pada myeloma multipel
atau metastasis kanker).
g. Petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain.
h. Kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia defisiensi besi.
i. Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia
sideroblastik familial).
j. Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun.(Oehadian, 2006)
3. Laboratorium
a. Hemoglobin, Hematokrit dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik, normositik
normokrom, makrositik.
Universitas Sumatera Utara
c. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP)
meningkat
d. Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat. (Bakta, 2006)
2.1.6 Jenis – jenis Anemia
1) Anemia pendarahan
Yaitu anemia yang disebabkan karena pendarahan, baik yang sedikit
demi sedikit seperti pada infeksi cacing tambang atau pendarahan yang
tidak berhenti secara spontan misalnya pada kecelakaan lalulintas
maupun cidera oleh benda tajam.
2) Anemia Defesiensi
Adalah anemia karena kekurangan faktor-faktor pematang sel darah
merah seperti :
a. Anemi Kekurangan Gizi
Biasanya karena kekurangan bahan pematang sel darah merah
yang semuanya berasal dari protein calory malnutrition seperti
vitamin C,vitamin E, dan asam folik .
b. Anemi Defesiensi Besi
Anemia karena kekurangan bahan mineral besi sebagai bahan
pematangan sitoplasma dan sebagai pembentuk Hb yang
berguna mendistribusikan oksigen keseluruh tubuh.
c. Anemia Megaloblastik
Disebabkan karena kekurangan vitamin B12 sebagai bahan
pematangan inti sel. Biasanya terjadi pada pasien dengan gizi
kurang atau infeksi dengan diare.
3) Anemia Aplastik
Anemia jenis ini dikarenakan kerusakan sumsum tulang belakang
mengalami penurunan fungsi atau sama sekali tidak mampu
memproduksi sel darah ( eritrosit,leukosit, dan trombosit). Kerusakan
sumsum tulang belakang ini dapat disebabkan oleh obat – obatan seperti
chlorampenikol dan phenylbutazone atau bahan kimia seperti
benzene.
Universitas Sumatera Utara
4) Anemia Hemolitik
Anemia ini disebabkan karena eritrosit dihancurkan secara berlebihan.
Anemia jenis ini biasanya bersifat bawaan turun menurun misalnya
seperti penyakit thalassemia.
2.2 Anemia Pada Ibu Hamil
2.2.1 Defenisi
Anemia pada ibu hamil adalah penurunan kadar hemoglobin kurang dari
11g/dl (Lenovo,2009). Anemia ringan dapat di jumpai selama kehamilan pada
wanita normal yang tidak mengalami defisiensi zat besi atau folat. Hal ini
disebabkan oleh ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan
massa hemoglobin dan volume sel darah merah yang terjadi pada kehamilan
normal (Lenovo, 2009).
2.2.2 Prevalensi
Dilaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara
berkembang dimana anemia yang sering dialami oleh ibu hamil kebanyakan
adalah anemia zat besi dan anemia defisiensi asam folat. Di Indonesia dilaporkan
bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu
juta lainnya mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis) (Satijowati, 2007).
Menurut Penelitian Riswan (2007) di Indonesia prevalensi anemia pada
kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 63,5. Di Propinsi Sumatera Utara
berdasarkan hasil survei tahun 1999 adalah sebesar 78,65%. Pada tahun 2002
menurun menjadi 53,8%. Namun angka ini masih tetap tinggi. Secara nasional,
untuk kategori kelompok anemia pada wanita, anemia ibu hamil menduduki
urutan kedua setelah anemia pada remaja putri (Zaluchu , 2009).
2.2.3
Faktor Resiko
1. Perubahan fisiologis
Pada kehamilan Konsentrasi hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah
merah selama kehamilan menurun karena ekspansi volume plasma lebih besar
Universitas Sumatera Utara
dari massa sel darah merah. Namun, ada kenaikan jumlah sirkulasi hemoglobin
berhubungan langsung dengan peningkatan massa sel darah merah. Ini tergantung
pada status zat gizi ibu hamil. Volume plasma meningkat secara progresif selama
kehamilan dengan kecenderungan untuk lebih stabil di 8 minggu terakhir. Pada
hamil kembar juga cenderung terkena anemia.
2. Usia
Pada umumnya anemia ditemukan pada usia remaja ini kemungkinan di
sebabkan pada usia remaja terjadinya primigravida.
3. Gravida
Pada penelitian yang di lakukan Nurhayati (2011), multigravida lebih
banyak menderita anemia ringan sampai berat baik di perdesaan maupun di
perkotaan. Peningkatan resiko kehamilan multigravida lebih besar terkena anemia
dibandingkan
kehamilan
primigravida.
Jarak
antara
kehamilan
juga
mempengaruhi resiko terjadinya anemia pada ibu hamil dikarenakan kondisi ibu
yang belum pulih dan pemenuhan asupan gizi belum optimal.
4. Nutrisi
Serdar (2013) mengatakan bahwa tambahan asupan energy (kalori) selama
kehamilan diperlukan untuk tercapainya berat badan yang ideal selama
kehamilan. Hal ini di karenakan kebutuhan energy saat kehamilan meningkat
17% dibandingkan saat tidak hamil.
5. Infeksi
Malaria, Hookworm, dan HIV merupakan salah satu factor resiko
terjadinya anemia pada ibu hamil (Fatimah, 2011). Infeksi dapat mempengaruhi
transferin saturation yang dapat mengintervensi dalam penentuan anemia
defesiensi besi.
2.2.4 Patofisiologi
Volume plasma meningkat 45-65% pada trimester II dan mencapai
puncaknya pada trimester III yang di stimulasi oleh laktogen plasenta yang
menyebabkan sekresi aldosteron meningkat. (Riswan,2007)
Universitas Sumatera Utara
Pada kehamilan kerja jantung semakin berat. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan kosentrasi Hemaglobin (Hb)
akibat hemodilusi. Perbandingan nya adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel
darah merah 18%, dan haemoglobin 19% yang dimulai dari usia kehamilan 10
minggu dan mencapai puncaknya saat aterm (kehamilan 32-36 minggu)
(Ayu,2010).
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada
kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah absolute Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari
perubahan ini belum jelas. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam
kehamilan
bertujuan
menurunkan
viskositas
darah
maternal
sehingga
meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi.
2.2.5 Penyebab Anemia pada Ibu Hamil
Status gizi berperan penting selama masa kehamilan. Tingkat pengetahuan
calon ibu hamil dan ekonomi berpengaruh besar dalam menentukan status gizi.
Ibu hamil dengan kondisi gizi yang buruk dapat berujung dengan anemia dalam
kehamilan yang dapat berdampak fatal karena tidak mampu memenuhi kebutuhan
untuk pertumbuhan janin dan mengganggu kesehatan ibu yang mengandung.
1. Anemia Defisiensi zat Besi
Merupakan salah satu Anemia defisiensi gizi dimana zat yang tidak
tercukupi kebutuhannya adalah besi (Fe). Besi adalah zat yang dibutuhkan
dalam metabolism tubuh dan pembentukan sel darah merah (eritropoesis).
Besi berperan memindahkan
atom dalam pembentukan ATP melalui
sistem pengangkutan elektron dari substrat dalam sel ke mol O2 di
mitokondria. Kegagalan sistem pembentukan ATP di mitokondria dapat
terjadi apabila pemasokan O2 ke jaringan berkurang, sehingga produksi
energi berkurang. Adapun beberapa kausa nya adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Kehilangan darah yang bersifat kronis dan patologis:
1)
Yang paling sering adalah perdarahan uterus
( menorrhagi,metrorrhagia) pada wanita, perdarahan
saluran cerna diantaranya adalah ulcus pepticum,
varices
esophagus,
gastritis,
hernia
hiatus
diverikulitis, karsinoma lambung, karsinoma kolon,
maupun karsinoma rectum. Konsumsi alkohol atau
aspirin
yang
berlebihan
dapat
menyebabkan
gastritis, hal ini tanpa disadari terjadi kehilangan
darah sedikit-sedikit tapi berlangsungterus menerus.
2)
Yang jarang adalah perdarahan saluran
kemih, yang disebabkan tumor, batu ataupun infeksi
kandung kemih, dan Perdarahan saluran nafas
(hemoptoe).
b. Kebutuhan yang meningkat pada prematuritas, pada masa
pertumbuhan (remaja), kehamilan, wanita menyusui, wanita
menstruasi. Pertumbuhan yang sangat cepat disertai dengan
penambahan volume darah yang banyak saat kehamilan, tentu akan
meningkatkan kebutuhan besi.
c. Malabsorbsi : sering terjadi akibat dari penyakit coeliac, gastritis
atropi dan pada pasien setelah dilakukan gastrektomi.
d. Diet yang buruk/ diet rendah besi merupakan faktor yang banyak
terjadi di negara yang sedang berkembang dimana faktor ekonomi
yang kurang dan latar belakang pendidikan yang rendah sehingga
pengetahuan mereka sangat terbatas mengenai diet/ asupan yang
banyak mengandung zatbesi.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa makanan yang mengandungbesi tinggi adalah daging, telur,
ikan, hati,kacang kedelai, kerang, tahu, gandum. Yang dapat membantu
penyerapan besi adalah vitamin C.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik. Penyebab adalah
karena kurangnya asam folat, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin
B12, biasanya karena malnutrisi dan infeksi kronik. (Mochtar, 1998):
3. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplasia disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk
sel darah merah yang baru (Mochtar, 1998)
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya hal ini disebabkan oleh: factor intrakorpuskuler
dan factor ekstrakorpuskuler (Mochtar, 1998)
2.2.6 Pengaruh Anemia Terhadap Ibu Hamil
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4. Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5. Syok
6. Infeksi intrapartum dan dalam nifas
7. Bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang
bukan hanya sebagai penyulit tetapi juga bersifat fatal
2.2.7 Pencegahan
1. Meningkatkan program antenatal care (ANC) dengan meningkatkan
penyedian layanan ke arah pencegahan, memberikan informasi yang baik
dan benar yang bertujuan meningkatkan kesehatan selama hamil sehingga
Universitas Sumatera Utara
dapat menyelesaikan kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat.
Pelayanan antenatal care meliputi :
a. Trimester I : Ibu memeriksakan kehamilannya minimal 1 kali
pada 3 bulan pertama umur kehamilan dengan mendapatkan
pelayanan
5T (timbang berat badan, mengukurm tekanan
darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT,
dan pemberian tablet zat besi) disebut juga K.1 (kunjungan
pertama ibu hamil). Pada saat ini juga dilakukan pemeriksaan
kadar Hb yang diulangi pada minggu ke 28 , atau lebih sering
pada ibu hamil yang di dicurigai gizi buruk atau di diagnose
anemia sebelumnya.
b. Trimester II : Ibu memeriksakan kehamilannya minimal 1 kali
pada usia kehamilan 4-6 bulan dengan mendapatkan pelayanan
5T.
c. Trimester III : Ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali
pada usia kehamilan 7-9 bulan.
2. Pengaturan pola makan yang banyak mengandung asam folat dan zat besi
selama kehamilan
3. Mempromosi kan zat besi pada ibu hamil yang bermanfaat untuk ibu
hamil dan janin selama kehamilan.
4. Pemberian suplemen vitamin, zat besi, dan asam folat secara gratis kepada
ibu hamil (Pattanee, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Download